PS : All
images credit and content copyright :MBC
Ho Won
meminum bir dengan sedotan melihat tulisan
[Dalam kehidupan, suatu saat, hari
yang baik pasti akan kunjung datang] lalu mengejek itu lucu. Ia berjalan di
pinggir jembatan sungai Han dengan melihat tulisan
[Bagaimana harimu? Apa harimu melelahkan? Orang
yang paling kaucintai Renungkanlah sekali lagi.]
“Dalam
kehidupan..., suatu saat hari yang baik takkan kunjung datang. Itulah hidup.
Aku sudah ditolak 100 kali. Penolakan yang ke-100 ini.. berkata padaku begini.
"Dalam kehidupan ini..., kau memang sial."” Gumam Ho Won.
“Aku akan
hidup sembarangan dan akan menjadi orang yang parah. Apa semuanya baik-baik
saja asalkan kau menjalani hidup yang baik? Lagipula kau juga berhenti dari pekerjaanmu. Tapi, kenapa kau menolakku?
Kenapa? Dasar Brengsek kau.” Teriak Ho Won marah
Saat itu di
rumah, Woo Jin seperti merasakan kalau ada yang menyebut namanya, lalu
membereskan semua makan dari lemari dan mengeluarkanya, mulai dari nasi
instant, ramen semua dikeluarkana dalam lemari dan dibuat pada kotak. Setelah
itu membuka kulkas dan membuangnya ke dalam kardus.
“Mereka
ini tak bisa buat makanan yang layak. Sudah berapa lama umur produk itu? Wah..
Perusahaan itu sudah kacau balau rupanya. Dasar sekelompok orang bodoh.”
Komentar Woo Jin membuang semua makanan yang menurutnya tak ada yang akan
mencobanya.
“Aku
sudah menuruti apa katamu. Aku sudah
belajar rajin dan buat bisa kuliah. Aku sudah bekerja keras. Untuk mendapatkan
beasiswa, aku bekerja keras tanpa tidur
nyenyak. Agar bisa makan dan hidup..., maka aku bekerja paruh waktu siang dan
malam. Aku sudah berusaha yang terbaik. Kenapa semua orang seperti ini padaku?”
ucap Ho Won sudah berdiri diatas pinggiran sungai.
Ho Won
melihat ponselnya yang berdering Manajer
Mini Market dan langsung berteriak saat Ho Won mengangkatnya. Ho Won pun
menjawab dengan terikan juga, Manager merasa Ho Won sudah gila. Ho Won yang
frustasi membenarkan.
“Gila itu
masalahmu, Sudah jam berapa sekarang? Kau terlambat bekerja hari ini. Kenapa
kau tidak datang?”teriak si manager
“Aku
tidak datang bekerja hari ini. Aku tidak bisa. Minggu lalu, Bos tidak bayar
upah lemburku, 'kan? Apa Bos pikir aku tidak tahu? Kenapa semua orang seperti
ini padaku?” teriak Ho Won kesal
Saat itu
kakinya tak sengaja terpeleset dan jatuh dari jembatan, Ho Won berada dalam air
melihat isi ponselnya ucapan selamat. Dan saat itu juga Ho Won sudah berada di
rumah sakit dan terlihat tak sadarkan diri dibawa oleh penjaga sungai Han.
Jiwa Ho
Won seperti melayang mengingat kejadian
dengan wjah bahagia kalau ia diterima dengan pakaian seragam sekolahnya,
ketika masuk ruangan Ibunya sudah menangis. Ho Won terlihat masih belum sadar
dan diberikan alat kejut jantung oleh Dokter.
“Aku
akhirnya bisa kuliah. Kau padahal sudah menantikannya. Kenapa kau cepat sekali
meninggalkan kami? Aku diterima kuliah.
Kau bilang kau mau datang di hari orientasi mahasiswa.” Ucap Ho Won pada
ayahnya yang sudah meninggal sambil menangis.
Ho Woon
masih belum sadar dan kembali mendapatakan kejutan jantung lagi agar sadar. Ho
Won melihat note yang bertuliskan “Pengumuman Pegawai Baru Dongki Food”sebagai
wawancaranya yang ke 100, lalu merobeknya.
Woo Jin
bertemu dengan seorang wanita memberitahu
Tidak ada banyak pilihan untuknya lagi lalu memberitahu sebuah Perusahaan
yang cocok dengan Cvnya dan hanya itu perusahaan yang terakhir. Ia menegaskan
Woo Jin harus tetap bekerja di salah
satu perusahaan.
“Bukankah
tugasmu yang mencocokkanku dengan perusahaan yang kuinginkan?” ucap Woo Jin
“Reputasimu
itu terparah di bidangmu. Pengalaman kerjamu saja yang membuatmu bertahan
selama ini. Mengganti pekerjaan itu bukan hobimu.” Kata Si wanita. Woo Jin
seperti tak mengerti.
“Soal
syarat yang kau tanyai itu..., perusahaan ini
yang sempurna. Pemilik perusahaan
tidak terlibat dengan manajemen. Karyawan gaji bisa sukses di perusahaan
itu. Mungkin saja kau cocok di perusahaan ini.” Ucap si wanita
“Mungkin
saja kalau perusahaan ini punya integritas. Kalau begitu...,kapan aku bisa
mulai bekerja?” tanya Woo Jin penuh semangat, Wanita itu mengatakan Woo Jin
bisa mulai Senin depan.
Woo Jin
bertemu dengan seorang wanita memberitahu
Tidak ada banyak pilihan untuknya lagi lalu memberitahu sebuah Perusahaan
yang cocok dengan Cvnya dan hanya itu perusahaan yang terakhir. Ia menegaskan
Woo Jin harus tetap bekerja di salah
satu perusahaan.
“Bukankah
tugasmu yang mencocokkanku dengan perusahaan yang kuinginkan?” ucap Woo Jin
“Reputasimu
itu terparah di bidangmu. Pengalaman kerjamu saja yang membuatmu bertahan
selama ini. Mengganti pekerjaan itu bukan hobimu.” Kata Si wanita. Woo Jin
seperti tak mengerti.
“Soal
syarat yang kau tanyai itu..., perusahaan ini
yang sempurna. Pemilik perusahaan
tidak terlibat dengan manajemen. Karyawan gaji bisa sukses di perusahaan
itu. Mungkin saja kau cocok di perusahaan ini.” Ucap si wanita
“Mungkin
saja kalau perusahaan ini punya integritas. Kalau begitu...,kapan aku bisa
mulai bekerja?” tanya Woo Jin penuh semangat, Wanita itu mengatakan Woo Jin
bisa mulai Senin depan.
Ho Won
berpikir dirinya yang terkena penyakit parah, lalu membuka tirai saat itu di
ruang sebelah terlihat Ki Taek juga melonggokan kepalanya dan ruangan depan
Jang Kang Ho ikut melihat keluar ruangan. Ketiganya pun langsung buru-buru
menutup tirai.
Saat itu
terjadi kecelakan dan ruang UGD pun ramai, Ha Won mendengar sebuah keluar yang
dibawa kesebelahnya. Seorang pria tak sadarkan diri, seorang anak perempuan
meminta ayahnya agar bisa sadar. Dan saat itu juga Dokter memberitahu “13 Maret
2017, pukul 21:23. Pasien Choi Tae Min telah wafat.” Dan turun berdua. Semua
pun menangis, Ho Won ikut menangis seperti mengingat saat kehilangan ayahnya.
Perawat
masuk ke ruangan Kang Ho menyuruhnya agar bangun dan segeran membayar
tagihannya di ruang administrasi. Ho Wo mendengarnya mencoba melihat isi
kontornya hanya ada lembaran uang yang basah ketika akan membukanya malah
membuatnya uangnya robek.
Saat itu
perawat datang memanggil Ho Won Dan Ho Won pura-pura tertidur. Perawat pun
menyakini kalau Ho Won belum sadarkan diri lalu keluar.
Ho Won
melepaskan selang infusnya dan menjatuhkan diri dilantai, tiba-tiba
disampingnya Ki Taek melakukan hal yang sama.Ho Won memberitahu kalau ingin
keluar, Ki Taek melihat Ho Won menyuruh agar memakai jaket. Keduanya berusaha
keluar dari rumah sakit tanpa diketahui oleh dokter dan perawat dengan
mengunakan kursi roda.
Keduanya
akhirnya berhasil keluar padahal Hampir saja
ketahuan karena ada ambulance yang datang. Ho Won tersenyum lalu meminta
Ki Taek agar mencubitnya, Ki Taek
binggung tiba-tiba Ho Won ingin mencubitnya. Ho Won merasa kalau tadi itu
sangat lucu jadi mengira hanya mimpi.
“Aku juga
berharapnya ini mimpi.” Kata Ki Taek saat itu terdengar suara yang memanggil
keduanya. Ki Taek dan Ho Won melonggo bingung melihat Kang Ho juga ikut kabur
dari rumah sakit.
Keduanya
duduk ditaman dengan wajah lesu. Kang Ho pikir itu bisa dianggap kejahatan
ringan karana tidak bayar tagihan RS dan bisa dianggap melanggar hukum. Ki Taek pikir KangHo bisa menghindar
dari setiap tuntutan pidana jika menjadi orang kaya.
“Orang
rumah sakit pasti sedang panik sekarang. Aku pasti sakit sekarat karena sedang dihukum. Padahal aku tadi tidak sengaja
terjun. Aku tidak terjun karena aku sangat ingin mati.” Cerita Ho Won
“Apa
karena itu kau datang ke sini juga?
Berarti dokter yang tadi itu membicarakan tentangku atau dirimu.” Kata Ki Taek
“Padahal
itu peluangnya 1 banding 3.” Ucap Kang Ho lesu.
Ibu Kang
Ho melihat CV yang dibuat anaknya, dengan anda marah kalau membayar orang untuk
membuat surat lamaran yang bagus ke setiap perusahaan bahkan Dari transkripmu
hingga skor TOEIC dengan nilainya sudah
bagus semua.
“Tapi kenapa
kau tidak bisa dapat pekerjaan? Ibu sudah menghabiskan banyak uang untuk
memastikanmu memiliki kualifikasi yang bagus. Bukankah kau seharusnya sudah
dapat pekerjaan di salah satu perusahaan besar?” teriak Ibu Kang Ho
“Masalahnya,
wawancara itu sedikit...”ucap Kang Ho tertunduk ketakutan
“Percaya
dirilah. Bicara dengan penuh percaya diri! Karena itulah kau selalu gagal tiap
wawancara!” kata Ibu Kang Ho
Kang Ho
yang mengingat ucapan ibunya merasa ingin mati saja, dan merasa kalau kata-kata yang keluar dari
mulut ibunya, menyuruhnya agar mati saja.
Ki Tae pikir itu tidak mungkin, karena itu ibunya. Tapi menurutnya
waktunya sangat tepat sekali.
“Kita
mencoba bunuh diri, tapi salah satu dari kita sakit parah.” Kata Ki Taek
“Apa kita
harus mencari uang dari suatu tempat agar kita bisa ke RS lagi untuk cari tahu?”
kata Kang Ho. Ki Taek pikir darimana mereka mendapatkan uang.
“Aku
tidak mau. Apa untungnya cari tahu? Apa yang akan kita lakukan setelah kita tahu?” kata Ho Won
sudah pasrah
“Tadi
dokter itu bilang "sakit
parah". Mati juga takkan bisa dihindari, walaupun kau sudah mengetahuinya.
Maka aku lebih baik tidak tahu soal itu dan hanya mati saja kalau sudah waktunya.
Lagipula itu semua tak penting. Aku sudah muak dengan segalanya. Aku juga tidak
yakin apa aku masih bisa hidup seperti ini. Apakah hari esok lebih baik?” kata
Ho Won menahan rasa sedihnya.
Dokter
Seo dan juniornya berjalan di lorong, seperti baru saja selasai makan. Perawat
datang memberitahu Dokter Seo kalau ada
pasien yang kabur membuka tirai Kang Ho, lalu Ki Tak dan juga Ho Won yang
kosong. Dokter Seo pun menyuruh agar mereka
lapor polisi saja.
“Mereka
ini mau bunuh diri dan kabur tanpa bayar tagihan rupanya.” Ucap Dokter Seo
geram
Ketiga
sudah berdiri di atas jembatan sungai Han, Kang Ho pikir kalau mereka mati
pasti tak ada orang yang akan mengingat mereka.
Ho Won pikir itu tak penting lagi.
“Ada
orang yang bilang padaku, kalau aku tak punya masa depan. “Semoga hidupmu
berhasil, wanita jahat.” Kata Ki Taek dengan penuh dendam
Ki Taek
mengambil ponsel yang ada dalam jaket yang dipakai oleh Ho Won, lalu membuka
rekaman suara dan mulai merekam sebagai pesan terakhirnya.
“Ayah,
Ibu... Aku minta maaf... Aku juga...tidak banyak keinginan. Sama seperti Ayah
dan Ibu...,aku ingin bertemu seseorang
yang kucintai dan hidup bahagia. Itulah impianku. Tapi semua itu tidak berjalan
lancar, Ibu. Aku minta maaf, Ayah Ibu.” Ucap Ki Taek sambil menangis
“Apa Kau
mau hubungi orang tuamu juga?” tanya Ki Taek pada Kang Ho, Kang Ho mengelengkan
kepala karena sudah meninggalkan surat. Akhirnya Ho Won mengambil ponselnya
“Aku
berasal dari Tongyeong, Provinsi Gyeongsang Selatan. Aku lahir tanggal 21
Oktober 1990.” Ucap Ho Won
Keduanya
saling berbisik melihat Ho Won yang berbicara menjauh dan bertanya-tanya apa
yang akan dikatakanya. Kang Ho juga tak tahu tapi setidaknya ia masih merasa
senang bisa bersama seseorang dan meminta izin aga bisa menganggap mereka
bertema. Ki Taek pun menyetujuinya. Ha Won pun mengembalikan ponsel pada Ki
Taek
“Apa
salahku sebenarnya? Apa kau pikir aku ingin terlahir miskin? Apa kau pikir aku
ingin menjadi pengangguran? Pepatah
bilang, impianmu bisa tercapai jika kau mencoba 100 kali. Kenapa tingkat
kompetisi selalu 1 banding 100? Itu
artinya 99 dari mereka gagal.” Teriak Ho Won marah
“Ibu, ini
'kan keinginanmu? Aku menuruti semua perintah Ibu..., tapi aku selalu gagal. Ibu
ingin aku seperti apa?”ucap Kang Ho
Woo Jin
pergi ke Gym menyalakan TV yang sedang menanyakan berita Saat itu tim
penyelamat Sungai Han mengangkat telp. Seorang reporter melaporkan kalau Bunuh
diri adalah penyebab nomor satu kematian
bagi orang-orang berusia 20-an dan 30-an.
“Ya. Saya
sekarang ada di Jembatan Dongjak, Sungai Han, di mana disini ada anak muda
mencoba bunuh diri.” Ucap Repoter Na
Ki Taek,
Ho Won dan Kang Ho panik melihat ada banyak wartawan yang mengambil gambar dan
petugas yang ingin menyelamatkanya. Kang Ho mengancam akan melompat kalau
mendekat.
Ho Won
terlihat malu mengaku hanya jalan-jalan saja. Ki Taek berteriak kalau ada orang
yang ingin bunuh diri diseberang jalan. Semua melihat kearah seberang.Ketiganya
pun mencoba kabur dan Saat itu rekaman saat petugas mengejarnya di tampilkan
pada berita TV.
“Omong
kosong macam apa itu? Mereka pikir hidup mereka sulit seperti itu? Bocah-bocah
itu harusnya...” komentar Won Jin
Banner
berita bertuliskan “Realitas pemuda pengangguran”dan Ha Won dengan wajah di
blur meminta agar jangan merekamnya. Won Jin yan menonton melihat kalau wanita
itu tak cantik lalu turun dari treadmill.
Ketiganya
akhirnya berjalan tanpa alas kaki karena sudah sempat melepaskan di jembatan.
Lalu ketiganya merasakan perut berbunyi karean kelaparan. Akhirnya mereka duduk
di sebuah restoran
“Uangnya
tidak cukup buat pesan 3 porsi nasi, cuma cukup buat 1 porsi.”ucap Kang Ho
“Kenapa
kau ingin makan seafood rebus?” tanya Ki Taek pada Ho Won
“Karena
seafood rebus mengingatkanku pada kampung halamanku.” Kata Ho Won
Ki Taek
mengajak untuk mulai makan, dengan membagikan satu nasi untuk bersama-sama
karena lebih baik mati dengan perut kenyang,
daripada mati kelaparan Semua hanya terdiam, si bibi pemilik berteriak menyuruh
mereka agar membalikanya. Akhirnya ia turun tangan membalikan kepiting
memberitahu kalau terlalu matang dagingnya keras dan memasukan gurita.
Si bibi
melihat ketiganya hanya tertunduk sedih, lalu datang dengan semangkuk nasi penuh
diberikan pada ketiganya. Kang Ho pikir merkea tak memesanya. Si Bibi
mengatakan Semua orang merasa ingin mati setiap hari karena hidup keras yang dijalani.
“Memang
hidup itu buat apa? Hidup itu juga buat makan dan bisa tinggal di tempat
nyaman. Aku barusan menanak nasi ini.
Jadi rasanya pasti enak.” Ucap Si bibi dan memberikan sepasang sandalnya untuk
Ho Won. Mereka pun makan sambil menangis.
Dokter
Seo menerima telp sambil mengatakan kalau
tadi sedang menghubungi seseorang dan mengatakan kalau masih pikir-pikir
dulu. Ia memberitahu kalau mengambil kuliah kedokteran karena tidak ingin dibandingkan dengan kakaknya yang
sukses. Dan ia merasa ayahnya itu ingin mereka bersaing lagi.
Ho Won
sudah membawa kopernya dan masuk ke rumah
pemilik yang masih muda sedang melakukan posisi lilin. Ho Won memberitahu kalau mau pindah dan karena
tidak bisa membayar sewa lalu memberikan notebooknya. Si wanita memastikan
kalau Notebook tidak rusak
“ Aku mau
pulang kampung dan nanti datang lagi
buat bayar uang sewanya setelah aku dapat uang. Aku hanya memberikan notebook
itu sebentar saja jadi tidak bermaksud agar kau menggunakannya.” Jelas Ho
Won meminta agar Jangan di pakaia untuk menulis
skenario
“Kau juga
harus bayar bunganya. Kau tahu itu,
'kan?” ucap si wanita, Ho Won mengumpat si wanita itu memang kejam
“Aku
tidak punya ponsel sekarang. Boleh aku memeriksa email-ku untuk terakhir
kalinya?” kata Ho Won
Ho Won membuka
email dari Hanul Mail lalu dikagetkan dengan email yang didapatkanya. Si wanita
mendekat ada apa, Ho Won seperti masih
tak menyangka lalu melihat email yang memberitahu kalau ia lulus tahap seleksi
berkas.
“Mencoba
100 kali ada untungnya juga. Hal seperti keajaiban itu memang tidak ada.” Ucap Ho
Won seperti tak merelakan notebooknya diambil.
Ho Won
sudah berada di ruangan Penerimaan Pegawai Baru Hauline. Ia memohon untuk
terakhir kalinya berharap keajaiban terjadi. Disampingnya seseorang berlatih
bicara dengan bahasa inggris didepanya, seorang wanita berlatih bahasa China.
Pegawai
kantor memberiitahu bahwa Wawancaranya akan dimulai 30 menit lagi. Mereka pun
bersiap-siap, Ho Won berdiri dari bangku dan melihat sosok yang dikenalnya.
Kang Ho juga melihat Ho Won dan membalas lambai tanganya dengan wajah gugup.
Keduanya
bertemu diluar ruangan, Kang Ho bertanya apakah Ho Won pergi ke rumah sakit lagi. Ho Won
mengelengkan kepala. Kang Hoo pikir
Ternyata peluang 1 banding 3 itu masih saja ada. Ho Won menceritakan selalu
gagal wawancara kerja tapi ketika harus wawancara di perusahaan sekarang,mau
tak mau harus datang sambil berpikir kalau bisa jadi kali terakhirnya.
“Aku
juga. Ini hari ketiga wawancara. Perusahaan ini memiliki skandal besar tentang perekrutan yang adil tahun lalu. Mungkin
karena itulah mereka menerima semua
orang yang telah melamar tahun ini.” Ucap
Kang Ho
“Pantas
saja... Padahal aku juga selalu gagal di seleksi berkas.” Kata Ho Won
“Aku juga
merasa aneh kenapa bisa lulus. Menurut pelamar yang sudah wawancara..., pewawancara
tahun ini, katanya, sangat kejam. Mereka memeriksa CV-mu pakai pena merah dan
menekanmu.Mereka secara cermat mengkritik
pakaian dan rambutmu dan suka orang-orang dengan latar belakang pendidikan yang bagus.” Cerita
Kang Ho, seorang berada dalam lift memegang pulpen merah.
“ Jika
kau berada di bawah kualifikasi, mereka
akan mempermalukanmu sampai mati. Banyak pelamar keluar dari ruangan sambil menangis. Karena mereka memberi
kesempatan wawancara untuk setiap orang..., mereka jadi sangat pemarah dan
kejam karena terlalu banyaknya orang yang harus diwawancarai” jelas Kang Ho
Ho Won
pun dengan ketautan bertanya apakah tahu
nampewawancara kejam itu. Kang Ho mengingat namanya Seo Woo Jin. Saat
itu Woo Jin berjalan melihat Ho Won yang
sedang berbicara dan keduanya sama-sama menatap seperti saling mengenal.
Bersambung
ke episode 2
Tidak ada komentar:
Posting Komentar