PS; yang udah baca blog / tulisan aku.. Tolong minta follow account IG aku yah dyahdeedee09 & Twitter @dyahdeedee09 jadi biar makin semangat nulisnya. Kamsahamnida.

Selasa, 31 Juli 2018

Sinopsis Lets Eat 3 Episode 5 Part 2

PS : All images credit and content copyright : TVN
Dae Young masuk ke rumah sakit, Ji Woo masuk ruang IGD bertanya apda perawat keberadaan Kang Mi Sook. Saat itu Nyonya Kang melambaikan tangan diatas tempat tidurnya, Ji Woo langsung berlari melihat ibunya. Nyonya Kang dengan santai bercerita terjatuh dan mematahkan beberapa tulang rusuknya.
“Halo, Ibu.... Sudah lama tak bertemu.” Sapa Dae Young, Nyonya Kang tak mengingat Dae Young bertanya siapa pria yang bersama Ji Woo.
“Apa Dia pacarmu?” goda Nyony Kang, Ji Woo mengaku bukan dan mengalihkan dengan bertanya luka ibunya.
“Jangan bohong.... Dia tampan sekali... Apa Kau datang ke sini untuk memperkenalkan dia kepada seorang janda?”ucap Nyonya Kang mengoda.
“Saya akan mendapatkan beberapa hal yang dibutuhkan.” Kata Dae Young seperti tak enak hati memilih untuk pergi. 

Manager rumah jompo menemui Ji Woo sebagai wali Ibu Kang, keduanya akhirnya bertemu di luar ruangn IGD. Ji Woo tak habis pikir karena mereka tak bisa melihat pasien di sana dan membiarkan ini terjadi. Manager mengatakan kalau Nyonya Kang yang mengalami demensia tahap tiga,jadi tidak bisa mengikatnya.
“Kami tidak bisa mengawasinya setiap kali dia ke kamar mandi. Anda harus berterima kasih padaku karena telah merawatnya dan membawanya ke sini.  Kalau bukan karena kami, dia bisa saja mati.” Ucap Manager sombong. Ji Woo tak percaya manager mengatakan itu.
“Memang dia yang menyebabkan ini, jadi seluruh biayanya ditanggung oleh Anda. Biaya sewa pengasuh juga Anda sendiri.” Kata Manager. Dae Young baru datang mendengar pembicaraan keduanya.
“Itu tidak masuk akal. Kecelakaan itu terjadi di panti jompo.” Kata Ji Woo
“Itu memang bisa saja, tapi sebagian besar kesalahannya adalah naik ke tangga. Pintu keluar darurat dan tangga selalu dilarang untuk dilewati. Kau Bacalah sendiri. Dia melanggar aturan dari pusat.” Jelas Manager memberikan berkas ditanganya.
“Kami sampai sekarang menahannya karena itu tugas kami. Kami membiarkannya tanpa  menuntut kompensasi apa pun saat dia menyalakan api di dapur sebelumnya dan itu juga tidak terlalu parah, kami merasa tidak enak bagi walinya. Tapi sekarang tidak lagi.” Tegas Manager
“Aku akan menagih Anda untuk kerusakan yang disebabkan oleh kebakaran itu. Selain itu Anda juga harus membayar biaya rumah sakitnya.” Tegas Manager.
“Aku juga tidak bisa membiarkan Anda menjaga ibuku.” Kata Ji Woo lalu si manager pun berjalan pergi. 




Dae Young menghampiri Ji Woo kalau udah membeli barang-barang yang dibutuhkan, tapi tetap harus melihat dan mencari kebutuhan lain. Ji Woo melihat isi kantung kalau Dae Young sudah membelinya dengan teliti Dae Young mengingatkan kalau bekerja sebagai perencana asuransi selama bertahun-tahun.
“Aku ini ahli untuk soal ini.” Kata Dae Young bangga.
“Ngomong-ngomong, kenapa beli dua pasang sandal?” tanya Ji Woo binggung
“Satu untuk ibunya  dan satu untuk kau” kata Dae Young, Ji Woo binggung lalu tersadar kalau mengunakan sandal yang berbeda
“Terima kasih.” Ucap Ji Woo lalu menganti sandalnya. Dae Young ingin tahu apa yang dikatakan oleh dokter.
“Ada celah di tulang rusuknya, tapi mereka perlu melihat bagaimana dia harus pulih. Apa itu bisa diAnggap beruntung?” kata Ji Woo khawatir.
“Bukan beruntung. Dia terluka. Apa Selain itu semua tidak apa-apa?” tanya Dae Young
“Seperti yang kau lihat, ibuku menderita demensia. Ini Sudah beberapa tahun. Dia sekarang tinggal di panti jompo.” Kata Ji Woo, Dae Young tak ingin membahasnya mengajak masuk karena Nyonya Kang pasti sudah menunggu. 


Petugas datang memberitahu kalau semua sudah diselesaikan sesuai yang diminta Sun. Seo Yeon melihat tangan Sun yang dibalut perban teringat saat membuat pemadam kebakaran datang. Saat itu Sun terlihat marah menyuruh Seo Yeon masuk kamar dan berpakaian tapi memalah membuatnya terjatuh.
“Aku telah menghilangkan bau asap dan lilin yang disebabkan oleh api. Sisa pembayarannya adalah 100,000 Won” ucap petugas
“Aku sudah menyetor jumlahnya beberapa saat yang lalu.” Kata Sun. Petugas pun mengucapkan Terima kasih lalu keluar rumah. 

“Aku akan membayar semuanya setelah menangkap temanku. Dan biaya perawatan untuk lenganmu juga.” Ucap Seo Yeon. Sun dengan sinis kalau itu pasti harus membayarnya.
“Selain itu, aku akan menggambar batas lagi.” Kata Sun kesal
“Ayolah, mengapa kau menjadi murahan dan mengulangnya sebagai seorang pria?” rengek Seo Yeon
“Seperti yang kau tahu, arti dari garis namaku cukup sedikit.” Tegas Sun lalu berjalan pergi.
“Dia tampaknya benar-benar marah. Aku tidak akan bisa menaikkan biaya untuk melakukan aktivitas.” Kata Seo Yeon. 

Ji Woo masuk ruangan meminta ibunya agar tidak bergerak. Nyonya Kang merasa tak enak hati, karena penyanggah pingganya itu mengganggu. Ji Woo meminta agar Nyonya Kang  Bertahanlah sedikit lagi sampai sepenuhnya pulih.
“Apa aku harus di sini untuk waktu yang lama?” tanya Nyonya Kang
“Anda pulih dengan baik, jadi pasti bisa keluar dalam dua hari.” Ucap Ji Woo menenangkan.
“Lalu... Apa aku bisa kembali ke  tempatku dulu tinggal sebelumnya?” tanya Nyonya Kang
“Tidak, Anda akan tinggal di rumahku mulai sekarang.” Ucap Ji Woo, Nyonya Kang binggung akan tinggal dirumah Ji Woo. 

Seo Yeon menelp pusat bantuan, karena ingin mencari seseorang dan ingin tahu berapa biayanya. Wajahnya terlihat kaget mendengarnya, lau menutup telp. Ia pikir kalau memang benar kalau semua menghasilkan uang jadi harus cari uang untuk menemukan uangnya.
Terdengar suara dari depan pintu, kurir makanan datang dan Seo Yeon menerimanya paket untuk Sun Woo Sun. Sun keluar dari lift, wajahnya tersenyum bahagia lalu membuka pintu merasaka bau sesuatu dan terkejut melihat Seo Yeon sudah ada didapur membuka paketnya.
“Apa yang kau lakukan?” ucap Sun terlihat marah. Seo Yeon melihat Sun pulang menyambut dengan senyuman. 

“Ada paket yang dikirim ke rumahmu. Mereka bilang mie ini setengah matang, jadi ini harus dimasak dengan cepat, Karena mie soba akan kematangan. Melihat bagaimana resep itu, kau pasti memesannya untuk memasak” ucap Seo Yeon dengan penuh rasa bangga.
“ Kau pasti tahu, sulit bagimu untuk memasak dengan lengan itu. Jadi aku melakukannya sebagai permohonan maafku.” Ucap Seo Yeon dengan semangkuk mie diatas meja.
“Aku tidak sebodoh itu. Kenapa kau membuka paketku tanpa izin?” kata Sun marah
“Itu.. aku cuma berusaha membantumu.” Kata Seo Yeon. Sun menegaskan kalau itu adalah pekerjaanya.
“Menerima paket, membuka paket, memeriksa isinya, memasak dan memakan yang sudah dimasak semua adalah kerjaku. Kenapa kau malah melewati batas dan merusak pekerjaanku?” ucap Sun marah. Seo Yeon mengaku tidak tahu.
“Aku minta maaf... Kalau begitu, bagaimana kalau kau cicipi masakanku untuk hari ini.” Kata Seo Yeon, tapi Sun langsung membuangnya ke tempat cuci piring.
“Bagaimana bisa kau? Pikirkanlah tentang aku yang membuatnya untukmu...” kata Seo Yeon ikut menaikan suaranya.
“Kau bilang Membuatkannya untukku? Wahh... Kenapa sepupuku harus terlibat dengan wanita rendahan itu?” ucap Sun berjalan pergi dengan wajah kesal.
Seo Yeon tak bisa terima dianggap Rendahan dan ingin tahu seberapa tinggi kelas Sun, tapi kakinya malah tersandung. Sun akhirnya ikut terjatuh karena Seo Yeon terjatuh kearahnya. Keduanya pun berada dalam posisi bertumpukan dilantai. Sun terlihat gugup melihat Seo Yeon ada diatas tubuhnya.
“Hei, Apa kau tak apa-apa? Apa Kau terluka lagi? Apa Aku membuatmu susah bernapas?” ucap Seo Yeon. Sun langsung mendorong Seo Yeon untuk minggir lalu bergegas pergi.
Seo Yeon melihat sikap Sun berpikir kalau pria itu tak bisa dekat dengan wanita, senyuman liciknya pun terlihat. 


Ji Woo pergi ke supermarket membeli beberapa bahan makanan, popok dewasa. Setelah itu menyusun makanan di kulkas, memasang pengaman pada setiap unjung meja. Ia juga memasang alat agar tak membuat gas menyala. Setelah itu masang CCTV juga agar bisa mematau ibunya dirumah.
“Halo, aku penyewa di lantai dua. Kurasa aku harus cepat pindah karena alasan pribadi.” Ucap Ji Woo menelp pemilik rumah. 

Ji Woo datang ke mengambil layanan perawatan untuk pasien demensia. Pegawai meminta agar Ji Woo isi formulir dulu. Ji Woo bertanya kapan bisa menerima layanan setelah mengisi formulir. Pegawai mengatakan dibutuhkan 15 hari sampai paling lama sebulan. Ji Woo kaget mendengarnya.
“Tapi aku membutuhkannya sekarang.” Ucap Ji Woo
“Hanya mereka yang berusia 65 tahun ke atas yang memenuhi syarat untuk layanan ini. Tapi hukum berubah menjadi tidak ada batasan usia saat ini. K Itu sebabnya saat ini ada daftar panjang pelamar.” Jelas Pegawai
“Setelah itu Karyawan dari kantor distrik akan berkunjung dan memutuskannya Mereka akan menghitung pendapatan rata-rata dan dukungan keuangan. Kemudian mereka akan menghubungkan pengasuh untuk waktu yang kau butuhkan. Ini proses panjang yang membutuhkan banyak waktu.” Jelas Pegawai.
Ji Woo menganguk mengerti merasa kalau akan pikirkan lalu meninggalkan gedung dengan wajah sedih. 


Teman Ji Woo dirumah sakit kaget tentang Rumah sakit swasta. Ji Woo meminta agar memberitahu kalau ada rumah sakit swasta yang mempekerjakan perawat. Temanya bertanya apakah Ji Woo akhirnya memutuskan untuk merawat ibunya di rumah. Ji Woo membenarkan.
“Kalau kau pindah ke rumah sakit swasta, gajimu akan berkurang banyak, dan mereka biasanya tak memerhatikan tata krama. Apa Kau sanggup untuk itu? Kau 'kan juga sudah bekerja  selama 10 tahun. Itu tidak bisa dibantu.” Jelas temanya.
“Aku tidak bisa bekerja tiga shift sambil merawatnya. Aku tidak punya pilihan selain bekerja siang hari di rumah sakit swasta.” Kata Ji Woo da melihat jam tanganya kalau harus bergegas pulang merawat ibunya.
“Dia sepertinya masih bisa tersenyum hari ini.” Komentar temanya merasa kasihan melihat Ji Woo. 


Ji Woo membawa pulang ibunya dengan taksi, lalu memberitahu kalau  Rumahnya ada di lantai dua jadi harus berhati-hati naik dan turun tangga. Tapi akan segera pindah ke lantai pertama, jadi meminta bertahan untuk sementara waktu  meskipun itu sulit. Nyonya Kang menganguk mengerti. Dae Young datang dengan anjing Ji Woo, tapi ibu Ji Woo terlihat ketakutan.
“Tidak. Anjing itu membuatku takut.... Aku takut anjing..” ucap Nyonya Kang bersembunyi dibalik Ji Woo
“Apa Anda baik-baik saja? Anda tidak perlu bergerak seperti itu. Maaf. Aku lupa Anda takut pada anjing.” Ucap Ji Woo menenangkan ibunya.
“Maaf... Aku akan menjaganya dulu... Jangan khawatir.” Kata Dae Young membawa anjing Ji Woo.
Anjing terus mengonggong ke arah Ji Woo, Ji Woo terlihat sedih melihat anjingnya. Nyonya Kang bertanya siapa pria itu, Ji Woo memberitahu kalau Dae Young adalah tetangganya dan mengajak masuk ke dalam rumah. 


Sun mencoba memakai dasinya, tapi dengan tanganya yang terluka tak bisa mengingkatnya. Seo Yeon datang langsung membantunya dengan tatapan mengoda kalau Sun pasti menyukainya. Sun terlihat gugup berdekatan dengan Seo Yeon langsung mendorongnya agar menjauh.
“Apa yang kau lakukan?” ucap Sun kesal, Seo Yeon mengaku hanya ingin membantu karena tangan Sun terluka.
“Lupakan. Jangan melewati batas.” Kata Sun, Seo Yeon menegaskan agar tidak melewati batas.
“Aku Senang kita saling menolong... Sekarang, tolong aku.” Kata Seo Yeon sengaja membalikan badan meminta  agar menarik resletingnya.
Sun panik melihat tali bra Seo Yeon yang terlihat lalu memilih pergi karena tak bisa menutup risleting. Seo Yeon terlihat senang melihat sikap Sun yang gugup. 

Sun berjalan ke parkiran dan tersadar belum membawa kunci mobil, saat membalikan badan Seo Yeon sudah membawakan kunci ditanganya. Sun ingin mengambilnya, tapi Seo Yeon sengaja mengodanya dengan menjauh dari tangan Sun
“Sedang apa kau? Cepat Berikan.” Ucap Sun marah.
“Kau tidak bisa mengemudi dengan tangan itu. Jadi Biar aku saja.”ucap Seo Yeon lalu masuk ke dalam mobil.
Sun masuk ke dalam mobil, tiba-tiba Seo Yeon kembali mengodanya dengan mendekatkan wajahnya. Ia mengoda Sun untuk mengencangkan sabuk pengamannya, Sun mulai gugup lalu mendorong wajah Sun dengan map kalau akan melakukannya sendiri.

“Kenapa kau malah seperti ini?” keluh Sun. Seo Yeon mengaku kalau  cuma mau membantu
“Aku tidak butuh bantuan. Apa Kau bosan? Jadi Cari saja temanmu itu.” Kata Sun kesal
“Aku tidak bisa keluar tanpa uang. Semunya pakai uang. “ ucap Seo Yeon
“Jadi apa kau mau aku membayarmu? Apa Semua tentang uang?” kata Sun
“Bukan cuma itu... Tapi Minta maaf.” Kata Seo Yeon, Sun bertanya minta maaf apa.
“Karena kau memanggilku rendahan. Kalau kau tidak meminta maaf, maka aku akan selalu bersikap rendahan.” Kata Seo Yeon. Sun akhirnya memilih untuk keluar dari mobil.
“Kau mau ke mana? Apa Kau tak berangkat kerja?” teriak Seo Yeon. Sun mengatakan akan naik taksi.
“Dasar Anak itu berpikir dia bisa mempermainkanku. Aku tidak akan berhenti  sampai kau meminta maaf.” Kata Seo Yeon. 



Ji Woo pulang melihat rumahnya berantakan, dan ibunya sedang berusaha memasak di dapur. Ia bertanya apa yang dilakukan ibunya, Nyonya Kang merasa kalau sangat aneh sambil terus berusaha menyalakan kompor.
“Aku ingin memasak sesuatu yang Ji Woo sukai, tapi kompornya tidak mau menyala.”ucap Nyonya Kang
“Biar aku saja, Anda lebih baik duduk.” Ucap Ji Woo mengantar ibunya duduk disofa.
Ji Woo menahan amarah membersihkan lantai, lalu bertanya apa yang ingin dimasak ibunya. Tapi Nyonya Kang sudah tak ada di sofa, Ji Woo pun bergegas mencari ibunya. Nyonya Kang sedang berlari keluar dari rumah. 

Nyonya Kang berjalan ke arah jalan melihat ada anak-anak murid baru saja pulang sekolah. Ia langsung mendekati anak kecil yang dianggapnya sebagai Ji Woo. Si anak bertanya siapa bibi, Nyonya Kang memegang wajah si anak menganggapnya sebagai Ji Woo.
“Anda gila. Beraninya Anda menyentuhku?” ucap si anak marah. Ji Woo akhirnya datang memegang ibunya.
“Aku minta maaf, Ibuku mengira kau orang lain.” Kata Ji Woo. Si anak mengaku kalau benci orang seperti nyonya Kang.
Ji Woo berteriak marah ingin mengejak si anak kecil, tapi Nyonya Kang menahanya karena lapar, Ji Woo memarahi ibunya kalau memang lapar tetaplah di rumah, bukan keluar ruma karena takut kalau terluka.
“Ji Woo harusnya sudah pulang sekolah. Kami baru saja pindah ke sini, jadi dia mungkin tersesat.” Ucap Nyonya Kang
“Baiklah... Aku akan mencari Ji Woo, Jadi Anda tunggulah dengan tenang di rumah.” Kata Ji Woo seperti merasa bisa menahan rasa amarahnya


Dae Young makan mie soba dengan ikan, dimulai dengan mencoba kuahnya. Lalu mendengar suara seseorang di meja depan memohon pada pemilik cafe. Seo Yeon dengan aktingnya mengaku Temannya sakit parah jadi ingin melakukan sesuatu untuknya.
“Temanku...” ucap Seo Yeon mencoba mencari akal dan melihat tulisan  “Spesialisasi Kyoto”
“Asalnya dari Kyoto... Anda tahu betapa sulitnya dia saat jatuh sakit ketika Anda sendirian di luar negeri.” Ucap Seo Yeon
“Jadi, Apa  Anda ingin yang setengah matang untuk dibawa pulang?” tanya koki. Seo Yeon menganguk.  Akhirnya Si koki masuk ke dalam dapur.
Seo Yeon tersenyum mengucapkan Terima kasih. Dae Young melihat Seo Yeon berkomentar kalau masih sama saja.

Seo Yeon melihat Dae Young datang mau makan mie soba juga dan bertanya apakah Memangnya rasanya enak, karena kelihatannya ada bau amis. Dae Young lalu mengerutkan dahinya tanda tak setuju dengan perkataan Seo Yeon “Baunya amis”.
“Itu cuma perkiraanmu... Tapi Ini bukan sembarang ikan. Ini menceritakan kisah cinta 20 hari antara ikan dan koki.” Ucap Dae Young, Seo Yeon binggung karena Dae Young menganggap Kisah cinta.
“Bagaimana caramu mengeringkan ikan haring itu sangat penting. Minyak yang menetes saat diolah terlihat seperti air mata yang menumpahkan cinta yang hilang. Kemudian makanannya direndam dalam air beras selama delapan jam untuk melembutkan dan mengurangi baunya.” Jelas Dae Young

“Itu seperti proses penyembuhan dari perpisahan. Daun murbei menghilangkan bau yang tersisa, lalu mereka direbus dengan saus kedelai khusus. Itu menciptakan rasa cinta yang baru ditemukan. Begitulah cara herring ini terlahir kembali dengan cinta koki.” Ungkap Dae Young
“Rasa dari herring yang diawetkan dipasangkan dengan kaldu yang dalam adalah pengangkatan yang sempurna di hari yang panas ini.” Jelas Dae Young dan akhirnya mulai makan mie dengan sangat nikmat. Seo Yeon hanya bisa menatapnya.
“Lihatlah cara makanmu.” Keluh Seo Yeon, Dae Young menawarkan agar Seo Yeon memesan juga. Seo Yeon menolak.
“Aku bingung apakah aku duduk bersamamu atau Ji Woo. Dia dulu suka seperti itu setiap kali kami makan. Kupikir dia ada di sini untuk memutar pergelangan tanganku lagi.” Kata Seo Yeon kesal
“Kau bilang Memutar pergelangan tanganmu?” tanya Dae Young binggung.
“Aku bertemu dengannya baru-baru ini di rumah sakit. Sifat Marah-marahnya masih sama buruknya. Apa mereka tidak mempertimbangkan kepribadian ketika mempekerjakan perawat?” keluh Seo Yeon
“Aku yakin Ji Woo ada alasannya.” Komentar Dae Young, Seo Yeon kesal karena Dae Young berpihak pada kakaknya lagi.
“Tentu saja. Kau selalu terbiasa.” Ejek Seo Yeon. Dae Young mengaku tak begitu. Seo Yeon pun tak peduli.
Pelayan datang memberikan pesanan milik Seo Yeon untuk dibawa pulang. Seo Yeon mengucapkan terimakasih lalu segera pamit pergi. Dae Young pun bertanya-tanya Apa Seo Yeon tidak tahu tentang ibunya. 


Sun mencoba menahan lift yang akan tertutup tapi ternyata ada Seo Yeon didalam lift.  Seo Yeon pun menyapa Sun yang baru pulang lalu memberikan tasnya yaitu makanan yang dibuang sebelumnya, bahkan memasaknya setengah matangg seperti yang dipesan. Sun menganguk menganguk mengerti walaupun terlihat gugup. 

Sun sibuk memasak di dapur dengan tangan yang sakit, Tiba-tiba Seo Yeon datang seperti memberikan pelukan dari belakang karena melihat Sun capek harus memasak dengan tangan terluka begitu jadi akan membantunya.
Sun kembali panik memilih untuk menjauh mengambil minum, tapi Seo Yeon makin mengodanya membuat Sun tak bisa bergerak. Seo Yeon engatakan kalau ingin segelas air dingin karena terasa panas. Sun akhirnya tak tahan meminta Seo Yeon berhenti.
“Aku minta maaf... Aku minta maaf karena meledekmu  wanita rendahan.” Ucap Sun.
“Dasar Kau... Lama sekali... Berhati-hatilah. Sekali lagi kau begitu, aku akan melewati batas lagi... “ tegas Seo Yeon akhirnya berjalan mundur.

Sun tiba-tiba mengendong Seo Yeon seperti memanggul karung beras, lalu menjatuhkan diatas tempat tidur.  Seo Yeon panik melihat Sun sudah ada diatasnya, Sun menegaskan kalau Seo Yeon bukan satu-satunya yang bisa melewati batas, tapi Ia juga bisa melewati batas. Seo Yeon hanya bisa memejamkan mata saat Sun seperti ingin menciumnya.
“Jadi kau berhati-hatilah.” Bisik Sun lalu keluar dari kamar. Seo Yeon tak percaya melihat sikap Sun yang berbeda.
“Ternyata dia bukan anak kecil.” Ucap Seo Yeon ketakutan memilih untuk segera menutup pintu kamarnya. 


Ji Wo membuka forum “Mencari pengasuh di pusat perawatan” tapi hasilnya semua bekerja dengan kontrak dan memilih gaji yang cukup banyak. Saat itu seseorang dari penyedia rumah menelp memberitahu  ada properti yang layak jika Ji Woo ingin melihatnya.
“Itu... Haruskah aku melihatnya sekarang? Bisakah aku melakukan pemeriksaan nanti?” kata Ji Woo tak tega melihat ibunya yang sedang tertidur.
“Seperti yang saya katakan, ini adalah rumah yang layak, jadi ada tiga penyewa yang melihatnya.” Kata ibu pemilik
“Apa Jaraknya tidak jauh dari sini?” tanya Ji Woo karena tak ingin kehilangan kesempatan. Saat pergi Ji Woo ragu akan mengembok pintunya, tapi akhirnya memutuskan tetap mengunci dari luar. 

Ji Woo pergi melihat rumah baru, Si bibi memberitahu penyewa sebelumnya tidak punya anak, jadi semuanya masih terlihat bersih. Ji Woo melihat seluruh ruangan tapi matanya tetep tertuju pada ponselnya. Si pemilik menunjuk kamar mandi, ruang utama. Ji Woo ternyata melihat CCTV ibunya.
“Tidak akan ada yang datang setelah Anda, jadi luangkan waktu Anda.” Kata Si bibi
“Jadi berapa harga sewa tahunan?” tanya Ji Woo tetap memegang ponselnya.
“Anda akan membayar setengah sewa tahunan dan beberapa sewa bulanan. Semua 10,700,000 Won.” Kata Si bibi. Ji Woo kaget mendengarnya.  
“Tuan tanah pemilik apartement ini cukup kaya, jadi sewanya lebih rendah dari harga pasar.” Ucap si bibi.
“Aku harus pergi... Nanti kutelepon Anda lagi.” Kata Ji Woo panik melihat ibunya sudah bangun tidur. 

Dae Young keluar rumah mendengar anjing Ji Woo yang terus mengonggong. Nyonya Kang seperti berusaha membuka pintu rumah memanggil Ji Woo. Dae Young akhirnya mendekati pintu rumah, Ji Woo bergegas masuk rumah dengan membuka kunci gembok.
“Apa yang terjadi?” tanya Dae Young, Ji Woo mengatakan kalau ada tugas yang mendesak.
“Aku tidak bisa membiarkan dia berkeliaran ke mana-mana.” Kata Ji Woo akhirnya berhasil membuka pintu.
Nyonya Kang bertanya kemana Ji Woo,  karena berpikis udah meninggalkan sendirian. Ji Woo langsung memeluk ibunya. Dae Young menatap sedih Ji Woo seperti kasihan.

Ji Woo mengantar ibunya ke rumah sakit, Nyonya Kang bertanya apakah harus menerima perawatan ini ketika tulang rusuknya sudah sembuh. Ji Woo mengatakan kalau Nyonya Kang tetap diam berbaring makan akan membantu cepat pulih lalu menerima telp.
“Ya, aku di rumah sakit. Sekarang? Apa ini mendesak?” ucap Ji Woo tak enak hati meninggalkan ibunya.
“Aku akan di sini untuk perawatanku, jadi Pergilah dan temui temanmu.” Ucap Nyonya Kang.
Ji Woo menganguk setuju, berjanji akan segera kembali dan meminta perawat agar menjaga ibunya. 

Ji Woo bertemu dengan manager rumah jompo memberikan sekerang buah dan meminta maaf.  Ji Woo terlihat binggung dengan Dae Young sebagai saksi manager meminta maaf.
“Kami seharusnya lebih mengatur fasilitas kami dan merawat pasien kami dengan benar. Ini sepenuhnya salah kami. Kami akan membiayai perawatannya untuk Anda. Saya minta maaf dengan tulus.” Ucap Manager. Ji Woo menganguk mengerti.
“Saya akan lanjut membayar semua tagihan rumah sakitnya. Sekali lagi, saya minta maaf.” Ucap si manager akhirnya pergi meninggalkan Ji Woo. 

Ji Woo bertanya pada Dae Young Apa yang terjadi, Dae Young memberitahu kalau Panti asuhan itu menyembunyikan sesuatu.
Flash Back
Dae Young berpura-pura sebagai pengantar air galon ke rumah jompo, lalu melihat tempat ibu Ji Woo terjatuh.  Ia lalu memperhatikan bagian langit-langit dan menemukan sesuatu yang aneh.
“Lampu tangga tidak menyala dan Itu terjadi di malam hari. Dia menuruni tangga dalam keadaan gelap. Tentu saja dia jatuh. Aku mencari tahu. Mereka diperintahkan untuk memperbaiki kabel setelah kebocoran air,. tapi sampai sekarang mereka tidak memperbaikinya.” Jelas Dae Young
“Terima kasih banyak sudah membantu sejauh itu.” Kata Ji Woo dengan senyuman.
Dae Young mengatakan Ada satu lagi lalu memberikan sebuah brosur. Ji Woo melihat brosur “Rumah Sakit Panti Jompo Dallae” tapi merasa kalau tidak bisa meninggalkan ibunya di rumah jompo lagi.  Dae Young mengaku karena tahu betapa menakutkannya dan membuatnya sulit.

“Panti jompo itu tidak baik, tapi tidak semuanya. Tempat ini punya fasilitas yang bagus dan dapat diandalkan. Tempatnya mudah dijangkau, jadi  Anda bisa sering berkunjung. Jadi Lihatlah dan jika ibumu tidak suka,maka kau boleh membawanya pulang.” Jelas Dae Young
Ji Woo melihat brosur dibagian Layanan perawatan harian seperti masih ragu. 



Dae Young akhirnya mengantar Ji Woo dan ibunya ke rumah panti jompo yang baru. Nyonya Kang melihat dari jendela kamarya merasa jauh lebih bagus daripada rumahnya yang dulu. Ji Woo tersenyum mendengarnya. Nyonya Kang mengaku tidak bilang rumah Ji Woo tidak bagus.
“Ji Woo... Apa tidak nyaman bagimu tinggal bersamaku?” kata Nyonya Kang. Ji Woo mengaku suka tinggal bersama Nyonya Kang.
“Aku merasa sedikit tidak nyaman.... Kau mendengkur tidak bagus.” Komentar Nyonya Kang.
“Aku tidak mendengkur.” Kata Ji Woo mengelak malu karena ada Dae Young.
“Aku hanya bercanda.” Kata Nyonya Kang, Ji Woo pun memilih pamit pergi karena akan menandatangani surat-suratnya.

Nyonya Kang tiba-tiba memberikan uang ditangan Dae Young, karena sudah membawanya ke rumah sakit. Dae Young terdiam karena mengingat kenangan dengan Nyonya Kang saat dibusan. Nyonya Kang meminta agar Dae Young mengambilnya untuk membeli camilan.
“Tidak apa.” Kata Dae Young ingin menolak, tapi Nyonya Kang meminta Dae Young agar mengambilnya saja.
“Dan juga...aku tidak akan diam jika kau menyakiti Ji Woo.” Tegas Nyonya Kang
“Aku tahu. Aku belum lupa.” Ucap Dae Young mengingat pesan Ibu Ji Woo saat datang ke Busan. 

Dae Young akhirnya keluar bersama Ji Woo mengaku kalau tahu apa yang dirasakan teman kuliahnya, Tapi menurutnya kalau sebaiknya Nyonya Kang tetap bersama orang yang profesional. Ia yakin Ji Woo juga tahu karena seorang perawat.
“Jangan merasa bersalah.” Ucap Dae Young melihat Ji Woo seperti bersedih.
“Apa Kau tahu nama lain dari rasa bersalah dan tanggung jawab? Itu Beban... Sejujurnya, aku merasa sangat lega. Seakan aku meletakkan beban yang sangat besar. Kau pikir, Aku sangat jahat, 'kan?” ucap Ji Woo lalu berjalan pergi. Dae Young pun mengikuti Ji Woo. 

Ji Woo berjalan dengan Sun di sebuah jalan, Sun bertanya apakah Ji Woo tak keberatan dengan ini, lalu ingin minta maaf karena kebiasaan mabuk, jadi tempat yang dipilih Ji Woo tidak cukup bagus.
“Ayo kita pergi ke restoran mewah. Aku akan mentraktirmu semuanya” kata Sun. Ji Woo tahu kalau Sun akan bersikap seperti itu.
“Tapi kita bukan makan yang mahal namun enak.” Ucap Ji Woo. Sun tahu kalau ini tempat yang terkenal.
“Ya, itu enak sekali. Jadi Ayo masuk ke dalam.” Kata Ji Woo, Sun pun setuju.

Ji Woo masuk ke dalam restoran bersama Sun, melihat Dae Young sedang duduk dengan wanita bersadar di bahunya. Dae Young kaget melihat Sun dengan Ji Woo, saat itu terlihat wajah Seo Yeon bersadar di bahu Dae Young. Ji Woo kaget ternyata Dae Young seperti sangat dekat dengan Seo Yeon.
Bersambung ke episode 6

PS; yang udah baca blog / tulisan aku.. Tolong minta follow account IG aku yah dyahdeedee09  & Twitter @dyahdeedee09  jadi biar makin semangat nulisnya. Kamsahamnida.

FACEBOOK : Dyah Deedee  TWITTER @dyahdeedee09 


Sinopsis Lets Eat 3 Episode 5 Part 1

PS : All images credit and content copyright : TVN

Ji Woo berlari menyebrang jalan, Dae Young menarik tangan Ji Woo yang hampir tertabrak dan langsung memarahinya karena berbahaya. Ji Woo dengan wajah ketakutan hanya bisa menangis.  Dae Young binggung melihat Ji Woo yang menangis.
“Ada apa? Apa terjadi sesuatu?” tanya Dae Young
“Ibuku... Ibuku mengalami kecelakaan dan sedang dibawa ke rumah sakit.” Kata Ji Woo

Keduanya naik taksi, Dae Young meminta supir pergi ke  Stasiun Seoul. Ji Woo meminta agar mengantar ke Rumah Sakit Myungjin. Dae Young tahu kalau itu lokasinya di Busan. Ji Woo mengatakan bukan disana.
“Kecelakaan apa yang dialami? Apa Dia terluka parah?” tanya Dae Young
“Tubuhnya berguling saat menuruni tangga. Kurasa keadaannya parah.” Ucap Ji Woo yang terus masih terlihat panik. Dae Young menatap Ji Woo yang mengunakan sepatu berbeda, lalu akhirnya memegang tangan Ji Woo agar bisa tenang. 

Flash Back
(2004)
Ji Seok masih mengemudikan mobil murahnya, sementara Dae Young bersama Byung Sam sibuk bermain games online di warnet. Sementara Sung Joo sibuk selfie didepan komputer. Dae Young yang kesal memilih Sung Joo berada dalam timnya untuk games selanjutnya.
“Hei.. Sudah cukup dengan webcam-mu.” Keluh Dae Young melihta Sung Joo terus mengambl selfie.
“Terserah saja. Cuma anak-anak yang main Starcraft.” Komentar Sung Joo kesal
“Ini Menyedihkan... Dari tempatku berdiri, kalian semua sama menyedihkannya. Kapan kalian akan berhenti menyia-nyiakan masa muda kalian dengan menghirup udara busuk? Ayo kita jalan.” Ucap Jin Seok datang melihat teman-temanya.
Sung Joo bertanya kemana mereka akan pergi, Jin Seok mengajak mereka ke pantai. 


Dae Young melihat Jin Seok mengambil jalan, Gyeongbu Expressway, lalu berpikir kalau mereka akan pergi ke Pulau Wolmido atau Pulau Ganghwado. Jin Seok mengatakan mereka tak pergi sana dan hanya bilang akan ke pantai.
“Tidak ada tempat yang lebih baik daripada Busan.” Ucap Jin Seok, Dae Young mengumpat Jin Seok itu gila.
“Besok aku harus kerja partime” ucap Dae Young, Jin Seok menyakinkan kalau mereka akan kembali ke Seoul sebelum Dae Young berkerja.
“Perjalanan balik butuh waktu empat jam pada saat pagi hari”kata Jin Seok
“Berarti naik KTX saja yang baru dibuka itu. Naik kereta hanya tiga jam.” Keluh Byung Sam
“Kenapa buang-buang uang kalau kita ada mobil? Tiket kereta saja menghabiskan uang 180,000 Won.” Ucap Jin Seok
“Kalau kau suruh kami cepat, kami bisa luangkan waktu untuk menginap 1 atau 2 malam di sana. Sia-sia saja kita habiskan satu hari di sana. Kenapa kita harus pergi seperti ini?” keluh Sung Joo. 


Saat itu suara ponsel berdering, Jin Seok meminta Dae Young agar mengangkatnya dan menekan speaker.  Dea Young kesal akhirnya mengangkat telp, terdengar suara wanita bertanya keberadaan Jin Seok. Jin Seok mengatakan baru sampai di jalan tol.
“Lee Seo Yeon? Bukannya kau dan Ji Woo pergi ke rumahmu di Busan?” ucap Dae Young
“Goo Dae Young, kau juga datang? Baguslah. Kau bisa menelp Ji Woo saat kau sudah sampai.” Kata Seo Yeon lalu menutup telp
“Apa? Apa Kita akan pergi ke rumah Ji Woo?” ucap Sung Joo. Byung Sam mengemel karena belum siap sama sekali.
“Aku belum pernah diundang ke rumah seorang gadis sebelumnya.” Ucap Byung Sam. Jin Seok mengaku kalau ini bukan undangan.

Flash Back
Jin Seok sedang berjalan sampai menyanyi lalu melihat nomor tak dikenalnya, dan berpikir kalau Telepon spam. Ia langsung mengatakan tak mau beli. Suara wanita terdengar, kalau Seo Yeon yang menelp dari telp umum. Jin Seok tersenyum karena berpikir ini telepon spam.
“Jin Seok, apa bisa minta tolong untukku?” tanya Seo Yeon. Jin Seok ingin tahu apa itu.
“Ponselku ketinggalan di rumahku. Bisa kau ambilkan untukku?” ucap Seo Yeon
“Bagiku itu gampang sekali. Aku harus bawa ke mana? Kampusmu? Kafe?” tanya Jin Seok terlihat bersemangat.
“Busan.” Ucap Seo Yon, Jin Seok kaget mendengar ingin memastikan kemana akan membawanya.
“Busan... Aku berkunjung ke rumah orang tuaku. Kenapa? Apa Kau tidak mau? Apa Kau lupa sekarang jadi pesuruhku? Kalau begitu Aku keluar dari klub sepakbola ini.” Ucap Seo Yeon. Jin Seok pun akhirnya menganguk setuju. 

Sung Joon mengartikan kalau melakukan tugas Jin Seok untuk Soo Yeon,dan membuat mereka semua datang ke sana bersama-sama. Jin Seok membenarkan.  Dae Young mengumpat kesal menyuruh putar balik. Jin Seok mengatakan Ini bukan cuma demi dirinya.
“Aku mencoba mempertahankan Seo Yeon di klub bola kita.” Ucap Jin Seok
“Benar, ayo pergi... Kita juga tidak bisa putar balik karena sudah ada di jalan raya. Kalau sudah begini, kita pergi saja bersenang-senang. Kita juga tidak mendapat liburan yang layak selama liburan musim panas.” Ucap Byung Sam.
Dae Young mengumpat kesal, Jin Seok memutar lagu Untuk Dae Young yang menyerah seperti pria keren, sebagai rasa terima kasih. "Beach Girl" oleh Cool. Dae Young akhirnya ikut menyanyi dengan teman-temanya, dengan suara lantang. 


Ibu Ji Woo memasak makanan di dapur mengeluh karena membawa Seo Yeon. Ji Woo menceritakan kalau Seo Yeon yang bilang rindu jadi menawarkan diri untuk datang, lalu bertanya apakah ibunya tidak suka. Ibu Ji Woo mengatakn bukan seperti itu.
“Dia pasti tahu Ibu memanggilmu ke sini untuk upacara pemakaman ayahmu.” Ucap Ibu Ji Woo
“Lupakanlah... Ibu tak perlu peduli padanya... Ahjussi (ayahnya Seo Yeon) juga bilang tak apa.” Kata Ji Woo
“Kenapa memanggilnya, "ahjussi"? Ibumu saja kupanggil "Ibu".” Komentar Seo Yeon masuk ke dalam rumah.
“Kenapa kau keluar rumah?” tanya Ibu Ji Woo, Seo Yeon memberikan lembaran kertas untuk toko milik ibunya.
“Aigoo, cantiknya.. Kapan kau menyiapkan ini?” ucap Ibu Ji Woo memuji anak tirinya.
“Ibu tahu jurusanku ini pemasaran. Hal-hal sepele seperti itu  sangat penting untuk penjualan Ibu. Aku akan membantu Ibu mendapat lebih banyak pelanggan dan menjadi kaya.” Ucap Seo Yeon
“Aku Senang punya anak perempuan sepertimu.” Komentar Ibu Ji Woo
“Itu cukup untuk bantuanmu, jadi ayo bersenang-senang.... ayo pergi ke pantai.” Kata Seo Yeon menarik Ji Woo.
Ji Woo menolak, tapi Seo Yeon tetap menariknya untuk pergi dan bergegas pamit pada Ibu Ji Woo. 


Ji Woo kesal karena tak ingin pergi ke pantai, jadi menyuruh Seo Yeon pergi sendiri saja. Seo Yeon mengatakan tak bisa, Ji Woo harus ikut juga. Ia menceritakan Jin Seok bilang  akan membawakan ponselnya jadi menyuruhnya menelepon Ji Woo kalau sudah sampai.
“Apa Kau gila? Bagaimana kau bisa membuatnya datang jauh-jauh ke sini? Apa Kau mau aku membantumu melakukan tindakan konyolmu? Tidak mau.” Ucap Ji Woo kesal
“Baiklah, kalau begitu aku pergi sendiri saja. Dae Young juga datang, jadi kurasa aku akan pergi sendiri dan menyapanya.” Kata Seo Yeon, Ji Woo terlihat tersenyum
“Apa Kau bilang dia akan meneleponku? Kurasa aku tidak punya pilihan  selain pergi kesana bersamamu.” Ucap Ji Woo akhirnya ikut pergi. Seo Yeon hanya bisa tersenyum karena triknya membuat Ji Woo pergi berhasil. 

Di dalam mobil, semua terlihat sangat berkeringat karena kepanasan, bahkan Jin Seok menyetir mobil dengan membuka bajunya. Sung Joo mengeluh dengan Byung Sam itu lebih bau dari semua keringat. Byung sam mengaku sangat panas jadi tak tahan.
“Sudah kubilang naikkan jendela dan nyalakan AC. Kita bisa mati karena kepanasan dalam perjalanan ke Busan.” Ucap Dae Young kesal
“Tidak, Apa kau tidak ingat? Aku mencoba mendaki bukit di kota dan saat itu terjadi  saat menyalakan AC. Apakah kau tidak tahu membuka jendela memperlambat kecepatan mobil ini karena hambatan udara?” ucap Jin Seok
“Koefisien hambatan dikalikan  dengan luas dan kecepatan. Balapan mungkin lebih cepat dengan cara ini.” Kata Dae Young.
Akhirnya mereka menutup jendala dan memasang AC, tapi yang terjadi malah banyak klakson mobil dibelakang karena mobil Jin Seok berjalan lambat. Dae Young menyuruh Jin Seok agar menginjak gasnya, Jin Seok mengaku sudah menginjak dalam-dalam.
“Asap apa ini?” ucap Byung Sam melihat dibagian depan mobil. Sung Joon meminta agar Jin Seok pelan-pelan saja.
“Mobil ini melawan kita! Putuskan apakah akan menyalakan AC dan membuat mobil ini meledak atau mematikannya dan pergi ke Busan dengan aman?” kata Jin Seok Dae Young dkk akhirnya membuka kembali jendela dan mematikan AC. 


Ji Woo sudah ada di pantai, Seo Yeon dengan santai memakai binikinya. Jin Seok menelp Ji Woo kalau sudah di Pantai Gwangalli. Ji Woo bertanya keberadaan Jin Seok lalu melihat mereka berada di depan  pintu pantai. Keduanya pun saling melambikan tangan, Jin Seok mendekati Seo Yeon memberikan ponselnya. Seo Yeon mengucapkanTerima kasih.
“Dengan senang hati. Aku bisa melihat Pantai Gwangalli berkatmu  Kami bersyukur.” Ucap Jin Seok
“Lagipula, kau tidak akan bisa  melihat Jembatan Berlian kalau bukan karenaku. Selamat bersenang senang.” Kata Seo Yeon sinis lalu memilih untuk duduk berjemur dengan bikininya. Ji Woo mengeluh dengan sikap Seo Yeon. 

“Apa Kau sudah makan?” tanya Ji Woo pada semuanya. Dae Young mengaku sangat lapar.
“Makanan apa yang enak di Busan? Kami mau untuk memenuhi energi, Tadi kami mengeluarkan berkeringat.
“Ada satu. Ayo. Akan kubawa kalian ke tempat yang paling enak.” Ucap Ji Woo
Semua berjalan pergi. Jin Seok melihat Seo Yeon duduk dipantai seperti ingin menemaninya. Dae Young memanggil bertanya apakah Jin Seok tak ingin ikut. Jin Seok mengaku tak berselera, jadi menyuruh mereka makan saja. Seo Yeon masih tetap berjemur, Jin Seok langsung berbaring disampingnya mengaku ingin mendapat kulit cokelat. Seo Yeon dengan kasar langsung menendang Jin Seok. 

Ji Woo mengajak Dae Young dkk ke sebuah restoran bernama “The Original”. Dae Young  mengaku Aku pernah makan belut, tapi ikan pasuk (ikan yang bentuknya seperti belut) belum pernah makan. Dua pria pun mengaku juga belum pernah.
“Itu sebabnya orang-orang Seoul dijuluki benjolan.” Ejek Ji Woo, lalu mereka pun duduk di meja dan melihat bibi pelayan membawa ikan diatas meja yang terlihat gosong.
“Apa itu? Apa mereka terbakar?” tanya Dae Young binggung melihat ikan bentuk hitam.
“Bukan terbakar. Makanannya hitam karena mereka dipanggang dengan sedotan.” Jelas Ji Woo, Semua terlihat binggung maksud sedotan.
“Ya... Sedotan cepat terbakar dalam hitungan detik. Dengan begitu, kulitnya terkelupas karena kesegerannya berada dalam daging. Aroma sedotan ditambahkan juga dalam daging.” Jelas Ji Woo yang memperlihatkan bagian daging ikan terlihat setelah dibuka.
“Ini menarik.” Ucap Byung Sam berbisik, Sung Joo mengejek agar Byung Sam Bicaralah lebih lantang.
“Apa ini? Apakah itu Tulang?” tanya Dae Young melihat ada warna putih yang menonjol.
“Tidak, itu sumsum tulang belakang. Ini bergizi dan membawa tekstur yang bagus.” Jelas Ji Woo. Si bibi pun selesai membuka semua bungkus ikan. 
“Saat kalian berpikir teman makan yang cocok untuk ikan pasuk, kalian coba makan dengan selada. Jika kalian merasakan sisi selada yang lebih lembut dan mengunyah dagingnya, ini rasanya lebih harmonis.” Ucap Ji Woo memperlihatkan cara makannya. 


Semua mencoba yang dilakukan Ji Woo, mencelupkan pada minyak lalu memakan dengan seleda. Semua terlihat sangat bahagia bisa makan ikan yang tak ada di Seoul. Dae Young piki dengan Mendengar perkataan  Lee Ji Woo adalah yang terbaik kalau soal makan makanan.
“Haruskah aku melakukan cara yang sama untuk daun wijen ini?” ucap Dae Young ingin makan seperti selada.
“Tidak, makan saja seperti biasa. Bagian belakangnya memiliki aroma yang lebih kuat untuk daun wijen, jadi ini bagus untuk mulut kalian saat memakan bagian belakangnya lebih dulu.  Sebaliknya, coba dengan cara ini ketika kalian berpikir ini sedikit berminyak karena aromanya kuat.” Jelas Ji Woo
Dae Young pun mulai mencoba makan ikan dengan daun wijen, Sung Joon mengeluh pada Byung Sam untuk makan satu-satu, karena harganya mahal. Byung Man seperti tak peduli dan mereka mulai makan ikan dengan bumbu pedas dari atas kompor.
Pengorengan bekas ikan pun berganti dengan nasi goreng, Ji Woo menekan bagian atas nasi goreng karena rasanya paling enak bila diratakan sampai matang. Dae Young mematikan kompor, lalu semua makan nasi goreng dari bekas minyak ikan berbumbu. Semua terlihat sangat menikmati makan menu ikan sampai kenyang. 


Sung Joo dan Byung Sam berjalan sambil memegang perut karena terlalu kenyang. Ji Woo berjalan dengan Dae Young bertanya Kapan kembalike Seoul, berpikir kalau itu besok atau lusa.  Dae Young mengatakan Setelah makan malam, karena Besok harus kerja. Ji Woo seperti sedih karena Dae Young akan langsung pulang nanti malam.
“Hei.. Bagaimana kalau kita coba itu dan yang kalah beli es kopi?” kata Sung Joo
“Oke, baiklah. Ji Woo merekomendasikan restoran yang bagus jadi jangan masukkan dia.” Ucap Dae Young 

Mereka bermain tentang “Tile Smash”, ketiga pria bersiap dengan handuk yang ada ditangan. Terlihat ada pecahan genteng yang berhasil mereka pukul, Dae Young melihat hasilnya, Bae Byeong Sam, satu ubin, Lee Sung Joo menghancurkan 7 ubin, sementara ia dengan banggas udah menghancurkan semuanya.
“Aku menang!” ucap Dae Young, Ji Woo pun ikut tersenyum mendengarnya, Sung Joo pikir kalau genteng itu rusak, tapi ternyata bisa dipecahkan dengan tangan.
“Aku akan memanggilmu dua gadis mulai sekarang.” Ejek Dae Young, Sung Joo kesal mendengarnya.
“Dae Young, Apa kau belajar taekwondo? Kau sangat bagus.” Kata Ji Woo, Dae Young mengaku permainan ini tak masalah untuknya.
“Anda memecahkan 10 ubin.. Ini hadiahnya.” Kata Paman dan memberikan hadiah.
Dae Young menerima hadiah lalu memberikan Ji Woo. Ji Woo kaget karena Dae Young memberikan hadiah. Ji Woo tersenyum bahagia melihat gantungan kunci ditanganya. Sung Joo dan Dae Young pun mengajak Byung Sam untuk mentraktir kopi. 

Di pantai
Jin Seok terlihat kebingungan melihat teman-temanya yang belum datang, dengan tatapan kesal karena Seo Yeon sedang di pantai di dekati banyak pria yang mengodanya, bahkan memuji kecantikan Seo Yeon. Dae Young dkk akhirny datang, Jin Seok senang melihatnya.
“Baguslah kalian kembali.. Coba Lihat yang kulakukan.” Ucap Jin Seok membuka bajunya dan berlari ke panti.
Ia mengusir semua pria yang mendekati Seo Yeon dengan menyiram air. Seo Yeon pun berteriak kesal karena bajunya jadi basah. Dae Young dkk hanya bisa menghela nafas meliha tingkah Jin Seok. 

Dae Young dkk akhirnya main bola dipantai, Jin Seok menarik Seo yeon untuk bermaian pertempuran kavaleri tiruan di dalam air, karena kurang orang jadi mengajak kakak tirinya untuk ikut bermain.  Seo Yeon ingin mengelak, tapi Ji Woo terus menariknya.
“Tim pertama yang menang akan dapat makan malam dua kali gratis. .. Yang pertama mengambil topi, dia yang menang!” ucap Sung Joo sudah mengendong Ji Woo bersama Dae Young.
 Mereka akhirnya mulai bertempur, Seo Yeon berusaha mengambil topi kakaknya. Ji Woo melindungi dengan tanganya, tapi pandanganya terlihat gugup karena Dae Young memegang pahanya. Seo Yeon beberapa kali ingin mengambil topi Ji Woo.
“Hei... Kau sedang apa? Jika kita kalah, aku harus kelaparan selama seminggu! Bermainlah!” kata Dae Young. Ji Woo mengangguk mengerti berusaha mengambil topi Seo Yeon.
Akhirnya Ji Woo bisa mengambil topi dari tangan Seo Yeon, Dae Young dan Seo Yeon berteriak bahagia karena mereka menang. Seo Yeon terlihat marah karena Ji Woo menggoreskan wajahnya dan itu pasti sengaja. Ji Woo merasa kalau itu tak sengaja.
“Aku menggores wajahmu saat bermain.” Ucap Ji Woo mengembalikan topi Seo Yeon.
“Ini pertandingan terakhir.” Kata Seo Yeon, mereka pun kembali membawa keduanya ketengah.
Tiba-tiba kaki Seo Yeon langsung menendang kepala Ji Woo dan membuatnya jatuh ke pantai. Dae Young dan Sung Joo menolong Ji Woo dengan wajah kaget begitu juga yang lainya.  Ji Woo mengomel kalau Seo Yeon itu melakukannya dengan sengaja.
“Kenapa? Itu cuma kesalahan... Kami melakukannya saat bermain.” Kata Seo Yeon berkata seperti yang diucapkan Ji Woo dan mengejek kalau rambut kakaknya yang basah seperti rumput laut.
Ji Woo tak bisa menahan amarahnya langsung menyarang Seo Yeon, pertempuran adik kakak kembali terjadi. Ji Woo pun tak sadar kalau gantungan yang diberikan Dae Young terjatuh.
“Hei.. Kau ini kakaknya... Sudah Biarkan saja.” Ucap Sung Joo merelai. Seo Yeon mengumpat kesal kalau Ji Woo itu bukan kakaknya.
“Aku tak punya kakak yang suka marahan.” Teriak Seo Yeon akhirnya memilih pergi.
“Seo Yeon, masih ada satu babak lagi... Jangan pergi, Seo Yeon!” kata Jin Seok
“Nenek moyang kita pasti kasar. Warna sejati seseorang akan selalu terlihat. Kenapa kalian bertengkar sepanjang di Busan?” keluh Dae Young mengajak mereka istirahat.
“Apa yang terjadi pada makan malam?” bisik Byung Sam pada Sung Joo.
“Aku Tak tahu. Haruskah kita memecahkan banyak ubin lagi?” kata Sung Joo.
Ji Woo tersadar kalau gantungan kunci dari Dae Young hilang dan berusaha mencarinya. Dae Young bertanya apakah Ji Woo tak ikut, Dae Young mengaku mau main lebih dulu dan menyuruh Dae Young pergi lebih dulu saja. 


Dae Young dkk bermain lempar bola di tepi pantai, Ji Woo masih tetap mencari gantungan. Byung Sam tiba-tiba berjongkok dan memperlihatkan wajah tak bersalah. Dae Young mengeluh kalau tadi Byung Man pasti buang air kecil.
Byung Man menyangkal, tapi Sung Joo yakin tadi temanya buang air kecil karena Airnya jadi hangat. Keduanya langsung menyiram air kearah Byung Sam, Byung Sam mengeluh kalau airnya jadi masuk dalam mulut. Jin Seok berteriak memanggilnya kalau akan makan malam lalu pulang.

“Lee Ji Woo, berhenti main dan kita makan malam!” ucap Dae Young
“Aku mau bermain lagi.” Kata Ji Woo terus menyelam. Dae Young binggung berpikir kalau Ji Woo lumba-lumba
“Dia bisa berenang... Dia bertahan hidup di pulau terpencil.” Komentar Dae Young lalu berjalan pergi. 


Empat pria keluar dari toilet, Sung Joo ingin tahu apa yang harus mereka untuk makan malam. Jin Seok pikir karena ada di Busan jadi harus makan sashimi. Byung Man ingin tahu sashimi seperti apa, Sejenis ikan pecak, Ikan batu.
“Kita harus bertanya pada Ji Woo, Aku akan membawanya jadi Kalian pergi saja.” Ucap Dae Young yakin.
Dae Young mencoba menelp Ji Woo tapi tak diangkat lalu melihat Ji Woo yang masih di pantai lalu berteriak memanggilnya agar segera keluar. Ji Woo melihat dari kejauhan Dae Young lalu berjalan mendekatinya, dengan tubuh bergetar.
“Aku tidak percaya... Bibirmu membiru. Kau bisa masuk angin... Ayo kita ke tempat yang hangat.” Kata Dae Young memberikan jaketnya.  Ji Woo melihat kakinya yang terluka,
“Apa Kau baik-baik saja? Apa Kau menyakiti dirimu?” ucap Dae Young melihat luka di bagian kaki Ji Woo. Ji Woo pikir kalau tak sengaja menginjak batu. Tiba-tiba Dae Young langsung mengendong Ji Woo
“Badanku berat, jadi turunkan aku.“ kata Ji Woo panik. Tapi Dae Young tetap mengendongnya. 
Dae Young akhirnya membawa Ji Woo ke dokter memberikan obat, dan berbicara pada temanya kalau bersama Ji Woo jadi mereka bisa makan saja tanpa dirinya dan akan bergabung setelah mengantar Ji Woo pulang. Ji Woo mengaku bisa pulang sendiri.
“Aku tidak keberatan berjalan denganmu. Lagipula apa yang kau lakukan di laut? Apa Kau tidak sadar itu akan menyakiti kakimu?” kata Dae Young
“Sebenarnya... Itu... Maafkan aku, Dae Young. Aku menghilangkan hadiah pemberianmu.” Ucap Ji Woo sedih
“Apa Kau menghilangkan hadiah yang kuberikan padamu?” tanya Dae Young binggung
“Ya, gantungan kunci yang kau berikan padaku sebelumnya. Aku menghilangkannya.” Kata Ji Woo
“Kenapa harus menghabiskan seluruh harimu demi mencari hal yang tidak berarti?” keluh Dae Young, tapi Ji Woo terlihat sedih karena dianggap tak berarti. 

Ji Woo sudah berganti pakain lalu meminta maaf pada Dae Young karena terlalu lama menunggu. Dae Young mengaku tidak lama, lalu memberikan sesuatu pada Ji Woo yaitu gantungan kunci. Ji Woo pikir kalau Dae Young menemukannya.
“Aku tidak bisa menyelam seperti dirimu. Aku melihat barang ini saat menunggu, jadi membelinya.” Kata Dae Young
“Kau tidak perlu melakukannya.” Pikir Ji Woo merasa tak enak hati.
“Setidaknya ini yang bisa kulakukan untuk keramahanmu hari ini...Kacang...” ucap Dae Young sambil mengelus kepala Ji Woo. Ji Woo bisa tersipu malu, Dae Young mengajak Ji Woo segera naik taksi. 

Sung Joo mengajak mereka kembali ke Seoul setelah Dae Young kembali. Jin Seok mengelu kalau mereka sudah mau pergi, karean tidak datang jauh-jauh untuk pergi begitu saja dan meihat ada sekelompok wanita cantik di tepi pantai.
“Kau tidak akan dapat karena sebelumnya kau sudah berkencan. Akan sangat menyedihkan untuk pergi begitu saja tanpa mencoba berbicara dengan para wanita. “ ucap Byung Sam
“Kau tidak bisa bicara dengan wanita.” Ejek Sung Joon, Byung Sam langsung menangis dipundak Jin Seok.
“Kau ini. Kau juga tahu itu rasa tidak amannya.” Ucap Jin Seok mengomel pada Sung Joon.
“Baiklah, baiklah. Para wanita mungkin akan menolakmu, jadi aku akan membantu. Kalian Tunggu di sini.” Kata Sung Joon berjalan pergi. 


Sung Joon mendekati dua wanita ingin menanyakan sesuatu. Si wanita tahu kalau Sung Joon datang dari Seoul. Sung Joon membenarkan. Si wanita mengaku belum pernah mendengar dialeg Seoul yang nyata sebelumnya dengan memuji Nada suara Sung Joon lembut sekali.
“Kami lahir dan dibesarkan di Seoul, dan kami juga satu kampus. Kami orang-orang murni dari Seoul. Apa Kalian mau bergabung minum bersama kami?” ucap Jin Seok dan Byung Sam akhirnya datang mendekati Sung Joon.
“Maaf, tapi kami tidak minum.” Ucap Si wanita. Jin Seok melihat kalau ada botol soju. Si Wanita mengaku kalau itu soda dengan memulai minum dari botol.
“Bagaimana kalau kalian bergabung dengan kami untuk minum soda?” ucap Jin Seok terus mencari cara.
“Sebenarnya aku lebih suka cola.” Ucap Si wanita. Sung Joon hanya bisa menghela nafas karena Jin Seok tak sadar kalau sebenarnya itu artinya sudah menolak. Jin Seok igin bicara pada dua wanita.
“Enyahlah! Apa lelaki Seoul itu bodoh?” ucap si wanita menyela ucapan Jin Seok. Ketiganya pun akhirnya berjalan pergi. 


Dae Young menuntun Ji Woo pulang kerumah. Ji Woo berjalan dengan merangkul lengan Dae Young karena kakinya terasa sakit, senyumanya tak bisa ditutupi sampai akhirnya mereka didepan rumah Ji Woo. Keduanya melihat Seo Yeon sedang berbaring di halaman dengan Ibu Ji Woo.
“Kuharap itu tidak meninggalkan bekas luka.” Ucap Ibu Ji Woo seperti sangat sayang pada anak tirinya. Ji Woo seperti sedih melihat ibunya lebih perhatian pada anak tirinya. Seo Yeon dan ibunya bahkan saling menyuapi buah semangka, lalu masuk ke dalam rumah. Ibu Ji Woo melihat Ji Woo di depan rumah langsung menghampirinya.
“Kau Dari mana saja dan kenapa tidak menelepon? Apa yang kau lakukan pada wajah Seo Yeon?” ucap Ibu Ji Woo langsung memarahi anaknya.
“Itu cuma goresan kecil... Aku juga menyakiti diriku.” Ucap Ji Woo menunjukan kakinya.
“Bekas luka di kakimu tidak sama dengan bekas luka di wajahmu.” Kata Ibu Ji Woo
“Ibu selalu marah padaku.” Keluh Ji Woo lalu mengucapkan terimakasih pada Dae Young yang sudah mengantarnya pulang dan masuk ke dalam rumah. 

Ibu Ji Woo mengeluh dengan anaknya yang penuh amarah. Dae Young menyapa Ibu Ji Woo yang sebelumnya pernah ketemu yaitu tetangga Ji Woo. Ibu Ji Woo mengingat wajah Dae Young dengan sinis berpikirkalau Dae Young yang membuat anaknya terluka
“Tidak... Dia keluar dari pantai tanpa mengunakan alas kaki” jelas Dae Young.
“Gadis canggung itu! Terima kasih sudah  membawanya pulang. Kau  Ambil ini dan belilah camilan untukmu.” Ucap Ibu Ji Woo memberikan uang untuk Dae Young.
“Aku tidak akan diam jika kau menyakiti Ji Woo.” Tegas Ibu Ji Woo.  Dae Young menganguk mengerti menatap uang ditanganya.
Bersambung ke part 2

PS; yang udah baca blog / tulisan aku.. Tolong minta follow account IG aku yah dyahdeedee09  & Twitter @dyahdeedee09  jadi biar makin semangat nulisnya. Kamsahamnida.

FACEBOOK : Dyah Deedee  TWITTER @dyahdeedee09