PS; yang udah baca blog / tulisan aku.. Tolong minta follow account IG aku yah dyahdeedee09 & Twitter @dyahdeedee09 jadi biar makin semangat nulisnya. Kamsahamnida.

Senin, 30 Oktober 2017

Sinopsis The Package Episode 6 Part 2

PS : All images credit and content copyright : JBTC

Ma Roo melihat So So yang marah meminta agar tenang, So So dengan nada tinggi berkata kalau tak mungkin tenang karena betapa  berbahayanya tempat ini dan sudah mengatakan tidak bisa datang tanpa Pemandu profesional dan jika Ma Roo mengalami kecelakaan, siapa yang harus bertanggung jawab.
“Apa kau ingin bisnis kami ditangguhkan?” kata So So kesal, Ma Roo tak percaya kalau bisnis So So akan ditangguhkan.
“Apa itu masalahnya disini? Jika kau jatuh ke dalam lubang pasir, lalu kita tidak akan bisa menemukan tubuhmu... Kenapa kau terus mendapat masalah?” keluh So So. Ma Roo pun hanya bisa membungkuk meminta maaf.
So So pikir mereka tidak punya waktu, menarik tangan Ma Roo untuk pergi. Ma Roo bertanya kemana mereka akan pergi. So So mengatakan kalau mereka tak boleh terjebak dan terus mengikutinya. 

Semua turis sudah sampai di tepi dan saat itu air pun datang. Hyun berlari bahagia diatas jembatan karena Air pasang naik. Yeon Jung takjub karena datang dengan sangat cepat. So Ran melihat dengan jarak yang jauh dengan Kyung Jae.
“Apa yang kau lakukan saat air pasang naik?” tanya Yeon Jung. Hyun menjawab akan  Mendayung.
Saat itu Tuan Oh datang mendorong-dorong So Ran untuk minggir dan meminta istrinya untuk berdiri didepan agar bisa melihat dengan jelas. Ia merasa kalau didepanya seperti pantai di Jindo. Kyung Jae melihat pacarnya didorong, berbicara pada Tuan Oh kalau  tidak bisa mendorong So Ran seperti itu. Tuan Oh seperti tak menyadarinya. Nyonya Han tak enak hati meminta maaf lebih dulu.
“Kau tidak bisa mendorong seseorang seperti itu.” Kata Kyung Jae marah membela So Ran.
“Tidak bisakah kau punya sedikit  sopan santun dalam kelompok ini? Aku tidak memukul siapa pun! Kau seperti ini terakhir kali juga.  Apa kau pikir kau sopan namanya sama orang tua?” ucap Tuan Oh dengan nada tinggi.
“Kau membuat kesalahan duluan.” Kata Kyung Jae tak mau kalah. Nyonya Han tak mau ada pertengkaran meminta maaf untuk sikap suaminya.
“Terlepas dari apa yang ku lakukan,  Kau seharusnya tidak memandang  orang yang lebih tua seperti itu.” Kata Tuan Oh. Nyonya Han meminta suaminya berhenti karena mereka yang membuat kesalahan.
“Kau bukan pemilik tanah ini! Kau seharusnya tidak memperlakukan anggota kelompok lain seperti ini di negara asing!” kata Tuan Oh dengan berterik.
“Kau hanya perlu meminta maaf. Kenapa kau berteriak?" keluh Kyung Jae 
“Baiklah, jika aku benar-benar memukulnya, Aku akan meminta maaf!” kata Tuan Oh. So Ran seperti tak malas mendengarnya memilih untuk berjalan pergi.
Tuan Oh berteriak memangil So Ran dengan panggilan “Eonnie” measa kalau tak memukulnya. Nyonya Oh meminta agar Tuan Oh jangan berteriak Dan Kyung Jae meminta jangan panggil  Eonnie. So Ran berjalan pergi sambil mengumpat dalam hati, karena benar-benar benci paket liburan ini.

So So dan Ma Roo berhenti saat melihat air sudah pasang, melepaskan tangan Ma Roo karena sudah tak bisa melewatinya. Ia mengumpat kalau bisa gila ada disebrang pulau. Ma Roo merasa tak masalah bahkan memberikan semangat pada So So karena Air pasang akan segera turun. So So menatap sinis. Ma Roo pun hanya bisa membungkuk mengakui kesalahanya.
Keduanya hanya bisa menatap melihat air sudah seperti lautan didepanya, Hyun dan Yeon Jung terlihat senang melihat pemadangan kalau banyak yang mengatakan ini adalah Surga. Nyonya Han menatap sedih, seperti perasaanya merasa tertekan. Tuan Oh santai mengambil foto dari kameranya. 

“Kau pasti bahagia... Kau adalah sebuah pulau dan tanah pada saat bersamaan. Pasti menyenangkan menjadi  satu-satunya di dunia ini. Kau beruntung bisa menjadi biasa-biasa saja.” Gumam So Ran menatap pemandangan di depan jembatan.
Flash Back
So Ran dengan ibunya sedang melakukan perawatan kuku bersama. Ibu So Ran menyuruh anaknya segera menikah dan menghentikan omong kosongnya. So Ran tak percayaibunya  benar-benar ingin mengirim putri satu-satu untuk menikah.
“Lalu hiduplah dengan damai.” Kata Ibu So Ran. So Ran bertanya bagaimana mungkin bisa hidup damai.
“Jika aku tahu itu,  Apa aku akan hidup seperti ini?” kata  Ibu So Ran.
“Ibu, pernahkah kau menganggap dirimu sebagai wanita keren sebelumnya?” kata So Ran
“Aku melakukannya, dua kali.” Ucap Ibu So Ran. So Ran pikir yang pertama adalah melahirkannya
“Tidak, saat aku melahirkan Oppa-mu.” Ucap Ibu So Ran. So Ran pikir ia mendapatkan yang nomor dua.
“Tidak... Yang kedua..Saat itulah aku kehilangan berat badan dan mengenakan pakaian yang indah. Cobalah kehilangan satu inci ukuran pinggangmu.” Kata Ibu So Ran bahagia.
“Bagaimana saat kau memilikiku?” tanya So Ran.
“Aku merasa senang. Aku bertemu dengan seorang rekan seumur hidup hari itu. Jika kau bahagia, tidak masalah jika kau terlihat keren. Jika kau suka, maka Kau baik.” Ucap Ibunya.
 “Aku tidak tahu... versi diriku yang aku inginkan. Bagaimana aku bisa...  menjadi bahagia dan keren?” gumam So Ran. Kyung Jae menatapnya dari belakang. 


Ma Roo melihat pemandangan didepanya kalau terlihat sangat keren dan tidak tahu pemandangan  seperti ini ada. So So meberitahu mereka  harus tetap di pulai sampai air surut turun. Ma Ro sudah tahu dengan wajah penuh semangat.
“Air pasang akan turun besok pagi.” Kata So So. Ma Roo melotot kaget mendengarnya. So So mengatakan mereka baru bisa pergi besok pagi.
“Lalu, apa kita harus tinggal di sini sepanjang malam...” kata Ma Roo.dan So So yang kesal memilih untuk berjongkok.
“Harusnya mereka memasang tanda yang melarang kita disini Atau ada petugas polisi yang dipekerjakan... Ini bukan bagaimana cara kau menjalankan objek wisata, Bukan begitu? Mereka tidak terlalu perhatian.” Kata Ma Roo mengoceh kesal.
“Hentikan. Kau membuatku semakin marah.” Ungkap So So. Ma Roo pun menganguk mengerti dan ikut berjongkok.
“Apa ada akomodasi disini?” tanya Ma Roo. So So bertanya Apa itu masuk akal. Ma Roo menjawab sendiri kalau itu tidak.
“Dapatkah kau menjauh dariku?” kata So So tak ingin Ma Roo berada didekatnya, Ma Roo pun melangkah menjauh.
“Apa ada kamar mandi disini?” tanya Ma Roo. So So menjawab dengan lirikan sinis. 




Yeon Jung dan Hyun makan malam direstoran dengan menu steak. Hyun meminta agar mereka foto lebih dulu, Yeon Jung pun sudah siap dengan gayanya sebelum makan, tapi Hyun memilih hanya ingin mengambil gambar makanan saja.
Sementara pasangan, Nyonya Han dan Tuan Oh makan dengan bekal yang dibawa dari korea, Nasi instant dan juga lauk. Tuan Oh pikir inilah makanan yang sesungguhnya. Nyonya Han seperti tak nafsu makan memberikan sebagian nasi pada suaminya. Tuan Oh menyuruh istrinya agar makan yang banyak.
Kyung Jae gelisah dalam kamar saat So Ran keluar bertanya apakah merasa lapar dan ingin makan. So Ran seperti terkena sembelit memilih untuk segera masuk kembali ke dalam toilet. Adik So So pun hanya bisa terdiam karena kehilangan kakaknya. 


[Gedung Farmasi dunia]
Byung Jae melihat Nona Oh dan Tuan Yoo ada dalam ruangan rapat dan terlihat serius. Tuan Yoo bertanya apakah Nona Oh sudah menghapus file itu. Nona oh mengangguk.Tuan Yoo pun memuji Nona Oh yang berKerja bagus jadi merkea akan mulai prosedur pemecatan sekarang.
“Apa ? Katanya kalau kita menemukan file itu, maka Kau tidak akan mengambil tindakan disipliner.” Ucap Nona Oh kaget.
“Apa yang salah denganmu? Bagaimana kita bisa bekerja dengan brengsek itu?” kata Tuan Yoo. Nona Oh ingin menyela karena merasa tak adil.
“Tapi apa?.. Apa Ma Ru adalah Tuhan Kehakiman, Dan apakah kita Setan?... Deputi Oh... Jika kita kembali pada hari itu, orang-orang Inggris  memasukkan perahu mereka dengan teh hijau dari China. Itu bukan perjalanan yang berlangsung satu atau dua hari.” Cerita Tuan Yoo.
“Semuanya membusuk dalam perjalanan pulang. Mereka harus membuangnya, tapi itu sia-sia belaka. Mereka membukanya hanya untuk mengecek, tapi apa kau tahu? Mereka baik-baik saja. Versi busuk itu sebenarnya lebih baik. Saat ini dikenal sebagai teh hitam sekarang. Apa teh hijau benar, dan teh hitam salah?” kata Tuan Yoo. Nona Oh hanya diam saja.
“Itu tidak benar... Seluruh tempat ini adalah teh hitam. Kau adalah teh hitam, dan aku juga teh hitam jadi Tidak ada tempat untuk teh hijau di sini.” Tegas Tuan Yoo.
“Jika Ma Ru dipecat, dia akan masuk dalam daftar hitam. Dan dia tidak akan mendapatkan pekerjaan.” Kata Nona Oh khawatir.
“Bukankah sudah jelas? Itulah satu-satunya cara untuk  terus membenci Ma Ru dari dunia ini.” Ucap Tuan Yoo seperti tak peduli. Nona Oh seperti merasa kesal mengambil keputusanya. 

Ma Roo mulai mengesekan batang kayu karena merasa dingin jadi akan segera membuat api dan sudah sering melakukan saat di militer, bahkan berada di pasukan khusus. Tapi saat itu tanganya malah lecet dan membuat So So untuk membalut tanganya.
“Jangan khawatir, itu sudah lama. Tapi aku akan segera membuat api.” Ucap Ma Roo melihat So So yang bergantian.
“Tidak apa-apa... Jangan memotong kedua tanganmu. Orang-orang yang berada di pasukan khusus  bahkan tidak dapat melakukan apapun dengan benar.” Ejek So So. Ma  Roo mengaku dulu pandai dalam hal itu.
“Tidak apa-apa... Aku berada di Pramuka saat masih kecil, jadi Membuat api gampang buatku.” Kata So So bangga.
Tapi beberapa saat kemudian, Ma Roo merobek sedikit bajunya dengan membalutkan tangan So So yang menganggap Pramuka, lalu tak bisa menahan tawa. Keduanya pun tertawa dengan tangan yang dibalut kain karena lecet. 

So So berusaha menahan dingin, Ma Roo memberikan jaketnya. So So menolak karena Ma Roo pasti kedinginan juga. Ma Roo mengaku baik-baik saja. So So mengejek Jangan berpura-pura, karena akan sakit. Ma Roo menegasakan kalau dirinya ada di pasukan khusus. Keduanya pun duduk berjauhan.
“Aku minta maaf untuk ini dan Suamimu pasti sudah menunggu.” Kata Ma Roo. So So binggung siapa yang dimaksud suaminya.
“Orang yang menyeretmu tadi.” Kata Ma Roo. So So mengaku kalau pria tadi adalah adik laki-lakiku.
“Aku kira suamimu lebih muda darimu.”ungkap Ma Roo. So So menegaskan bukan seperti itu maksudnya.
“Dia adalah saudara kandungku dan Satu-satunya saudara laki-lakiku.” Kata So So
“Kau bilang Dia adikmu? .. Itu melegakan.” Ungkap Ma Roo terlihat senang. So So heran kenapa Ma Roo berpikir kalau itu melegakan.
“Seorang suami yang kejam,  dan istri yang disalahgunakan. Aneh, hubungan yang ditakdirkan. jadi kau tidak bisa lepas. Seperti itulah rasanya... Tapi kenapa adikmu begitu keras kepala? Dia sangat kasar terhadap kakaknya.” Kata Ma Roo
“Itu tidak benar... Dia adalah anak yang lembut dan baik hati.” Ungkap So So
Ma Roo masih ingat saat Su Su berteriak padanya “ Jika kau berbicara bahasa Jepang,  Aku akan membunuhmu!” lalu mengaku tak tahu apakah adik So So memang lembut dan juga baik. So So pikir adiknya  mungkin tampak seperti itu, tapi jika melihat dari dekat, maka adiknya berbeda
“Apa yang membuatmu ingin datang jauh-jauh kemari? Apa kau selalu penasaran? Kau pasti mengalami banyak masalah.” Kata So So mengejek.
“Itu tidak benar. Aku mendapat masalah, dulu saat masih kecil. Tapi semua orang juga melakukannya.” Kata Ma Roo. So So ingin tahu apa yang dilakukan Ma Roo. 



“Jika dehumidifier dan humidifier bertempur, mana yang akan menang? Hal-hal seperti itu.” Kata Ma Roo. So So bingung yang dikatakan Ma Roo.
“ Seseorang membuat kelembaban, dan yang lainnya menyingkirkannya. Tidakkah kau penasaran siapa yang akan menang?” kata Ma Roo. So So pikir tidak juga.
“Kenapa kau tidak penasaran? Aku benar-benar penasaran.” Ungkap M a Roo.

Flash Back
Ma Roo denga seragam sekolahnya, satu adalah alat untuk pelembab udara dan satu alat pendingin udara seperti ingin mengetahui siapa yang menang dari dua alat itu.
So So mendengar cerita Ma Roo merasa kalau pasti sudah gila dengan nada mengejek bertanya siapa yang menang. Ma Roo menjawab kalau itu ibunya. Ia mengingat ibunya yang memarahinya, karena hanya mendapat masalah karena mungkin tak bisa membayar listriknya dengan memukul mengunakan sapu.


“Ibuku selalu menang dalam keluarga kami.” Kata Ma Roo mengingat sosok ibunya. So So mengaku kalau ia sangat cemburu.
“Aku belum pernah dipukul ibuku sebelumnya.” Ungkap So So. Ma Roo tak percaya kalau So So tak merasakan sekalipun.
Flash Back
Ibunya yang marah memilih untuk menghabiskan air minum dalam teko, untuk meredakan amarahnya. Ia merasa anaknya sudah kehilangan akal dengan pergi Perancis bahkan Pernikaha dan berpikir kalau akan sadar kalau dipukul. Tuan Yoo menahan istrinya agar tak memukul anak mereka.
“Pukul aku! Pukullah aku jika kau mau!” teriak So So. Tuan Yoon berusaha menahan istrinya.
“Aku pergi ke Perancis!”tegas So So tak peduli dan ibunya tak melakukan apapun.
“Pasti menyenangkan jika dia memukulku hari itu.” Ungkap So So merasa menyesal dengan kejadian sebelumnya.
“So So, kebahagiaan terbesar... Berawal dari menemukan seorang pria yang akan mencintaimu, dan cuma kau saja dihatinya. Ini seperti fantasi, kan? Itulah kenapa hal itu tidak ada dalam kehidupan nyata, Tidak ada pria seperti itu, bahkan tidak ada cinta seperti itu.” Nasehat ibu So So
“Aku masih akan pergi... Aku akan pergi ke Perancis!” ucap So So 


“Aku selalu menang saat bertengkar  dengan ibuku. Aku belum pernah kalah sebelumnya.” Kata So So lalu melihat Ma Roo yang semakin duduk mendekat.
“Kenapa kau terus mendekat padaku?” keluh So So. Ma Roo pikir mereka akan membeku pada tingkat kedingian seperti ini.
“Baiklah, tapi jangan mendekat lagi.” Tegas So So, Tapi Ma Roo malah memeluknya. So So kesal apa sebenarnya yang dilakukan tamunya itu. Ma Roo mengajak So So agar saling mendekap untuk mengurangi rasa dingin, karena itu cara landak itu tak membeku sampai mati. So So terlihat heran mendengarnya.
“Hari itu sangat dingin. Ada sekelompok landak, tapi jika mereka meringkuk bersama, mereka bisa bertahan. Tapi jika mereka bubar, mereka bisa membeku sampai mati. Mereka terus menjaga jarak satu sama lain, Jarak yang cukup aman. Begitulah cara mereka tak membeku sampai mati.” Kata Ma Roo menyakinan.  So So seperti tak bisa menolak karena memang udara diluar sangat dingin. 


“Seberapa bagusnya bisa berbicara sepanjang malam? Betapa senangnya memiliki sesuatu untuk dibicarakan. Apakah Sepanjang malam?” gumam So Ran menatap keluar jendela.
Kyung Jae duduk disofa mengajak mereka untuk bicara, So Ran pun mempersilahkan Kyung Jae lebih dulu. Kyung Jae mengulang kalau  menelepon karena pekerjaan jadi So Ran akan mengerti. So Ran mengaku kalau selalu mengerti.
“Tidak, tidak pernah seperti itu... Aku juga tidak mau menjawab panggilan terkait pekerjaan saat di Perancis. Tapi ini semua untuk masa depan kita. Ini agar kita bisa memiliki masa depan yang bahagia.” Ucap  Kyung Jae menyakinkan.
“Jika kau berhasil, Apa itu berarti kita juga akan bahagia?” kata So Ran sinis.
“Hei, Han So Ran... Aku tidak melakukan ini hanya untuk diriku sendiri.” Tegas Ma Roo.
“Jika kau berhasil, Apa menurutmu segalanya akan menjadi lebih baik juga?” kata So Ran
Kyung Jae pikir tak ada yang salah kalau berhasil. So Ran menegaskan bukan seperti itu maksudnya. Kyung Jae pun ingin tahu apa maksudnyaSo Ran pikir mereka bisa bicara nanti. Kyung Jae ingin tahu kapan. So Ran hanya menjawab nanti.
“Mari kita bicara sekarang.  Ini bukan sesuatu yang harus kita tunda.” Kata Kyung Jae.
“Aku juga ingin bicara sekarang juga, bukan nanti.” Gumam So Ran mengingat kembali kenanganya. 

Flash Back
Kyung jae sering mengatakan “Nanti, saat aku sukses, ayo kita menikah di tempat yang indah.” Lalu kedua kalinya mengatakan “Nanti, aku akan menghasilkan banyak uang, jadi kita bisa tinggal di rumah pedesaan.” Dan ketika kalinya “Nanti, saat mendapat investasi,  Aku akan membelikanmu pakaian cantik.” Ia sering sekali mengatakan “Nanti... Nanti.. Nanti”

So Ran hanya bergumam kalau sangat muak, Kyung Jae melihat So Ran diam meminta kalau perlu bicara jadi ia akan mengerti. So Ran membalas dalam hati kalau tidak ingin bicara, tap ingin mendengarkannya. Ketika bersama dengan ketua tim, Ia mengatakan “Yang terpenting adalah waktu saat kita bersama sekarang.”
“Aku ingin mendengar sesuatu seperti itu... Itu akan membuatku bahagia. Bukan nanti, tapi sekarang.” Gumam So Ran hanya menginginkan waktu berdua.
“Baiklah, aku salah karena mengatakan kau itu bau dan  terus buang air.  Aku mengaku salah... Aku minta maaf, tapi kau yang memulainya. Kau bilang mencium sesuatu antara pria dan Pemandu itu. Sejujurnya, aku sangat membencinya saat kau berbicara tentang orang lain. Aku benar-benar kesal.” Kata Kyung Jae
“Apa kau tahu kenapa aku hanya berbicara tentang orang lain?” tanya So Ran. Kyung Jae pikir So Ran selalu seperti itu.
“Itu Karena kau menghindari percakapan tentang kita. Karena kau selalu menunda pembicaraan tentang kita sampai nanti. Itulah sebabnya satu-satunya hal yang bisa aku bicarakan adalah orang lain.” Gumam So Ran menjawab pertanyaan dalam hati. 


Flash Back 
Sesampai di Paris, So Ran berkomentar Hyun yang mengunakan riasan yang norak. Lalu melihat Ma Roo itu aneh karena datang dengan paket liburan sendirian, berpikir kalau itu seperti orang yang sesat dan mengalami depresi.
“Tapi sekali lagi, jika suamiku tidak berpendidikan, aku juga akan depresi.” Kata So Ran berkomentar tentang Tuan Oh yang suka marah-marah.
“Hei, kenapa kau hanya bicara tentang orang lain? Tidak bisakah kita membicarakan  tentang hubungan kita untuk sekali ini?” ungkap Ma Roo. 

So Ran bergumam kalau ia juga ingin membicarakan hubungan mereka lalu memilih untuk memakai jaket dan pergi. Kyung Jae bertanya mau kemana So Ran dimalam hari dan berpikir kalau akan bicara. So Ran hanya berkata “nanti”
**
Nyonya Han keluar dari hotel lebih dulu, lalu So Ran berjalan keluar sambil bergumam kalau mereka pernah melakukan itu sekali dalam hubungan mereka.
Flash Back 
So Ran duduk di meja makan mengajak mereka untuk membuat  beberapa rekening bank. Kyung Jae bertanya Siapa yang akan mengaturnya, So ran pikir tentu saja pasti ia yang melakukanya jadi mereka bisa setorkan 100.000 sampai 150.000 won sebulan dan pergi berlibur tahunan.
“Lalu menggunakannya untuk anniversarry kita. Menurutku "Dutch Pay" membuat kita terlihat keren.” Kata So Ran
“Tahukah kau "Dutch Pay" bukan ekspresi bahasa Inggris yang benar?” kata Kyung Jae. So Ran dengan polos mengartikan Orang Belanda bayar. Keduanya pun tertawa. 

Keduanya berbaring di tempat tidur, So Ran meminta maaf karena marah  kemarin. Kyung Jae pikir ia yang seharunya meminta maaf. So Ran pikir kalau saat bersikap seperti itu maka Kyung Jae harus menghiburnya dan Jangan hanya pergi seperti yang di lakukan kemarin. Kyung Jae setuju
“Bahkan jika aku marah padamu, senyumlah untukku, oke?” kata So Ran. Kyung Jae menganguk mengerti.
“Bahkan jika aku menyuruhmu untuk keluar dari pandanganku, jangan tinggalkan aku sendiri.” Pinta So Ran. Kyung Jae mengerti.
“Tidak peduli apa yang terjadi,  tetaplah di sisiku.” Kata So Ran. Kyung Jae pikir tak perlu khawatir karena akan tinggal di sisinya dan mereka pun mulai berciuman.
“Saat itu, semuanya spesial di antara kita. Itu benar-benar...  bagaimana hubungan kita yang dulu.” Gumam So Ran berjalan di atas jembatan sambil mendengarkan musik. 

Di pulau, So So dan Ma Roo bergantian sambil menatap, tubuh mereka saling berdekatan agar tak kedinginan. Keduanya saling menatap dengan tangan Ma Roo merangkul pingang So So dan akhirnya mereka berciuman.
Sementara di hotel, Kyung Jae gelisah melihat So Ran pergi sendiri dari hotel. So Ran terus berjalan diatas jembatan, seperti ingin menghilangakan perasaan yang kacau. Ma Roo dan So So masih berciuman seperti meluapkan perasaan masing-masing dan menghilangkan rasa dingin. 

Air pun surut, Ma Roo dan So So berjalan keluar dari pulau. Ma Roo ingin mengenggam tangan So So tapi So So melepaskan seperti terlihat marah. Ma Roo tak peduli berjalan mendekat dan mengenggam tangan So So dengan erat. So So pun membiarkanya.
“Aku ingin menjadi versi diriku yang aku suka. Tidak ada lagi sesuatu yang hebat dalam hidupku. Dan tidak ada yang membuat  hatiku berdegup lagi. Tapi aku tidak akan terpengaruh oleh apapun atau siapapun.”
So Ran seperti sepanjang malam ada di luar hotel dan melihat matahari terbit, sambil mengingat saat bersama dengan ketua Tim.
Flash Back
Ketua Tim membahas So Ran yang sudah tahu kalau akan melamar dan berjanji akan menjadi pacar yang  baik untuknya. So Ran dengan tegas kalau akan menolak lamaranya saat kembali. Ketua Tim pikir ia akan berbuat lebih baik sehingga So Ran tidak bisa menolaknya.
“Tolong jangan lakukan itu. Aku tidak akan berubah pikiran.” Kata So Ran yakin seperti dalam hatinya hanya milik Kyung Jae.
“Jangan terlalu yakin, Sampai liburanmu usai.” Kata Ketua Tim mengoda.

“Aku harus menemukan versi diriku  yang akan aku sukai. Seolah aku berada di film Perancis, di mana mereka selalu menemukan jawaban.” Gumam So Ran yang berdiri sendiri. Sementara Ma Roo dan So So berjalan bergandengan tangan menyeberangi pasir.
Bersambung ke episode 7

FACEBOOK : Dyah Deedee  TWITTER @dyahdeedee09 


Sinopsis The Package Episode 6 Part 1

PS : All images credit and content copyright : JBTC
So So menangis di pelukan adiknya, Ma Roo berpikir So So kembali dengan suaminya memilih untuk pergi meninggalkanya. So Ran seperti berhenti menangis dengan Kyung Jae hanya berdiri dibelakangnya.
“Ini terlalu biasa...Tempat ini cuacarnya Cukup awan, cukup sinar matahari. Dan cukup air mata. Jika hujan turun saat ini, aku akan merasakan seperti cinta yang tragis.Tapi itu tidak mungkin terjadi. Karena aku tidak pernah memimpin di dunia ini.” Gumam So Ran melihat langit yang cerah di Prancis. 
Flash Back
Di Korea, dengan hiruk pikuk kota Seoul  yang padat. So Ran bergegas pergi ke kantor, menganggap dirinya hanyalah satu dari 50 juta warga dan satu dari 8 juta pekerja. Lalu masuk ke dalam gedung menganggap dirinya adalah satu dari 700 karyawan. Tapi tiba-tiba ia merasakan perutnya terasa sakit dan buru-buru pergi ke toilet sebelum menaiki lift.
“Aku adalah satu dari 1,6 juta penderita sembelit.” Gumam So Ran dengan duduk diatas toilet.
“Aku pergi ke perguruan tinggi sehingga mendapatkan pengalaman yang begitu-begitu saja. Aku adalah seorang wanita rata-rata yang hidup dari upah yang begitu tinggi. Aku tipikal tambahan Republik Korea.”
So Ran duduk didepan komputer dengan banyak cemilan, seperti berkerja hanya untuk bertahan hidup. 

So Ran pergi ke sauna bersama ibunya,lalu bertnya apakah ia sebagai anak kandungnya. Ibu So Ran hanya mengejek kalau bisa tahu akan hal itu. So Ran kembali bertanya apakah Ayah benar-benar ayah kandungnya. Ibu So Ran mengaku juga merasa sedih dengan hal itu.
“Apa ada kemungkinan bahwa aku adalah putri rahasia keluarga kaya?” ungkap So Ran. Ibu So Ran pikir tak ada yang baik dari cerita hidup layaknya drama.
“Aku juga tidak memiliki rahasia di balik kelahiranku. Bagaimana satu dan satu-satunya kehidupanku menjadi begitu biasa?” gumam So Ran sedih.
Kyung Jae datang dengan membawa minuman dan juga telur rebus, lalu sengaja memecahkan telur di kepala pacarnya. So Ran terlihat kesal hanya bisa mengumpat dalam hati dan matanya melotot tajam lalu bergumam Bagaimana hubungannya. bisa begitu biasa-biasa juga. 


“100 hari sejak kita bertemu.” Mereka bertemu disebuah taman, Kyung Jae datang dengan wajah malu-malu membawa buket bunga yang besar, mungkin ada 100 tangkai bunga mawar. So Ran pun tersenyum menerimanya.
“200 hari sejak kita bertemu.” Ma Roo membawakan sebuket bunga untuk So Ran dan suasana mereka masih terasa romantin.
“300 hari....” So Ran datang dengan Ma Roo yang sibuk menerima telp. Ma Roo lalu memberikan setangkai bunga dengan ponsel yang masih menempel di telinganya.
“Tiga tahun sejak kita bertemu.” So Ran datang ke tempat biasa tapi tak melihat Ma Roo, lalu mengeluarkan ponselnya. Ma Roo seperti baru bangun tidur dengan pakaian seadanya memberitahu kalau sudah datang jadi So Ran tak perlu menelpnya dan mengajak untuk makan nasi dan sosis Korea.

Keduanya makan tanpa ada keromantisan bunga seperti dulu. So Ran hanya bisa mengumpat dalam hati,  dan mengeluh kalau Kyung Jae tahu ia yang tak suka makan sosis. Kyung Jae seperti tak peduli karena ia suka sosisnya.
“Cinta biasa untuk wanita biasa.” Gumam So Ran memilih untuk pergi. Kyung Jae heran melihat So Ran terlihat marah dan bertanya ingin pergi kemana dan berpikir aklau mau buang air.
So Ran bertemu dengan temanya yang menganti popok dengan bekas pup, Ia menyuruh agar Jangan menyetujuinya karena nanti akhirnya akan menikah, dan punya anak, lalu Berdebat dengan suami Dan cuma bisa hidup semampunya saja.
“Kehidupan rata-rata akan membawa kebahagiaan bagi kita. Tapi Apa menurutmu itu spesial?” ungkap temanya sambil meminta So Ran membuang popok bekas pup.
“Apa itu... jawabannya?” gumam So Ran. 

 So Ran membaca dua buah buku, satu judul “Tolak dengan Biasa!” dan satu judul “Terima dengan Biasa!” dan kembali berpikir apakah ada jawabnya. So Ran dan Kyung Jae menonton TV bersama, terlihat variety show lucu tapi hanya Kyung Jae yang tertawa.
“Aku tidak dapat menemukan jawaban. Aku muak.”
So Ran duduk di tempat kerja dengan pemukul punggungnya yang meminta untuk tersenyum, tapi wajahnya tetap tak bisa tersenyum.
“Tidak ada lagi sesuatu yang istimewa dalam hidupku. Tidak ada yang membuat jantungku berdebar. Ini sangat membosankan. .. Ini membosankan...”
Ketua tim mengantar So Ran pulang memberitahu akan melamar saat kembali dari liburannya dan akan mengajak berkencan.
“Aku berharap hari ini akan hujan. Bagaimana... haruskah aku mengatakannya?” gumam So Ran menatap ke arah langit. 


[Episode 6- Sama seperti film Perancis].
So So menyuruh adiknya untuk segera pulang saja. Adiknya mengajak agar kakaknya ikut pulang juga karena menurutnya sang kakak tidak pantas menangis. So So berjanji akan akan pulang dan melihat Ma Roo yang meninggalkanya. Adiknya mengajak So So untuk segera pergi ke bandara. So So menolak karena masihkerja sekarang.
“Aku meninggalkan pekerjaanku untuk datang ke sini.” Kata Adik So So marah
“Aku akan pergi saat waktunya tepat.” Ungkap  So So. Adik So So seperti tak peduli
“Aku akan memarahimu.” Kata So So. Adiknya pun tak peduli. So So menahan adiknya agar tak menariknya karena sedang bekerja sekarang!
“Ayo pergi ke bandara!” teriak Su Su. Ma Roo berhenti mendengar suara teriakan.
“Dengarkan aku!.. Ayo kita bicara disini.. Jangan lakukan ini. Ayo pergi, oke?” ungkap So So pada adiknya. Ma Roo membalikan badan seperti tak suka melihat So So ditarik dengan cara kasar oleh suaminya. 
Akhirnya Ma Roo memberikan pukulan pada Su Su,  memperingatakn So So agar Jangan biarkan memaksanya dan bertingkah seperti orang bodoh. So So memarahi Ma Roo karena tidak bisa memukul orang seperti itu dengan nada membela lalu melihat apakah adiknya terluka.
Ma Roo terlihat kesal So So lebih peduli pada pria itu dibanding dirinya,a akhirnya memilih untuk pergi. 

Hyun sibuk mengambil video dengan ponselnya, seperti sebuah drama pertengkaran didepanya. Tiba-tiba Yeon Jung datang mengambil ponsel Hyun ingin tahu apa yang direkanya.Hyun meminta Yeon Jung agar mengembalikan ponselnya. Yeon Jung malah sibuk mengutak ngatik.
“Hei... Kau mengubah kode aksesmu lagi. Kenapa kau terus mengubah kode aksesmu? Cepat Buka kuncinya.” Ucap Yeon Jung
“Jangan bercanda.” Tegas Hyun mengambil ponselnya dan bergegas pergi. Yeon Jung merasa kalau Hyun sangat mencurigakan.
So Ran melihat Kyung Jae berdiri didepanya, lalu memilih untuk pergi melewatinya. Kyung Jae seperti tak ingin membuat So Ran pergi, berlari mengejarnya dan menahanya di lorong gereja.  So Ran hanya diam saja. Kyung Jae membuka tas So Ran dan memberikan tissue, So Ran terlihat makin kesal melihat sikap Kyung Jae yang kurang peka. 

So So memberikan obat pada wajah adiknya di cafe, Su Su ingin tahu Siapa brengsek itu. So So menjawab itu adalah Turis. Su Su pikir Ma Roo bereaksi berlebihan terhadap turis dan berpikir kakaknya itu sudah tidur denganya. So So langsung memukul kepalaa adiknya karena marah.
“Kalau tidak, Ayo kita pulang.” Ucap Su Su. So So menegaskan kembali ia adalah  seorang pemandu jadi tak mungkin bisa meninggalkan turisnya.
“Tidak bisakah kau meninggalkan mereka seperti kau meninggalkan keluargamu?” sindir Su Su marah
“Aku akan kembali sendiri. Aku hanya perlu menyelesaikan satu semester lagi. Jadi Aku akan kembali saat selesai kuliah nanti” kata So So
“Kenapa? Apa karena kau dibuang oleh orang yang kau cintai? Apa Jika tidak kau mendapatkan gelarmu, akan lebih memalukan lagi? Tapi Itu tidak akan mengubah apapun, Kau hanya melindungi harga dirimu.” Ucap Su Su sinis.
“Apa aku tidak bisa? Tidak bisakah aku melindungi harga diriku?” kata So So merasa membutuhkan sesuatu yang dibanggakan untuk orang tuanya.
“Apa gunanya? Apa yang kau butuhkan untuk harga diri itu? Akankah seseorang memujimu karena gelarmu?Apa Ibu, Ayah, Atau bajingan itu, Bae Hyung Goo?” ucap Su Su marah
So So memperingatkan adiknya Jangan sebut bajingan itu. Su Su ingin memberitahu si Bajingan itu. So So menegaskan agar adiknya jangan menyebutnya. Su Su dengan kesal memilih untuk meminum kopinya, tapi bibirnya terasa panas karena berpikir untuk minum layaknya bir.  So So pun bertanya keadaan adiknya. Su Su dengan tegas menjawab kalau sudah pasti tak baik.
“Bagaimana kabar Ibu dan Ayah?” kata So So. Su Sun ingin meminum kopinya. So So memberitahu adiknya kalau kopinya masih panas.
“Kau tahu emosi Ibu dan Ayah... Mereka melakukannya dengan baik  setelah kau pergi.” Ucap Su Su. 



Flash Back
Tuan Yoon menangis karena berpikir istrinya seharusnya bisa mengirim anak mereka pergi dengan lebih banyak uang tapi meninggalkan cincin emas dan tahu kalau anak Gadis itu tidak memiliki uang. Pacar Su su pikir So oa yang sudah mencuri kartu Tuan Yoon jadi bisa menarik uangnya dan Jangan terlalu khawatir.
“Hei, itu kartu Korea, jadi tidak bisa dipakai di luar negeri.” Ucap Tuan Yoo.
“Hei... Kau seharusnya tidak menangis! Keluarkan dia dari kartu keluarga, dan bakar semua barangnya di kamar dan Doo Ri, laporkan dia ke polisi.” Teriak Ibu So So pada menantunya. Doo Ri melonggo binggung.
Ibu So So akhirnya mengeluarkan ponsel dan ingin menelp polisi, Su Su langsung menahan ibunya dengan mengambil ponsel ditanganya. Ayah So So juga ikut-ikutan sampai akhirnya terjatuh den merasakan punggungnya terasa sakit dengan berteriak tidak bisa melaporkan putrinya. 

“Kamarmu tetap terlihat sama dan Ibu juga membersihkannya setiap hari.” Ungkap So So
Tapi Ibu So So sudah siap dengan satu dirigen bensin dan siap menyiram kamar So So. Tuan Yoon sibuk mempersiapkan alat pemadam sebelum terjadi kebakaran.  Su Su berusaha menahan ibunya agar tak membakar kamar kakaknya.
“Aku mengangkatmu sepanjang hidupmu! Bagaimana kau bisa meninggalkan  kita demi laki-laki? Aku akan membakar semuanya!” teriak Ibu So So marah. Doo Ri mencoba menenangkan kalau sikap ini tidak benar dan Su Su bisa menarik dirigen dari tangan ibunya.
“Aku akan menembakmu... Aku akan menembakmu dengan pistol!” ucap Ibu So So seperti kehilangan akal menganggap payung sebagai pistol.  Sampai akhirnya ia menangis di pelukan Doo Ri. 

“Ibu dan Ayah yakin kau akan kembali suatu saat nanti. Mereka mengatakan hal yang sama sejak kau pergi. Mereka bilang kau akan "kembali besok." Jadi kau bisa kembali sekarang.”ungkap Su Su menutupi kebohongan dengan meminum kopi kembali. So So kembali memberitahu kalau kopinya masih panas. Su Su kembali mengajak kakaknya untuk pulang. So So terdiam sambil menahan tangisnya.

“Aku menjadi begitu menyedihkan. Saat aku memberinya. Saat dia memberiku. Waktu yang kita habiskan dan saling berpegangan. Akankah jalan baru terbuka saat yang ini berakhir?” gumam So Ran dengan berjalan menuruni tangga.
“Han So Ran... Hei, kapan kau akan berhenti?” ungkap Kyung Jae berlari mengikutinya dan terlihat kelelahan.
“Jika jalan ini berakhir, artinya.... Ini adalah jalan buntu yang lain... Aku tahu ini akan terjadi.” Gumam So Ran melihat tak ada jalan didepanya.
“Semuanya akan berubah membaik. Aku akan mendapatkan investasiku,  dan bisnis akan sukses.” Kata Kyung Jae menyakinkan
“Aku berjalan jauh-jauh kemari, tapi jalan buntu lagi.” Ungkap So Ran. Kyung Jae bisa mengerti jadi mengajak agar mereka bisa berbicara.
“Kenapa begitu sulit?” ungkap So Ran. Kyung Jae tahu itu sulit dan karena So Ran tidak bisa  buang air dengan benar.
“Aku tidak bisa buang air besar karena kau.” Gumam So Ran terlihat sangat marah menatap Kyung Jae. 



Di hari awal mereka berkencan, Kyung Jae memberitahu kalau memiliki masalah yaitu mengundurkan diri dari pekerjaannya. So Ran memuji kalau Kyung Jae melakukan hal yang benar dan Banyak orang ingin mempekerjakannya.
Lalu beberapa bulan kemudian, Kyung Jae mengatakan akan berhenti dari pekerjaanknya. So Ran berkomentar kalau memang tidak suka perusahaan itu, karena Gajinya rendah lalu berpikir kalau Kyung Jae punya tempat untuk pergi. Kyung Jae pikir bisa tapi harus mencari lebih banyak pilihan.
“Aku berhenti bekerja.” Kata Kyung Jae kesekian kalinya, So Ran terlihat kaget.
“Aku tidak berpikir cocok untuk bekerja di perusahaan. Aku punya ide bagus, jadi akan memulai bisnis. Seorang seniorku akan menghubungkanku dengan investor.” Ungkap Kyung Jae yakin
“Saat itulah aku mulai mengalami  sembelit” gumam So Ran karena Kyung Jae yang tak punya penghasilan tetap. 

“Dia akan memberiku kabar baik dalam tiga hari. Aku akan benar-benar sukses. Aku percaya itu.” Ungkap Kyung Jae yakin
“Ya, Aku berharap yang terbaik.” Kata So Ran dengan tatapan sinis memilih untuk pergi. 
“Berhentilah seperti ini!” teriak Kyung Jae marah. Son Ran pikir mereka lebih baik berhenti marah dan saling menyakiti.
“Kenapa kau seperti ini” Kau perlu memberitahuku.” Ungkap Kyung Jae. So Ran pikir sudah mengatakan sebelumnya.
“Kita berpelukan satu sama lain karena kita takut putus!” kata So Ran.
“Kau sudah... bertingkah aneh sejak kita tiba di Perancis. Aku tidak mengajukan pertanyaan ini selama tujuh tahun. Aku juga tidak ingin melakukanya” ungkap Kyung Jae. So Ran pikir lebih baik jangan tanya.
“Apa ada orang lain?” tanya Kyung Jae. So Ran teringat dengan perkataan ketua tim yang akan melamar saat  kembali dari liburan dan akan mengajaknya berkencan.

Flash Back
So Ran terdiam mendengar ucapan ketua Tim, Ketua Tim pikir kalau SO Ran sudah tahu bahwa akan mengajaknya berkencan jadi meminta agar bisa menjawabnya. So Ran hanya terdiam.
“Apa kau menyukai orang lain?” ucap Kyung Jae curiga melihat sikap So Ran.
“Apa itu... satu-satunya pikiran yang terlintas di pikiranmu?” kata So Ran marah
“Itu mungkin tidak penting bagimu,  tapi itu penting untukku.” Tegas Kyung Jae.
“Aku merasa sedih setelah bilang  kalau kita harus putus. Aku mencoba untuk tidak merasa menyesal, tapi tidak bisa menahannya. Sekarang...aku tidak perlu merasa menyesal lagi. Terima kasih sudah ada disampingku.” Ungkap So Ran berjalan pergi. Kyung Jae tak bisa menahan amarah menendang tong sampah didepanya. So Ran seperti tak peduli.
“Kita mungkin saling berpegangan selama ini untuk menemukan alasan untuk putus. Seperti itulah di antara kekasih, Segera setelah kita ingin putus. Kita mulai mencari alasan untuk mengakhirinya.”


Ma Roo menerima telp dari Nona Oh, menanyakan keberadanya apakah ada dipesawat. Ma Roo mengatakan tidak. Nona Oh binggung, ingin tahu alasanya. Ma Roo menjawab kalau sekarang ia sedang berlibur. Nona Oah tahu kalauia ssedang berlibur juga, yaitu ada di Montmartre. Ma Roo seperti tak peduli.
“Aku merasa sedih.... Kupikir kau akan terkejut saat aku mengatakan itu. Aku bukan di Perancis, tapi di  Taman Naksan di belakang Daehangno. Apa Kau ingat?” kata Nona Oh
Flash Back
Mereka pergi ke tempat yang paling tinggi, Ma Roo memberitahu banyak orang yang bilang ini Montmartre di Seoul. Nona Oh mengejek belum pernah ke Montmartre.
Nona Oh pikir Ma Roo bisa mengingatnya, dan menyukai tempat ini. Lalu mereka pergi ke tepat lain. Ma Roo mengatakan kalau tempat ini disebuat sebagai Napoli di Asia. Nona Oh mengejek So So belum pernah ke Napoli.
Flash Back
Ma Roo selalu mengajak ke tempat-tempat yang mirip dengan Eropa, dengan pergi ke bukit dan banyak biri-biri mengatakan kalau itu  Pegunungan Alpen Korea. Nona Oh mengejek Ma Roo yang belum pernah ke Pegunungan Alpen. Ma Roo mengajak tempat yang terlihat rumah bertingkah. Nona Oh bertanya Di mana tempat ini.
“Mereka bilang ini adalah Santorini di Busan. Tapi aku tidak yakin, karena belum pernah ke Santorini.” Ungkap Ma Roo. 
“Kita pernah ke Machu Picchu di Korea, dan Kota Jerman juga.” Ungkap Nona Oh.
“Apa kau ingat apa yang aku katakan tadi?” kata Ma Roo sebelumnya dalam perjalanan ke bandara, kalau bisa menghapusnya kalau memang menginginkanya, “tapi...Kau harus mengingat apa yang kau hapus.”
“Apa kau ingat apa yang kau hapus?” ucap Ma Roo melihat kalau Nona Oh seperti tak ragu untuk menghapusnya.

“Aku tahu itu sudah berakhir ketika  kau menghapus gambar itu. Tapi aku pikir...Aku ingin kau menghapus gambar itu. Karena  dengan  begitu kita bisa putus, Tanpa perasaan yang tersisa.” Ungkap Ma Roo.
“Dasar... Kau pengecut.” Umpat Nona Oh.
“Jika aku memintamu untuk tidak menghapusnya, Apa kau akan mendengarkannya?”ucap Ma Roo marah
“Jangan memaksa diri sendiri. Aku tidak menghapus gambarnya, tapi file di dalamnya.” Kata Nona Oh
“Itu adalah foto kita, tidak peduli apa yang ada di dalamnya. Apa yang kau sebegitu inginkan, jadi kau menghapus foto kita? Aku minta maaf. Aku tidak bisa menjadi orang yang kau inginkan.” Kata Ma Roo terlihat sangat kecewa.
Nona Oh mengalihkan pembicaraan kalau sudah  membersihkan kamar dan akan memasak untuk Ma Roo saat kembali. Ma Roo pikir tak perlu karena tidak akan kembali lalu memilih untuk menutup teleponnya. Nona Oh pun tak bisa berkata apa-apa karena putus sesuai dengan keputusanya menghapus file. 

Ma Roo berdiri menatap kearah tempat yang ada didepanya dengan banyak pasir karena airnya sedang surut. So Ran berjalan sendirian menerima pesan dari ketua tim yang duduk di meja kerjanya.
“Selamat... Kau melakukan pekerjaan dengan baik. Aku tahu ini akan terjadi.” So Ran hanya bergumam kalau tidak tahu ini akan terjadi.
Flash Back
Ketua Tim memanggil So Ran memberitahu kalau mereka berhasil dan melewati babak pertama. So Ran seperti tak percaya, Ketua Timtak habis pikir So Ran yang bisa memikirkan tema ini. So Ran bergumam kalau  hanya menyatakan keinginan untuk buang air dalam bentuk desain.
“Kata "Restorasi" adalah kata kunci akhir-akhir ini, jadi aku menggunakan beberapa desain dari masa lalu.” Akui So Ran pada Ketua Tim.
“Kau melakukan pekerjaan yang benar-benar bagus, Rancang botol air lainnya dengan cara ini” kaat ketua tim. So Ran kaget kalau desainnya diperluas juga
“Tentu saja... Mari kita coba melewati babak final juga, oke? Terima kasih, sudah mencoba yang terbaik. Mari kita makan malam bersama” kata Ketua Tim lalu beranjak pergi. 

Beberapa orang melihat kearah So Ran, lalu teman satu mejanya bertanya apakah So Ran akan makan malam bersamanya. So Ran mengaku belum tahu. Temanya bertanya Apa itu berarti makan malam tim. So Ran mengaku tak mengerti dengan hal itu.
“Tapi melewati babak tema bukanlah sesuatu yang membahagiakan. Bukan karena kau yang melakukannya kan?”kata temanya. So Ran pikir itu  Tidak mungkin.
“Jika kau tidak ingin makan berduaan, Apa aku harus bergabung denganmu?” kata temanya,So Ran berpura-pura sakit pergi dan harus ke toilet, wajahya seperti tersenyum karena diajak makan malam oleh Ketua tim. 


“Kita melewati babak final.  Cepat kembali. Mari kita makan malam bersama.” Tulis ketua tim.
So Ran ingin menjawab “Terima kasih...” tapi dihapus merasa kesal karena  Sulit untuk menanggapi pria ini.” Teringat kembali Saat makan malam bersama, Ketua Tim tahu So Ran yang akan berlibur ingin tahu akan pergi dengan siapa. So Ran seperti tak bisa menjawabnya.
“Terima kasih, Ketua tim.  Bekerja keraslah.” Balas  So Ran merasakan seperti tercekikdan ingin pergi ke suatu tempat yang jauh.

Ma Roo sudah pergi melepaskan seperti melewati jalan pasir dan foto selfie dengan pemandangan kastir. Sementara Su Su mengajak kakaknya untuk pergi. So So mengaku belum siap karena kalau pergi itu sama saja seperti Su Su meninggalkan muridnya  di tengah kelas.
Su Su pikir bisa meninggalkan mereka, bahkan ia bukan guru lagi. So So memberitahu Tidak ada penerbangan hari ini, jadi mengajak untuk menginap dan berbicara.
“Kita bisa makan bersama, dan Kau perlu meminta maaf kepadanya.” Kata So So. Su Su bertanya apakah maksudnya si “Sumimasen”
“Sumimasen siapa? Kau harus minta maaf  dengan tulus kepadanya.” Kata So So
“Kau berbicara tentang turis yang memukulku. Aku tidak bisa. Kenapa aku harus meminta maaf? Tapi Jika aku minta maaf, Maukah kau kembali ke Korea?” kata Su Su, So So menatap sinis menahan amarah.
“Baiklah, aku akan minta maaf.. Tapi aku tidak bisa mengimbanginya... Aku juga terluka.” Keluh Su Su. So So meminta adiknya agar bersikap sopan.
“Dia adalah pelanggan kami.” Tegas So So keluar dari restoran. Su Su bertanya kemana So So akan pergi. So So memberitahu harus menemukannya untuk meminta maaf.
“Kau sebaiknya tidak melarikan diri!” teriak Su Su melihat kakaknya keluar restoran untuk menelp. 


So So menelp Ma Roo untuk mengetahui keberadaanya, Ma Roo mengatakan ada di dekat bukit. So So mendengar kalau maksudnya kastil. Ma Roo mengulang kalau ada di Bukit. So So pikir Tidak ada bukit di dekat sini. Ma Roo mengaku kalau melihat bukit di sini.
“Apa kebetulan kau ada di pulau?” tanya So So. Ma Roo mengatakan kalau ada dibukit.
“Apa kau di pulau yang terlihat seperti bukit? Apa kau disana? Maksudku, bukit?” ucap So So terlihat marah.
“Aku pikir itu tempatnya.” Ma Roo. So So tak habis pikir Ma Roo bisa ada disana, Ma Roo pikir So So bisa melihatnya dengan melambaiknya tanganya.
“Kenapa kau pergi kesana?” keluh So So. Ma Roo pikir itu Karena ada bukit di sini.
“Aku sudah bilang jangan pergi kesana! Kenapa Kau tidak mendengarkan Aku?” ucap So So kesal. Ma Roo binggung kapan So So mengatakanya.

Flash Back
 “Apa kau melihat pulau itu? Ini bukan bukit. Ini sebuah pulau. Kau bisa berjalan di sana saat ombaknya rendah, tapi ada pasir di mana-mana. Jika kau pergi ke sana tanpa pemandu, kau bisa mati setelah jatuh ke dalam lubang. Ada orang yang meninggal di sana, jadi kau tidak boleh pergi ke sana sendirian. Apa kalian mengerti?” ucap So So berbicara pada semua timnya. Tapi Ma Roo sibuk dengan ponselnya, kalau akan kembali malam ini.
“Aku sudah bilang jangan pergi kesana! Kau bisa mati di lubang disana!” jerit So So kesal. Ma Roo pikir dirinya tidak mati.
“Dasar.. Kau membuatku gila!” ucap So So. Ma Roo akhirnya meminta maaf. So So  menyuruh Ma Roo agar Cepat kembali.
“Tapi Sudahlah, aku akan pergi kesana. Jangan pergi kemana-mana. oke?... Kau tidak bisa pergi kemana-mana.” Tegas So So. Su Su memesan kopi, lalu  melihat kakaknya sudah tak ada didepannya. 

Ma Roo memilih untuk menumpuk batu untuk menghilangkan rasa bosan, So So terus berlari dengan berjalan menurun. Adik So So yang kehilangan kakaknya mencoba keluar masuk toko souvenir untuk melihatnya, lalu menelp Direktur yang sedang mengajarkan dua orang Prancis membuat kimchi lobak.
“Hei, apa kau tidak pergi ke Korea?” kata Direktur. Su Su tak ingin membahasnya meminta agar diberikan nomor telp kakaknya saja.
“Hei, di Perancis, ada hukum ketat yang melarang memberikan informasi pribadi.” Kata Direktur.
“Aku baru saja bertemu dengannya, tapi tidak mendapatkan nomor teleponnya.” Ucap Su Su
“Apa Kau bertemu dengannya? Kapan? Dimana?” tanya Direktur tak percaya.
“Aku bertemu dengannya di sini tadi!!” kata Su Su. Tapi Direktur merasa Su Su berbohong karena pasti tidak menemuinya.
“Itu benar! Kau bisa cek sendiri. Setelah kau periksa, suruh dia meneleponku,  atau berikan nomor teleponnya, oke?” kata Adik So So mengumpat kesal. 

Ma Roo menerima telp So So dan masih ada dipulau. So So ingin tahu keberadaanya. Ma Roo mengatakan ada di pulau itu. So So bertanya Dimana di pulau itu. Ma Roo mengatakan Jika berjalan lurus lalu belok kanan maka akan menemukanya. So So memperingatkan Ma Roo agar tak berpindah tempat, akhirnya keduanya pun bertemu.
“San Ma Ru, aku jelas menyuruh semua orang untuk tidak datang ke sini.” Kata So So kesal bisa melihat Ma Roo dan merasakan ponselnya bergetar.
“So So... Apa semuanya baik-baik saja?” tanya Direktur menelp
“Bagaimana semuanya bisa baik-baik saja? Sudah kubilang aku tidak mau grup ini! Ada banyak masalah, dan aku harus mengatasinya! Aku tidak menginginkan ini! Jadi Jangan telp aku. Aku tutup!” kata So So kesal lalu menutupnya. Direktur pikir So So baik-baik saja.
Bersambung ke part 2

 FACEBOOK : Dyah Deedee  TWITTER @dyahdeedee09