PS; yang udah baca blog / tulisan aku.. Tolong minta follow account IG aku yah dyahdeedee09 & Twitter @dyahdeedee09 jadi biar makin semangat nulisnya. Kamsahamnida.

Rabu, 26 Februari 2020

Sinopsis When the Weather is Fine Episode 2 Part 2

PS : All images credit and content copyright : JBTC
Buat kalian yang suka membaca tulisan aku meminta dukungan dalam bentuk "Subscribe" You tube karena sedang mencoba mengumpulkan 1,000 Subscribe. 
Tinggal Klik disini, buat yang sudah Subscribe. Terimakasih banyak. Semoga bisa sampe bulan ini 


Eun Seob mengayuh sepedanya, lalu berhenti tatapan mengarah pada sesuatu. Ternyata Hye Won sedang memperbaiki sepedanya, Saat itu Jang Woo melihat Eun Seob bertanya apakah akan pulang sekarang. Eun Seob panik memilih untukpergi.
“Hei, tunggu aku! Hei! Apa yang salah dengannya?” teriak Jang Woo mengejar Eun Seob. Hye Won memperbaiki sepedanya sendiri. 

Hye Won sedang melihat tulisan Eon Seob diatas meja saat itu. Bo Young memanggilnya agar mendekat, saat itu keduanya berpapasan dan Eon Seob terlihat seperti tak peduli tapi sempat melihat Hye Won keluar.
Pelajaran musik, semua mulai menyanyi Guru akan menyudahi lalu meminta agar menghafalkan semua lirik untuk pertemuan selanjutnya. Semua anak murid pun mengeluh.  Guru meminta agar merkea tentang karena masih ada waktu sekitar lima menit lagi.
“Aku dengar siswa pindahan baru dari Kelas 3 adalah pemain cello yang luar biasa. Apa kau bisa mencoba dengarkan?” kata sang guru.
“Aku tak bawa cello-ku hari ini.” Ucap Hye Won. Guru pun bertanya apakah ada yang hal lain yang bisa dilakukan.
Hye Won akhirnya duduk di depan piano dan mulai memainkanya, Eon Seob langsung terdiam mendengar alunan musik Hye Won. Semua anak tak percaya melihat Hye Won. Eon Seob seperti mengingat semua kenangan dengan Hye Won saat masih sekolah akhirnya memilih untuk tidur dengan nyenyak. 

Pagi hari
Anjing Bibi Sim makan dengan lahap, Hye Won dan bibinya juga makan di bersama. Hye Won bertanya apakah bibinya sakit kepala karena datang ke apotek di kota dan apoteker mengatakan padanya bahwa Bibi Sim mengalami sakit kepala parah.
“Siapa yang tak sakit kepala? Dari di atas itu selalu menuntut , asal kau tahu, aku seorang penulis.” Kata bibi Sim
“Kau tak menulis apa pun sekarang.” Komentar Hye Won. Bibi Sim mengeluh kalau menulis begitu banyak jadi kepalanya masih sakit.
“Kau harus pergi ke rumah sakit.” Ucap Hye Won. Bibi Sim mengaku sudah. Hye Won ingin tahu Apa kata mereka. Bibi Sim menjawab tak ada masalah.
“Omong-omong, apa kau akan terus bawel seperti ini?” keluh Bibi Sim. Hye Won mengaku tak akan.

“Benarkah? Syukurlah., Kau Kembali ke Seoul minggu depan.” Ucap Bibi Sim,
“Tidak, aku berniat tinggal di sini dan bekerja paruh waktu. Aku yakin dapat menemukan seseorang yang ingin mengambil pelajaran musik.” Kata Hye Won.
Bibi Sim kaget dan menurutnya itu Tak ada karena sudah tinggal di sini selama 20 tahun, dan belum pernah melihat orang yang ingin mengambil pelajaran musik bahkaan sama sekali. Hye Won terdiam mendengarnya. Bibi Sim pikir Entah kalau piano tapi tak ada yang memainkan cello.
“Aku pandai memainkan piano juga dan menari.” Ucap Hye Won percaya diri. Bibi Sim seolah tak peduli mendengarnya. 



Hye Won pergi keluar rumah melihat papan pengumuman [MENCARI PEKERJA PARUH WAKTU, JAM KERJA BISA NEGO] Sementara di toko buku Eon Seob terlihat bahagia menyeduh kopinya lalu keluar rumah. Hye Won tiba-tiba datang membawa selembaran.
Eun Seob bingung, Hye Won menunjuk dirinya kalau ingin berkerja. Eon Seob tak percaya kalau Hye Won ingin berkerja. Akhirnya Mereka pun pergi ke “ARENA SELUNCUR SAWAH BUKHYEONRI dan juaga da TEMPAT PARKIR ARENA SELUNCUR SAWAH BUKHYEONRI
“Jadi, kau mencari seseorang yang handal berseluncur.” Kata Hye Won bingung melihat banyak orang yang berseluncur diatas sawah yang membeku.
“Apa kau andal berseluncur?” tanya Eon Seob. Hye Won mengelengkan kepala dan terlihat sedih.
“Apa mungkin, kau butuh seseorang yang bisa bermain piano?” tanya Hye Won. Eon Seob menjawab Tidak. Hye Won pun akhirnya akan pamit pergi.
“Tunggu... Lalu, Apa kau mau bekerja di toko buku? Dan aku akan bekerja di sini.” Ucap Eon Seob. Hye Won bingung dan ingin tahu alasanya.
“Karena... Karena aku andal berseluncur. Bagaimana?” kata Eon Seob seperti tak ingin berpisah dengan Hye Won. 


Di toko buku, Hye Won melihat buku dalam rak. Eon Seob memberitahu kalau Tak banyak pekerjaan, karena hampir tak ada tamu. Hye Won pun ingin tahu bagaimana Eon Seob mencari nafkah. Eon Seob memberitahu kalau menjual buku secara online juga.
“Aku harus mengirimkan buku-buku ini hari ini. Meski begitu, terkadang datang beberapa tamu.” Kata Eun Seob mengeluarkan buku yang siap di kirim.
“Jadi, Apa aku hanya harus menjaga tempat ini?” tanya Hye Won. Eon Seob menganguk.
“Lalu, aku akan pergi ke arena seluncur. Beritahu aku jika ada pertanyaan.” Kata Eon Seob lalu bergegas pergi. 

Hye Won membaca buku tapi terlihat jenuh akhirnya membuka jendela, lalu melihat Eon Seob sedang di tempat selunjur dipanggil oleh ibunya. Sang ibu memakai syal menyuruh anaknya pulang dan ambilkan sesuatu serta meninggalkan serpihan cabai merah di rumah.
Hwi melihat kakaknya naik sepeda meminta untuk ikut,  Ibu Eon Seob mengelu kalau Hwi akan membuat kakaknya lelah, Hwi yakin kakaknya akan segera kembali. Saat itu Tuan Im datang menyuapi Eon Seob kacang kastanye mentah.
Ia juga menyuapi istrinya,  Hwi tak mau kalah mengambil semua kacang dari tangan sang ayah lalu berlari kabur. Hye Won melihat kebahagian keluarga hanya bisa tersenyum, seperti sangat senang bisa berada didesa. 

Eon Seob masuk ke dalam toko, Hye Won berkomentar kalau Eon Seob adalah tamu pertama hari ini. Eon Seob tersenyum mengau terkadang, ada hari-hari saat tak ada yang datang. Hye Won mengejek dengan kata "Kadang"
“Sebenarnya hampir setiap hari.... Kerja bagus. Kau boleh pulang.” Kata Eon Seob. Hye Won pun akan pamit pulang.
“Hei, mau kemana? Jangan pergi.. Kita baru saja mulai. Aku membawa ini.” Ucap Jang Woo datang membawa bir tapi menjatuhkan semuanya.
“Astaga, aku merasa hal seperti ini hanya terjadi padaku.” Keluh Jang Woo. Hye Won dan Eon Seob akhirnya membantu mengambilnya. 

Jang Woo mulai menarik nafas panjang dan membuangnya, seperti ingin merelaxkan tubuhnya. Ia lalu mengaku Perutnya mual setiap kali membicarakan hal in dan ibunya menjadi gila. Ia menceritakan ibunya karena ingin cucu secepatnya, maka menekannya  untuk menikah padahal harus berkencan dulu.
“Maksudku, siapa yang akan menikah pada usia 30 jaman sekarang? Dan aku masih berusia 20-an. Aku baru berusia 27 tahun.” Ucap Jang Woo
“Ji Yeon memberitahuku bahwa orang-orang di sini cenderung menikah muda.” Kata Hye Won
“Ya, benar. Dan itu masalahnya. Aku ingin tahu siapa yang memulai tren laknat itu. Siapa? Ibumu? Apa ibumu?” keluh Jang Woo pada Eon Seob.
“Bukan, ibuku ingin aku menikah selambat mungkin.” Kata Eon Seob bangga.
“Baik. Ibu Eun Seop sangat mencintainya. Dia selalu memanggilnya, "Anakku sayang." Astaga, pecundang sekali. Apa kau akan mengisap cumi itu sepanjang malam? Ini kaleng keempatku.” Keluh Jang Woo.
“Baik, aku akan meminumnya.” Kata Eon Seob mulai minum sebelum dicekoki temanya. Jang Woo pun memujinya.
“Hye Won.. Siapa yang paling membuatmu gelisah di sekolah? Sedangkan aku, orang ini. Bagaimana aku harus mengatakannya? Dia selalu tampak menyendiri dan acuh. Orang-orang seperti itu paling membuatku jengkel, dan memang begitulah dia.” Keluh Jang Woo 
“Kau Tahu sendiri, aku harus belajar dan bekerja sangat keras untuk membuat orang tuaku bahagia. Kalian mungkin berpikir bahwa nilai bagusku dan semua pencapaianku dicapai dengan mudah, tapi aku belajar sepanjang malam dan melakukan segala upaya untuk menyenangkan semua orang di sekolah.” Kata Jang Woo
“Dan semua kerja keras itu menjadikanmu 1 dari 3 teratas.” Kata Hye Won.
Jang Woo membenarkanya kalau semua kerja kerasnya terbayar. Eon Seob hanya bisa tertawa mendengarnya. Jang Woo kesal kalau Eon Seob yang berani menertawainya lalu memitingnya. Eon Seob lalu mengaku menyesal dan mengaku salah.
“Oh Ya. Bukankah aku sudah bicara denganmu soal Kim Bo Yeong tempo hari? Dia ingin berbicara denganmu. Dia bilang ada kesalahpahaman di antara kalian berdua. Dia ingin melepas kesalahpahaman.” Kata Jang Woo
“Aku sangat benci kata itu, "kesalahpahaman.". Apa artinya? Jika kau melakukan sesuatu yang salah, akui saja bahwa kau membuat kesalahan, dan minta maaf. Tampaknya itu hanya alasan.” Kata Hye Won dingin
“Alasan untuk apa?” tanya Jang Woo dengan wajah serius. Hye Won mulai menjelaskan. 

“Menyiratkan bahwa kau tak melakukan kesalahan. Artinya, "Aku tak melakukan kesalahan. Kau salah paham. Karena kemampuan komunikasimu yang tak cukup peka, kau salah mengerti sikapku." Artinya mereka akan terus menyalahkanmu. Alasan yang konyol.” Kata Hye Won marah
“Astaga. Benar, kurasa itu alasan konyol... Dia sangat jujur.” Bisik Jang Woo yang merubah suasana jadi tegang.
“Aku tak tahu apa yang dia maksud dengan kesalahpahaman. Aku tak salah mengerti apa pun. Yang kutahu adalah dia salah dan tak pernah meminta maaf.” Ucap Hye Won terlihat masih sangat marah.
Jang Woo mengerti dengan wajah gugup lalu terdengar suara klakson, Ia langsung berdiri memberitahu kalau Taksinya sudah tiba untuk menyelamatkanku dari situasi canggung ini. Ia merasa  Waktu yang tepat jadi  sangat berterima kasih kepada supir taksi ini.
“Hae Won, kau benar-benar menakutkan saat kau marah... Aku pergi.” ucap Jang Woo bergegas pergi. Hye Won dan Eon Seob bingung.
“Bo Yeong meminta nomormu, aku memberi nomor Hodu House. Jadi,... Dia mungkin menelpmu... Sampai jumpa.” Teriak Jang Woo sebelum keluar dari toko. Eon Seob hanya bisa berteriak memanggilnya.
“Apa ada lagi yang ingin kau katakan?” tanya Eon Seob gugup hanya ditinggal berdua saja. 


Flash Back
Hye Won sedang  duduk sendirian, seoran wanita mendekatinya lalu menyapa dan memberitahu namanya Kim Bo Yeong. Hye Won pun membalas memberitahu namanya. Bo Yeong pun membahas Hye Won yang pandai bermain cello. Hye Won membenarkan.
“Ini sangat keren.. Aku tak tahu apa-apa soal musik. Bisakah kau tunjukkan padaku kapan-kapan? Aku belum pernah melihat orang bermain cello.” Kata Bo Yeon. Hye Won menganguk.
“Di mana kau tinggal? Aku tinggal di dekat kantor pos di Bukhyeon-ri.”tanya Bo Yeong.
“Aku tinggal di Rumah Hodu.” Kata Hye Won . Bo Yeong mengaku tahu tempat itu.
“Tempat itu sangat terkenal. Bukankah ini sanggarloka yang sangat bagus? Dan aku mendengar bahwa putri pemilik adalah seorang novelis Yang sangat terkenal. Apa dia kakakmu?” tanya Bo Yeong.
“Bukan, dia bibiku.” Ucap Hye Won. Bo Yeong melihat kalau Hye Won  sangat keren.
“Bibimu seorang novelis, dan kau pandai memainkan cello. Kau dan aku sangat berbeda.” Komentar Bo Yeong. Hye Won ingin tahu apanya yang berbeda?
“Kita sangat berbeda. Keluargaku menjalankan pabrik. Kami membuat kue beras.” Kata Bo Yeong
“Apa sebuah pabrik dan sebuah sanggarloka berbeda?” tanya Hye Won bingung. Tapi Bo Yeong malah melihat Hye Won itu sangat manis.


Pelajaran olahraga, Guru menyuruh mereka berpasngan melakukan pemanasan. Hye Won hanya bisa terdiam terlihat kebingungan. Bo Yeong akhirnya mendekat bertanya apakah ingin berpasangan denganya. Hye Won membuang sampah melihat hujan turun sangat deras.
“Hujan sangat deras, 'kan? Kau bisa pakai ini. Aku dekat, jadi bisa berlari pulang.” Ucap Bo Yeong memberikan payung dan berlari dengan menutupi mengunakan tas.
“Sampai jumpa besok, Hae Won!” teriak Bo Yeong. Hye Won bingung memanggil Hye Won.
Setelah itu mereka pun terlihat selalu menghabiskan waktu bersama disekolah dan terlihat sangat dekat. Hye Won membersihkan lab, lalu tak sengaja menjatuhkan sesuatu. Ketika sedang berjongkok, tiga orang temanya masuk karena berpikir tak ada orang. Mereka membahas Mok Hye Won yang Orang yang pandai bermain cello.
“Kau tahu, kenapa dia tinggal bersama bibinya? Aku dengar bahwa dia tinggal bersama nenek dan bibinya.” Ucap Si anak pertama.
“Di Rumah Hodu, 'kan?” kata anak kedua. Anak pertama pikir mereka tadi melihat Hye Won duduk
“Bukankah aneh kalau dia tak tinggal bersama ibunya?” kata Anak pertama. Anak kedua yakin ada alasannya.Anak pertama tiba-tiba kebingungan mencari ponselnya.
“Apa kau tak ingin tahu alasannya?” ucap anak pertama. Keduanya pikir temanya tahu sesuatu dan ingin tahu.
“Mok Hae Won... Ibunya adalah seorang pembunuh.” Ucap teman yang pertama. Hye Won yan mendengarnya hanya bisa terdiam.
“Lebih buruk lagi, dia membunuh suaminya sendiri.” Kata teman pertama. Semua atak percaya kalau itu ayah Hae Won.
“Ya. Itu sebabnya dia ada di sini. Ibunya ada di penjara.” Ucap Teman yang pertama. Semu
“Tidak mungkin. Itu sangat menyeramkan. Apa kau mengada-ada? Siapa yang memberitahumu itu?” kata temanya tak percaya.
“Kau pikir siapa lagi? Kim Bo Yeong.” Kata Anak pertama. Keduanya kaget. Hye Won hanya bisa terdiam terlihat sangat shock.
“Pantas saja. Selalu ada kegelapan di sekitar Hae Won. Sekarang semuanya masuk akal.” Komentar Teman yang kedua
“Bukankah Bo Yeong dan Hae Won dekat? Benar, yang artinya itu pasti benar.”kata temanya.
Hye Won mencoba berdiri tapi tanganya lemah malah menyentuh tabung di bekukan, dan tak sengaja menjatuhanya. Ketiganya ketakutan akhirnya bergegas keluar ruangan karena berpikir hantu. Hye Won keluar dari sekolah kebingungan akhirnya pergi ke kolam renang yang kosong dan hanya bisa menangis. 

“Itulah kenapa kesalahpahaman... hanyalah omong kosong. Aku... Eun Seop, apa kau tidur?” ucap Hye Won tersadar melihat Eon Seob hanya menopang dagu.
“Kau mabuk sesudah dua kaleng bir. Kau benar-benar tak pandai minum alkohol... Aku pergi.” ucap HyeWon
“Tunggu, aku tak mabuk.”kata Eon Seob terbangun tapi Hye Won  memastikan dan tahu kalau Eon Seob jelas mabuk.
“Aku benar-benar tak bisa minum banyak.”akui Eun Seob. Hye Won mengejek kalau Eon Seob bahkan lebih buruk darinya.
Ia lalu melihat hujan yang cukup deras, lalu pamit pergi akan pulang sekarang. Eon Seob yang mabuk tiba-tiba memanggil Irene. Hye Won terlihat bingung.  Eob Seob mengaku pada Irene sangat senang ada di sini. Hye Won terdiam mendengarnya. 


Ditelp rumah Hye Won terus berdering tapi tak ada yang datang. Pagi hari Hye Won terbangun dan wajahnya terlihat bahagia dibalik selimut dengan hujan yang masih turun. Akhirnya Hye Won menuruni tangga lalu memastikan wajahnya dicermin.
Tapi Hye Won berlari ke lantai atas, Bibi Sim melihat keponakanya bingung. Hye Won mulai berdandan mengunakan bedak dan lipstik, lalu berlari menuruni tangga bertanya pada bibinya apakah punya pensil alis. Bibi Sim heran kemana mau pagi-pagi sekali.  Hye Won mengaku Bekerja paruh waktu.

Di toko buku, Eon Seob membuat kopi dengan sangat santai, lalu keluar dari toko untuk meminumnya. Hye Won datang  menyapa Eon Seob Selamat pagi dengan senyuman bahagia. Eon Seob melihat Hye Won datang lebih awal. Hye Won mengaku bangun pagi-pagi.
“Apa kau mau kopi?” tanya Eon Seob. Hye Won menganguk.  Eon Seob pun memberikan cangkir kopinya. Hye Won pun mengucapkan Terima kasih.
“Kau benar-benar tak bisa minum, ya?” komentar Hye Won. Eon Seob membenarkan.
“Kau langsung tertidur sesudah beberapa teguk.” Komentar Hye Won. Eon Seob mengaku  ingat semua sebelum tertidur, tapi tak bisa mengingat setelahnya.
“Kau kedinginan... Bukankah katamu kau mengidap insomnia?” ejek Hye Won. Hye Won pikir harus terus minum.
“Omong-omong, kau bilang sesuatu yang lain. "Aku sangat senang kau ada di sini, Irene." Kata Hye Won. Eon Seob kaget mendengarnya.
Kau bilang, "Aku sangat senang kau ada di sini." Kata Hye Won mengulanginya. Eon Seob tak percaya kalau mengatakan hal itu.
“Ya, benar... Kau memanggil namanya dengan penuh kasih sayang.” Ucap Hye Won terlihat sangat senang, tapi tiba-tiba suasana berubah.
“Bagaimana kabarmu, Hae Won? Senang melihatmu... Aku Bo Yeong... Sudah lama sekali.” sapan Bo Yeong datang.
Hye Won terdiam seperti masih sangat marah, Eon Seob hanya bisa diam saja ditengah-tengah keduanya.
TOKO BUKU GOOD NIGHT, BLOG PRIBADI
[Irene meminjam buku "Angin yang Menghembus Pohon Willow"" Aku harap dia menikmati buku itu, tapi jika tidak, biarlah. Versi favoritku dari buku itu memiliki ilustrasi Patrick Benson.]
[Tapi aku tak seharusnya mengatakan ini dengan keras di sekitar buku. Karena buku dan ilustrasi memiliki telinga juga. Malam semakin pekat, dan aku sudah berbicara terlalu banyak. Karena malam hari adalah waktu yang tepat untuk berbicara.]
Bersambung ke episode 3

Cek My Wattpad... Stalking 

      
Cek My You Tube Channel "ReviewDrama Korea"

PS; yang udah baca blog / tulisan aku.. Tolong minta follow account IG aku yah dyahdeedee09  & Twitter @dyahdeedee09  jadi biar makin semangat nulisnya. Kamsahamnida.

FACEBOOK : Dyah Deedee  TWITTER @dyahdeedee09 

Sinopsis When the Weather is Fine Episode 2 Part 1

PS : All images credit and content copyright : JBTC
Buat kalian yang suka membaca tulisan aku meminta dukungan dalam bentuk "Subscribe" You tube karena sedang mencoba mengumpulkan 1,000 Subscribe. 
Tinggal Klik disini, buat yang sudah Subscribe. Terimakasih banyak. Semoga bisa sampe bulan ini 


Hye Won mengambar kembali tanganya dengan tinta hitam, lalu menatap ke arah jendela toko buku Eun Seob yang masih menyala. Sementara Eun Seob kembali menuliskan blognya
“Anggota Klub Good Night, klub tertua di dunia organisasi nokturnal yang tersebar. Apa kalian sudah tidur?” Lalu tiba-tiba mengumpat kesal mengingat kejadian sebelumnya dan mendengar suara ketukan pintu.
Hye Won datang dan membuat Eun Seob kaget sambil bergumam “Aku mau berkata...
“Maaf. Ada yang mau aku tanyakan.” Kata Hye Won. Eun Seob langsung menjawab tidak. Hye Won bingung apa maksudnya tidak
“Itu, yang kukatakan tadi. Aku membicarakan masa lalu.” Kata Eun Seob. Hye Won memastikan kalau yang dimaksud saat bilang menyukainya.
“Benar, itu adalah perasaan yang sudah tak ada.” Kata Eun Seob dan langsung menutup pintu. Hye Won kaget melihatnya.
“Aku mau katakan... Aku gagal... Benar-benar gagal.” Gumam Eun Seob lalu bergegas masuk ke dalam rumah .
[EPISODE 2: APA INI MASA LALU YANG SEMPURNA?]


Kereta jurusan JECHEON-CHEONGNYANGNI berjalan di rel meninggalkan stasiun. Hye Won berdiri sendirian dengan koper, papan nama terlihat STASIUN HYECHEON. Ia hanya berdiri sendiri, akhirnya HyeWon diantar oleh bibinya pergi ke SMA HYECHEON
Hye Won berjalan dengan gurunya, saat dilorong banyak orang yang penasaran dengan murid pindahan dari Seoul. Akhirnya sang guru masuk ke dalam kelas dan menyuruh semua anak murid untuk tetap tenang.
“Perhatian. Ada murid pindahan baru... Namanya Mok Hye Won. Dia dari Seoul.Ada yang mau dikata'kan?” ucap Guru. Hye Won hanya terdiam seperti merasa tak perlu.
“Dia dari Seoul.Kalian semua tahu sekolah kita tak memiliki perundung bersikap baiklah padanya.” Pesan Guru. Semua mengerti dan salah satu anak yang duduk dipaling depan seperti tertarik dengan Hye Won.
“Silakan duduk... Kalian tahu ujian simulasi minggu depan, 'kan? Daripada semester pertama kalian harus lebih tinggi 5 poin, ya? Hye Won, duduk di situ... Dan jika kau bertugas mingguan, datang ke ruang guru sesudah pelajaran. Mengerti?” ucap Pak guru. Hye Won pun duduk dibangku yang kosong. 

Eun Seob membuka pintu melihat Hye Won masih ada didepan pintu lalu bertanya apa yang ingin dikatakan. Akhirnya Hye Won masuk ke dalam toko buku, dan melihat buku "ANGIN YANG MENGHEMBUS POHON WILLOW"
“Aku ingin meminjam buku ini.” Kata Hye Won. Eun Seob mengangguk mengerti.
“Maaf karena mengganggumu.” Ucap Hye Won. Eun Seob mengaku tak masalah dan mempersilahkan Hye Won untuk meminjamnya.
“Tapi, mana yang kau suka?” tanya Hye Won. Eun Seob mengaku suka semuanya. Hye Won mengerti dan akhirnya pamit pergi.  Eun Seob pun seolah tak peduli mempersilahkanya. 

Hye Won berjalan di jalan desa yang cukup gelap, tiba-tiba ada sinar dari belakang. Eun Seob datang dengan senter besar ditanganya lalu berkomentar kalau jalanya cukup gelap.  Hye Won pun akhirnya berjalana bersama dengan Eun Seob.
“Kau tak perlu antar aku pulang.” Kata Hye Won. Eun Seob mengatakan untuk berjaga.
“Bukankah jaraknya dekat?” ucap Hye Won. Eun Seob pikir tetap sja karena hari mulai gelap.
“Apa yang...kukatakan selama reuni... kuharap tak mengganggumu.” Kata Eun Seob gugup
“Tak ada yang perlu dikhawatirkan.” Kata Hye Won santai. Eun Seob pikir seharusnya  mengarang nama saja dalam perjalanan pulang.
“Kau bilang, itu adalah masa lalu,... apakah bukan?” kata Hye Won. Eun Seob hanya diam saja lalu berkomentar tampak berbeda. Hye Won. terlihat bingung.
“Gambarnya.” Ucap Eun Seob melihat tanganya Hye Won,  Hye Won memberitahu kalau itu henna.
“Aku menggambarnya karena sulit tidur.” Kata Hye Won. Eun Seob meminta izin agar bisa melihatnya.
Hye Won menganguk lalu memperlihatkan tanganya, Eun Seob melihat dengan senternya dan melihat kalau itu gambar daun willow. Hye Won membenarkan. Eun Seob ingin tahu Berapa lama gambar itu akan bertahan.
“Entahlah. Kecuali sengaja dihapus, mungkin sekitar satu minggu?” kata Hye Won. Eun Seob mengerti lalu memuji kalau gambarnya Cantik.
Keduanya tiba-tiba saling menatap dan mencoba berjalan berjauhan mengurangi rasa canggung.
“Omong-omong, bukankah sakit?” kata Eun Seob. Hye Won membenarkan kalau sangat sakit.
“Dibuat menggunakan besi panas.. Apa Kau tak tahu?” kata Hye Won. Eun Seob melihat wajah Hye Won tahu kalau sedang Bohon dan sedang mempermainkannya. Keduanya pun hanya bisa tertawa. 


Pagi hari dipemakaman, Bibi Sim menaruh bunga di samping batu nisan, lalu berbicara pada ibunya memberitahu kalau Hye Won tak akan kembali ke Seoul dan berhenti kerja. Hye Won menatap sinis sang bibi.
“Ketika satu juta orang menganggur... Astaga... Dia sangat manja.” Ejek Bibi Sim
“Nek, si Bibi merokok.” Kata Hye Won mengandu. Bibi Sim mengeluh dengan yang dikatakan keponakanya.
“Rumah itu berantakan, dan dia melaporkan sanggarloka ditutup tanpa berkonsultasi dengan siapa pun. Juga, dia memakai kacamata hitamnya sepanjang waktu. Aku tak tahu kenapa dia begitu.” Kata Hye Won
“Ini mode.” Kata Bibi Sim membela diri. Hye Won ingin mengadu tentang bibinya.
Juga, Bibi terus...” ucap Hye Won lalu terdiam. Bibi Sim ingin tahu apa yang akan dikatakan Hye Won. 

Flash Back
Hye Won berbaring dipangkuan neneknya sambil makan jeruk. Neneknya terlihat serius menonton berita di TV. Hye Won melihat sang nenek lalu menjahili dengan naruh kulit jerit dihidungnya. Nenek Sim langsung memukul kepala cucunya.
Hye Won yang kaget langsung menangis kesakita, Nenek Sim pun juga kaget lalu mengusap kepala cucunya lalu tertawa lalu berkomentar Kenapa masukan sesuatu hidungnya.
“Nek, aku sangat merindukanmu.” Ucap Hye Won sambil menahan tangisnya dan berjalan pergi. Bibi Sim pun heran melihat Hye Won. 

Hye Won pergi ke toko obat meminta obat karena Kepalanya sakit sekali. Si pegawai bertanya Di mana dan berapa lama sakitnya. Hye Won hanya merasa sakit kepala dimulai pagi tadi. Nyonya Jang Ha Nim memberikan obat pada Hye Won.
“Sudah lama tak berkunjung.” Sapa Nyonya Jang. Hye Won kaget kalau wanita itu mengenalnya.
“Tentu saja... Kau adalah cucu pemilik Sanggarloka Bukhyeon-ri.” Kata Nyonya Jang
“Tapi, tampaknya ada anak yang suka di sini.” Kata Hye Won. Nyonya Jang mengetahui anaknya itu.
“Dia Sudah tak ada lagi.” Kata Nyonya Jang. Hye Won terlihat bingung. “Anak itu sudah lama hilang, tapi untuk Kwon Hyun Ji, gadis 18 tahun yang penuh semangat, yang selalu siap bertengkar denganmu dan meledak kemarahannya... Entahlah. Dia mungkin bermain dengan teman-temannya di suatu tempat di Hyecheon.” Kata Nyonya Jang.
Hye Won tak banyak komentar hanya mengucapkan Terima kasih. Nyonya Jang tiba-tiba membahas bertanya apa bibinya sudah pergi ke rumah sakit, karena mengidap sakit kepala parah. Hye Won tak tahu memastikan kalau itu bibi Sim.
“Ya... Jika memburuk, dia harus pergi ke rumah sakit. Jika tiba-tiba pingsan, dia bisa berubah menjadi kondisi kritis.” Ucap Nyonya Jang. Hye Won hanya bisa terdiam lalu pamit pergi. 


Hye Won mencoba menelp rumah dengan telp umum tapi tak ada yang mengangkat. Saat itu Jang Woo lewat melihat Hye Won menyapa karena belum pergi. Hye Won hanya bisa tersenyum. Jang Woo pikir kalau ada waktu mengajaknya untuk minum kopi
Di kantor BALAI KOTA HYECHEON, Jang Woo mengambil kopi dari mesin lalu  dengan bangga memberitahu kalau Kopi dari mesin penjual otomatis ini adalah yang terbaik di balai kota. Hye Won melihat sekeliling tempat kerja Jang Woo
“Bagaimana jika kau belum dapat kerja di sini?” tanya Hye Won. Jang Woo pikir akan melakukan pekerjaan lain.
“Kapan kau kembali ke Seoul?” tanya Jang Woo. Hye Won mengaku tak tahu.
“Kau mau tinggal di sini sebentar?” tanya Jang Woo. Hye Won pikir mungkin sampai musim semi.
“Oh benar, kau ingat Kim Bo Yeong, 'kan?” kata Jang Woo. Hye Won terlihat kebingungan mendegar nama Bo Yeong.
“Kim Bo Yeong. Di sekolah kalian berdua dekat. Apa aku salah?” ucap Jang Woo mencoba mengingatkanya. Hye Won mengaku kalau mereka dekat.
“Dia benar-benar penasaran dengan kabarmu. Hari itu, dia harusnya datang, tapi tak bisa. Karena merindukanmu, dia sangat sedih.” Cerita Jang Woo. Hye Won seperti tak percaya dan berusaha untuk tenang.
“Ayo kita rencanakan berkumpul dalam waktu dekat. Semua teman dari SMA Hyecheon masih tinggal di sini. Kau mungkin salah satu dari sedikit yang pindah ke Seoul untuk sekolah.” Ucap Jang Woo bahagia.
“Tapi kau kuliah di Seoul juga. Bukankah kau kuliah di Universitas Nasional Seoul? ” Kata Hye Won. Jang Woo
“Tapi aku kembali, seperti yang kau lihat. Dan aku bangga bekerja untuk Kota Hyecheon. Mari kita berkumpul lagi. Aku akan panggil semua orang yang tak bisa datang hari itu.” Kata Jang Woo penuh semangat. 
“Semakin tua engkau, semakin kau sadari bahwa teman lamamu adalah yang terbaik. Mereka ingat aku di masa jayaku. Dan mereka berbicara soal...” kata Jang Woo lalu berhenti karena harus membaca pesan yang masuk
 “Hae Won...  Apa yang kau lakukan malam ini?” tanya Jang Woo. Hye Won pikir tidak banyak.
“Kalau begitu, aku tahu tempat yang menyenangkan. Apa Mau pergi bersama?” tanya Jang Woo. 


Disebuah rumah, seorang anak berteriak memanggil ibunya bertanya Di mana kaus kaki neonnya. Seorang ibu yang sibuk berdandan mengaku tak tahu dan bertanya apakah sudah melihat dilaci. Sang anak menjawab Tak ada, itu sebabnya abertanya.
“Kalau begitu, ibu juga tak tahu. Kau harus Cari lagi. Sudah ibu bilang ada rencana penting hari ini.” Ucap Choi Soo Jung.
“Ibu, bantu aku mencari! Kumohon!” teriak anaknya. Nyonya Choi tak peduli langsung bergegas pergi. 

Seorang anak mengambil beberapa barang di apotik. Nyonya Jang berteriak memanggil Kwon Hyun Ji, bertanya apakah tak akan pulang dengannya. Hyun Ji terus mengambil barang menyembunyikanya lalu berusaha kabur tapi pintu didepan terkunci.
“Hei... Apa yang ada di tanganmu? Kenapa kau melarikan diri?” teriak Nyonya Jang melihat alat pemanas tangan. Hyun Ji sudah berlari cepat keluar toko
“Mau diberikan kepada siapa? Aku penasaran buat siapa vitamin itu.” Ucap Nyonya Jang heran.
Disamping apotik ada toko LED, LAMPU, PERLENGKAPAN LISTRIK. Tuan Bae Geun Sang menjelaskan tentang soal cahaya itu. Jika memasangnya di atap maka tak perlu mengganti selama sisa hidupnya dan itu lampu semipermanen.
“Ini Sungguh menakjubkan, silakan hubungi aku jika kau ingin membelinya. Aku sedang terburu-buru... 010. Tolong telepon aku! Selamat tinggal.” Ucap Tuan Bae mendorong pelangganya  untuk keluar dari toko. 


Seorang anak kecil memanggil sang kakek yang baru pulang. Kakek memanggil Seung Ho agar memmatikan lampu. Seung Ho pun masuk ke dalam ruma mematikan lampu. Sang kakek pun memuji ucunya.
“Kakek, kita terlambat... Ayo Lekas pergi. Hari ini, kita akan membicarakan musim dingin... Itulah sebabnya kubaca "Matahari Musim Dingin".  Tapi  Apa ini?”tanya Seung Ho.
“Jeruk.” Jawab kakek Jung. Seung Ho bertanya apakah ini akan dipanggang juga
“Semua terasa lebih enak saat dipanggang.” Ucap Kakek Jung lalu mereka pun bergegas pergi. 

Di sekolah, Hwi mengayuh sepeda dengan cepat lalu berteriak menyuruh mereka semua minggir. Semua pun berkumpul di TOKO BUKU GOOD NIGHT, Hwi bergegas masuk karena sudah telat. Jang Woo menyapa semua anggota memebirtahu kalau ada anggota baru yaitu Mok Hye Won. Hwi langsung berdiri mengulurkan tanganya.
“Aku Lim Hwi. Aku tak mirip dia, tapi aku adalah adiknya. Ayo berjabat tangan.” Ucap Hwi. Hye Won pun menjabat tangan adik Eun Seob.
“Aku Lee Jang Woo, seperti yang sudah kau ketahui. Aku adalah permata tersembunyi balai kota dan aset yang tak ternilai.” Ucap Jang Woo percaya diri.
“Jangan konyol... Jang Woo, kenapa kau berusaha keras untuk melucu hari ini? Apa Kau ingin menjadi pelawak?” ejek Hyun Ji
“Tidak mudah menjadi pelawak.” Komentar Hwi. Hyun Ji membenarkan. Jang Woo langsung meminta izin agar bisa memukul mereka.
“Ya, paling kau yang akan babak belur.” Kata Eun Seob yang sibuk membuat minum. Hwi sudah siap dengan kepala tanganya melawan Jang Woo. 

“Hye Won, kau tahu aku, 'kan? Aku Bibi Soo Jung... Senang bertemu kau.” Kata Bibi Choi
“Aku Kwon Hyun Ji, 18 tahun.” Ucap Hyun Ji. Hye Won tahu tahu ia adalah putri apoteker.
“Aku Bae Geun Sang. Aku memiliki toko lampu. Jika ada lampu rusak atau membutuhkan yang baru, jangan ragu untuk menghubungiku kapan saja. 010...” kata Tuan Bae dan langsung disela oleh bibi Choi.
“Aku Seung Ho, Jung Seung Ho... Aku berumur sembilan tahun. Dan dia adalah kakek-ku.” Kata Seung Ho menunjuk kakek yang sibuk di ujung meja.
“Halo. Pinggulmu baik-baik saja, 'kan? Aku dengar pinggulmu terluka.”sapa Hyun Ji. Tuan Jung menganguk.
“Omong-omong, mau apa hari ini?” tanya Hye Won. Jang Woo mengaku mereka  akan melakukan sesuatu yang sangat menyenangkan. Hye Won bingung memikirkanya.
“Kalau begitu, haruskah kita memulai rapat klub buku pertama kita di tahun yang baru? Tepuk tangan!” kata Jang Woo. 


Eun Seob akhirnya membagikan minuman hangat pada semua anggota, Hye Won mulai membuka buku berjudul "ORANG YANG KUCINTAI" dan ada dibagian bab MINUM. Bibi Choi mulai membaca dan Hye Won mengingat hidupnya di Seoul.
"Hidup tak pernah membelikanku minuman. Malam musim dingin, di warung camilan gang buntu, kuhabiskan uangku membeli minuman untuk kehidupan."
Hye Won duduk sendiri dalam restoran, semua terlihat bercengkrama hanya ia hanya duduk makan sendiri. Saat pulang kantor pun terlihat sangat lelah dengan pekerja lain yang mengunakan kereta. Ia seperti melakukan aktifitas yang sama setiap hari.
Pesan dari kepala sekolah masuk “Mulai besok, cobalah untuk menghibur anak-anak.”
"Tapi kehidupan tak pernah membelikanku minuman sekalipun."
Hye Won melihat ada tiga kostum yang bisa dipakai, mengingat saat seorang guru yang muridnya bilang pelajarannya membosankan jadi sengaja memakai kostum. untuk menghibur mereka. Hye Won melihat acara TV Knowing Brother seperti berharap bisa melucu dan menghibur. 


"Mau itu hari bersalju atau hari saat bunga lotus mekar diam-diam, pada hari berguguran pula." "SEGELAS MINUMAN" oleh Jeong Ho Seung.” Ucap Bibi Choi dan ingin tahu tanggapan mereka.
“Aku ingin alkohol.” Ungkap Tuan Bae mengoda. Jang Woo pikir pilihan Bibi Choi luar biasa.
“Baiklah. Selanjutnya...” kata Jang Woo. Hwi mengangkat tangan mengaku sudah menyiapkan juga.
“Puisi dan novel yang berkaitan dengan musim dingin... Biarkan aku membaca milikku.” Ucap Hwi.
“Tidak... Kau dapat melafalkan sesuatu di lain waktu. Aku ingin anggota baru, Hae Won untuk membaca bagian yang berhubungan dengan musim dingin untuk kita.” Ucap Jang Woo. 

Mereka setuju kalau itu ide bagus. Hye Won bingung tiba-tiba ditunjuk.  Jang Woo pikir Hye Won bisa mengatakan Apa pun yang terlintas dalam pikirannya saat memikirkan musim dingin. Eun Seob melihat Hye Won yang terlihat gugup.
“Aku tak berpikir Hae Won punya waktu untuk mempersiapkan sesuatu.” Kata Eun Seob tapi Hye Won mulai bicara.
"Hujan jatuh di perairan Danau Hyecheon. Waktu yang mereka habiskan bersama sebagai kekasih tadi malam tampak seperti kebohongan. Aku memikirkannya, yang dia tinggalkan di rumput."
"Berapa lama lagi aku harus berjalan di sepanjang tepi rasa sakit untuk membunuh semua kenangan? Jika ingatan cinta itu hujan es atau manusia salju tersesat di musim yang salah, tak perlu penyesalan.”
“Aku hanya ingin mereka hilang. Hanya kekecewaan yang tersisa di rumput yang sepi. Cinta lama melintasi sungai, menjauh Andai saja, aku juga bisa melintasi medan kegagalan ini."
Semua terdiam mendengar semua yang dikatakan Hye Won lalu bertanya apa maksud ucapanya. Hye Won menjawab buku "Medan Rumput Kosong" oleh Shim Myeong Yeo. Mereka pun memuji kalau Itu Bagus sekali.
“Mungkin kalian tahu atau tidak, itu adalah novel yang ditulis oleh bibi Hae Won. Shim Myeong Yeo dulunya salah satu penulis terkenal.” Ucap Jang Woo bangga
“Bagaimana kau mengerti semua itu dengan hati?” tanya Bibi Choi lalu mengaku belum pernah tersentuh dalam waktu yang lama. Hye Won pun mengucapkan Terima kasih.
“Kakek memanggang jeruk ini.” Kata Seung Hoo memberikan jeruk. Semua pun mengucapkan Terima kasih. Jang Woo pikir Ini Terlihat luar biasa.
“Tapi kenapa kau memanggang jeruk?” tanya Hwi. Seung Ho memberitahu kakeknya memanggang apapun.


“Dia bilang rasanya lebih enak.” Ucap Seung Ho. Hye Won membenarkan karena Baunya jauh lebih enak.
“Aku dengar, serat jeruk ini memiliki nama. Ada namanya?”ucap Hwi. Eun Seob menjawab disebut empulur.
“Orang itu memiliki banyak pengetahuan yang tak berguna.” Komentar Hwi
“Benar. Eun Seop memiliki banyak pengetahuan yang tak berguna.”ejek Jang Woo
“Dan kau bahkan tak memilikinya.”balas Hwi. Jang Woo mengeluh kalau itu tak benar.
“Aku selalu peringkat satu di kelasku. Kau tahu aku, 'kan? Eun Seop, tolong beritahu mereka.” Kata Jang Woo
“Aku tak yakin... Aku belum pernah mendengarnya.” Ejek Eun Seob. Jang Woo mengeluh mendengar temanya.
“Aku selalu berada di posisi tiga... Kau tahu itu.” Kata Jang Woo. Hwi mengejek Ini adalah sejarah SMA Hyecheon.
Tuan Jung tersenyum melihat Jang Woo dkk saling mengejek tapi saling menyayangi. Hyun Ji memberikan alat pemanas tangan pada Tuan Jung, Seung Ho dan Hwi bermain bersama, semua terlihat sangat dekat dan bahagia. Hye Won tersenyum melihatnya. 


Akhirnya Tuan Bae pulang dengan Hyun Ji dan Hwi, Tuan Bae bertanya pada Hyun Ji, apa impiannya.  Hwi mengeluh kalau akan mendengar untuk yang ke-101 kalinya. Hyun Ji mengaku ingin menjadi seorang rapper. Tapi tak akan pernah berada di acara kompetisi.
“Aku akan menjadi terkenal, tapi aku tak ingin menjadi selebriti. Aku ingin menulis lirik populer yang dapat dikaitkan dengan publik, tapi aku tak ingin menulis sesuatu yang umum.” Kata Hyun Ji memberikan alat pemanas
“Terima kasih. Apa arti semua itu?” tanya Tuan Bae. Hwi menjelaskan Tak ada karena semuanya omong kosong.
“Apa kalian sungguh teman?” kata Tuan Bae heran. Hwi ingin tahu pendapat Tuan Bae
“Lalu, kenapa kau main bersama?” tanya Tuan Bae. Hwi mengaku karena tak punya teman lain.
“Aku hanya menemaninya karena aku tak tega melihat seseorang yang sengsara.” Kata Hyun Ji
“Hei, aku tak sengsara.” Ucap Hwi. Hyun Ji menyuruh Hwi bisa makan sendiri. Hwi menegaskan tak bisa melakukan itu.
Tuan Bae pun menyuruh Hwi agar segera masuk ke dalam. Hwi pun pamit pergi. Tuan Bae pun akan mengantar Hyun Ji pulang juga lalu membahas tentang apotek ibunya,  Apa lampunya bekerja dengan baik dan berpikir ingin beralih ke lampu LED. Hyun Ji pikir agar bicara dengan ibunya saja.


Hye Won melihat kembali buku "ORANG YANG KUCINTA" Eun Seob melihatnya mengatakan kalau Hye Won dapat pinjam juga jika mau. Hye Won mengaku Sebenarnya, tak membaca buku untuk sementara waktu. Eun Seob ingin tahu alasanya.
“Kau tahu bahwa buku mempunyai cerita. Aku tak bisa menangani konflik antara aku dan orang-orang dalam cerita. Hidupku cukup sulit. Aku tak punya energi untuk peduli dengan masalah orang lain.” Ucap Hye Won
“Itu Masuk akal.” Ucap Eun Seob. Hye Won pikir karena hari ini jadi sedikit penasaran.
“Apa itu hal yang baik?” ucap Eun Seob. Hye Won menaku Terutama soal buku puisi ini menunjuk ke buku "ORANG YANG KUCINTA"
“Aku masih membaca "Angin yang Menghembus Pohon willow". Aku akan mengembalikannya sesegera mungkin.” Kata Hye Won duduk didepan Eun Seob.
“Kau dapat mengembalikannya dengan santai.” Kata Eon Seob. Hye Wo menceritakan Ji Yeon mengatakaan kalau ini aneh.
“Dia bilang bahwa kita tak dekat sama sekali meskipun tinggal bersebelahan. Tapi aku punya beberapa kenangan.” Akui Hye Won. Eon Seob terlihat bingung.
“Kau.” Ucap Hye Won. Eun Seob terlihat bingung. Hye Won mengaku tahu Bagaimana Eun Seob yang berangkat sekolah.
Ini Sangat samar, tapi aku ingat itu. Bagaimana denganmu?” tanya Hye Won. 


Eun Seob masuk ke dalam kamarnya lalu mengingat yang dikatakan Hye Won kalau punya beberapa kenangan tentang dirinya. Ia membuka agendanya tahun 2010.
Flash Back
Guru sedang membahas "Puisi Kematian" yaitu Puisi ini tentang keputusasaan seorang intelektual karena kehilangan negaranya. Sementara Eun Seob sibuk menuliskan agendanya. Lalu guru masuk memberitahu kalau ada murid pindahan baru.
Saat itu tatapan Eun Seob langsung terpana pada Hye Won tapi seolah tak peduli.
Bersambung ke part 2


 Cek My Wattpad... Stalking 

      
Cek My You Tube Channel "ReviewDrama Korea"

PS; yang udah baca blog / tulisan aku.. Tolong minta follow account IG aku yah dyahdeedee09  & Twitter @dyahdeedee09  jadi biar makin semangat nulisnya. Kamsahamnida.

FACEBOOK : Dyah Deedee  TWITTER @dyahdeedee09