PS; yang udah baca blog / tulisan aku.. Tolong minta follow account IG aku yah dyahdeedee09 & Twitter @dyahdeedee09 jadi biar makin semangat nulisnya. Kamsahamnida.

Jumat, 30 Juni 2017

Sinopsis Suspicious Partner Episode 32

PS : All images credit and content copyright : SBS
Nyonya Park makan bersama dengan Nyonya Hong lalu bertanya  Apa cocok dengan seleranya. Nyonya Hong mengaku Tidak buruk, tapi... Nyonya Park menyela kalau Pemilik restoran tempat mereka makan itu terkenal dengan masakannya.
“Semua orang punya selera yang berbeda, kau tahu itu” ucap Nyonya Hong sinis. Nyonya Park benar-benar tak mengerti dengan sikap ibu Ji Wook itu.
“Bagaimana anakmu sama sekali tidak mirip denganmu?” keluh Nyonya Park. Nyonya Hong membela diri kalau Waktu Ji Wook masih anak-anak, orang sering bilang Kalau mereka itu sangat mirip saat dengan bersama.
“Orang hanya membicarakan yang benar, kau terlalu dalam menanggapinya Mulai dari wajahnya sampai kepribadiannya, Aku tidak tahu bagaimana kau bisa punya anak seperti dia Apa kau menemukannya di jalanan atau apa?” ejek Nyonya Park
“Tidak, aku tidak memungutnya di jalanan.. Aku memang bukan ibu kandungnya, tapi aku membesarkannya dengan hatiku. Apa kita sudah selesai sekarang?” balas Nyonya Hong
Nyonya Park merasa bersalah mendengarnya, lalu meminta maaf dan mengaku kalau perkataan sebelumnya hanya bercanda lalu mengumpata pada diri sendiri kalau Mulutnya memang buruk. Nyonya Hong mengaku kalau berharap Nyonya Hong tidak minta maaf,
“Aku bahkan tidak bisa marah padamu sekarang” keluh Nyonya Hong
“Apakah kau ibu kandungnya atau bukan... Tidak merubah apapun.Semua ibu menyayangi anaknya Dengan sama” kata Nyonya Park lalu mengajak untuk minum soju. Nyonya Hong dengan gaya sombongnya hanya terbiasa minum anggur. 


Nyonya Park menceritakan pada Bong Hee berusaha yang terbaik untuk berteman dengan Nyonya Hong tapi menurutnya mereka begitu berbeda. Bong Hee bisa mengerti dengan wajah sendunya.  Nyonya Park juga berpikir kalar merasa tidak enak pada saat yang sama karena Sebenarnya hatinya lembut.
“Sebagai mertua masa depanmu, dia... Tidak terlalu buruk” ucap Nyonya Park. Bong Hee mengeluh dengan perkataan ibunya karena hatinya sedang gundah.
“Jangan khawatir... Ibu yakin sudah melatihmu, jadi kau harus... Terus bersinar untuk Pengacara No” kata Nyonya Park penuh semangat.
Bong Hee ingin memberitahu masalah sebenarnya, tapi tertunda karena ada telp dan itu dari Kantor polisi. Bong Hee bergegas masuk kantor polisi, lalu melihat seorang anak kecil. Anak itu langsung menunjuk Bong Hee sebagai pengacara. Bong Hee kaget tiba-tiba seorang anak kecil menunjuk padanya. 

Polisi mengatakan kalau si anak itu bekata bahw  pelatih taekwondonya adalah pengacaranya dan apa itu benar. Bong Hee membenarkan, lalu menyimpulkan penjelasan dari polisi,bahkan anak itumenyaksikan pembunuhan dan Satu-satunya saksi mati. Polisi pun meminta anak buahnya agar memperlihatkan rekaman CCTV. Bong Hee melihat Seorang pria keluar dari toko klontong, setelah itu si anak berlari keluar dari toko.
“Kau melihat wajah si pembunuhnya, benarkan? Tapi kenapa kau tidak memberitahu kami?” ucap Polisi. Bong Hee melihat si anak yang ketakutan dengan meremas tanganya.
“Tidak apa-apa, kau bisa memberitahu mereka” ucap Bong Hee menenangkanya.
“Dia bilang mau didampingi pengacara... Hei kau, berhentilah menonton TV” keluh Si polisi.
“Bukan begitu, aku benar-benar tidak ingat wajahnya” teriak si anak kecil. 


Bong Hee datang ke kantor dengan si anak. Tuan Bang dan Eun Hyuk berteriak gembira melihatnya. Tuan Byun sedang mencuci piring kembali memanggilnya Nona kurang bukti dengan mengomel kalau tak boleh izin berkerja. Bong Hee hanya bisa meminta maaf.
“Tapi, anak siapa itu?” tanya Tuan Byun melihat seorang anak yang bersembunyi dibalik tubuh Bong Hee. Ji Wook pun turun melihat Bong Hee dengan seorang anak. Bong Hee ingin menjelaskan tapi Si anak lebih dulu memanggil Bong Hee dengan panggilan “ibu”
Semua hanya bisa melonggo karena Bong Hee tiba-tiba datang dengan seorang anak yang memanggilnya “ibu”. Si anak menceritakan kalau Ayahnya sudah meninggal dan tinggal dengan bibinya yang jelek dan pamannya, ia adalah anak yang malang seperti Harry Potter.
“Kenapa tidak kau beritahu dulu namamu?” kata Bong Hee. Si anak memberitahu namanya Kim Jae Hong. Tuan Bang pun menyapa dengan senyuman lebarnya.
“Dia pengacaraku” ucap Jae Hong kembali mengatakan pada semuanya. Bong Hee mengaku kalau semua terjadi begitu saja, dengan memeluk Jae Hong. 


Tuan Bong kaget mengetahui Jae Hong adalah saksi mata pembunuhan. Bong Hee dan Jae Hong mengangguk bersamaan.
Flash Back
Jae Hong pergi ke toko klontong, dengan membawa uang koin tak sengaja menjatuhkan dan mencoba mengambil dari kolong rak. Lalu seseorang masuk dan menikam si pemilik toko dengan pisau. Jae Hong yang kaget langsung bersembunyi di balik rak, si pelaku merasakan ada seseorang didalam toko ketika ingin mendekat ponselnya berbunyi dan akhirnya keluar dari toko. 

Jae Hong menceritakan kalau Itulah yang terjadi. Tuan Byun memarahi si anak yang berbohong karena menurutnya Jae Hong masih terlalu kecil untuk itu. Jae Hong berbisik pada Bong Hee kalau tidak menyukai kakek di depanya. Bong Hee berbisik kalu bisa mengerti. Tuan Byun yang mendengarnya menyuruh keduanya keluar saja dengan nada marah.
“Predir Byun, kau yang seharusnya pergi” ejek Eun Hyuk. Ji Wook pun tak banyak berbicara hanya bisa menatap  Bong Hee dan juga Jae Hong. 

Ji Wook membuat kopi didapur, Bong Hee sedikit gugup karena harus berpapasan hanya berdua lalu berkata kalau Jae Hong bertanya apa ada makanan, seperti Es krim atau apa saja yang bisa dimakan. Ji Wook mengejek kalau Jae Hong itu mirip seseorang yang dikenalnya.
Bong Hee mengurangi rasa gugup dengan Ji Wook yang sudah  Lama tidak bertemu, Ji Wook membenarkanya saja, lalu menanyakan kabar Bong Hee. Bong Hee mengaku kalau baik-baik saja.
“Apa kau benar-benar tidak apa-apa?” tanya Ji Wook. Bong Hee mengaku kalau baik-baik saja.
“Itu bukan apa-apa bagiku, kau tahu betapa sehatnya aku” ucap Bong Hee tak ingin sebelumnya bertemu dengan Ji Wook.
Ji Wook tiba-tiba mendekat membuat Bong Hee berdegup kencang, tapi Ji Wook hanya ingin mengambilkan es krim dan memberikan pada Bong Hee. Bong Hee mengambilnya dan buru-buru pergi sambil mengucapkan Terima kasih. Ji Wook hanya bisa tersenyum melihat Bong Hee seperti panik didekatinya.

Tuan Bang berbicara di telp  sambil berkata akan mengurusnya sementara waktu dan akan mengunjunginya. Setelah itu menutup telpnya.  Jae Hong sedang makan es krim merasa sudah bilang, bibinya tidak perduli padanya. Bong Hee pikir Jae Hong bisa tinggal denganya sampai selesai mengurus pernyataannya. Ji Wook masuk membawakan buah.
“Oh, benar... Kau seharusnya tinggal di rumah bibimu. Aku tinggal dengan orang lain sekarang, jadi aku tidak bisa mengurusmu, maafkan aku” ucap Bong Hee sedih.
“Bagaimana dengan Presdir Byun atau pengacara Ji?” tanya Ji Wook
“Presdir Byun pergi main golf dan Pengacara Ji ada persidangan” ucap Tuan Bang.
“Aku tidak bisa meninggalkan anak ini sendirian karena dia saksi mata” kata Ji Wook.
Jae Hong membela diri kalau  Ia bukan anak kecil. Ji Wook kesal menyuruh Jae Hong makan cemilan saja dari daripada membodohi orang dewasa. Bong Hee binggung dengan yang harus mereka lakukan. Ji Wook pikir akan mengirim Jae Hong ke rumahnya Presdir Byun atau pengacara Ji.Tuan Bang pikir Jae Hong masih kecil, tapi Ji Wook menyuruh semua pergi saja. 
Akhirnya hanya ada Ji Wook dan Jae Hong dalam ruang rapat. Ji Wook menegaskan apda Jae Hong kalu mereka  sekarang ada di lantai 1, dan lantai diatas adalah adalah lantai 2 jadi Jae Hong tidak boleh naik ke lantai 2 serta Jangan naik ke atas atau berbicara denganku

“Jangan memintaku melakukan apapun untukmu atau berjalan-jalan sendirian. Jangan lakukan apapun, kau harus berpikir... Dan tetap berada di tempatmu, Buatlah pernyataan dan pergilah secepatnya, Mengerti?” ucap Ji Wook seperti tak ingin dibuat repot dengan anak kecil. Jae Hong menganguk mengerti. 

Eun Hyuk mengantar Bong Hee dengan mobilnya, lalu bertanya apakah Bong Hee tak ingin  berterima kasih karena memberikan tumpangan. Bong Hee mengaku sangat berterima kasih dan menyukainya. Eun Hyuk senang melihat Bong Hee tersenyun dan tidak sakit, menurutnya kelihatan hebat
“Tapi aku memang jarang sakit” ucap Bong Hee bangga. Eun Hyuk mengejek kalau Bong Hee memang jarang sakit, tapi suhu tubuhnya sampai 40°C. Bong Hee membenarkan.
“Tapi Bagaimana kau tahu itu?” kata Bong Hee binggung. Eun Hyuk mengatakan aklau datang ke rumah sakit
“Tunggu, aku tidak ingat melihatmu” pikir Bong Heee. Eun Hyuk merasa Bong Hee tidak ingat karena suhu tubuhnya sangat tinggi
Bong Hee menganguk mengerti kalau Eun Hyuk datang ke rumah sakit lalu memikikan sesuatu. Eun Hyuk membenarkan kalau pergi dengan Ji Wook. Bong Hee benar-benar tak percaya lalu mengingat kalau ia mencium Ji Wook. Eun Hyuk binggung apa yang dipikirkan Bong Hee sekarang.

Bong Hee mencoba menyakini kalau hanya bermimpi, Eun Hyuk binggung apa yang dipikirkanya. Bong Hee kembali mengingat tadi menyapa Ji Wook yang sudah lama tak bertemu lalu merasa benar-benar tak percaya Ji Wook bersikap seolah-olah sudah lama tak bertemu.
Eun Hyuk benar-benar penasaran apa yang dipikirkan Bong Hee. Bong Hee pikir Setelah mencampakkannya, melakukan itu padanya, bahkan mengatakan padanya kalau lama tidak bertemu tanpa tahu malu dan membenturkan kepala berpikir lebih baik mati saja. Eun Hyuk mencoba menahan kepala Bong Hee malah terjepit.
“Kalau kau benar-benar menyesal, maka hentikan, kita bisa saja kecelakaan nanti” keluh Eun Hyuk merasa kesakitan. Bong Hee pun mengangguk mengerti walaupun merasa sangat malu. 

Jae Hong tidur di kamar Bong Hee tapi mimpi buruk kembali datang dengan pembunuh yang mendekatinya, lalu terbangun dari tidurnya. Ji Wook tertidur di sofa dan merasakan ada seseorang yang datang dan langsung berteriak kesal memarahi Jae Hong.
“Bukankah aku sudah bilang jangan naik? Kau Turun sana” ucap Ji Wook. Jae Hong malah mendekat.
“Apa yang kau lakukan? Jangan dekat-dekat... Hei, mundur, kembali” kata Ji Wook. 

Ji Wook pun membiarkan Jae Hong tidur dikamarnya, Jae Hong hanya berbaring memalingkan wajahnya. Ji Wook bertanya apa yang dilihat Jae Hong sampai membuatnya Naik dan pergi kekamarnya. Jae Hong mengaku itu karena bermimpi buruk
“Kau itu masih anak-anak, seharusnya kau tidak punya... Mimpi buruk” kata Ji Wook merasa kasihan.
“Kalau aku tidak bersaksi, Apa bisa pelakunya tertangkap? Dan kalau pelakunya tidak tertangkap karena aku tidak bersaksi, Apakah itu salahku?”kata Jae Hong dengan tatapan polosnya. Ji Wook pun mengingat dengan kejadianya saat kecil.

Flash Back
Jaksa Jang mengatakan kalau semua salah Ji Wook jadi harus bersaksi supaya kami bisa menangkap pelakunya Kalau pelakunya tidak tertangkap, maka itu semua salahnya.
“Kau hanya harus mengatakan padaku apa yang kau lihat, Kau tahu apa yang kau lihat, Benarkan?” ucap Jaksa Jang.
Jae Hong melihat Ji Wook hanya diam saja memanggilnya. Ji Wook pun sadar dari lamunannya. Ji Wook mengatakan kaalu Jae Hong tidak perlu bersaks, Lakukan saja apa yang diinginkan menurutnya Tidak masalah apakah Jae Hong bersaksi atau tidak dan Semuanya bukan salahnya. Seperti ia tak ingin membuat Jae Hong seperti dirinya yang dipaksa untuk bersaksi. 



Bong Hee menerima telp dari Detektif Park, lalu memberitahu bahw Kim Jae Hong bilang tidak ingat apapun, Jadi tidak banyak yang bisa dilakuka dan akan berusaha bicara dengannya Tapi menurutnya jangan terlalu berharap.
Beberapa anak sekolah keluar dari sekolah, Bong Hee binggung karena meminta Jae Hong menunggu tapi tak ada didepan sekolah. Lalu bertanya pada dua pelajar lainya, apakah mereka satu kelas dengan Kim Jae Hong di kelas satu –tiga. Mereka mengelengkan kepala karena tak kenal. Bong Hee panik kemana Jae Hong pergi. 

Jae Hong berlari ketakutan dan sampai akhirnya map yang dibawanya jatuh, lalu melihat pria yang membantunya bertanya apakah ada orang yang mengejarnya. Bong Hee akhirnya melihat Jae Hong dengan memarahinya karena menyuruh menunggu di depan gerbang sekolah, lalu melihat apakah terluka.
“Aku baru saja bicara dengan Detektif Park, ternyata Detektif Park keras kepala juga. Jae Hong tidak ingat apapun, Tapi dia terus memaksa, yang membuat aku merasa tidak nyaman” ucap Bong Hee mengeluh sendiri.
“Tidak apa-apa, Kau tidak perlu bersaksi kalau itu terlalu berat, Kau tahu itu kan?” kata si pria
“Lagian aku tidak bisa bersaksi karena aku tidak ingat apapun” kata Jae Hong. 

Bong Hee berjalan dengan Jae Hong dan dikagetkan dengan melihat Ji Wook yang sudah menunggu didepan sekolah. Keduanya terlihat gugup, akhirnya Jae Hong pergi menaiki mobil Ji Wook tanpa Bong Hee. Wajah Jae Hong menatap Ji Wook dengan senyuman mengejek.
“Apa mungkin, kau... Dan pengacara Eun...” ucap Jae Hong dengan mengejek. Ji Wook langsung memarahinya.Jae Hong terus tertawa mengejek.
“Aku bilang jangan tertawa” kata Ji Wook. Jae Hong tetap saja tertawa. Ji Wook mengejek kalau Jae Hong itu tak tahu apapun dan menyuruhnya agar berhenti tertawa dengan berusaha menutup mulut Jae Hong. 

Jae Hong tertidur dan tiba-tiba terbangun dengan wajah ketakutan,   Ji Wook pun bertanya apakah Jae Hong bermimpi buruk lagi. Jae Hong benar-benar ketakutan karena bayangan pembunuh kembali datang. Ji Wook akhirnya memeluk Jae Hong untuk menenangkanya.
“Itu sakit... “ ucap Jae Hong. Ji Wook mengangguk mengerti.
“Bagaimana kalau...Pelakunya... Datang dan berusaha membunuhku” kata Jae Hong ketakutan. Ji Wook menyakinkan kalau itu tidak akan terjadi dan tidak akan pernah terjadi,
“Aku tidak tahu siapa pelakunya Dan aku tidak tahu apakah harus bersaksi... Atau tidak” ucap Jae Hong
“Aku akan memastikan... Kau aman apapun keputusan yang kau pilih. Tapi ada satu hal yang harus kau ketahui. Kalau kau terus mengunci masalah ini tanpa menyelesaikannya Mimpi buruk itu mungkin Akan terus memburumu. Bahkan saat kau sudah besar dan jadi orang dewasa” nasehat Ji Wook. 


Jae Hong bangun pagi lalu pergi menemui Ji Wook di dapur dan mengatakan kalau akan bersaksi. Ji Wook tersenyum mendengarnya lalu mengantar Jae Hong ke kantor polisi.  Polisi pun bertanya apakah mengingat sesuatu dan datanguntuk memberi kesaksian. Jae Hong mengangguk, Polisi pun memuji Jae Hong memang anak baik
“Di supermarket... “ ucap Jae Hong mulai ragu. Polisi pun mulai menasehati Jae Hong.
“Jae Hong, kau kesini untuk bersaksi, kau boleh memberitahu kami apapun yang kau lihat” kata polisi. Ji Wook memeluk Jae Hong agar menenangkanya.

“Itu orangnya” ucap Jae Hong menunjuk Si pria yang bertemu sebelum di sekolah.
Si pria yang berkerja sebagai polisi binggung tiba-tiba di tunjuk oleh Jae Hong. Jae Hong lalu mengetahui kalau itu bunyi ringtone yang didengarnya, Pria itu mengeluarkan ponselnya yang berdering dengan membela diri kalau Semua orang tahu nada dering jadi berhentilah bercanda.
“Sepatu itu... Ada darah di sepatunya” kata Jae Hong menujuk. Si polisi mulai panik. Ji Wook menatap seperti tak percaya. 


Si polisi akhirnya dibawa ke penjara dengan berteriak kalau  tidak melakukannya dan tak ada yang percaya padanya.  Polisi pun akan hanya harus menuliskan pernyataannya.
Ji Wook seperti mengingat kembali saat masa kecilnya, saat memberikan pernyataan Ji Wook mengatakan tak tahu dan tidak ingat siapa orangnya, lalu diberikan foto Tuan Eun dan dengan mudah mengatakan kalau itu pelakunya.
“Kenapa Dua ingatan yang berbeda muncul di dalam kepalaku? Yang mana... Yang benar?”gumam Ji Wook panik
“Pengacara Bang, Aku tiba-tiba harus ada yang dikerjakannya, Tolong kerjakan yang lain untukku” kata  Ji Wook. Tuan Bang menganguk mengerti.

Ji Wook pun berpesan pada Jae Hong agar jangan takut dan khawatir karena Tuan Bang akan ada bersamanya. Setelah itu keluar dari ruangan dengan berjalan sempoyongan mencoba mengingatnya.
Tuan Jang meminta agar Ji Wook bisa mengenalinya, kalau Tuan Eun  adalah orang Yang membunuh ayah dan ibunya, dengan memperlihatkan foto Ayah Bong Hee.
“Orang ini adalah orang yang membunuh ibu dan ayahmu, Dia membunuh ibumu” Tuan Jang menyakinkan. Dan ingatan Ji Wook pun mengatakan kalau tak ingat dan tidak tahu. 


Bong Hee menerima telp dari Pengacara Bang  saat menjengkuk Hyun Soo yang masih terbaring dengan alat bantu nafas.  Ia memberitahu kalau Hyuk Soo masih tetap sama dan Dokter bilang tidak ada peningkatan. Tapi saat menutup telp dan berbaring, Bong Hee dikagetkan dengan melihat Hyun Soo yang bisa bangun dan turun dari tempat tidurnya. Hyun Soo menatap Bong Hee seperti siap membunuhnya. 

[Epilog]
Di depan ruang IGD, Ji Hae melihat Eun Hyuk yang sangat mengkhawatirkan Bong Hee, lalu meberitahu kalau Bong Hee sudah meminum penurun panas, jadi akan segera sembuh. Eun Hyuk terlihat sangat gelisah melihat Bong Hee.
“Kita bisa melihat bagaimana keadaannya kalau kau khawatir” kata Ji Hae akan masuk. Eun Hyuk memegang tangan Ji Hae menahanya. Ji Hae terkejut tiba-tiba Eun Hyuk memegang tanganya.
“Kita seharusnya... Tetap berada di sini” kata Eun Hyuk lalu ponselnya berdering. Yoo Jung menelpnya lalu ia berjalan pergi. Ji Hae tersipu malu memegang pipinya karena Eun Hyuk mengatakan "Kita"
Bersambung ke episode 33

FACEBOOK : Dyah Deedee  TWITTER @dyahdeedee09 
INSTRAGRAM dyahdeedee09  FANPAGE Korean drama addicted
                                                                                                                                                                                  

Sinopsis Suspicious Partner Episode 31

PS : All images credit and content copyright : SBS
Bong Hee melepaskan tangan Ji Wook dan mengajak untuk Putus saja. Ji Wook menatap Bong Hee tak percaya memutuskanya, lalu merasakan sesuatu dan bertanya kapan Bong Hee mengetahuinya.
“Bagaimana denganmu Pengacara No? Sejak kapan kau tahu... Tentang ayahku?” ucap Bong Hee. Ji Wook mengaku kalau itu Baru saja
“Lalu kenapa kau tidak memberitahuku? Kenapa kau menderita sendirian?” ucap Bong Hee marah
“Karena itu tidak jadi masalah buatku” kata Ji Wook. Bong Hee heran Apa yang tidak jadi masalah untuk Ji Wook. Ji Wook menyakinkan  Tidak ada yang jadi masalah untuknya.
“Bagiku, tidak penting orang seperti apa... Ayahmu” kata Ji Wook. Bong Hee bertanya Bagaimana kalau itu penting baginya.
“Bagaimana kalau itu jadi masalah buatku?” ucap Bong Hee
“Baiklah, mari kita dengarkan kalau begitu, katakan padaku. Aku mau tahu apa yang penting bagimu... Dan apa perbedaannya.” Kata Ji Wook dengan wajah serius.
“Rasanya menyakitkan, Melihat kau menderita karena aku... Rasanya berat bagiku” ucap Bong Hee. 


Ji Wook mengerti dan berjanji tidak akan menderita kalau begitu lalu bertanya apa lagi selain itu. Bong Hee mengatakan kalau ayahnya  bukan orang seperti yang dipikirkan, Tapi ia bahkan tidak bisa membuktikannya Ji Wook pikir mereka bisa memikirkan tentang itu nanti dan ingin tahu apa lagi yang dikhawatirkan Bong Hee.
“Aku hanya tidak menyukai situasi di antara kita Apa kau tidak mengerti ucapanku? Aku mau putus denganmu. Jangan coba-coba merubah pikiranku dan tolong lepaskan aku.” Ucap Bong Hee.
“ Aku juga tidak menyukainya. Aku tidak mengerti apa yang kau bicarakan. Apapun yang kau katakan padaku, Aku tidak akan melepaskanmu. Aku tidak mau. Itu tidak akan berhasil meski kau berusaha menghentikan aku” tegas Ji Wook
“Bagaimanapun kerasnya kau berusaha menghentikan aku, aku akan tetap pergi” balas Bong Hee dan  memilih untuk meninggalknya.
Ji Wook membiarkan Bong Hee pergi dengan wajah gelisah. Bong Hee berjalan menyakikan diri kalau melakukan hal yang benar lalu berpikir kalau nanti malah membuat kesalahan, tapi kembali menyakinkan diri kalau melakukan hal yang benar dan berpikir kembali kemana harus pergi.
Ji Wook pulang ke rumah seperti kebinggungan dan merasa hampa, Ia menatap kamar Bong Hee dan tak ingin mendekat, tapi akhirnya ia memberanikan diri membuka kamar Bong Hee tapi kosong hanya ada sepasang boneka yang ditinggalkan. 


Ji Hae mendengar bunyi bel rumah sambil berjalan bertanya siapa yang datang, dan betapa terkejutnya melihat Bong Hee sudah ada didepan rumahnya. Bong Hee memperlihatkan wajah sedihnya.
“Ada apa? Apa yang kau lakukan di sini?” ucap Ji Hae binggung.
“Bolehkah aku tidur di rumahmu?” kata Bong Hee. Ji Hae langsung menutup pintu tapi kaki Bong Hee bisa menahanya dan langsung menerobos masuk. Ji Hae berteriak kesal melihat Bong Hee masuk rumahnya.
“Bagaimana kau tahu tempat tinggalku?”tanya Ji Hae. Bong Hee pikir  Tidak sulit mencari alamat seseorang dan mendengar Ji Hae barusan pindah lalu memuji rumah temanya yang cukup bagus
“Biarkan aku tinggal di sini beberapa hari saja” ucap Bong Hee blak-blakan.

Ji Hae benar-benar tak habis pikir dengan Bong Hee menurutnya  Ini masuk dengan paksa. Bong Hee tahu itu Tapi karena masalah pribadi, jadi benar-benar tidak punya tempat tinggal dan Cuma ada satu kamar di rumah ibunya serta  ia sudah mulai hidup mandiri, Jadi tidak bisa kembali ke rumah ibunya.
“Aku terlalu tua untuk melakukan itu, benarkan?” ucap Bong Hee. Ji Hae membenarkan dan ingin mengatakan sesuatu tapi Bong Hee lebih dulu menyela.
“Tapi kenapa kau harus tinggal di rumahku?” keluh Ji Hae.
“Hei, sofa ini saja yang aku perlukan, Kau bisa tidur di tempat tidurmu sendiri” kata Bong Hee sudah lebih dulu duduk disofa.
“Dengar, tempat tidur itu memang milikku dari awal, Dan sofa ini juga milikku” tegas Ji Hae.
Bong Hee dengan sengaja langsung berbaring disofa dan mengaku merasa sangat Nyaman sekali. Ji Hae benar-benar tak menyangka melihat tingkah Bong Hee karena tahu temanya Sangat membencinya. Bong Hee membenarkannya. Ji Hae juga merasaan hal yang sama.
“Tapi kenapa kau mau tinggal di rumahku? Pergi dan tinggallah bersama orang yang kau sukai” ucap Ji Hae kesal
“Kalau aku menemui orang yang aku sukai dan bertanya pada mereka apakah aku bisa tinggal di rumah mereka, Itu sangat tidak sopan, benarkan?” kata Bong Hee. 
“Aku senang kau tahu, itu sangat tidak sopan Kalau begitu, kau pikir kenapa aku memilih tinggal di tempatmu padahal aku membencimu?” ucap Ji Hae lalu berpikir kalau Bong Hee berusaha balas dendam.

“Ini adalah balas dendamku dan hukumanmu, Kau banyak berhutang padaku. Haruskah aku membuat daftar... Hal jahat yang kau lakukan padaku?” kata Bong Hee. Ji Hae pikir tak perlu. Bong Hee tiba-tiba menatap kosong disofa.
“Tapi kau sangat berguna. Aku merasa sangat kacau Dan sedih. Setelah aku menyakitinya, Aku selalu memikirkannya sepanjang hari... Apakah aku melakukan hal yang benar atau tidak. Aku tidak tahu apakah aku bodoh atau gila. Aku hanya benar-benar... Ingin mati saja. Tapi setelah melihatmu, Aku benar-benar merasa ingin hidup lagi. Itu keinginan yang harus diperjuangkan. Aku berkata "Bahkan dia saja masih tetap hidup, jadi aku harus melanjutkan hidupku juga."” Ungkap Bong Hee. Ji Hae berteriak marah.
“Jangan berteriak padaku. Aku benar-benar sedih sekarang” kata Bong Hee. Ji Hae pun akhirnya membiarkan Bong Hee tinggal dirumahnya. 

Bong Hee berbaring disofa, tiba-tiba air matanya tergenang mengingat kenangan dengan Ji Wook saat pertama kali menciumnya dengan mengutarakan semua perasaanya, lalu memberikan ciuman di hari pertaman mereka berkencan dan terakhir setelah Ji Wook memberikan kalung padanya mereka pun tidur bersama.
Ketika mabuk Ji Wook berkata di pelukanya “Kita...Jangan pernah berpisah, Bong Hee. Meski aku menyuruhmu untuk pergi, Jangan pergi” Bong Hee menangis dengan keadaanya sekarang yang harus berpisah dengan Ji Wook. Ji Wook di rumah pun terlihat gelisah karena tak bisa lagi bertemu dengan Bong Hee. 

[Episode 31 - Kenangan yang tak terlupakan]
Ji Hae menuangkan kopi dan bersiap untuk sarapan, tangan Bong Hee tiba-tiba keluar dari sofa yang membuatnya terkejut. Bong Hee dengan setengah mengantuk meminta agar Ji Hae menaruh tangan di dahinya dan merasakan apakah dirinya terkena demam, karena Ia memang jarang Sakit
“Tapi aku rasa aku demam” kata Bong Hee. Ji Hae mengambil termometer di dalam laci dan memberikan pada Bong Hee.
“Tapi, Jaksa Na... Apa kau punya mobil? Apa kau tidak memerlukan supir? Aku ahli dalam memarkir mobil, dan juga menyetir dengan sangat baik” ucap Bong Hee sambil memeriksa suhu tubuhnya. Ji Hae menolak karena  tidak perlu supir
“Hei, suhu badanku 37°C, apa ini normal?” tanya Bong Hee.
“Kau membuat keributan besar, itu normal. Itu hanya demam sedang saja” kata Ji Hae. Bong Hee seperti merasa tak yakin dan saat itu ponselnya berbunyi. 

Ji Wook mengirimkan pesan “Rapatnya dijadwalkan ulang jam 10 : 30 pagi” Bong Hee tak percaya Ji Wook itun ingin ia menghadiri rapatnya, bahkan menyuruh untuk kembali bekerja setelah keributan itu. Ji Hae pikir  Itu berita bagus. Bong Hee merasa ini tidak masuk akal dan bagaimana bisa bekerja dengan keadaan seperti ini.
“Kau benar-benar hebat... Untuk seseorang yang tidak punya apa-apa” kata Ji Hae. Bong Hee hanya melonggo binggung.
“Apa kau tidak mengerti? Apa kau pikir kau bisa mendapatkan pekerjaan di perusahaan lain Selain di firma hukum yang aneh dan gila itu? Jangan mimpi, jadi Lupakan saja harga dirimu dan kembalilah bekerja. Aku tidak perduli ataupun tertarik dengan kisah cintamu, Tapi kau perlu uang untuk berkencan. Apa kau akan terus melanjutkan hidupmu... Dengan bergantung pada orang lain? Kau gila seperti serangga kasur” ucap Ji Hae lalu pamit pergi berkerja. 

Bong Hee menaiki bus dengan wajah gugup dan masih ragu untuk turun tapi akhirnya memutuskan untuk menekan bel dan masuk ke dalam rumah dengan gugup. Ji Wook dengan santai melihat Bong Hee menyuruh agar mengikutinya. Bong Hee melihat ruangan kosong dan bertanya Apa semua orang pergi ke tempat lain. Ji Wook membenarkan.
“Aku datang untuk memberimu ini” ucap Bong Hee menyerahkan Surat pengunduran diri
“Sejujurnya, aku sangat tersiksa... Apakah aku harus memasukkanya atau tidak.. Tapi... Ini keputusan yang aku buat. Aku minta maaf Dan terima kasih atas semuanya” ucap Bong Hee.
“Menderita karena hal itu benar-benar membuang-buang waktumu Ini kontrakmu, dan di sini jelas dikatakan kalau... Kontrakmu berakhir dalam waktu dua tahun. Kalau kau mau pergi, maka kau bisa melakukannya setelah kontrakmu berakhir” tegas Ji Wook memperlihatkan surat kontrak, Bong Hee ingin bicara tapi Ji Wook lebih dulu bicara.
“Aku pikir kau setidaknya tahu... Memisahkan perasaan pribadi dengan pekerjaan, apa aku terlalu banyak berharap? Mari kita bicarakan soal pekerjaan saja hari ini” kata Ji Wook.
“Aku tidak siap membicarakan masalah diantara kita” ungkap Bong Hee.
“Pengacara Eun, apa kau pikir pekerjaan ini cuma lelucon saja?” kata Ji Wook berdiri dari tempat duduknya. Bong Hee mengaku tidak sama sekali, tapi situasinya...
“Aku menyuruhmu memberi batasan antara pekerjaan dan perasaan pribadi Jangan... Menyerah pada pekerjaanmu dengan mudah dan Mejamu disana itu.. Jangan pikir mudah untuk mendapatkannya. Jangan mengkhianati yang kau percaya...Dan mereka yang percaya padamu. Bekerjalah dengan bijaksana” tegas Ji Wook 


Bong Hee benar-benar minta maaf menurutnya tidak mudah bekerja bersama Ji Wook seperti tidak terjadi apa-apa dan Dalam situasi seperti ini dan pasti juga tidak akan mudah bagi Ji Wook. Ia merasa Setiap kali Ji Wook melihatnya pasti akan memikirkan tentang ayahnya dan Dan setiap kali itu terjadi,  Ji Wook akan merasa bersalah padanya dan itu membuatnya merasa sakit.
“Jadi... Aku memberitahumu itulah alasan aku berhenti” ungkap Bong Hee. Ji Wook tak setuju menurutnya Bong Hee sudah melewati batasannya sekarang
“Itu adalah masalahku, dan aku akan mencari tahu apa yang harus kulakukan, jadi kau seharusnya... Hanya mengkhawatirkan... Masalahmu sendiri dan .... Baiklah, mari kita lakukan ini, aku mengijinkanmu pergi berlibur.. Untuk berpikir secara rasional saat kau sedang santai.. Aku juga akan berpikir dan Itu kompromi yang bisa aku buat” kata Ji Wook dan ingin tahu jawaban Bong Hee.
Bong Hee pun menyetujuinya, Ji Wook mengungkapkan itu bagus dan menyuruh Bong Hee segera pergi. Bong Hee pun keluar dari rumah. Ji Wook langsung merobek surat pengunduran diri dengan wajah kesal. 


[Kantor Kejaksaan Sunho]
Ji Wook menemui Jaksa Jang mengatakan kalau sengaja datang karena ingin mengetahui  Tentang kasus pembakaran yang membunuh orang tuanya dan Jaksa Jang adalah orang yang berwenang pada kasus itu. Jaksa Jang membenarkannya.
“Aku ingin mencari tahu sendiri, tapi itu sdah lama sekali terjadinya Dan kebanyakan rekamannya juga sudah hilang, Jadi aku pikir harus datang dan menemui anda sendiri” jelas Ji Wook. Jaksa Jang pun ingin tahu apa yang ingin ditanyakan Ji Wook.
“Kenapa orang tuaku... Dibunuh? Aku pikir anda tahu”kata Ji Wook
“Itu adalah pembunuhan balas dendam atas tuntutan” ucap Jaksa Jang. Ji Wook tahu tapi tidak paham dengan salah satu bagian.
“Pada waktu itu, tersangka Eun Man Soo, Terlibat dalam kasus kekerasan kecil. Secara logika, aku tidak mengerti kenapa dia kembali... Ke jaksa karena dituntut” ucap Ji Wook
Tuan Jang pikir mana mungkin tahu alasannya karena Yang ia tahu adalah kenyataan kalau Tuan Eun terus mengeluh pada jaksa Lalu suatu hari, ditemukan sudah meninggal di lokasi pembakaran. Ji Wook pun menyimpulkan kalau masalah sekarang, bagaimana Jaksa Jang menganggapnya  sebagai pelaku, apakah ada petunjuk atau bukti.
“Itu karena dirimu” ucap Tuan Jang. Ji Wook  kaget mendengarnya. 
Flash Back
Ji Wook diberikan foto Tuan Eun, Jaksa Jang mengatakan kalau Orang ini adalah orang Yang membunuh ibu dan ayahnya. Ji Wook seperti yang masih kecil percaya.
“Kau yang menunjuknya sebagai pelakunya. Kau yang bilang sendiri kalau dia yang melakukan pembakaran Dan dia membunuh orang tuamu” ucap Jaksa Jang. Ji Wook benar-benar tak percaya kalau ia adalah pelakunya.
“Apakah rasa penasaranmu sudah terjawab? Itu karena kau, Kau yang menunjuknya sebagai pelakunya.” Ucap Jaksa Jang.
Ji Wook berjalan keluar dari ruangan berjalan tertatih seperti berusaha mengingat yang sebenarnya dilihatnya. 


Ji Hae baru saja pulang dan dikagetkan dengan Bong Hee sudah ada didepan rumahnya dengan membawa koper dan wajah melas tak punya tempat tinggal.
Akhirnya Bong Hee pun berbaring di sofa kembali, seperti rasa rindunya datang dan mencoba melihat video terakhir kali mereka berjalan ditaman. Bong Hee ingin mengambil foto tapi malah membuat video dan Ji Wook mengejeknya bodoh. Bong Hee terus mengulang kenanganya yang terakhir kali. 

Di ruang rapat
Ji Wook menanyakan Bagaimana dengan tuntutan perceraian Kim Young Eun. Tuan Bang mengatakan sepertinya mereka tidak bisa mencapai persetujuan dan Minggu ini, mereka akan meminta penyelesaian dan pembagian harta, Ji Wook ingin melanjutkan rapat tapi Tuan Byun menyela.
“Apa kalian berdua... Bertengkar? Apa kalian putus?” ucap Tuan Byun melihat tak ada Bong Hee di depanya. Ji Wook hanya diam saja.
“Aku tidak yakin apakah dia bisa melihat petunjuk atau tidak” keluh Tuan Bang. Eun Hyuk pikir Mungkin saja tidak bisa
“Maksudku... Tidak mungkin... Kalau nona kurang bukti pergi berlibur sendirian, Jadi Apa aku salah?” kata Tuan Byun. Ji Wook membenarka.  
“Jadi aku ingin anda juga pergi berlibur, Tolong gunakan waktu liburan anda” kata Ji Wook. Eun Hyuk pun menambahkan kalau  Lebih baik kalau Tuan Byun pergi lebih lama lagi.
“Aku akan berhenti bicara, karena tidak punya tempat tujuan” ucap Tuan Byun dengan wajah cemberut. 

Di hari berikutnya, Tuan Byun hanya duduk dengan menutup mulutnta. Tuan Bang mengatakan  harus menggunakan pengulangan kekerasan di hukum tenaga kerja. Ji Wook pun juga setuju dan ingin tahu keadaan Jung Hyun Soo. Tuan Bang mengatakan sudah mengunjunginya kemarin, tapi belum baikan dan  Dokter juga tidak banyak bicara.
“Apa kau tidak akan... Berbaikan dengan nona kurang bukti?” ucap Tuan Byun menunjuk kursi kosong didepanya. Ji Wook kembali hanya diam saja.
“ Ini Menyedihkan sekali, Caraku salah membesarkanmu” keluh Tuan Byun lalu keluar dari ruangan. Tuan Bang pun mengatakan kalau akan memastikan bosnya memakai waktu liburannya. Eun Hyuk pun memohon agar Tuan Byun Perginya yang lama dan kasihan melihat Ji Wook. 


Bong Hee memeriksa suhu tubuhnya dan masih di angka, 37°C. Menurutnya masih dalam batasan normal lalu kembali tidur. Ji Hae duduk disofa sambil membawa majalah dan memarahi Bong Hee karena tidur sepanjang hari.
“Bangunlah, atau aku akan menendangmu” kata Ji Hae, tapi saat mengoyangkan tubuh Bong Hee merasakan suhu badan yang tinggi. Ia melihat terometer berpikir alat itu rusak dan berusaha membangunkan Bong Hee.
Ji Wook dan Eun Hyuk datang dengan wajah panik, Ji Hae berada di depan ruang IGD. Eun Hyuk menanyakan keadaan Bong Hee. Ji Hae memberitahu kalau Bong Hee berada dalam ruang IGD dansuhu tubuhnya naik sampai 40°C. Ji Wook langsung berlari ke dalam ruangan IGD. 

Bong Hee terlihat masih tertidur, Ji Wook mendekat sempat mengelus bagian pipinya. Saat itu Bong Hee membuka mata. Ji Wook langsung mendekat memanggilnya. Bong Hee menatap Ji Wook sambil tersenyum lalu berkata berharap ini bukan mimpi. Ji Wook mengatakan kalau ini bukan mimpi. Bong Hee menatap Ji Wook dan langsung menarik wajahnya dan menciumnya.
Bersambung ke Episode 32

FACEBOOK : Dyah Deedee  TWITTER @dyahdeedee09 
INSTRAGRAM dyahdeedee09  FANPAGE Korean drama addicted