Ketiganya
duduk dibangku taman, Nenek Bong Soon bercerita saat mereka dilahirkan maka
akan menjadi putri seseorang lalu setelah tumbuh besar akan jadi istri
seseorang. Dan dengan berkat dari Tuhan seorang istri melahirkan seorang putri.
Kemudian dia menjadi seorang Ibu.
“Ibu itu
membesarkan putrinya dan putri itu menikah. jika dia memiliki seorang anak
perempuan lagi, maka ibu itu menjadi neneknya. Lalu, Ibu nenek itu meninggal
dan kembali menjadi abu.” Cerita Nenek Bong Soon
“Seorang
anak perempuan menjadi seorang Ibu Dan dia akan menjadi seorang nenek, juga.”
Kata Bong Soon mengenggam erat tangan neneknya.
“Begitulah
para wanita di keluarga kita menjalani kehidupan mereka. Kita dilahirkan dengan
takdir untuk menurunkan kekuatan kita untuk putri kita kelak. Kita hanya
menjalani kehidupansesuai dengan rencana Tuhan.” Kata Nenek Bong Soon
“Nenek,
aku punya pertanyaan. Apa kekuatan yang diturunkan melalui generasi itu bisa hilang
seperti apa yang terjadi pada Ibu, dan nanti bisa kembali lagi?” tanya Bong
Soon. Nenek Bong Soon pikir itu rencana Tuhan
“Aku
sudah mencoba segalanya, tapi tidak ada gunanya. Aku baik-baik saja dengan diriku
yang sekarang. Seluruh kekuatanku diwariskan padamu. Jadi aku baik-baik saja.
Bong Soon, aku harap kau punya anak perempuan, juga.” Ungkap Nyonya Hwang pada
anaknya, keduanya menyandarkan kepala di pundak nenek Bong Soon.
“Terlintas
di pikiranku saat aku sedang menatap Gook Du. Aku tidak yakin, itu saat aku SMP
atau SMA. Aku ingin menikahi Gook Du, dan memiliki tiga anak. Itu mungkin tidak
akan terjadi. Pada saat itu, aku tidak ingin membawa gadis lain sepertiku ke
dunia ini. Tapi sekarang, menurutku itu bukanlah ide yang buruk.” Gumam Bong
Soon.
Kyung
Hwan kecil sedang bermain lalu bercanda dengan Min Hyuk yang duduk di dalam
lemari, mereka pun kejar-kejaran dalam
ruangan. Min Hyu masuk ruangan seperti masih bisa mengingat kenangan dengan
kakaknya saat bermain bersama.
Kakaknya
pergi sebentar mengatakan akan membawa mainan yang bagus, lalu datang dengan
mainan kesukaan dan akan memberikannya pada Min Hyuk. Ditangan Min Hyuk seperti
masih bisa merasakan saat kakaknya yang dulu rela memberikan mainan kesukaan
untuknya.
Min Hyuk
berbicara pada Kyung Hwan mengaku bersyukur kalau kakaknya menjadi pelakuknya.
Kyung Hwan hanya bisa tertunduk meminta maaf. Min Hyuk mengaku kalau awalnya
akan membunuh pelakunya setelah menangkapnya, tapi melihat pelakunya
seperti seperti anak kecil.
“Dia menembakkan
butir logam ke arahku, dan mengancamku melalui telepon. Aku tidak mengerti pada
awalnya mengapa seseorang yang ingin mengambil alih perusahaan melakukan yang
seperti itu.” Ucap Min Hyuk
“Kau
selalu takut akan segala hal. Aku selalu harus melindungimu dan selalu
mengingatmu sebagai anak kecil yang selalu ketakutan. Selama aku menakutimu,
kau akan berhenti. Makanya, aku hanya mencoba untuk menakut-nakutimu.” Kata
Kyung Hwan
“Kita
rahasiakan ini. Kita sudah seri sekarang, karena kau selalu baik padaku sejak
aku kecil. Tapi jangan lakukan itu lagi. Jika kau seperti itu lagi, maka aku
akan sangat marah.” Ucap Min Hyuk, Kyung Hwan hanya bisa tertunduk meminta
maaf, saat itu Ayah mereka melihat dari lantai atas, seperti mengetahui
keduanya sedang bicara serius,
Ketua
Polisi memperlihatkan barang bukti lalu memarahi Ketua Yook kalau ini adalah kasus beruntun dan Jika melakukan investigasi
tertutup maka mungkin wartawan tak akan mengetahuinya. Ia menegaskan kalau untuk bekerja sama dengan Unit 2 dan hanya
peduli dengan anggota timnya saja. Ketua Yook hanya bisa menunduk meminta maaf.
“Sudah
ada tiga korban. Tiga!!! Kami selalu menelusuri jejak nya dan mencari semua
cabang bisnis kemana-mana. Tidak ada yang cocok dengan keterangan saksi. Kalian
selama ini melakukan apa saja?! Kalau
aku dipanggil ke kantor pusat, apa yang harus aku laporkan?” ucap Kepala polisi
mengomel dan keluar dari ruangan.
“Aku akan
segera mengatasinya.” Ucap Ketua Yook pada atasanya.
Min Hyuk
bangun dari tidur terlihat segar dan tak ada lagi rasa ketakutan, Bong Soon
mengosok giginya mencoba menekan sabun cair tapi malah mematahkannya. Beberapa
pelajar melihat Bong Soon langsung datang mengehampirinya. Bong Soon heran
melihat mereka yang baruberangkat sekarang.
“Apa
maksudmu? Kami baru saja pulang sekolah. Kita menyebutnya dengan
"bolos"” kata Ketua Tim
“Apa Kau
tidak sekolah?” kata Bong Soon, Ketua Tim membenarkan. Bong Soon menyuruh
mereka kembali ke sekolah.
“Di
sekolah tidak ada yang harus kita pelajari lagi.” Ucap Ketua Genk
“Kalau
begitu, kita tidak usah bertemu lagi dari sekarang Jadi kalian Mau kembali lagi,
atau tidak?” kata Bong Soon, Semua membungkuk mengatakan kalau anak kembali ke
sekolah. Ibu Myung Soon melihat Bong Soon seperti bisa membuat anak-anak
berandal tunduk padanya.
Bong Soon
mulai latihan. Min Hyuk menyruh Bong Soon agar memanjat tali dan jangan sampai
lepas. Bong Soon pun memanjat tali seperti monyet yang lincah dan sangat cepat,
Min Hyuk hanya bisa melonggo karena manusia biasa tak mungkin bisa melakukanya
lalu menyuruh Bong Soon agar turun.
“Yang
namanya kekuatan itu kau boleh benar-benar memaksimalkan kekuatanmu setelah kau
tahu cara untuk mengendalikan nya. Kau masih harus banyak belajar. Sekarang
fokus untuk mengendalikan kekuatanmu, mengerti?” ucap Min Hyuk. Bong Soon
mengerti
Min Hyuk
mulai berlatih tinju, sambil mengatakan ketika Bong Soo bagaimana cara untuk mengontrol kekuatannya
maka kekuatan itu menjadi miliknya. Bong Soon mengerti . Min Hyuk menyuruh Bong
Soon agar memukul samsak pelan-pelan saja.
“Kau harus
tetap santai dan tinggal memukul dari kejauhan itu.” Ucap Min Hyuk. Bong Soon
melakukanya tapi yang terjadi malah membuat isi samsak jatuh bertaburan dan
rusak.
“Tak
masalah... Kau tidak memukul secara keras, kan? Kau hanya menyentuhnya nya
saja, kan? Sekarang aku yang pegang jadi... jangan disentuh, tapi berikan sentuhan lembut saja.”kata Min
Hyuk
Bong Soon
pun melakukan dengan sentuhan lembut. Min Hyuk tersenyum karena Samsaknya kali
ini tak rusak. Bong Soon hanya terdiam karena sarung tanganya masuk ke dalam
samsak. Min Hyuk hanya bisa terdiam karena tetap saja Bong Soon belum bisa
mengendalikan kekuatanya. Bong Soon terlihat merasa sangat bersalah.
Mereka
berlatih tinju dalam ring dengan Min Hyuk yang membuat Bong Soon agar selalu
bisa menghindar dari pukulanya. Tapi sekali Bong Soon memukul membuat Min Hyuk
terpental. Min Hyuk menyuruh Bong Soon agar melakukan pelan-pelan.
“Ulurkan
tanganmu... Aku akan menahannya dengan kuat. Kendalikan kekuatanmu, dan lepaskan
tanganku. Bisa, kan?” kata Min Hyuk, Bong Soon mengerti.
Min Hyuk
menyuruh Bong Soon agar pelahan melepaskanya, sampai akhirnya bisa
mengendalikan kekuatanya. Min Hyuk melihat kalau itu berhasil lalu memeluk Bong
Soon dari belakang. Bong Soon gugup tiba-tiba Min Hyuk memeluknya dari
belakang.
“Jangan
salah paham. Ini hanya pelatihan. Bebaskan diri tanpa perlu menyakitiku. Itu
adalah bagian yang paling penting.” Kata Min Hyuk. Bong Soon mencoba mengeletik
dengan lenganya dan akhirnya memelitir tangan Min Hyuk.
“Ini
Sakit, kan? Makanya, kenapa kau macam-macam denganku?” kata Bong Soon memberika
pelajaran.
Min Hyuk
bisa menarik tubuh Bong Soon dan langsung berada tepat berada dibawahnya. Bong
Soon sempat gugup. Min Hyuk meminta agar Bong Soon jangan melawan dan tetaplah
seperti ini. Bong Soon pun mengerti.
“Jangan
sampai ada yang tahu tentang ini.” Kata Min Hyuk. Bong Soon binggung tentang
apa itu
“Kekuatanmu
Dan tentang kita.” Kata Min Hyuk, Bong Soon binggung memangnya kenapa dengan
mereka.
“Kita
berlatih seperti ini...” ucap Min Hyuk akhirnya berdiri dengan wajah gugup
mengatakan ada satu tahap akhir lagi.
“Ini
adalah tes yang membutuhkan konsentrasi yang tajam dan kekuatan penuh jadi
Bersiaplah” kata Min Hyuk lalu bergegas pergi.
Min Hyuk
mengajak untuk bermain sentil batu, dengan gayanya tapi malah membuat batu
putihnya melompat pergi. Bong Soon mulai menyentilnya, batunya langsung melesat
seperti peluru dan menancap pada lemari. Min Hyuk kaget berpikir kalau Bong
Soon tidak menyentil nya dengan kekuatan
penuh.
“Sekarang
Kita ambil napas dalam-dalam. Singkirkan 30% kekuatan yang ada di tanganmu.”
Kata Min Hyuk dan Bong Soon siap menyentilnya. Min Hyuk panik melihat Bong Soon
siap menyentil batu kearahnya.
“Apa Kau
ingin aku yang kena dan harus mati terbunuh? Apa Kau tidak berpikir panjang,
cepat Pindahkan” kata Min Hyuk, Bong Soon pun mindahkan ke arah kirinya.
Min Hyuk
mengingatkan agar menghilangkan 30% dan hasilnya batu meretakan layar TV
didepan Bong Soon. Min Hyuk menyuruh agar Bong Soon mengurangi 50%, hasilnya
tetap nihil. Min Hyuk menyuruh kurangi
90% Bong Soon bisa membuat batu hanya bergeser sedikit. Keduanya pun menjerit bahagia.
“Selamat
bergabung dengan departemen perencanaan di Ainsoft.” Kata Min Hyuk. Bong Soon
terlihat bahagia tapi tak sengaja memukul papan baduk dan terpecah belah.
“Aku tarik
lagi perkataanku.” Kata Min Hyuk, Bong Soon meminata agar Min Hyuk tak boleh
seperti itu dan akan memperbaikinya.
Kwang Bok
akan keluar dari rumah sakit, Baek Tak
datang berkunjukng karena kakinya belum bisa berdiri dengan benar membuatnya
menendang tempat air seni dan akhirnya tumpah. Agari menjerit karena sangat
menjijikan dan bau pesing. Baek Tak bertanya apa yang akan dilakukan Kwang Bok
“Aku akan
membalas dendam... Biarkan aku mengambil alih...” ucap Kwang Bok dan tiba-tiba
gigi palsunya jatuh. Agari hanya bisa mengernyit melihat gigi jatuh terkena air
seni dipakai kembali oleh Kwang Bok pada mulutnya.
“Oke,
lakukan sebisamu dan Mana yang lainnya? Yang baru saja daftar kesini.” Ucap
Baek Tak
“Kami
menempatkan mereka tepat di kamar sebelah, supaya nyaman untuk Anda. Aku akan
mengantar Anda” kata Agari
Kwang Bok
ingin ikut, Baek Tak memperingatkan agar diam saja dan jangan kemana-mana.
Kwang Bok tetap ingin ikut dengan mengunakan penyangah jalanya. Agari masuk ke
sebuah ruangan dengan tiga orang korban dari nenek Bong Soon.
“Pasti
sulit sekali, karena sudah dihajar oleh seorang wanita tua.” Komentar Baek Tak
“Ini
terdengar seperti alasan, tapi dia seorang wanita yang kuat. Aku tidak pernah
merasakan pukulan sekuat itu dalam hidupku.” Ucap si pria kepala plontos, yang
lainya juga mengaku hal yang sama.
Baek Tak
menyuruh mereka diam dan bertanya pada Agari apakah ada lagi. Agari mengatakan Putra
dari Osung Group. Baek Tak mengerti kalau Do Bong Soon menghajar dengan wajan.
Saat keluar Kwang Bok baru saja sampai didepan kamar, Agari menyuruh mereka
segera menyingkir dan pindah kekamar depan.
“Mereka
sedang apa?” tanya Baek Tak binggung melihat kedua anak buahnya.
“Mereka
dihajar cukup parah.Dan sekarang mereka bertingkah aneh... Seperti orang gila. Tadinya
dia amat sangat cerdas... Sekarang dia bahkan tidak ingat tabel perkalian
setelah empat.” Kata Agari. Baek Tak heran melihat keduanya seperti orang yang
sedang kasmaran dan saling berpelukan lalu bertanya apakah ada lagi.
“Hanya
ini saja, untuk hari ini.” Kata Agari
“Berpikirlah sebelum kau
berbicara! Kau bilang Hanya ini saja, untuk hari ini? Terus, kalau besok
bagaimana? Sadarkan dirimu!” kata Baek Tak kesal
Ibu Myung
Soo memberitahu peramal kalau sudah mengalahkan para pemilik itu, jadi mereka
berada di pihak kita sekarang Tapi tampaknya para pejabat kota akan membangun
gedung serbaguna. Peramal mengaku kalau
ahl untuk mengalahkan seseorang yang jabatan nya paling tinggi.
“Selain
itu, apa ada cara lain supaya kita bisa mengalahkan orang itu? Kita mungkin
harus menaklukkan yang punya jabatan tinggi itu dulu.” Ucap Nyonya Hwang,
Peramal itu langsung menyanyikan agar meminta bayaran, Nyonya Hwang akhirnya
mengeluarkan uang dari dompetnya.
Peramal mulai
berkonsetrasi, tiba-tiba matanya mulai berubah seperti dirasuki mahluk halus
berkata kalau ia adalah neneknya. Ia berkata kalau ada musuh dan mereka sedang
berada di benteng Haeng Joo. Nyonya Hwang dkk ketakutan melihat si peramal.
“Apa kau
tahu sudah berapa banyak orang Jepang aku bunuh dengan batu ini di benteng
Haeng Joo? Meskipun kau sangat kuat, maka kau tidak bisa menanganinya.” Ucap si
peramal seperti menari-nari.
Ketiganya
pun berjalan keluar, ibu Myung Soo membahas dengan mata dari si peramal seperti
terlihat sangat kejam, dan benar-benar menakutkan. Ibu Jae Hoon pikir peramal
itu kerasukan prajurit perempuan. Nyonya Hwang hanya bisa menghela nafas
panjang.
“Tunggu,
aku melihat Bong Soon pagi ini. Ada sekelompok anak SMA yang sedang membungkuk
90 derajat padanya.” Ucap ibu Myung Soo, Nyonya Hwang mulai panik mendengarnya.
“Mereka
membungkuk seperti Bong Soon adalah bos nya mereka.” Kata ibu Myung Soo, Nyonya
Hwang langsung bergegas pergi.
Bong Soon
masuk kamar dan melihat ada sebuah amplop bertuliskan [Untuk Bong Soon yang
Tersayang] dan lembaran uang 50ribu won, Bong Soon tersenyum karena itu pasti
dari neneknya, terdengar suara terikan Nyonya Hwang yang memanggil anaknya.
Bong Soon turun ke lantai bawah sambil mengeluh ibunya apa lagi yang ingin
dibicarakan.
“Hei, kau
mengambil uang anak-anak SMA itu? Ibu nya Myung Soo melihatmu pagi ini. Bisakah
kau lebih mirip seperti Bong Ki? Kau tidak dapat melakukan sesuatu dengan
benar. Kau kesana-kemari membuat masalah.” Ucap Nyonya Hwang mengomel memukul Bong
Soon lalu masuk ke ruang makan
“Apa
maksud Ibu? Kapan aku mengambil uang anak-anak itu? Apa dia benar-benar melihatku
mengambil uang? Apa Ibu pikir sepertimu? Kalau Ibu tidak tahu apa-apa kenapa
Ibu selalu menyalahkanku dan memukulku? Apa Ibu pikir aku tidak merasakan rasa
sakit?” ucap Bong Soon menahan air matanya.
“Itu
Rasanya sakit. Tubuhku tidak akan merasakan rasa sakit, tapi hatiku terasa
sakit. Aku lebih kuat dari yang lain, tapi... hatiku akan terasa lebih sakit
10x atau 20x lipat. Apa Ibu tahu itu? Kenapa... Kenapa Ibu selalu pilih kasih
dan membela Bong Ki? Ibu selalu memberikan daging sapi untuk Bong Ki, tapi aku
hanya ayam. Ibu selalu menyembunyikan makanan yang enak dan hanya memberikan
itu padanya.” Ucap Bong Soon mengeluarkan semua rasa sakit hatinya.
“Misalnya...
Ibu memberiku buah yang busuk dan Ibu memberikan buah yang segar untuk Bong Ki.
Ibu membesarkan aku seperti itu sepanjang hidupku, dan selalu mendukung dia.
Apa aku ingin terlahir seperti ini? Kenapa... Kenapa Ibu sangat membenciku? Kenapa
Ibu hanya bersikap jahat padaku? Aku juga anak Ibu. Kenapa tidak
memperlakukanku dengan setara? Padahal Ibu juga wanita, kenapa Ibu sangat jahat
padaku?” ucap Bong Soon terlihat mulai menagis, Ibu Bong Soon hanya diam saja.
Gook Do
dan Detektif Kim pergi ke sebuah toko sepatu. Pegawai memberitahu mereka beroperasi
secara online dan offline tapi tidak
bisa mengelola pasar offline sementara pelanggan memesan secara online, masih punya catatan nya.
“Yang
memesan lebih besar dari ukuran 290... hanya ada tiga pasang sejak peluncuran
dengan desain tersebut.” Kata pegawai. Gook Doo pun mengucapkan terimakasih.
“Aku akan
mengirimkan nama-nama dan Nomor Identitas mereka. Bisa tolong diperiksakan?”
kata Detektif Kim menelp rekannya yang ada dikantor polisi.
Mereka
pergi ke tempat sauna, gym untuk mencari tahu kepemilikika sepatu seperti
tersangka.
Nyonya
Hwang mencuci beras didapur, Bong Soon turun dari kamar sudah siap untuk pergi.
Nyonya Hwang bertanya untuk apa termos itu. Bong Soon mengatakan ingin
memberikan makanan pada Kyung Shim dan Bong Ki karena keudnya seperti kelihatan
tidak nafsu makan. Nyoh nya Hwang hanya diam saja begitu juga Bong Soon seperti
ada rasa kesal setelah pertengkaran dengan ibunya.
Hee Jin
datang menemui Bong Ki dan langsung mengakui perasaan kalau menyukainya. Bong Ki sadar kalau ia dan Gook Doo itu
bertemu jadi mereka tak mungkin seperti ini. Hee Jin juga tahu dan sudah banyak memikirkannya tapi akal sehatnya itu
tidak mau mendengarkan
“Aku
punya saudara kembar. Dia suka pada Gook Du sejak lama.” Ucap Bong Ki. Saat itu
Bong Soon datang memanggil adiknya. Bong Ki menyapa kakaknya. Hee Jin meihat
Bong Soon yang datang memilih untuk pergi
sekarang. Bong Soon menahanya.
“Apa yang
terjadi di antara kalian berdua? Bukankah kau dan Gook Du berkencan? Gook Du
dan aku berteman Dan aku kakaknya Bong Ki. Makanya, aku mengatakan ini padamu
sekarang.” Ucap Bong Soon dengan wajah serius.
“Aku
tahu, kita tidak bisa memilih siapa yang akan kita cintai. Tapi kenapa kau
tidak memikirkan, siapa yang akan terluka karena perasaanmu yang tak terkendali
itu?” ucap Bong Soon
“Hei, kau
tidak boleh begini. Kenapa kau terus menghabiskan waktu dengan gadis yang sudah
punya pacar? Kau jadi memberikan harapan padanya.” Kata Bong Soon menasehati
adiknya lalu memberikan sup titipan dari ibunya untuk sang adik.
“Aku
tahu, kalau aku sudah melewati batas. Tapi aku sadar, kalau harus ada orang
yang melewati batas supaya hati seseorang yang lain tidak hancur. Jangan
hancurkan hati nya Gook Du Dan berhenti membingungkan adikku.” Kata Bong Soon
lalu pamit pergi. Bong Ki dan Hee Jin
hanya bisa diam.
Detektif
Kim dan Ji Soo pergi ke sebuah gedung kalau pemilik sepatu berikutnya adalah aktor
teater dengan Song Yong Bun dan bergabung pada Mei tahun lalu.
“Apa dia
ikut main dalam drama Si Kumis Biru dan Tujuh
Pengantin?” ucap Gook Doo binggung lalu keduanya masuk ke dalam gedung
pertunjukan.
Seorang
pria berjubah hitam mengendong seorang wanita sampai keatas ranjang, dan wanita itu akan menjadi pengantinya dan pengantin
yang abadi. Di dalam ruangan terlihat si pelaku tersenyum puas melihat aksi
theater yang disajikan karena akan melakukan hal yang sama, sementara Detektif
Kim dan Gook Doo berusaha menahan kantuk saat menonton Thearter.
Gook Doo
melihat sepatu yang digunakan Tuan Song, Detektif Kim bertanya Kemana sepatunya
di ruang ganti. Tuan Song mengaku Sepatu nya hilang Karena ada banyak aktor
yang keluar masuk dari ruang ganti dan sepatunya hilang di ruangan ini.
“Maaf,
tapi Anda harus ikut dengan kami ke kantor polisi untuk bersaksi.” Kata Gook Do
“ Apa Aku
harus diinterogasi? Drama ini berakhir pada
akhir bulan ini. Jadi Aku akan datang saat waktu luang di pagi hari.” Kata Tuan
Song
“Apa Anda
biasanya tampil pada malam hari?” tanya Gook Doo. Tuan Song membenarkan karena
sebagian besar aktor bekerja pada siang hari.
“Pada
akhir pekan, ada yang saat siang hari dan ada yang di malam hari. Selama hari
biasa, kami hanya tampil pada malam hari.” Jelas Tuan Song
“Apa yang
Anda lakukan pada tanggal 12 malam hari itu?” tanya Detektif Kim. Tuan Song
pikir sedang tampil.
Keduanya
akhirnya keluar, Detektif Kim membahas kalau Tanggal penampilan drama nya cocok
pada tanggal kejahatan itu terjadi jadi bukan dia pelakunya. Gook Doo pikir mereka tidak pernah tahu, jadi akan mengirim file
suara nya untuk Bong Soon. Detektif Kim setuju.
“Jenis
ruang ganti apa yang tidak ada CCTV nya? Apa dia bekerja di perusahaan CCTV
atau apa? Kenapa dia bisa tahu, letak di mana CCTV tidak terpasang?” keluh
Detektif Kim
Dua
polisi berjaga dirumah sakit, tiba-tiba terjadi ledakan kecil di dalam tempat
sampat. Suasana pun panik dan mencoba memadamkan api. Seorang dokter masuk ke
ruangan Kyung Shim dan ingin memberikan suntikan obat, Bong Soon bertanya itu suntikan apa karena
baru saja temana diberi obat. Mata si pelaku melirik sinis, Bong Soon
mengetahui kalau pria itu bkuan dokter. Si pelaku tertangkap basah pun memilih
kabur. Bong Soon mengejarnya berteriak pada polisi kalau pelaku kabur.
Dua
polisi mengejar melewati tangga darurat, si pelaku sengaja menganjal pintu
dengan tiang infus, dua polisi pun
memlih untuk menuruni tangga sementara Bong Soon dengan mudah membuka
pintu. Ketiganya seperti kehilangan jejak, si pelaku terlihat menyamar sebagai pembersih
lantai dengan mobil.
Dua
polisi kena marah Ketua Yook yang berkerja tak becus membuatnya jadi ketakutan.
Ia menegaskan kalau bukan Bukan hanya sekali, tapi dua kali dan Di rumah sakit
yang sama
“Jika
atasan mendengar tentang ini, kita semua akan dipecat. Kita harus menyerahkan
surat pengunduran diri. Apa Kau ingin jual makanan saja di truk?” ucap Ketua
Yook marah
Bong Soon
akhirnya kembali menjaga Kyung Shim, Gook Doo masuk kamar sambil memarahi Bong
Soon yang mengikuti pelaku dan berpikir akalu untuk menangkapnya, Bong Soon
heran melihat Gook Doo yang malah marah dan menyuruh agar Berhenti
mencemaskannya dan khawatirkan saja Gook Doo sendiri dan urus saja pacarnya.
“Padahal
pelakunya masuk ke kamarku tapi kalian tidak mengkhawatirkanku, dan malah
bertengkar disini?” ucap Kyung Shim
“Bong
Soon, kau harus pulang. Ada orang yang bertugas di luar sana. Aku kira, kau
tinggal di tempat nya Presdir Ahn.” Kata Gook Doo
“Tidak,
nenekku datang.” Ucap Bong Soo menolak
“Hei,
kenapa kau tidak mau mendengarkanku? Sudah kukatakan untuk tinggal di rumah
Presdir Ahn. Apa kau tahu betapa sulitnya bagiku memutuskan untuk menyuruhmu
tinggal di rumah Presdir Ahn?” teriak Gook Doo
Kyung
Shim menyuruh keduanya berhenti berdebat, Gook Do menyuruh Bong Soon pulang dan
akan mengantarnya pulang. Bong Soon pun menolak karena akan pulang sendirian. Gook Doo pun mengejar
Bong Soon yang keluar sendirian.
Min Hyuk
datang ke cafe melihat Tuan Do sedang sendirian lalu bertanya Apakah ada Tart
telur. Tuan Do mengatakan kalau sudah habis. Min Hyuk pun meminta kue kenari
nya. Tuan Do juga mengatakan sudah habis. Min Hyuk pikir kalau datang
terlambat, Tuan Do memberikan Cookie kenari adalah kue yang terbaik. Min Hyuk pun ingin membayarnya tapi Tuan Do
menolak.
“Tolong
jaga Bong Soon-ku. Dia adalah anak yang paling istimewa untukku.” Ungkap Tuan
Do
“Aku
sangat tahu itu dan juga
sangatmenghargai Do Bong Soon. Kau harus percaya itu.” Kata Min Hyuk, Tuan Do
pun percaya lalu memberikan kue kenari yang lainya karena dimana dengan rekan
kerjanya saat bosan.
Bong Soon
berjalan pulang sendirian, Baek Tak
bersama dengan Agari dan Kwang Bok didalam mobil melihatnya. Kwang Bok
siap akan membalas dendam dengan
kemampuan penuh. Baek Tak mengatakan kalau Kwang Bok yang tangani sendiri. Kwang
Bok pun turun dengan tongkatnya.
“Apa yang
harus kita lakukan? Apa dia punya senjata?” tanya Agari
“ Dia
bukan anak kecil. Pasti dia sudah menyiapkannya.” Kata Baek Tak
Kwang Bok
akhirnya mendekat memanggil Bong Soon,
Bong Soon seperti tak mengenali Kwang Bok. Min Hyuk baru menuruni tangga
melihat Bong Soon yang bicara dengan Kwang Bok, tiba-tiba Gook Doo datang
langsung menghajar Kwang Bo karena dianggap mengangggu.
Bong Soon
kaget dan langsung mendorong Gook Doo tapi karena kekuatanya malah membuat Gook
Doo melayang. Gook Doo merintih kesakitan, Bong Soon pun kebingungan karena
mengeluarkan kekuatanya. Min Hyuk hanya bisa menatap kalau Gook Doo mungkin
akhirnya mengetahui kekuatan Bong Soon.
Bersambung ke episode 8
Tidak ada komentar:
Posting Komentar