PS
: All images credit and content copyright : TVN
Yong Jin
bertemu dengan Presdir Choi di pinggir sungai dengan memberikan dokumen, Presdir Choi mengaku tidak perlu membacanya
jadi akan percaya. Yong Jin mengaku akan
merobek kontrak sebelumnya dan menunjuk kontrak kerja. Si pria melihat Yong Jin
yang mengubah detail kontraknya dan tidak akan pernah melupakan jasanya. Yong
Jin memperlihatkan sebotol anggur dalam suasana dingin. Si Presdir sudah mulai
mabuk.
“Tugas
saya adalah menunduk dan berlutut pada uang. Sejujurnya, itu yang saya lakukan.
Saya seharusnya berhenti sekarang dantidak bisa melakukannya lagi.”ungkap Yong
Jin
“Presdir...
Akan memakan cukup waktu untuk mengungkap soal rekening palsu, juga perjanjian
kita. Saya hanya perlu mengambil kontrak
Anda. Anda tahu saya menyukai kau, 'kan? Maafkan saya. Tapi, Anda harus
lenyap, Presdir. Dengan begitu, hubungan kita ini akan aman sementara waktu Saya
harus membereskan semua ini diam-diam dan pergi sekarang.”ungkap Yong Jin Presdir Choi yang sedang mabuk binggung
“Aku
sudah membunuh seseorang dan Tidak bisa berhenti lagi sekarang. Saya tidak
punya pilihan.” Kata Yong Jin dengan sengaja mendorong Presdir Choi ke dalam
sungai dan membiarknya tengelam dalam air dingin.
So Joon
menyuruh Ma Rin bangun dan meredakan mabuknya, karena harus menyuapi istrinya lalu berangkat kerja.
Ma Rin bangun langsung membuka mulutnya, So Joon heran yang dilakukan Ma Rin
membuka mulut dengan bau alkohol.
“Kau
bilang akan menyuapiku.” Ucap Ma Rin, So Joon mengelak karena Ma Rin itu bukan
anak-anak
“Maafkan
aku... Aku akan coba berhenti minum.” Ucap Ma Rin, So Joon melihat Ma Rin yang
manis jadi tidak bisa membencinya dan menyuruh
Ma Rin segera bangun.
Ma Rin
memakan sup pereda mabuk yang membuatnya kembali sadar, dan memuji So Joon
sebagai Suami Terbaik. So Joon mengaku tidak suka, meski minum dengan Ki Doong
jadi meminta agar Ma Rin benar-benar berhenti minum. Ma Rin melihat itu So Joon
itu cemburu.
“Aku
menentukan batas. Tidak ada alkohol lagi dalam hidupmu.” Kata Soo Joon, Ma Rin
mengatakan Kemarin itu yang terakhir.
“Bukan
masalah besar. Kau berhenti naik subway,
aku berhenti minum.” Ucap Ma Rin
“Apa Kau
sungguh senang aku berhenti naik subway?” tanya So Joon, Ma Rin mengangguk
sangat senang.
Flash Back
Ma Rin
yang mabuk mengaku ingin beberapa Barang baru dari masa depan. seperti Ki
Doong. Ia merasa iri karena Ki Doong itu memiliki Benda-benda masa depan...
Ma Rin
mengaku kalau kemarin malam mabuk dan bicara mengingau. So Joon meminta Ma Rin
mengatakan saja kalau menginginkannya karena masih bisa pergi selagi bisa Ma
Rin tetap menolaknya.
“Setelah
kupikirkan, aku memang tidak pernah
membelikan apa pun untukmu.” Ungkap So Joon
“Kau
bilang Benda-benda masa depan? Barang Satu itu saja sudah bikin aku pusing.”
Kata Ma Rin menunjuk ke arah vacum cleaner dan meminta agar tak membelikanya.
“Tapi,
semalam kau sampai menangis.” Kata So Joo mengejek.
Direktur
Wang mengaku kalau Ada perubahan dari rencana sebelumnya dan tidak akan membangun
bisnis komplek terminal jadi lebih baik membeli tanah di sekitar komplek
terminalnya. Direktur lain pikir Rencana itu berlebihan karean Lebih baik kita
berinvestasi di gedung komersil distrik Sungwoo saja.
“Berapa
banyak dana yang kalian butuhkan? Berapa keuntungannya?” tanya So Joon duduk
ditengah-tengah rapat.
“Dananya sekitar
20 milyar won, dan hasilnya kira-kira 50 milyar won. Sungwoo membutuhkan dana
20 milyar won, bisa kembali sampai 60 milyar won.” Kata Direktur
“ Proyek
Direktur Wang adalah kepemilikan tanah di kota itu. Berbeda dimensi dengan
target properti komersial. Kurasa, perusahaan kita punya kemampuan dalam bidang
tersebut.” Komentar Ki Doong, Direktur
Wang meminta agar Ki Doong bisa mendukungnya.
“Kita sudah
membicarakan ini sejak lama dan sudah rapat berkali-kali, tapi hasilnya tidak
jelas. Presdir, tolong buat keputusan hari ini. Saya akan memercayai firasat
Anda dalam hal ini.” Kata Direktur Wang penuh semangat
So Joon pikir
tak mungkin bisa bekerja mengandalkan firasat karena itu proyek dengan banyak dana jadi harus bekerja
sangat keras. Ia mengerti ada kelebihan proyek itu berkat kepemilikan tanah Tapi
hasilnya 10 milyar lebih rendah dari proyek Sungwoo jadi Direktur Wang harus
memangkas dana pembayaran atau konstruksinya setelah itu mentandatangani.
Ki Doong
memuji So Joon itu tidak terlalu buruk dan pasti belajar dengan keras lalu
ingin melihat lembaran kertas yang tadi corat coret, lalu mengumpat kesal
ternyata temanya menggambar anak babi. So Joon mengaku kalau sudah kebiasaan
dan merasa tidak nyaman kalau tidak menggambar. So Joon mengaku kalau itu
gambar bunga.
Ma Rin
menelp bertanya apakah rapat pentingnya itu lancar, karena takut mengacaukannya
gara-gara dirinya. So Joon mengaku kalau
ia mengacaukannya. Ma Rin panik berpikir karena dirinya yang mengacaukanya dan
meminta maaf.
“Situasinya
lebih serius dari perkiraanku. 10 milyar jadi taruhannya. Kurasa, aku harus
pergi ke dunia lain dan memeriksa beberapa
tanah. Aku akan pergi lalu kembali dalam waktu seminggu. Setelah itu, bahkan
meski kau suruh, aku tidak akan pergi.”
Kata So Jooon
“Aku tidak
bisa bilang apa-apa lagi. Tapi Bukankah semestinya kau memegang janjimu?”ucap
Ma Rin
“Kau
sangat mabuk kemarin.” Balas So Joon, Ma Rin tak berkata lagi mengizinkan So
Joon untuk pergi.
“Apa kau
kau kubelikan sesuatu dari sana? Ini Hanya semingg dan Kesempatan langka” kata
So Joon
“Cukup
jangan temui wanita itu dan Pergi bekerja saja! Jangan mencari tahu hal-hal
aneh. Jangan telat.” Tegas Ma Rin memperbolehkan So Joon pergi dengan kesal
kalau Alkohol memang musuhnya.
Ki Doong
pikir sudah bisa mengetahuinya kalau sudah mempertaruhkan kalau So Joon pasti
akan pergi lagi. So Joon memuji Ki Doong yang sudah membuat keputusan tepat
menurutnya, Ki Dong pikir karena sudah
cukup lama, jadi lebih baik untuk cari
info...
“Apa Kau
pikir aku ke dunia lain untuk bekerja? Siapa yang menyuruh, kau membuat bayiku
menangis dan menginginkan semua benda-benda itu?” ucap So Joon, Ki Doong
berpikir kalau “bayi” yang dimaksud adalah Ma Rin, So Joon membenarkan.
“Bukankah
Ma Rin setahun lebih tua dari kita?” kata Ki Doong, So Joon tak peduli
menurutnya Ma Rin untuk lucu seperti bayi.
“Kau membuatnya
menangis! Padahal aku berniat tetap di dunia ini! Kau bikin masalah saja buat
aku!” ucap So Joon menyalahkan Ki Doong, Ki Doong hanya bisa mengumpat. So Joon
pun tersenyum bisa pergi ke masa depan.
Sementara
Ma Rin pikir dirinya gila karena membiarkan suaminya dalam bahaya. Beberapa saat
kemudian, So Joon sudah kembali dengan banyak barang untuk istrinya, bahkan
Ramyeon Ohri. Ia juga membelikan kamera terbaru dan menjadi objek untuk Ma
Rin. Lalu Ma Rin hanya bisa melonggo
melihat koran masa depan berjudul [Ryu Sun Gwang, Presiden Terpilih Ke-19]
Ma Rin
pun menunggu So Joon pulang dengan kereta menurutnya Rasanya seperti mimpi tapi
heran karena hanya bisa menjelajah sampai dua tahun ke depan. So Joon mengaku
tak tahu kalau tidak bisa kalau terlalu jauh.
Manager memberikan
tiket pada Se Young yaitu dua tiket film, hadiah dari sponsor. Se Young melihat judul filmnya "Cinta
Kedua." Ki Doong menelp mengajak
untuk nonton film setelah pulang kerja, Se Young langsung menolak. Ki Doong
mengeluh Se Young tanpa berpikir lebih dulu. Se Young mengaku kalau sudah memikirkan
dan tak ingin menonton lalu menutup telpnya.
Rekan kerjanya
lalu mengajak Se Young pergi bersama mereka saja. Se Young mengaku kalau
penasaran akan sesuatu dan Ini soal temannya.
“Bagaimana
pemikiran seorang pria pada gadis yang memiliki cinta sepihak pada sahabatnya? Apa
mungkin dia bisa menyukai gadis itu?” ucap Se Young, temanya itu pikir itu
tergantung dari individunya, Se Young ingin melihat dari rekan kerjanya saja.
“Apa cinta
sepihak itu berlangsung lama? Apa Perasaan gadis itu sangat dalam?” tanya Si
pria, Se Young mengangguk.
“Apa Mereka
pernah kencan?” tanya si pria, Se Young mengelengkan kepala dan meminta
pendapatnya.
“Kalau
aku rasanya agak aneh. Meski mengencani gadis itu, sedari awal aku pasti yakin
akan berpisah. “ kata si pria, Se Young pikir Hal itu akan terus membuat
terganggu lalu mengembalikan dua tiket karena tak ingin mengunakanya.
Soo Joon
sibuk didepan laptop dan melihat Ma Rin yang mengunakan cream dari masa depan,
lalu memberikan tiket menonnton Kim Yu Na di Christmas Eve, tahun depan dan
mengajak ibunya. Ma Rin heran kemana So Joon akan pergi. So Joon pikir mungkin sibuk. Ma Rin makin
heran karena So Joon itu sibuk. So Joon menekan kalau perkataanya tadi “mungkin”
Soo Joon
bertanya apakah ada makanan, Ma Rin ingin memanaskan mandu, So Joon memberitahu
kalau Ada pangsit yang akan sangat
populer musim dingin nanti dan lupa membelikannya. Ma Rin pikir Pangsit dimana-mana ya sama saja. So
Joon mengatakan kaalu Besok akan jadi hari terakhir naik subway jadi pergi hari
ini saja lalu bergegas pergi.
“Aku jadi
gugup karena dia jadi sangat baik padaku.” Ungkap Ma Rin dan langsung tersenyum
bahagia melihat nama Kim Yuna.
So Joon
terlihat bahagai mengantri membeli mandu dua porsi, Ma Rin keluar dari rumah
melihat ada sekotak makanan dan juga USB didalamnya, So Joon sengaja memberikan
makanan pada Ma Rin tanpa menampakan dirinya. Didalam rumah, Ki Doong dan Se
Young sedang membahas penampilan
legendaris yaitu Kim Yuna .
“Ayo
makan sesuatu yang lezat. Aku akan mentraktirmu. Kau bahkan mengajak kami
menonton pertunjukan Kim Yuna.” Kata Se Young melihat Ma Rin yang baru datang
“Kurasa,
aku makan ini saja. Sepertinya, tadi So Joon mampir.” Kata Ma Rin dengan wajah
sedih
“Tidak
bisakah kita menghampiri dan bertemu dia? So Joon di masa lalu tetaplah So
Joon.” Pikir Se Young
Ma Rin menyuruh
mereka pergi kencan saja karena sekarang Christmas Eve.
Ma Rin
masa depan duduk sendirian, sementara Ma Rin di jaman sekarang menonton
pertandingan robot dan manusia bersama So Joon, walaupun So Joon sudah tahu
bahwa pemenangnya manusia. Ma Rin memuji suaminya yang bisa menonton sejarah
bahkan sebelum peristiwanya terjadi.
“Kau
tidak boleh mengatakannya pada siapa pun dan bisa dapat masalah.” Pesan So
Joon, Ma Rin pun mulai makan pangsit yang dibeli So Joon.
Ma Rin masa
depan sambil makan pangsit memasukan USB dan melihat video yang dikirimkan So
Joon padanya.
“Halo, Song
Ma Rin di masa depan, bagaimana kabarmu? Jika kau menonton ini sekarang, berarti
aku tidak berada di sisimu. Aku akan mencoba. Aku tahu mungkin tidak bisa
mengubah masa depan kita. Ini agak berlebihan, Tapi, aku ingin meninggalkan
pesan padamu seperti ini. Aku memikirkannya secara mendalam.”
“Aku
ingin ada di sana untukmu, yang saat ini
di sisiku. Jadi, aku ingin mencoba yang terbaik hari demi hari sekarang. Aku
akan melakukan segalanya yang kubisa untuk dia. Tapi kau...cukup...tunggu
sampai bisa melupakanku. Sampai saat itu tiba...cukup lupakanlah aku. Dengan
menikahi aku... maka kau menjadikanku sempurna. Terima kasih... Aku
mencintaimu.... Aku mencintaimu lagi... Aku mencintaimu..... “
Ma Rin
hanya bisa menangis melihat sosok So Joon dimasa lalu yang tak bisa ditemuinya.
Ma Rin
dimasa sekarang mengucapakan Terima kasih karena So Joon orang pertama yang
memperlakukannya dengan sangat baik tapi menurutnya tidak perlu sebaik itu
karena seperti orang yang akan pergi jadi tidak perlu berusaha keras
menyenangkannya. So Joon mengangguk mengerti.
“Tapi... bisa
tidak kau memberiku nomor lotere yang jitu? Akademi piano So Ri tidak
menghasilkan uang” kata Ma Rin merengek, So Joon menegaskan kalau itu tak bisa.
“Ucap Aturanku
adalah tidak terlibat dalam kehidupan orang lain. Kecuali kau.” Tegas So Joon,
Ma Rin pun mengerti lalu berbaring dipangkuan So Joon sambil menonton berita.
“Belakangan
ini, acara beritanya menghibur. Tepatnya bukan menghibur, sih, tapi terasa
aneh. Karena aku sudah tahu banyak soal masa depan. Saat mereka melakukannya, terasa sedikit
menggelikan.” Ungkap Ma Rin. So Joon jg
marasa seperti itu.
“Dunia
jadi terasa mudah dan segala sesuatu tidak penting.Ini Menggelikan sekali.” Kata
So Joon
Ma Ri
panik melihat berita kecelakaan di jalanan dan meminta agar So Joon bisa
berhati-hati saat mengemudi. So Joon tiba-tiba menangis karena keduanya
sebelumnya ditakdirnya meninggal dalam kecelaan. Ma Rin binggung melihat So
Joon yang menangis.
“Mereka
pasti juga memiliki orang-orang tercinta. Orang yang ditinggalkan juga pasti kesulitan.
Tapi kenapa kau sampai menangis?” ucap Ma Rin heran lalu memeluk suaminya
seperti memiliki hati yang lembut.
Sek Hwang
akhirnya diberikan tugas pada Ki Doong meminta agar disampaikan pada So Joon
ucapan terimakasih. Ki Dong memuji Direktur Wang aalh orang yang sangat baik.
Sek Hwangg menyakinkan akan bekerja keras untuk Meyrits dan Direktur Wang. Ki Doong
akhirnya keluar
“Kau tahu
aku tidak pernah akur dengan Kim Young Jin, 'kan? Namun, aku membuka hati
padamu karena Presdir yang menyuruh. Kau harus tahu itu! Aku juga mengakui
loyalitasmu. Aku tidak seperti Young Jin, jadi jangan khawatir. Tapi, Young Jin
benar-benar tamat.” Ucap Direktur Wang, Sek Hwang bertanya apakah terjadi
sesuatu.
Ki Doong
masuk ruangan ingin tahu kedaaan Yong Jin karena sebelumnya So Joon sudah
memperingatkan bahwa proyek Jangho tidak akan berhasil. So Joon bertanya apakah
tim Tim audit internal tidak menemukan apa-apa lagi. Ki Doong juga tak mengerti
kalau memang tak ditemukan atau Yong Jin
yang terlalu pintar menyembunyikannya.
“Apa Kau
tahu bangunan yang jadi proyeknya? Periksa orang-orang yang menyewa
gedung-gedung itu. Kenapa tidak memeriksa pengelola manajemen gedungnya? Mungkin,
mereka mendengar soal penjualan gedung atau semacamnya.” Kata So Joon
“Apa Kau
sungguh berpikir dia akan menjual salah satu gedung?” kata Ki Doong, So Joon berharap
kalau itu tak akan terjadi.
So Ri
berjalan bersama dengan Ma Rin berpikir kalau Gun Sook berlebihan dan akan kembali
menyebut 'Young Jin'-ku. Keduanya sudah ada dirumah temanya, Gun Sook
mengatakan akan bercerai dengan menceritakan Yong Jin yang teriak kencang di
ruang kerjanya membuatnya ketakutan, sampai mengunci kamarnya bahkan Setiap
malam keluyuran menurutnya suaminya itu beneran psiko, sakit mental!
“Apa Kau
yakin dia tidak selingkuh?” tanya So Ri, Gun Sook juga tak tahu “Aku yakin dia
menyembunyikan sesuatu yang aneh.” Ucap Gun Sook, Ma Rin mengaku kalau juga sempat
merasa semacam pada suaminya itu karena
masih pengantin baru, jadi mungkin masih sensitif saja. Gun Sook pikir
bukan seperti itu.
“Dia
benar-benar merendahkan aku saat kami bertatap muka. Apa Kau tahu benda dari
tempat kerjamu, Happiness itu? Saat kubilang aku membuang pena itu, lalu dia
mengamuk. Aku yakin dia menyembunyikan sesuatu dariku.” Cerita Gun Sook
“Apa Kau
pernah memeriksa black box di mobilnya? Dari pengalaman kakak-kakakku, itu cara
paling mudah.” Kata So Ri, Gun Sook sudah memeriksanya tapi suaminya sudah
menghapus semuanya.
“Bukankah
aneh? Kenapa dia harus menghapusnya? Apa kau sudah memeriksa navigasinya?” kata
So Ri karena bisa tahu kemana saja. Gun Sook tahu suaminya tidak bawa mobil
hari ini.
Ma Rin
dan So Rin berjaga-jaga didepan mobil, Gun Sook melihat dibagian navigasi
melihat tujuanya banyak jadi meminta pulpen untuk menuliskanya. Ma Rin akhirnya
duduk disamping temanya untuk mengambil gambarnya saja.
“Hwakyung-dong,
Sangjin-dong... Kelihatan seperti alamat konstruksi Happiness.” Ucap Ma Rin mengetahui
kalau itu alamatnya.
Mereka
pun keluar dan Ma Rin ingin mengirimkan foto pada temanya, Gun Sook pun
bertanya Ada apa dengan Happiness, lalu terdiam mengingat saat berlari sebuah
mobil putih lewat dengan plat nomor mobil yang sama.
Yong Jin
bertemu dengan seseorang yang mengatakan kalau belum ada yang terkonfirmasi
tapi meminta agar menjelaskan, apakah Gedung utamanya akan dibangun di tempat
lain dan ingin tahu alasanya. Si pria mengaku tidak tahu alasannya.
“Pastinya,
untuk Jangho...tidak ada pembicaraan lebih jauh untuk menjadi lokasi potensial.
Faktanya, justru area samping Jangho. Beritanya di sekitar situ.” Kata si pria.
“Jadi, Apa
Jangho tidak akan berhasil?” ucap Yong Jin
“Aku
tidak bisa mengatakan lebih jauh karena itu rahasia.” Kata si pria
Yong Jin
marah karena sudah banyak uang yang dikeluarkan dan hanya mengatakan Rahasia
lalu mengumpat marah.
Akhirnya
Yong Jin keluar sambil menelp dan dituduh sebagai penipuan. Dan menegaskan
kalau ia juga ikut berinvestasi di dalamnya dan tak mungkin ikut kalau memang penipuan.
“Dan
Juga, baru saja saya bertemu Direktur dari Grup LE. Dia meyakinkan Jangho akan
berhasil. Anda mendengar rumor tidak berdasar. Jangan seperti itu, kau tidak
perlu gugup. Percaya pada saya.” Ucap Yong Jin dengan nada tinggi
Yong Jin
mengingat-ingat perkataan So Joon dengan menunjuk di area samping Jangho. Lalu ia dengan yakin
kalau Hampir bisa pastikan Grup LE akan membangun kantor pusatnya di sana.
So Joon
mengatakan 'Hampir bisa', bukan 'sudah pasti' dan yakin alau Yong Jin pasti
berterima kasih padanya serta semua investornya. Yong Jin pun bertanya-tanya
siapa sebenarnya So Joon itu.
Ma Rin
berjalan bersama So Ri terlihat masih memikirknya. So Ri berpikir Yong Jin yang selingkuh dengan karyawan Happiness,
Ma Rin pikir Yong Jin ke lokasi konstruksi dua kali dan pasti punya proyek
konstruksi yang tidak diketahui orang lain.
“Tampangnya
tidak kelihatan itu masalah bisnis.” Kata So Ri, Ma Rin pun bertanya-tanya
alasan lainya tiba-tiba berhenti menyruh So Ri pergi lebih dulu saja.
So Joon
meminta Ki Doong memberitahu permintaan karena setelah hari ini tak akan naik
subway lagi serta esok akan menjalani kehidupan baru, Ki Doong meminta Posisi
pertama lotere, Posisi kedua, serta Lowongan kerja. So Joon pun pamit pergi.
Yong Jin
diam-diam mengikuti So Joon dari depan gedung sampai berada distasiun subway. So
Joon seperti biasanya naik kereta menuju Seoul, saat itu Yong Jin mendekat menyapa So Joon yang sudah
lama tak ditemuinya, So Joon kaget melihat Yong Jin yang datang.
Ma Rin
pergi ke rumah Gun Sook mengatakan Ada
tempat yang bisa merestorasi rekaman black box dan meminta mempercayainya
kalau suatu tempat jadi meminta agar black
box itu diserahkan padanya. Saat itu lampu di kereta mulai menyapa So Joon
terlihat panik.
Bersambung
ke episode 14
Tidak ada komentar:
Posting Komentar