PS; yang udah baca blog / tulisan aku.. Tolong minta follow account IG aku yah dyahdeedee09 & Twitter @dyahdeedee09 jadi biar makin semangat nulisnya. Kamsahamnida.

Jumat, 30 Maret 2018

Sinopsis Queen Of Mystery 2 Episode 9 Part 2

PS : All images credit and content copyright : KBS

Tuan Oh sudah siap untuk menghisap rokok untuk bunuh diri. Wan Seung datang memanggilnya, keduanya pun berkelahi dan membuat Tuan Oh tak berhasil menghisap rokok. Wan Seung membekuknya sambil mengatakan  rokok butuh waktu sepekan untuk membunuhnya jadi lebih baik Serahkanlah diri. Tuan Oh pun akhirnya dibawa oleh polisi. 

Seol Ok dan Wan Seung melihat Tuan Oh dibawa polisi dengan wajah sedih. Seol Ok ingin tahu  Bagaimana dengan Kang Joo Yeon. Wan Seung berkata kalau Joo Yeon ditangkap di rumahnya karena Itu adalah percobaan pembunuhan, tapi Joo Yeon akan dihukum.
“Kenapa dia membunuh mereka dengan cara serumit itu? Dia bahkan memakai racun.” Ucap Wan Seung melihat ke arah Tuan Oh
“Dia mau menimpakan kesalahan kepada Kang Joo Yeon.” Kata Seol Ok 

Dae Woon dkk akhirnya ikut keluar dengan kopernya, Dae Woon tak percaya kalau tempat ini akan ditutup untuk sementara waktu lal mengejak Si Hwan langsung dipecat setelah mendapat pekerjaan. Si Hwan mengaku tetap akan pergi walau mereka memohon agar tinggal di asrama.
“Tiga orang mati di sini. Bagaimana kami bisa tinggal?” ucap Mi Joo
“Apa Kalian akan kembali ke Noryang-dong?” tanya Dae Woon. Keduanya mengangguk dan saat itu Seol Ok menatap Tuan Oh yang masuk ke mobil polisi.
“Masuklah. Aku juga mau ke sana... Bagaimana dengan Anda?” tanya Dae Woon pada Wan Seung
“Kenapa? Apa Mau memberiku tumpangan?” kata Wan Seung. Dae Woon mengeleng karena mobil sudah penuh. Wan Seung mengeluh karena Dae Woon malah bertanya.
“Bagaimana Anda akan pulang? Aku hanya akan mengantar Seol Ok Nuna” kata Dae Woon.
Wan Seung mendengarkan panggilan “Nuna” terlihat cemburu. Dae Woon pun memanggil Nuna pada Seol Ok yang pergi menemui Tuan Oh di mobil polisi. Wan Seung tak percaya Dae Woon yang memanggilnya “Nuna”  menegaskan kalau Seol Ok dengan dirinya satu paket.
“Kami akan mencari jalan, jadi Kalian bisa pergi... Belajar yang rajin. Dan Jangan gagal dua kali.” Tegas Wan Seung akhirnya meninggalkan ketiganya. 


Seol Ok dan Wan Seung berjalan ke tempat parkir mobil. Wan Seung ingin tahu apa yang ditanyakan kepada Oh Seong Tae tadi. Seol Ok berkata kalau ingin tahu alasan  Tuan Oh membunuh Park In Ae. Wan Seung pikir Mungkin In Ae mendapati Oh Seong Tae menggelapkan uang Lalu mengancam melaporkannya kepada pengawas.
“Bagaimana kau tahu?” kata Seol Ok kaget. Wan Seung pikir Seol Ok  Tidak perlu bertanya karena Itu nalurinya.
“Apa kau memukulinya dan menanyakan itu saat menangkapnya?” kata Seol Ok curiga
“Motifnya sudah jelas. Aku tidak perlu memukulinya. Zaman sekarang, kita tidak bisa memukuli orang.” Kata Wan Seung
“Wahh... Padahal kali ini aku sudah serius ingin belajar.”keluh Seol Ok. Wan Seung pun melihat Seol Ok yang memecahkan kasus lagi.
“Kalau dipikir-pikir, kau terlibat dalam kasus-kasus yang paling janggal. Ayo usir setanmu... Aku akan mencari dukun yang murah dan bagus.” Ucap Wan Seung

“Uang di rekeningku sisa 29 dolar.” Kata Seol Ok. Wan Seung kesal karena  Seol Ok  tidak memberitahu sebelum memasuki institut berasrama.
“Aku bukan bawahanmu. Jadi Perlukah aku meminta izinmu untuk semuanya?” keluh Seol Ok
“Setidaknya kamu bisa membahasnya dengan penyelamat nyawamu. Apa kau tak Tahu  berapa kali aku menyelamatkan nyawamu? Itu Sama dengan jumlah kasus yang kuselesaikan pada saat kau tidak sanggup.” Ungkap Wan Seung bangga. Seol Ok  mengeluh Wan Seung itu Tukang pamer.
“Detektif Ha, kenapa kau datang?” tanya Seol Ok, Wan Seung terdiam mendengarnya. 


Wan Seung mengingat dengan lembaran lowongan Asisten Administrasi kalau bisa berkerja di kantor polisi tanpa mengikuti tes dan memberikan pada Seol Ok saat di mobil. Seol Ok binggung apa itu maksudnya.  Wan Seung memberitahu kalau Seol Ok bisa bekerja di kantor polisi tanpa mengikuti ujian.
“Apa itu asisten administrasi?” tanya Seol Ok, Wan Seung mengingat yang dikatakan juniornya yaitu “Mereka mengumpulkan artikel baru tentang polsek kita dan melapor kepada Kapolsek.”
“Posisi yang paling cepat tahu tentang kasus-kasus.” Kata Wan Seung berbohong

“Jika begitu, Apa aku bisa berpartisipasi dalam investigasi?” tanya Seol Ok. Wan Seung mengingat kembali kalau Pekerjaaan mereka membosankan.
“Kau akan melihat gambaran besarnya.” Ungkap Wan Seung
“Jadi, apa aku bisa menangkap semua penjahat?” tanya Seol Ok penuh semangat
“Kau bisa memilih kasus yang ingin kau pecahkan dari Unit Satu sampai Lima.” Ungkap Wan Seung.
Seol Ok langsung  mengucapkan terima kasih banyak. Wan Seung mengatakan kalau Banyak orang mengincar posisi itu jadi sengaja mengambil pengumumannya untuk diberikan kepada Seol Ok bahkan rela mendaki gunung dan melewati sungai.  Seol Ok mendengarnya mengaku merasa tersentuh.
“Aku hanya cemas karena kau tidak punya penghasilan dan akhirnya tinggal bersamaku seumur hidupmu.” Ungkap Wan Seung
“Kaulah yang sekarang tinggal di rumahku.” Ejek Seol Ok. Wan Seung pun sadar kalau itu memang dirinya. 

Kyung Mi mencoba menelp Seol Ok tapi tak dijawab lalu berpikir kalau ada di toko. Ia pergi ke toko kaget karena ada pengumuman  "Toko kami akan tutup sampai pemiliknya lulus ujian masuk kepolisian."
Ia tak percaya Seol Ok yang akan masuk Institut berasrama dan ingin tahu Bagaimana nasib dengan toko ini Kyung Mi pun merasa dirinya yang salah sudah meninggalkannya dengan toko ini.
Seol Ok mendengarkan radio kalau penyiar memberitahu musim semi telah tiba, yaitu musim untuk cinta dan akan membacakan kisah dua sejoli. Seol Ok melihat karena begitu sibuk belajar sampai lupa bulan ini musim semi. Wan Seung juga tidak sadar sudah musim semi di Seoul, tapi di tempatnya terasa seperti musim semi.

“Aku membeli sebuah cincin untuk melamar pacarku di hari ulang tahunnya. Dia telah mendukungku selama tiga tahun. Akankah pacarku menerima cincinku?”
Wan Seung yang mendengar cincin langsung mematikan radio dan bergumam “kenapa dia mencuri cincin itu?” lalu mengingat saat di toilet memakai cincinya seolah-olah berlatih bicara pada Seol Ok kalau memnta agar menunggu dan berpura-pura di tangkap dengan cincin jari tanganya yang dibuat seperti pistol.
“Mungkin dia kehabisan uang... Mungkin karena itulah dia merahasiakannya.” Ucap Wan Seung menatap Seol Ok. Seol Ok merasakan bertanya apa yang ingin dikatakan.
“Kenapa kau tidak membicarakan cincin itu?” ucap Wan Seung.
“Apa hubungannya denganku? Kenapa aku harus membicarakannya?” kata Seol Ok. Wan Seung heran seperti Seol Ok acuh dengan pemberiannya.
“Apa Kau tahu berapa harganya? Aku tidak membelinya untukmu. Itu untuk orang lain. Jadi Kembalikan sekarang juga.” Kata Seol Ok marah
“Kenapa kau memintaku mengembalikannya?” balas Seol Ok kesal
“Lalu siapa lagi? Kau yang menyimpannya.” Kata Wan Seung. Seol Ok kaget kalau Wan Seung memberikannya kepadanya.
“Jangan bilang kau tidak menerimanya.” Kata Wan Seung sambil bergumam “Apa yang terjadi pada cincin itu? Aku yakin sudah kuberikan kepadanya.”
“Aku melihatnya memberikan itu kepada wanita lain.” Balas Seol Ok bergumam.
“Apa Dia menjualnya? Pasti karena itulah dia bersikap kurang ajar.” Gumam Wan Seung 


[Kejaksaan Wilayah Seoul Pusat]
Ji Seung berjalan keluar dan melihat Hee Yeon dengan nafas terengah-engah. Hee Yeon tahu kalau Ji Seung menunggu dan meminta maaf karena  Jalanan macet sekali. Ji Seung mengaku kalau baru  saja keluar. Hee Yeon lalu melihat jaket merah yang dipakai Ji Seung.  Ji Seung mengak kalau jaket itu cocok dan terasa nyaman.
Flash Back
Hee Yeon datang menyapa Ji Seung dengan tas yang berisi jaket dengan mengaku harganya tidak mahal. Ji Seung melihatnya, Hee Yeon mengaku sengaja membawanya supaya Ji Seung memakainya karena akan ada reporter. Ji Seung pikir kalau Bantuan Hee Yeon sudah lebih dari cukup untuk acara ini.
“Jangan cemas. Aku banyak difoto saat sedang mengenakan ini.” Ucap Ji Seung karena saat dibawa dengan jaket dari Hee Yeon
“Pasti melelahkan bagimu.” Ungkap Hee Yeon. Ji Seung mengelak, merasa  bisa keluar secepat ini berkat Hee Yeon.
“Semua orang salah paham dan Itu karena mereka tidak mengenalmu . Omong-omong, aku suka jaket itu. Itu sangat cocok untukmu.” Kata Hee Yeon.
Wan Seung mengucapkan terimakasih atau pujianya, lalu bertanya dimana Hee Yeon memarkir mobilnya. Hee Yeon mengatakan kalau naik bus.
Keduanya pun menunggu di halte bus, Hee Yeon pikir bisa pulang sendiri. Ji Seung melarang karena menurutnya semua sudah diatur. Hee Yeon melihat bus mereka datang dan Ji Seung naik lebih dulu tapi kebingunan saat akan membayar. Hee Yeon dengan kartunya membayar untuk dua orang.


Ji Seung seperti tak bisa pun berjalan masuk, tapi karena tak pegangan hampir terjatuh, Hee Yeon dengan sigap bisa memegang badannya.  Keduanya pun berdiri sambil memegang bagian depan, Hee Yeon pikir Bus ini agak kurang nyaman, Ji Seung menyangkalnya.
“Aku tidak suka mengemudi dan hanya naik bus selama kuliah. Aku membaca buku dan mendengarkan musik di bus. Aku suka naik bus.” Ungkap Ji Seung seperti senang bisa pergi dengan Hee Yeon walaupun naik bus.
Hee Yeon melihat ada bangku kosong lalu mengajak Ji Seung duduk bersama. Ji Seung seperti gugup harus bersebelahan dengan Hee Yeon. Hee Yeon pun memberikan signal kalau tertarik dengan Ji Seung. 


Hee Yeon pergi ke tempat acara "Pembuatan Roti Cinta, Acara Amal" lalu memberikan  perintah pada bawahnya agar Terus aduk sampai krimnya kaku setelah itu menata kuenya di piring dengan indah supaya bentuknya tidak berubah.
“Tolong berikan banyak roti kepada anak-anak.” Pesan Seol Ok pada pegawai lainya.
“Persiapanmu banyak. Aku tidak tahu kau harus berusaha sebanyak ini.” Ungkap Ji Seung seperti terpana dengan Hee Yeon yang punya jiwa sosial.
Akhirnya anak-anak yang berada di rumah sakit masuk dan menyerbu roti yang dibuat oleh Hee Yeon, wajah mereka terlihat gembira. Hee Yeon pun melayani agar mereka bisa makan roti yang baik. Ji Seung terus menatap Hee Yeon yang sangat ramah dan dekat dengan anak-anak. 

Keduanya berjalan dengan rasa canggung seperti keduanya sama-sama merasakan sesuatu yang tak bisa diungkapkan. Akhirnya Hee Yeon berdiri didepan rumah memberitahu kalau itu tempat tinggalnya. Ji Seung menatap rumah seperti agak sedikit kaget.
“Rumahku terlihat tua, kan?” ucap Hee Yeon sambil membawakan secangkir kopi. Ji Seung pikir kalau rumah Hee Yeon  bagus sekali.
“Aku tidak tahu kau tinggal di tempat seperti ini.” Kata Ji Seung melihat kalau rumah Hee Yeon itu klasik.
“Ini selera orang tuaku dan Aku tidak suka ini.” Kata Hee Yeon memberikan secangkir kopi. Ji Seung pun langsung meminumnya lalu mulai berbicara serius dengan Hee Yeon.
“Hee Yeon... Bisakah kau menangani Dongban?” kata Ji Seung. Hee Yeon kaget mendengarnya.
“Apa Maksudmu yayasan publik Firma Hukum Ha dan Jung?” tanya Hee Yeon. Ji Seung membenarkan.
“Sepertinya yayasan itu akan terus bermasalah jika aku tetap menjadi presdirnya.” Ucap Ji Seung
“Kenapa kau menyerahkan peran sebesar itu kepadaku?” tanya Hee Yeon heran
“Aku akan lega jika seseorang yang tertarik membantu sesama mengisi posisi itu. Kau tepat untuk posisi itu jadi Tolong terima posisi itu.” Kata Ji Seung yakin. Hee Yeon hanya bisa terdiam. 


Seol Ok akhirnya sampai rumah, Wan Seung menurutkan koper mengajak Seol Ok agar bisa tidur nyenyak malam ini dan Jangan lakukan apa-apa. Seol Ok juga berjanji tidak akan melarang Wan Seung tidur jadi bisa Tidur dengan nyenyak.
“Kau mengerjakan begitu banyak kasus sampai tidurku tidak nyenyak.” Keluh Wan Seung, saat itu pintu terbuka dan Kyung Mi dengan penuh semangat menyapa temanya. Sementara Seol Ok dan Wan Seung kaget melihat Kyung  Mi ada dirumah.
“Kelihatannya kau tidak senang padahal sudah lama tidak melihatku.” Ucap Kyung Mi. Seol Ok menyangkal kalau senang melihatnya.
“Astaga. Ada kau juga, Detektif Ha... Apa Kalian kembali bersama?” ucap Kyung Mi curiga, keduanya langsung menyangkal.
“Masuklah. Mari kita makan malam.” Kata Kyung Mi. Seol Ok langsung menolak karena Wan Seung yang sibuk. Wan Seung pun membenarkan.
“Tapi kau tetap harus makan walau sibuk. Kita semua bekerja untuk makan.” Kata Kyung Mi
Wan Seung memberikan alasan kalau tidak mau merepotkan. Kyung Mi tak percaya Wan Seung bisa berkata seperti itu. Dan mengaku hanya perlu mengeluarkan satu piring lagi jadi menyuruh keduanya masuk saja. Seol Ok dan Wan Seung binggung karena Kyung Mi kembali ke rumah.
“Dia akan lebih curiga jika aku tidak makan.” Kata Wan Seung
“Aromanya sedap... Sudah lama tidak ada aroma sedap di rumah ini.” Kata Seol Ok
“Aroma Kyung Mi... Haruskah aku ikut makan?” ucap Wan Seung tak tahu. Seol Ok mengajak makan lebih dulu lalu pergi. 

Kyung Mi melihat Seol Ok dan Wan Seung makan dengan lahap didepanya,lalu bertanya-tanya Apa mereka kelaparan selama dirinya pergi. Seol Ok memberitahu kalau Ada sebuah kasus pembunuhan jadi tidak bisa membuka toko. Kyung Mi kaget mendengarnya aada Kasus pembunuhan.
“Nanti kuceritakan. Lalu Kenapa kau tidak makan?” tanya Seol Ok. Kyung Mi mengaku sedang berdiet dan hanya makan vitamin
“Bagaimana kau bisa memasak seenak ini?” ucap Seol Ok makan dengan lahap.
“Apa masakanku kurang enak?” keluh Wan Seung. Seol Ok mengaku aklau Wan Seung pintar memasak jjigae Tapi namul buatan wan Seung tidak enak.
“Apa Detektif Ha juga memasak untukmu? Kapan?” tanya Kyung Mi curiga, keduanya mulai tegang
“Penampilannya seperti koki.” Kata Seol Ok. Wan Seung langsung terbatuk mendengarnya. Seol Ok pun bergegas mengambilkan minum. 

Sung Ha pindah dengan banyak barang di dalam apartementnya, Si bibi merasa kalau Tempat ini terlalu besar untuk satu orang den berpikir Bagaimana kalau menyewakan salah satu kamarnya karena  Biaya utilitas di kompleks ini sangat mahal jadi Akan mencari tahu dengan bertanya apakah Sung Ha bersedia. Sung Ha menganguk.
“Biar aku saja yang pindahkan. Berikan kepadaku.” Ucap Sun Ha melihat sebuah kotak yang dibawa dan memasukan ke kamar.
Ia membuat sebuah bagan dengan wajah Wan Seung salah satunya, sang kakak, ayah lalu "Genoise, Investigasi Kasus Pembakaran Berantai, Sebuah Mobil Terbakar, Seo Hyun Soo, Ha Wan Seung"

Diatas panggung seorang wanita menuruni tangga lalu berkata “Aku punya banyak nama... Aku juga punya banyak jiwa... Tidak terhitung nama yang memperebutkan tubuh ini setiap harinya. Aku bingung nama apa yang harus kupilih hari ini. Bagaimana denganmu? Berapa nama yang kau punya? Hari ini, siapakah namamu?”

Setelah pentas semua sudah keluar dan hanya si wanita yang baru saja membersihkan wajah, saat sendirian di ruangan make up tiba-tiba lampu mati. Seorang pria masuk dan bertanya “Siapa kau? Apa Nona Seo Hyun Soo?”
Si wanita ketakutan langsung berlari dan mengirimkan pesan pada seseorang saat bersembunyi “Aku Seo Hyun Soo. Aku ingin menemuimu. Kudengar kau bisa membantuku. Aku sedang dikejar.” Lalu ia kembali berlari menghindari si pria sampai akhirnya berusaha untuk menelp, tapi si pria bisa menemukanya. 


Kyung Min mencuci piring, Seol Ok pikir bisa membantunya. Kyung Mi menyuruh Seol Ok agar Pergilah mengurus Detektif Ha. Seol Ok mengirimkan pesan bertanya apakah Wan Seung sudah selesai berkemas. Wan Seung sengaja memakai semua bajunya yang sedang di jemur lalu meminta Seol Ok agar berkemas barang-barang di kamar mandi.
“Wahh... Sudah ada sinyalnya... Aku harus ke kamar mandi.” Ucap Kyung Mi merasakan perutnya bergejolak.
“Tunggu... Maaf, Kawan, tapi aku tidak bisa mengalah soal kamar mandi. Aku sudah tidak tahan.” Kata Seol Ok berpura-pura sakit. Kyung Mi pun mengalah membiarkan Seol Ok masuk lebih dulu. 

Kyung Mi melihat Wan Seung akhirnya turun merasa kalautiba-tiba kelihatan gemuk. Wan Seung berpura-pura merasa diring dan berpikir kalau terserang flu. Saat itu Seol Ok yang sudah memasukan semua barang ke bajunya menyuruh Kyung Mi agar masuk kamar mandi.
“Ini Aneh... Kau juga tiba-tiba kelihatan gemuk.” Kata Kyung Mi, Seol Ok tak banyak bicara karena Kyung Mi bergegas masuk kamar mandi.

Akhirnya Seol Ok dan Wan Seung keluar rumah mengelurkaan semua barang ke dalam mobil. Mereka heran karean Kyung Mi yang tiba-tiba pulang padahal Pelatihannya pasti belum selesai. Seol Ok pun bertanya  Di mana Wan Seung akan tidur malam ini?
“Aku harus tidur di sauna terdekat.” Kata Wan Seung. Seol Ok pikir Mungkin tidak nyaman.
“Aku detektif. Itu bukan masalah... Aku bisa tidur di mana saja” kata Wan Seung santai. 


Wan Seung sudah berbaring disauna berpikir kalau harus segera mencari rumah dan merasa sudah terlalu lama tinggal di rumah itu. Saat itu terdengar Seol Ok yang memanggilnya,  Wan Seung binggung kenapa Seol Ok tahu keberadaan dirinya.
“Tadi kau mengirimiku pesan. Kau bahkan mengirimkan lokasinya juga. Coba "Joongjin 4-dong"” kata Seol Ok memperlihatkan ponselnya.
“Maksudku, bagaimana kau tahu aku berada di sauna yang ini?” kata Wan Seung heran.
“Ambil sepatu ini.. Kenapa kau tidak membawanya?” ucap Seol Ok yang menemukan sepatu Wan Seung di rak dengan wajah panik.
“Kau pernah memakainya. Apa kau Sudah lupa?” ucap Wan Seung melihat sepatu abu-abu.
Seol Ok mengingat saat itu Wan Seung memakaikanya karena sandalnya  Basah sekali, Ia pikir Kyung Mi tidak boleh sampai salah sangka. Wan Seung tak percaya kalau Seol Ok bisa setakut itu. Seol Ok pikir Karena itu rumah temanya.
“Apa itu di kepalamu?” ejek Seol Ok. Wan Seung mengajak Seol Ok untuk mencari keringat. Seol Ok hanya bisa menahan tawa mendengarnya. 


Kyung Mi membereskan sofa dibawah tangga dan menemukakan kaos kaki hitam dan yakin kalau itu milik pria, yaitu Wan Seung. Ia lalu membuka lemari dan melihat ada banyak minuman jadi merasa yakin Wan Seung cukup sering ke rumahnya, sambil mengeluh kalau keduanya itu lebih baik tinggal bersama saja.

“Aku bisa menangkap penjahat sekaligus menghasilkan uang. Memikirkannya saja aku sudah senang. Aku bisa datang besok dan melamar pekerjaan itu di kantor polisi, kan?” ucap Seol Ok berada dalam ruang sauna.
“Pastikan kau datang pagi-pagi sebelum kantor tutup... dan Ahjumma Aku tidak akan marah, jadi, jujurlah kepadaku.” Kata Wan Seung. Seol Ok bertanya tentang apa itu.
“Apa kau menjual cincin itu karena butuh uang?” tanya Wan Seung tak bisa menahan pikiranya lagi.
“Detektif Ha, apa kau sungguh tidak ingat?” ucap Seol Ok. Wan Seung mengaku ingat memberikan cincin itu.
Seol Ok pikir Wan Seung itu tidak sadar, karena melihatmemberikannya kepada wanita lain dengan mata kepalanya sendiri. Wan Seung binggung siapa wanita yang dimaksud. Seol Ok pun juga tak tahu. Wan Seung memastikan kalau Seol Ok tidak pernah menerima cincin darinya.
“Apa Kau pun tidak pernah memberikan cincin ke wanita lain?” tanya Seol Ok, Wan Seung mengeleng. Seol Ok dengan wajah penasaran mengajak cari cincin itu.
“Benar, jawabannya selalu ada di TKP.” Kata Wan Seung sambil makan telur rebus. 



Keduanya masuk ke bar tempat mereka bertemu,  mereka melakukan reka adegan sebelumnya kalau Seol Ok yang membuat bir soju. Wan Seung masih ingat Seol Ok yang membuat banyak lalu melempar tisu yang basah ke arah  dinding setelah mencampur bir dan Soju.
“Ya, kau pandai meracik minuman... Kemudian, kita minum-minum.” Ucap Wan Seung akan meminum bir buatan Seol Ok.
“Hentikan... Kita sedang mengolah TKP.” Ucap Seol Ok menahan Wan Seung sebelum miinum.
“Kemudian... Kurasa aku ke toilet.” Kata Wan Seung sengaja mendekatkan wajahnya sama seperti saat mabuk dan pergi berjalan ke toilet. 



“Aku ingat mengeluarkan cincin itu untuk kuberikan kepadamu.” Ucap Wan Seung yang bergaya seperti polisi kalau akan menangkap Seol Ok mengunakan pistol tangan dan sebuah cincin terselip.
“Coba Lihat? Kuberikan kepadamu.” Kata Wan Seung yakin. Seol Ok mengaku tidak ingat menerima apa-apa.

Wan Seung lalu mengingat kalau Seol Ok yang bilang mau makan kue. Seol Ok pun mengingat saat mabuk memesan kue dan mencari Mont Blanc. Pegawai toko mengatakan tidak menyajikan kue sebagai camilan bar. Seol Ok meminta tiramisu saja.
“Kami sama sekali tidak menjual kue.” Ucap si pegawai meminta maaf.  Wan Seung kembali dari toilet menghampiri Seol Ok.
“Ahjumma... Apa kau mabuk? Kau tidak bisa memesan kue di bar. Berhentilah mengatakan itu dan duduk di sana... Ayo, duduk yang tegap. Ada sesuatu... Ada sesuatu yang ingin kuberikan kepadamu.” Ucap Wan Seung yang mabuk
“Tapi aku mau makan kue.” Rengek Seol Ok dengan gaya imutnya. Wan Seung akhirnya mengajak untuk makan kue. 



Keduanya berjalan keluar dari cafe, Seol Ok pikir kalau mau makan kue. Wan Seung menunjuk kalau itu toko milik Hee Yeon yaitu Genoise. Seol Ok pun yakin kalau Cincin itu hilang di sana karena mengingat Wan Seung mabuk dan mengoda pelayan seperti berpikir Seol Ok ada didepanya, Seol Ok pun melihat Wan Seung malah mengoda wanita lain.
“Kita berdua juga tidak sadarkan di sana. Semuanya.. bermula di sana.” Kata Seol Ok yakin.
Bersambung ke episode 10

PS; yang udah baca blog / tulisan aku.. Tolong minta follow account IG aku yah dyahdeedee09  & Twitter @dyahdeedee09  jadi biar makin semangat nulisnya. Kamsahamnida.

FACEBOOK : Dyah Deedee  TWITTER @dyahdeedee09 

Sinopsis Queen Of Mystery 2 Episode 9 Part 1

PS : All images credit and content copyright : KBS
Semua anak keluar dari aula, Seol Ok dan Wan Seung bergegas masuk dan melihat si pegawai kacamata sudah tergeletak di lantai. Wan Seung memeriksa nafasnya dan memastikan kalau si pria sudah  mati. Seol Ok tak habis pikir karena pria itu mati di tempat yang penuh orang, tapi tidak ada seorang pun  yang melihat pelakunya.
“Tidak... Mereka melihatnya... Semua CCTV ini telah melihat segalanya. Tadi dia duduk di dekat pintu masuk dengan enam CCTV mengarah kepadanya. Tidak ada titik buta... Aku yakin pelakunya terekam di CCTV.” Ucap Wan Seung yakin
“Apa Kau sungguh berpikir keenam CCTV itu merekam pintu masuknya?”kata Seol Ok tak yakin
“Bukan begitu... Sedikit di sisi ini, sedikit di sisi itu, dan dari sisi ini. Semuanya merekam sebagian dari pintu masuk. Detektif berpengalaman seperti aku bisa tahu apa yang direkam oleh semua CCTV ini dengan melihat sudutnya.” Ucap Wan Seung melihat semua CCTV.
“Apa Kau sungguh berpikir pelakunya terekam di sana?” kata Seol Ok seperti masih tak yakin
“Itu tidak terjadi di kasus Gi Yong dan In Ae. Tempat itu tidak punya banyak CCTV... Jangan khawatir... Aku yakin si pelaku terekam di CCTV kali ini.”kata Wan Seung yakin. 

Kyung Mi datang ke kantor polisi Joongjin, lalu kebagian receptionist memberitahu kalau ingin menemui Tuan Hwang Jae Min. Polisi terlihat tak percaya dan mencoba menelp Tuan Hwang,  dan memberitahu kalau Tuan Hwang tidak menjawab jadi agar bisa menghubungi di ponselnya. Kyung Mi terdiam mengingat ucapan Tuan Hwang.
“Aku tidak ingin menyakitimu... Kau bisa menghubungiku lewat telepon kantorku.” Ucap Tuan Hwang
Akhirnya Kyung Mi memilih untuk pamit pergi saja karena tak mungkin bisa bertemu dengan Tuan Hwang. Sung Woo akan keluar melihat ID Card Kyung Mi jatuh dan memanggil karena menjatuhkan ID Card. Kyung Mi pun mengucapkan Terima kasih.
“Apa Kau datang untuk menemui Pak Hwang dari forensik?” ucap Sung Woo. Kyung Mi membenarkan dengan sedikit melonggo melihat Sung Woo yang tampan.
“Aku akan mengantarmu, karena Aku juga dari sana.” Kata Sung Woo. Kyung Mi pun menyetujuinya. 


Sung Woo menunjuk ruangan Tuan Hwang yang ada  di ujung koridor. Kyung Mi binggung bertanya  Apakah mengantaarnya jauh-jauh ke tempat Tuan Hwang hanya untuknya. Sung Woo mengaku Seorang polisi harus ramah dan siap melayani lalu pamit pergi. Kyung Mi memuji Sung Woo sungguh sopan.
“Oh Yah..  Jangan terlalu takut...” kata Sung Woo sebelum pergi
“Aku rasa dia tidak memukuli orang.” Balas Kyung Mi. Sung Woo pun tak banyak komentar memilih untuk pamit pergi. 

Kyung Mi baru melihat papan "Area Terbatas" dan saat itu Tuan Hwang sudah membuka jendela yang membuatnya kaget.  Tuan Hwang langsung menyapa Kyung Mi dengan ramah dan bertanya apakah ingin minum teh. Kyung Mi langsung mengangguk dengan wajah gugup. 
Tuan Hwang pergi ke pantry membuat secangkir kopi dan melihat Sung Woo yang mondar mandir lalu menawarkan kopi . Sung Woo menolaknya, Tuan Hwang pikir bagus karena baru ingin memberitahu kalau sudah kehabisan kopi. Sung Woo seperti menahan amarah dengan sikap Tuan Hwang yang tak bisa didekati. 

Kyung Mi melihat ruangan Tuan Hwang dengan note "Aku memesan secangkir kopi, Lalu menunggumu, Penghilang Bubuk" dan menemukan seperti kuas. Tuan Hwang masuk ruangan memberitahu kalau itu alat untuk sidik jari.
“Tolong hati-hati dan jaga kebersihannya... Tapi tentu saja, sebuah sikat kasar pun rela membuka diri jika disentuh seorang wanita.” Ucap Tuan Hwang seperti mengoda Kyung Mi
“Pak Hwang... Anda sangat puitis.” Ucap Kyung Mi memuji. Tuan Hwang seperti tak percaya mendengarnya.
“Ini aku, Kim Kyung Mi... Aku bisa menghibur siapa saja.” Gumam Kyung Mi seperti berusaha untuk bisa dekat dengan seniornya.
“Ukuran sepatumu 24,5 cm.” Kata Tuan Hwang hanya dengan melihatnya. Kyung Mi membenarkan.
“Aku ingin memberimu suatu kesempatan untuk berkontribusi dalam basis data jejak kaki nasional.” Kata Tuan Hwang. Kyung Mi tak percaya mendengarnya.
“Itu pekerjaan besar bagiku. Aku yakin kau punya keterampilan yang dibutuhkan untuk pekerjaan ini.” Ucap Tuan Hwang. Kyung Mi mengucapkan Terima kasih.
“Mungkin ini membosankan. Apa Kau tidak keberatan?” kata Tuan Hwang. Kyung Mi  mengaku tidak dan Tuan Hwang langsung bergegas menutup pintu dengan kursi yang membuat Kyung Mi binggung.
“Aku tidak ingin diganggu orang lain.” Kata Tuan Hwang dan mengaku kalau sangat panas. Kyung Mi ketakutan berjalan mundur melihat wajah Tuan Hwang seperti ingin berbuat sesuatu padanya. 

Beberapa orang polisi dan petugas mencoba membuka jalan kembali ke asrama dengan mengeser batu-batu besar yang longsor. Berita di TV menyiarkan laporan.
“Jalan di sekitar Gunung Chunhong di Provinsi Gangwon yang sebelumnya ditutup karena adanya longsor akibat gempa susulan kini telah dibuka kembali. Sarana komunikasi untuk suatu institusi berasrama dan rumah-rumah di sekitar Gilma-myeon sedang diperbaiki. Pemerintah Provinsi Gangwon sedang berusaha maksimal untuk mencari kerusakan dan memperbaiki semuanya.” 

Sementara Seol Ok dan Wan Seung sibuk melihat CCTV saat ada diruangan, Seol Ok mengejek Wan Seung yang bilang pelakunya pasti terekam CCTV. Wan Seung yakin Pelakunya harus ada agar bisa terekam.
“Aneh. Kasus ini tidak ada pelakunya.” Kata Wan Seung kesal sendiri
“Sebelum dia mati, tidak ada yang mendengar pengawas asrama itu berteriak minta tolong.” Kata Seol Ok melihat rekaman CCTV si pegawai
“Ada banyak orang di aula.” Kata Wan Seung. Seol Ok bisa menebak kalau Pelakunya tidak ada di TKP.
“Lalu bagaimana dia bisa terbunuh?” ucap Wan Seung binggung.  Seol Ok pun mengajak mencari tahu sekarang. Wan Seung binggung apakah melihat pada jasad tiga mayat.
“Kalau bukan dia, siapa? Tidak ada saksi mata juga... Mari lakukan berurutan.” Ucap Seol Ok. 

Mereka pergi ke tempat Han Gi Yong, lalu ke tempat In Ae dan petugas yang berada di aula. Terakhir mereka ke tempat kuburan kucing milik In Ae. Saat itu Min Joo dkk datang mendekati keduanya. Wan Seung heran melihat ketiganya ikut dengan mereka. Min Joo mengaku kalau takut.

“Bukankah aman jika tetap dalam kelompok?” ucap Dae Woon.
“Benar, tapi kami tidak tahu siapa pelakunya. Lebih aman bagi kami jika berada di dekat Detektif Ha.” Kata Min Joo
“Bukankah kalian harus belajar? Jangan mengganggu dan mengikuti kami... Tapi Baiklah.. Jangan berisik saat Seol Ok sedang berpikir.” Kata Wan Seung. Min Joo dkk pun menganguk mengerti.
“Yang pertama terbunuh adalah kucing ini.” Ucap Seol Ok mengingat kejadian saat kucing tergeletak tak berdaya.
“Tapi kucingnya baik-baik saja saat kita baru datang.” Ucap Mi Joo karena pertama kali dikaget dengan kucing yang lewat didepanya.
“Kucing itu pasti dibunuh oleh wanita itu.” Kata Si Hwan. Dae Woon panik kalau yang dimaksud  Kang Joo Yeon, si Penguntit yang bunuh diri dan sudah menjadi hantu.
“Tidak, Kang Joo Yeon masih hidup... Kisah bunuh dirinya cuma rumor.” Kata Seol Ok mengingat yang dikatakan oleh pegawai yang diwawancarai sebelumnya. 



“Dia memang dikeluarkan. Tapi aku menenangkan dan memulangkannya.” Ucap si pria di ruang guru
Wan Seung dkk seperti tak percaya kalau  Kang Joo Yeon belum mati. Seol Ok merasa bisa saja Joo Yeon bersembunyi di suatu tempat di sekitar sini. Dae Woon makin panik karena  itu bahkan lebih menakutkan.
“Pasti dia pembunuh berantai karena sudah tiga orang yang mati.” Ucap Mi Joo ikut merapat dengan Dae Woo dan Si Hwn.
“Apa mungkin membunuh seseorang tanpa terekam di CCTV?” ucap Si Hwan
“Pembunuhnya pasti sangat mengenal tempat ini.” Kata Seol Ok. Wan Seung langsung menyuruh semua diam karena melihat wajah Seol Ok tahu kalau sedang sibuk berpikir.
Seol Ok pikir itu benar. Wan Seung binggung apa maksudnya. Seol Ok bertanya Menurut Wan Seung kucingnya dibunuh dengan cara apa. Tersangka tidak meninggalkan satu pun bekas luka, Tersangka tidak tertangkap basah, Tidak ada teriakan tapi Ada cara untuk melakukan itu.
“Apa Ada cara seperti itu?” kata Seol Ok. Dae Woon takut kalau itu ulah hantu dan meminta agar menghentikan membahasnya.
“Itu adalah...” kata Seol Ok. Wan Seung meminta mereka agar tak berisik dan meminta Seol Ok agar mengatakan yang ada dipikiran.
“Ternyata Kalian semua di sini.” Kata Si pegawai melihat mereka ada didepan kuburan kucing.
Dae Woon kaget melihat si pegawai yang datang. Si pegawai memberitahu  Saluran telepon sudah diperbaiki dan sudah menghubungi kantor polisi jadi Mobil patroli sedang dalam perjalanan. Wan Seung menganguk mengerti dan ingin tahu siapa yang membunuh mereka.
Seol Ok mengatakan kalau harus mencari tahu sekarang. Wan Seung heran melihat Seol Ok hanya menatapnya saja.  Seol Ok pikir kalau Wan Seung  harus menelepon Polsek Joongjin, Wan Seung pikir Pekerjaan itu tidak bisa diselesaikan tanpa dirinya jadi harus memberikan banyak sekali arahan jadi merasa cemas.



Akhirnya Wan Seung berada di telp umum, Tuan Hwang langsung to the point ingin tahu alasanya menelp.  Wan Seung mengaku hanya ingin mengatakan bahwa ponselnya tidak berfungsi dan mengatakan Yurisdiksi dengan nada binggung.
“Siapa yang peduli dengan yurisdiksi saat sudah ada tiga orang mati?” kata Wan Seung
“Apa Kau sedang memberiku perintah?” keluh Tuan Hwang. Wan Seung mengaku tidak memberikan perintah.
“Hanya Anda agen unggul yang dapat mengetahui masalah lewat telepon. Aku tidak mengenal orang yang lebih baik daripada Anda. Anda bisa memberiku nomornya jika ada yang lebih baik. Tidak ada orang lain yang terpikir olehku.” Kata Wan Seung diberi kode Seol Ok agar memuji Tuan Hwang
“Bukannya aku tidak memahami situasi yang kau alami.  Bisa beri tahu aku kondisi jasadnya? Jadi, darahnya berwarna merah tua. Kulitnya kasar. Kuku-kukunya memutih. Bagian mata putihnya berubah menjadi kuning. Itu pasti sakit kuning.” Ucap Tuan Hwang menerima laporan dari Wan Seung
“Baiklah. Aku akan mengecek kasus-kasus serupa... Tapi sebelumnya, berikan riwayat kesehatan mereka... Cari tahu kondisi mereka sepekan terakhir sebelum kematian mereka, lalu hubungi aku lagi.” Kata Tuan Hwang. Wan Seung pun mengucapkan Terima kasih
Seol Ok menunggu didepan telp ingin tahu apa yang dikatakan Tuan Hwang,  Wan Seung mengatakan kalau Tuan akan mengeceknya. Seol Ok pun merasa senang begitu juga anak yang lain ikut menunggu.  Wan Seung merasa menyesal karena harus memujinya untuk mendapatkan sesuatu.


Tuan Hwang meminta Kyung Mi agar memberikanya, Kyung Mi yang sedari tadi hanya melihat ruangan binggung. Tuan Hwang meminta agar memberikan Kondisi jasad dan sudah menyuruh agar menulisnya. Kyung Mi bertanya kapan menyuruhnya.
“Aku sengaja menyebutnya dengan lantang supaya kau menulisnya.” Kata Tuan Hwang
“Anda tidak memberitahuku apa-apa.” Ucap Kyung Mi
“Kalau begitu, tuliskan semua yang bisa kau dengar sekarang.” Kata Tuan Hwang. Kyung Mi mengaku tidak ingat.
“Apa Kau memberikan uang sogok untuk masuk ke Akademi Polisi?” sindir Tuan Hwang
“Merah tua. Kulit kasar. Kuku putih. Gejala sakit kuning. Apa Kau tidak mengingat keempatnya?” kata Tuan Hwang dengan nada tinggi. Kyung Mi menganguk dengan wajah ketakutan. 


Seol Ok duduk didepan telp seperti bisa menebak dan kesal karena tidak terpikir dari tadi. Wan Seung ingin tahu apakah Seol Ok terpikirkan sesuatu. Wan Seung  mengingat kalau Kecuali Han Gi Yong yang jatuh dari mesin lari, semua korban lain tewas tanpa luka eksternal.
“Aku yakin dengan ini.... Kasus peracunan...” ucap Seol Ok dengan tatapan yakin

Wan Seung kembali menelp Tuan Hwang di ruanganya. Tuan Hwang mengatakan kalau mereka mati karena keracunan atau gagal ginjal akut berdasarkan kondisi mayat. Wan Seung bertanya Apa mereka diracuni.Tuan Hwang mengaku terkejut karean Wan Seung lebih pintar dari yang dikira.
“Kau akan tahu pasti jika dilakukan uji substansi racun pada jasad-jasad itu.” Kata Tuan Hwang. Wan Seung memberitahu kalau Tuan Hwang  bilang mereka diracuni. Seol Ok ingin tahu Racun apa
“Racun apa yang digunakan?” tanya Wan Seung. Seol Ok tak sabar meminta agar memberikan telpnya lalu berbicara pada Tuan Hwang.
“Nyonya Yoo Seol Ok?  Ternyata benar.” Kata Tuan Hwang. Seol Ok bingung apa maksudnya.
“Kudengar kau dan Letnan Ha selalu bersama selama jam kerjanya.” Kata Tuan Hwang.
“Kami tidak selalu bersama.. Detektif Ha datang menemuiku kali ini.” Kata Seol Ok. Wan Seung mengeluh karena Itu membuatnya terdengar seperti penguntit.
“Jadi Racun apa yang digunakan itu?” tanya Seol Ok mencoba segera mengubah topik.
“Ada banyak kemungkinan, Paratoksin. Verotoksin... Jika tidak, mungkin jamur merah, Bisa juga jamur beracun seperti Amanita muscaria.” Kata Tuan Hwang
“Kau bilang Jamur beracun? Banyak sekali di sini... Terima kasih..” kata Seol Ok lalu menutup telpnya.
Seol Ok pun yakin itu peracunan. Wan Seung kesal sendiri karena  tidak terpikir olehnya, tapi Jika dipikir-pikir, itu satu-satunya jalan karena Tidak ada yang mendengar teriakan dari para korban dan Pelaku tidak terekam di CCTV.
“Pelaku meracuni mereka jauh sebelumnya. Dia tidak perlu berada di TKP. Semua ini karena Kang Joo Yeon.” Ucap Seol Ok. Mi Joo seperti tak percaya pelakunya Kang Joo Yeon
“Dia bilang akan membunuh korban setelah satu pekan. Semua orang pikir ini ulah hantu karena rumor bahwa dia bunuh diri. Karena ketakutan itu, kita tidak bisa melihat bahwa darah mereka merah tua dan kuku mereka putih. “Cerita Seol Ok
“Jadi, semua orang terhipnotis oleh Kang Joo Yeon.”  Kata Wan Seung 


Flash Back
Ia masih mengingat yang dikatakan Joo Yeon saat di bawa untuk keluar dari asrama  “Tunggu saja. Aku akan datang untuk membunuhmu setelah sepekan. Aku pasti akan menjadi hantu dan membunuhmu! Dan Kau juga!”
“Awalnya aku juga berpikir pelakunya Kang Joo Yeon. Entah dia hantu atau bukan. “ ucap Mi Joo
“Itu masuk akal karena mereka mati setelah satu pekan.” Kata Si Hwan. Mi Joo pikir kalau satu pekan itu hanyalah kebetulan
“Tidak... Satu pekan adalah petunjuk penting.” Ucap Seol Ok yakin
“Apa Maksudmu Kang Joo Yeon sudah kembali atau apa?” tanya Wan Seung. Seol Ok pikir seperti itu.
“Jadi, apa pembunuh berantai itu di sini?” tanya Mi Joo. Si Hwang pikir  Tidak seorang pun terekam di CCTV.
“Bagaimana kalau dia kembali? Bagaimana kalau dia kembali dan bisa masuk ke kantor staf?” kata Seol Ok bisa membayangkan. 

Joo Yeon datang dengan mobil lalu memajat dinding dan masuk ke dalam ruangan melalui jendela. Mereka pun pergi ke bagian samping asrama, Wan Seung pikir itu benar karena Ruangan staf satu-satunya tempat tanpa CCTV jadi Joo Yeon tidak terekam CCTV dan masuk ke ruangan Jika tidak keluar dari sana...
“Ya, kau benar.” Ucap Si Hwan bisa membayangkanya. Dae Woon masih ketakutan kalau artinya Joo Yeon bersembunyi di ruangan staf. Mi Joo pun ikut merasakan seram.
Wan Seung mengajak Seol Ok untuk pergi, Seol Ok pun mengikuti Wan Seung. 

Kyung Mi keluar dari ruangan. Tuan Hwang ingin tahu, Bagaimana pekerjaan tim forensik. Kyung Mi mengaku Ini sesuatu yang belum pernah dialami. Tuan Hwang tahu Kyung Mi jatuh cinta dengan investigasi ilmiah. Kyung Mi mengakuinya.
“Bagus... Kalau begitu, akan kupastikan kau mendapat pelatihan dari sini.” Ucap Tuan Hwang penuh semangat.
“Terima kasih, tapi kurasa aku tidak memenuhi syarat.” Ucap Kyung Mi. Tuan Hwang melihat Kyung Mi memang tahu diri.
“Tapi aku akan mengajarimu, itu tidak akan mustahil.” Kata Tuan Hwang
“Kupikir aku lebih cocok di unit tindak pidana berat.” Ucap Kyung Mi berusaha menolak.
“Kau rendah hati... Walau demikian, jangan remehkan kemampuanmu.” Pesan Tuan Hwang. Kyung Mi mencoba menyakinkan.
“Kau bingung... Takdir datang seperti kecelakaan. Aku akan membantumu menjadi nomor dua di bidang ini.” Kata Tuan Hwang
Kyung Mi merasa kalau belum siap. Tuan Hwang mengaku sudah siap. Dan melihat Nilai Kyung Mi cukup untuk bergabung di tim forensik dan Ini pengecualian, jadi akan meminta penunjukan diri Kyung Mi secara langsung dan juga sudah selesai bicara dengan inspektur polisi. Kyung Mi melonggo binggung.
“Aku mengerti bahwa kau ingin terus mengobrol denganku, tapi aku sibuk. Penegakan pidana negara ini ada di tanganku. Aku tidak punya waktu untuk mengobrol dengan muridku. Jadi Pergilah sekarang.” Kata  Tuan Hwang dan segera masuk. Kyung Mi hanya bisa melonggo bingung dengan sikap Tuan Hwang seperti memaksa dan berteriak memanggilnya
“Aku harus menganalisis barang bukti kecil, jadi, sedang sangat sensitif.” Kata Tuan Hwang ucap berjalan masuk. 



Si pegawai sedang ada diruangan, Seol Ok melonggokan kepalanya di pintu,  dan adakhirnya masuk ke ruangan. Si pegawai memarahi Si Hwan, bertanya dari mana saja saat semua sedang sibuk. Si Hwan hanya bisa meminta maaf. Mi Joo memberitahu kala Si Hwan  membantu Detektif Ha bersama mereka supaya kasus ini cepat selesai dan takut kalau jatuh korban lagi.
“Jalanan sudah diperbaiki... Polisi akan segera tiba.” Kata si pegawai
“Tidak ada jejak Kang Joo Yeon masuk kemari.” Kata Wan Seung melihat sekeliling.
“Kau bilang Kang Joo Yeon? Untuk apa dia kemari?” ucap Si pegawai binggung. Si Hwan mengaku mreka Belum tahu, tapi Bisa saja Joo Yeon  dari sini.
“Omong-omong, yang mana meja Park In Ae?” tanya Seol Ok. Si pegawai menunjuk salah satu meja.
“Apa tugasnya di sini?” tanya Wan Seung. Tuan Oh Seung Tae mengatakan In Ae bertanggung jawab atas pembukuan.
Seol Ok melihat sebuah kotak yang menandakan kalau In Ae  suka minum teh. Tuan Oh mengatakan kalau Seol Ok selalu minum teh di kantor menceritakan In Ae yang membawa kucingnya bahkan memberikan teh dengan cangkirn yang sama.
“Apa Terkadang dia membagikannya dengan kucingnya?” tanya Seol Ok. Tuan Oh pikir seperti itu.
“Karena itulah kucingnya mati.” Kata Wan Seung, Mi Joo membuka tempat teh berpikir kalau Itu hanya teh rooibos.
“Ini Pasti masih ada karena baru sepekan.” Ucap Seol Ok membuka tempat sampah, semua binggung melihatnya.
“Untungnya dia tidak begitu rajin.” Kata Seol Ok  mengeluarkan sampah di lantai. Min Joo merasakan Baunya seperti air keran. Seol Ok pikir itu maksudnya klorin. Mi Joo membenarkan.
Tuan Oh melihat Seol Ok dan Mi Joo bertanya apa yang mereka lakukan. Seol Ok hanya merasa ini menyesakkan dan bertanya apakah punya rokok. Dae Woon mengaku hanya mengisap rokok elektrik. Seol Ok pun bertanya pada Tuan Oh apakah punya rokok. Tuan Oh mengaku tidak merokok
Wan Seung panik berpikir kalau Seol Ok merokok dan mencium bajunya kalau tak ada bau rokok. Min Joo bisa tahu kalau baunya ada di tumpukan sampah. Dae Woon merasa Min Joo itu seperti anjing. Si Hwan tak terima karena Mi Joo itu hanya peka dalam mencium bau.
“Ini Menarik... Selalu ada insiden di mana pun kau pergi. Kita harus mengusir roh jahat darimu saat kembali di Seoul.” Ucap Wan Seung melihat Seol Ok mulai mengeluarkan sarung tangan.
“Padahal aku sangat ingin fokus belajar.” Ungkap Seol Ok dan menemukan sesuatu di dalam kantung teh.
“Kenapa di kantong teh rooibos ini ada filter rokok?” kata Seol Ok. pikir kalau Aneh. Tuan Oh juga menganguk setuju.
“Apa tulisannya? "Peace"?” kata Wan Seung melihat dibagian puntung rokok.
“Baunya sama... Ini Bau disinfektan.” Kata Mi Joo. Dae Woon binggung karena tidak bisa menciumnya.
“Penciumanmu betul-betul setajam anjing.”  Komentar Dae Woon pada Mi Joo dan ingin memegang puntung rokok
“Kau tidak boleh menyentuhnya dengan tangan kosong. Ini amatoksin.” Ucap Seol Ok. Semua binggung karena baru pertama kali mendengar nama Amatoksin.

Flash Back
Tuan Hwang mengatakan amatoksin dengan Menyentuh amatoksin kemudian menyentuh mulut maka sama saja bunuh diri. Ia memberitahu kalau Orang bisa keracunan hanya dengan jumlah kecil.
“ Ini adalah zat racun yang ditemukan di Amanita muscaria.” Jelas Seol Ok sama dengan yang dikatakan Tuan Hwang.
“Gejala-gejala awalnya adalah muntah dan diare. Tapi setelah masa inkubasi selama satu pekan, itu menyebabkan kerusakan fatal pada sel-sel lever. “Kata Tuan Hwang
“Setelah kira-kira satu pekan, orang itu mati karena nekrosis sel lever. Tempat ini adalah tempat sempurna bagi Park In Ae untuk mati diracun.” Ucap Seol Ok
“Benar, ini satu-satunya tempat tanpa CCTV.” Kata Wan Seung melihat tak ada CCTV.
“Kantong teh rooibos favoritnya selalu dibiarkan seperti itu.” Kata Seol Ok. 

Di kantor polisi, polisi sedang bergegas masuk ke mobil dan pergi. Sementara Di ruang guru, Tuan Oh ingin bagaimana pelaku bisa mendapatkan benda itu di tempat terpencil seperti asrama.  Wan Seung yakin Pasti ada yang membawanya masuk dan menurutnya mungkin  Kang Joo Yeon.
“Benar. Saat dia datang ke institut berasrama ini, dia sudah membawa racun itu.” Kata Seol Ok yakin.
Flash Back
Joo Yeon sengaja ke tempat penyimpanan rokok lalu memgambil milik Gi Yong, lalu menetesakan cairan di puntung rokok. Setelah itu Ji Gong mengambil rokoknya tanpa sadar kalau sudah diberikan cairan mematikan.
“Rokok Peace bahkan tidak dijual di kantin dan hanya Han Gi Yong yang merokoknya. Jadi Pas untuk dia memberikan racun itu.” Kata Seol Ok
Joo Yeon yang marah karena di keluarkan dari asrama berteriak marah “Kau. Tunggu saja... Aku akan datang membunuhmu setelah satu pekan. Aku pasti akan menjadi hantu dan membunuhmu! Kau juga!”
“Dia tahu persis tentang racun itu, Karena itulah dia bilang satu pekan.” Ucap Seol Ok. Tuan Oh bisa menyimpulkan pelakunya adalah Kang Joo Yeon.
“Itu untuk kematian Han Gi Yong. Tapi kasus pembunuhan Park In Ae sangatlah berbeda.” Kata Seol Ok
“Kenapa pengawas asrama mati?” tanya Si Hwan. Dae Woon ingat pegawas  diam-diam mengisap rokok Han Gi Yong mengingat saat rekaman  dari kacamatanya.
“Cuma Han Gi Yong yang mengisap rokok merek Peace. Dia selalu mengeluhkan rokoknya hilang.” Kata Seol Ok yang tahu Gi Yong kesal karena rokoknya kembali hilang.
Mi Joo pun mengartikan si pengawas   mati karena mengisap rokok orang lain. Seol Ok membenarkan walaupun itu tidak adil. Wan Seung ingin tahu Bagaimana dengan Park In Ae dan Kenapa filter rokok ini ditemukan  di kantong tehnya.
“Jumlahnya hanya separuh dari rokok itu, tapi kasus ini baru.” Ucap Seol Ok bisa menduga ada yang menukar rokok Gi Yong.
“Pelakunya mengganti bungkus rokoknya. Yang punya rokok beracun adalah pelaku.” Ucap Wan Seung. Seol Ok  tiba-tiba teringat sesuatu dan berjalan mendekati Tuan Oh.
“Kau tidak merokok, tapi kenapa menyimpan rokok Peace?” ucap Seol Ok. Tuan Oh binggung apa maksud ucapanya, semua pun dibuat binggung.
Seol Ok pergi ke sisi laci kecil, dan melihat kalau  menemukannya di laci rokok "Peace" tapi tak melihatnya dan ada di laci kedua. Tuan Oh mengeluh Seol Ok yang  menggeledah lacinya. Seol Ok merasa  tidak menggeledahnya tapi baru menemukannya sekarang karena saat masuk melihat Tuan Oh yang gugup menutup laci nomor dua.
“Ini milik Han Gi Yong, kan? Rokok yang diracuni oleh Kang Joo Yeon. Kau menukar rokoknya untuk membunuh Park In Ae.” Ucap Seol Ok akhirnya bisa menemukan rokok di laci kedua. 

Flash Back
Tuan Oh pergi ke  "Kotak Rokok Siswa" dan mengambil rokok "Peace" lalu menukarnya dengan yang baru.
Seol Ok tahu kalau  Penyebar rumor bunuh diri Kang Joo Yeon adalan Tuan Oh dan juga menakuti Park In Ae dengan mengatakan melihat Kang Joo Yeon.
Flash Back
In Ae panik karena tuan Oh mengatakan melihat Joo Yeon. Tuan Oh mengaku  Joo Yeon berdiri di depan kamarnya. In Ae binggung karena Joo Yeon itu sudah mati. Tuan Oh mengaku tahu karena  sudah mencari di semua rekaman CCTV, tapi Joo Yeon tidak terekam.
“Kalau begitu, maksudmu dia sudah menjadi hantu?” kata In Ae panik. 

“Karena itulah kamu tahu Han Gi Yong akan mati, tapi tidak memberi tahu siapa pun soal itu. Bukankah begitu?” ucap Seol Ok berjalan mendekat.
Tuan Oh akhirnya berusaha mengambil rokok dari tangan Seol Ok dan mendorongnya. Wan Seung menahan Seok Ok sebelum jatuh, Seol Ok bergegas menyuruh Wan Seung agar mengejarnya.  Tuan Oh berlari ke sekitar asrama, Wan Seung berusaha mengejar tapi kehilangan jejak.  Tuan Oh berada di atap mengaku Sangat sulit untuk berhenti dengan wajah ketakutan.
Flash Back
Di mobil, Joo Yeon mengaku sudah meracuni rokok Gi Yong jadi harus kembali sekarang sebelum terlambat dan Sebelum Gi Yong mengisapnya. Tuan Oh kaget lalu meminta Joo Yeon agar tak perlu khawatir,  karena akan membuang semuanya.
“Aku sudah menelepon mereka tadi. Jadi Aku yakin mereka sudah membuangnya. Tapi Aku punya pertanyaan. Apa Racun itu bisa membunuh orang dalam satu pekan?” ucap Tuan Oh. Joo Yeon membenarkan.
“Aku pernah bekerja sambilan di laboratorium kimia. Dan Aku mengambil sedikit untuk membalas dendam... Ahh... Pasti aku sudah gila.” Ucap Joo Yeon merasa bersalah.
“Jangan takut, Joo Yeon.” Ucap Tuan Oh menyakinkan Joo Yeon.
Setelah itu ia pergi ke minimarket dan membeli rokok Peace lalu menukarnya dengan rokok Gi Yong, setelah itu masuk ke ruangan staf dan sengaja mengunting bagian puntung lalu memasukan ke dalam kantung teh milik In Ae.

Bersambung ke part 2

 PS; yang udah baca blog / tulisan aku.. Tolong minta follow account IG aku yah dyahdeedee09  & Twitter @dyahdeedee09  jadi biar makin semangat nulisnya. Kamsahamnida.

FACEBOOK : Dyah Deedee  TWITTER @dyahdeedee09