PS : All
images credit and content copyright : JTBC
[Episode 4: Identitas Dia Yang Sebenarnya]
Si pelaku
memotong plat nomor si wanita lalu menghancurkan di tempat pembuangan mobil
bekas, terlihat dari wajahnya bayangan dari sambaran petir setelah itu membawa
si wanita keluar dari tempat mobil bekas.
Min Hyuk
berbaring di sofa, seperti tak bisa tidur lalu akhirnya pindah ke ruang bawah
tanah melihat sofa bekas Bong Soon tidur, wajahnya tersenyum. Akhirnya ia duduk
dan mengingat kejadian saat Bong Soon menarik pria bertubuh besar dengan satu
tangan.
“Tidak
peduli berapa kali aku melihatnya, ini pasti tidak normal.” Kata Min Hyuk
Bong Soon
membuat sketsa gamesnya, mulai mengambar dan berkomentar kalau lebih suka hanya
mengunakan tangan kosong untuk kekuatanya. Saat itu ponsel Bong Soon berderi
terlihat nama di layar [Gook Doo Keren]. Gook Doo bertanya apakah Bong Soon
tidur di tempat orang itu lagi. Bong Soon mengayakan sudah di rumah.
“Aku
mengatakan ini karena aku temanmu, Kau bukan anak kecil lagi dan berada di usia
siap menikah sekarang. Jadilah lebih dewasa dan menjalani kehidupan yang lebih
disiplin.” Kata Gook Doo
“Kenapa
kau mengatakan ini padaku, padahal tidak ada yang terjadi?” komentar Bong Soon,
Goo Doo menegaskan agar Bong Soon mengingat saja peringatannya ini.
“Baiklah.
Apa kau meneleponku hanya untuk mengatakan itu?” tanya Bong Soon, Gook Doo
mengingatkan kalau Tersangka melihat
wajah Bong Soon.
“Ubah
cara berpakaianmu, atau gaya rambutmu, jika memungkinkan.” Perintah Gook Do,
Bong Soon pikir Gook Doo tak perlu khawatir tentang itu.
“Dan Juga,
katakan pada Bong Ki, bahwa aku mengucapkan terima kasih.Dia menolong pacarku,
Hee Ji, karena sudah merawat dia dengan sangat baik.” Kata Gook Do, Bong Soon
pikir Gook Doo bilang saja sendiri.
“Hee Ji
bilang padaku, dia sudah berterima kasih padanya. Aku tidak perlu lagi berterima
kasih langsung.” Kata Gook Do, Bong Soon dengan sinis kalau tidak ada alasan juga untuk melakukan nya.
“Apa ada
sesuatu yang membuatmu marah hari ini? Kenapa cara bicaramu seperti itu?” kata
Gook Doo heran
“Aku juga
bisa merasa tersinggung dan juga bisa marah. Aku juga punya hati, dan terkadang
juga hatiku terasa sakit!” teriak Bong Soon marah
“Do Bong
Soon! Kau dan aku, kita teman! Artinya, apa yang kukatakan padamu untuk
kebaikanmu sendiri dan aku...” tegas Gook Doo langsung disela oleh Bong Soon.
“Hentikanlah!
Aku tidak pernah bilang, aku tidak tahu kalau kita berteman. Sudah Aku tutup!”
teriak Bong Soon lalu menutupnya.
“Ini
pertama kalinya aku menutup telpon dari Gook Doo. Belakangan ini, rasanya tidak
hanya sulit untuk mengontrol kekuatan superku tetapi emosiku juga tidak bisa
terkendali” gumam Bong Soon.
Saat itu
ponselnya kembali berdering kali ini layarnya bertuliskan [Pria Angkuh Yang Selalu
Berkata Kasar] dengan malas Bong Soon mengangkatnya. Min Hyuk bertanya Apa
sakit kepalanya sudah baikan Bong Soon mengaku baik-baik saja, tapi merasa
sakit kepala nya akan datang lagi setelah Min Hyuk meneleponnya.
“Aku
sangat penasaran akan sesuatu. Sebenarnya, seberapa kuat dirimu itu?Apa
jangan-jangan, kau...” kata Min Hyuk dan Bong Soon terlihat panik
“Apa
jangan-jangan,kau laki-laki?” ucap Min Hyuk, Bong Soon yang mendengarnya
mengumpat dalam hati kalau Min Hyuk itu paling tak bermoral, sesat, sinting dii
antara semua orang yang ditemui di perusahaan.
“Kau boleh
mengatakan yang sebenarnya. Aku akan merahasiakannya.” Kata Min Hyuk
“Kenapa? Apa
itu Supaya kau bisa pacaran denganku jika aku laki-laki? Apa ini sebabnya kau
meneleponku jam segini,Mengganggu kehidupan pribadiku?” ucap Bong Soon dengan
nada tinggi.
“Aku
hanya ingin tahu, itu saja! Bagaimana kau bisa sekuat itu? Itu tidak masuk
akal!” kata Min Hyuk dengan nada tinggi.
Bong Soon
pun bertanya dengan keadaan kaki bosnya. Min Hyuk pikir tentu saja tak baik dan
tambah semakin sakit, saat malah hari. Ia pun bisa membayangkan rasa sakit yang
di alami Sekretaris Gong padahal ia hanya terinjak dan rasanya sangat sakit.
“Aku
tidak tahu apa yang akan ku lakukan disaat benar-benar marah.Jika kau terus
meneleponku malam-malam begini untuk bicara ngawur maka aku tidak tahu bagian
tubuhmu yang mana yang akan aku injak nanti.” Kata Bong Soon, Min Hyuk berpikir
kalau itu seperti ancaman.
“Oh.
Tentu saja bukan! Bagaimana bisa orang rendahan sepertiku punya nyali untuk
mengancammu, Presdir?” ucap Bong Soon merendahkan suaranya.
“Hei, apa
kau bisa meretakan batu yang besar...dengan kepalamu?” tanya Min Hyuk penasaran
“Kurasa,
kau akan tahu itu ketika kau dan aku bertemu langsung besok!” kata Bong Soon
menahan amarah.
“Mari
kita cari tahu apakah kepalamu bisaterhancurkan berkeping-keping apa tidak!”
ucap Min Hyuk, Bong Soon memilih untuk segera menutup telp. Setelah itu
keduanya saling mengumpat.
Bong Soon
berdiri dari tempat duduknya, melihat Gook Doo masuk kamar dengan pakaian
polisi yang terlihat tampan dan bersinar. Gook Doo mengulurkan tangan pada Bong
Soon seperti ingin mengajak pergi bersama. Saat Bong Soon ingin meraihnya
tanganya di tepis oleh Min Hyuk.
Min Hyuk
sudah mengunakan pakaian wanita mendekati Gook Do, Gook Do binggung karena yang
ingin didekatinya adalah Bong Soon. Min Hyuk memeluk Gook Doo dan memutar
badanya, saat itu juga tanganya meremas bokong Gook Doo. Bong Soon melonggo
melihat bokong pria kesayangan itu diremas oleh Min Hyuk.
Bong Soon
mengingau dalam tidurnya berharap tak terjadi pada Gook Doo, saat membuka mata,
Ia mengumpat kesal kalau itu mimpi yang
menjijikan bahkan sangat Memuakkan dan membuatnya mual.
Detektif
Kim dan Gook Do memeriksa CCTV yang sudah dipasang, Ketua Yook bertanya apakah
sudah melihat sesuatu. Detektif Kim mengatakan belum. Ketua Yook bertanya apa
ada info baru terkait dengan orang yang hilang di Dobong-dong dan apakah Sudah memeriksanya.
“Aku
sudah melihat ke semua laporan yang masuk tapi sebagian besar, hanya tentang anak-anak
yang kabur dari rumah.” Kata Gook Doo
“Jika kau
menonton episode ke-154 "Kepala Inspektur" seorang wanita diculik,
namun tidak ada laporan orang hilang selama 10 hari. Lalu Kenapa menurutmu?
Pertama-tama, wanita itu tinggal sendirian. Dan ada kemungkinan besar dia
seorang penyendiri sehingga mereka mengira, dia hanya bepergian ke suatu
tempat.” Cerita Ketua Yook yang suka sekali drama misteri.
“Tapi
wanita yang suka mengirimkan susuuntuknya, melaporkan itu ke polisikarena dia
masih belum membayar. Dari satu laporan kecil itu saja menjadi petunjuk yang
menentukan atas penculikan tersebut. Penyendiri yang tinggal sendirian dan
disekitar nya tidak ada orang-orang yang akan melaporkan dia hilang sangatlah
memusingkan.” Kata Ketua Yook
“Oh, Jung
Yang Sook dan Kim Ji Won mereka berdua tinggal dengan keluarga mereka.” Ucap
Gook Doo menyimpulkan.
“Itulah
sebabnya, aku sedang membahas wanita yang tinggal sendirian bisa saja diculik.
Berbicara menurut statistik yang ada. Omong-omong, apa kau sudah dapat laporan dari
Dinas Forensik Nasional?” tanya Ketua Yook
“Mereka
akan memberikan hasil nya sore ini.” Ucap Gook Do, Ketua Yook menganguk
mengerti.
Nyonya
Hwang masuk toko, bertanya pada Ibu Myung Soo yang bertubuh tambun tentang
rumor yang beredar. Ibu Myung Soo menyangkalnya, dan yakin kalau tidak benar.
Nyonya Hwang mengetahui kalau adik dari Ibu Myung Soo menjalankan bisnis yang membangun pusat
perbelanjaan.
“Hei..,
ayolah, Ibu nya Bong Ki! Adikku hanya ingin menjual unit jika nanti pusat perbelanjaan
di sini di bangun. Dia bukan salah satu yang bertanggung jawab atas bisnis ini.”
Kata Ibu Myung Soo membela diri. Nyonya Hwang memanggil Ho Soon agar membawakan
mereka minum.
“Jadi alasanmu
berteriak-teriak mengenai pusat perbelanjaan empat lantai itu karena adikmu itu
akan dapat sesuatu jika nanti bangunan itu di bangun.” Kata Nyonya Hwang kesal
“Tidak begitu
juga. Hanya sedikit...” ungkap Ibu Myung Soo, Nyonya hwang pikir temanyaitu
tidak seharusnya seperti itu.
“Kau
hampir menyeret nama baikkami terjun ke lumpur bersamamu!” kata Nyonya Hwang
kesal, Ibu Jae Soon setuju.
Ibu Myung
Soo merayu kedunya agar tak marah,
menjelaskan kalau mereka berdua menutup mata untuk masalah hal ini maka akan
mengambil biaya komisi adiknya untuk sebuah tempat di pusat perbelanjaan itu dan
memberikan keduanya tempat terbaik. Ibu Jae Soon seperti tergoda, Nyonya Hwang
pikir Ini bukanlah masalah yang akan di bahas di antara mereka jadi mengajak agar berkonsultasi
dengan ahli nya. Keduanya bertanya siapa ahlinya. Diam-diam Tuan Do mendengar pembicaran
ketiganya.
Mereka
pergi ke peramal dengan gaya busana yang warna warni. Si peramal mengaku sudah
tahu jawabannya membenakan kalau Nyonya Hwang akan menghasilkan uang Tapi akan
ada anak kunyuk yang datang menghujani paradenya. Semua pun kaget, Nyonya Kwang
memastikan yang dimaksud "Anak kunyuk?" Bukannya "Nenek
sihir"?
“Siapa
yang kau pikirkan, Ibu nya Gook Du... Apa Novelis wanita itu?” kata Nyonya
Hwang
“Dia
bukan memegang pena, tetapi pedang. Jika kau menentang pembangunan ulang itu
selama bertahun-tahun dan membangun pusat perbelanjaan perusahaan yang
bertanggung jawab atas proyek pembangunan ulang itu tidak akan hanya duduk diam
sambil mengecup Ibu jari mereka. Tentu saja mereka akan menggunakan preman untuk
menghabisi yang menghalangi mereka! Bahkan yang bukan peramal saja akan tahu
ini!” kata Si peramal.
“Jadi
Apakah kita akan menang, atau kalah?” tanya Ibu Bong Soon penasaran
“Orang
yang memegang pisau tidak pernah bisa menang mengalahkan orang yang memegang pangkal
pedang nya, Unnie.” Komentar Ibu Myung Soo
“Kalian
boleh mengayunkan pisau semaumu, tapi
seorang atasan yang memegangpangkal pedang itu sangatlah kuat!Begitulah
maksudku! Tantang atasan laki-laki itu Dan jika kalian menentang nya dan
menang, maka kalian akan menghasilkan keuntungan yang di harapkan 4x lipat,
dalam tiga tahun!” ucap Si peramal. Semua langsung bergairah mendengar akan
medapatkan untung 4x lipat.
“Tapi ini
tentang putriku, Bong Soon... dia bekerja di sebuah perusahaan sekarang. Apakah
kau melihat petunjut bahwa dia akan bisa bersama dengan Presdir nya itu nanti?”
kata Ibu Bong Soon, si peramal meminta
bayaran kembali.
“Kapan
tanggal lahir putrimu?” tanya si peramal setelah ibu Bong Soon memasukan uang.
“15
Agustus 1991, dan lahir pukul 02:30 Aku ingin mereka berdua tidur bersama. Itu
dapat mempercepat hubungan antara seorang pria dan seorang wanita lebih dari
apapun.” Ungkap Ibu Bong Soon yang ingin punya menantu kaya.
Bong Soon
masuk rumah terlihat binggung, lalu berkomentar kalau melihat ada sebuah entri
di sini yang ada tulisan "P."
Dan ingin tahu Apa artinya itu. Min Hyuk meminta Bong Soon agar bisa
mendekat. Bong Soon bertanya apakah Min Hyuk tidak ingin ke rumah sakit karena
dipulangkan tanpa bicara apa-apa jadi mungkin para dokter akan mencarinya. Min
Hyuk menyuruh Bong Soon agar berjalan mendekatinya. Bong Soon pun menurut.
“Baiklah,
"P" pada jadwalku singkatan dari "pr-i-va-te."(pribadi)..
Ah.. katanya, kau kesulitan dengan perkataan yang memiliki empat suku kata.
Kalau begitu, aku akan menggunakan lima suku kata yaitu P-r-i-va-cy. (Privasi) Dengan
kata lain, kehidupan pribadiku.” Jelas Min Hyuk,
“Tapi Tunggu,
Wah! Lebih dari setengah jadwalmu tertuliskan tanda "P"!” kata Bong
Soon heran
“Tentu
saja. Hidupku hanya terdiriuntuk makan dan bersenang-senang. Pada dasarnya
akutinggal di mimpiku.Aku setengah jalan menuju ke sana, setidaknya. Ini
Menakjubkan, kan?” kata Min Hyuk bangga, Bong Soon setuju saja daripada
melawannya.
“Aku
masih belum bisa menemukan sepeda motor itu. Jadi tentu saja polisi tidak akan
bisa menemukannya. Dan itulah sebabnya aku menelpon beberapa orang.” Cerita Min
Hyuk
Bong Soon
pun ingin tahu kelanjutanya. Min Hyuk pikir Uang adalah bahasa universal, Bong
Soon bertanya apakah Min Hyuk sudah menemukannya, Min Hyuk mengataakn masih
belum lalu merengek lapar dan meminta Bong Soon agar membuatkan makanan. Bong
Soon mengeluh kalau dirinya itu bukan pembantunya.
“Apa kau
tahu betapa sakit nya daerah di antara metatarsal dan tulang jariku karena kau
mematahkan kakiku? Apa kau jadi jengkel padaku... Padahal aku yang jadi korban
di sini?” ucap Min Hyuk marah, Bong Soon mengaku tidak dan menyuruh Min Hyuk
kembali duduk.
“Aku akan
segera membuatkanmu sesuatu.” Kata Bong Soon dengan wajah cemberut.
“Aku akan
memberikanmu banyak pekerjaan. Jadi aku ingin sarapan yang banyak. Buat makanan
yang sangat banyak, oke?” ucap Min Hyuk, Bong Soon mengerti. Min Hyuk pun
berbaring disofa.
Bong Soon
pergi ke dapur, ingin menarik kembali
sumpit yang ditusuknya diatas meja. Min Hyuk langsung berteriak agar membiarkan
dan jangan menyentuhnya, lalu menyuruh Bong Soon untuk segera mundur. Bong Soon melihat kulkas ada abalone dan
mengambil tiga buah apel.
Ia
mengambil tempat jus dan melihat kearah
Min Hyuk, setelah itu mengunakan dua tanganya memeras apel tanpa belender.
Setelah itu memberikan pada Min Hyuk yang sudah tertidur pulas. Min Hyuk
melihat segelas jus mengeluh padahal ingin makanan.
“Apel
untuk sarapan samasaja seperti obat! Jadi Minumlah.” Kata Bong Soon, Min Hyuk
merengek meminta Bong Soon untuk memberikan makanan.
Nyonya
Hwang terlihat kaget mendengar ucapan si peramal. Peramal memberitahu melihat
seluruh keberuntungan pada nasib putri Nyonya Hwang, yaitu Keberuntungan
seorang wanita secara langsung terkait dengan suaminya dan pasti akan menikah
dengan keluarga yang baik-baik.
“Tapi...
Kudengar, katanya dia gay.” Ucap Nyonya Hwang
“Ibu
macam apa kau ini! Kenapa kau ingin menikahi gadismu pada anjing? Apa dia
benar-benar putrimu?” kata Peramal dengan nada tinggi.
“Tidak,
bukan anjing (gae). Maksudku, seorang pria yang gay.” Jelas Ibu Bong Soon.
“Wah...
Salah satu dari mereka ditakdirkan untuk menerima pukulan seumur hidup nya. Apa
kau akan baik-baik saja jika putrimu disalahgunakan oleh suaminya secara
fisik?” kata Si premal
“Aku
cukup yakin, bukan putriku yang akan sering menerima pukulan.” Kata Nyonya
Hwang.
Ibu Myung
Soo pikir Peramal itu selalu mengatakan yang baik-baik nya saja. Tapi Nyonya
Hwang pikir Mungkin dia memang benar 50%. Ibu Jae Hoon penasaran Bos besar itu melakukan suap pada siapa dan
beprikir kalau Mungkin itu ulah nya bupati. Ibu Myung Soo yakin mungkin polisi Karena mereka memiliki pangkal
pedang.
“Dengan
"orang yang memegang pangkal pedang," Apa mungkin yang dia maksud itu
preman?Menurutku, dia sedang membicarakan tentang preman!?” kata Ibu Jae Hoon
ketakutan, Ibu Myung Soo tertawa
menurutnya itu tak mungkin
“Tapi,
apa pria muda itu benar-benar gay? Dia kelihatan sangat normal!” komentar Ibu
Myung Soo, Nyonya Hwang membenarkanya.
“Aku sangat
menginginkan dia, seperti ia adalah apel yang indah dari pohon tetanggaku. dan
sayang nya, "Apel" itu tidak bisa dimakan! Aku sangat marah!” kata
Nyonya Hwang meluapkan emosinya.
Min Hyuk
berteriak ingin tahu apakah Bong Soon
Sudah selesai memasak nya. Menu makanan lengkap diatas meja, Min Hyuk
melihat kalau itu makanan yang biasa
dibuatkan oleh ibunya, dengan mata berkaca-kaca memakan masakan Bong Soon
seperti mengingat tentang ibunya. Sementara Bong Soon sedang ada diluar rumah
dalam mobil.
Bong Soon
berbicara dengan Kyung Shin ditelp kalau sedang diluar karena tidak ingin melihat wajahnya menurutnya jika
Min Hyuk mempekerjakannya sebagai pengawal, maka hanya harus bertugas
menjaganya. Tapi malah menyuruh
melakukan apapun yang diinginkan!
“Wah..
Tenang, Bong Soon. Sejujurnya, kau menginjak kakinya, jadi kau tidak seharusnya
mengeluh.” Ucap Kyung Shin
“Tidak,
tidak, tidak! Dia meremehkan polisi, dan hukum! Dia berpikir kalau seluruh alam
semesta ini berputar di sekitar dia! Dan Kenapa juga dia memberiku radio
seperti ini jika dia akan bertindak semaunya begini? Tidak ada syarat untuk
membuatkan nya makanan saat aku mulai bekerja di perusahaan ini!”ucap Bong Soon
mengeluarkan semua amarahnya pada Kyung Shin
Terdengar
suara dari walkie talkie “Sekretaris Do! Aku sudah selesai makan. Rasanya
sangat enak, sampai aku ingin nambah lagi.<Aku harus pergi ke luar sekarang
Bantu aku berjalan.” Bong Soon dengan suara lembut menjawab akan segera datang.
Saat Bong
Soon masuk panik karena melihat rekaman saat membicarakan Min Hyuk dalam mobil,
Min Hyuk pikir inilah sikap manusia dan Bong Soon bisa mendengar semuanya.
“Jika kau
ingin mencacimaki ku, seharusnya kau melakukannya di luar jangkauanku. Ini
melanggar kontrakmu.” Ucap Min Hyuk marah, Bong Soon mengelak kalau tidak melakukan itu.
“Itu
tertulis "Yang akan tanda tangan di bawah ini tidak akan melakukan fitnah
apapun terhadap pengaju kontrak"” kata Min Hyuk, Bong Soon pikir yang
dikatakan itu bukan fitnah.
“Kau
bilang tadi Orang ini...Ini benar-benar fitnah. Apa Kau menyadari itu?”kata Min
Hyuk berjalan dengan kaki pincang, Bong Soon meminta agar Min Hyuk bisa
berhati-hati karena kakinya masih sakit.
“Tapi aku
bukannya menjulukimu dengan bajingan, brengsek, mesum atau sinting. Aku hanya
bilang "orang ini." Kenapa itu bisa disebut fitnah?” ucap Bong Soon
membela diri
“Ekspresi
perkataan itu digunakan disaat kau ingin menyiratkan bahwa pihak yang lain itu
berada di bawahmu atau untuk mengangkat diri sendiri ketika mengacu pada orang
yang terlibat dan untuk memfitnah mereka, dasar licik!” tegas Min Hyuk
“Apa aku
salah? Aku hanya memanggilmu seseorang. Memangnya, apa salah nya itu?” kata
Bong Soon, Min Hyuk menegaskan bahwa Bong Soon salah.
“Kalau
begitu, menurutmu, kau bisa menghadapi apa yang akan aku rencanakan hari ini?”
kata Min Hyuk, Bong Soon setuju dan akan keluar ruangan.
Min Hyuk
berteriak menyuruh Bong Soon agar membantunya berjalan, Bong Soon pikir Min
Hyuk terlihat sangat mampu untuk berjalan sendiri. Min Hyuk mengaku kalau masih
sangat sakit. Bong Soon pun merangkul Min Hyuk membantunya berjalan.
Min Hyuk
pergi ke lapangan dengan mengunakan kendaraan roda duanya dan juga drone,
sementara Bong Soon mengikutinya dengan cara berlari, nafasnya terengah-engah.
Min Hyuk melihat Bong Soon yang jaraknya cukup jauh mengejeknya tidak bisa
lari.
“Aku bisa
lari 100 meter dalam 28 detik. Tidak, 26 detik.” Kata Bong Soon
“Sebagai
manusia, kenapa juga kita harus lambat disaat berlari? Wah... Kau memang orang,
jadi aku hanya memanggilmu dengan itu.” Ejek Min Hyuk membalas Bong Soon.
Bong Soon
kesal merengek duduk di bawah kalau sangat lelah dan tidak bisa melakukannya
lagi, bahkan hampir tidak bisa bernapas dan merasa mual. Min Hyuk mengeluh
tingkah Bong Soon, tiba-tiba sebuah tembakan mengarah pada keduanya.
Min Hyuk
langsung menarik Bong Soon berlindun dibalik pohon, seorang pria berada diatap
gedung mengarahkan peluru pada pohon. Saat peluru terakhir yang ditembakanya,
terkena menyerempet bagian lengan. Bong Soon panik melihat Min Hyuk yang tak
sadarkan diri lalu langsung mengendong dengan dua tanganya.
Saat itu
Min Hyuk sempat sadar Bong Soon mengendongnya, dan bepura pura pingsan. Bong
Soon melempar Min Hyuk dikursi belakang. Min Hyuk menjerit kesakitan karena
kepalanya terbentur. Bong Soon meliha Min Hyuk yang sudah sadar lalu bertanya
apakah baik-baik saja.
“Hei, kau
melakukannya dengan sengaja, kan?” kata Min Hyuk dengan hati dongkol. Bong Soon
mengaku tidak seperti itu.
“Aku bisa
bernafas lega, Suara nya sangat keras sampai aku kira itu suara tembakan peluru
atau apa! Apa tanganmu baik-baik saja?” kata Bong Soon
“Kepalaku
terasa sakit lagi. Maumati rasanya! Apa Aku masih hidup?” ucap Min Hyuk seperti
ingin mengejek Bong Soon.
“Ya, kau
masih hidup dan baik-baik saja, jadi jangan khawatir. Aku akan membawamu ke
dokter.” Kata Bong Soon
Min Hyuk
bertanya ke dokter apa, Dokter Ortopedi, Dokter Umum atau Dokter Psikiatri.
Bong Soon mengatakaan akan membawa ke rumah sakit besar. Min Hyuk menolak
karena memilih untuk pulang. Bong Soon menolaknya karena tangan Min Hyuk
terluka dan tertembak peluru. Min Hyuk mengatakan kalau tadi hanya butir baja.
“Meskipun
begitu, kau berdarah! Ayo kita ke rumah sakit.”kata Bon Soon ingin segera pergi
“Hei,
orang-orang juga tidak akan ke RS, setiap kali mereka berdarah! Dan Juga, bukan
tanganku masalahnya, di sini! Kepalaku rasanya seperti pecah dan terbuka!” kata
Min Hyuk. Bong Soon memastikan pengelihatan dengan jarinya. Min Hyuk pun bisa
menjawabnya.
“Menurut pengalamanku,
tengkorak manusia tidak akan pecah dengan mudah Sekarang Aku akan mulai
menyalakan mobil. Kita pergi sekarang!” kata Bong Soon segera mengemudikan
mobilnya, Min Huyk menjerit melihat cara Bong Soon mengemudikan mobilnya.
Keduanya
sudah ada dirumah, Bong Soon pikir Min Hyuk itu membutuhkan cairan. Min Hyuk
yang kesal menyuruh Bong Soon tak bicara denganya. Bong Soon memberikan botol
air agar Min Hyuk bisa minum cairan yang
banyak dan harus mensterilkan lukanya.
Min Hyuk
seperti ingin menjerit tapi ditahannya, Bong Soon pun meminta agar Min Hyuk
terus menahanya dengan memberikan obat. Min Hyuk menatap Bong Soon yang
mengobati lukanya, seperti merasakan sesuatu. Bong Soon pun sempat melirik dan
seperti tak merasakan apapun. Min Hyuk tak bisa menahanya, merasa kalau ini
tidak masuk akal seperti tersentuh dengan Bong Soon.,
“Yah,
tentu saja tidak. Bagaimana bisaseseorang menembakmu dengan butir baja?” kata
Bong Soon, Min Hyuk menegaskan bukan seperti itu yan dimaksud
“Tidak masuk
akal, kalau wanita yang menggendong pria yang memiliki berat badan lebih dari 80kg
dengan gaya bridal, sambil berlari!” kata Min Min Hyuk. Bong Soon berpura-pura
tak sadar
“Sebenarnya,
seberapa kuat kau ini? Kalau dipikir-pikir, ada banyak hal aneh tentangmu. Saat
pertama kali aku bertemu denganmu, kau menghempaskan para preman itu hanya
dengan satu pukulan Dan Sekretaris Gong, yang pernah jadi anggota Marinir,
tulang ekor nya patah setelah main adu ayam denganmu. Dan dia sangat merasa
malu sampai dia tidak mau kau untuk mengunjunginya. Yang paling aneh dari semua
disaat kau mengangkatku lalu langsung berlari. Kau sebenarnya siapa?” kata Min
Hyuk penasaran
Bong Soon
binggung menjawabnya, Min Hyuk mulai berkomentar aneh kalau Bong Soon itu
mengkonsumsi obat khusus datau Bong Soon adalah aseseorang yang lebih gila dari
yang dikira. Ia pun menduga BonG Soon
adalah alien atau produk dari percobaan baru. Bong Soon meminta Min Hyuk
menghentikanya karena Bukan itu yang penting sekarang.
“Syukurlah
dia hanya menembakkan butir baja. Bagaimana kalau dia menembakkan peluru yang
sebenarnya padamu?” kata Bong Soon
“Hei, apa
kau mengkhawatirkanku sekarang?” ucap Min Hyuk mengoda
“Aku
mengatakan ini sebagai pengawal pribadimu.” Ucap Bong Soon
“Makanya,
aku menyuruhmu untuk melindungiku dengan benar! Kau tidak pernah mendengarkan!”
kata Min Hyuk kesal
Saat itu
ponsel Min Hyuk berdering dan sedikit menjauh dan kembali terdengar suara robot
bertanya rasa ditembak oleh pria misterius dan memberitahu kalau yang
digunakan hari ini hanya butiran baja,
tapiakan menggunakan pistol sungguhan nanti.
“Siapa
kau?Katakan apa yang kauinginkan, brengsek!” teriak Min Hyuk merah, Bong Soon
bisa mengetahui kalau pria misterius kembali menep bosnya.
“Menyerah
untuk mewarisi perusahaan. Beritahu KetuaAhn bahwa kau tidak akan mewarisi
Ohsung Group atau aku akan menghancurkan Ainsoft.” Ancam si pria misterius
“Kau
sebenarnya siapa sampai kaubisa mampu menghancurkan Ainsoft?Coba saja.” Kata
Min Hyuk tak takut.
Bong Soon
mendekati Min Hyuk dengan wajah khawatir menanyakan keadaaanya, Min Hyuk
memilih untuk membicarakan lagi nanti dan menyuruh PulangBong Soon menolak
karena akan berada disisinya.
“Tidak
perlu. Aku ingin sendiri.” Kata Min Hyuk, Bong Soon makin khawatir apakah akan
baik-baik saja sendirian.
“Jangan
khawatir tentang itu. Ada sesuatuyang harus aku selesaikan, sendirian.” Ucap
Min Hyuk lalu masuk ke dalam kamarnya.
Bong Soon
keluar rumah bertanya-tanya dengan sikap Min Hyuk, menurutnya sangat plin-plan dan selalu
melakukan apapun semau jidat nya.Padahal sebelumnya tidak ingin sendirian, dan
memintanya untuk berada di sisi nya, tapi sekarang ingin sendiri.
Min Hyuk
duduk diruangan lemari bajunya, duduk menatap lukisan seperti seorang wanita
yang memakai jubah, pintu masuk ruangan
bawah tahan. Ia pun mengingat saat keluar dari rumah milik ayahnya hanya
membawa sebuah tas kecil.
“Aku...
Akan meninggalkan rumah ini.Aku tidak ingin berkelahi dengan kakak-kakakku
lagi. Aku akan menjalani hidupku dan melakukanapapun yang aku mau dari
sekarang.” Ucap Min Hyuk, Saat keluar rumah pintu pagar di tutup dengan keras
seolah menolak kehadiranya kembali.
Tuan Do
kembali melayani pelanggan pie kenarinya, lalu melihat anaknya yang sudah
pulang kerja lebih awal lalu berpikir kalau
dipecat lagi. Bong Soon mengeluh pada pada yang berpikir akan dipecat
setiap hari, lalu memberitahu kalau ia tak dipecat. Ayahnya bertanya apakah
anaknya sudah makan. Bong Soon balik bertanya pada ayahnya.
“Aku baru
saja sudah sarapan,jadi tidak begitu lapar.” Kata Tuan Do, Bong Soon pun
bertanya apakah ada yang ingin dibantu. Tuan Do pikir tak perlu sambil
memberikan minum setelah Bong Soon makan pie kenari.
“Bagaimana
dengan Ibu? Apa Dia keluaruntuk bersenang-senang lagi?” tanya Bong Soon, Tuan
Do pikir seperti biasa istirnya itu.
Bong Soon
merasa Pasti sulit untuk Ayah. Tuan Do juga merasa Pasti sulit juga untuk
anaknya juga dengan ibunya, lalu menyuruh Bong Soon pulang dan tandatanganipengiriman kenari yang akan
datang sebanyak 30kg sekitar jam 4 sore. Bong Soon mengerti dan juga akan
mengupas kenari nya lalu akan keluar dari toko.
Tuan Do
memanggil anaknya, lalu memperlihatkan uang dalan celemeknya,Bong Soon terharu
ayahnya yang memberikan uang 50ribu won. Tuan Do lalu mengeluarkan dari selipan
dibaju mulai dari lengan sampai topi dan diberikan pada Bong Soon.
“Bagaimana
aku bisa menerima ini?” ucap Bong Soon terharus seperti tak pernah mendapatkan
uang apapun dari ibunya.
“Uang ini
sama berharganya dengan darahku.Jika ibumu
tahu, aku bisa mati. Gunakan uang ini untuk membelipakaian yang bagus
untukmu, oke?” kata Tuan Do, Bong Soon memeluk ayahnya, keduanya seperti merasa
takut pada Nyonya Hwang.
Hee Ji
sudah menunggu dicafe tersenyum melihat yang datang, Bong Ki masuk melihat
kalau Gook Do belum datang. Hee Ji mengatakan kalau hanya sendirian dan merasa
kalau Berkat Bong Ki jari-jarinya. sudah
jauh lebih baik.
“Profesorku
adalah spesialis di area itu, jadidia akan melakukan pekerjaan dengan baik.”
Jelas Bong Ki lalu memanggil pelayan.
“Kau Pesanlah.
Tempat ini terkenaldengan pasta bayam nya.” Ucap Bong Ki, Hee Ji pikir akan
memesan itu saja. Bong Ki pun menyamakanya.
“Aku
sudah mendengarbanyak tentangmu. Jadi kau dan Gook Doo jadi saingan saat SMA
dulu?” ucap Hee Ji, Bong Ki sedikit kaget lalu bertanya apakah Gook Doo yang
mengatakan hal itu.
“Oh,
bagaimana ini. Aku bahkan tidak bisamemberitahumu yang sebenar nya, karena kau
pacarnya.” Ungkap Bong Ki, Hee Ji menyuurh Bong Ki mengatakan saja padanya.
“Aku bisa
dibilang yang menjadikan Gook Doo seperti sekarang inidan dia berada, di
bawahku!Berani-beraninya dia bilang begitu, padahalposisi nya tidak sebanding
denganku!” kata Bong Ki bangga dengan candanya. Hee Ji melihat Bong Ki itu
sangat lucu
“Pasti
kau kira aku sedang bercanda... Aku serius.” Kata Bong Ki menyakinkan. Keduanya
seperti mulai akrab dalam cafe.
Bong Soon
membeli pakaian baru dari uang ayahnya, saat itu ponselnya berdering lalu
bertanya mereka ada dimana. Akhirnya Bong Soon sudah ada di lapangan bola
dengan semua remaja yang sebelumnya sudah diberi pelajaran olehnya. Bong Soon
bertanya apakah mereka Sudah memungut semua sampah nya. Semua serempak menjawab
ya.
“Nunim...
Harap terima kamisebagai bawahanmu!Kami akan melayanimudari sekarang!Jadi
tolong, angkat kami menjadimuridmu dan ajarilah kami!Kami selama ini
sudahmencari pemimpin sejati!” ucap si ketua Genk dan akan buahnya berlutut
didepan Bong Soon. Bong Soon terlihat binggung.
Nyonya
Hwang dan teman-temanya berjalan pulang mereka melihat lingkungan di sekitar terlihat bersih hari
ini bahkan tidak melihat puntung rokok satupun. Nyonya Hwang pikir itu karena
kurang nya. Dobong-dong yang bebas dari kejahatan dan Dobong-dong yang bersih!
“Kita
sudah banyak mengirimkeluhan ke Kantor Distrik!Kurasa, PNS akhirnyasudah mulai
bertindak...” ucap dua teman Nyonya Hwang.
Saat itu
Baek Tak berjalan bersama dengan Agari, lalu Agari menunjuk sebuah toko dengan
papan naman “Kenari Dobong”. Akhirnya keduanya pun masuk. Nyonya Hwang melihat
dari kejauhan seperti merasakan ada sesuatu saat Baek Tak masuk tokonya.
Tuan Do
pun menyapa pelanggan yang masuk, Baek Tak meminta ingin dua kue kenari dan dua
Tart telur serta dua minuman juga, ditambah ia memesan sepuluh kantong kue
kenari juga. Tuan Do mengangkat tanganya memastikan kalau memang 10 buah. Tuan Do membenarkan lalu menanyakan total
harganya.
Tuan Do
dengan cepat menghitung semuanya 84.000 won. Agari membayar dengan uang ₩ 100.000.
Setelah itu keduanya duduk, Agari berbisik memberitahu kalau tadi adalah
Ayahnya Do Bong Soon. Tuan Do pikir Untuk hari ini, hanya makan kue kenari lalu
langsung pergi.
Saat itu
Nyonya Hwang dkk masuk, mereka melihat Baek Tak dan berpikir kalau itu Kepala
Distrik atau Polisi. Nyonya Hwang melirik merasa pria itu Hanya pelanggan biasa. Baek Tak pun
memberikan senyuman dan ingin menyantap potongan kue tapi mulutnya tak bisa
terbuka lebar.
Nyonya
Hwang pun menyarankan agar memotongnya lebih dulu. Baek Tak seperti malu.
Akhirnya Agari meminta alat pada Tuan Do. Tuan Do binggung tapi bisa mengerti
kalau yang dimaksud pisau. Akhirnya Baek Tak bisa memakan dengan memotongnya
tapi saat makan egg tart membuatnya kesal karena tak bisa membuka mulutnya
dengan lebar.
Bersambung
ke part 2
Tidak ada komentar:
Posting Komentar