Yong Jin
hanya bisa melihat Tuan Shin yang jatuh karena dirinya dari lantai atas.
“Kim Yong
Jin menggelapkan uang perusahaan. Dia ditakdirkan membunuh Direktur Happiness
yang mengetahui hal itu.<Aku sudah berusaha agar dia meninggalkan Meyrits,
tapi gagal. Prosesnya memang berbeda, tapi akhirnya ia tetap menjadi
pembunuhnya. Namun, aku tidak dapat memberi tahu So Joon akan kebenarannya.
Karena...Ma Rin-ku dan So Joon akan dalam bahaya jika mengetahuinya.” Ucap Do
Sik
Ma Rin
memeluk So Joon yang terlihat benar-benar terpukul dengan kepergiaan ayah Se
Young yang sudah di anggap seperti ayah kandungnya sendiri.
So Joon
masuk ke kantor polisi tak terima dianggap sebagai Kecelakaan dan
menyimpulkanya hanya dalam sepuluh hari. Detektif mengeluh melihat tingkah So
Joon karena menurutnya ia bahkan bukan anggota keluarganya dan menyuruhnya
Pergi saja. Ki Doong menenangkan temannya kalau mereka bisa mendiskusikannya
baik-baik.
“Apa Kau
sudah memeriksa semua CCTV di area itu? Bagaimana dengan ponsel Shin Sung Kyu?
Aoa Kau sungguh menginvestigasinya dengan benar? Apa Kau 100% yakin itu
kecelakaan? Jelaskan agar aku mengerti.” Ucap So Joon, Ketua Tim mendengar So
Joon terus bicara menyuruh Detektif Kim segera membereskanya saja.
“Kecelakan
itu terjadi di area yang tidak terjangkau, jadi mana mungkin ada CCTV!? Tidak
ada yang aneh juga dalam riwayat ponselnya.” Jelas Detektif Kim
“Bagaimana
dengan rekaman black box (kotak hitam) mobil yang ada di sana?” tanya So Joon
“Di atas
semua itu, hasil pemeriksaan dokter menyatakan cedera atas kecelakaan itu
sangat alami. Kalian juga sudah diberitahukan!” kata Detektif Kim
“Apa Tidak
ada kemungkinan seseorang memanipulasinya seolah kecelakaan?” tanya Ki Doong
“Kalau
pembunuhan, korban pasti akan dicekik atau ditikam. Entah di kepala atau tulang
rusuk, semestinya ada cedera serius. Jika benar pasti ada jejak semacam itu, Namun
Shin Sung Kyu tidak mengalaminya dan Tidak ada tanda-tanda pembunuhan.” Jelas
Detektif Kim
“Pada
hari itu, dia tidak punya alasan pergi ke lokasi tersebut. Dia semestinya
berangkat ke Jepang. Dia bahkan mengatakan pada putrinya akan menyusul ke
bandara.” Jelas Ki Doong
“Itu
sebabnya kamipun menyelidiki secara mendalam.” Ucap Detektif Kim dengan nada
tinggi
“Tidak
masuk akal tiba-tiba dia pergi ke lokasi konstruksi.” Kata So Joon, Ki Doong
menenangkan So Joon dan mengaku ia juga
tidak habis pikir soal itu.
Detektif
Kim merasa kalau So Joon berpikir ada seseorang membawanya ke sana, dan menjelaskan kalau sudah
memeriksa riwayat ponselnya yaitu Di hari itu, semula Tuan Shin pergi ke rumah
komunitas di Sangjin-dong Lalu pergi ke TKP di Hwakyung-dong. So Joon kaget
mengetahui Tuan Shin yang juga pergi ke rumah komunitas.
“Kami
mendapat kesaksian dia sering menginspeksi lokasi konstruksi. Jadi, kami menyimpulkan
kedatangannya ke TKP sebelumnya tidak direncanakan.” Kata Polisi
So Joon
dan Ki Doong akhirnya keluar dari kantor polisi, So Joon pikir Jika Tuan Shin pergi
juga ke rumah komunitas, semestinya Ki Doong dan Ma Rin melihatnya. Ki Doong
mengaku kalau tidak lihat.
“Kalau
begitu, beliau hanya melewati tempat dimana kau dan Ma Rin berada? Lalu, dia
pergi ke TKP?” kata So Joon
“Aku
tidak melihat sesuatu yang mencurigakan. Sebagaimana yang polisi katakan. mungkin
kebetulan saja ke lokasi itu untuk inspeksi.” Kata Ki Doong santai
“Hei,
menurutmu itu masuk akal?” ucap So Joon dengan nada kesal
“Tuan
Shin tidak suka Se Young pergi ke Jepang. Mungkin dia hanya sekedar janji palsu
akan menyusul Se Young.” Ucap Ki Doong
Akhirnya
ia mengaku kalau tak masuk akal, kalau Tuan Shin itu dibunuh, menurutnya Siapa
juga yang berniat buruk pada orang seperti Tuan Shin. So Joon mengak sudah tahu
soal insiden itu dan coba menghentikannya Tapi, TKP-nya justru berubah, namun
kejadiannya tidak berbeda seperti Seolah seseorang merencanakannya agar
terjadi.
“Apa Kau
pikir sesuatu yang serupa dapat terjadi pada hari yang sama secara kebetulan?”
kata So Joon masih bisa belum terima
“Semua
ini sulit dipercaya, tapi aku pun
kesulitan menerima keadaan dan kita bukan polisi. Kau menjadi sangat emosional
akibat rasa bersalah.” Kata Ki Doong
Saat
itu Ma Rin datang melihat suaminya, So
Joon binggung melihat Ma Rin yang datang.
Ki Doong mengaku kalau sengaja menelepon Ma Rin dan mengaku senang istri
temanya datang jadi meminta agar
memabwanya pulang. Ma Rin mendekati So Joon merapihkan rambutnya yang berantakan.
“Maaf,
tapi aku harus pergi ke suatu tempat.” Ucap So Joon, Ma Rin langsung bertanya
kemana akan pergi.
“Aku
sangat marah padamu hari ini.” Ungkap So Joon pada Ki Doong, Ma Rin tetap
bertanya kemana suaminya akan pergi.
“Aku
harus mencaritahu sesuatu.” Kata So Joon
“Apa
pergi ke Setahun mendatang Atau dua tahun mendatang? Seperti kata Ki Doong, kau
bukan polisi. Kau harus bisa Mengerti aku kemari untukmu, jadi ayo pulang bersamaku.” Ucap Ma Rin
mencoba merayunya, tapi So Joon tetap ingin pergi memastikanya.
Ma Rin
dan Ki Doong berbicara dicafe, Ma Rin
kaget mengetahui kalau Ayah Se Young mampir di tempat keduanya berada. Ki Doong
membenarkan lalu bertanya apakah tidak melihat sebuah mobil mencurigakan, Ma
Rin juga tak begitu yakin tapi memang sempat ada mobil yang parkir tapi tidak
yakin kalau mobilnya mencurigakan.
“Aku
tidak mengerti kenapa jadi ikut seperti ini. Aku paham alasan So Joon bersikukuh
pasti ada pelakunya. Dan tidak memercayai sesuatu yang meragukan seperti halnya
'takdir'... Dia pasti ingin menyalahkan seseorang karenanya.”ungkap Ki Doong
“Ya, aku
tahu. Sejujurnya, aku sendiri tidak mengerti yang sedang terjadi.” Ungkap Ma
Rin Ki Doong juga merasakan hal yang sama.
Ma Rin
berjalan pulang mengingat kembali ucapan Ki Doong “ Ma Rin, kau tidak melihat
mobil yang mencurigakan?” dan mengingat kalau ada sebuah mobil yang terparkir
dan saat berjalan sempat melinta sebuah mobil putih, tapi menyakinkan kalau
pasti bukan.
So Joon
pergi menemui Do Sik sambil minum. Do Sik bisa mengerti SO Joon tidak ingin
menerimanya, tapi menyakinkan kalau hanya kecelakaan, lalu merasa kalau
seharusnya Do Sik minta maaf sudah memperlakukan layaknya kriminal bahkan
memborgolnya. Ki Doong meminta Do Sik agar menatapnya.
“Ahjussi..
Jelas kau mengetahui sesuatu. Tindakanmu tidak masuk akal jika memang tidak tahu apa-apa. Apa yang kau
sembunyikan?” ucap So Joon
“So
Joon... Aku yakin kau tahu... masa depanmu tidak terlalu bagus.” Kata Do Sik
“Sebentar
lagi, aku akan menghilang tanpa jejak Lalu aku akan mati dua tahun kemudian.”
Ucap So Joon
“Itu bisa
lebih buruk dari yang kau ketahui. Aku hanya bisa mengatakannya lagi dan lagi. Jika
kau coba menghentikan sesuatu yang akan terjadi, maka hasilnya justru akan
lebih buruk. Itu sebabnya, aku tidak ingin kau mengetahui masa depan.” Jelas Do
Sik
“Lalu
kenapa kau juga melakukan perjalanan waktu? Kau mestinya juga hidup tanpa
mengetahui masa depan.” Ucap So Joon heran
“Soal
itu...kau akan mengetahui semua ketika saatnya tiba.” Kata Do Sik
“Apa merasa
jadi Dewa karena mengetahui masa depan
lebih banyak dariku? Ini Tidak bisa dipercaya dan itu alasan aku
mencurigaimu” komentar So Joon
Do Sik
membela diri kalau So Joon bahkan lebih
buruk, dan mengingatakn kalau temanya itu bukan dewa yang menyelesaikan semua
permasalahan. So Joon kesal bertanya apakah yang bisa diakukan selain membeli
ramyeon dari dunia lain.
“Aku tahu
yang akan terjadi. Tapi kau bilang aku tidak bisa melakukan apa-apa? Apa Aku
harus membiarkannya meski mengetahuinya?” ucap So Joon
“Apa
sebegitu Betapa menjengkelkannya hal itu? Sadarkan dirimu dan jalan yang benar”
pesan Do Sik
“Kenapa
kau menjelajah waktu dan ikut campur dalam hidupku? Jangan bersikap seolah kau
lebih tahu soal hidupku daripada diriku sendiri, oke? Itu membuatku merasa
seperti pecundang.” Ucap So Joon marah
Keduanya
pun keluar dari tenda, Do Sik yang sudak mabuk berpikir So Joon yang sudah
mendorongnya dan ingin memberitahu tentang jati dirinya. So Joon terlihat kesal
menyuruh Do Sik agar berhenti sok tahu soal hidupnya dan kesal karena dirinya
tak bisa melakukan sesuatu.
“Aku akan
naik subway sampai mati. Kenapa? Aku harus menyelamatkan Ma Rin-ku. Apa Kau
ingin aku membiarkan hal buruk terjadi lagi seperti ini, huh? Dia satu-satunya keluarga
tersisa yang kumiliki. Dia satu-satunya isteriku, wanitaku. Aku... aku harus
melindunginya sampai akhir. Jika tidak... maka aku akan sangat menyesal.” Ucap
So Joon sambil menangis, Do Sik yang mendengarnya langsung memeluk So Joon seperti
anaknya sendiri dan meminta maaf.
Ma Rin
mengeluh pada ibunya yang makan ramen didepan matanya, Nyonya Cha merasa aklau
sudah menyuruh ikut makan saja. Ma Rin pikir ibunya itu sedang menyiksanya dan
sangat lapar sekali. Nyonya Cha pikir tak ada yang menyuruhnya kelaparan dan
mengambilan mangkuk agar segera makan.
“Aku
bahkan tidak tahu So Joon sudah makan belum.
Bagaimana aku bisa makan?” kata Ma Rin gelisah
“Jadi,
kau kelaparan demi dia? Aku akan kelaparan bersama dia.” Ejek Nyonya Cha
“Itu
disebut berbagi luka.” Ucap Ma Rin, Nyony Cha makin mengejek akalu akan
menelepon Walikota dan minta anaknya dianugerahi isteri paling setia.
Saat itu
So Joon pulang dengan keadaan mabuk, Ma Rin langsung menghampirinya dan mencium
bau alkohol. So Joon memuji istrinya yang sangat cantik. Nyonya Cha melihat So
Joon yang mabuk berat, dan mencoba menyapanya tapi So Joon seperti tak sadar.
So Joon
terus memuji Ma Rin yang cantik dengan mengodanya, Ma Rin mencoba memberitahu
kalau ada ibunya. So Joon seperti tak peduli malah langsung mencium Ma Rin.
Nyonya Cha kaget langsung menutup wajahnya karena malu.
Ma Rin pun
segera mengajak suaminya untuk pergi ke kamar, So Joon melihat ibu mertua dan
memeluknya, tanpa sadar ingin menciumnya juga. Ma Rin langsung menahanya dan
menarik So Joon agar segara masuk ke dalam kamar.
So Joon
akhirnya berbaring diatas tempat tidur, Ma Rin binggung Bagaimana So Joon akan
menghadapi Ibunya nanti dan menutup pintu kamar. Lalu sambil membuka kaos kaki
suaminya, Ia mengeluh padahal sebelumnya sangat khawatir apakah sudah makan
atau belum tapi melihatnya sekarang kalau perut So Joon pasti sudah terisi.
“Apa Kau
baik-baik saja?” tanya Ma Rin, So Joon
mengelengkan kepala.
“Rasanya Sakit.”
Ungkap So Joon. Ma Rin membangunakn So Joon dengan membuka jasnya dan
menyuruhnya agar segera beristirahat.
“Ma
Rin... Aku akan melupakan segalanya,Ayah Se Young sudah meninggal. Aku tidak
bisa hidup serampangan dan tidak bersyukur. Aku ingin melupakan semuanya dan ingin
kita berdua hidup bahagia. Aku hanya khawatir tentang masa depan kita. Apa pun
yang terjadi, aku akan melindungimu.” Kata So Joon, Ma Rin pun bisa mengerti.
“Tidak
mungkin untuk melupakannya dengan cepatNamun, itu bagus kau sudah memutuskan.”
Kata Ma Rin
“Percayalah
padaku. Setidaknya, aku bisa membahagiakanmu.” Kata So Joon, Ma Rin mengaku
kalau mempercayai suaminya.
Ki Doong
menunggu dikursi taman, Se Young datang melihat barang ayang dibawakan Ki Doong
karena banyak sekali dan bahkan membelikan buku. Ki Doong mengaku kalau itu buku yang bisa langsung ditamatkan karena
Sangat menarik, sampai lupa waktu.
“Ini
sangat berat. Apa Mau kubawakan?” ucap Ki Doong menawarkan diri, Se Young pikir
Ki Doong tahu kalau berjalan tidak sampai lima menit dan dirinya juga tak sakit
“Bagaimanapun
juga, Aku ucapkan terima kasih. Katakan pada So Joon dan Ma Rin, terima kasih sudah banyak membantu.” Ucap Se
Young
“Kau
tidak perlu berterima kasih padaku. Aku ‘kan pesuruhmu.” Kata Ki Doong mengejek
“Kau
sudah dipecat dari posisi itu” balas Se Young, Ki Doong pikir dirinya perlu mencari pekerjaan lain?
“Tapi Di
matamu, aku berpengalaman, 'kan? Kang Ki Doong adalah pesuruh Shin Se Young. Jadi,
kau bisa minta apa pun padaku.” Kata Ki Doong bangga.
Se Young
pun pamit pulang saja menurutnya barang
yang dibawakan Ki Doong cukup untuk persediaan makan sebulan. Ki Doong pikir Se
Young tetap akan pergi ke Jepang lagi, Se Young juga bingung harus karena
Ibunya sekarang sendirian. Ki Doong meminta agar Se Young tetap tinggal saja di
Korea. Se Young hanya menatapnya. Ki Doong pikir dirinya tak boleh mengatakan
hal itu lalu menyuruh Se Young agar pulang dan istirahat saja serta Jangan pikirkan apa pun.
Di sebuah
club
So Ri
duduk bersama dengan teman-teman termasuk Gun Sook, lalu mengajak mereka pulang
saja karena Sekujur badannya sakit semua dan Tempat itu hanya dipenuhi anak
muda menurutnya memalukan berada di dalam club.
“Hei..
Apa maksudmu? Tidak seorangpun boleh pergi sampai mengidap arthritis. Coba kau
lihat di sana, Apa Kau lihat pria itu? Aku akan jadi Ratu hari ini.” Kata Gun
Sook
Gun Sook
pun turun di lantai dansa sengaja mendekati pria yang dari belakang terlihat
menari cukup baik. Si pria pun merasakan ada seseorang yang mendekatinya.
Keduanya pun membalikan badanya dan terkejut ternyata pria itu adalah Sek
Hwang.
Keduanya
akhirnya pergi ke minimarket, Gun Sook memerintahkan agar Sek Hwang merahasiakan
sampai mati kalau melihatnya di klub malam.Sek Hwang mengerti dan hanya akan
menjadi rahasia berdua sampai mati. Gun Sook mengaku merasa aneh, padahal tidak
terjadi apa-apa dan keduanya pun minum pereda mabuk.
“Apa
sesuatu yang buruk di kantor terjadi pada Young Jin-ku? Tidurnya tidak nyenyak
seolah sedang dikejar. Dia tertawa lalu berteriak sendirian, dia kelihatan
seperti orang yang berbeda. Aku hampir gila. Dia bahkan menyebut soal
Vietnam...” cerita Gun Sook kesal
“Apa Beliau
bilang kau mirip gadis Vietnam? Tapi kau tidak kelihatan begitu.” Komentar Sek
Hwang, Gun Sook heran dengan Sek Hwang
“Tapi bagaimanapun juga, beritahu aku kalau kau
tahu sesuatu. Apa dia habis dipecat” tanya Gun Sook penasaran dengan suaminya.
“Sejujurnya,
saya kurang tahu. Posisi beliau sedang tersudut belakangan, jadi sulit juga untukku. Hari ini pun saya ke
klub untuk melepaskan penat.” Ungkap Sek Hwang, Gun Sook juga mengaku seperti
itu
“Ini
pertama kalinya aku ke sana setelah menikah,
aku terlalu stres. Dan Kau banyak menderita di kantor, Sekretaris
Hwang.” Kata Gun Sook prihatin. Sek Hwang juga merasa kalau Gun Sook banyak
menderita di rumah.
Ma Rin
memoles bibirnya merasa kalau tampilan Karismatik sekali. So Joon melihat Ma
Rin sudah rapi bertanya apakah istrinya mau pergi, Ma Rin mengangguk kalau akan
pergi mengantar So Joon ke kantor. So Joon binggung dan terlihat baru bangun
tidurnya.
“Kalau
aku membiarkanmu, maka kau akan jadi pecundang. Aku akan mendisiplinkanmu. Aku
akan bersikap layaknya ibu Han Seok Bong.” Kata Ma Rin, So Joon makin melonggo
mendengarnya.
“Aku akan
mengantarmu.” Kata Ma Rin, So Joon heran mengeluh kalau perutnya sakit dan
menanyakan obat penangkal mabuk.
Ma Rin
menarik So Joon lalu memberikan minuman Ginseng merah. So Jon bertanya apakah
itu penghilang mabuk. Ma Rin mengangguk, lalu bertanya apakah masih ingat yang
dikatakan kemarin. So Joon seperti tak ingin dan bertanya apa yang dikatakanya.
Ma Rin mengeluh sekarang Menjengkelkan sekali dan merasa hampa.
“Apa yang
sudah kulakukan? Kebiasaan mabukku tidak buruk” kata So Joon
“Orang
bilang, saat mabuk mereka bahkan tidak mengenali orang tua sendiri. Seperti
itulah kau.” Kata Ma Rin,
“Memang aku tidak ingat.Tapi kau tidak berhak
mengatakan apa pun, karena kebiasaan mabukmu lebih buruk” balas So Joon
Ma Rin
menyuruh suaminya minum saja ginseng merahnya, sambi
l memukulnya lengan
suaminya yang lemah jadi mudah sekali mabuk. So Joon bertanya-tanya apa yang
dikatakanya. Ma Rin mengulang ucapan So
Joon "Aku bukan manusia kalau tidak pergi kerja dan akan jadi orang yang
rajin. Aku akan menuruti perkataan Song Ma Rin." Sambil mendorong ke kamar
mandi.
So Joon
mengaku badannya merasa tak enak jadi meminta membuatkan ramyun. Ma Rin setuju
lalu menyuruh So Joon agar cepat mandi karen mereka sudah telat.
So Joon
mengeluh melihat Ma Rin yang menyetir dengan wajah tegang dan duduk condong ke
depan, padahal sudah mengatakan akan mengemudikan mobilnya jadi kenapa Ma Rin
harus repot mengantarny ke kantor dan bukan anak kecil. Ma Rin hanya diam saja.
So Joon bertanya apakah Ma Rin gugup, Ma Rin membenarkan.
“Oh, ya.
Ini yang kuinginkan Aku coba membuatmu
sadar.” Kata Ma Rin
“Tapi
tidak berhasil padaku, bahkan Aku tidak sadar sama sekali.” Kata So Joon
GPS
memberitahu kalau harus belok kiri, Ma Rin akan siap belok kiri tapi salah
menekan tombol lampu sen. So Joon hanya bisa menghela nafas memberitahu ada
disebelah kiri dan tak mungkin pindah jalur karena belokanya sudah lewat.
“Kita jalan-jalan
sebentar tapi Bagaimana bisa tidak ada belokan kanan? Aku sangat hebat soal
belok kanan.” Kata Ma Rin bangga, So Joon menunjuk kalau ada belok kanan tapi
tetap saja Ma Rin tak bisa berpindah jalur.
Yong Jin
berjalan dilorong dan langsung sembunyi melihat Direktur Wang sedang bicara
dengan pegawai lain. Pegawai itu membahas kalau mendengar banyak rumor soal
Direktur Kim Yong Jin. Direktur Wang pikir itu soal Kota Jangho. Pria itu tak
tahu kalau Direktur Wang sudah mengetahuinya.
“Setiap
orang membicarakannya, 'kan? Direktor Wang, Anda yang memulai rumornya.” Kata
Si pri
“Hei. Kau
pasti mengira aku ini temanmu, ya?” keluh Direktur Wang pada bawahanya. Si pria
pun meminta maaf pada atasanya. Yong Jin keluar dari persembunyianya mengetahui
rumor yang sudah tersebar.
Ma Rin
akhirnya mengantar So Joon sampai ke depan halte terdekat kantornya, So Joon mengeluh kalau kantornya itu di Busan
karean butuh waktu perjalanan 4 jam. Ma Rin pikir Lebih baik terlambat daripada
tidak hadir dan itu yang dikatakan oleh ibunya. So Joon bisa mengerti dan akan
pergi berkerja.
“So
Joon.. Semoga harimu indah.” Kata Ma Rin, So Joon pun mengucapkan Terima kasih walaupun merasa mual.
“Song Ma
Rin... Aku sudah baik-baik saja... Kau tidak perlu berlebihan.” Kat Soo Joon,
tapi Ma Rin melihat So Joon terlihat
agak sakit.
“Itu
akibat duduk di mobil selama 4 jam.” Kata So Joon menyindir, Ma Rin pikir akan
mengantar sampai ruangan dan sudah berdandan untuk jaga-jaga. So Joon memilih
untuk pergi sendiri saja.
“Yoo So
Joon... Jangan pergi dan menghilang lagi... Jangan pergi ke dunia lain...
Sekarang itu dilarang...Sebaiknya jangan pergi dan kau akan Mati kalau
melakukannya.” Ucap Ma Ri memperingatkanya. So Joon mengangguk mengerti.
Yong Jin
menyapa Direktur Wang dengan bertanya apakah sudah makan siang. Direktur Wang
mengaku belum tapi ada janji makan malam nanti dan bertanya apakah ingin
mengajak makan bersama, Yong Jin pikir mereka bisa makan sambil mengobrol
bersama.
“Soal
proyek Sami yang sedang kau kerjakan, masih dipertimbangkan, kan?” kata Yong
Jin, Direktur Wang menekanya kalau itu semua karena Yong Jin
“Kau
ingin mempercepatnya, 'kan? Apa Mau kubantu?” ucap Yong Jin ramah
“Terakhir
kali kau bilang, "Kau gila? Tidak waras, ya?" Apa Kau salah makan?
Kenapa tiba-tiba baik?” kata Direktur Wang curiga.
“Direktur
Wang dikenal di industri ini bukan tanpa alasan. Itu Tentu karena aku mempercayaimu.”
Ucap Yong Jin seperti menjilat
Direktur
Wang langsung bertanya apa yang diinginkan rekan kerjanya itu. Yong Jin mengaku
tak ada dan hanya ingin memercayai Direktur Wang dan bekerja. Direktur Wang
mengaku senang Yong Jin bisa membantunya.
Saat itu
So Joon baru sampai kantor, Direktur
Wang menyapa dengan membahas kalau ada yang baru saja meninggal dan kelihatan
kurang sehat. So Joon mengaku kalau itu karena
duduk lama sekali di mobil. Yong Jin mengaku sudah dengar dan sempat
ingin ke pemakaman. Tapi Manajer Kang bilang tidak perlu.
“Pegawaiku
tidak perlu ke sana.” Kata So Joon
“Anda
pasti sangat sedih. Saya tidak tahu bagaimana harus mengekspresikan turut
berdukacita.” Kata Yong Jin, So Joon pun mengucapkan terimakasih
“Presdir,
tetaplah kuat.” Ucap Direktur Wang memberikan semangat.
So Joon
akhirnya pergi lebih dulu, Direktur Wang melihat Wajah So Joon kelihatan kusut dan Manajer Kang beberapa
hari ini juga kelihatan sedih tapi yang didengar kalau bukan anggota
keluarganya. Yong Jin menjelaskan Ada sebuah organisasi bernama Happiness dan
pria itu adalah direktur di organisasi itu.
Direktur
Wang binggung darimana Yong Jin mengetahuinya, Yong Jin dengan tertunduk
mengaku tidak sengaja dengar.
Ma Rin
berhenti dilampu merah sambil mengumpat kesal kalau sangat memalukan Padahal
hanya mencoba jadi isteri berguna. Ponselnya berdering, Ma Rin mengangkatnya
memberitahu sedang mengemudi, jadi harus cepat mengatakan sebelum lampu
hijau atau telepon lagi nanti.
“Ayo kita
ketemuan... Aku perlu bicara padamu.. Dan kau Kenapa langsung membahas soal
lampu lalu lintas saat menjawab telepon?Keseluruhan hidupku sedang berada di
lampu merah (terhenti). Aku akan meng-SMS lokasinya.” Ucap Gun Sook lalu
kembali berlatih bahasa vietnam.
Gun Sook
tetap berlatih bicara aneh, Ma Rin yang mendengarnya heran apa yang dikatakan
temanya. Gun Sook memberitahu kalau itu bahasa Vietnam dan sedang belajar
bahasa Vietnan lalu meminta agar Ma Rin menebak alasannya.
“Apa Mau
pergi liburan? Jadi kau meminta bertemu aku untuk pamer kau akan liburan?” keluh
Ma Rin, Gun Sook berpura-pura membenarkan
“Tapi,
berjanjilah dulu kau akan merahasiakan ini dari suamimu. Aku mengatakan padamu
karena mempercayaimu sebagai teman.” Ucap Gun Sook, Ma Rin terlihat penasaran
meminta Gun Sook mengatakanya.
“Sekarang
kau janji tapi nanti... "Sayang, sebenarnya Gun Sook bilang..." Kau
akan begitu, 'kan?” ejek Gun Sook
“Jangan
bilang kalau memang tidak memercayaiku. Aku sudah punya cukup banyak rahasia sampai
kepalaku rasanya hampir meledak. Aku bahkan tidak penasaran soal rahasiamu.”
Komentar Ma Rin
“Aku akan
emigrasi ke Vietnam, padahal Aku bahkan tidak suka mi Vietnam.” Ucap Gun Sook
sedih, Ma Rin kaget kenapa temanya pergi tiba-tiba.
“Aku
bahkan tidak tahu alasannya. Yong Jin berkeras meski aku menolak... Song Ma
Rin. Sekarang Aku membuang semua harga diriku
dan meminta satu hal padamu, mengerti? Minta suamimu untuk memperlakukan
suamiku dengan lebih baik. Jadi kau Minta padanya, yah?” kata Gun Sook memohon.
“Kenapa
mendadak kau seperti ini? Aku pikir ini Aneh melihatmu begini.” Komentar Ma Rin
Gun Sook
ingin memastikan Ma Rin akan melakukan atau tidak, Ma Rin pun bertanya Apa
terjadi sesuatu di kantor. Gun Sook pun tidak tahu. Ma Rin pikir Kalau keadaan
di Korea baik-baik saja untuk apa suaminya itu mau pergi. Gun Sook pikir Ma Rin
tahu kalau hubungan suami mereka itu tidak terlalu akur.
“Presdirnya
tidak suka pada suamiku, bagaimana bisa
Young Jin-ku baik-baik saja?” kata Gun Sook
“Itu
tidak benar. Dia bilang padaku kalau Direktur Kim bekerja sangat keras dan
banyak hal positif lainnya.” Kata Ma Rin, Gun Sook kaget karena berpikir selama
ini suami mereka saling adu mulut.
“Tapi,
selesaikan saja masalahmu sendiri. Yong Jin membuat keputusan emigrasi atas
keinginan sendiri jadi Utarakan keinginanmu juga padanya.” Pesan Ma Rin
“Tapi Kau
tetap harus bicara pada suamimu, demi aku. Ini.. Benar-benar sulit untukku
bicara seperti ini dan jangan singgung soal Vietnam. Aku tidak diijinkan olehnya
mengatakan pada siapa pun kalau dia akan keluar dari perusahaan.” Jelas Gun
Sook, Ma Rin mengerti
“Sebenarnya
Seberapa buruk situasimu sampai mendatangiku begini?” tanya Ma Rin penasaran
“Yong Jin
sangat baik padaku. Ini bukan akibat ada masalah dalam hubungan kami.” Ucap Gun
Sook menutupi rumah tanganya yang buruk
“Ya, aku
tahu. Dia selalu memikirkanmu. Tapi, Vietnam tidak terlalu menyenangkan. Itulah
maksudku.” Kata Ma Rin, Gun Sook cemberut mengingat harus pindah ke vietnam.
So Joon
mengambil jaket akan segera pergi. Ki Doong bertanya mau kemana bosnya itu. So
Joon mengeluh Ki Doong yang ikut menjaganya. Ki Doong memberitahu kalau teman
perempuanya, menyuruh untuk memastikan So Joon bekerja. So Joon bertanya siapa
temanya itu, Ki Doong menyebut nama Ma Rin. So Joon mengumpat kesal.
“Dia
bilang padaku... "Tolong jaga So Joon-ku." Disertai 10 emotikon khawatir.”ucap
Ki Doong
“Apa Kalian
bahkan saling mengirim emotikon?” kata So Joon tak percaya, Ki Doong
membenarkan.
“Aku
tidak suka... Kalian harus punya batas.” Tegas So Joon, Ki Doong tetap bertanya
mau kemana So Joon.
“Aku
tidak bisa diam atas kekacauan ini. Dia
ayah Se Young. Aku akan pergi untuk terakhir kalinya dan memastikan. Dengan
begitu, baru aku bisa menata hatiku.”tegas So Joon
“Bagaimana
caramu memastikan?” tanya Ki Doong, So Joo mengatakan kalau akan mencaritahu
segala sesuatunya dan kantor polisi selalu pilihan terbaik.
Bersambung
ke part 2
Tidak ada komentar:
Posting Komentar