PS; yang udah baca blog / tulisan aku.. Tolong minta follow account IG aku yah dyahdeedee09 & Twitter @dyahdeedee09 jadi biar makin semangat nulisnya. Kamsahamnida.
Sabtu, 31 Agustus 2019
Kamis, 29 Agustus 2019
Rabu, 28 Agustus 2019
Sinopsis I Wanna Hear Your Song Episode 16
PS : All images credit and content copyright : KBS
Buat kalian yang suka membaca tulisan aku
meminta dukungan dalam bentuk "Subscribe" You tube karena sedang
mencoba mengumpulkan 1,000 Subscribe.
Jang Yoon
mencari sesuatu dalam baju milik adiknya, tapi tak menemukan apapun, saat
mencari dalam celana menemukan sebuah kantung dan itu berisi cincin. Ia
mengingat saat melihat jasad Ian di dalam ruang mayat.
“Maafkan
kakak. Maaf, Ian... Maafkan kakak.” Ucap Jang Yoon menangis dan melihat cincin
yang dipakai Ian.
Ia pun
melihat nama di ponsel adiknya, hanya ada panggilan "Konduktor Song, Ibu, Yi Young-ku, kakakku"
Flash Back
Ian
menelp Yi Young dengan nama "Yi Young-ku" layaknya seorang pacar
mengajak naik kereta gantung besok pagi, Jang Yoon duduk didepanya hanya bisa
mengeleng kepala melihat tingkah adiknya.
“Jika
kamu tidak menjawabku dalam tiga detik, aku anggap kau setuju. Satu, dua, tiga.
Aku akan meneleponmu di depan rumahmu besok.” Ucap Ian dengan senyuman bahagia
lalu menutup telpnya.
“Apa dia
tidak marah?” tanya Jang Yoon, Ian mengaku Yi Young marah.
“Dia
menakutkan saat marah... Tidak, dia tidak terlalu menakutkan. Sebenarnya, dia
bahkan tidak bisa marah pada orang.” Ucap Ian. Jang Yoon heran dengan komentar
adiknya
“Apa dia
cantik?” tanya Jang Yoon, Ian mengaku baginya Yi Young itu cantik dan terlihat
senyuman yang sumringah.
Jang Yoon
terdiam melihat nama Yi Young di ponsel adiknya seperti masih ragu kalau
membunuh adiknya.
Yi Young
membeli minum, kasir memberitahu kalau Saldonya tidak cukup. Yi Young meminta
maaf dan akan memberikan kartu lainya. Saat itu Jang Yoon datang akan membayarnya dan memesan es americano. Yi
Young tak bisa menolak dan hanya diam saja.
“Bagaimana
lehermu?” tanya Jang Yoon sambil masuk gedung, Yi Young menjawab Sudah lebih
baik.
“Bagaimana
kabar pamanmu?” tanya Jang Yoon, Yi Young menjawab Itu radang usus buntu Dan langsung dioperasi kemarin.
“Rasanya
sudah berabad-abad kita tidak bertemu, kan? Padahal kita bertemu kemarin.” Ucap
Jang Yoon mengejek
Yi Young
menerima sebuah pesan dan langsung bergegas pamit pergi dengan wajah panik.
Jang Yoon meihat Yi Young langsung mengecek ponselnya, ternyata ada foto Yi
Young berpelukan dengan Joo Wan lalu bertuliskan caption "Jadi, aku
pengecut karena mengintip diam-diam"
“Tapi kau
bukan pengecut karena berbohong di belakang kami? Itu pendapatmu. Jangan
sembunyi dan jelaskan ini secara terbuka. Kamu anjing pudelnya Maestro Nam,
bukan?”
Yi Young
diruang latihan terlihat gugup, Joo Wan masuk ruangan seolah tak terjadi
sesuatu menyapa semua anggota. Eun Joo menatap sinis, Joo Wan mengajak mereka mulai latihan tapi
semua anggota seperti tak semangat.
“Kenapa
suasananya seperti ini? Apa Kalian tidak ingin berlatih?” tanya Joo Wan.
“Maafkan
aku, tapi kami hargai jika kau bisa menjelaskannya sebelum kita mulai. Ada
banyak rumor di forum daring itu, Kenapa?.” Kata Knut
“Ah... Begitu rupanya. Karena fotonya? Apa yang
salah dengan itu? Kurasa tidak ada orang di orkestra kita yang berkencan. Aku
tidak mengerti kenapa harus menjelaskan kehidupan pribadiku. Kurasa akan
kujelaskan karena kalian menginginkannya.” Ucap Joo Wan. Jang Yoon mendengarkan
dari balik pintu.
“Tentang
foto yang kalian lihat dari forum daring itu... Nona Hong mengirim video untuk
nenekku yang membesarkanku dan aku berterima kasih padanya. Kurasa kalian salah
besar. Nona Hong tidak tertarik padaku. Tapi Malah sebaliknya. Aku yang
tertarik padanya.” Ucap Joo Wan.
Yi Young
kaget mendengarnya begitu juga Jang Yoon dibalik pintu memilih untuk pergi,
semua anak pun seperti tak percaya mendengarnya. Joo Wan pun mengajak mereka mulai latihan pada
bait pertama "Hungarian Dance No. 5". Eun Joo terlihat marah langsung
memilih pergi dari ruang latihan. Joo Wan seperti tak peduli.
Yi Young
mengejar Eun Joo keluar ruangan , Eun Joo mengeluh Yi Young memanggilnya dan berpikir senang sudah
membalas dendam. Yi Young pikir Jika membicarakan Jae Hyung dan bukan soal itu.
Eun Joo dengan sopan meminta maaf kalau tidak pedul Maestro Nam tertarik pada
Yi Young atau tidak.
“Ini
bukan kali pertama dia bertingkah sesukanya. Aku sudah muak dengan hatinya yang
plinplan. Aku tidak goyah karena sesuatu seperti ini.” Ucap Eun Joo
“Kau
mungkin berpikir aku hina, tapi aku akan mengatakannya. Tidak ada apa pun di
antara Maestro Nam dan aku. Dia tidak bermaksud begitu” kata Yi Young
menjelaskan
“Lalu
kenapa? Jika kau bilang itu tidak benar, akankah itu mengubah sesuatu? Kau
harus Pahami ini... Maestro Nam bukan orang yang kau kenal. Dia orang yang rela
melakukan apa pun demi keinginannya.” Tegas Eun Joo
“Dia
bahkan mungkin mampu membunuh seseorang.Dia tidak cocok untukmu.” Ucap Eun Joo,
Yi Young hanya bisa diam saja.
Yi Young
akan kembali masuk ruangan tapi Jang Yoon sudah menunggu seolah-olah tak tahu
bertanya Apa yang terjadi. Yi Young terlihat binggung. Jang Yoon ingin ahu
Pembicaraan antara Yi Young dan Ha Eun Joo. Yi Young pikir ini Bukan urusan
Jang Yoon.
“Apa Mendengar
hal itu dari orang lain tidak mengganggumu? Aku tidak percaya dia mengatakan
itu di depan seluruh orkestra. Lain kali, jangan berdiri saja. Apa Kau tidak
peduli jika orang terus menyebutmu anjing pudel?” sindir Jang Yoon.
“Apa aku
tampak baik-baik saja di matamu?” balas Yi Young, Jang Yoon mengaku bukan
seperti itu. Yi Young ingin tahu ini apa.
“Apa Kau
mengatakan itu untuk membuatku kesal?” kata Yi Young, Jang Yoon terlihat
binggung menjelaskan.
“Ini juga
sulit bagiku, bahkan Tidak bisa bertemu denganmu itu berat. Melihat Maestro Nam
mempermalukanku itu berat. Dikritik oleh pembenci anonim juga berat. Aku
menahannya karena tidak punya pilihan.” Ungkap Yi Young
“Setiap
kali kamu melakukan ini, aku merasa tidak mengenalmu. Kamu tidak bisa
membantuku. Lalu Kau ingin aku bagaimana? Apa yang kau inginkan dariku? Kau mungkin
ingin aku melakukan pekerjaanku dan menghilang. Jangan khawatir. Aku akan
melakukan itu.” Ucap Yi Young lalu berjalan pergi. Jang Yoon pun hanya bisa
diam saja.
Yi Young
pergi menemui Joo Wan karena ingin pergi lebih awal. Joo Wan pikir karena
kejadian tadi, Yi Young mengaku bukan tapi karena Pamannya dirawat di rumah
sakit jadi ingin membantu di tokonya. Joo Wan mengerti dan berpikir kalau akan
ikut.
Yi Young
berjalan seperti tak percaya kalau Joo Wan ingin datang ke tokonya. Joo Wan membenarkan
terlihat sangat senang, Nyonya Hong sedang merapihkan pesanan melihat Yi Young
datang langsung mengucap syukur.
“Bibi
baru mau memanggil layanan pesan antar, tapi bibi saja yang pergi. Kau Tolong
jaga tokonya.” Ucap bibi Hong
“Halo.
Toko dan bungamu tampak indah.” Ungkap Joo Wan. Bibi Hong pikir Joo Wan datang
untuk membeli bunga
“Apa Anda
mau pergi?” tanya Joo Wan, Bibi Hong membenarkan kalau baru mau mengantarkan
bunga ini jadi menyuruh santai saja.
“Aku bisa
pergi setelah itu... Apa Aku boleh ikut?” kata Joo Wan, Bibi Hong binggung.
Bibi Hong
melihat tanaman cabe yang menurutnya tampak bagus. Joo Wan selesai mengantar
bunga memberitahu Semua pelanggan menyukai bunga dari bibi Hong dan ingin tahu
apakah ada yang bisa dibantu lagi. Bibi
Hong mengaku Ini rumah terakhir.
“Hari ini
hari keberuntungan pelanggan kami. Mereka bisa menerima bunga darimu. Aku tidak
bisa berterima kasih sebelumnya karena sudah mengurus Yi Young. Aku merasa
tidak enak kau membantuku.” Ucap Bibi Hong
“Kalau
begitu, tolong belikan aku es loli.” Kata Joo Wan. Bibi Hong binggung tapi
akhirnya setuju akan membelikanya.
“Dia
masih muda, tapi punya posisi permanen. Astaga, dia tampan dan sopan. Dia tidak
kurang apa pun. Omong-omong, aku mendengar posisi seperti itu mendapatkan gaji
yang tinggi. Aku ingin tahu berapa gajinya. Yi Young? Dia sedang ke rumah
sakit. Kenapa?” ucap Bibi Hong berbicara di telpnya.
Saat itu
melihat sosok pria datang ke tokonya, akhirnya menyapa Tuan Yoon yang sedang
melihat bunga. Tuan Yoon dengan santai mengaku mendengar membuka lowongan. Bibi
Hong mengaku Ini posisi sementara.
“Aku
butuh seseorang yang bisa melakukan pekerjaan kasar selama sekitar satu bulan.”
Ucap Bibi Hong tanpa curiga.
“Satu
bulan sudah cukup bagiku. Aku punya SIM dan bisa bekerja kapan saja. Aku juga
pandai bersih-bersih.” Kata Tuan Yoon. Bibi Hong pun mengajak Tuan Yoon mulai
berkerja.
Soo Young
melihat luka sobek dibagian leher Yi Young berpikir sepertinya ini bukan luka
kecil jadi Seharusnya langsung ke rumah sakit. Tapi Yi Young merasa Ini akan
segera sembuh dan Lukanya tidak dalam. Soo Young mengeluh kalau Yi Young tidak peduli soal itu
“Apa Kau
menemui ayahku?” tanya Soo Young, Yi Young membenarkan kalau menurutnya Tuan
Hong kesulitan berpuasa.
“Berpuasa
adalah yang tersulit. Jadi, apa yang ingin kau katakan?” ucap Soo Young.
Yi Young
memperlihatkan USB ditanganya, Soo Young kaget karena sempat menonton kembali
lalu sengaja menghapus file di komputernya lalu menyimpan dalam USBnya.
“Apa ini?
Kau menggeledah mejaku? Apa Kau membukanya? Kau tidak bisa dipercaya, ya?
Kenapa kau membukanya tanpa seizinku?” ucap Soo Young marah
“Karena
Kakak tidak memberitahuku apa pun. Kakak terus membohongiku.” Kata Yi Young
“Dasar
bodoh, itu hanya konsultasi. Mereka yang panik mengatakan berbagai macam hal. Beberapa
bahkan mengaku diculik alien.” Ucap Soo Young
“Itu
sebabnya aku menanyai Kakak. Katakan yang Kakak lihat dan dengar. Tolong
ceritakan semuanya. Ini terlalu menyiksa bagiku.” Ungkap Yi Young penasaran.
“Malam
itu... Selama penampilan di Asia Philharmonic, aku bahkan tidak tahu kau
menghilang. Aku terlalu sibuk bekerja lembur. Aku baru tahu keesokan paginya
saat polisi meneleponku.” Cerita Soo Young
“Tas dan
ponselmu ditemukan di mobil yang terlibat dalam kecelakaan tabrak lari. Tapi
tidak ada orang di sana, jadi, mereka mencari. Lalu kau ditemukan di jalan
raya.” Ungkap Soo Young
**
Flash Back
Yi Young
tak sadarkan diri dengan luka diwajahnya, Soo Young menatap dengan wajah
kebingungan. Dokter memberitahu Yi Young tidak mengalami cedera parah dan Suhu tubuhnya
rendah saat ditemukan. jadi, itu bisa saja berbahaya.
“Semalam
hujan deras.. Untungnya, dia sudah stabil.” Kata Dokter. Soo Young pun
mengucapkan terimakasih.
“Kau akhirnya
sadar tiga hari kemudian. Selama beberapa hari pertama, kau tidak bisa bicara.
Kau tampak tidak fokus. Aku tidak sanggup melihatmu.” Ungkap Soo Young
mengingat Yi Young hanya diam saja dalam ruang rawat.
“Aku
terus bertanya-tanya apa yang terjadi malam itu. Berkas video tadi adalah konsultasi
selama sebulan setelah kau mulai bicara lagi. Aku tidak tahu apa yang kau pikirkan
setelah menonton video itu, tapi ini yang kuyakini.” Tegas Soo Young
“Kau
tidak benar-benar membunuh siapa pun. Kau hanya berpikir begitu.” Ucap Soo
Young menyakinkan.
“Sudah
kubilang aku menikam seseorang.” Kata Yi Young tak percaya, Soo Young
menegaskan Yi Young itu seorang pasien.
“Pasien
yang mengalami syok mengatakan berbagai macam hal. Percayalah. Ini yang
kulakukan seumur hidupku. Setelah beberapa konsultasi, aku tahu. Mustahil kau
bisa membunuh seseorang Dan seseorang yang kau sukai. Apa kamu sama sekali
tidak mengenal dirimu?” ungkap Soo Young
“Walaupun
aku seorang dokter, aku juga takut... "Bisakah
aku sungguh bersikap objektif kepada sepupuku sendiri? Atau ini yang ingin
kupercaya?" Tapi aku salah. Kau tidak membunuh Kim Ian. Itu hanya rasa
bersalah. Percayalah kepadaku dan dirimu. Mengerti?” ucap Soo Young, Yi Young
pun menganguk mengerti lalu mereka berpelukan
Jang Yoon
berjalan pulang teringat kembali dengan semua perkataan Yi Young “Tapi
sepertinya aku menyukaimu.” Lalu setelah karaoke mengaku “Aku masih menyukaimu
seperti biasanya.”
“Setiap
kali kau melakukan ini, aku merasa tidak mengenalmu. Apa yang kamu inginkan
dariku?”
Ia
mengirikan pesan dan Yi Young “Mari bertemu. Ada yang ingin kukatakan. Telepon
aku saat kamu pulang.” Setelah itu telp dari
"Perusahaan Pindahan, Si pria mengaku Akhirnya ingat motel tempatku
mengantarkannya.
“Di mana?
Aku segera ke sana.” Ucap Jang Yoon, Si pria pun akan mengirimkan foto area itu.
Eun Joo
berjalan dilorong hotel, lalu menekan bel. Seorang pria membuka pintu dan
menyuruhnya masuk, Eun Joo masuk terlihat Ki Sang yang menutup pintu. Eun Joo
bertemu dengan seseorang dalam ruangan yaitu Tuan Jang, ayah dari Jang Yoon.
Jang Yoon
melihat dari kejauhan Tuan Yoon keluar dari motel lalu mengikutinya. Sementara
Eun Joo bertemu dengan Tuan Jang, Tuan Jung mengaku suka minum minuman keras
dan tidak suka bertele-tele Jadi, meminta Eun Joo mengerti kalau sikapnya terdengar
agak lugas.
“Aku
tidak berbeda, jadi, tidak apa-apa.” Ucap Eun Joo, Tuan Jang mengaku
menyelidiki Eun Joo setelah menelepon.
“Aku
menyadari kau wanita dengan bakat luar biasa. Jadi, aku yakin kau ingin menemuiku
untuk alasan yang baik. Mari kita dengar.” Ucap Tuan Jang
“Kudengar
kau akan menjadi anggota dewan direksi Shinyoung Philharmonic. Aku butuh
seseorang untuk mendukungku. Aku tidak mau berhenti.” Ucap Eun Joo
“Kudengar
kamu sangat dekat dengan Profesor Kang.” Kata Tuan Jang, Eun Joo memberitahu kalau
Tuan Kang memecatnya kemarin.
“Reputasimu
tidak bagus. Apa Kau pikir aku lelucon?” ucap Tuan Jang. Eun Joo pikir Tuan
Jang sudah dengar kalau membeli instrumen dengan mendekati pria kaya
“Setengahnya
benar. Tapi aku tidak mendekatinya. Dia mendekatiku. Dia dengan sukarela
membelikanku instrumen itu. Akan lebih baik jika aku tidak menerimanya, tapi
aku tidak bisa pergi tanpa biola yang ditunjukkannya kepadaku. Aku yang salah. Jadi,
aku harus menghadapi semua rumor buruk itu.” Cerita Eun Joo
“Kau
ingin aku melakukan apa?” tanya Tuan Jang, Eun Joo mengaku ingin tampil di
panggung.
“Aku
ingin menjadi sangat kuat hingga tidak ada yang bisa menggangguku. Tidak
seorang pun. Aku berbakat. Aku mahir dalam pekerjaanku. Aku berlatih seperti
orang gila dan sangat rajin.” Kata Eun Joo
“Apa
imbalannya?” tanya Tuan Jang, Eun Joo dengan tatapan yakin kaau anak dari Tuan
Jang yaitu Jang Yoon.
“Tidak...
Jang Do Hoon... Aku akan berusaha semampuku agar dia meninggalkan orkestra
kita.” Ucap Eun Joo yakin.
Jang Yoon
terus mengikuti Tuan Yoon sampai disebuah tanah lapang yang kosong tapi
kehilangan, saat membalikan badan Tuan Yoon sudah ada didepanya. Tuan Yoon
tersenyum melihat Jang Yoon karena tak menduga kalau adik Ian yang
mengikutinya.
“Lama
tidak bertemu... Kenapa kau datang jauh-jauh ke sini? Kalau dipikir-pikir, kamu
menolak berdamai dan memenjarakanku. Apa Kau tahu betapa menderitanya aku
selama setahun terakhir?” sindir Tuan Yoon.
“Hentikan
omong kosong itu dan jawab saja pertanyaanku. Apa yang kamu cari?” ucap Jang
Yoon.
“Astaga,
kamu sangat tidak sabar. Kau mengajukan pertanyaan yang salah, Pak Jang Do
Hoon. Seharusnya kau bertanya apa aku yang membunuh adikmu. Kau setuju, bukan?”
ucap Tuan Yoon.
“Kau
memang membunuhnya. Kau membuatnya tampak seperti tabrak lari...” kata Jang
Yoon, Tuan Yoon menegaskan kalau itu salah.
“Itu
bukan aku. Untuk apa aku berbohong kepadamu padahal aku sudah dipenjara?” ucap
Tuan Yoon.
“Lalu
siapa yang membunuhnya? Siapa yang membunuhnya dan kenapa? Siapa yang
membantumu?” ucap Jang Yoon marah mencengkram baju Tuan Yoon.
“Orang-orang
memang sangat bodoh. Jawabannya selalu dekat. Kenapa kau bertanya padaku alih-alih
orang yang berada di dekatmu?” kata Tuan Yoon
"Di
dekatku"? Siapa?” tanya Jang Yoon, Tuan Yoon menjawab Seseorang yang
dikenal Jang Yoon.
“Lalu apa
yang kau cari?” tanya Jang Yoon, Tuan Yoon ingin tahu apa yang dipikirkan Jang
Yoon apa yang sangat ingin dicari para petinggi
“Mereka
bahkan membunuh orang. Pasti sesuatu yang tidak ingin dilihat orang lain.
Kurasa kau tidak terlalu pintar.” Ejek Tuan Yoon.
“Katakan
semua yang kau ketahui!” teriak Jang Yoon marah, Tuan Yoon ingin tahu untuk
apa.
“Itu
tidak akan seru... Aku mempertaruhkan hidupku untuk ini.” Kata Tuan Yoon
sengaja mempermainkan Jang Yoon.
“Kau mendapat
uang untuk melakukan ini? Aku juga bisa membayarmu.” Ucap Jang Yoon.
“Bagaimana
jika kau membayarku tiga juta dolar? Kudengar itu jumlah uang yang cukup untuk
membuat seseorang bahagia. Apa kau Bisa? Jika kamu bisa, akan kuberi tahu semua
yang kuketahui.” Ucap Tuan Yoon, Jang Yoon hanya bisa terdiam.
“Kalau
dipikir-pikir, ada gadis itu, Hong Yi Young. Dia mungkin memiliki apa yang
kucari. Tapi sepertinya dia tidak bisa mengingat apa pun. Sayang sekali, kan?”
ejek Tuan Yoon.
Jang Yoon
meminta Tuan Yoon agar jangan mengangguk Yi Young dan Jangan macam-macam
dengannya. Tuan Yoon malah mengejek Jang Yoon itu melindunginya. Tuan Yoon
langsung memberitahu kalau Yi Young yang
menikam adiknya hari itu dan melihatnya sendiri.
“Ah... Benar.
Kau mengencaninya, kan? Aku melihat kalian saling mengunjungi rumah. Aku bahkan
melihatnya keluar dari rumahmu kemarin pagi. Kurasa kalian juga tidur bersama.”
Ucap Tuan Yoon. Jang Yoon tak bisa menahan amarah langsung mendorongnya.
“Ada apa?
Apa Kau akan membunuhku? Silakan bunuh aku... Bunuh aku. Bunuh saja aku!” ucap
Tuan Yoon, Jang Yoon langsung memberikan pukulan bertubi-tubi.
Yi Young
terbangun dari tidurnya seperti baru saja bermimpi buruk, Jang Yoon menelp
meminta agar bertemu sebentar. Yi Young binggung mendengar suara Jang Yoon bertanya
Apa terjadi sesuatu. Jang Yoon mengaku tidak terjadi apa-apa.
“Aku... Aku
hanya... Aku merindukanmu. Aku baru turun dari taksi. Sampai jumpa di depan
toserba.” Kata Jang Yoon, Yi Young hanya bisa terdiam.
Saat itu
tiba-tiba dari belakang, seseorang menghantam kepala Jang Yoon dan langsung tak
sadarkan diri. Yi Young sudah ada di minimarket ingin tahu apa yang akan
dikatakan Jang Yoon padanya lalu menatap pesan dari Jang Yoon yang terakhir
kali. "Ayo bertemu. Ada yang ingin
aku katakan. Telepon aku saat
pulang"
“Aku
masih goyah saat dia bilang merindukanku. Aku bodoh sekali.” gumam Yi Young dan
saat itu Jang Yoon sudah tergeletak dijalan dengan darah yang mengalir dijalan.
Bersambung
ke episode 17
PS; yang udah baca blog / tulisan aku.. Tolong minta
follow account IG aku yah dyahdeedee09 & Twitter @dyahdeedee09 jadi biar makin
semangat nulisnya. Kamsahamnida.
Sinopsis I Wanna Hear Your Song Episode 15
PS : All images credit and content copyright : KBS
Buat kalian yang suka membaca tulisan aku
meminta dukungan dalam bentuk "Subscribe" You tube karena sedang
mencoba mengumpulkan 1,000 Subscribe.
Yi Young
melihat sosok pria masuk ke dalam gudang, lalu bertanya Siapa kau?” Tuan Yoon
langsung menyapa Yi Young mengaku sudah Lama tidak bertemu dan memujinya semakin
cantik saja. Yi Young mencoba melihat wajah si pria tapi matanya silau dengan
sinar senter.
“Kurasa
hidup pasti baik untukmu.” Ucap Tuan Yoon. Yi Young bertanya apakah Tuan Yoon
mengenalnya.
“Bagaimana
kamu mengenalku?” tanya Yi Young, Tuan Yoon pikir Yi Young itu tak harus
bertanya dan membuatnya agak tersinggung.
“Setahun
lalu, kita sudah menghindari masalah.” Kata Tuan Yoon. Yi Young tak mengerti
maksud "Sudah menghindari masalah
“Astaga,
dengan wajah polosmu itu, kau bersikap seolah-olah tidak tahu apa pun. Setahun
lalu, kita bertemu di sini. Apa Kau tidak ingat?” ucap Tuan Yoon.
Yi Young
mencoba mengingat dan pria itu seperti yang dilihat saat masuk ketika sedang
diikat dengan Ian. Ia mundur bertanya apakah pria itu datang ke sini hari itu
dan melihatnya. Tuan Yoon pikir kalau ingatan Yi Young itu sudah pulih.
“Benar.
Kita bertemu di sini.” Kata Tuan Yoon, Yi Young makin ketakutan meminta Tuan
Yoon agar Jangan mendekatinya dan membuat tasnya pun terjatuh.
Jang Yoon
panik mengemudikan sambil menelp Yi Young tapi Yi Young terlihat ketakutan
hanya melihat Jang Yoon yang menelp tanpa mengangkatnya.
“Aku
tidak akan mendekatimu. Jawab saja pertanyaanku. Di mana kau menyimpan itu? Benda
yang diambil pacarmu.” Ucap Tuan yoon. Yi Young ta mengerti apa yang
disimpanya.
“Apa yang
diambil pacarku?” tanya Yi Young binggung, Tuan Yoon merasa sudah menduga kalau
Yi Young tidak akan menjawabnya.
“Melihat
bagaimana para petinggi itu berusaha keras mencarinya, kurasa itu pasti sangat
penting. Aku akan menyembunyikannya dengan baik jika berada di posisimu sampai
nilainya meningkat. Tapi kau tetap harus memberitahuku.” Ucap Tuan Yoon.
“Itu
tidak ada di rumahmu.” Kata Tuan Yoon, Yi Young kaget kalau Tuan Yoon berarti
sudah menerobos masuk rumahnya.
“Aku
berniat mengambilnya dan pergi dengan tenang. Tapi aku tidak bisa
menemukannya.Jadi Di mana? Katakan sekarang sebelum kesabaranku habis.” Ucap
Tuan Yoon menahan emosi.
“Benda
yang kamu cari... Apa yang kau cari? Seperti apa rupanya?” tanya Yi Young
benar-benar kebingungan.
“Apa Kau
sedang menguji kesabaranku?” kata Tuan Yoon berjalan mendekat, Yi Young
langsung mengambil pisau yang disimpan dalam tasnya.

“Jangan
mendekatiku!” tegas Yi Young berani mengancam dengan pisau lipatnya.
“Kalau
dipikir-pikir, sebenarnya kau punya pengalaman. Kau menikam pacarmu hari itu, kan?”
sindir Tuan Yoon. Yi Young terlihat kaget.
“Apa kau
melihat aku menikam Kim Ian?” tanya Yi Young memastikan, Tuan Yoon mengaku
melihat dengan matanya sendiri.
“Sebenarnya,
itu pisau yang sama. Apa Kau datang ke sini hari itu dengan pisau ini? Apa Kau
yang mengarahkan pisau ini kepadaku? Apa Kau pemilik pisau ini?” ucap Yi Young
ingin memastikan.
“Apa
maksudmu? Aku tidak menggunakan mainan seperti itu. Aku bukan anak kecil.”
Ungkap Tuan Yoon.
“Kumohon...
Tolong katakan apa yang terjadi di sini setahun lalu. Tolong katakan apa yang
terjadi hari itu. Aku tidak tahu apa yang kau cari, tapi kau bisa menemukannya
jika memberitahuku, bukan?” ucap Yi Young
“Apa Kau
tidak ingat yang terjadi hari itu?” tanya Tuan Yoon. Yi Young menjawab kalau tidak
ingat apa pun.
“Jadi,
tolong beri tahu aku!” teriak Yi Young, Tuan Yoon bisa mengerti dan menurutnya
kalau ini Pantas saja aneh.
“Jadi,
ini sebabnya para petinggi membiarkanmu hidup dan kau hidup seperti tidak
terjadi apa pun. Kini aku mengerti. Dan Ini mengubah keadaan. Jika kau tidak
berbohong.” Ucap Tuan Yoon berjalan mendekat.
Yi Young
meminta agar Tuan Yoon tak mendekat, saat itu terdengar suara Jang Yoon
memanggilnya. Tuan Yoon langsung menarik Yi Young dengan membekam mulut dan
mengancam dengan pisau dilehernya. Ia mengancam Yi Young untuk tetap diam.
“Jangan
bergerak... Leher cantikmu akan cedera.” Ucap Tuan Yoon mengancam. Jang Yoon
akhirnya masuk gudang memanggil Yi Young.
“Kita
akan bertemu lagi, Yi Young.” ucap Tuan Yoon lalu bergegas pergi, Yi Young
langsung jatuh lemas, Jang Yoon pun bisa melihatnya dan langsung
menghampirinya.
“Ada apa?
Apa yang terjadi?” tanya Jang Yoon, Yi Young mengaku Tidak ada terjadi apa pun dan baik-baik saja.
Saat itu
Tuan Yoon sempat keluar menatap ke dalam gudang, Jang Yoon ingin mengejar tapi
melihat keadaan Yi Young memilih untuk membantunya bangun dan mengajak keluar
gedung.
Jang Yoon
pun pergi ke toko obat "Toko Pak Baek", lalu menelp Ki Sang dengan penuh amara karena
sikapnya masih tenang padahal seseorang hampir mati. Ia memberitahu kalau Bajingan itu mengikutinya dan bahkan menikam
leher Yi Young.
“Kenapa
kau bilang tidak tahu keberadaannya?” keluh Jang Yoon marah.
“Kami
tidak yakin dia orangnya atau bukan.” Ucap Ki sang. Jang Yoon yakin kalau itu
dia dan sudah melihatnya sendiri dan yakin itu dia dari belakang.
“Tidak
mudah menemukan orang yang sudah menghilang. Aku akan ke rumah lamanya. Mari
kita pikirkan satu per satu.” Ucap Ki Sang
“Lupakan
saja. Aku tidak bisa memercayaimu lagi. Katakan semua yang kau ketahui
sekarang. Aku akan mencarinya.” Ucap Jang Yoon lalu menutup telpnya.
Jang Yoon
kembali masuk mobil menatap Yi Young seperti tertidur dengan plester
dilehernya. Ia seperti merasa tak enak hati karena membuat Yi Young celaka.
Nona Yoon
memberitahu Nyonya Seo Zaman sekarang, itu tren untuk orkestra untuk memilih
orang yang tidak mengambil jurusan musik dan merencanakan penampilan gabungan
atau kolaborasi dan Penonton menginginkan sesuatu yang menarik.
“Dia
anggota yang dipilih Maestro Nam sendiri. Dia tidak mengambil jurusan musik, tapi
dia sangat luar biasa. Aku yakin Anda akan menyukainya.” Ucap Nona Yoon sebelum
Nyonya Seo masuk ke dalam ruangan pertunjukan.
“Apa itu
dia?” tanya Nyonya Seo melihat Jang Yoon bermain di atas panggung. Tuan Koo
membenarkan dan Nyonya Seo mencoba menikmati permainan Jang Yoon.
“Dia lumayan.
Penampilannya menakjubkan. Bagaimana menurutmu?” kata Nyonya Seo. Nona Yoon
tersenyum melihatnya.
“Kau
benar. Aku sudah terpikat kepadanya sejak awal. Begitu dia memperoleh
ketenaran, itu akan meredam semua keributan yang disebabkan oleh pemecatan Gong
Sun Mi. Kita akan menyelam sambil minum air.” Ucap Tuan Koo
“Pembohong
dan penjilat itu.” Gumam Nona Yoon mendengar ucapan Tuan Koo.
“Berikan
dia izin ke ruang latihan pribadi kita agar dia bisa berlatih dengan tenang. Tugaskan
juga seorang asisten untuknya. Pastikan dia bisa memakai aula simfoni kapan pun
dia ingin.” Ucap Nyonya Seo.
“Lakukan
dengan benar.” Kata Tuan Koo pada Nona Yoon, Nona Yoon menganguk mengerti.
Nyonya Seo pun keluar dengan Tuan Koo. Nona Yoon menahan emosinya.
Joo Wan
masuk ruangan bertanya apakah Yi Young mau makan sesuatu. Yi Young terlihat
sibuk dengan komputernya. Joo Wan bertanya apa yang sedang dilakukan Yi Young
sekarang. Yi Young memberitahu akan mengirim video untuk neneknya.
“Apa Kepada
Bok Boon?” tanya Joo Wan memastikan. Yi Young membenarkan kalau Ini video yang
kurekam saat latihan waktu itu.
“Dia
bilang matanya terlalu sakit untuk menontonnya melalui ponsel. Kini dia bisa
menontonnya melalui TV.”kata Yi Young.
“Kenapa
repot-repot mengirim video latihan untuknya? Dia bisa datang ke penampilan
kita.” Kata Joo Wan.
“Ayolah.
Sesi latihan ini seindah penampilan. Dia membesarkanmu menjadi pria baik dengan
bangun pagi-pagi dan membuat mi. Aku yakin dia akan sangat bangga padamu.” Kata
Yi Young lalu selesai mengirimkan pesan.
“Jadi Kita
mau makan di mana?” tanya Yi Young sudah siap pergi, Joo Wan langsung
menariknya dan memeluknya. Yi Young terlihat kaget.
Joo Wan
langsung mengucapkan Terima kasih. Saat itu tiba-tiba terlihat seseorang
berlari di depan ruangan. Joo Wan
bertanya siapa itu, Yi Young pikir kalau tau siapa orangnya lalu berlari
keluar ruangan mengejar orang misterius.
“Kau Yu
Da, bukan? Kamu memotretku dan Maestro Nam, bukan? Kenapa kau melakukan ini
diam-diam? Melakukan ini diam-diam, sama saja pengecut, kan?” ucap Yi Young
berdiri depan ruang pertunjukan. Yoo Da tak keluar dari persembunyian.
“Jangan
bersembunyi dan tanyakan padaku langsung. Aku akan jujur kepadamu.” Kata Yi
Young dan saat itu Nona Yoon menelpnya
Yi Young
melihat Jang Yoon dilobby dan mencoba untuk tak mengabaikanya Jang Yoon
akhirnya mengikuti Yi Young menanyakan keadaaan lehernya dan berpikir kalau harus ke rumah sakit. Yi Young
mengaku baik-baik saja dan akan sembuh.
“Aku sudah
menghubungi kantor keamanan. Ganti gembokmu hari ini. Ini terlalu menegangkan
bagiku.” Ucap Jang Yoon.
“Kau tidak
perlu memedulikanku lagi. Aku akan mengurusnya sendiri.” Ucap Yi Young sinis.
“Kenapa
kau tiba-tiba bersikap seperti ini?” ucap Jang Yoon heran. Yi Young tak
mengerti maksudnya.
“Kenapa
kau melarangku memedulikanmu dan kau akan mengurusnya sendiri? Apa Kau yakin
baik-baik saja?” tanya Jang Yoon, Yi Young tak mengerti ucapan Jang Yoon.
“Apa kau
robot? Kau tidak punya emosi? Kenapa kau berpura-pura? Beberapa jam lalu, kau
diikuti oleh pria misterius. Kau hampir kehilangan nyawamu di gudang itu. Apa
Kau tidak mengerti? Aneh jika kau baik-baik saja sekarang.” Ucap Jang Yoon
dengan nada tinggi.
Beberapa
orang melihat keduanya, seperti tahu kalau terjadi masalah. Jang Yoon pun
mengajak Yi Young untuk bicara di luar saja. Yi Young akhirnya duduk dibangku
taman, Jang Yoon ingin Yi Young menceritakan semuanya secara rinci tentang
kejadian di gudang.
“Apa yang
dia katakan? Bagaimana lehermu bisa terluka?” tanya Jang Yoon penasaran.
“Kurasa
dia mengikutiku dari rumahku. Begitu aku memasuki gudang, dia mengikutiku.”
Akui Yi Young
“Apa Kau
melihat wajahnya?” tanya Jang Yoon, Yi Young mengaku Tidak jelas dan mencoba mengingatnya.
Saat itu
Tuan Yoon menyapa Yi Young yang sudah lama tak bertemu, Yi Young menceritakan pria itu tahu namanya dan bilang sudah perhan bertemu
di gudang itu setahun lalu. Jang Yoon tak pecaya kalau pria itu sungguh
mengatakan itu.
“Lalu, dia
bertanya di mana aku menyimpan benda yang diambil pacarku. Aku sangat takut.
Aku sangat takut sampai...” akui Yi Young mengingat saat mengeluarkan pisau dan
mengancamnya.
“Saat aku
sadar, pisauku mengarah kepadanya. Setelah itu, dia tersenyum padaku dan
berkata...” ucap Y Young
Flash Back
Yi Young
bertanya apakah Tuan Yoon melihat kalau ia menikam Kim Ian. Tuan Yoon mengaku
melihatny Dengan matanya sendiri.
“Sejujurnya,
aku ke sana berpikir betapa leganya jika bukan aku yang membunuh Kim Ian. Aku
sangat berharap seperti itu. Tapi ternyata menjadi seperti ini. Kita tidak
boleh bertemu lagi, kan?” ucap Yi Young menahan tangisnya. Jang Yoon hanya bisa
terdiam.
“Kurasa
sebaiknya kita saling menjaga jarak, kan? Jika kita tetap dekat, itu hanya akan
mengembalikan kenangan buruk. Jangan bersikap baik kepadaku lagi. Aku tidak
pantas diperlakukan seperti itu darimu” kata Yi Young lalu berdiri dari tempat
duduknya.
“Aku akan
membantumu sampai orkestra menampilkan konser hari jadi yang ke-20. Nona Yoon
memintaku melakukannya. Aku akan berusaha sebaik mungkin untuk membantumu sampai
konsernya selesai.” Jelas Yi Young. Jang Yoon hanya diam saja.
“Aku tahu
ini terdengar jahat, tapi tolong bersabarlah denganku sampai aku tahu alasanku
menikam adikmu. Aku akan menebus perbuatanku setelah tahu apa yang terjadi. Aku
ingin minta maaf, tapi aku tidak bisa karena aku merasa sangat bersalah.” Kata
Yi Young lalu berjalan meninggalkanya. Jang Yoon pun hanya diam saja.
Eun Joo berjalan
keluar dari tempat les,Shin Young melihat Eun Joo langsung mengumpat. Eun Joo
pun menahan tangan Shin Young meminta agar mengulangi perkataannya depan
ibunya. Shin Young pikir ucapanya benar kalau Eun Joo itu berengsek.
“Tunggu
sebentar. Kau bahkan bukan pelatihku lagi. Kudengar kau menolak mengajariku
karena aku kurang berbakat. Aku juga tidak mau belajar darimu. Kau menjijikkan.”
Ucap Shin Young sinis.
“Kenapa
kau di sini? Apa Kau mendaftar di universitas ini?” sindir Eun Joo, Shin Young
pikir itu bukan urusan Eun Joo.
“Bu,
permainan putri Anda seperti anak SD. Apa Anda pikir universitas itu main-main?”
sindir Eun Joo, saat Tuan Kang datang menarik Eun Joo.
“Hei,
kenapa kamu kasar sekali? Mereka datang sebagai tamuku. Kau harus sopan.” Ucap
Tuan Kang memarahi Eun Joo.
“Dia yang
lebih dahulu bersikap kasar. Apa Profesor Kang berjanji menjadikanmu murid di
sini? Berapa banyak kau membayarnya? Katakan. Aku tahu gaji rata-rata Atau kau
memberinya hal lain?” ejek Eun Joo.
“Hei,
Nona Ha. Kau pasti bercanda... Apa Kau gila, ya? Apa Kau mau dituntut?” ucap
Tuan Kang marah
“Kau
sungguh mengurus bawahanmu dengan lebih baik. Apa Kau pikir berkuasa
terhadapku? Siapa yang bilang? Apa Kau tidak mau mencari uang?”kata Ibu Shin
Young menyuruh Eun Joo menyingkir.
“Jika
putri Anda masuk sekolah ini, aku akan melaporkannya ke Dinas Pendidikan. Aku
pandai melakukan hal seperti itu karena aku suka bermain kotor.” Ucap Eun Joo
“Beraninya
kau mengancamku? Minggir.” Kata Ibu Shin Young, Eun Jo tak bisa tinggal diam
dan akhirnya Tuan Kang yang turun tangan.
“Hentikan...
Kenapa kau berbicara tanpa berpikir? Seharusnya kau lebih tahu. Kukira kau cukup
pintar untuk bekerja untukku, tapi kurasa kau tidak bisa diatur. Jadi Pergi
dari sini... Enyahlah.”ucap Tuan Kang, Eun Joo hanya diam saja.
“Aku
bilang, pergilah... Jangan bermimpi memiliki karier di bidang ini!” kata Tuan
Kang mengusir Eun Jo. Eun Joo keluar menatap gedung tempatnya berkerja.
“Lihat
saja nanti... Kau bisa mencoba semaumu, tapi aku tidak akan berhenti bermusik.
Kau tidak punya kuasa atas diriku. Satu-satunya yang berkuasa atasku adalah
musik. Tapi bagaimana aku akan bertahan?” gumam Eun Joo terlihat kebingungan.
Tuan Kang
masuk ruangan melihat Joo Wan sudah menunggu lalu meredakan emosi dengan
meminum sofa. Joo Wan bertanya Apa terjadi sesuatu. Tuan Kang mengeluh kalau Anak-anak
zaman sekarang benar-benar tidak berguna.
“Jika kau
baik kepada mereka, itu kesempatan untuk bersikap kasar. Pantas saja
orang-orang cenderung tidak menghargai kebaikan. Itulah yang baru saja terjadi.
Omong-omong, aku terkejut dapat kunjungan dari orang paling sibuk. Kenapa kamu
kemari?” ucap Tuan Kang.
“Yoon
Young Gil menemuiku. Dia mengancamku untuk membalas dendam. Apa Kau menyuruhnya
melakukan itu?” tanya Joo Wan.
“Dasar
berengsek. Aku tidak percaya dia melakukannya. Dia pasti kehabisan uang melihat
dia berkeliaran mengancam orang.” Kata Tuan Kang
“Pastikan
dia tidak pernah muncul di hadapanku lagi. Ini Sangat tidak menyenangkan.”
Perintah Joo Wan. Tuan Kang mengaku tidak menyuruhnya melakukan itu.
“Apa kau
tahu Kim Ian punya kakak?” tanya Joo Wan, Tuan Kang terlihat binggung.
“Tampaknya
mereka berpisah saat masih kecil. Dan dia bergabung dengan orkestra.” Cerita
Joo Wan.
“Orkestra?
Kenapa dia bergabung dengan orkestra? Bagaimana kau bisa tahu? Siapa dia?”
tanya Tuan Kang penasaran.
Jang Yoon
bertemu lagi dengan Ki Sang dicafe. Ki Sang menawarkan kopi lebih dulu. Ki sang
menolaknya, dan ingin tahu Apa ada barang-barang
Ian di rumah ayahnya. Ki Sang pikir tak ada karena Jang Yoon. sudah mengambil
semuanya.
“Siapa
tahu masih ada, jadi, tolong selidiki. Jika kau menemukan sesuatu, berikan
kepadaku.” ucap Jang Yoon
“Apa yang
terjadi?” tanya Ki Sang, Jang Yoon memberitahu kalau Tuan Yoon mencari sesuatu.
“Sesuatu
yang diambil Ian darinya.” Kata Jang Yoon, Ki Sang bingung ingin tahu
alasan Ian mengambil sesuatu
“Dia
hanya bermain piano seumur hidupnya. Apa dia mengatakan hal lain?” ucap Ki
Sang. Jang Yoon pikir tak ada.
“Dia ada
di gudang itu pada hari kematian Ian. Dia tidak hanya melakukan tabrak lari
Bahkan Dia juga tidak sendirian. Aku yakin ada yang membantunya. Keadaannya
makin rumit.” Ungkap Jang Yoon.
“Bagaimana
keadaan Yi Young?” tanya Ki Sang. Jang Yoon menjawab Tidak baik.
“Dia ingin
aku bertahan menghadapinya sampai dia tahu kenapa dia menikam Ian. Dia ingin
meminta maaf setelah itu. Sebesar apa kita bisa mempercayainya?” kata Jang Yoon
terlihat ragu.
“Aku
mendapatkan ini dari tempat yang dahulu dihuni Yoon Young Gil. Dia meninggalkan
barang-barangnya dengan perusahaan pindahan ini. Dia akan membawa semua itu setelah
dibebaskan dari penjara. Kau Datangi saja mereka.” Ucap Ki Sang memberikan
kartu nama.
“Kau
punya foto Yoon Young Gil, kan? Kirimkan kepadaku sekarang juga.” Ucap Jang
Yoon.
Jang Yoon
menunggu didepan perusahan jasa pindah rumah, lalu melihat pria yang keluar
ruangan dan memberitahu kalau ia yang menelepon. Si pria pun menyapa Jang Yoon
dengan sopan, Jang Yoon mengaku sedang mencari seseorang.
“Apa kau
mengenal pria ini?” tanya Jang Yoon menunjukan foto Tuan Yoon, Si pria seperti
mengenalinya.
“Ya, aku
ingat... Kurasa sekitar sebulan lalu. Dia memintaku memindahkan
barang-barangnya yang sudah lama kami simpan, jadi, kupindahkan.” Ucap si pria.
“Apa Kau
punya alamatnya?” tanya Jang Yoon, Si pria mengaku Perusahaan tidak punya catatannya.
“Perusahaan
tidak akan memberitahumu meskipun mereka tahu. Tapi pria itu terus menolak
memberitahuku alamatnya. Kurasa dia tidak ingin kami mencatatnya. Dia menelepon
dan memberitahuku alamatnya tepat sebelum aku akan berangkat.” Ucap Si pria
mencoba mengingatnya.
“Itu
motel di dekat Myeongnyun-dong.” Kata Si pria. Jang Yoon meminta agar pria itu
menelp setelah ingat di mana tempatnya dan akan memberimu imbalan.
Yi Young
berbaring sendirian di atas panggung mengingat kejadian sebelumnya.
Flash Back
“Siapa yang membunuh adikmu?” tanya Yi Young, Jang
Yoon menjawab Seseorang yang dia cintai.
“Mungkin
kau yang menikam Ian. Gadis yang dicintai adikku adalah dirimu.” Ucap Jang
Yoon.
Yi Young
bertemu dengan si pria dengan mengancam mengunakan pisau agar jangan mendekati.
Si pria berkomentar kalau Yi Young punya
pengalaman karena menikam pacarnya hari itu. Yi Young terbangun dan langsung
duduk sambil memegang dadanya.
“Kenapa
aku menikam Kim Ian? Kenapa aku menikam pacarku sendiri? Mari temui pria itu
lagi.” Gumam Yi Young terbangun.
“Aku
harus mendengar apa yang terjadi hari itu. Aku yakin dia tahu alasanku menikam
Kim Ian pada hari itu. Tapi bagaimana aku bisa bertemu dengannya lagi?” ucap Yi
Young lalu berjalan dilorong.
Saat itu
Yi Young melihat pria yang masuk ke dalam ruangan tapi tiba-tiba melihat
seperti ingatan datang. Ia pun bertanya-tanya Apa itu tadi karena seperti
melihat sosok Jang Yoon masuk ruangan dosen, lalu mengingat yang dikatakan oleh
Eun Joo.
Flash Back
“Yi
Young, saat kita kuliah, bukankah kita mengikuti kelas pemasaran bersama? Apa
kau ingat asisten dosen untuk kelas itu? Apa Kamu ingat seseorang bernama Jang
Do Hoon?” tanya Eun Joo. Yi Young terlihat binggung.
“Apa Kau
tidak ingat apa pun? Kita melihatnya beberapa kali saat kuliah.” Ucap Eun Joo.
“Siapa
yang kau bicarakan?” tanya Yi Young binggug, Eun Joo mengaluh kalau ingin hidup tanpa berpikir seperti Yi Young setidaknya
satu hari saja.
Yi Young
masuk ke ruangan dosen, si pria bertanya kenapa Eun Joo masuk ruangan. Yi Young ingin tahu apakah ada profesor atau
asisten pengajar bernama Jang Do Hoon di sini. Si pria mencoba mengingat nama
Jang Do Hoon dan mengaku Tidak ada. Yi Young pun mengerti.
Yi Young
berjalan pulang dan melihat Jang Yoon sudah menunggu didepan pintu. Jang
Yoomengaku berniat menelepon Yi Young tapi berpikir kalau Yi Young tidak akan menjawabnya lalu
memberitahu kalau Orang-orang dari firma keamanan akan datang besok.
“Kenapa
kau repot-repot? Kubilang aku akan mengurusnya.” Ucap Yi Young acuh.
“Jelas kau
tidak mengurusnya. Bagaimana kau akan tidur malam ini? Apa Apa Kau yakin dia
tidak akan menyelinap lagi?” ucap Jang Yoon.
“Jika dia
melakukannya, apa boleh buat? Sudah kubilang aku akan mengurusnya.” Kata Yi
Young seperti pasrah.
“Apa Kau
tidak tahu betapa berbahayanya dia? Kau tidak bisa menghadapinya. Dia tidak
melukaimu hari ini, tapi mungkin tidak lain kali.” Ucap Jang Yoon khawatir.
“Aku
tidak peduli.” Kata Yi Young menaiki tangga, Jang Yoon mengaku kalau dirinya
yang peduli.
“Aku tidak
suka melihatmu terluka. Jika kamu terluka kali ini, aku tidak akan bisa
memaafkan diriku sendiri.” Ucap Jang Yoon
“Kau
tidak perlu merasa bertanggung jawab. Ini masalahku.” Kata Yi Young, Jang Yoon
pikir itu juga masalahnya.
“Selain
itu, ini bukan soal bertanggung jawab.” Ucap Jang Yoon, Yi Young pun bertanya
apa selain itu.
Saat itu
ponsel Yi Young berdering, Soo Young keluar dari ruangan menanyakan keberadaan
Yi Young memberitahu kalau ayahnya
pingsan jadi meminta datang ke rumah sakit sekarang. Yi Young terlihat sangat
shock. Jang Yoon bertanya siapa yang menelp.
“Pamanku
baru saja pingsan.” Ucap Yi Young lalu bergegas pergi, Jang Yoon pun
mengikutinya. Di lantai atas, Tuan Yoon keluar dari persembunyianya sambil
meminum susu pisang seperti memang sengaja menunggu Yi Young pulang ke rumah.
Tuan Hong
sudah ada dikamar rawat mengeluh mereka
semua berkumpul padahal Ini bukan apa-apa dan hanya Usus buntunya baru saja
diangkat. Istrinya mengejek kalau mereka datang untuk melihat seorang pria tua
mengangkat usus buntunya sendiri.
“Melihat
cara bicaranya, kurasa dia sudah sadar sekarang.” Ejek istri Tuan Hong
“Tentu
saja aku sudah sadar. Jika tidak, kau akan bosan.” Balas Tuan Hong
“Ayolah.
Kenapa bercanda setelah dioperasi? Banyak yang harus kita kerjakan. Waktu yang
tepat. Sepertinya aku ditakdirkan untuk bekerja.” Ucap Nyonya Hong seolah tak
peduli.
“Ibu
histeris dan menangis karena takut Ayah mati. Operasinya berjalan lancar. Dia
cepat pulih. Bertahanlah beberapa hari.” Kata Soo Young
“Baiklah.
Ayah tidak akan mati karena mengangkat usus buntu ayah. Kau harus kembali
bekerja... Kau juga, Yi Young.. Tapi Kenapa kau lebih mirip pasien daripada
paman? Ada apa dengan lehermu?” ucap Tuan Hong khawatir.
“Dia
terluka saat berlari... Dia terlalu muda untuk menjadi buta... Kalian berdua harus
pergi. Biarkan dia tidur.” Kata Nyonya Hong.
“Tidurlah...
Aku bekerja sifht malam. Aku akan mampir sebelum selesai.” Kata Soo Young, Yi
Young pun pamit pergi pada pamanya dan akan kembali besok. Soo Young dengan
tatapan dingin mengajak Yi Young bicara.
Di lorong
rumah sakit, Soo Young ingin tahu alasan
Jang Yoon mengantar Yi Young ke rumah sakit dan apakah bersamanya saat
ia menelepon, padahal sudah mengatakan jangan terlibat dengannya. Yi Young
mengaku itu tidak direncanakan.
“Kami
kebetulan bertemu di depan rumahku.” Akui Yi Young, Soo Young langsung menyuruh
Yi Young agar pindah dari rumah itu sekarang.
“Tinggallah
di rumah kami sampai disewakan.. Mengerti?” kata Soo Young, Yi Young pikir tak
perlu.
“Aku
tidak akan menemuinya lagi. Kami tidak akan bertemu sekarang.” Akui Yi Young
“Bagaimana
lehermu bisa terluka? Jangan coba-coba membohongiku. Katakan yang sebenarnya.”
Ucap Soo Young
“Aku
pergi ke gudang yang kudatangi bersama Jang Yoon tempo hari. Itu gudang lama.
Aku teralihkan dan terluka.” Cerita Yi Young
“Apa kau
sudah gila? Kenapa kamu kembali ke sana?” ucap Soo Young marah, Yi Young
mengaku punya alasan untuk kembali.
“Dia
bilang aku membunuh Kim Ian. Aku harus mencari tahu kenapa itu terjadi.” Jelas
Yi Young
“Kau
tidak membunuh siapa pun!” tegas Soo Young, Tapi Yi Young membalas kalau itu
mungkin saja.
“Bagaimana
jika aku benar-benar membunuhnya? Haruskah aku berpura-pura tidak melakukannya
dan tidak tahu apa-apa? Berpura-purlah tidak tahu soal ini, Kak Soo Young. Jangan
ikut campur urusan ini. “ tegas Yi Young lalu melangkah pergi.
Nona Yoon
menunggu seseorang dicafe, seorang wanita masuk dengan sinis mengaku sedang
bekerja jadi tidak punya banyak waktu. Nona Yoon pikir sudah bilang alasannya
ingin bertemu, jadi akan langsung saja lalu memberikan uang. Si wanita pikir
ini lucu.
“Benar.
Aku tidak menduga akan menyerahkan sesuatu seperti ini. Tapi aku tidak bisa
memikirkan cara lain.” Ucap Nona Yoon.
“Aku
tidak akan menemui jaksa itu untuk mendapatkan sedikit uang.” Komentar si
wanita.
“Aku ragu
itu untuk cinta. Benarkan?” sindir Nona Yoon, Si wanita meragukan tentang cinta
menurutnya pria itu terus merayunya jadi pergi dengannya beberapa kali.
“Dia pria
yang membosankan, jadi, aku tidak akan menemuinya lagi. Jadi, kau bisa pergi
saja.” Kata si wanita sinis.
“Kalau
begitu, aku ingin kau menandatangani dokumen ini.” Kata Nona Yoon mengeluarkan
selembar kertas dan pulpen.
“Aku
tidak mau! Untuk apa aku tanda tangan di sini? Jangan menjalani hidupmu seperti
ini. Katakan ini kepada wanita berkuasa yang memerintahkanmu melakukan ini. Karena
aku tidak kuat menemuinya, aku tidak akan menemuinya lagi.” Ucap si wanita
melempar uang dan berjatuhan dilantai.
“Pungut
sebelum kau pergi.” ucap Nona Yoon menahan emosi. Si wanita tak percaya mendengarnya.
“Apa Kau
tuli? Pungut uangnya dan letakkan di meja sebelum kau pergi.” tegas Nona Yoon.
Si wanita pikir Nona Yoon sudah gila berani menyuruhnya.
“Ya, aku
hampir gila setelah melihatmu. Apa Kau tidak menghargai uang? Aku harus
berusaha keras untuk mendapatkan uang berharga ini. Itu tidak pantas mendapat
perlakuan seperti ini darimu. Jadi Cepat pungut.” Ucap Nona Yoon. Si wanita
hanya diam saja.
“Berapa
kali kau tidur dengan jaksa itu? Kudengar dia memberimu tas. Tas yang mana? Aku
akan memberi tahu rekan kerjamu. Apa ibumu tah bahwa kau tidur dengan pria yang
sudah menikah? Jangan berpura-pura kamu berkelas atau polos. Uangku jauh lebih
bersih darimu. Ambil sekarang. Cepat.” Ucap Nona Yoon, Si wanita pun tak bisa
mengelak.
Michael
Lee sedang berlatih timpani, Nona Yoon masuk ruangan,. Michael pikir kalau Nona
Yoon pergi lebih awal karena pekerjaan. Nona Yoon mengaku dalam perjalanan
pulang dan melihat Michael sampai larut. Michael membernarkan.
“Aku punya
dua jam sebelum kursusku. Apa Kau mau makan?” tanya Michael merapihkan stick
timpani. Nona Yoon tak menjawabnya malah menangis.
“Mi Rae.
Ada apa? Apa terjadi sesuatu?” tanya Michael akhirnya memeluknya.
Nona Yoon
pun menangis dipelukan Michael, Jenny sedang lewat melihat Nona Yoon berpelukan
dengan michael seperti tak percaya.
Yi Young
masuk kamar ingin tahu apa Benda yang Kim Ian ambil, dan berpikir kalau mengajukan
lebih banyak pertanyaan padanya. Ia mencari sesuatu diatas meja dan melihat
gelas berisi origami dan tertulis note "Semoga berhasil untuk audisiny.
Semangat, Hong Yi Young!"
“Tidak
mungkin Soo Young menyimpan barangku.” Ucap Yi Young lalu menemukan sebuah USB
didalam gelas.
“Kenapa
ini ada di sini?” tanya Yi Young binggung penasaran lalu membuka laptop.
Yi Young
melihat folder dalam USB "Agustus
2018, Yi Young" dan berpikir itu miliknya lalu mengkliknya tapi merasa
tidak mengerti kenapa Soo Young menyembunyikan ini darinya. Akhirnya Ia melihat
video dirinya saat masih ada dirumah sakit.
“Apa
tidurmu nyenyak semalam? Mulai hari ini, aku akan merekam percakapan kita
dengan kamera. Ini rekaman untuk sesi biasa. Jadilah dirimu sendiri.” Ucap Soo
Young
“Pisau?
Pisau apa maksudmu?” tanya Soo Young, Yi Young menjawab Itu sering muncul di film.
“Yang
bisa dilipat menjadi dua. Tapi... Ada darah di tanganku... Kak Soo Young,
tanganku berlumuran darah... Tanganku...” ungkap Yi Young.
Yi Young
menonton video dirinya sendiri seperti tak percaya kalau bukti dirinya sebagai
pembunuh makin kuat.
Bersambung
ke "Episode 16"
PS; yang udah baca blog / tulisan aku.. Tolong minta
follow account IG aku yah dyahdeedee09 & Twitter @dyahdeedee09 jadi biar makin
semangat nulisnya. Kamsahamnida.