PS; yang udah baca blog / tulisan aku.. Tolong minta follow account IG aku yah dyahdeedee09 & Twitter @dyahdeedee09 jadi biar makin semangat nulisnya. Kamsahamnida.

Kamis, 31 Oktober 2019

Sinopsis When The Camellia Blooms Episode 26

PS : All images credit and content copyright : KBS

Buat kalian yang suka membaca tulisan aku meminta dukungan dalam bentuk "Subscribe" You tube karena sedang mencoba mengumpulkan 1,000 Subscribe. 
Tinggal Klik disini, buat yang sudah Subscribe. Terimakasih banyak. Semoga bisa sampe bulan ini 

Tuan No mengemudikan mobilnya dan melihat ada Restoran daging di depan pengadilan keluarga saat mobil berhenti. Ia berkomentar kalau Ironis sekali karena Orang tak biasanya memesan hanya satu porsi daging tapi Orang yang bercerai bahkan tak bisa makan daging.
“Apa ini hukuman hidup?” komentar Tuan No. Nyonya Hong tak mengubrisnya memberitahu kalau sudah Lampu hijau.
“Aku terlalu lapar untuk tanda tangan.” Kata Tuan No. Nyonya Hong memperingatkan  Jangan coba hal aneh jadi lebih baik jalan saja.
“Aku tak mencoba hal aneh... Mari makan untuk terakhir kali.” Ucap Tuan Nok
“Kau ini tak bisa dipercaya.” Keluh Nyonya Hong dengan terus mendengar bunyi klakson karena Tuan No tak mau melajukan mobilnya.
“Tak bisakah kita makan daging bersama terakhir kali? Bahkan terpidana mati bisa makan sesukanya sebelum mati.” Ucap Tuan No merengek
“Apa yang dahulu kusukai darimu?” keluh Nyonya Hong kesal sambil menghela nafas. 


Akhirnya mereka makan di restoran,  Tuan No mengaku  ini sungguh tak adil karena Seakan ditangkap karena mengikat tali sepatunya di bawah pohon prem. Nyonya Hong memperbaiki kalau yang dimaksud  "mengikat tali topi." Dan Tuan No itu salah pepatah.
“Aku sungguh tak bersalah secara psikologis dan fisik. Jujur, aku bahkan tak menggandeng tangannya. Lalu Hyang-mi jelas bukan tipeku sejak awal.” Kata Tuan No mencoba menjelaskan
“Baik, anggap saja kau hanya mencoba. Percobaan perselingkuhanmu adalah pemicu mutlak, tapi...” kata Nyonya Hong yang langsung disela oleh Tua No.
“Apa Kau perlu gunakan kosakata sulit?”keluh Tua No, Nyonya Hong pikir  Itu sama saja dengan mereka.
“Delapan atau sembilan dari sepuluh pasangan bilang tak bisa hidup bersama karena perbedaan karakter. Itu juga kasus kita...” kata Nyonya Hong
“Sial. Tak ada yang sungguh cocok secara karakter. Bahkan orang tua dan anak berbeda karakter. Bagaimana bisa kau ledakkan keluarga kita karena hal seperti itu?” ucap Tuan No
“Hancurkan... Bukan "ledakkan." Hancurkan.” Kata Nyonya Hong berkomentar kembali karena Tuan No kembali salah bicara.
“Ini sebabnya... Ini jelas sebabnya... Apa kau pernah mendukungku dengan berkata, "Bagus, Suamiku... Gyu-tae, kau yang terbaik"? Kau selalu merendahkan dan mengabaikanku.  Orang ingin hidup bersama istri, bukan polisi tata bahasa. .” Komentar Tuan No
“Kau juga merendahkanku.” Ucap Nyonya Hong. Tuan No pikir tak ad alasan rendahkan pengacara mulia seperti Nyonya Hong
“Mengoreksi bukan satu-satunya cara... Jujur saja. Kita bukannya mandul. Kita memakai kontrasepsi. Sudah bertahun-tahun kita hidup seperti teman sekamar.” Kata Nyonya Hong
“Hei, kenapa mengatakan hal seperti itu di sini?” kata Tuan No panik melihat sekeliling takut ada yang mendengarnya.
“Sepertinya kita tinggal bersama karena tak bisa pesan antar satu porsi makanan. Kau pria yang selalu mengatakan hal yang salah, dan aku orang yang tak bisa hidup tanpa memperbaikinya. Jadi, kita bisa apa? Kita tak punya pilihan. Mari berhenti menahan.” Jelas Nyonya Hong.
“Kalau begitu, tak bisakah kita tinggal bersama setelah kau balas dendam?” tanya Tuan No
“Aku sudah balas dendam melalui Choi Hyang-mi.” Kata Nyonya Hong. Tuan Nok kaget mendengarnya. 



Tuan No keluar restoran lebih dulu, Nyonya Hong baru selesai membayar akan masuk mobil. Tuan No dengan sengaja menguncinya. Nyonya Hong pun  mengetuk jendela dan Tuan No menurunkan sedikit. Nyonya Hong bertanya apa yang dilakuan suaminya itu.
“Aku sungguh berpikir kau keren karena kau polisi tata bahasa. Aku tak tahu kenapa aku menjadi bodoh sekali.” ucap Tuan No. Nyonya Hong meminta suaminya agar membuka pintunya.
“Namun awalnya, kau pikir aku manis karena sangat bodoh. Mari kembali ke awal.” Kata Tuan No. Nyonya Hong meminta kembali agar membuka pintu mobilnya.
“Ja-yeong sayang... Aku mencintaimu.” Kata Tuan No lalu pergi begitu saja. Nyonya Hong hanya bisa mengumpat kesal pada suaminya. 

Yong Sik berjalan sampai didepan bar sambil memegang sebuket bunga, lalu terlihat ragu didepan bar karena sebelumnya sedang marah dengan Dong Baek.
“Dia terlalu cantik bagiku untuk bicara. Dia minta putus setiap kali kesal. Tapi Apa dia di rumah?” ucap Yong Sik mencoba mengintip lalu dikagetkan oleh Ibu Dong Baek sudah dibelakangnya.
“Astaga, Nyonya. Kau kembali dari mana?” tanya Yong Sik. Nyonya Jung melihat Yong Sik membawa bunga lagi.
“Aku harus berusaha keras untuk dipandang baik lagi.” Kata Yong Sik. Nyonya Jung mengeluh kalau Dong Baek  bukan anak kecil.
“Dia tak akan senang karena bunga, Kenapa beli yang tak bisa dimakan?” keluh Nyonya Jung.
“Ini lebih murah... Harga hortensia hanya 3.000 won seikat.” Kata Yong Sik
“Lupakan harganya 3.000 won. Apa Kau tahu berapa yang dibutuhkan untuk menafkahi keluargamu? Apa kau kaya? Apa Kau punya tabungan?” ucap Nyonya Jung
“Namun, aku berinvestasi dengan hortensia.” Kata Yong Sik. Nyonya Jung berkomentar Yong Sik memang polos sekali.
“Kau sangat naif. Namun, agar kau bisa hidup lugu, istrimu harus tangguh.” Kata Nyonya Jung
“Tetap saja, menurutku kebahagiaan bukan soal uang.” Ucap Yong Sik masih saja tersenyum
“Benarkan? Tak ada jaminan kau akan bahagia dengan uang, tapi kemungkinannya besar. Kebahagiaan tak hasilkan uang, tapi dengan uang, kau bisa beli kebahagiaan.” Kata Nyonya Jung. Yong Sik pikir benar juga.
“Jika anak meminta makan saat kau bangun, maka kau juga akan telantarkan mereka.” Ucap Nyonya Jung dengan mata berkaca-kaca. 



Flash Back
Nyonya Jung mengingat saat menangis dalam kamar mandi, memeluk anaknya. Dong Baek merengek karena lapar. Nyonya Jung menangis meminata agar Dong Baek  berhenti merasa lapar seperti sangat frustasi. Dong Baek terus mengaku sangat lapar sambil menangis.
“Aku hanya berharap anakku bisa hidup kenyang. Aku tak ingin dia mencemaskan kata orang.Namun, pria baik sepertimu selalu meragukan.” Kata Nyonya Jung tak ingin Dong Baek merasakan seperti dulu.
“Nyonya... Aku tak akan biarkan Dongbaek kelaparan. Dia juga tak perlu khawatirkan kata orang.” Kata Yong Sik menyakinkan.
“Bagaimana caranya? Bagaimana dengan ibumu?” tanya Nyonya Jung. Yong Sik hanya bisa terdiam.
“Coba Lihat itu? Pria baik tak pernah mengatakan apa pun. Jangan biarkan putriku tak diterima. Dia sudah waspada dalam seumur hidupnya. Jangan buat dia terintimidasi. Kenapa kau membuatnya menyesal?” ucap Nyonya Jung.
“Aku akan pelan-pelan meyakinkan ibuku...” ucap Yong Sik yang langsung disela oleh Nyonya Jung.
“Jika sikapmu tidak jelas, lupakan saja. Seumur hidup kau akan ragu-ragu.” Kata Nyonya Jung.
Yong Sik gugup berdiri didepan restoran  KEPITING RENDAM BAEKDU lalu masuk dengan buket bunga lebih dulu, memanggil ibunya kalau akan... tapi saat itu wajahnya terlihat kaget melihat yang ada didalam restoran ibunya. 


Di dalam bar sedang banyak pelanggan yang datang, Dong Baek dan ibunya sibuk didapur. Dong Baek mengeluh ibunya  terus keluar malam-malam bahkan datang dan pergi sesukanya. Ia pun ingin tahu apakah ibunya  punya keluarga lain. Nyonya Jung hanya diam saja.
“Apa ada pria atau anak lain?”tanya Dong Baek. Nyonya Jung mengeluh anaknya yang banyak tanya
“Kenapa? Apa Kau merindukanku?” ejek Nyonya Jung, Dong Baek mengeluh ibunya pasti bermimpi.
“Kau membenciku, tapi Apa  kau penasaran dan sedih jika aku tak ada?” ejek Nyonya Jung. Dong baek pikir itu Tidak mungkin.
“Ini karena kau dan Hyang-mi tak ada. Kubilang kita ada reservasi reuni sekolah malam ini.” Kata Dong Baek mencoba menelp Hyang Mi ponselnya tak juga diangkat.
“Dia mematikan ponselnya. Apa dia memutuskan hubungan karena 30 juta won?” kata Dong Baek heran.
“Dia takkan datang lagi... Jangan tunggu yang tak akan datang.” Ucap Nyonya Jung santai.
Dong Baek heran karena ibunya bisa tahu, terdengar teriak pelanggan yang meminta bill. Dong Baek pun bergegas pergi tanpa mendapatkan jawaban dari ibunya. 



Yong Sik terlihat kaget karena ibunya sedang mempersiapkan untuk upacara peringatan. Nyonya Kwak menyindir kalau sudah  berniat tak menganggapnya anak jika Yong Sik tak datang malam ini. Yong Sik hanya bisa terdiam karena merasa bersalah.
“Aku tahu kau tak berpikir lurus, tapi kau bukan manusia jika lupa peringatan kematian ayahmu.” Komentar ibunya.
“Kenapa dia tak berpikir lurus?” kata Gyu Sik yang sedang membantu ibunya. Yong Sik pun menyapa kakaknya yang datang.
“Gyu-sik bekerja di kapal ikan, dia bertanya satu hal setiap datang. "Berapa kali harus kupukul kau?" gumam Yong Sik ketakutan melihat kakaknya.
“Kenapa tak berpikir lurus? Apa Kau punya pacar?” tanya  Du Sik. Yong Sik melihat kakak yang lain makin takut karena sang kakak  bisa yuyitsu.
“Ibu, apa dia bertingkah belakangan ini?” tanya Du Si. Yong Sik mengeluh kalau bukan anak-anak.
“Mungkin dia sungguh berpacaran. Dia membawa bunga.” Komentar si kakak perempuan. Yong Sik langsung menyembunyikan buket bunganya.
“Apa Kau berpacaran? Maka kau harus bicara denganku. Aku tahu semuanya.” Kata Du Sik.
“Berhenti bicara omong kosong dan ganti pakaian.” Kata Nyonya Kwak. Yong Sik akhirnya mengaku sedang berpacaran dengan seseorang.
“Astaga. Yong-sik, kau sudah dewasa.” Komentar Du Sik.  Gyu Sik pun menyuruh adiknya agar berpacara dengan banyak orang.
“Itu Baik, kalau banyak berpacaran sebelum menikah.” Kata Gyu Sik. Du Sik mengeluh kalau Yong Sik pasti memacari banyak wanita.
“Dia mudah jatuh cinta. Dia dahulu tertarik dengan kakak Seung-yeop. Dia suka sekali gadis kumal itu hingga berkeliaran menangkap kumbang dengannya.” Ejek Du Sik
“Dia tak seperti itu.” Kata Yong Sik membela. Nyonya Kwak tak ingin mendengarnya lagi menyuruh anaknya  Pergi dan ganti baju saja.
“Dia tampak bagus... Berhenti memintanya ganti baju. Omong-omong, apa ini serius? Apa pekerjaannya?” tanya Du Sik penasaran.
“Dia mengelola bisnis. Wiraswasta.” Kata Yong Sik. Kakaknya makin penasaranbertanya Seperti apa? Toko? Di mana?
“Di sini.” Ucap Yong Sik. Du Sik ingin tahu  Di sini mana. Yong Sik menjawab  ada Di sana. Duk Sik makin penasaran Di sana mana. Nyonya Kwak mengeluh menyuruh Yong Sik agar Pergi dan ganti baju saja.
“Dia. Dongbaek... Apa Kau tahu, Camellia. Dia pemiliknya.” Ucap Yong Sik. Semua hanya bisa menghela nafas mendengarnya. 



Dong Baek gelisah didepan pintu seperti menunggu seseorang, saat seseorang datang Ia langsung berdiri. Ternyata hanya pelanggan datang karena payungnya tertinggal. Nyonya Jun yang melihat anaknya mengejek Dong Baek itu seperti anak anjing”
“Kau ingin ke luar setiap mendengar bel. Kau terlalu mudah bergantung. Jika dia tak datang, biasa saja. Kau terus putus asa menunggunya. Kenapa kau sangat...” keluh ibunya
“Ya, aku gampang karena sendirian seumur hidupku. Senang ada yang mencemaskanku dan memberiku perhatian.” Komentar Dong Baek.
“Apa Kau menyerangku? Apa Kau ingin berkata karena kau tak pernah dicintai?” sindir Nyonya Jung
“Orang-orang yang tumbuh dicintai sepertinya tak punya masalah berkencan. Tapi bagiku selalu semua atau tak sama sekali. Aku selalu berusaha tidak jatuh cinta karena takut terluka” akui Dong Baek
“Aku bersikap seperti pecundang.  Saat aku mencintai seseorang, maka aku beri semuanya. Aku tahu itu menyedihkan, tapi itulah diriku.” Tegas Dong Baek
“Berhenti menatap pintu dan telepon saja dia. Katakan kau siap memberi semua.” Kata Nyonya Jung
“Kutahan diri karena punya akal sehat... Kenapa Yong-sik harus begitu sempurna? Aku tak bisa jujur soal perasaanku karena dia di luar jangkauanku.” Keluh Dong Baek. 


Nyonya Kwak sedang membersihkan kepiting diluar, Dua kakak Yong Sik mengomentari adiknya itu  pasti sudah gila, Gyu Sik mengeluh Jika  masih kecil, maka  pasti memukulinya. Du Sik meminta Yong Sik harus pikirkan mereka.
“Dia mengelola restoran sampai hari ini untuk menghidupimu. Kenapa kau tak bersyukur dan mengecewakannya?” teriak Gyu Sik
“Lebih baik kau berkeliaran menangkap kumbang! Dari semua wanita... Apa dia terus merayumu? Apa Dia terus mendekatimu? Karena itu?” tanya Du Sik marah
“Jaga bicaramu!” kata Yong Sik membela dengan tatapan sinis. Duk Sik melihat adiknya yang sudah hilang akal.
“Hei, jangan menatap begitu! Cepat Keluar! Coret saja namamu dari kartu keluarga!” teriak Du Sik marah 

“Biarkan saja dia... Biarkan dia! Yong-sik,  kau pulanglah.” Ucap Nyonya Kwak akhirnya masuk ke restoran.
“Ibu, dia seperti ini karena kau selalu membiarkannya. Dia tak dewasa karena kau perlakukan dia seperti anak-anak.” Keluh Du Sik marah
“Kalian setidaknya hidup dengan ayah kalian saat dia masih hidup. Namun, dia tak pernah melihat ayahnya. Jadi, jangan keras padanya. Seharusnya kalian lebih sayang daripada bersikap keras. Jangan keras padanya. Ini membuatku kesal!” kata Nyonya Kwak.
Yong Sik  mendengar ucapan ibunya hanya bisa menangis haru. Kakaknya langsung menyuruh adiknya  Berhenti menangis. Yong Sik mengaku sayang Ibu dan juga sayang pada kakaknya tapi  tak bisa apa-apa soal perasaannya ke Dongbaek, bahkan tak bisa hentikan perasaannya. 


Pagi hari 
Dong Baek sudah memakai pakai rapih dan juga sepatu membawa keranjang belanja dan keluar rumah. Tiba-tiba Nyonya Jung sudah ada didepan rumah bertanya mau kemana anaknya, apakah mau kepasar. Dong Baek terlihat gugup.
“Kau berdandan.. Apa Kau mau ke pasar dengan sepatu itu?” ejek Nyonya Jung
“Kau tahu apa soal mode pasar? Kau tak pernah ke sana.” Ucap Dong Baek membela diri.
“Tunggu... Aku ikut denganmu.” Kata Nyonya Jung masuk ke dalam rumah. Dong Baek pun bergegas pergi. Nyonya Jung hanya tersenyum melihat tingkah anaknya karena hanya mengodanya. 

Yong Sik masih tertidur pulas, mendengar bunyi alarm tertulis [KAMIS- PERGI KE PASAR DENGAN DONGBAEK TIAP KAMIS] tapi kembali tertidur karena masuk mengantuk. Nyonya Kwak sudah sibuk didapur memasak sup.
“Sudah kubilang aku bisa sarapan di kepolisian. Kenapa selalu membekaliku?” keluh Yong Sik tak ingin merepotkan ibunya.
“Kau harus makan rebusan sehari setelah peringatan.” Kata Nyonya Kwak. Yong Sik pun mengeluh ibunya itu tak perlu siapkan sebanyak itu.
“Hei, jangan membantah kakak-kakakmu... Mereka akan memukulimu.” Nasehat Ibunya. Yong Sik memberitahu harus berangkat pagi.
“Kudengar kau ke pasar setiap Kamis pagi dengan Dongbaek. Kudengar kalian duduk di kursi belakang bus nomor tiga,berpegangan tangan, dan lainnya. Semua orang di lingkungan ini mata-mataku.” Kata Nyonya Kwak
“Para wanita itu tak bisa dipercaya. Apa mereka pikir kami masih SMP? Kenapa memberitakan semua yang kulakukan? Usiaku sudah lebih dari 30 tahun... Astaga.” Keluh Yong Sik
“ Namun, jangan pergi hari ini.” Pinta  Nyonya Kwak. Yong Sik mengeluh kalau bukan anak kecil.
“Kau tak bisa memaksa kami putus. Aku sangat menyukai Dongbaek.” Ucap Yong Sik.
“Aku memimpikan ayahmu semalam. Ini Sudah lama sekali, tapi aku memimpikannya. Dia datang untuk peringatan. Ayahmu berdiri sendirian di tengah pasar. Namun, dia tak tampak senang. Jadi Jangan pergi hari ini. Mari makan bersama saja.” Pinta Nyonya Kwak.
Saat itu Tuan Byun menelp. Yong Sik heran Tuan Byun yang menelepon pagi-pagi lalu mengangkatnya dan kaget mengenai Danau Ongsan. 

Di halte bus
Dong Baek duduk sendirian menunggu seseorang yang datang, tatapan selalu mengarah ke samping kirinya.  Yong Sik datang dengan wajah sumringah mengaku ingin tiba lebih cepat darinya. Ia lalu memberitahu kalau Ibunya  membelikan sekotak ekstrak minyak ikan untuknya.
“Kita harus minum karena di luar dingin pagi ini.” Kata Yong Sik membuka minuman tapi malah mengenai bajunya.
“Tidak mudah bangun pagi-pagi sekali... Kau tak bisa selalu konsisten. Beginilah keadaannya.” Komentar Yong Sik yang masih tersenyum walaupun ceroboh.
Dong Baek ternyata hanya melihat bayangan karena selama ini Yong Sik selalu menemaninya.
“Aku benci naik bus sendirian.” Gumam Dong Baek mengingat selama ini hanya sendirian.
Saat di restoran, pelayan datang bertanya untuk berapa orang. Dong Baek mengaku hanya satu orang tapi akan pesan dua porsi. Ia terlihat sedang hamil besar dan hanya duduk sendirian direstoran.

“Aku juga benci butuh teman makan. Sudah lama sejak aku terbiasa melakukan semua sendiri. Kini, aku tak ingin duduk sendiri. Terbiasa dengan sesuatu itu menyebalkan.” Gumam Dong Baek akhirnya naek ke bus sendirian. 


Pagi hari di danau ongsan. Tuan Byun mengelu  Ada apa dengan semua kebakaran ini, karena Ini mulai mengganggunya. Yong Sik bergumma  Ini kebakaran ketiga. Petugas mengingat Tuan Byun yang minta dihubungi jika ada kebakaran.
“Namun, apinya bahkan tak sebesar itu.” Kata petugas. Tuan Byun melihat sesuatu.
“Apa di gedung akademi juga ada serbuk gergaji?” tanya Tuan Byun. Petugas mengaku Ada dan melihat serbuk gergaji di sana.
“Kurasa aku juga melihat serbuk gergaji di kebakaran gudang.” Kata Tuan Byun.
“Astaga, sepertinya seseorang juga membakar sweter.” Kata Petugas melihat masih ada sisa pembakaran.
“Ini sepertinya sweter Dongbaek.” Kata Yong Sik melihat jaket yang dipakai Hyang Mi mengantar pesanan. Tuan Byun kaget mendengarnya.
“Kepala, katamu ada empat kebakaran sebelum seseorang mati, 'kan?” ucap Yong Sik mulai tegang.
“Astaga, ini jelas laporan palsu. Orang yang menelepon seolah berkata seseorang tewas terbakar. Siapa yang membuat laporan palsu sepagi ini?” keluh Petugas kebakaran yang lain.
“Kepala... Kurasa aku tak sebaiknya di sini sekarang.” Kata Yong Sik lalu bergegas pergi. 


Dong Baek sudah ada didalam bus, Yong Sik mengemudikan mobilnya bertanya keberadan Dong Baek apakah ada di dalam bus. Dong Baek mengaku akan pergi ke pasar dan ingin tahu kenapa bertanya. Yong Sik bertanya Apa banyak orang di bus, Apa ada orang aneh
“Memang kenapa jika ada orang aneh?” tanya Dong Baek heran melihat ada banyak orang.
“Dongbaek, di mana kau sekarang? Aku akan ke sana.” Ucap Yong Sik. Dong Baek mengaku akan turun lalu menekan tombol bus dan terlihat tulisan didepan bangku [TAK ADA SATU PENYIHIR PUN YANG TAK DIBAKAR]

Dong Baek pergi ke pasar, penjual mulai menawarkan ikan sungut ganda. Salah seorrang bibi berkomentar Dong Baek datang sendiri dan bertanya dimana pacaranya. Dong Baek mengaku hanya sendiri hari ini. Tiba-tiba terdengar suara pengumuman dari pengeras suara.
“Pengumuman untuk pemilik Camellia di Ongsan. Datanglah ke lantai dua dan ambil tanda terimamu”
“Dongbaek, jangan lupa tanda terimamu. Membayar pajak bukan main-main.” Komentar salah satu bibi. Dong Baek mengaku akan pergi.
Sementara di ruangan, Si  paman yang berbicara didepan mic heran bertanya-tanya Siapa yang taruh catatan ini. Ada sebuah note bertuliskan “MINTA PEMILIK CAMELLIA AMBIL TANDA TERIMA”
Akhirnya Dong Baek pergi ke RUANG 201, KANTOR PENJUALAN tapi kosong dan duduk sendirian. 

Beberapa saat  kemudian seorang paman berpikir Apa ada yang menyalakan pemanas, karena Baunya membuatnya sakit kepala. Dong Baek yang masih ada diruangan heran tak ada orang di sini. Ia merasaka kepala sakit dan melihat ada pemanas yang menyala.
“Ruangan ini butuh udara segar.” Ucap Dong Baek lalu terdengar suara sirine.
Dong Baek ingin keluar tapi pintu ruangan terkunci, ternyata ada orang  yang mengunci dari dalam. Pelaku keluar dari TKP, terlihat dengan sepatu gunung dan juga korek api yang dimainkan. Dong Baek berusaha mengedor pintu meminta tolong.
Ponselnya terjatuh, saat Yong Sik menelp tak bisa diangkat olehnya. Yong Sik mengemudikan mobilnya menerima laporan “ Darurat. Terjadi kebakaran di Pasar Boga Bahari Ongsan.”
“Kebakaran keempat terjadi hari Kamis di pasar.”gumam Yong Sik lalu sampai dipasar melihat ada api dan asap yang mengepul.
Ia masuk mencoba menyelamatkan semua pedagang akhirnya keluar, lalu naik ke lantai atas. Di atas sudah banyak asap yang mengepul, tapi matanya bisa melihat keranjang yang sering dipakai Dong Baek.  Ia pun berterak memanggil Dongbaek tapi Dong Baek sudah  pingsan dalam ruangan.
Yong Sik mencoba mendobrak pintu tapi terlalu keras dan tubuhnya mulai panas. Ia melihat ada air galon langsung menyiram ke seluruh tubuhnya dan langsung mencoba mendobrak pintu kembali dengan lengannya. Saat itu pintu pun terbuka dan Dong Baek terlihat masih pingsan. 


Akhirnya semua korban sudah dibawa ke rumah sakit, Dong Baek terdiam mendengar pembicaraan Dokter dengan pasien lainya. Dokter bertanya Kenapa tangannya. Perawat memberitahu pasienya ini  mendobrak pintu yang terbakar. Mereka berkomentar pria itu sudah gila.
Sementar di ruang receptionist, perawat memberitahu kalau  namanya ada di daftar pasien di telp, Namun,perlu memeriksa apa dia boleh dibesuk... S pria  yang menelp terlihat kesal mendengar apakah Orang bisa membesuknya.
“Apa Kau tak mendengarku? Apa Dia belum mati?” kata Si pria marah da langsung menutup telpnya, disampingnya sudah ada cairan “HERBISIDA GRAMOXONE sesuai dengan ucapan Joon Oh “Perusahaan menaruh berbagai label peringatan di botolnya.” 

Dongbaek melihat baju polisi Yong Sik didalam keranjang, lalu hanya bisa menangis melihat banyak kain yang menutup lengan Yong Sik. Ia akan pergi tapi Yong Sik menahanya saat membuka mata. Yong Sik bertanya apakan Dong Baek baik-baik saja.
“Astaga. Aku harus bagaimana?” ucap Dong Baek merasa bersalah. Yong Sik malah meminta agar Dong Baek memperlihatkan tanganya.
“Apa Kau mencemaskan tanganku sekarang?” keluh Dong Baek melihat hanya ada luka ditanganya. Yong Sik tetap ingin melihatnya.
“Yong-sik. Apa kau bodoh? Apa Kau tak bisa berpikir Kau sungguh tak bisa hati-hati. Apa Kau pikir kau pahlawan? Apa Kau pikir kau tak bisa mati? Kenapa melakukan ini untukku? Kau sungguh membuatku kesal. Aku sangat kesal.” Ungkap Dong Baek sambil menangis.
“Kurasa... aku tak bisa melakukan ini lagi. Aku lelah. Aku sudah muak. Aku tak bisa fokus bekerja karenamu. Kau membuatku kesulitan.” Ucap Yong Sik berusaha untuk duduk bersadar.
“Sudah kuduga ini akan terjadi karenaku.” Gumam Dong Baek sudah tahu dengan nasibnya.
“Aku...ingin hidup tenang sekarang. Mari kita akhiri ini.” Kata Yong Sik
“Kurasa kau akhirnya dewasa... Baiklah... Kau harus pergi. Yong-sik. Jika tetap di sisiku, kau akan kena kesialanku.” Ucap Dong Baek duduk tak menatap Yong Sik
“Mari hentikan... semua rayuan... Mari akhiri ini.. Dan sekarang... Mari menikah saja.” Ucap Yong Sik melamaranya. Dong Baek kaget mendengarnya.
“Aku tak bisa berhenti mencemaskanmu. Aku sangat mengkhawatirkanmu, itu membuatku cemas Lalu... Kau... Kau sangat manis. Aku ingin kau di sisiku sepanjang hidupku.” Goda Yong Sik sambil tersenyum bahagia. Dong Baek pikir Yong Sik itu sudah gia
“Apa Kau pikir nasib sialmu akan menulariku? Dongbaek, kau tak tahu betapa beruntungnya aku. Aku akan memberimu semua keberuntunganku.” Kata Yong Sik. Dong Baek pikir Yong Sik memang benar-benar gila.
“Pada usia 34 tahun, aku dilamar pria untuk kali pertama dalam hidupku.”gumam Dong Baek seperti sangat terharu.
“Aku tak takut menembus api demi menyelamatkanmu. Jadi, kita harus menikah... Ayolah. Mari menikah... Bagaimana?” tanya Yong Sik dengan senyuman manisnya.
“Aku lupa aku pecundang yang mengharapkan cinta seumur hidupku, dan aku tak takut mengatakannya.”gumam Dong Baek menatap yong Sik
“Yong-sik... Aku mencintaimu.”akui Dong Baek. Yong Sik tersenyum bahagia mendengarnya mengaku sudah menduganya. Keduanya hanya bisa tersenyum, Yong Sik lalu menarik tali jaket Dong Baek, lalu menciumnya. Keduanya pun berciuman di bilik rumah sakit.
Bersambung ke episode 27

Cek My Wattpad... Stalking 

      
Cek My You Tube Channel "ReviewDrama Korea"

PS; yang udah baca blog / tulisan aku.. Tolong minta follow account IG aku yah dyahdeedee09  & Twitter @dyahdeedee09  jadi biar makin semangat nulisnya. Kamsahamnida.

FACEBOOK : Dyah Deedee  TWITTER @dyahdeedee09 




Cara Masak Ayam Goreng Krispy ala mama suka

Sinopsis When The Camellia Blooms Episode 25

PS : All images credit and content copyright : KBS

Buat kalian yang suka membaca tulisan aku meminta dukungan dalam bentuk "Subscribe" You tube karena sedang mencoba mengumpulkan 1,000 Subscribe. 
Tinggal Klik disini, buat yang sudah Subscribe. Terimakasih banyak. Semoga bisa sampe bulan ini 

CAMELLIA
Dong Baek mengantar Hyang Mi yang mengantar makanan. Saat itu Jong Ryul pun mengikuti dari belakang sambil berkomentar Tikus kecil menuju kuburannya sendiri. Di pingir jalan, sebuah mobil misterius juga mengikuti mobil Jong Ryul dari belakang.
“Malam itu, semua melihatnya untuk terakhir kali.”
Saat di persimpangan jalan, Jessica ada dijalur depan melihat Hyang Mi lalu berteriak histeris “Mati kau” walaupun sang ibu bertanya dimana keberadaan anaknya itu. Hyang Mi yang tak curiga terus mengemudikan mobilnya.

Jessica pun mengikuti Hyang Mi dari belakang, Tuan No membereskan barang-barang dalam bagasi dan terlihat mabuk. Hyang Mi lewat sambil memberikan tanda cinta dengan jarinya. Tuan No berteriak marah “Beraninya dia merendahkanku?”
“Malam itu, semua... melihat momen terakhirnya.” 
Nyonya Jung mengangkat telp sambil berkata di depan Camellia sekarang. Dong Baek bertanya pada ibunya  Kenapa memanggil taksi di jam ini. Nonya Jung tak menjawab menyuruh Dong Baek agar membawa anak itu pulang dan berpikir Lebih baik Pil Goo tak tidur di sini lagi.
“Kau mau ke mana? Kenapa terus keluar?” tanya Dong Baek. Nyonya Jung tetap tak menjawab.
“ Selain itu, jangan di luar terlalu malam.” Kata Nyonya Jung lalu melangkah pergi. 


Nyonya Jung memperingati Hyang Mi “ Jika terus usil, kau mati.” Lalu Nak Ho mengatakan “Sekalipun ditemukan tewas di danau...” setelah itu Jong Ryul yang bertemu Hyang Mi sempat mengatakan “Mungkin aku harus membunuhnya.”
“Prosedur hukum biasa tak cukup menyalurkan marahku.” Kata Nyonya Hong terakhir kali bertemu Hyang Mi karena berselingkuh dengan suaminya.

“Astaga, sepertinya aku tak bisa membunuhnya.” Kata Tuan No yang marah besar dengan Hyang Mi
“Aku akan membunuhnya.” Kata Jessica kesal karena diperas oleh Hyang Mi.
“Lalu semua orang... Mereka semua punya motif.”


Di sebuah gudang terlihat spanduk MEMANCING dan diatas meja terlihat tulisan “CUMI-CUMI DAN BABI TUMIS SATU PORSI” yang masih utuh dan Hyang Mi seperti sudah tergeletak dengan darah yang mengalir.
Pagi hari, Dong Baek penasaran pergi ke rumah Hyang Mi tapi pintu dikunci dan banyak surat tagihan yang diselipkan didepan pintu. Ia mencoba mengetuk pintu. Seorang bibi masuk berpikir Hyang Mi yang datang akhirnya masuk bersama Dong baek.
“Depositnya sudah lama hangus. Astaga. Apa yang harus kulakukan dengan semua jamur ini?” keluh bibi melihat suasana rumah seperti kapal pecah.
“Hyang-mi kabur membawa uang depositku. Aku penasaran apa Hyang-mi pergi ke Kopenhagen.” Gumam Dong Baek kebingungan. 

Di KANTOR POLISI
Tuan Byun bergegas keluar menghampiri Yong Sik dengan wajah panik. Yong Sik bingung Apa yang terjadi. Tuan Byun memeriksa tangan Yong Sik dan ingin tahu Apa kata dokter? Apa fatal? Dengan wajah panik.  Yong Sk mengeluh balik bertanya Kenapa ia mesti mati.
“Herbisida Gramoxone ditemukan di makanan kucing!” jerit Tuan Byun panik. 

Saat di dalam kantor, Yong Sik memberitahu kalau sudah oleskan salep. Tuan Byun memberikan handcleaner agar Yong Sik mengosok tanganya karene  Menyentuhnya saja bisa berbahaya dan memakannya 90 persen fatal.
“Beri tahu aku lebih banyak. Apa ada herbisida di semua makanan kucing?” tanya Yong Sik penasaran.
“Ya, hampir semua. Periksa ini. Dari 14 sampel yang kau kirim, ditemukan di 13 sampel.” Jelas Tuan Byun. Yong Sik pun ingin tahu Lalu yang satu lagi.
“Sampel yang kau ambil dari pencinta kucing. Hanya itu sampel yang bersih.” Ucap Tuan Byun. Yong Sik tak percaya mendengarnya.
“Ini sebenarnya racun terkenal. Ini yang dahulu digunakan orang untuk bunuh diri. Banyak orang yang mati hingga perusahaan menaruh berbagai label peringatan di botolnya.” Jelas Tuan Byun.

“Apa karena itu penjualan herbisida dilarang?” kata Oh Joon sambil melihat di internet. Yong Sik bertanya kapan itu dilarang.
“Di sini tertulis dilarang tahun 2012.” Kata Oh Joon. Yong Sik benar-benar tak mengerti dengan semua petunjuk ini.
“Kita sungguh harus memburu orang ini.” Kata Yong Sik. Tuan Byun mengeluh Yong Sik harus melakukan apa.
“Apa kau ingin Menahan tersangka karena membunuh kucing?” ucap Tuan Byun
“Dia memakai herbisida mematikan yang tak dijual lagi di toko. Selama enam tahun terakhir, total lima orang meninggal di sini. Lalu si berengsek ini menyimpan herbisida selama tujuh tahun.” Jelas Yong Sik 
“Selama waktu itu, dia membunuh semua kucing di sekitar sini dengan herbisida mematikan di makanan kucing setiap hari. Ketekunannya menakutkan, jika kau tanya aku. Karena itu... aku harus menangkap bedebah ini.” Ucap Yong Sik dengan mata penuh amarah.
Saat itu Oh Joon dan Sung Min ketakutan melihat tatapan mata Yong Sik,   Tuan Byun mengeluh dengan tatapan mata Yong Sik, saat itu Dong Baek datang dengan wajah panik. Yong Sik kaget melihat Dong Baek yang datang. 



Di sebuah bengkel, bagian depan mobil terlihat rusak. Montir pikir kalau  mobilnya  pasti menabrak pembatas. Jessica memastikan kalau  Ini tak akan masuk catatannya jika tak menghubungi asuransi. Sementara Jong Ryul berbicara ditelp mengatakan kalau akan jelaskan nanti.
“Permisi, bisa cuci bagasinya terpisah nanti?” ucap Jong Ryul pada petugas, Si petugas cuci pun menganganguk mengerti. 

Mobil Jung Ryul masuk PENCUCIAN MOBIL dengan robot. Jessica sudah ada didalam mobil sambil bertanya  Apa kata mereka dan Kenapa mereka telepon. Jung Ryul memberitahu kalau Iklan penjernih air dibatalkan dan Jika mereka bercerai, maka akan terkena penalti.
“Siapa yang mengizinkanmu? Siapa yang memberimu hak menolak iklanku? Kontrak itu juga termasuk aku, kau tahu.”teriak Jessica marah
“Anak laki-laki itu... adalah putraku. Pil-gu adalah putraku. Jika kita bercerai, maka aku ingin membesarkannya.” Ucap Jong Ryul
“Diam.” kata Jessica marah, Jong Ryul pikir Jessica  bisa bawa apa pun yang diingikanya.
“Lagi pula, aku merawat Ji-seon sendiri. Tak ada yang akan berubah. Kita hanya akan menandatangani surat.” Kata Jong Ryul
“Bagaimana bisa tak berubah? Hanya bagimu, mungkin seperti itu” kata Jessica marah
“Bukannya kita pasangan yang layak. Aku tak ingat kapan kita makan bersama.”kata Jong Ryul
“Makan sialan! Aku juga ingin makan. Namun, tak bisa karena beratku akan naik. Dengan Menambah berat menambah pembenci!” teriak Jessica. Jong Ryul kaget.
“Kata mereka aku babi... Katanya aku hidup dari ketenaranmu dan gemuk karena semua makanan itu.” Teriak Jessica.
“Lalu kau ingin aku berbuat apa? Jika bisa, aku sudah tenggelamkan diriku sejak dahulu.” Ucap Jessica terlihat marah. Yong Sik hanya diam saja. 


Di kantor polisi
Tuan Byun duduk dengan Dong Baek sementara, Yong Sik terlihat menaha emosi dengan wajah cemberut duduk meja kerjanya. Tuan Byun  membahas  Hyang-mi kabur setelah mencuri 30 juta won, tapi dia kembali sebentar. Ia pikir Mungkin ada yang lain yang harus diambilnya.
“Dia membawa sepeda motor.” Kata Oh Joon. Dong Baek seperti tak peduli dan ingin tahu Apa ada laporan kecelakaan
“Mungkin di rutenya...” kata Dong Baek. Tuan Byun yakin kalau Hyang Mi jelas kabur.
“Kau harus laporkan pencurian, alih-alih kehilangan orang.” Kata Tuan Byun.
“Namun, apa dia sungguh melakukannya? Mungkin dia bertemu Pengusil di rute pengantarannya. Tapi kenapa? Kenapa?” teriak Yong Sik marah dan langsung keluar dari ruangan. 

Dong Baek mengikuti Yong Sik bertanya apakah marah padanya.  Yong Sik marah karena Dong Baek mengantar di larut malam padahal Tak ada yang menyuruhnya. Ia mengaku kalau Dong Baek hanya membuatnya khawatir dan berpikir kalau Dong Cbaek mencoba membuatanya khawatir setengah mati.
“Apa aku harus berhenti mengantar?” tanya Dong Baek. Yong Sik menegaksan hanya memintanya tak mengantar larut malam.
“Kalau begitu... aku harus tutup awal dan berhenti mengantar agar kau tidak khawatir. Haruskah aku melakukan yang kau izinkan saja?” tanya Dong Baek. Yong Sik seperti serba salah.
 “Kau tahu bagaimana hidupku. Ini Tidak pernah mudah... Mengantar makanan, dirampok, diserang Pengusil? Itu bagian dari hidupku. Hidupku, kondisiku, dan berbagai kesulitan yang kulalui. Tolong hormati itu.” Jelas Dong Baek.
“Dongbaek, kau bukan penyanyi idola. Lalu aku bagaimana? Haruskah aku menontonmu saja dari jauh dan mendukungmu? Aku juga lelah.” Kata Yong Sik.
“Apa Kau lelah?” tanya Dong Baek lalu bergumam  “Mereka yang tak pernah dicintai punya kebiasaan bodoh. Mereka seharusnya lebih bergantung saat cemas, tapi malah mencari pembenaran.”
Ia mengingat saat berkelahi denga Jong Ryul didepan stasiun yang membuatnya ingin putus hubungan. Jong Ryul menahanya pergi, tapi Dong Baek tetap ingin pergi.
“ Biar kujelaskan! Kurasa kau tak mencintaiku lagi. Kalau begitu, kita putus saja.” Ucap Dong Baek
 “Walau cemas, kau bertingkah biasa saja. Kami ingin pembenaran. Tapi Kami malah menghancurkan semuanya.” Gumam Dong Baek.
“Apa Kau lelah? Sebaiknya kau bersama yang tak membuatmu lemah. Kau harus bertemu seseorang yang hidup normal dan tak punya anak.” Ucap Dong Baek
“Dongbaek... Karena lebih menyukaimu bukan berarti aku berutang. Jadi, tolong jangan pakai kata-kata itu jadi senjata.” Keluh Yong Sik gugup.
“Melihat betapa cemas diriku... Kini tampaknya aku yang lebih menyukainya.” Gumam Dong Baek. Yong Sik pun menyuruh Dong Baek pergi saja lalu masuk ke dalam kantor polisi. 




[Episode 25- AKHIR DARI SEMUA RAYUAN]
Di dalam ruangan
Tuan Byun membagi tugas pada Sung Min agar  Periksa rekaman kamera pengawas di terminal untuk Hyang-mi. Ia lalu bertanya  Siapa nama preman itu. Oh Joon menjawab Kim Nak-ho. Tuan Byun pun meminta agar menelp Nak Ho untuk mencari jawaban.
“Hidup Dongbaek jelas salah satu yang paling malang.”komentar Tuan Byun. Yong Sik yang mendengarnya langsung marah
“Yang benar saja? Berhenti bicarakan hidupnya! Aku muak dan lelah. Jika dia begitu malang, kenapa dia bertemu denganku?” teriak Yong Sik kesal
“Kau jelas sangat percaya diri.”komentar Tuan Byun. Yong Sik mengeluh  Semua orang di dunia ini mengoceh soal betapa malang Dong Baek.
“Akan kutunjukkan pada kalian. Kutunjukkan pada semua betapa bahagianya dia jelas akan buat semua orang tutup mulut.” Kata Yong Sik kesal 
“Apa Kau baru menganggap kecemasanku sebagai ocehan? Lalu apa yang harus kita lakukan untuk menyusuri rute Hyang-mi? Kami akan mengurusnya.” Ucap Tuan Byun. Yong Sik mengeluh mendengarnya. 
“Kau pergilah dan tangkap Pengusil.” Ucap Tuan Byun memberikan pada Yong Sik. Yong Sik mengeluh kalau Bukan itu maksudnya.
Dua juniornya mencoba agar membuat menahan Tuan Byun, tapi Tuan Byun tetap berjalan pergi. 


Di dekat bar CAMELIA, saat itu dua orang pria ada didalam mobl melhat foto dalam laptop sambil mengeluh Apa bagusnya fotonya jika tak ada satu pun yang bersama.
Flash Back
Hyang Mi datang ke studio dan langsung memanggil “Ayah Pil Goo” lalu masuk ke dalam ruang makeup. Seorang pria mengambil foto Hyang Mi dari belakang dengan ponselnya. 
Hyang Mi akan naik bus dan merasakan ada seseorang yang mengkutinya. Si pria ternyata mengambil foto dibalik orang-orang yang mengunakan ransel lalu meminta agar mengirimkan orang untuk pergi ke Ongsan.
“Jadi, dia bertemu Kang Jong-ryeol, lalu Jessica. Itu saja sudah cukup.” Ucap Si pria yang mengikuti Hyang Mi bahkan mengambil gambarnya. Hyang Mi pun terus merasakan ada orang yang terus mengikutinya.
Saat Hyang Mi mengantar si pria merekam dari black box saat mobil Jong Ryul mengikutinya.  Paparazi pikr mereka Pergi dan bertemu di suatu tempat dan hanya butuh mereka berdua di satu frame. Di lampu merah, Jong Ryul melihat motor Hyang Mi.
“Jika tak ada saksi, maka aku ingin menabraknya saja.” Ucap Jong Ryul lalu merasakan ada lampu blitz dibelakangnya.
“Apa Kau gila? Kenapa memakai blitz?” teriak temanya. Si pria pikir  Sekarang gelap, jadi...
Jong Ryul langsung bisa meraskan ada orang yang mengikutinya, Mobil belakang mencoba mencari alibi dengan berhenti disamping mobil Jong Ryul. Lampu hijau menyala, tapi si mobil tetap diam. Jong Ryul pun berteriak memberitahu kalau lampu sda menyala. 


Di depan bar
Si wartawan junior pikir Tak ada yang datang bahkan Jong Ryul tak kemari, begitu juga wanita itu. Saat itu mereka terus mengintai dan terdengar suara gesekan dari samping mobil, Pil Goo baru pulang menarik tas rodanya. Si pria marah langsung keluar mobil.
“Hei, Nak! Sial... Beraninya kau menggores mobilku.” Teriak si pria tanpa sadar melihat nama  KANG PIL-GU
“Pak, tolonglah... Dia anak yang bersamanya.” Ucap juniornya. Si pria berusaha untuk tenang.
“Omong-omong, apa kau bermain bisbol?”tanya si pria akhirnya mencari informasi. 


Nyonya Hong bertanya pada anaknya Tuan No  Bagaimana mertuanya,  Apa dia tahu, Apa Hong Ja-yeong sungguh tak di sana. Tuan No yang berbaring disampingnya mengeluh meminta ibunya jangan bertanya karena  tak ingat. Tuan No malah ingin tahu Apa sesuatu terjadi kemarin.
“Entah kenapa aku gugup.” Ungkap Tuan No. Nyonya Hong pikir  Sekarang bukan saatnya mabuk.
“Kau akan kehilangan rumahmu! Apa Kau sudah urus balik nama?” tanya Nyonya Hong
“Pembangunan kembali bukan masalahnya.” Kata Tuan No. Nyonya Hon pikir Bukan hanya itu.
“Jika orang tahu kau bercerai karena selingkuh, maka aku akan bunuh diri saja karena malu.” Tegas Nyonya Hong
“Jika reputasimu penting, seharusnya kau juga lebih baik padanya.” Kata Tuan No mengeluh pada ibunya.
“Aku angkuh karena kau tak punya apa-apa dibandingkan dia. Aku tak mau dia meremehkanmu!” tegas Nyonya Hong
“Jika begitu, kenapa kau agungkan menantu lelakimu? Kenapa? Dia lebih buruk dariku.” Ungkap Tuan No. Nyonya Hong bingung.
“Saudariku di sini dan suaminya di sini. Aku terimpit di tengah, di mana Ja-yeong? Ja-yeong di atas sini.” Kata Tuan No mengibaratkan kalau istrina ada ditingkat paling atas.
“Kau membelikan suaminya mobil karena ada jarak sejauh ini antara mereka. Lalu Ja-yeong?” kata Tuan No kesal.
“Kataku, dia di atas sini... Akan adil jika dia mendapat rumah. Kenapa kau berselingkuh jika tahu itu? Tak bisa dipercaya.” Keluh Nyonya Hong. Tuan No menegaskan pada ibunya  Itu bukan selingkuh.



Yong Sik berdii dii depan  OPTIK YEONHA lalu melihat gambar-gambar yang sudah diambilnya sambil bergumam “Rumah Heung-sik, klinik kulit, pembakar di Akademi Hanbit, dan pemantik hijau.  Empat kasus pembakaran, lalu satu pembunuhan. Direktur Akademi Hanbit dan No Gyu-tae seperti saudara.”
Saat itu Tuan No turun dari mobilnya melihat Yong Sik berdiri di depan tokonya dan langsung bertanya sedang apa dan Kenapa di tempat bisnisnya. Yong Sik mengaku ingin menanyainya. Tuan No heran Yong Sik ingin menanyakan padanya.
“Tuan No Gyu-tae. Akademi Hanbit... Kau kenal direkturnya, 'kan? Dari yang kudengar, kalian seperti saudara.”kata Yong Sik
“Apa Kau bawa surat perintah?” tanya Tuan No mencoba menghindar. Yong Sik pikir apakah penting harus membawanya.
“Aku tak tahu apa pun... Aku sungguh tak tahu apa-apa.” Ucap Tuan No gugup tak bisa membuka kuncin gembok.
“Kenapa tak bisa masukkan kunci ke lubangnya? Apa Kau bingung? Kau sedang lengah, 'kan? Benar, 'kan?”sindir Yong Sik. Tuan No ingin berdiri tapi kakinya terlihat lemah.
“Lututmu melemah. Aku ingin tahu sebabnya. Aku tepat sasaran, 'kan?”kata Yong Sik
“Aku mengayuh sepeda air! Apa kau pernah naik itu? Apa harus kubuktikan aku naik itu? Tolong biarkan aku sendiri! Istriku meninggalkanku, lalu kenapa aku harus membuktikan aku naik itu?” teriak Tuan No menangis fruastasi.
“Apa Kau menangis? Aku tidak mengatakan apa pun. Ayolah.” Kata Yong Sik heran.
“Kau..... Jangan gali soal Akademi Hanbit. Ongsan akan kacau.” Tegas Tuan No. 



Si wartawan melihat bibi yang sedang berkumpul membuat mochi,  dengan ramah mengaku  ingin tanya beberapa hal karena ingin tahu soal bar aneh di gang. Si pria tua bertanya apa nama barnya. Bibi Jung menjawab Camellia.
“Tampaknya itu satu-satunya bar di sini.” Kata si pria. Bibi lain berkomenatr  Hanya ada satu jadi bisa sebut itu monopoli dengan nada sinis.
“Kenapa ada bar di lingkungan baik dan tenang ini? Omong-omong, ada wanita aneh di sana.” Kata Si pria memancing.
“Siapa maksudmu? Dongbaek?” tanya Bibi Kim. Si pria pun baru tahu namanya Dongbaek.
“Apa mungkin dia lajang? Aku tak melihat suaminya di mana pun. Namun, sepertinya dia punya anak.” Kata si pria.
“Kenapa kau bicara seperti teman? Apa Kau kenal kami?” komentar Bibi Park melihat si pria wartawan karena ada kertas note disaku belakang celananya. Si wartawan bingung.
“Kenapa makan kue beras kami? Kau makan tiga, dia empat. Aku selama ini menghitung.” Kata Bibi Jung marah.
“Bukankah ini untuk dicicipi?” kata Si pria bingung. Bibi menegaskan kalau mereka itu bukan relawan dan senaif itu.
“Apa yang kau rekam? Kau pikir orang kampung tidak kenal teknologi? Ponselku sebenarnya lebih bagus’” ucap Bibi Park melihat ponsel yang ditaruh diatas kursi.
“Astaga, kenapa ini menyala? Aku pasti salah tekan tombol.” Kata si pria mengambil ponselnya dengan wajah panik
“Aku tak tahu alasan kalian menanyakan Dongbaek, tapi dia tak lajang. Suaminya detektif pembunuhan. Kau akan dibunuh jika dia tahu. Dia tangkap buronan dengan tangan kosong.” Ucap Bibi Park marah
“Tampaknya kalian seperti keluarga. Apa Kau berteman dengannya?” tanya wartawan bingung.
“Orang yang mengejek saudaranya tak suka saat orang lain mengganggunya. Kalian bisa panggil kami itu. Para wanita di lingkungan ini bersatu. Jika tak mau dapat masalah, sebaiknya kalian pergi.”kata Bibi Jung.
Keduanya hanya diam saja, Para bibi berpikir telinga mereka itu  tersumba dan Mungkin telinga butuh dilubangi. Dua pria sudah terjungkal ketakutan dengan sikap para bibi sangar. 



Si pria merasa tadi seperti dirampok lalu menyuruh Juniorna agar  tarik uang tunai karean datang sejauh ini, jad akan tanya  Dong Baek langsung saja. Dong Baek sedang menjemur handuk di depan bar.  Si pria pikir Uang selalu membuka mulut yang paling tertutup sekalipun.

Tuan No pulang ke rumah melihat mobil istrinya di dalam rumah, tapi terlihat sangat kotor. Ia pun senang karena istrinya kembali ke rumah dan  bertanya Dari mana saja Nyonya Hong. Ia pun bergegas masuk melihat sepatu istrinya tapi tak melihat dari ruangan.
“Apa yang harus kukatakan?” gumam Tuan No binggung. Saat itu Nyonya Hong keluar dari kamar mandi menyapa suaminya yang baru pulang. Tuan No pun menyapa istrinya dengan gugup.
“Bisakah aku pura-pura tak terjadi apa pun?”gumam Tuan No membuka jaketnya.
“Jangan ganti pakaian. Kita akan pergi.” kata Nyonya Hong, Tuan No bertanya kemana.
“Aku sudah pakai capmu di berkas.” Ucap Nyonya Hong, Tuan No melihat diatas meja surat “PERMOHONAN PERCERAIAN DENGAN PERSETUJUAN KEDUA PIHAK” lalu hanya bisa mengumpat kesal.
“Ini Lebih mudah karena tak ada perebutan hak asuh.” Komentar Nyonya Hong sudah mempersiapkan koper.
“Aku yakin dia hanya ingin menakutiku.” Gumam Tuan No memilih untuk duduk.
“Jangan duduk. Kita harus tiba sebelum pengadilan tutup hari ini.” Kata Nyonya Hong.
“Apa kita sungguh bercerai?” tanya Tuan No. Nyonya Hong menegaskan kalau tak bersandiwara dengan memperlihatkan jari yang sudah tak mengunakan cincin. 

“Aku pergi ke toko ibumu kemarin, dia tampaknya tidak tahu. Kau tak menceraikannya.” Kata Tuan No
“Sejak kapan kau peduli yang diketahuinya?” sindir Nyonya Hong. Tuan No menegaksan tak mau dan tak bisa
“Ini tak adil untukku. Bukannya aku bersalah. Jika aku bertanggung jawab, maka semua yang datang ke reuni juga harus dihukum.” Ucap Tuan No membela diri.
“Maka kau bisa tanda tangani berkas dan membuatnya adil kembali. Kau boleh berpacaran.” Kata Nyonya Hong lalu akan berjalan pergi
“ Jangan sok kuat. Kau... Kau juga menangis. Air matamu seperti senapan bagiku.” Kata Tuan No menahanya.
“Apa Kau masih main-main?” keluh Nyonya Hong. Tuan NO menegaksan   Itu metafora
“Lupakan. Kau pikir bisa menghindari ini? Aku pengacara perceraian.”tegas Nyonya Hong
“Bagaimana dengan pencalonanku? Apa Kau tak ingin menjadi istri gubernur? Apa yang kukatakan saat melamarmu? Kubilang aku akan membuatmu menjadi istri pejabat Ongsan.  Itu kataku!” ucap Tuan No
“Tentu... Ini saran terakhirku demi masa lalu. Berhenti kejar impian sia-sia. Jangan berkeliaran mentraktir orang minum.” Komentar Nyonya Hong
“Ini bukan impian sia-sia. Semua orang berkata akan memilihku setiap bertemu. Aku belum pernah bertemu orang yang tak akan memilihku.” Kata Tuan No yakin dan kembali duduk disofa.
“Baik, aku paham. Bawa KTP-mu. Aku teman gubernur yang sekarang. Jika kau tak ikut, kuberi tahu dia soal perselingkuhanmu.” Kata Nyonya Hong. Tuan No langsung bergegas mengambil surat diatas meja dan pergi. 



Dong Baek melihat foto di kamera si wartawan. Si pria memastikan kalau  Apa wanita yang satu lagi tak di sini karean Setelah rumor beredar, merka memastikan memeriksa semua detail situasinya. Ia tahu kalau Tuan Kang dan istrinya hidup terpisah.
“Kenapa mereka harus hidup terpisah?” gumam Dong Baek heran sambil terus melihat hasil foto si wartawan.
“Lalu kami memastikan dia bertemu wanita ini.” Ucap Si pria. Dong Baek melihat foto Hyang Mi dan bertanya  Apa yang Hyang-mi lakukan.
“Lalu kenapa mereka mengambil gambar putraku?” gumam Dong Baek bingung melihat foto Pil Goo sedang berjalan dengan Hyang Mi .
“Kami ingin periksa faktanya sekali lagi. Apa Kau kenal Kang Jong Ryul? Kau bertemu dengannya, 'kan? Kami jelas akan memberi kompensasi jika kau memberi informasi.” Ucap si pria.
“Bagaimana cara menghapus ini? Bagaimana menghapus ini?” ucap Dong Baek mencoba menghapus foto anaknya.
“Kenapa menyentuh barangku? Cepat Berikan padaku. Hei.” Kata si wartawan panik.
“Kau tak boleh ambil foto anak-anak, Kenapa mengambil gambarnya?” teriak Dong Baek marah
“Ada apa denganmu? Kami akan memburamkannya jika perlu. Kami melindungi hak warga sipil. Cepat Kembalikan.” Ucap si pria 
“Siapa kau melindungi anakku? Dia tak bersalah. Kau tak boleh mengambil fotonya. Pil-gu hanya putraku. Dia putraku.” Teriak Dong Baek.
“Apa Ada cerita tentang anak itu? Itu Ada. Benar, 'kan?”kata si pria malah merasa ada cerita baru.
Dong Baek yang marah langsung membanting kamera dan langsung terpecah belah. Si pria panik  sambil bertanya apakah Dong Baek tahu berapa harganya Dong Baek membalas apakah tahu betapa berharganya anaknya itu lalu memperingatkan  Jangan ganggu dia Atau akan mebunuh mereka semua.


Dong Baek dilantai atas langsung menelp Jong Ryul dengan wajah panik berteriak “Mereka mengambil fotonya! Siapa kau mengganggu hidup Pil Goo?”
“Hei, Pil Goo putramu... Berhenti sok pintar dan lindungi dia dengan semua yang kau punya” teriak Dong Baek marah.
Jong Ryul seperti sedang berlatih hanya bisa mengumpat kesal mendengar anaknya digantu wartawan.
Bersambung ke EPISODE 26

Cek My Wattpad... Stalking 

      
Cek My You Tube Channel "ReviewDrama Korea"

PS; yang udah baca blog / tulisan aku.. Tolong minta follow account IG aku yah dyahdeedee09  & Twitter @dyahdeedee09  jadi biar makin semangat nulisnya. Kamsahamnida.

FACEBOOK : Dyah Deedee  TWITTER @dyahdeedee09