So Joon
melihat Ma Rin yang tertidur disampingnya, dengan gaya manisnya menegaskan
kalau Ma Rin itu Miliknya. Dengan terus menatapnya seperti baru sadar kalau
istrinya itu bisa manis sekali. Ia melihat jam kalau akan pergi kerja sekarang,
dengan mengecup bibir Ma Rin lalu turun dari tempat tidur
“Tunggu
sebentar... Kemana milikku pergi?” kata So Joon kebingungan.
“Aku di
sini.” Kata Ma Rin terbangun dengan wajah segar, So Joon kaget bertanya sejak
kapan Ma Rin terbangun.
Ma Rin
membentangkan tangan meminta So Joon agar mendekat, So Jon memberitahu kalau
harus pergi kerja. Ma Rin tetap merengek agar So Joon mendekat. So Joon
akhirnya mendekat dengan malu-malu.
Ma Rin
menariknya dan membuat So Joon berbaring diatasnya, So Joon berpura-pura lugu
bertanya apa yang akan mereka lakukan. Ma Rin mengaku menyukai So Joon, So Joon
tak mau kalah kalau lebih menyukainya.
Ma Rin mengatakan kalau sangat menyukai pagi hari. So Joon berharap pagi
tidak pernah terganti. Ma Rin mengaku kalau menyukai malam hari.
Keduanya pun berbaring
saling menatap, So Joon bertany apakah tak masalah kalau mereka tetap di tempat
tidur seperti ini karena Ibu Ma Rin ada dirumah mereka. Ma Rin pikir mereka
akan jadi anak yang buruk kalau membangunkannya jadi mereka harus baik padanya
dan membiarkan tidur
“Aku
penasaran akan sesuatu. Kapan kau sampai pada keputusan untuk menikahiku?”
tanya Ma Rin
“Entahlah...
Aku jatuh cinta padamu begitu saja.” Akui So Joon
“Lalu,
kenapa langsung memutuskan menikahiku?” tanya Ma Rin, So Joon merasa itu Pertanyaannya
sama saja jadi meminta agar menanya yang lain.
“Aku
selalu ingin tahu.” Ungkap Ma Rin, So Joon pikir akan bangun kalau Ma Rin tidak punya pertanyaan lain.
“Baiklah..
Aku ingin mendengar jawaban pertanyaanku tadi pada ultah pernikahan pertama kita.
Kalau kemarin aku tidak memaksamu, Apa kau berencana tidur terpisah selamanya? Kau
berencana untuk tidak menyentuhku sama sekali.” Kata Ma Rin
“Aku
tidak memahami perasaanmu. Bahkan jika kita tinggal bersama selamanya, aku
mungkin tidak akan selalu memahami perasaanmu.” Ungkap So Joon
“Kau bijaksana,
aku sungguh menyukainya. Kau harus menambahkan sisi liarmu. Kalau kau tambahkan
sedikit saja, kurasa jadi sangat hebat.” Komentar Ma Rin
So Joon
tak mengerti kalimat 'jadi sangat hebat' menurutnya Kalau sisi liarny
muncul, maka Ma Rin mungkin tidak akan
bisa mengatasinya dan menegaskan kalau dirinya itu hewan buas, keduanya tertawa
bersama karena malu.
“Aku
merasa perlu untuk terus mengonfirmasinya, Bahwa kau menyukaiku, Bahwa kau
tidak akan lelah terhadapku, Bahwa aku masih menarik untukmu.” Kata Ma Rin
“Cukup
jangan berubah. Aku akan selalu dan lebih menyukaimu. Jadi, pastikan jangan
berubah.” Kata So Joon
“Aku
tidak akan berubah, Seperti itulah kepribadianku.” Akui Ma Rin, keduanya masih terus saling menatap
bahagia.
Nyonya
Cha terbangun dari tidurnya seperti merasa
tidur nyenyak seperti di rumah dan kamarnya itu cocok untuknya. Saat memakai kaos kaki dikagetkan dengan foto
yang terjatuh disamping tempat tidurnya. Ia panik dan langsung ingin memasukan
ke dalam tas.
Ma Rin
datang mengajak ibunya untuk sarapan, Nyonya Cha terlihat sedang terngkurap
dilanti. Ma Rin binggung melihat ibunya berpikir tidur di lantai. Nyonya Cha
membenarkan kalau kebiasaan tidur di lantai dengan berusaha menyembunyikan
fotonya.
Ma Rin
tahu kalau Ibunya pasti mengguling sampai jatuh ke lantai . Tapi Nyonya Cha
merasa Nyaman sekali. Ma Rin ingin membantu ibunya bangun karena So Joon
membuat sarapan. Nyonya Cha mengaku kalauTulang belakang rasanya belum ikut
bangun jadi harus membangunkannya dulu dan meminta Ma Rin turun saja lebih dulu
dan membantu suaminya. Ma Rin pun meninggalkan ibunya. Nyonya Cha bisa bernafas
lega menyembunyikan fotonya.
Ma Rin
mengantar ibunya keluar rumah, Nyonya Cha melihat anaknya itu makin cantik dan
So Joon kelihatan orang baik. Ma Rin pikir Ibu harus menikah lagi dengan pria
seperti So Joon. Nyonya Cha menolak unuk
Hidup bersama seorang pria lagi menurutnya Pria itu hanya untuk senang-senang
dan Ada banyak pria yang mengejarnya.
“Apa kau
ingat wajah ayahmu?” tanya Nyonya Cha.
“Kenapa
tiba-tiba Ibu tanya begitu? Ibu yang menyingkirkan dan menghapus semua
jejaknya.” Kata Ma Rin
“Itu
karena aku takut kau akan merindukan dia dan sakit hati.” Akui Nyonya Cha. Ma
Rin pikir yang Ibunya lakukan benar karena tidak mengingatnya dan tidak
penasaran.
“Apa kita
mencari dan menemukanya saja?” ucap Nyonya Cha, Ma Rin bertanya kenapa ibunya
ingin mencarinya.
“Apa Ibu
masih mencintai dia?” kata Ma Rin menebak, Nyonya Cha menyangkalnya.
“Kau
sudah hidup dengan baik. Aku hanya ingin tahu perlu atau tidak mencari dia.”
Jelas Nyonya Cha
“Dia
meninggalkan beban hutang,juga tidak pernah menghubungi kita.Itu berarti dia
tidak ingin tahu lagi tentang kita. Dia juga tidak merindukan kita. Kadang, aku
merasa Ibu terlalu naif. Lebih baik Lupakan saja. Ibu sudah banyak menderita
karena dia.” Ucap Ma Rin, Nyonya Cha mengerti dan meminta maaf pada anaknya.
Rapat
dimulai, Direktur Hwang mengaku maklum kalau Presdir jarang hadir dalam rapat Tapi
kenapa Direktur Kim Yong Jin juga tidak ada hari ini, bahkan bukan sekali tapi
dia kali dan ingin tahu alasanya. Sek Hwang menagatakn kalau Direktur ada rapat
dengan investor.
“Kenapa
dia menggelar pertemuan di hari presentasiku? Apa Dia meremehkan aku?”ucap
Direktur Hwang kesal
“Kenapa
tidak kita mulai saja? Aku sudah memeriksa proyeknya. Soal Sami, kelihatannya
lebih menguntungkan bisnis penyewaan dibanding tanah.” Kata Ki Doong mencoba
menenangkan suasana.
Direktur
Hwang berjalan dengan Ki Doong merasa Direktur
Kim bertingkah aneh belakangan ini. Ki Doong pikir Direktur Hwang itu terlihat
sangat sibuk. Direktur Hwang merasa tak tahu harus mengatakan atau tidak, tapi Ada
rumor, Yong Jin itu mencuri investor perusahaan demi proyek pribadi.
“Ada
rumor dia masih memperjuangkan proyek Jangho.” Kata Direktur Hwang, Ki Dong
pikir mereka sudah putuskan menolak proyek Jangho.
“Itu
sebabnya kubilang aneh. Dia pasti mengerjakan sesuatu diam-diam.” kata Direktur
Hwang, Ki Doong pikir tak seperti itu karena mungkin Direktur Hwang bisa kena
masalah hukum kalau melakukannya dan pasti tak punya nyali dan hanya rumor
tidak berdasar.
Sementara
So Joon sedang ada dirumah keduanya melihat rekaman CCTV, menurutnya kalau menyimpan rekaman CCTV itu
bisa menemukannya. Ia merasa aneh duduk
santai menonton kejadian dunia lain lalu bertany-tanya sedang apa istrinya itu
sekarang.
Ma Rin
mengambil foto salah satu perkerja kontruksi tapi wajahnya terlihat tegang dan
kaku, Ia meminta agar bersikap natural dan rilek. Si pria memperlihatkan gaya
seperti seorang model. Ma Rin melihat itu agak berlebihan dan memijat bagian
bahu si pekerja agar ototnya tak tegang.
So Joo
datang melihata Ma Rin melihat pundak pria lain langsung berteriak memanggilnya
dengan nada marah. Ma Rin bahagia
melihat suaminya yang datang. So Joon pikir Ma Rin hanya perlu memotret tapi
kenapa harus memijat bahu pria. Ma Rin pikir pria itu hanya seorang pria
berumur.
“Kakek-kakek
juga tetap pria. Dia kelihatan kuat dan buas. Dunia itu tempat yang menakutkan!
Kebaikanmu bisa disalahartikan sebagai rayuan. Orang lain bisa salah paham.”
Kata So Joon seperti cemburu
“Semua
orang di sini sukarelawan. Apa Kau merendahkan mereka?” kata Ma Rin menyindir.
So Joon memberitahu kalau ia sebagai
donaturnya dan mendanai hampir keseluruhan proyek
“Jangan
pamer. Bukankah kau merasa terluka kalau dekat-dekat dengan Happiness? Kau bisa
datang dengan santai sekarang.” Ejek Ma Rin
“Aku
masih trauma dan masih merasa terluka.” Kata So Joon menunjuk ke hatinya.
“Aku
rasa, traumamu sudah sembuh berkat isterimu yang cantik.” Ejek Ma Rin, So Joon
kesal merasa kalau rasa sakitnya diejek karenaistrinya cantik. Ma Rin pun
meminta maaf.
“Aku
hanya merasa harus lebih ramah dengan sukarelawan.” Jelas Ma Rin, So Joon pun
tak terima kalau dengan paman itu.
“Aku
harus membuka hati dan harus berinteraksi dengan mereka.” Ucap Ma Rin dan
kembali mendekati si paman yang terlihat sudah lebih rileks. Ia pun meminta So
Joon agar mengambil foto mereka bertiga, So Joon pun tak menolak walaupun
dengan wajah terpaksa.
Semua
pekerja mulai makan siang, Ma Rin melayani para pekerja yang ingin menambah
Nasi atau lauk. Salah seorang wanita juga membawakan tambahan nasi. Seorang
pria berkomentar Suami Ma Rin tampan
sekali dan bertanya apa pekerjaaanya.
“Dia
punya perusahaan real estate. Hei.. Fotografer Song, makan sini bersama
suamimu.” Ucap Si wanita. Ma Rin mengatakan nanti akan makan.
Ia lalu
melayani semua pekerja bahkan menambakan air minum. So Joon kesal melihat Ma
Rin yang ingin memberikan nasi pada pekerja lain dan menyindirkan kalau itu Bap
Soon. Ma Rin melirik sinis tapi saat itu namanya dipanggil “Bap Soon” untuk
membawakan dua mangkuk nasi.
So Joon
akhirnya menarik Ma Rin keluar meminta agar Jangan tersenyum pada semua orang
dan bicara semanis itu. Ma Rin binggung
lalu dengan wajah malu bertanya apakah So Joon sedang ingin menemple padanya
atau cemburu. So Joon mengaku keduanya. Ma Rin mengaku sangat senang sekali.
“Aku coba
tidak menunjukkannya, tapi wajahku
terlanjur memerah karena terlalu menyukainya. Aku ingin kau terus begitu jadi
Lanjutkanlah.” Ucap Ma Rin melihat So Joon seperti tak ingin kehilangan
dirinya.
“Kenapa
kau terus begitu? Berhentilah main-main.” Ucap So Joon dengan nada kesal
“Aku
membenci hubungan yang dingin dan terlalu dewasa.Aku suka kau melekat padaku
dan kekanakan begitu.Hatiku ini selembut bayi.” Goda Ma Rin
So Joon
memilih untuk pergi saja karena melihat Ma Rin itu wanita aneh. Ma Rin menolak
karena ingin So Joon tetap bersamanya dan langsung memeluknya dari belakang
seperti ingin Menempel terus. So Joon panik kalau nanti ada orang yang melihat
mereka.
“Ini
'give and take' (memberi dan menerima), Aku
akan menempel padamu layaknya permen karet.” Kata Ma Rin
“Ini
menjengkelkan, Kau permen karet yang menjengkelkan. ayolah, hentikan.” Kata So
Joon ingin melepaskanya, Ma Rin tak mau karena menyukainya.
Saat itu
ayah Se Young melihat keduanya sedang bermesran menatap sinis, Ma Rin
melepaksan pelukan dan sama-sama menyapa Tuan Shin. Tuan Sin berkomenta sinis
keduanyaberdua kelihatan bahagia dan menurutnya Saat ini memang masa yang
membahagiakan.
“Kalau
belum makan, Anda bisa makan di dalam.” Kata Ma Rin, Tuan Shin dengan ketus
mengatakan sedang tidak berselera. So Joon berpikir Tuan Shin sedang sakit.
“Tidak...
Kudengar kau sudah tahu Se Young akan ke Jepang. Kau mestinya menghentikan
dia.” Kata tuan Shin kesal, So Joon pun meminta maaf. Ma Rin kaget mengetahui Se Young yang akan
pergi ke Jepang.
Se Young
menelp Ki Doong bertanya sedang ada dimana dan ingin mengajaknya bertemu. Ki
Doong mengaku sudah pulang kerja dan
sedang di rumah karena terlalu lelah untuk kembali ke kantor. Se Young pun
berpikir Ki Doong yang pulang lebih awal rupanya.
Ki Doong
berjalan kelua dari kantornya, Se Young membalikan badan melihat Ki Doong
ternyata baru keluar dari kantor, dengan wajah kesal menyuruhnya agar Istirahatlah dengan baik.
Ma Rin
duduk bersama dengan So Joon, membahas kalau Direktur SHin pasti kecewa karena sangat
mengandalkan Se Young dan seharusnya menelp anaknya. So Jon bertanya apakah Ma
Rin ingin jalan-jalan akhir pekan ini. Ma Rin dengan penuh semangat bertanya
kemana mereka akan pergi.
“Aku
tanya mereka dulu” kata So Joon mengetik pesan dalam grup. Ma Rin kecewa karena
ternyata pergi dengan teman So Joon bukan mereka berdua.
“Apa Ada
tempat yang ingin kau datangi? Kau suka gunung atau laut? Kalau dipikir lagi,
aku belum tahu tempat kesukaanmu.” Kata So Joon
“Kita kan
tidak pergi berdua saja jadi lebih baik Ke tempat dekat sini buat pesta BBQ
saja.” Ucap Ma Rin kesal.
So Joon
bingung melihat dua temanya yang mengatakan tak ingin ikut, Ma Rin berkomentar
sangat disayangkan kalau Mereka tidak bisa pergi tapi wajahnya terlihat senang
lalu main menyamakan jawaban. Keduanya sama-sama-sama menyukai laut. Ma Rin
merasa mereka memang jodoh.
“Kalau
begitu, mau pergi ke pulau terpencil?” kata Ma Rin
“Ayo kita
semua ke pantai. Aku bisa bilang pada mereka sudah memesan semuanya, jadi
mereka akan datang.” Ucap So Joon
“Yoo So
Joon. Apa Tidak dengar aku mengatakan 'pulau terpencil'? Aku mengatakannya
karena ingin kita berdua saja. Apa Kau memang terlahir tidak peka, atau waktu yang membuat kepekaanmu
menghilang?” keluh Ma Rin kesal, So Joon binggung
“Kalau
memang sejak lahir, maka aku perlu menganggapnya masalah serius. Bagaimana
kalau anak kita tidak peka juga sepertimu? Bagaimana anak kita harus tumbuh di
dunia yang rumit ini?” komentar Ma Rin dengan wajah cemberut.
“Aku
sebenarnya juga ingin kita pergi berdua saja. Tapi, Se Young akan segera pergi
ke Jepang. Akan bagus kalau kita semua menghabiskan waktu bersama. Kita tahan
dulu keinginan berduaan, untuk
perjalanan selanjutnya. Oke?” kata So Joon mencoba merayu. Ma Rin bertanya menahan sampai kapan, So Joon
meminta agar Ma Rin menahan untuk sebentar saja.
Akhirnya
mereka pergi berempat, Ma Rin dan So Joon seperti yang paling bersemangat
mencium aroma pantai. So Joon bertanya apakah Ma Rin menyukainya, Ma Rin
mengaku senang dan beruntung memutuskan untuk ikut. Ki Doong bingung apakah Ma
Rin sempat tak ingin ikut.
“Aku
sempat berpikir akan mengganggu, karena ini acara antar teman.” Ucap Ma Rin
“Kau sangat
bijaksana tapi Kau bisa menjadi teman kami mulai sekarang.” Kata Ki Doong,
Ma Rin
seperti bahagia dan memanggil Ki Doong sebagai teman pria dan Ki Doong membalas
kalau Ma Rin adalah teman wanitanya. So Joon mengeluh melihat keduanya dan
mengajak agar membereskan barang mereka lalu membagi tugas kalau Para pria akan
menyiapkan BBQ dan wanita bisa coba berteman,
serta menganggapnay sebagai misi.
Se Young
menatap ke arah lain saat ditinggal berdua saja dengan Ma Rin. Ma Rin mulai
berbicara agar melupakan semua perasaan
buruk antara mereka dan mencoba untuk akrab. Ia tahu kalau Se Young tidak menyukainya tapi juga merasa aneh
setiap kali memandangnya dan meminta maaf kalau pernah melakukan kesalahan. Se
Young melihat Ma Rin yang mengulurkan tangan lebih dulu lalu meraihnya.
“Kau tidak
melakukan kesalahan apa pun.” Ucap Se Young
“Lagi
pula, kita juga tidak akan sering bertemu lagi.” Kata Ma Rin
“Kau tidak
perlu mencemaskan aku,Unnie.” Ucap Se Young, Ma
Rin kaget Se Young yang meanggap sebagai kakak perempuanya.
“Kau
lebih tua dariku. Aku memang agak sulit dekat dengan orang yang lebih tua. Jadi,
bukan karena aku tidak menyukaimu. Jangan salah paham.” Jelas Se Young lalu
bergegas pergi. Ma Rin pikir mereka
hanya beda setahun sambil mengeluh mengungkit usia
So Joon
terlihat bahagia meminta Ki Doong agar mulai nyalakan apinya. Ki Doong menyuruh
So Joon diam saja dan ingin melakukan sendiri jadi lebih baik pergi saja. Se
Young pun datang, So Joon binggung karena sebelumnya menyuruh agar berteman
dengan Ma Rin.
“Aku
perlu bicara dengan Ki Doong. Pergilah.” Kata Se Young, So Joon heran lalu
berpikir kalau Ada sesuatu yang tidak diketahuinya. Se Young menyuru So Joon
pergi saja dan akan memanggil kalau sudah siap semua.
“Apa yang
ingin kau bicarakan?” tanya Ki Doong setelah So Joon pergi.
“Tidak
ada, aku hanya merasa lebih baik bersamamu dibanding Song Ma Rin. Kenapa juga
dia ikut kemari ?!!” kata Se Young kesa.
Terdengar
suara So Joon yang memanggil Ma Rin dengan julukan “bunga”. Se Young yang
mendengarnya, berpikir kalau Anjing di halaman dan takut dengan anjing. Ki Doong memberitahu kalau itu bukan nama
Anjing. So Joon terus berteriak memanggil Ma Rin sambil mengupas jeruk.
So Joon
binggung kemana istrinya itu padahal sudah mengupasnya. Ia pun berjalan ke
dekat mercusuar karena berpikir kalau datang ke tempat itu, Lalu melihat sebuah
kotak surat tapi ukuran sangat besar. Terlihat nama di bagian samping [KOTAK
SURAT PENYIMPAN KENANGAN] dan penjelasan kalau mereka akan mengirimkan suart di
hari yang mereka plih meskipun itu 50 tahun mendatang dan meminta agar
menuliskan tanggal di amplop.
So Joon
sudah duduk dimeja bertanya-tanya Apa yang sebaiknya ditulis karena tidak pernah
menulis sesuatu yang panjang. Ma Rin mengirimkan fotonya berada di pinggir
pantai, So Joon memuji istrinya itu sangat cantik dan mulai menuliskan
suratnya.
“Untuk
Song Ma Rin di masa depan. Saat ini Oktober tahun 2016. Kita berlibur sebelum
Se Young berangkat ke Jepang.”
Pesan
dari Ma Rin masuk bertanya kenapa Soo Joon tak meresponya, berpikir kalau
Jarinya gemetaran karena dadanya berdebar-debar. So Joon tersenyum kala ia
sedang menulis respon dalam suratnya.
“Baru
saja , kau mengirimiku fotomu yang cantik” tulis So Joon,
Ma Rin
kesal karena So Joon sudah melihatnya tapi tidak merespon da berpikir kalau
lebih baik tak mengirimkanya. Tapi akhirnya ia tak mempedulikanya memilih untuk
bersenang-senang di pantai sendirian.
“Kau
belum tahu kalau aku memang penjelajah waktu. Kita sangat bahagia belakangan
ini. Aku berharap tidak memiliki kemampuan menjelajah waktu lagi. Sebagai
gantinya, aku ingin kemampuan menghentikan waktu. Kuharap, saat kau menerima
surat ini, kau tidak akan membenciku.” So Joon pun memasukan surat yang sudah
dituliskanya.
Ki Doong
duduk bersama dengan Se Young membahas kalau temanya itu memutuskan pergi
karena So Joon, Se Young membernakan. Ki Doong suda menduga. Se Young mengaku
tiba-tiba merasa aneh berada di dekat Ki Doong dan ingin tahu sebabnya. Ki
Doong mengaku Aku tidak tahu.
“Hanya
saja... Kadang aku merasa kalau aku ini bodoh dan pemaksa. Aku bersikap
menyesuaikan suasana hatimu dan selalu membiarkanmu menang. Aku melakukan ini
dan itu. Tetap saja, kau tidak puas dan memperlakukan aku dengan buruk. Kau
menghubungiku semaumu, lalu menumpahkan
amarah padaku.” Ungkap Ki Doong, diam-diam Ma Rin mendengar pembicaraan
keduanya.
“Aku mulai
bekerja di Happiness karena So Joon. Sebenarnya, saat itu aku sudah dapat
pekerjaan yang kuinginkan. Tapi So Joon memintaku membantunya. Dia menang saat
kami adu minum. Aku tidak pergi karena pria itu Lalu mengerjakan sesuatu juga
karena dia. Sekarang, aku menyerah. Tapi, kenapa kau juga jadi dingin begini?”
ucap Se Young binggung
“Apa Kau
ingin menegaskan bahwa aku ini melarikan diri? Apa Kau pikir itu membuatku lebih
baik? Memang aku masih punya harga diri tersisa?” kata Se Young, Ma Rin pun
memilih untuk pergi meninggalkan keduanya.
Ki Doong
tiba-tiba menyanyi dengan lirik “Ikatan ini bukan hanya cinta. Namun, lebih
dari sekedar persahabatan. Rasa yang kumiliki untukmu lebih menyakitkan untuk
dipendam. Dibanding diriku sendiri... Dibanding siapa pun di dunia ini, aku
peduli padamu.” Se Young yang menndengarnya malah mengumpat marah.
Do Sik
mengartikan kalau Yong Jing mengambil depositnya tapi Yong Jin belum memenuhi janjinya. Yong Jin minta waktu
karena jika meninggalkan Myreits, maka para investor hanya menganggap saja sebagai
manajer proyek Presdir Yoo menurutnya Sulit memulai bisnis besar dengan imej
semacam itu.
“Anggota
dewan, kejaksaan, pejabat pemerintah, dan sebagainya. Saya harus menunjukkan
dulu kalau diriku juga berharga. Saat itu, baru mereka akan ikut denganku Koneksi
semacam itu harus menganggap saya sebagai teman dan keluarga!Baru mereka ikut
dengan saya. Begitulah keyakinan saya. Saya yakin begitu, Guru.” Kata Yong Jin
menyakin dengan mengebu-gebu.
“Bagaimana
kalau proyek Jangho gagal? Seluruh rencanamu bisa sia-sia.” Kata Do Sik, Yong
Jin heran karena Do Sik mengatakan hal semacam itu.
“Tidak
mungkin terjadi. Bukankah itu alasannya Anda mau berinvestasi?” kata Yong Jin,
Do Sik merasa kalau Yong Jin itu pria menyedihkan.
“Apa Kau
percaya takdir? Aku sudah memberimu kesempatan untuk keluar. Ada orang-orang
yang takdirnya memang tidak dapat diubah. Sekarang Aku mengerti maksudmu. Aku
mundur, jadi lakukan semaumu.” Kata Doo Sik
Yong Jin
panik menanyakan tentang depositnya, Doo Sik mengaku melepaskan saja. Yong Jin
kaget karena Doo Sik baru saja melepaskan satu milyar won. Doo Sik menyuruh
Yong Jin membeli makanan yang lezat saja dennga menyindir karena sudah
kehilangan banyak uang jadi lebih baik minum saja lalu mati.
“Apa Anda
menyerah akan uangnya? Kenapa Anda mendramatisasinya? Saya akan mempertimbangkan pendapat Anda
lagi. Biar saya pertimbangkan lagi, kita
bisa mengambil keputusan bersama.” Ucpa Yon Jin mencoba merayu Doo Sik
“Bagaimana
aku bisa memercayai orang yang sudah menipuku? Kau tahu betapa berbahaya
pertaruhan ini buatku? Kau tidak akan mengerti. Hei.. Kim Yong Jin... Kau akan
menjalani takdir yang sudah digariskan... Aku yakin seperti itu.” Tegas Doo Sik
“Kalau
begitu, saya akan mengkaji ulang dan meninggalkan Myreits.” Kata Doo Sik
mencoba mengambil hati.
“Sudah
kubilang aku tidak percaya padamu. Kau tidak
mengerti alasanku melakukannya, 'kan? Aku... Aku harus mencegah sesuatu
terjadi. Kau bukan satu-satunya yang perlu kuurus untuk mencegahnya.” Tegas Do
Sik. Yong Jin mengaku tidak terlalu
paham yang dikatakan.
“Bahkan
meski kau seorang penipu, mestinya kau
tidak membahayakan seseorang. Segalanya tidak akan berjalan sesuai keinginanmu.
Aku akan...” kata Do Sik lalu terhenti menyuruh Yong Jin pergi saja.
Yong Jin
berlutut meminta maaf, Do Sik menyuruh Yong Jin berdiri dan segera pergi. Yong Jin tetap meminta maaf agar Do Sik
tenang. Tapi Do Sik yan marah menyuruh Yong Jin segera keluar dari ruangan.
Yong Jin berteriak dari depan pintu akan menelpnya lagi. Do Sik terlihat
benar-benar stress dengan keadaanya sekarang
Ma Rin
dan So Joon berjalan bersama di tepi pelabuhan So Joon membahas tentang Soal Se
Young meminta agar Ma Rin itu mencoba agar lebih akrab karena Se Young sudah
seperti keluarga buatnya. Ma Rin bertanya Apa teman sejak kecil selalu seperti
keluarga.
“Setelah
insiden Stasiun Namyeong, saat aku sendirian, ibu dan ayahnya menjagaku seperti
keluarga sendiri.” Cerita So Joon, Ma Rin bertany apaka itu yang dimaksud Orang
tua Se Young. So Joon membenarkan.
“Aku
tinggal di rumah mereka beberapa bulan dan berhutang banyak pada mereka.” Kata So
Joon, Ma Rin tak percaya keduanya Tinggal serumah.
“Wow! Aku
tiba-tiba merasakan besarnya kasih sayang Se Young. Bagaimana dia bisa
menahannya? Apa Tidak pernah terjadi sesuatu antara kalian?” kata Ma Rin
sengaja menyinggung, So Joon meminta Ma Rin untuk berhenti bicara omong kosong.
“Yoo So
Joon... Kita sedang di pantai, ayo bicara terbuka soal masa lalu. Sudah berapa
kali kau pacaran?” tanya Ma Rin ingin tahu
So Joon
heran Ma Rin malah menanyakan hal itu,
Ma Ri pikir Tidak perlu dijelaskan detailnya, tapi sebut saja angkanya.
So Joon pikir Tidak ada yang perlu dikatakan. Ma Rin tetap ingin So Joon
mengatakan karena bisa menerimanya. So Joon mengaku Tidak ada dan tidak pernah memiliki hubungan
sebelumnya. Ma Rin kaget mendengarnya.
“Itu Benar.
Aku ini sangat jual mahal dan Aku layaknya monumen raksasa.”akui So Joon
bangga, Ma Rin heran kenapa So Joon tak percaya berkencan.
“Sulit
buatku untuk jujur dan Juga, ada banyak hal yang lebih menarik daripada
berkencan.” Ucap So Joon
“Jadi,
kau tidak punya pengalaman kencan. Dan Itu sebabnya kau sangat tidak peka. Aku
mengerti dan paham.” Komentar Ma Rin
So
Joon mengaku bukanya tidak bisa peka, hanya sengaja tidak melakukannya. Ma Rin
bertanya apakah Ma Rin tidak menyesalinya, Menikah tanpa pernah berkencan. So
Joon melihat Ma Rin itu wanita yang dinikahi jadi seharusnya tersentuh karena
hal ini serta berpikir "Bagaimana aku bisa menikahi pria sehebat ini? Di
kehidupan sebelumnya, aku pasti sudah menyelamatkan negara."
Ma Ri itu
percuma menurutnya So Joon itu tidak ada gunanya dan seperti robot. Soo Joon
pikir bisa mengencani Ma Ri selamanya. Ma Rin pikir untu apa berkencan karena
mereka sudah menikah. So Joon pikir tak ada hukum yang menentang pasangan
menikah untuk berkencan, Ma Rin melihat
mereka berdua itu pasangan yang sudah menikah jadi Mana bisa mereka berkencan.
“Terserahlah.
Aku tahu sebenarnya kau suka. Kenapa kita tidak kencan saja? Kita sudah
menikah.” Ucap So Joon memeluk erat Ma Rin.
“Aish.. Benar-benar,
aku bahkan tidak bisa menolak karena suamiku yang mengajak. Ayo lakukan. Mari
kencan dengan bergairah.”kata Ma Rin, Keduanya pun
terlihat bahagia karena hari ini sebagai hari kencan pertama mereka.
Bersambung
ke part 2
Tidak ada komentar:
Posting Komentar