Semua
peserta interview terlihat gelisah menunggu nama mereka dipanggil termasuk Ho
Won dan Kang Ho. Salah satu pegawai memanggil 3 nama, untuk masuk ruangan.
Tiba-tiba seorang pria mengeluarkan pistol dari saku celana dan menembak
peserta yang akan masuk. Semua panik mencoba untuk berlindung.
Kang Ho
karena shock akhirnya pingsan, Ho Won melihatnya mencoba untuk menyadarkanya.
Salah seorang wanita juga mengeluarkan pistol, mereka semua bertarung dengan
nilai TOEIC 900 yang dimiliki. Ho Won mencoba mencari perlindungan seperti
didepanya terjadi pertempuran untuk mendapatkan pekerjaan dengan pistol. Ia
menatap ke arah pintu dan berusaha untuk masuk ruangan.
Akhirnya
Ho Won berhasil masuk ruangan dikagetkan dengan orang yang mewawancarinya
adalah Won Jin, orang yang sama sebelumnya. Ia mencoba agar bisa bersabar dan
yakinkalau Dalam film lamaran ke-101 selalu sukses jadi Inilah kesempatan yang
diberikan dunia padanya.
“Cuma
nilaimu saja yang bagus.” Komentar Won Jin, Ho Won mengumpat karena sebelumnya
Won Jin juga berkomentar sinis yang hanya mementingkan nilai.
“Setidaknya
saya senang dapat nilai yang bagus.” Ucap Ho Won, lalu tersadar kalau dirinya
seperti berani bicaa. Won Jin menatapnya dan berpikir Won Jin itu masih
mengenalinya.
“Jang
Kang Ho, kualifikasi-mu cukup bagus. Kau sekolah di luar negeri dua kali. Kenapa
kau melamar ke perusahaan kami?” ucap Won Jin, Kang Ho terlihat gugup berbicara
dengan terbata-bata
“Mulai
dari... furniture..., ...Hauline mempelopori... budaya perumahan baru untuk... abad
ke-21. Saya ingin Hauline menjadi... ...tempat saya mempertaruhkan hidup saya.”
Kata Kang Ho,
“Apa Kau
sungguh-sungguh ingin mempertaruhkan hidupmu di perusahaan kami?” ucap Won Jin,
Kang Ho mengangguk membenarkan.
“Apa
kalian semua merasakan hal yang sama? Kalau kau, Eun Ho Won ?” ucap Won Jin, Ho
Won seperti sedang melamun
“Aku
bertanya apa kau juga ingin mempertaruhkan hidupmu.” Ucap Won Jin mengulangi
pertanyaan, Ho Won pun mengangguk.
“Kau
bersedia untuk mempertaruhkan hidupmu pada perusahaan..., tapi sepertinya kau
tidak siap.” Sindir Won Jin. Ho Won bergumam dalam hati kalau komentar Won Jin
pasti seperti itu.
“Maaf.
Saya selama ini... ...kerja paruh waktu...” ucap Ho Won dengan nada lemah dan
langsung disela oleh Won Jin.
“Jika ada
niat, semuanya menjadi mungkin. Apa kau tahu orang seperti apa yang kami cari?”
kata Won Jin
“ Orang
yang inovatif dan inisiatif. Anda mencari seorang ahli dalam bidangnya.” Jawab Ho Won, Won Jin
berkomentar Ho Won sudah mengetahuinya.
“Kau
bilang akan mendedikasikan hidupmu untuk
bekerja...,tapi ternyata kau belum pernah magang di mana pun. Ikut pelatihan
pun, kau tak pernah. Bukankah itu artinya...kau tidak cukup berusaha?” komentar
Won Jin
“Saya
harus melunasi biaya kuliah dan sewa
kos. Sulit buat mencari nafkah.Saya di sini karena putus asa buat mencari
nafkah. Kenapa saya ingin mendedikasikan diri? Berhenti menanyai kami
pertanyaan konyol.” Ucap Won Jin tak bisa menahan amarah
“Kenapa
saya melamar disini? Bukannya kalian sudah tahu? Saya melamar buat cari nafkah.
Lantas Ahjussi sekalian bagaimana? Apa hidup kalian bergantung pada pekerjaan ini?” ucap Ho Won berdiri
sambil bertolak pinggang tak bisa menahan amarah.
Bayangan
dirinya berteriak menyuruh Ho Won sadar, Akhirnya Ho Won sadar dan binggung
tiba-tiba sudah berdiri. Kang Ho menyuruh Ho Wons segera duduk. Won Jin
langsung menyuruh Ho Won segera keluar saja.Tapi Ho Won tetap diam.
“Jadi Melalui
berbagai pekerjaan paruh waktu..., kau belajar
kompetitif dalam penjualan. Kau juga mengembangkan jiwa kepemimpinanmu. Bukankah kelebihanmu
itu... menahan amarah?”ucap Won Jin menyindir, Ho Won yakin Won Jin itu ingat
dengan dirinya.
“Saya...
Sampai sekarang, saya sudah banyak bekerja paruh waktu di 32 tempat yang
berbeda. Kerja paruh yang paling cepat
cuma dua hari Yang paling lama enam bulan. Saya bekerja paruh waktu tanpa
mendapatkan asuransi atau fasilitas
lainnya. Sementara itu, impian saya bekerja di
perusahaan seperti Hauline. Saya ditolak 100 kali..., tapi saya tidak
menyerah. Saya ingin menjadi orang atasan atau yang punya kuasa.” Ucap Ho Won
Ho Won
mengingat saat berkerja di restoran, pemilik restoran berani mengeluarkan
pelangan karena punya kuasa. Lalu ketika berkerja didepan mall menyapa semua
pelanggaan, Atasanya yang lebih tinggi lagi memarahi managernya yang usianya
lebih tua. Bahkan membungkukan badannya, karena jabatan lebih rendah.
“ Selama
saya bekerja paruh waktu..., inilah yang kupelajari. Orang yang berkuasa atau
atasan adalah orang yang kuat. Orang bawahan yang selalu berjuang.” Ucap Ho Won
Ho Won
akhirnya hanya bisa menangis dalam kamar mandi merasa hidupnya sekarang sudah
hancur dengan kesempatanya yang terakhir kalinya. Ji Na akan masuk lift
dikagetkan dengan melihat sosok Ki Taek baru keluar dari lift, lalu melihat
tanda pengenal sebagai kandidat pelamar. Akhirnya Ji Na menarik Ki Taek ke
tempat yang sepi.
“Apa Kau
sudah gila? Kenapa kau melamar ke perusahaan ini?” ucap Ji Na marah
“Aku
sebelumnya sudah melamar kesini.” Kata Ki Taek, Ji Na dengan kesal yakin kalau
itu karena akan bisa bekerja dengannya.
“Kau
tidak menyukaiku karena aku tidak punya
pekerjaan.” Kata Ki Taek
“Beraninya
kau melamar!! Kualifikasi mu saja tidak cukup bagus buat bekerja disini. Selain
itu, kau juga tidak muda lagi.” Ucap Ji
Na meremehkan
“Kau
tidak perlu khawatir. Lagipula, aku pasti
bakal gagal wawancara.” Kata Ki Taek pasrah
“Dengar
baik-baik... Jangan sampai kau bilang pacarmu bekerja di kantor ini saat
wawancara nanti. Sejujur, aku berharap kau
keluar dari sini. Lagipula kau takkan diterima.” Kata Ji Na
memperingatinya.
“Jika
nanti ada apa-apa denganku..., maka kau mungkin saja menyesal.” Balas Ki taek
Ji Na
merasa Ki Taek seperti mengancamknya dan masih kesal karena mantan pacarnya itu
melamar di perusahaan dan berpikir kalau ini hanya untuk balas dendam. Ki Taek
pun bertanya apakah Ji Na semarah itu hanya karena di wawancara di kantornya.
Ji Na menegaskan dirinya menyesal dan
menyuruhnya agar pergi saja.
“Jika aku
pergi...,apa kau mau mempertimbangkannya lagi?” kata Ki Taek
“Baiklah...Jika
kau masih menyukaiku..., maka pergilah.” Ucap Ji Na, Ki Taek hanya bisa diam
Ho Won
keluar bersama dengan Kang Ho dengan wajah sedih, lalu dikagetkan dengan
melihat Ki Taek juga baru keluar. Ketiganya akhirnay duduk di lobby bersama.
“Eun Ho
Won, Jang Kang Ho, Do Ki Taek. Takdir kita bertiga ini memang aneh” ungkap Ki
Taek
“Ini
Memang aneh. Apa wawancaramu berjalan lancar?” tanya Kang Ho, Ki Taek mengaku
lancar
“Aku
tampan dan kepribadianku juga bagus. Jika mereka tidak menerimaku, maka mereka yang rugi.Bukankah begitu?” kata
Ki Taek bangga lalu menanyakan hal yang sama pada Ho Won.
“Dia
mungkin tidak bisa berpikir jernih. Dia bertemu pewawancara yang sama dari
Dongki Food lagi.” Cerita Kang Ho, Ki Taek mengetahi si ketua tim itu.
“Kuharap
aku bisa melihat wajah sombongnya itu.”
Komentar Ki Taek, Kang Ho heran karena Ki Taek tidak bertemu dengannya karena
Woo Jin duduk di ujung sebelah kanan.
Ki Taek
membenarkan dengan wajah gugup mengetahui Won Jin pria di sebelah kanan. Ho Won
dengan tertunduk sedih mengajak mereka pergi saja. Won Jin heran melihat Ho Won
yang sedih menurutnya lebih baik balas dendam saja pada Won Jin.
Kang Ho
pikir Ho Won itu tak berdaya. Ki Taek pikir merka gores saja mobilnya.Kang Ho
bertanya apakah tahu yang mana mobilnya. Ki Taek mengelengkan kepalanya. Saat
itu terdengar kurir makanan mengantar pesanan ke lantai empat. Ho Won pun
mengajak pergi mengajak mereka pergi karena punya ide bagus.
Ketiganya
keluar bersama-sama, Saat itu Dokter Seo Hyun baru turun dari taksi melihat
ketiganya dan mengenal tiga orang yang kabur dari rumah sakit, lalu menelp
seoran General manager.
Ho Won
menelp dari telp umum agar memesam makanan dan ingin segera diantar, lalu
menyuruh Kang Ho maju. Kang Ho terlihta takut kalau orang itu tidak bayar
menurunya semua restoran itu akan merugi.
“Aku
sudah pernah bekerja di semua restoran itu. Mereka tidak menggaji karyawan
mereka.” Kata Ho Won
“Ahh... Benarkah?
Kalau begitu, pesan yang banyak.” Perintah Ki Taek
Kurir
Pizza datang dan menanyakan General Manager Seo Woo Jin. Ji Na dan pegawai
lainya binggung memberitahu kalau Woo Jin sedang tak ada diruangan. Kurir meminta bayaran Harganya 98 ribu won.
Yong Jae pikir akan membayarnya.
“Berapa
banyak yang dia pesan?” tanya Yong Jae, kurir lain pun datang atas nama Woo Jin.
“Aku Seo
Woo Jin.” Ucap Woo Jin masuk ke dalam ruangan dan binggung melihat banyak
pesanan.
Yong Jae
memuji Woo Jin baik sekali tapi kenapa harus pesan banyak sekali. Terdengar suara yang memanggil
Lee Yong Jae. Semua langsung menyuruh
mereka menyembunyikan semua makanan.
“Hei.. Semuanya,
hentikan aktivitas kalian.” Ucap Tuan Park yang bisa melihat semua untuk
menyembunyikan semua makanan.
“Sudah
kuperingatkan, jangan pesan makanan di kantor. Nanti ruangan jadi mengeluarkan
bau tak sedap” komentar Tuan Park Sang Man.
Yong Jae
memberitahu kalau Woo Jin yang memesannya. Woo Jin binggun karean tidak pesan
apapun. Ji Na tahu dari kurir kalau Woo Jin yang memesan jadi Yong Jae yang
akan membayarnya. Dua kurir lain pun datang akhirnya Tuan Park menyuruh mereka
menaruhnya saja di meja.
Woo Jin
bingung karena tak memesan apapun, Tuan Park sengaja membuka plastik makan
daging babi goreng, lalu kembali kerungan. Kurir pun meminta semua tagihan
makanan pada Woo Jin, mulai dari harga 75 ribu won, 68 ribu won, 56 ribu won
dan juga 98 ribu. Woo Jin heran siapa yang memesan makanan atas nama dirinya.
Tuan Park
membawa semua makanan ke atas meja pada Direktur Han Jung Tae karena Woo Jin
yang mentraktir semua orang di kantor jadi harus mencobanya. Direktur Han
mengeluh karena tak menyukai makanan seperti itu. Tuan Park pikir Woo Jin hanya
tidak tahu saja.
“Kau harusnya
mengajak kami ke restoran. Kenapa kau pesan ini semua?” komentar Direktur Han
sinis, Woo Jin pun hanya bisa diam, sementara Tuan Park kalau semua makanan ini
seperti prasmanan dan rasanya enak.
“Lain kali,
jangan pesan ayam goreng. Direktur Han punya darah tinggi.” Kata Tuan Park lalu
memakan pizza dan ketiga duduk bersama disofa.
“Kau
pasti sudah dengar kabar itu. Kami akan
memindahkan Manajer Jo ke tim
penjualan.” Ucap Direktur Han
“ Tapi
tim pemasaran akan dibanjiri dengan
peluncuran produk baru. Bagaimana bisa Anda memindahkan salah satu anggotaku ke
tim penjualan?” keluh Woo Jin
“General
Manager Seo, ucapanmu itu aneh juga. Jadi, apa menurutmu timku bermalas-malasan
saat timmu sedang bekerja?” kata Manager Park dari tim penjualan.
“Kau tahu
sendiri situasinya. Perusahaan kita peringkat terbawah di penjualan merek. Penjualan adalah hal yang
paling penting. Tidak ada yang lebih cocok
di posisi itu dibandingkan Manajer Jo. Jadi Tolong mengertilah.” Kata
Direktur Han
Woo Jin
merasa kalau Manager Park itu tega padanya karena seharusnya memberitahu labih
dulu. Manager Park pikir Woo Jin akan mendengarkanya walaupun sudah berkonsultasi
sebelumnya, lalu menegaskan bahwa Tim penjualan menghasilkan uang dan tim
pemasaran, hanya menghabiskan uang.
“Apa menghabiskan
uang lebih penting daripada menghasilkan
uang?” akta Manager Park menyindir
“Lalu,
darimana dukungan yang kalian butuhkan buat menghasilkan uang? Memangnya bisa
mencapai tujuan tanpa bantuan?” kata Woo
Jin membela diri
“Ya,
bantu saja kami. Siapa yang menyuruh
kalian tak membantu kami? Karena itulah, kami juga memenuhi syarat darimu saat kau dipekerjakan kesini. Kami menjadikanmu
pewawancara sehingga dapat memilih siapa
saja yang jadi timmu.” Ucap Manager Park
Direktur
Han menyudahi adu mulut keduanya lalu meminta agar Wo Jin membentu tim dengan
mengingatkan Prioritas mereka adalah memenuhi kuota penjualan pada setengah tahun ini dan juga
akan memasukkan karyawan baru Administrasi pad tim Woo Jin.
Woo Jin
mengeluh dengan adanya tim yang baru lalu memberitahu kalau tidak bisa hanya
bekerja dengan satu asisten manajer
berpengalaman. Direktur Han piki kalau nanti ada penggabungan dua tim jadi mereka perlu memastikan Woo Jin tidak kelebihan
pegawai. Woo Jin makin kaget kalau akan ada menggabungkan dua tim.
Akhirnya
Woo Jin masuk ruangan dengan wajah kesal dan melihat masih banyak makanan yang
tak dipesan olehnya lalu bertanya-tanya Siapa yang memesanya, saat membuka
botol soda karena terlalu banyak terkocok membuat botol soda luber, Ia pun
hanya bisa mengumpat kesal.
Sementara
Ho Won membakar semua CV sambil mengucapkan selamat tinggal pada masa mudanya
dan merasa kalau sudah cukup. Ia pun kembali masuk ke dalam rumah dan membuka
kulkas, lalu melihat kotak kimchinya yang dimakan oleh pemilik kost dan
menegurnya.
“Pindah
saja kalau kau tak mau membagi makananmu.” Sindir Lee Hyo Ri. Ho Won pun duduk
agar mereka makan bersama dan harus saling membantu.
“Mana
uang sewanya?” tanya si wanita, Ho Won meyuruh temanya agar makan kimchi
semaunya saja.
“Hyo Ri.
Kau...baru-baru ini, beli ponsel baru, 'kan? Kalau begitu... ponsel lamamu Apa boleh
untukku? Ponselku hilang. Jika kau tidak menggunakannya...” ucap Ho Won dan Hyo
Ri langsung menyebut angka 100 ribu won.
Ho Won
pun mengaktifkan kembali ponsel dengan kartunya di counter, sang pegawai menawarkan ponsel dengan model
baru saja. Ho Won pikir akan pakai ponsel itu sementara waktu dan nanti membeli
model terbaru
Saat itu
ponsel Ho Won langsung berdering, Tim HRD Hauline memberitahu kalau Ho Won akan
di Kontrak tiga bulan. Ho Won binggung kenapa dirinya bisa diterima di
perusahaan itu.
“General Manager dari tim penjualan
membuat permintaan khusus.Sepertinya dia
terkesan dengan berkas lamaranmu. Pertimbangkanlah dulu, barulah kabari kami tentang keputusanmu.”
Ho Won
menatap gedung tinggi disampingnya saat sedang menyapu halaman depan
minimarket, ketika membereskan makanan pada rak seperti tak percaya kalau
Manager bagian penjualan memilihnya dan berkomentar orang itu pasti luar biasa dan kontrak tiga
bulan. Teringat kembali ucapan dokter sebelumnya“Apa dia bisa bertahan hidup
sampai enam bulan?”
“Ini
sudah seperti spekulasi saja dan tidak mungkin aku sakit parah. Aku sangat
sehat.” Ucap Ho Won yakin dan berlari-lari maju mundur.
Saat itu
seorang pria masuk dengan masker mencoba mencuri makanan, Ho Won yang
melihatnya melempar sandal ingin menahanya, saat itu Woo Jin masuk tapi bisa
menghindar dan dibelakangnya Manager Toko baru masuk akhirnya terkena sandal
yang dilemparkan Ho Won. Ho Won pun langsung bergegas kabur.
“Hei. Kau
pasti sengaja melempar sandal ke aku, 'kan” teria Manager toko, Ho Won langsun
bersembunyi dengan wajah panik karena Woo Jin mengetahui tempat kerjanya.
“Apa Kau
tak mau keluar dan melayani pelanggan ini?”kata Manager sudah berdiri di kasir.
Woo Jin berkomentar Pekerja paruh
waktunya itu aneh sekali.
“Hei, Eun
Ho Won!” teriak Manager minimarket, Ho Won kesal karena namanya itu yang
dipanggil
“Apa Nama
pekerja paruhmu Eun Ho Won?” ucap Won Jin yang mengenali namanya itu, Manager
membenarka.
“Dia
bersembunyi setelah melempar sandal ke
kau. Bukankah seharusnya kau memecatnya?” komentar Woo Jin, Ho Won mengumpat
kesal pada Woo Jin
Manager
kembali memarahi Ho Won yang tak menjaga kasir jadi ada pencuri yang masuk, Ho
Won mengaku kalau tadi sudah mengisi rak jus. Manager tak percaya kalau Ho Won
pergi sebentar karena tidak melihatnya. Ia pikir kalau Ho Won itu tidak pernah
becus bekerja.
“Astaga.
Emosi aku... Haruskah aku bekerja di Hauline saja?” gumam Ho Won mencoba
menahan emosinya.
“Apa Dia
mencuri berapa banyak?” tanya Manager. Ho Won juga tak tahu dan sebelumnya ingin
memergokinya...
“Lalu kenapa
kau bersembunyi seperti itu? Lebih baik mengundurkan diri saja kalau caramu
bekerja seperti ini. Walaupun kau pergi, banyak orang yang mengantri demi
mendapatkan pekerjaan di sini!” kata si manager
Ho Won
yang mendengarnya bergumam kalau paling benci dengar kata itu. Lalu mulai
berkata kalau manager itu beruntung,
karena tadi melihat si maling itu. Tapi manager merasa kalau Ho Won
selalu berkerja seperti itu. Ho Won bergumam kalau si Manager itu punya maksud
tersembunyi.
“Aku
tidak bisa bayar upahmu penuh hari ini.
Ini salahmu sendiri, jadi aku harus
memotong upahmu hari ini Kau itu tak bisa dapat pekerjaan sungguhan karena kau
itu tak bisa fokus.” Ucap si manager, Ho Won sudah menduga hasilnya akan
seperti ini.
“Bos... Antrian orang yang ingin bekerja di
sini adalah alasan kenapa mini market
ini masih beroperasi. Tanpa pekerja paruh waktu..., perekonomian negara ini
akan hancur. Ha? Kami juga bisa terkena lumpuhnya
otak, serangan jantung! Sirkulasi darah yang tak lancar! Pekerja paruh waktu
juga karyawanmu. Mereka bukan mangsamu.”
Tegas Ho Won, si manager binggung melihat tingkah Ho Won yang berani melawan
“Kau
mencoba segala usaha untukmengurangi
gajiku. Janganlah seperti itu lagi Atau aku akan melaporkanmu! Dan Satu hal
lagi, Aku sudah dapat pekerjaan.” Tegas Ho Won melepaskan jaketnya lalu pergi.
Ho Won
pergi kantor dan menanyakan ruangan kerja tim HRD, pegawai menunjuk arah ke
bagian depan. Ho Won berjalan dan dikagetkan dengan melihat Kang Ho sudah duduk
menunggu, Setelah itu Ki Taek datang melonggo kaget karena ketiganya kembali
bertemu. Ketiga duduk dengan menatap ID Card sebagai pegawai kontrok
“Daebak.
Kenapa ini bisa terjadi dengan kita bertiga?” kata Ho Won binggung
“Aku
pernah bekerja paruh waktu di gudang
distribusi perusahaan mebel. Mungkin karena itu alasannya dan Di CV-ku, aku
menulis itu.” Kata Ki Taek, Kang Ho ingin bicara tapi Ho Won lebih dulu menyela
“Kualifikasimu
sangat bagus. Menurutku mereka mungkin akan menyesal jika tidak mempekerjakanmu.
Tapi aku, apa bagusnya? Kenapa mereka memilihku?” kata Ho Won binggung
“Aku
yakin ada alasannya. Hidup ini penuh dengan kebetulan. Karena kita sudah
beberapa kali bertemu, mungkin kita memang ditakdirkan untuk bertemu.” Komentar
Ki Taek
Saat itu
Ji Na datang dan kaget melihat Ki Taek lalu melihat lembaran CV dipaling
belakang, wajahnya langsung kesal karena mengetahui mantan pacarnya itu
diterima. Ki Taek hanya bisa tertunduk diam melihat Ji Na yang menatap sinis
padanya.
Seo Hyun
menuangkan minuman untuk Manager Park Song Man, Manager Park mengaku sedang berkerja jadi tidak bisa
minum banyak. Seo Hyun pikir kalau ini tak banyak dan meminta bantuanya.
Manager Park pikir kalau seharusnya ia yang mengatakan seperti itu. Seo Hyun
pikir harusnya ia menghormati Manager Park karena tidak tahu apa-apa soal manajemen bisnis.
“Aku juga
tahu kalau Ketua punya anak seorang dokter.” Kata Manager Park
“Aku
sebenarnya tidak tertarik dalam
menjalankan perusahaan...,tapi aku harus mengetahui dasar-dasarnya. Aku ingin berbicara dengan
seseorang yang akan memberitahuku bagaimana
keadaan di perusahaan. Sulit menemukan orang seperti itu.” Ucap Seo Hyun
“Ah...
Aku juga kaget saat kau menghubungiku.” Kata Manager Park
“Aku
yakin para eksekutif dan ayahku memiliki ide-ide yang sama. Sama seperti Anda
yang sudah lama bekerja di perusahaan kami. Aku menghubungi Anda karena banyak
orang bilang kau orang yang inisiatif.” Ucap Seo Hyun yang terlihat polos.
Manage
Park pikir kalau memang bisa pasti membantunya lalu bergumam dalam hati kalau
Seo Hyun diam-diam membantunya. Seo Hyun pikir tidak tahu kapan minta bantuan,
tapi meminta tolong agar bisa membantu ketika membutuhkannya. Manager Park lalu
bergantian menuangkan minuman.
“Dia
memilih orang yang tepat rupanya. Orang ini cukup sopan juga.” Gumam Manager
Park
“Selain
itu Juga...,kau memintaku untuk melakukan
sesuatu sebelumnya. Aku sudah menanganinya. Tapi..., apa hubunganmu dengan orang-orang itu?” tanya Manager Park
“Aku juga
tak tahu, tapi Aku merasa simpati pada mereka...” ungkap Seo Hyun.
Woo Jin
duduk dimeja kerjanya menerima surat untuk manager pemasaran selembar surat
bertuliskan "Aku ingin melaporkan korupsi yang dilakukan oleh General
Manager Park Sang Man dari Tim Penjualan." Setelah itu berjalan melihat
keluar jendela.
Lalu
menelp Suk Kyung bertanya pada Yong Jae Apakah sudah bereskan masalah keluhan pelanggan, tak
melihat Manager Park. Ia mencari dari perusahaan dan profile kalau Manager Park
Diterima pada saat penyelenggaraan pembukaan lowongan kerja ke-10. Woo Jin menelp bagian HRD untuk mengirimkan daftar.
nama orang yang diterima pada saat
pembukaan lowongan kerja ke-10.
Ji Na
membawa ketiganya memperkenalkan sebagai pekerja kontrak yang baru. Yong Jae
menyapanya dengan berkometar kalau pemuda pengangguran cukup serius sekarang
dan menurutnya itu memang benar, karena melihat wajah mereka yang tidak semangat sekali.
Saat itu
Manager Park datang setelah makan siang dan bertanya siapa mereka bertiga. Yong
Jae mengatakan kalau ketiganya karyawan baru sementara. Manager Park sempat
terdiam lalu mengingat kalau itu adalah permintaan dari Seo Hyun dan mulai
menyambut dengan memperkenalkan diri.
“Aku General
Manager Park Sang Man di Tim Penjualan. Aku
tidak bisa hadir di wawancara akhir karena sibuk. Jadi Karena itulah. orang
berbakat seperti kalian belum bisa
diterima di posisi permanen. Aku juga merasa tak enak dengan kalian. Tapi apa
boleh buat. Memang begitulah cara kerja
perusahaan.. Mereka juga mencari orang yang
berbeda bagi perusahaan. Itulah yang membuat adanya bias sosial dan
kesalahpahaman.” Jelas Manager Park
“Aku memahami
rasa frustrasi kalian. dan kekecewaan
terhadap proses perekrutan yang
ambigu.Tapi, untungnya...,aku menemukan bakat tersembunyi dan keinginan besar
kalian. Aku senang rasanya...kita bisa bekerja bersama-sama seperti ini.” Kata Manager Park mengajak agar
bersalaman lalu menanyakan nama satu persatu.
Ho Won,
Ki Taek dan Kang Ho pun menyebutkan nama masing-masing, Manager Park memberitahu kalau sudah
mengaturnya kalau Dua dari mereka akan bergabung dengan tim penjualan dan salah
satu dari mereka bergabung dengan Tim Pemasaran dan sudah bicara dengan Tim
HRD. Ia memilih Kang Ho dan Ki Taek masuk timnya dan Ho Won masuk ke Tim
Pemasaran.
Saat itu
Woo Jin datang mengatakan kalau tak menginginkanya, Ho Won hanya bisa mengumpat
kesal harus bertemu lagi, Woo Jin menyuruh Ho Woon di Tim Penjualan saja karena
Pemasaran itu bukan tentang kesabaran saja, ia melihat kalau Ho Won tidak akan
bisa bersabar karena ingin menjadi orang
yang berkuasa/ atasan dan tidak cukup bertanggung jawab.
“Apa maksdumu
Orang yang berkuasa? Kesabaran?... Pokoknya, General Manajer Seo...karyawan
laki-laki lebih cocok di Tim Penjualan.” Kata Manager Park menolak
“Itu
tindak diskriminatif jenis kelamin.
Bahaya. Kau sendiri yang membuat
pernyataan yang berbahaya.” Ucap Woo Jin, Manager Park berusaha bicara pada Ho
Won kalau bukan seperti itu maksudnya.
“Aku
bilang begitu...karena aku ingin bekerja
dalam lingkungan yang nyaman.” Ucap Manager Park
“Manager..
Aku ingin bekerja di Tim Penjualan. Sepertinya aku bisa jadi karyawan penjualan
yang bagus.” Kata Ho Won, Manager Park terlihat binggung.
Bersambung
ke part 2
Tidak ada komentar:
Posting Komentar