PS; yang udah baca blog / tulisan aku.. Tolong minta follow account IG aku yah dyahdeedee09 & Twitter @dyahdeedee09 jadi biar makin semangat nulisnya. Kamsahamnida.

Minggu, 31 Mei 2020

Sinopsis Hospital Playlist Episode 12 Part 2

PS : All images credit and content copyright : TVN
Buat kalian yang suka membaca tulisan aku meminta dukungan dalam bentuk "Subscribe" You tube karena sedang mencoba mengumpulkan 1,000 Subscribe. 
Tinggal Klik disini, buat yang sudah Subscribe. Terimakasih banyak. Semoga bisa sampe bulan ini 

Ibu Ji Hyeon akhirnya bertemu sang anak lalu bertanya tidak sakit dan Baik-baik saja. Ji Hyeon yang masih mengunakan alat bantu nafas menganguk perlahan. Ibunya meminta sang anak agr Bertahanlah sedikit lagi,
“Nanti kita pergi ke taman hiburan setelah sembuh, ya?” kata sang ayah berjanji
“Ventilator sudah dicabut dan tak ada komplikasi paru-paru. Kita bisa memantaunya tanpa mengintubasinya. Hasil tes darah pun cukup baik. Kita hanya perlu bersabar.” Kata Jung Won menjelaskan pada orang tua Ji Hyeon
“Ji-hyeon, mulai hari ini coba minum sedikit demi sedikit, ya?” ucap Jung Won. Ji Hyeon pun menganguk.
“Perawat akan membantu dia minum sedikit demi sedikit. Tidak perlu cemas. Kita pantau kemajuannya di Unit Perawatan Intensif sampai hari ini.” Ucap Jung Won. Keduanya pun mengucapkan Terima kasih.
“Ji-hyeon, ada yang terasa sakit?” tanya Jung Won, Ji Yeon menjawab Tidak ada. Kedua orang tua Ji Hyeon melihat dari kejauhan.
“Ji-hyeon, apa yang paling ingin kau makan begitu pulang?” tanya Jung Won. Ji Yeon menjawab Cokelat.
“Nanti aku belikan banyak cokelat saat kau pulang. Janji.” Kata Jun Won. 



Song Hwa melihat kalau Tiga tahun lalu sudah terangkat bersih, tetapi sayangnya tumor itu kambuh kembali. Sang istri bingung karena Namun, suaminya tidak merasa sakitseperti sebelumnya dan Hasil tes lanjutan selama ini pun baik.
“Astrositoma adalah jenis tumor yang bisa kambuh. Kami pun merasa prihatin. Sebagai tambahan, kurasa butuh operasi, radioterapi, dan kemoterapi. Bila setuju dengan tindakan operasi, akan kucari tanggal rawat inap hari ini. Kau boleh menimbangnya lebih dahulu.” Ucap Song Hwa.
“Biar kupertimbangkan.” Kata sang suami tapi istrinya pikir Tidak perlu dipertimbangkan.
“Kapan bisa operasi, Dokter?” kata istrinya. Tapi Suaminya memohon agar  biar dipertimbangkan dahulu.
“Dokter, aku boleh buat janji ulang, 'kan?” kata sang suami. Song Hwa menjawab Boleh. Akhirnya keduanya pun pamit pergi. 

Perawat menceritakan Waktu radioterapi pun pasien tadi tampak lelah dan Putra-putrinya selalu ikut datang dan menggenggam tangannya. Ia tahu kalau Padahal dahulu pria itu senang saat diberi tahu boleh datang setahun sekali.
“Dia tahu ini lebih melelahkan karena berpengalaman. Dia pasti berat hati membayangkan harus mengulang proses yang sama. Namun, aku yakin dia mampu melaluinya.” Kata Song Hwa
“Permisi... Dari yang kutahu, diagnosis pasien adalah astrositoma. Apa patologi tepatnya saat operasi tiga tahun lalu?” tanya Yun Bok
“Tepatnya WHO tingkat dua, astrositoma difus. Terkenal mudah kambuh dan naik ke tingkat lebih tinggi.” Jawab Song Hwa. Yun Bok pun mencatat di ponselnay sambil mengucapkan Terima kasih.



Ik Jun belajar bahasa spanyol sambil berkata "Estoy loco por el." Dan ada banyak tumpukan buku diatas meja.  Jun Wan datang bertanya kapan akan pergi. Ik Jun menjawab Tiga hari lagi. Jun Won bertanya Buku-buku apa itu. Ik Jun menjawab Bacaan di pesawat selama 14 jam perjalanan.
“Kau tidak ke bandara besok? Besok Ik-sun pergi.” kata Jun Wan. Ik Jun kaget apakah sudah memberitahu bahwa dia pergi. Jun Wan terlihat gugup.
“Penerbangannya sore. Aku ada operasi pagi. Aku akan ke sana bila sempat. Dia sudah diantar orang tuaku, jadi Kakaknya tidak penting.” Ucap Ik Jun
“ Hei... Apa Mau minum malam ini? Aku ingin bicara denganmu.” Kata Jun Wan dengan wajah serius.
“Aku sibuk hari ini. Sebentar lagi operasi. Mungkin agak lama.” Kata Ik Jun
“Larut malam setelah operasi juga tidak apa.” Kata Jun Wan saat itu telp berdering. Dokter Do menelp
“Pasien pria 35 tahun. Dua kali pasang ring karena koarktasi aorta. Terakhir tiga bulan lalu Dia ke RS Jeongmyeong karena demam tinggi. Menurut hasil tes, kurasa infeksi ring jantung. Apa dia bisa ditransfer ke sini untuk operasi?” ucap Dokter Do
“Tanda vital bagaimana?” tanya Jung Won. Dokter Do menjawab “Tekanan darah sekitar 90/60, detak jantung 120, dan sedang pakai intubasi.
“Transfer pasien kemari.” Ucap Jun Wan lalu bergegas pergi. 


“Kurasa ada hemotoraks dan kerusakan aorta. Itu buruk. Aku harus segera mengoperasinya. Siapkan ruangan sirkulasi dan Ruang Operasi. Lalu Walinya?” tanya Jun Wan. Dokter Do menjawab  Dalam perjalanan.”
“Siapa pasiennya?” tanya Ik Jun melihat Jun Wan sedan mencuci tanganya.
“Sudah pasang ring dua kali, tetapi infeksi. Ring yang terinfeksi harus diangkat dan diganti. Entah bisa atau tidak.” Kata Jun Won. Ik Jun pun mengatakan  Selamat bekerja!

Song Hwa bertanya pada pasie apakah Tidak ada yang mengalir dari hidung, Pasien menganguk Song Hwa pun mengucap syukur lalu memastikan Tekanan darah juga baik, Dokte Ahn memberitahu kalau Kuantitas urine pun normal.
“Kurasa kau bisa pulang besok. Paling lambat lusa.” Ucap Song Hwa. Pasien pun mengucapkan Terima kasih.
“Ke depannya, aku akan rawat jalan ke Sokcho. Kudengar kau pindah ke Sokcho?” ucap si pasien
“Bagaimana kau tahu? Padahal itu rahasia.” Kata Song Hwa. Si pasien mengaku Semua pasien tahu. Rumor sudah menyebar.
“Permisi, Dokter... Besok aku operasi. Kudengar sore ini ada tes lagi,tetapi belum dijelaskan.” Ucap Pasien yang ada dibangsal depan
“Begitu? Dokternya siapa?” tanya Song Hwa. Dokter Ahn menjawab Dia pasien Dokter Min, penanggung jawab Dokter Heo.
“Akan kusampaikan ke penanggung jawabnya.” Kata Song Hwa. Tapi Dokter Ahn tahu kalau Pasien itu lelah dari pagi karena menjalani angiografi serebral.
“Kau akan menjalani MRI Navigasi sekali lagi pukul 20.00, Itu proses MRI untuk melihat posisi dan ukuran tumor lebih tepat. Nanti penanggung jawab akan kemari, menerangkan lebih jelas sambil minta surat persetujuan.” Ucap Dokter Ahn. Si pasien pun mengucapkan Terima kasih.
“Selain itu, Dokter Heo Seon-bin sedang ikut operasi Dokter Min Gi-jun. Dia pasti akan jelaskan usai operasi.” Kata Dokter Ahn memberitahu Song Hwa.
“Baiklah. Aku tidak salah paham.” Kata Song Hwa tersenyum melihat Dokter Ahn yang perhatian dengan pasien lainya. 
Jun Wan berada dalam ruangan operasi meminat agar menyedot karena Sama sekali tak terlihat. Dokter memberitahu kalau Tekanan darah 50. Jun Wan memberitahu kalalu Banyak darah jadi meminta tolong atur transfusi dan waktu operasi sudah berjalan dua jam. 


Ik Jun melihat pasienya yang sedang puas akarean harus operasi. Istri Pasienya bingung melihat Ik Jun datang padahal sedang sibuk. Ik Jun menyuruh pasienya agar Berbaring saja ditemani sang istri lalu memberitahu kalau  Besok akan menjalani embolisasi.
“Halo, Dong-ju. Pukul berapa tindakannya?” tanya Ik Jun. Istri menjawab  Pukul 14.00.
“Berarti waktu puasamu lebih lama. Bilang kalau tidak sanggup. Biar kucari tahu apa bisa dipercepat.” Kata Ik Jun.
“Tidak perlu, Dokter. Lagi pula, akhir-akhir ini, aku tidak selera makan. Tidak apa.” Kata Pasien
“Besok pagi aku ada satu operasi. Operasi takkan lama. Jika sempat, setelah operasi, aku akan berkunjung. Embolisasi adalah pengobatan pengganti operasi untuk lever yang tak berfungsi baik, tetapi sulit dioperasi.” Jelas Ik Jun
“Penyakitmu sulit sembuh dengan embolisasi, tetapi itu bisa dilakukan sembari menunggu donor lever. Jangan khawatir. Istirahatlah malam ini.”pinta Ik Jun. Keduanya menganguk mengerti. 


Suk Hyun membuka kotak pizza, Ik Jun datang mengeluarkan semua isi kantongnya sambil berkata kalau mereka yang menghabiskan seluruh kola di Korea. Song Hwa sibuk membereskan buku-buknya ,Ik Jun menyuruh agar membiarkan saja. Karena Lehernya sakit jadi akan membantu merapihkan
“Barangku tidak banyak. Aku hanya bawa beberapa yang diperlukan.” Ucap Song Hwa. Ik Jun meminta agar Song Hwa duduk.
“Luar biasa. Kita baru makan malam sekarang... Astaga.”ucap Ik Jun melihat sudah jam 10 malam.
“Apa Jun-wan bergadang hari ini?”tanya Suk Hyung. Ik Jun pikir speeti itu dan Mungkin selesai dini hari.
Song Hwa mencoba makan spaghetii dengan penyanggal leher dan terlihat sangat kesusahan. Ik Jun seperti ingin membantu tapi menahan dirinya. Semenatara Di ruangan Jun Wan berhenti sejenak dan terlihat waktu operasi sudah berjalan 6 jam.
“Infeksinya parah. Aku tidak yakin ini berhasil.” Ucap Jun wan dan meminta Forsep.


Suk Hyung ingin tahu keberadan Jung Won. Ik Jun menjawab  Unit Perawatan Intensif Pediatri karena Itu rumahnya. Song Hwa memastikan kalau Ik Jun sudah sisakan satu risotto Jung Won. Ik Jun menganguk.
Di ruangan PICU, Jung Won memastikan keadaan Ji Hyeon dan saat itu  keluarganya berkerumun ingin melihat dari depan pintu. Akhirnya Jung Won keluar ruangan memberitahu kalau Kadar hemoglobin tidak menurun dan tidak ada pendarahan. Kondisinya baik.
“Besok dia bisa pindah ke kamar biasa.” Kata Jung Won. Semua pun langsung mengucap syukur.
“Saat di kamar biasa nanti, Ji-hyeon akan dipindai CT di hari ketujuh setelah operasi, lalu dipantau satu atau dua hari lagi. Setelah itu dia bisa pulang jika kondisi baik.” Jelas Jung Won. Mereka pun langsung mengucapkan terimakasih
“Aku pamit.” Kata Jung Won, Ibu Ji Hyeon memanggil Jung Won bertanya Kapan Jung Won tidur karena sudah empat hari ada di sini.
“Kulihat kau selalu ada di sini setiap pagi dan malam. Terima kasih, Dokter. Berkat dirimu, Ji-hyeon bisa selamat.” Ucap Ibu Ji Yeon berkaca-kaca.
“Tidak. Aku lebih berterima kasih karena Ji-hyeon pulih. Permisi.” Kata Jung Won mencoba menahan haru.
Semua keluarga Ji Hyeon langsung berkomentar kalau Jung Won itu  dokter yang baik.


Jung Won akhirya makan dengan senyuman. Song Hwa melihatnya p berkomentar kalau Pasienya pasti membaik. Jung Won membenarkan. Dan bertanya Omong-omong, bagaimana merkea bisa tahu soal itu. Song Hwa bertanya soal apa itu.
“Bagaimana kalian bisa tahu pasienku membaik atau memburuk?” kata Jung Won.
“Itu jelas sekali.” ucap Song Hwa. Jung Won ingi tahu caranya. Song Hwa mengaku kalau mereka hanya menebak.
“Kalian memang menakjubkan. Kapan kalian pesan risotto ini? Apa Tadi? Semalam ini? Tapi ini Masih hangat.” Kata  Jung Won.
“Kami sisakan satu karena pasti kau belum makan malam. Kuhangatkan di toserba.” Kata Song Hwa.
“Kapan kau ke Sokcho? Pindah rumah juga?”tanya Jun Won. Song Hwa menjawab Kamis dan Tidak sampai pindah.
“Aku hanya akan bawa buku dan beberapa barang penting.” Kata Song Hwa. Jung Won tahu Apartemennya depan laut.
 “Aku boleh sering main, 'kan? Astaga, itu rumah idamanku.” Kata Jung Won bersemangat. Song Hwa tahu kalau Jung Won pasti suka.
“Ik-jun juga pergi Kamis, 'kan? Dia pergi hadiri konferensi, 'kan?” kata Jung won. Song Hwa membenarkan.
“Omong-omong, Jung-won. Ah... sudah Lupakan.” Kata Song Hwa guggup. 


Jun Wan  melihat kalau sudah 12 jam operasi dan Sudah menekan sejam pun masih berdarah dan Operasi sudah tak memadai. Ia pikir Ini mustahil jadi lebih baik beri kasa steril saja dahulu. Akhirnya mereka membawa ke ruangan ICU.
“Bagian terinfeksi sudah diangkat dan diganti pembuluh darah sintesis, tetapi pendarahannya banyak. Kami hambat dengan kasa steril. Kami hendak menanganinya secara maksimal di Ruang Operasi, tetapi darah banyak hilang karena sulit membeku.” Jelas Jun Wan.
“Kini dia diberi antihemoragik di Unit Perawatan Intensif, tetapi darah mungkin sulit dihentikan. Untuk sementara, harus dipantau dahulu.” Jelas Jun Wan
“Sesuaikan kadar eritrosit dan FFP. Segera hubungi aku jika masih pendarahan.”pesan Jun Wan pada Dokter Do.
Akhirnya Jun Wan yang kelelahan pun tertidur diruangan dengan sangat pulas. 


Pagi hari pun datang, Seorang perawat memanggil Bu Choi Ji-eun dilorongm memintanya untuk masuk. Seorang wanita hamil besar mengeluh kalau sudah menunggu lama sekali, bahkan menunggu sejam lebih.  Perawat meminta maaf karena Hari ini pun banyak pasien.
“Aku harus menunggu lama setiap kali datang.” Keluh si ibu.  Pasien lain pun keluar akan berjumpa pekan depan.
“Selamat siang.. Kau terakhir kemari sebulan lalu.” Kata Suk Hyung menyapa pasienya.
“Dokter, pasien hari ini banyak sekali. Aku menunggu lama sekali. Aku selalu menunggu setiap kemari.” Keluh Ibu Choi
“Maaf. Jadwal praktikku hanya tiga kali sepekan. Aku sudah lihat hasil tes diabetes kehamilan waktu itu.”kata Suk Hyung
“Pasien Dokter Yang memang biasa sebanyak ini. Ini lebih sedikit daripada pekan lalu.” Ucap dokter Chu.
“Dokter Chu Min-ha. ..Bisa tolong carikan hasil USG pasien pekan lalu?” kaat Suk Hyung seperti yak ingin dibela oleh juniornya. 

Perawat keluar dari ruangan operasi, Ik Jun melihatnay bertanya Kenapa? Ada masalah. Perawat memberitahu kalau Penerimanya gagal jantung saat akan hepatektomi donor mati otak lalu Tim Bedah Torakoplastik sibuk pasang paru-paru buatan.
“Dokter Kwon Sun-jeong minta aku menghubungi KONOS untuk lapor tak bisa transplantasi. Maka harus cepat cari penerima baru.” Kata Perawat
“Organnya sudah tiba di sini?” tanya Ik Jun. Perawat membenarkan.
“Halo, aku Ham Deok-ju, Koordinator Transplantasi Yulje. Operasi tidak memungkinkan karena penerima mendadak gagal jantung. Kurasa KONOS harus memilih penerima baru.  Baik. Tolong segera hubungi aku.” Ucap Dokter Ham
“KONOS akan coba hubungi penunggu pertama dan mengabariku. Aku tidak yakin bisa karena waktu tertunda terlalu lama.” Ucap Dokter Ham
“Sudah berapa lama lever donor diangkat?” tanya Ik Ju. Dokter Ham menjawab Lebih dari delapan jam.


Jun Wan akhirnya melihat kembali keadaan pasien merasa tak ada yang berubah lalu memastikan pada Dokter Do kalau wali pasien ada di luar,  Dokter Do membenarka. Ik Jun pikir kalau mereka beri tahu.
“Kami menanti darah membeku di Unit Perawatan Intensif dengan bantuan obat antihemoragik. Namun, setelah lima jam, pendarahan belum berhenti. Meski dibawa kembali ke Ruang Operasi, saat ini tak ada yang bisa dilakukan selain ganti kasa dalam dada.” Jelas Jun Wan
“Kurasa tak ada jalan lain... Maafkan aku.” Kata Jun Wan. Sang ibu yang sudah tua menahan rasa sedihnya meminta izin agar  boleh melihat putranya.
“Tolong... izinkan kami... melihat putra kami untuk terakhir kalinya.” Kata Sang ibu. Jun Wan seperti tak tega melihatya. 

Song Hwa menerima kabar dari Dokter Ahn “Pasien wanita 48 tahun, pendarahan subaraknoid. Dia koma, semua pupil terbuka, >tak bisa napas spontan, motorik nihil. Akhirnya Song Hwa melihat di IGD menurutya Tidak ada gunanya operasi karena pasien koma.
“Beri dopamin jika tekanan darah turun.” Kata Song Hwa. Dokter Ahn menganguk mengerti. 

Dokter Ham kembali masuk ruangan, memberitahu Ik Jun kalau Pasien tunggu pertama KONOS tinggal jauh dari Seoul, jadi, mustahil melihat jangka waktunya Dan dokter pasien berikutnya dalam antrean sudah menyerah.
“Waktu iskemia diperpanjang, akan terlalu lama untuk cari penerima baru. KONOS minta kita cari penerima di sini, lalu kabari mereka Maka akan disetujui.” Kata Dokter Ham sibuk mencari kontak diponselnya
“Halo, aku Koordinator Transplantasi Pusat Medis Yulje. Dengan Bu Um Ji-seon?” ucap  Dokter Ham 

Di luar ruangan, perawat memanggil “ Ibu Jang Seul-gi!” beberapa kali. Wanita dengan perut yang sudah membesar pun jalan perlahan. Perawat memberitahu kalau aia pasien selanjutnya jadi Silakan menunggu di depan sini.
“Kenapa pasien sebelum aku lama sekali? Banyak pasien menunggu.” Keluh ibu Jang.
“Maaf. Janji temu dokter mungkin lama karena banyak yang harus dijelaskan. Mohon tunggu sebentar.” Ucap Perawat
“Aku sudah lama lakukan USG. Kenapa belum masuk juga?”keluh seoran ibu yang datang dengan suaminya
“Bu Han Seung-hui, ya? Masih lima orang lagi. Mohon tunggu sebentar.”ucap perawat.
“Berapa lama harus menunggu lagi? Lantas, apa gunanya reservasi?” ucap Nyonya Han mengeluh
“Maaf... Sistem rawat jalan kami hanya bisa reservasi dua orang per sepuluh menit. Sistem kami hanya bisa menerima reservasi seperti itu. Selain itu, seperti kau tahu, pasien Dokter Yang banyak. Maaf kami membuatmu menunggu setiap saat. Mohon pengertiannya.”ucap perawat ramah. 

“Tidak demam, 'kan? Segera kabari aku setelah hasil rontgen keluar.” Ucap Ik Jun menutup telpnya lalu bertanya Apa golongan darah donor?
“Golongan darah A. Urutan pasien kedua di sini, Kim Yeong-jae, tinggal di Geochang. Lever sulit bertahan walau kita bersiap saat dia dalam perjalanan.” Kata Dokter Ham
“Lantas, Moon Jeong-hwa?”tanya Ik Jun. Dokter Ham menjawab Dia ingin menunggu dahulu.
“Dia belum mau segera operasikarena kondisinya membaik. Golongan darah Yu Dong-jin tidak cocok.” Kata Dokter Ham
“Jadi... Golongan darah A! Ada pasien golongan darah A di sini.” Kata Ik Jun. Dokter Ham menjawab Lee Chang-hak. Ik Jun mengingat kalau Golongan darahnya A lalu bergegas pergi. 

Ibu pasien menemui anaknya yang sudah tak ada harapan hidup lagi, mengeluarkan baju saat masih bayi lalu memberitahu Jung-min kalau Dahulu sekecil ini dan bertanya-tanya Kapan bisa tumbuh sebesar ini, Dokter Do melihatnya mencoba untuk menahan diri agar tak menangis.
“Jung-min... Ini milikmu... Ibu dan ayah menyimpannya sampai saat ini karena kami sangat menyayangimu. Kini kau yang simpan... Putraku... Ibu... masih belum siap. Maka, jangan pergi tinggalkan ibu dan ayah.” Ucap Ibu sambil terus memanggil anaknya.
“Jung-min... Ibu dan ayah sangat menyayangimu. Berjanjilah, jangan tinggalkan kami.”kata Sang Ibu. 

Suk Hyung bertemu pasien lain menanyakan kabar dan akan bertemu dua pekan lalu dan ingin tahu apakah Gerakan bayinya baik. Sang ibu mengaku Rasanya tidak bergerak sejak dua hari lalu dan berpkir Apa tidak terasa karena bergerak saat tidur
“Ini Tidak apa, 'kan? Kubaca di internet, hal itu bisa terjadi di bulan akhir.” Kata Ibu Pasien, sementara Suk Hyung terlihat gugup.
“Mari kita lihat pergerakan bayi.” Kata Suk Hyung lalu mengoleskan jel pada alatnya dan melihat dari USG.
Wajahnya terlihat tegang begitu juga sang ibu ingin tahu keadaan bayinya. 


Jun Wan menatap pasien terlihat sangat frustasi, Dokter Do  pun menyaranakn Bagaimana kalau mencoba lagi dengan cara dari depan jadi bisa pakai arteri sintesis untuk memirau aorta asendens dan desenden. lalu kita ligasi dari atas ke bawah.
“Apa Bisa terisolasi?” kata Dokter Do. Jun Wan bertanya Tanda vital?
“Tekanan darah stabil usai diberi 0,05 mg epinefrina dan 0,1 mg norepinefrin.
“Apa Urine keluar?” kata Jun Wan. Dokter Do menjawab Lancar dengan 5 mg Lasix. Keluar 100 ml lebih per jam.
“Kita coba. Minta buka Ruang Operasi lagi.” Ucap Jun Wan. Dokter Do pun menganguk mengerti. 

Suk Hyung memberitahu pasienya perlahan mengaku sudah periksa berulang kali dan Sepertinya jantung bayi tidak berdegup. Sang biu kaget memastikan kalau bayinya meninggal, Suk Hyung membenarkan. Sang ibu mulai menangis.
“Kurasa jantungnya terhenti di dalam rahim. Belum tahu apa penyebabnya. Baru bisa kami pastikan setelah bayi dikeluarkan.” Ucap Suk Hyung
“Dokter... Tidak... Dokter! Tidak... Dokter... Bayiku...” jerit Pasien histeris harus kehilangan bayinya. 

Tuan Lee akhirnya masuk ruangan operasi wajahnya terlihat gugup, Dokter memberitahu aklau Anestesi dimulai jadi memintaa agar Bernapaslah dengan santai dan Jangan tegang. Dokter Lee pun tertidur setelah mengunakan alat bantu nafas.
“Waktu iskemia sudah berapa lama?” tanya Ik Jun masuk ruangan operasi.
“Sekitar sepuluh jam. Hasil biopsi dan kondisi lever baik.”kata dokter lain
“Kita lakukan dengan cepat. Minta pisau bedah.” Ucap Ik Jun dengan cepat berada disamping Tuan Lee. 

Di depan ruangan terlihat pengumuman [ MOHON MAAF ATAS KETERLAMBATANNYA]  Ibu pasien sedikit berhenti menangis meminta maaf pada Suk Hyung, Suk Hyung pikir tak masalah dan meminta agar tak memperdulikan mereka sambil memberikan tissue.
“Tenangkan dirimu perlahan.. Tidak perlu buru-buru keluar. Kami tidak apa.” Ucap Suk Hyung. Sang ibu pun kembali menangis dan meminta maaf.
“Perlu kuberi tahu pasien di luar bahwa komputer kita rusak?” kata dokter Chu. Suk Hyung mengaku Tidak perlu.
Saat itu suami Nyonya Han mengeluh karena lama sekali. Saat itu istrinya menahan suaminya seperti bisa tahu yang terjadi didalam. Mereka pun semua ibu hamil bisa merasakanya dan langsung memegang perut mereka. 

Song Hwa melihat papan didepan tempat tidur [NAMA: BAEK SEON-JEONG -UMUR: 48 TAHUN] yang tak sadarkan diri. Ia mengaku turut prihatin karena Terjadi pendarahan otak dan pembengkakan parah jadi Kondisinya buruk sampai bahan kontras tidak naik.
“Saat ini pasien tak bisa bernapas spontan, bergerak, bahkan tak sadarkan diri. Menurut dugaanku, pasien mati otak. Kemungkinan besar dia akan wafat dalam satu atau dua pekan.” Kata Song Hwa
Sang anak langsung menangis lalu memeluk ayahnya, keduanya pun hanya bisa menangis. Song Hwa dkk pun ikut sedih karena harus memberikan keadaan pasien yang tak bisa diselamatkan.
***
Bersambung ke part 3

Cek My Wattpad...  ExGirlFriend

      
Cek My You Tube Channel "ReviewDrama Korea"

PS; yang udah baca blog / tulisan aku.. Tolong minta follow account IG aku yah dyahdeedee09  & Twitter @dyahdeedee09  jadi biar makin semangat nulisnya. Kamsahamnida.

FACEBOOK : Dyah Deedee  TWITTER @dyahdeedee09 

Sinopsis Hospital Playlist Episode 12 Part 1

PS : All images credit and content copyright : TVN
Buat kalian yang suka membaca tulisan aku meminta dukungan dalam bentuk "Subscribe" You tube karena sedang mencoba mengumpulkan 1,000 Subscribe. 
Tinggal Klik disini, buat yang sudah Subscribe. Terimakasih banyak. Semoga bisa sampe bulan ini 
Song Hwa menatap ke arah jendela luar, lalu seseorang mengetuk pintu. Ia pun bertanya siapa, Seseroang masuk ruangan. Sementara Jung Won berlari keluar dari parkiran sambil berbicara dengan ibunya di telp, mengeluh karena Ibu pergi  tanpa menemuinya.
“Ibu di mana?  Kutraktir makan malam. Aku tidak akan membahas soal pastor. Kita makan malam dahulu.” Ucap Jung Won
“Ibu bukan ingin menemuimu. Ibu pulang. Kembalilah bekerja.” Kata Nyonya Jung bergegas
Jung Won memanggil ibunya yang akan masuk mobil. Nyonya Jung melihat anaknya menyuruh pergi karena janji makan malam dengan Jong-su. Jung Won bingung karena Direktur Ju sedang perjalanan dinas. Apa...
 Nyonya Jung sudah pergi keluar rumah sakit dengan cepat, sementara Jung Won terlhat bingung. 

Dokter Jang hanya bisa diam saja ditaman, Ik Sun melihatnya bertanya Sedang apa di sini, menurutnya Bila tak ada yang mencarinya lebih baik lekas sembunyi di Ruang Piket. Dokter Jang mengaku tak masalah dan bertanya balik kenapa Ik Sun tidak pulang
“Kadang kala kau gila kerja.” Komentar Dokter Jang. Ik Jun mengaku sedang menunggu Song-hwa untuk makan malam.
“Dia konsultasi dengan seseorang. Aku tunggu dia. Kau sedang gelisah, ya? Katakanlah. Akan kubantu cari solusi... Ayo Katakanlah.” Ucap Ik  Jun
“Dokter Lee... Lupakanlah.” Kata Dokter Jang ragu. Ik Jun ingin tahu ada apa.  Dokter Jang mengurungkan niatnya mengaku Bukan apa-apa.
“Aku jadi ingin tahu! Pasti ini soal Ahn Jung-won.. Perlu kubawa dia kemari hidup-hidup?” kata Ik Jun mengoda.
“Jangan. Dia bisa terluka.” Kata Dokter Jang. Ik Jun mengeluh pada Dokter Jang karena membuatnya penasaran ingin tahu.
“Sejak kapan... kau suka Jung-won? Aku jadi penasaran.” kata Ik Jun.Dokter Jang pikir kalau sudah jelas.


Dokter Ahn datang menemui Song Hwa karena akan pindah ke rumah sakit di Sokcho. Song Hwa merasa baru bilang tadi pagi tapi Berita memang cepat menyebar. Dokter Ahn menegaskan akan ikut ke Sokcho.Song Hwa langsung melarangnya. 
“Jangan konyol. Untuk apa kau ke Sokcho?” ucap Song Hwa. Dokter Ahn memberikan alasan Karena Song Hwa ke Sokcho.
“Logislah berpikir, Ahn Chi-hong. Di sana tak ada dokter residen. Jika ikut, kau harus lakukan semuanya sendiri. Tak sepadan merelakan jabatanmu di sini. Lagi pula, jika kau pindah sebelum jadi Kepala, mungkin akan ada masalah saat nanti wawancara. Ini bukan pilihan terbaik untukmu.” Tegas Song Hwa
“Chi-hong. Tak ada residen yang pindah di tahun keempat. Kau harus lebih banyak lakukan operasi dan merawat pasien. Itu yang paling kau butuhkan. Itu asetmu. Setahun terakhir ini adalah masa terpenting bagimu. Bertahan setahun lagi dan tuntaskan masa residen. Paham?” tegas Song Hwa
“Keputusan hidupku adalah pilihanku. Kim Sang-man sudah di Ruang Operasi. Aku pergi dahulu.”ucap Dokter Ahn lalu melangkah pergi. 

Jun Wan melihat cincin yang harus diberikan pada Ik Sun tapi akhirnya di simpanya kembali. Ia lalu mengeluarkan ponselnya, Ik Sun mengaku baru akan meneleponya. Jung Wan bertanya sedang apa. Ik Sun mengaku Baru sampai rumah dan bertanya balik.
“Aku Baru mau pulang.” Ucap Jun Wan.Ik Sun pikir Jun Wan  Hari ini pulang begitu awal.
“Apa rencanamu nanti?” tanya Ik Sun. Jung Wan mengatakan akan ke tempatnyaa sekarang. Jangan tidur dahulu.
“Sekarang?” tanya Ik Sun kaget. Jun Wan langsung menutup telp dan akan bertemunya nanti. 

Ik Sun bersenandung “Mau makan atau kelaparan?” lalu membuka pintu ruangan Suk Hyung. Suk Hyung terdiam didepan meja kerjanya dengan wajah sedih. Song Hwa bertanya apakah ada masalah lagi lalu kaget mendengarnya.
 “Hidup ini begitu payah.” Kata Suk Hyung hanya bisa tertawa tak percaya.
“Kenapa ayahmu? Kau kini tak bisa berkata buruk tentangnya.” Kata Ik Sun. 

Flash Back
Suk Hyung melihat surat wasiat ayahnya [SELURUH ASETKU DIWARISKAN KEPADA PUTRAKU, YANG SEOK-HYEONG] Ibunya hanya bisa menghela nafas lalu bertanya  Kapan  menulis surat wasiat ini. Pengacara Tuan Yang menjawab Musim semi tahun ini.
“Di hari Kim Tae-yeon memberi tahu kabar kehamilannya. Dia tulis malam itu”kata pengacara Tuan Yeon
“Lelaki tua gila! Apa dia mewariskan sesuatu kepada Kim Tae-yeon?” tanya Ibu Suk Hyung
“Setahuku, tidak. Presdir menganggap wanita itu sebagai perawat di sisa hidupnya. Hanya itu. Itu menurut pandanganku.” Kata Pengacara Tuan Yang
“Dasar bajingan. Dia sudah menghamilinya. Omong kosong macam apa itu? Dasar bajingan egois. Dasar serangga egois! Hanya memikirkan diri sendiri!” ucap Ibu Suk Hyung mengumpat marah 


“Apa Tak ada hal lain di surat wasiat?” tanya Song Hwa. Ik Jun ingin tahu apakah  Tak ada pesan lain untuk Suk Hyung atau ibunya.
“Ada. Perusahaannya harus kukelola. Dia tulis, aku harus berhenti jadi dokter dan mengambil alih perusahaan.  Dia tampaknya terlampau peduli akan hidupku.” Ucap Suk Hyung tak percaya
“Jadi...kau akan berhenti?” tanya Ik Jun

PUSAT MEDIS YULJE
Ik Jun berjalan dilorong melihat Dokter Do dan Dokter lainya berdiri didepan ruangan Song Hwa.  Lalu bertanya Antrean apa ini. Dokter Do mengaku Konsultasi dan hendak berkonsultasi dengan Dokter Chae yaitu konsultasi karier.
“Dia sibuk dan sakit.” Kata Ik Jun. Saat itu Dokter Yong keluar menyapa Ik Jun.
“Seok-min, kau konsultasi soal apa?” tanya Ik Jun. Dokter Yong menjawab Masalah cinta.
“Dia juga bantu masalah itu?”tanya Ik Jun tak percaya. Dokter Yong membenarkan.
“Dia serbabisa. Pusat Panggilan Dasan pun kalah.” Ucap Dokter Yong lalu bergegas pergi. Di ruangan Song hwa berkomentar kalau  Itu masa terindah.
“Ayo makan!” ucap Ik Jun saat membuka pintu. Dokter Do dan yang lainya mengeluh. Ik Jun menyuruh keduanya agar diam.
“Aku ada kelas 20 menit lagi. Enyah kau. Dokter Do Jae-hak.”kata Song Hwa.
Dokter Do langsun masuk dan menari dengan lirik “Si Cantik Chae Song-hwa! Dokter Chae paling bersinar! Selamat siang, Dokter Chae.”  Song Hwa hanya bisa menahan tawa melihat tingkah Dokter Do


Ik Jun pergi ke ruangan Jun Wan mengambil cemilan dilaci, seperti meredakan amarah dengan makan coklat. Ia pun mencari sesuatu di laci Jung Won dan melihat semua perlekapan menjadi pastor masih tersimpan dengan rapih lalu perlahan menutupnya.
Jung Won baru saja keluar dari ruang ganti, Dokter Bae menelp memberitahu kalau Pasien wanita, tujuh tahun, trauma benda tumpul di abdomen. Status mental sadar, tekanan darah baik, tetapi detak jantung tinggi.
“Menurut hasil USG FAST, dia mengalami laserasi lever tingkat empat. Sudah kupindai CT abdomen karena dugaan hemoperitoneum, ternyata ada pendarahan aktif.” Ucap Dokter Bae.
“Baik. Aku segera ke sana.” Kata Jung Won. Sementara Dokter Jang sedang makan mie mangkuk kedua dan mengangkat telp dari Jung Won.
“Dokter Jang Gyeo-ul! Gadis usia tujuh tahun, trauma benda tumpul abdomen, di IGD yang harus operasi darurat karena tanda vital buruk. Hubungi Anestesiologi dan siapkan Ruang Operasi secepatnya, juga transfusi darah untuk pasien.” Kata Jung Won. Dokter Jang mengerti dan langsun meninggalkan makanannya. 


KANTOR MEDIS 4 OBSTETRI/GINEKOLOGI
Ik Jun sedang makan dengan Dokter Chu, tak percaya kalau  membantu karya ilmiah Suk-hyung dan ingin tahu alasanya.Dokter Chu pikir Ik Jun tak perlu berpikir kalau karena Ik Jun yang meminta bantuannya.  Ik Jun tak percaya kalau Suk-hyung memintanya.
“Hei... Sedang apa kau di sini?” ucap Suk Hyung datang. Dokter Chu melihat Suk Hyung mengajaknya duduk disampingnya.
“Sebenarnya bagian mana yang tak kau datangi, Ik-jun?” komentar Suk Hyung
“Aku berkeliaran...Suk-hyung. Boneka Beruang...Apa Kau minta bantuan karya ilmiah kepada Dokter Chu? Dokter residen sibuk. Jangan ganggu mereka.” Kata Ik Jun. Suk Hyung terlihat bingung seperti merasa tak memintanya.
“Tidak ada kuah! Siapa mau mi gelas? Kalian makanlah. Aku ada pasien rawat jalan.” Ucap Ik Jun malu dan langsung bergegas perg.
Suk Hyung santai meminta sumpit dan langsung memakan toppoki. Dokter Chu dengan senang membagi makananya. 

Jung Won sudah memeriksa pasienya lalu mengajak kedua orang tuanya bicara mengaku sudah lakukan tes dan hasil Levernya sobek parah serta pendarahan terjadi di rongga perutnya. Ia pikir harus dilakukan bedah perut darurat.
“Kami akan mencari pembuluh darah yang rusak dan mengikat atau menghentikan pendarahannya. Namun, kami mungkin harus memotong sebagian leveryang dirasa tak dapat dihentikan pendarahannya.” Kata Jung Won
“Operasinya berapa lama?” tanya Ibu Pasien. Jung Won menjawab Setidaknya dua jam.
“Jika operasinya kian sulit, mungkin bisa sampai empat jam. Namun, hal itu mungkin baru bisa diketahui saat operasi. Kami akan berusaha maksimal.” Ucap Jung Won. 

Sementara di ruangan Ik Jun, Seorang wanita kaget karena mereka suami istri tapi Kenapa tidak bisa, Ik Jun ingin menjelaskan, tapi si wanita lebih dulu bicara kalau  sudah melaksanakan pesta dan foto pernikahan sungguhan bahkan Saksi pun sangat banyak.
“Dia sering mengalami asites belakangan ini. Bahkan sempat menjalani operasi endoskopi karena muntah darah. Keadaannya mendesak, Dokter.”kata si istri
“Aku paham perasaanmu, tetapi pernikahan harus terdaftar di catatan sipil.” Jelas Ik Jun
“Akan kami daftarkan, Dokter. Hari ini juga.” Ucap Sang istri. Ik Jun menjelaskan Meski sudah terdaftar
“Menurut peraturan KONOS, mereka harus menikah setahun agar transplantasi donor hidup dapat disetujui. Prosedur pendaftaran donor terhitung ketat untuk menghindari praktik jual beli organ.” Jelas Ik Jun.
“Aku tidak apa. Aku takkan mati secepat itu, Sayang.” Ucap Sang suami memegang tangan istrinya.
“Tentu. Kenapa kau mati? Jangan bicara begitu. Ada ibumu.” Ucap Sang istri
“Lebih baik transplantasi sekarang, tetapi jika memang harus menunggu donor, bagaimana jika kau menjalani pengobatan di Penyakit Dalam dan melanjutkan proses transplantasi hidup tahun depan? Akan kami bantu pantau juga. Kapan pernikahan kalian?” kata Ik Jun
“Empat bulan lalu... Andai waktu itu segera didaftarkan, kami hanya perlu menunggu delapan bulan lagi.” Ucap Sang istri sedih
“Bila tidak keberatan, boleh aku tahu alasan belum didaftarkan?” tanya Ik Jun
“Aku yang melarang mereka. Putraku didiagnosis sirosis saat mereka masih berpacaran. Meski kedua keluarga menentang, mereka bersikeras menikah. Lantas kularang mereka mendaftarkan pernikahan.” Ucap sang Ibu mertua.
“Dia putri berharga bagi keluarganya. Jika terjadi sesuatu pada putraku, bagaimana nasibnya?” kata Sang Ibu merasa bersalah.
“Dokter.. Apa yang harus kulakukan selama setahun? Aku akan berolahraga teratur dan menjaga kesehatan. Aku pun akan rajin makan obat bila harus. Aku akan kembali tahun depan, menemui Dokter di sini, dan mendapat persetujuan operasi.  Jadi, Dokter tolong selamatkan suamiku., Kumohon.” Kata sang istri dengan berkaca-kaca dan menangis. 




Akhirnya pasien pun keluar, Ik Jun mengatakan Pertanyaan untuk Hong Do. Hong Do menjawab  Menurutnya mereka pertama bertemu saat berlibur Atau kencan buta. Ik Jun hanya bisa menghela nafas mendengarnya lalu  memberitahu kalau  Lebih baik jika sang suami bisa dapat lever donor mati otak.
“Apa kriteria untuk mendapatkan lever donor mati otak? Apa Kau tidak tahu?” kata Ik Jun.  Hong Do hanya bisa meminta maaf
“Astaga. Itu pengetahuan dasar. Pelajari itu sampai besok.” Perintah Ik Jun. Hong Do mengerti. Ik Sun pun memanggil Pasien selanjutnya.


 Di ruangan operasi yang panas. Jung Won mulai mengoperasi pasienya. Dokter lain bertanya Pasien terluka karena apa. Jung Won memberitahu kalau anak ini jatuh tersandung polisi tidur saat main skuter lalu Perutnya menabrak gagang skuter dengan keras.
“Astaga... Orang tuanya pasti sedih. Mereka pasti amat khawatir.” Kata Si Dokter tapi tiba-tiba terdengar suara perut Dokter Jang.  Dokter Jang langsun meminta maaf.
“Orang tua Dokter Jang Gyeo-ul juga pasti sedih jika tahu anaknya tak sempat makan saat kerja. Dokter Jang Gyeo-ul, nanti kutraktir makan enak.” Kata Dokter senior. Dokter Jang menolaknya.
“Dokter Ahn Jung-won, traktir dia makan enak. Aku paling sering bertemu Dokter Jang akhir-akhir ini.” Kata Si dokter Dokter Jang merasa tak perlu.
“Nanti kutraktir makan jika operasi berakhir lancar, dan anak ini pulih.”kata Jung Won. Dokter Jang pun mengucapkan Terima kasih.
“Lemaskan bahumu saat menjahit. Pembuluh darahnya tipis. Jahitlah perlahan.” Perintah Jung Won. Dokter Jang menganguk mengerti. 

Di ruangan Dokter Yong memberitahu Dokter Ahn kalau harus cek hasil lab karena Dokter Min Gi-jun sensitif saat menengok pasiendan juga harus bantu residen tahun pertama. Ia juga meminta Dkter Ahn Saat akan konferensi, pastikan semua bahan sudah lengkap.
“Kau harus pelajari presentasi dengan baik agar konferensimu lancar.” Kata Dokter Yong
“Chi-hong, kau sudah dapat rumah?” tanya Dokter Heo. Dokter Ahn menjawab belum.
“Selain itu, lekas pindah rumah. Kau akan kian sibuk saat jadi Kepala. Setidaknya harus bisa tidur di rumah.” Kata Dokter Yong
“Aku suka Ruang Piket, Pindah rumah lebih repot.” Kata Dokter Ahn. 

Saat itu Song Hwa datang melihat Dokter Yong  menyindirnya kalau sering kabur dari tempat belajar. Semua pun berdiri menyapa Song Hwa.  Dong Hwa mengaku belum selesai serah terima Bahkan Dokter Do Jae-hak belum mulai fokus belajar.
“Kenapa, Dokter? Kau tidak suka aku kemari? Apa Aku dilarang kemari?” kata Dokter Yong mengoda
“Memang kau takkan kemari jika kularang? Hei Chi-hong, Yun-bok. Kutraktir makan malam. Ayo!” kata Song Hwa.
Dokter Yong dan Dokter Heo mengeluh karena tak diajak,  Song Wha menyuruh agar makan berdua saja. Dokter Yong panik memintaa gar Son Hwa tak melakukan. Song Hwa memberitahu Hari ini kantin dokter spesialis membuat galbitang untuk kali pertama
“Dan tersisa satu meja karena banyak orang.Pikir siapa yang harus tak ikut? Ahn Chi-hong calon Kepala, atau Yun-bok, calon residen Bedah Saraf?” ucap Song Hwa
“Aku dan Seon-bin yang harus tak ikut.” Kata Dokter Yong. Song Hwa pun mengajak keduanya pergi. 


“Sebenarnya seberapa jauh visi Dokter Chae Song-hwa? Kapan dia memikirkan hal itu?” keluh Dokter Heo
“Aku yang bilang.”ucap Dokter Yong. Dokter Heo bingung  Bilang apa.
“Bahwa aku menyukaimu. Kubilang aku ingin menyatakan cinta, tetapi tidak berani. Dia membawa mereka demi aku.” Kata Dokter Yong. Dokter Heo hanya terdiam dengan wajah melonggo
“Ini... agak... canggung. Kita makan malam terpisah saja.” Kata Dokter Yong akhirnya bergegas pergi. 

Jung Won bertemu dengan keluarga pasien memberitahu Sesuai dugaan, sebagian pembuluh darah di lever sobek dan mengalami pendarahan. Ditambah lagi Jaringan di sekitarnya rusak dan darah sulit dihentikan sehingga lever harus dipotong.
“Menurut pantauan setelah operasi, tak ada pendarahan lagi di perut. Namun, ada kemungkinan pendarahan dari organ lain. Dia harus diawasi satu atau dua hari di Unit Perawatan Intensif.” Ucap Jung Won
“Apa lever akan tumbuh kembali setelah dipotong? Itu tak membahayakan nyawanya, 'kan?”tanya Ibu pasien
“Masa kritis sudah lewat. Lever yang dipotong akan berkembang bertahap dalam beberapa bulan. Segala yang bisa kulakukan sudah dilakukan. Kini, kita harus memantau seberapa cepat dia bisa pulih.” Kata Jung Won
“Kalian bisa melihat Ji-hyeon di Unit Perawatan Intensif.” Kata Jung Won. Semua keluarga pun mengucapkan terimakasih. 

Jung Won memeriksa pasien dengan Dokter Jang, lalu kedua melihat ke pintu PICU kalau semua keluarga mencoba mengintip.   Akhirnya Jung Won kembali keluar ruangan emebritahu kalau Ji-hyeon akan dibuat tidur total selama satu atau dua hari dengan bantuan pernapasan dari ventilator.
“Dia bisa dibangunkan sekarang, tetapi pasti kesakitan dan akan banyak bergerak. Itu lebih buruk baginya.” Kata Jung Won.
“Jadi, dia bukan belum bangun selepas operasi, melainkan sengaja dibuat tidur?” tanya Nenek Ji Hyeon
“Benar, Bu. Tadi Dokter sudah menjelaskan kepada kami.” Kata Ibu Ji Yeon
“Dia lebih baik tidur seharian agar tenang ketimbang banyak bergerak karena sakit perut dan menderita karena sulit bernapas.” Jelas Jung Won.
Saat itu seorang wanita datang memanggil ibunya,  Ibunya mengeluh melihat anaknya yang datang lalu memberitahu kalau  Dia bibi Ji-hyeon dan disampingnya adalah sang paman.  Jung Won pun menyapanya. Bi Ji Hyeon mengetahui kalau Ji-hyeon belum sadar dengan wajah panik.
“Bukankah bahaya jika belum bangun selepas operasi?” ucap sang bibi
“Soal itu, Ji-hyeon bisa dibangunkan sekarang, tetapi dia akan lebih sakit...” ucap Jung Won dan langsun disela oleh suaminya
“Dokter. Biar aku yang jelaskan.” Ucap Paman Ji  Hyeon lalu mengajak pergi istrinya agar bisa menjelaskan.
“Ji-hyeon akan baik-baik saja semalaman ini, 'kan? Mohon titip Ji-hyeon.” Kata Ibu Ji Hyeon
“Ya. Ada perawat. Aku pun akan selalu di rumah sakit. Jangan khawatir.” Ucap Jung Won. Mereka pun mengucapka Terima kasih. 



30 NOVEMBER 2019
Jung Won kembali memeriksa pasienya, sementara Suk Hyung belajar diruanganya. Jun Wan berada diruangan operasi sudah berjalan 6 jam lebih. Song Hwa juga belajar dengan penyangah leher. Ik Jung juga mengetik [KASUS, PRIA, 72 TAHUN, KANKER HATI LANJUTAN] 

Jung Won melihat Song Hwa diruangan bertanya Apakah Belum pulang. Song Hwa menjawab sebentar lagi dan bertanya apakah mau bergadang. Jung Won membenarkan akalu Tadi siang ada pasien yang dioperasi karena laserasi lever.
“Dan kurasa nanti malam ventilator harus diatur karena kadar sedasi rendah.” Ucap Jung Won dengan wajah sedikit panik
“Dia akan baik-baik saja, Jung-won.” Kata  Song Hwa menenangkan. Jung Won pun berpikir seperti itu.
“Song-hwa... Aku membebanimu sementara kau sakit... Aku egois. Soal Malaikat Penolong. Jangan khawatir dan berobatlah di Sokcho. Biar kuurus masalah itu.” Ucpa Jung Won
“Tidak mau! Jangan begitu. Aku ingin melakukannya. Aku bisa melakukannya di sana. Belakangan ini, aku berdebar memikirkan tugas itu. Akan kulakukan. Mengerti? Jangan coba-coba rebut!” tegas Song Hwa.
“Baiklah... Hati-hati menyetir. Jika mungkin, naik taksi. Aku pergi.” ucap Jung Won. Song Hwa menganguk mengerti. 


Ik Sun sudah menuliskan makalahnya lalu mulai bermain kartu, Suk Hyung masuk ruangan bertanya apakah belum pulang. Ik Jun memberitahu kalau U-ju ke Changwon jadi Ini hari liburnya dan ingin bersantai lalu membahas kalau Pekan ini tak berlatih band.
“Ya. Jeong-won harus di rumah sakit selama akhir pekan. Konferensimu pekan depan, 'kan?” ucap Suk Hyung. Ik Jun membenarkan.
“Ya. Berarti kita takkan berlatih sementara. Baiklah. Selamat bekerja.” Kata Suk Hyung
“Kurasa Dokter Chu Min-ha menyukaimu. Apa Kau tidak merasakannya?” tanya Ik Ju memutar kursinya agar mendekat.
“Dasar tidak peka. Apa Dokter Chu menyatakan cinta kepadamu? Bagus.” Kata Ik Jun
“Aku sudah bicara baik-baik bahwa aku tidak tertarik. Dia sudah cukup lama mengatakannya. Min-ha bilang tidak apa, dia hanya ingin aku tahu perasaannya. Tapi Mana bisa kuabaikan? Kami bekerja bersama setiap hari.” Ucap Suk Hyung
“Aku tak ingin kami canggung dan tak nyaman. Jadi, kami bertemu di luar dan bicara. Aku berKata, "Cari pria baik lain. Jangan aku. Kini aku terlalu sibuk untuk menjalin hubungan dengan seseorang." Cerita Suk Hyung
“Aku juga bilang, "Aku dud dan hidupku sedang rumit. Jangan terlibat denganku. Lekas cari pria baik." Kini kami bekerja biasa seperti sediakala.” Kata Suk Hyung. Ik Jun menatap tak percaya
“Sungguh... Kami ini... generasi modern. Itu biasa.” Kata Suk Hyung. Ik Jun pikir Ini tafsiran lainnya.
“Jika bukan duda dan hidupmu tak pelik, kau akan mengencani Dokter Chu.” Tanya Ik Jun
“Tidak. Sekarang aku sungguh tidak ingin menjalin hubungan dengan siapa pun. Begitu pula ke depannya. Tentu saja, aku pun tak tertarik kepada Dokter Chu Min-ha. Aku suka sendirian. Hidupku sempurna kini.” Kata Suk Hyung
“Aku punya U-ju, Jung-won punya kakak-kakaknya, bahkan Tuhan. Jun-wan punya pacar. Meski sering bertengkar, Song-hwa punya kakak-kakaknya. Lalu Kau punya siapa?” kata Ik Jun menasehati.
“Meski kau punya kami, adakalanya kita merasa lebih terhibur hanya dengan keberadaan keluarga atau kekasih. Jangan terlalu menolak kesempatan-kesempatan itu sendiri.” Jelas Ik Jun 



“Aku tak ingin dia terluka. Aku takut dia terluka karena aku dan keadaanku. Semenjak melihat Sin-hye sengsara, aku berjanji takkan lagi menjalin hubungan.” Kata Suk Hyung. Ik Jun hanya menatap temanya.
“Berhenti memandangku. Kenapa? Apa Aku menyedihkan?” kata Suk Hyung
“Tidak. Aku jadi ingin minum-minum. Dasar Menyebalkan! Mau minum-minum? Kebetulan besok akhir pekan.” Kata Ik Jun
“ Apa? Tunggu. Takkan ada panggilan darurat untukku, 'kan?” ucap Suk Hyung gugup
“Tidak ada. Ini sudah pukul 02.00 lebih! Pukul 02.00 lebih! Hei, ada dokter piket malam juga!Ayo Maju, jalan.” Kata Ik Jun mendorong temanya keluar. 


Jun Wan menelp Ik Sun yang  masih belum tidur padahal Sudah pukul 02.00 lebih dan menyuruhnya Lekas tidur. Ik Sun menceritakan kalau tidak bekerja hari ini jadi Sudah puas tidur tadi siang, lalu bertanya paakah baru selesai operasi.
“Ya. Aku sedang berjalan ke luar rumah sakit. Aku lapar, mengantuk, dan rindu padamu.” Kata Jun Wan mengoda.
“Jangan menyetir. Kau bahkan sulit buka mata karena lelah.” Pesan Ik Sun
“Aku memang berencana naik taksi. Aku hendak memesan... Ik-sun. Aku berhalusinasi.” Kata Jun Wan saat keluar dari IGD
“Apa maksudmu?” tanya Ik Sun. Jun Wan mengaku melihat Ik Sun. Ik Sun mengeluh dengan yang dikatakan pacarnya.
“Sungguh. Seorang wanita berdiri sambil pegang ponsel di depanku. Dia sangat mirip denganmu.” Kata Jun Wan mencoba memastikan
“Apa Dia juga sedang menelepon?” tanya Ik Sun. Jun Wan membenarkan kalau wanita itu menyeberang jalan.
“Dia mendekatiku.” Kata Jun Wan panik dan wanita itu terus mendekati, ternyata memang benark Ik Sun.
“Selamat malam, aku Halusinasi.” Kata Ik Sun langsung memeluk Jun Wan dan mereka pun berciuman didepan IGD sama seperti dengan lagu yang disukai Ik Sun.
***
Bersambung ke part 2


Cek My Wattpad...  ExGirlFriend

      
Cek My You Tube Channel "ReviewDrama Korea"

PS; yang udah baca blog / tulisan aku.. Tolong minta follow account IG aku yah dyahdeedee09  & Twitter @dyahdeedee09  jadi biar makin semangat nulisnya. Kamsahamnida.

FACEBOOK : Dyah Deedee  TWITTER @dyahdeedee09