Eun Ho
Won dengan helm mengemudikan mobil truk dengan penuh amarah berteriak “Aku akan
menghancurkan kalian!” lalu melajukan mobil menerobos masuk ke lobby semua
gedung. Beberapa pekerja kaget melihat mobil yang masuk ke dalam lobby.
“Akan
kubunuh kalian semua! Mati kalian! Kenapa kalian melakukannya padaku?”
teriak Ho Won dengan mengunakan alat
pemadam agar semua orang menjauh padanya.
Ho Won
berdiri di depan gedung memeluk dinding dengan berkata “Aku mencintaimu”
beberapa kali lalu tertempel sebuah jimat. Ho Won masuk ke gedung terlihat
tulisan di bagian depan [Anda adalah masa depan Dongki Food.]
Senyuman
Ho Won benar-benar terlihat sampai didepan lift pemberitahuan [Dongki Food,
Wawancara Tahap Akhir Penerimaan Pegawai Kontrak di Lantai 7] Akhirnya Ho Won
pun duduk dengan calon pegawai lainya melakukan wawancara.
Salah
satu pria menanyakan pengalaman kerjanya, Ho Won ingin menjawab tapi sainganya
lebih dulu bicara dengan menjelaskan penah berkerja di perusahaan e-commerce.
Si pria pun bertanya apakah wanita itu bisa berbahasa Cina. Wanita itu memberitahu sejak SMP dan SMA saya
di Shanghai jadi fasih berbahasa Cina.
Ho Won
hanya diam karena wanita itu termasuk saingan yang berat, pria disamping Ho Won
pun pernah magang di Seoyul Food.
“Ini
sudah 10 menit, tapi tidak ada yang menanyaiku.
Dia harusnya memanggil namaku. Biar aku bisa mendekat ke arahnya dan mekar
seperti bunga.” Gumam Ho Won menghayal duduk didepan Manager Seo memberikan
wajah bunganya
Saat itu
juga namanya pun di panggil, seorang petinggi
melihat nilai Ho Won itu bagus. Ho Won mengaku
sudah belajar keras. Sementara Seo Woo Jin dengan sinis kalau hanya
Nilai Ho Won saja yang bagus.
“Jika kau
belajar rajin empat tahun
sebelumnya...,kau pasti lulus dari
sekolah yang lebih bagus. Jika kau juga bekerja keras di luar
sekolah..., CV mu ini akan berubah.Kenapa kau hanya berfokus di nilai saja?”
komentar Woo Jin
“Saya
bekerja paruh waktu.” Ucap Ho Won, Woo Jin berkomentar kalau “apa pekerjaan paruh waktu sepenting itu?”
“Ini sudah
tiga tahun sejak kau lulus. Selama itu, apa saja yang kau lakukan?”tanya pria
yang lain, Ho Won menjawab mencari pekerjaan.
“Berapa
banyak pekerjaan yang pernah kau lamar?
Dan Berapa kali kau ditolak?” tanya si pria. Ho Won menjawab sudah ditolak 99
kali. Pria itu berkomentar kalau Ho Won itu jujur.
“Dia
orang tolol kalau ditolak 100 kali.”
Komentar Won Jin sinis,
“Berdasarkan
lamaranmu, kau pernah mencoba berbagai
macam pekerjaan paruh waktu. Apa kau pernah magang atau belajar di luar negeri?”
tanya si pria. Ho Won menjawab tidak
pernah.
Ia
teringat dengan tips yang di pelajari sebelum wawancara “ Hal penting pertama yang harus diingat...
Percaya diri... Jika kau terlalu gugup..., maka wawancara-mu akan gagal. Bicara
dengan percaya diri.”
“Selama
melakukan pekerja paruh waktu, Saya belajar tentang kompetisi dalam penjualan. Sebagai pekerja
paruh waktu...” ucap Ho Won kembali mengingat tips kedua “Tegaskan pada pengalaman kerjamu. Orang
seperti apa yang dicari perusahaan?
Perusahaan mencari pelamar dengan potensi dan kepemimpinan.”
“Saya
mengembangkan kemampuan kepemimpinanku.”
Ucap Ho Won, Woo Jin dengan sinis bertanya apakah pegawai kontrak butuh kepemimpinan. Ho Won binggung menjawabnya.
“Pengalaman
kerjamu tidak mengesankan. Jadi Kenapa kami harus mempekerjakanmu? Bagaimana
kau akan membuktikannya? Bagaimana kami bisa tahu kalau kau dulu pernah belajar tentang kompetisi penjualan?”
ucap Woo Jin
“Dengan
bekerja paruh waktu..., saya belajar tentang
kesabaran dan ketekunan.” Kata Ho Woo mengingat kena marah pelanggan
karena tak memakain daging dalam gulungan kimbap
“Saya
pandai menahan amarah. Sebanyak apapun pelanggan mengeluh...,maka saya siap
memecahkan masalah tanpa amarah. Saya,
demi perusahaan ini..., bertekad untuk mengabdikan diri.” Ucap Ho Won
“Apa kau
bersedia melakukan apa pun untuk perusahaan dan memecahkan masalah keluhan pelanggan?” kata Woo Jin, Ho
Won membenarkan. Woo Jin pun meminta
agar menunjukan pada mereka sekarang
Ho Wo
berdiri dibawah papan bertuliskan slogan
[Bekerja demi pelanggan, menyediakan
layanan berkualitas tinggi] dalam hatinya bergumam kalau pasti bisa
melakukanya. Pelamar lain masuk dan melakukan wawancara, Ha Won berada dalam
ruangan sambil berdiri mendengarnya, seperti sudah banyak yang lebih
berpengalaman. Ia pun berkhayal dengan wajah kesal ingin mengajak Won Jin
bermain hanggar.
Salah
satu pria meminta Woo Jin menyudahi saja agar jangan menekan Ho Won tapi Woo Jin berkomentar kalau Ho Won sediri
yang mengataakn akan membuktikannya jadi pasti akan pergi jika memang perlu dan
juga punya pilihan buat menyerah. Ho Won
hanya bisa cemberut dan terus berdiri seperti orang yang sedang dihukum oleh
guru.
Pria
bernama Shim Min Sung melakukan wawancara yang dulunya bekerja di
sebuah perusahaan software. Tiga pegawai berganti beberapa kali untuk
mewawancara, Ho Won masih berdiri lalu pria lain memebritahu kutipan favoritnya
adalah "Usaha selalu menang."
“Dengan
sikap ini, saya siap bekerja keras di
Dongki Food.” Ucap si pria. Ho Won melihat papan nama diatas meja [Manajer Senior Seo Woo Jin]
“Semua
orang mengatakan mereka akan bekerja keras
dan pasti bisa bekerja dengan baik. Lantas, kenapa sebelumnya kau tidak bekerja
keras? Semua orang selalu memperkenalkan diri dengan cerita hidup yang sama.
Tidak ada yang orisinil. Bagaimana kau akan menarik minat pelanggan terhadap produk kami? Ini Tidak
mengasyikkan namanya kalau menonton film yang sama.” Komentar Woo Jin
“Bukankah
kau harusnya merasa perlu membuktikan...
bahwa kau adalah kandidat yang paling
menarik? Kau tidak pergi ke sekolah yang bagus atau dapat pengalaman kerja dalam sehari. Kau harus
membangun karirmu. Jika tidak, buatlah aku terkesan dengan hal yang lain.” Ucap
Woo Jin
“Kalau
Anda tidak mau, jangan pekerjakan saya. Anda tidak berhak menilai kehidupan
kami. Lalu apa wanita itu orisinil?” ucap si pria marah, Ho Won mengelengkan
kepala kalau ini bukan idenya.
“Selama
wawancara..., saya harus menjual diri kepada
perusahaan. Tapi ketika saya berjalan keluar dari sini..., maka saya akan
menjadi konsumen produk Anda. Jangan
lupa itu.” Tegas si pria dengan nada penuh amarah
“Ketika
konsumen membeli produk di mal..., mereka memeriksa komposisi, harga, tanggal produksi dan tanggal
kedaluwarsa, 'kan? Kami berusaha memilih seseorang yang mungkin menjadi mitra kami selama 30 tahun.
Apa kau pikir penilaian ini tidak adil?” kata Woo Jin
Si pria
pun tak bisa berkata-kata lagi, Woo Jin pun menyuruh pria itu keluar saja. Si
pria keluar ruangan dengan kesal sambil menendang bangku. Akhirnya wawancara
pun selesai, Ho Won masih berdiri menghadap dinding.
Dua rekan
kerja Woo Jin mengeluh Anak muda sekarang tak sopan. Karean tidak bisa menahan
hal yang tidak mereka sukai padahal jaman mereka dulu tak seperti itu. Salah
satunya menasehati Woo Jin agar tidak perlu terlalu kasar pada pelamar kerja
“Terima
kasih, Eun Ho Won. Ini Pasti sulit, kan? Kami bisa melihat kesabaran, toleransi
dan ketekunanmu. Kau pelamar yang jarang kami temui belakangan ini.” Puji salah
satu manager. Ho Won pun mengucapkan Terima kasih.
“Walaupun
kami menugaskanmu untuk berurusan dengan konsumen yang galak..., maka kau pasti
bisa menanganinya.” Komentar pria lainya, Ho Won kembali mengucapkan
terimakasih dan berjanji akan berusaha
yang terbaik. Woo Jin keluar ruangan menyindir Ho Won yang mengucapkan
terimakasih seperti tak ada gunanya. Ho Won menatap sinis papan nama “Manajer
Senior Seo Woo Jin”
Ho Won
kembali berkerja di restoran daging melayani semua pelanggan yang cukup ramai.
Ia pun tersenyum saat membersihkan meja mengingat pesan pria yang sebelumnya “Kau
pasti bisa menanganinya.” Ponsel Ho Won berbunyi ada telp dari Eun Ho Jae.
Adiknya pun bertanya apakah ia bisa bicara sebentar.
Terdengar
teriakan pelangganyang meminta ganti panggangan-nya. Ho Won pun bergegas
melayaninya seperti menahan adiknya yang ingin berbicara.
Ho Won
mengunakan earphone sambil membuang sampah memberitahu adiknya kalau merasa
wawancaranya berjalan lancar dan yakin pasti lolos, karena yang mewawancarainya
tadi memujinya kalau dirinya itu bisa melakukanya.
“Ibu
pasti senang mendengarnya.”komentar adiknya.
“Bagaimana
pekerjaanmu di kapal? Ibu mana? Apa Ibu lagi di tempat kerja?” tanya Ho Won.
“Ya. Dia
pergi bekerja tadi.” Ucap Ho Jae gugup padahal sedang berada dilorong rumah
sakit
“Noona,
wawancaramu pasti berjalan lancar, dan kau sepertinya sedang senang... kau
tidak pernah lupa makan, 'kan?” kata Ho
Jae khawatir
“Aigoo.
Kau tidak perlu khawatirkan itu. Itulah untungnya bekerja di restoran. Aku
makan teratur. Jika hasil wawancara
keluar, nanti kukabari kau.” Kata Ho Won
“Tapi...,
pembayaran pinjaman bulan ini...” ucap Ho Jae, Ho Won mengatakan kalau ia yang akan
mengurusnya sampai bulan ini.
“Jika aku
diterima dan dapat gaji bulan depan, semuanya akan baik-baik saja. Bersabarlah
sebentar lagi.” Ucap Ho Won, Setelah menutup telp Ho Jae dipanggil sebagai Wali dari Lim Kkot Bun.
Seorang
pria meminta Woo Jin agar bisa menerima orang itu karena masih bisa menerima satu orang lagi. Dengan memberikan
CV yaitu Anak ketua, yang dulu jadi penunggang
kuda dipekerjakan sebagai direktur utama.
“Apa Sekarang,
kau ingin mempekerjakan teman anaknya, seorang mantan pelaut?”ucap Woo Jin
menyindir
“Jangan
terlalu keras kepala. Kau harus Dengar. Kakek orang ini seorang menteri.” Kata Si
pria
“Cara
kerja perusahaan ini memang konyol. Apa kau pikir normal, mempekerjakan orang-orang ini di Tim
Pemasaran Luar Negeri?” sindir Woo Jin
“Aku juga
tidak mau seperti ini, Kalau saja tak masalah menempatkan dia di tim manapun,
aku juga tidak akan meminta bantuanmu.” Ucap Si pria juga merasa posisinya tak
bisa melakukan apapun.
Woo Jin
tetap tak peduli mau kakeknya dan tetep tidak bisa menerima orang yang ada di
timnya, menyuruh membentuk saja tim kapal
atau tim bisnis kapal pesiar, dan mempekerjakanya karena itulah tugasnya tim
HRD. Si pria mengejar Woo Jin dengan wajah kesal.
Ho Won
pun pulang dengan menaiki tangga rumah di tempat paling atas dengan merasakan
kalau hari ini hari yang melelahkan. Terlihat ada foto keluarga bersama ayah
ibu dan adiknya. Saat itu sebuah pesan
masuk menyuruhnya agar segera keluar. Ho Won bertanya ada apa. Temanya menyuruh
agar Keluar saja sekarang.
Akhirnya
Ho Won keluar bertemu dengan seorang wanita yang sedang mengunakan masker dan
mengulurkan tangannya. Ho Won mengerti karena sudah menukar uangnya ketika
ingin memberikanya menahanya, sambil
menerima telp dari bibinya.
“Emm..
Bolehlkah aku bayar sewanya minggu depan? Aku Barus aku dapat kabar, ibuku
dirawat di rumah sakit. Aku ada pekerjaan paruh waktu akhir pekan ini, dan bayarannya cukup besar. Aku
dapat gajinya minggu depan. Boleh, yah?”
ucap Ho Won
Si wanita
menatap sinis, Ho Won pun ingin membantu dengan mencuci pakaianya. Tanpa segan
si wanita langsung memberikan cucian kotor agar Ho Won mencuci dengan tangan.
Ho Won
pun menjemur pakaian setelah mencuci dengan tangan dan memerasnya sendiri. Saat
itu ponselnya berdering, seperti bibinya meminta agar menelp, Ho Won pikir
nanti saja karena tahu Ibunya juga pasti tidak senang menerima telepon darinya.
“Ibu pasti
baik padaku lagi kalau aku sudah dapat kerja. Jangan khawatir.” Kata Ho Won dan
segera menyudahi telp dari bibinya dengan berpura-pura sedang makan ramen
sekarang.
“Ada
begitu banyak rumah..., tapi tidak ada satu tempat pun yang bisa membuatku
berbaring dengan nyaman tanpa mengkhawatirkan uang sewa.” Gumam Ho Won sedih
menatap banyak rumah dari atap yang berjejer didepanya.
“Ah..Tidak...
Kita Tunggu saja... Aku pasti bisa dapat tempat tinggal lagi.” Kata Ho Won
menyakinkan dirinya.
Woo Jin
keluar parkiran membawa baranganya sambil mengeluh kalau para pegawai itu
berpikir kalau koneksi bisa membuat
mereka berhasil bahkan berpikir koneksi
lebih penting daripada kemampuan. Lalu
ia menerima telp dan berbiara kalau ini sudah tiga bulan
Saat Ho
Won pun menjadi wanita yang ada didepan Mall menyapa semua yang masuk dengan
senyuman, suara pria terdengar berteriak memanggil Eun Ho Won di Gerbang
Selatan agar tetap tersenyum. Ho Won harus tersenyum walaupun kakinya terasa
pegal harus berdiri dengan heels.
Seorang
pria dan wanita berjalan menyeberangi jalan, Ho Won melamun melihat keduanya
seperti menginginkan seorang kekasih. Suara teriakan pria pn terdengar memarahi
Ho Won. Akhirnya Ho Won kena marah oleh bosnya.
Ia
berusaha menahan diri dengan menyakinkan pasti bisa menanganinya. Pria itu
terus mengoceh, Ho Won terus bergumam agar dirinya bisa bersabar.
“Kau
selalu saja dimarahi. Apa kau tidak bosan dimarahi?” ucap bayangan dirinya
seperti mengoda. Si pria terus memarahi Ho Won kalau kerjanya tak benar.
Bayangan
dirinya menyakinkan lirik sambil menari “Aku tidak punya apapun Yang kupunya hanyalah jiwa muda. 'Kan
kubentangkan tanganku Merangkul dunia Dan terus berlari Jiwa mudaku adalah
kekuatanku”
Pria yang
tadi merangkul sang wanita bernama Do Ki Taek dan wanita bernama Ha Ji Na.
Mereka berhenti berjalan, Ji Na bicara serius berpikir akan menyudahi hubungan
mereka sja. Ki Taek kaget karena Ji Na mendadak bicara seperti itu.
“Kita
putus saja.. Aku ingin putus denganmu dan Cukup sampai disini.” Ucap Ji Na
“Apa Kau
marah padaku? Aku pasti ada salah lagi terhadapmu. Maaf, Ji Na. Aku minta maaf” ucap Ki Taek
“Aku
tidak bercanda. Aku muak melihatmu membelikan hadiah buatku dengan membayar
cicilan 12 bulan. Mie lobak buat musim panas,
udon atau kimbap buat musim dingin. Aku muak dengan semuanya, Kau masih
bekerja paruh waktu untuk memenuhi
kebutuhan. Kau itu tak punya masa depan. Apa masa depanku juga harus hancur
karenamu?” ucap Ji Na
“Kukira
kau suka mie lobak. Aku berusaha keras. Jika kau bersabar sedikit lagi...” kata
Ki Taek
“Aku
tidak bisa sabar lagi. Sekarang Berapa umurmu? Kukira kau akan cepat lulus
ujian PNS. Bagaimana kalau kau tidak pernah lulus?” ucap Ji Na
Ki Taek
mengerti kalau takkan ikut ujian PNS dan mau cari kerja yang lain saja. Ji Na rasa Ki Taek berpikir kalau itu hal
yang mudah karena tak ada perusahaan
yang menunggu dengan tangan terbuka. Ki
Taek hanya diam saja. Ji Na tahu Ki Taek pasti berpikir kalau dirinya itu
jahat.
“Aku
pikir setidaknya harus membuatmu sadar karena kita sudah lama menjalin
hubungan. Aku doakan yang terbaik buat kau, Oppa.” Kata Ji Na, Ki Taek mengejar
Ji Na agar bisa berbicara.
“Udaranya
dingin... Nanti kau bisa kena flu...” kata Ki Taek memberikan syalnya, tapi Ji
Na menolak melepaskanya dan mengembalikanya begitu saja.
Ho Won
masuk ke sebuah restoran bertemu dengan dua teman yang sudah lama tak
ditemuinya. Temanya mengeluh Ho Won yang datang terlalu lama, Ho Won meminta
maaf karena ada pekerjaan. Dua temanya pikir kalau Ho Won harusnya sudah datang
lebih cepat karena yang lain sudah pergi. Ho Won melihat masih ada daging sisa
jadi bisa memakanya.
“Dia
mentraktir kita karena dsudah dapat kerja jadi Pesan lagi saja.”kata temanya
menunjuk ke wanita ke pakaian pink
“Selamat.
Aku iri denganmu.” Ungkap Ho Won, Si wanita berbaju pink pun mengucapkan terima
kasih dan mengetahui Ho Won yang tidak
lolos tahap pra-screening menurutnya Ho
Won seharusnya ikut grup belajar kmerekasaja.
“Kau
beruntung karena kau sudah dapat gelar pascasarjana. Belakangan ini, perusahaan
saja tak mau membaca CV jika kau terlambat satu tahun lulus dari universitas.” Kata Ho Won
Temanya pikir
Ho Won harusnya cari pekerjaan di mana saja. Teman lainya tahu kalau Ho Won itu
punya standar yang tinggi dan hanya
melamar ke perusahaan yang sudah
terkenal. Ho Won berjanji nanti akan memberitahu kabar baik jadi tunggu saja.
“Balas
dendam saja ke Dongki Food itu. Kami pikir kau tidak diterima di Dongki Food.Bukannya kau sudah
melamar pekerjaan 100 kali?” ucap
temanya berbaju biru
“Mereka
sudah mengumumkannya.” Kata teman berbaju pink, Ho Won melotot kaget dan
bertanya siapa yang mengatakan itu. Teman berbaju biru memberitahu kalau teman
mereka adalah salah satunya diterima Dongki Food.
Ho Won
sambil menangis mengemudikan motornya, lalu menghentikan motornya merasa semua
Tidak mungkin dan yakin kalau aku bakal diterima. Pesan masuk ke dalam ponsel,
Ho Won membacanya [Kami mohon maaf untuk memberitahu Anda bahwa Anda tidak diterima] Ia tak percaya Setelah aku dipermalukan
seperti kemarin dan Setelah semua perjuangannya, hasilnya tetap nihil.
“Aku akan
menghancurkan kalian dan Akan kubunuh kalian semua.” Ucap Ho Won penuh amarah
mengingat Woo Jin yang sebelumnya seperti meremehkan dirinya.
Ho Won
sudah siap dengan membawa sebuah mobil truk dan siap masuk ke dalam gedung
Dongki Food, mobil pun melaju masuk ke dalam lobby. Saat itu Ho Woon terjatuh
dari motornya, ternyata semua hanya khayalan.
***
Ho Won
pergi ke bagian receptionist memberitahu datang untuk mengirimkan ayam pada
ketua tim Seo Woo Jin. Petugas pun menelp lebih dulu, akhirnya Ho Won berdiri
didepan pintu lift dan siap mengantar auam
Pria yang
berkerja di HRD membahas Woo Jin
yang akhirnya berhenti dan ingin tahu
berpaa lama bertahan di perusahaan lainya karena pasti tak bisa kerja
dimana-mana lagi karena itu pekerjaan terakhirnya. Ho Won kaget dan berjalan
lemas karena mengetahui Woo Jin yang berhenti.
“Aku
sampai tak bisa berkata-kata. Lalu kenapa dia menolak lamaranku? Padahal dia
juga akan berhenti. Aku juga sebenarnya tak ingin diperlakukan seperti yang
kemarin itu.” Ucap Ho Won sambil menangis keluar gedung.
Ki Taek
masuk kamar kostnya terlihat tulisan semangat [Aku
akan lulus ujian.] lalu menelp Ji Ah bertanya bagaimana bisa cinta berubah dan
apakah Ji Na bisa hidup tanpanya. Ji Na merasa Ki Taek itu pasti mabuk
sekarang.
“Ji Na,
bisakah kau percaya padaku dan berikan
aku satu kesempatan lagi? Jangan benci aku. Apa kau bisa mencintai tanpa modal apapun?” ucapKi
Taek
“Latar
belakang pendidikan dan keluargamu pun
biasa-biasa saja. Kau pun tidak punya pekerjaan. Mana bisa aku mempercayaimu?”
ucap Ji Na
“Kau
harus percaya padaku jika kau
mencintaiku!” kata Ki Taek
Ji Na
seperti tak ingik Ki Taek bicara lagi, lalu meminta agar Ki Taek mengangap saja
dirinya tak mencintainya lalu memutuskan telpnya. Seorang pria datang, seperti
Ji Na sudah melakukan kencan buta dengan pria mapan.
“Aku juga
ingin bisa membalas hadiah yang kau
berikan padaku sekaligus. Aku ingin mengajakmu ke restoran mewah dan bar mahal. Maafkan
aku.. Ji Na, aku juga tidak bisa tidur
nyenyak... Tapi aku sungguh ingin tidur hari ini.” Ucap Ki Taek frustasi minum
banyak obat tidur dengan Soju.
Bersambung
ke part 2
Coba ngikutin drama ini ah...
BalasHapusSemangat mba dee nulisnya