PS; yang udah baca blog / tulisan aku.. Tolong minta follow account IG aku yah dyahdeedee09 & Twitter @dyahdeedee09 jadi biar makin semangat nulisnya. Kamsahamnida.

Sabtu, 30 September 2017

Sinopsis While You Were Sleeping Episode 4

PS : All images credit and content copyright : KBS
Soo Yoon akan masuk sekolah mengeluh yang tiba-tiba hujan lalu berteduh di depan pos keamanan. Saat itu Adik Jae Chan juga berteduh lalu bertanya apakah Soo Yoon sudah menjenguk ibunya di RS. Soo Yoon terlihat binggung seperti tak mengenali Adik Jae Chan lalu menganguk.
“Bagaimana keadaannya? Apa Dia baik-baik saja?” tanya adik Jae Chan.
“Sudah kubilang, jangan berlagak seperti tahu segalanya” kata Soo Yoon. Jae Chan mengaku kalau bertanya karena khawatir.
“Aku takkan beri tahu siapa pun, Aku janji.” Kata Jae Chan dengan memakaikan jaketnya pada Soo Yoon. Soo Yoon tiba-tiba bertanya nama Jae Chan.
“Apa Kau tidak tahu namaku? Tahun lalu kita satu kelas.”keluh Jae Chan kesal
“Apa Kalau kita satu kelas, berarti aku harus tahu nama teman-temanku saat itu?” balas Soo Yoon. Jae Chan pikir itu sudah pasti.
“Itu bagian dari tugas sebagai teman sekelas.” Kata Jae Chan. Soo Yoon merasa tidak tahu punya tugas seperti itu lalu bergegas pergi. Jae Chan mengeluh karena bahkan pergi menonton konsernya lalu ikut masuk ke dalam kelas. 


Hyang Mi membawa trolly dengan tumpakan berkas yang sangat tinggi. Jae Chan binggung memastikan kalau Semua berkas kasus itu akan ditugaskan kepadanya. Hyang Mi dengan sinis membalas apakah ia yang harus menangani semua kasus. Jae Chan lalu melihat kalau Tidak ada tempat.
“Bagaimana kalau kau pinjam lemari Jaksa Shin? Dia juga mengerjakan kasus ini dengan cepat sehingga tak ada kasus yang belum dipecahkan. Dan ada banyak ruang di lemarinya.” Kata Hyang Mi bangga.  Jae Chan menegaskan dirinya juga cepat berkejar.
“Apa Sudah pesan restoran untuk makan siang kita hari ini? Itu yang kau lakukan.” Tanya Tuan Choi. Jae Chan mengaku sudah. Tuan Choi ingin tahu dimana restorannya.
“Bukan itu yang paling penting.” Kata Jae Chan terlihat kesal sendiri
“Benar. Katanya review kinerja junior bergantung pada seberapa bagusnya kau memesan restoran, daripada memecahkan kasus. Kau harus berhati-hati dalam memilih restoran.” Saran Tuan Choi
“Aku akan meminta nasihat dari Jaksa Shin dan memutuskannya dengan hati-hati.” Kata Jae Chan.
Tuan Choi seperti tak yakin kalau Hee Min  akan memberitahunya. Jae Chan yakin karena dulu mereka satu kampus.


Hee Min sedang berjalan di lorong, Jae Chan melihat Hee Min langsung memanggilnya tanpa panggilan jabatan, tapi Hee Min tetap tak mengubrisnya dan langsung masuk ke ruang penyidik.  Jae Chan binggung berpikir Hee Min memang tak mendengarnya.
“Hei.. Harusnya kau sopan memanggilnya. Jangan memanggilnya dengan akrab, Harus kau panggil dia Jaksa Shin. Kau tidak bisa bersikap santai dengannya saat dia menjadi jaksa di depanmu.” Nasehat Yoo Bum dengan nada mengejek
“Ada apa? Kenapa memanggilnya?” tanya Jaksa Park. Jae Chan tahu kalau Hee Minbertanggung jawab memesan restoran Jadi akan tanya-tanya padanya.

“Hei, kau. Hafalkan saja. Jaksa Senior di sini tidak suka daging basah, jadi jangan pesan restoran dengan menu shabu-shabu. Jaksa penuntut umum tidak suka daging mentah, jadi jangan pesan menu sashimi. Lalu Asisten jaksa itu bau kaki jadi dia tidak suka melepaskan sepatunya. Jaksa Shin tidak suka masakan Italia, jadi ingat itu.” Ucap Yoo Bum kembali mengambil perhatian Jaksa Park
“Aigoo, sebaiknya jangan biarkan dia tahu cara yang susah payah itu.” Ejek Jaksa Parl
“Anda benar. Dia harus membayarku untuk ini.” Kata Yoo Bum. Jae Chan dengan kesal memilih untuk pamit pergi saja.
Jaksa Park binggung melihat sikap Jae Chan kalau Kelihatannya sedang tersinggung. Yoo Bum kembali membanggkan diri kala Dulu pernah mengajari Jaksa Jung sebelumnya jadi Mungkin mengira ia memperlakukannya seperti muridnya. Jaksa Park pikir seharusnya Yoo Bum pasti merasa malu.
“Tidak apa. Mungkin ucapanku-lah yang membuatnya tersinggung. Ini salahku.” Kata Yoo Bum dengan senyuman lalu menatap sinis ke arah Jaee Chan. 

Si anak berbisik pada ayahnya kalau pria itu tentara yang melarikan diri itu. Sang ayah sengaja mengecilkan volume radionya. Si anak panik kalau nanti mereka mati seperti yang ada dalam mimpinya. Si ayah menyakinkan kalau Jangan khawatir dan Tidak akan ada yang mati hari ini.
“Ayah akan memberitahu semua penumpang untuk turun, dan bilang kalau bus sedang rusak. Kemudian...” ucap si ayah lalu sengaj menghentikan di tengah jalan.
Si ayah berdiri ditengah bus meminta maaf pada penumpang karena ada masalah dengan bannya jadi perlu memperbaikinya dan mereka bisa naik bus berikutnya. Semua penumpang pun mengeluh karean membuat mereka Membuang-buang waktunya.
Mereka pun mengeluh karena diluar hujannya sangat deras. Si anak seperti tak ingin keluar tapi ayahnya menyuruh sang anak untuk pergi.  Dan hanya ada tentara didalam bus, Si ayah mendekati tentara yang terlihat gugup lalu meminta agar membantu untuk mengganti ban-nya.
Si anak sudah ada di luar dengan menjauhkan semua penumpang dari bus dan melihat ayahnya ada didalam bus. Tapi tiba-tiba si tentara melawan dan akhirnya ledakan besar pun terjatuh. Si anak langsung menangis histeris melihat ayahnya masih berada di dalam bus. 

Hong Joo terbangun dari tidurnya sambil menangis, lalu menuliskan dalam notenya (18 Februari 2016. Seung Won akan menjadi pembunuh karena kakaknya.) Lalu menempelkan semua note mimpinya dan bertanya-tanya Siapa itu Seung Won? Lalu Siapa yang akan dia bunuh? Dan Siapa kakaknya?
Ia teringat perkataan Jae Chan sebelumnya “Kalau kau tidak bisa atasi, lupakan semua mimpimu itu. Seakan belum pernah terjadi.” Akhirnya Hong Joo memilih untuk mengambil note yang dituliskan lalu membuangnya ke tempat sampah. 

Soo Yoon sedang bersama temanya, Adik Jae Chan tiba-tiba datang dengan wajah serius mengajak So Yoon untuk bicara.  Temanya berpikir kalau keduanya saling menggoda. Soo Yoon menyuruh Adik Jae Chan agar ikut denganya. Mereka pun sampai di gedung aula.
“Aku sudah bilang, jangan berlagak seperti tahu segalanya. Aku sudah bilang jangan buka mulut!” ucap Soo Yoon marah langsung memukul adik Jae Chan.
“Kulihat kau sedang mencari sesuatu di lab komputer.” Kata Jae Chan da ingin tahu kenapa Soo Yoon yang melihat hal yang aneh
“Kenapa kau mencari di internet bagaimana cara membeli potassium sianida dan dosis yang cukup untuk membunuh?Apa yang kau pikirkan? Apa Kau mungkin akan membunuh ayahmu?” ucap Jae Chan tak percaya.
“Aku mencoba menyelamatkan ibuku. Ayahku harus pergi supaya ibuku bisa hidup.” Ucap Soo Yoon seperti sangat frustasi.
“Kenapa kau harus melakukan itu? Harusnya kau laporkan pada polisi. Jaksa harusnya sudah menuntut kasus ini. Ayahmu akan diadili dan dikirim ke penjara. Maka kau tidak perlu...” kata Jae Chan menyela.
“Bagaimana kalau dia tidak bisa diadili?” kata Soo Yoon.
Jae Chan hean kenapa tidak bisa karena Soo Yoon berbuat kejahatan. Soo Yoon pikir Pasti tidak bisa, karena Ayahny tidak akan pernah diadili karena jaksa yang bodoh dan pengacara yang licik.


Saat itu Yoo Bum datang ke rungan Jae Chan mengaku kalau datang sebagai pengacara Park Jun Mo. Jae Chan bertanya apakah Park Jun Mo, Orang yang melakukan KDRT. Yoo Bum membenarkan kalau Tuan Park sebagia klien utamanya dan pasti  tahu si pianis, Park So Yoon dan ayahnya sebagai klienya itu.
“Rasanya kasus ini sudah begitu umum.” Kata Jae Chan terus menatap ke layar komputernya.
“ Apa Kau sudah selesai meninjau jejak catatannya?” kata Yoo Bum sambil melihat berkas diatas meja.
“Ya. Dia menendang istrinya dengan sepatunya. Enam tulang rusuknya retak karena dia. Ini kasus cedera.” Kata Jae Chan.
“Ini harus ditangani sebagai serangan.” Kata Yoo Bum membela klienya. 

Soo Yoon tahu kalau Pengacara licik itu akan membuat kasus itu sebagai penyerangan, bukan cedera. Adik Jae Chan bertanya Apa bedanya kasus cedera dan penyerangan. Soo Yoon memberitahu kalau korban tak terluka maka itu namanya serangan dan apanila terluka, itu namanya cedera.
“Tapi ibumu terluka. Dia bahkan merusak tulang rusuk ibumu. Jadi ini pasti kasus cedera, bukan?” kata adik Jae Chan. 

Yoo Bum pikir kalau ini kasus penyerangan dengan memperlihtakn Ini laporan medis Do Geum Sook, Istri dari Tuan Park. Jae Chan melihat hasilnya Beberapa tulang rusuknya patah dan kontusi dan menurutnya Bagaimana bisa ini jadi kasus penyerangan bila ada laporan medis.
“Hei, kau harus memeriksa tanggalnya. Insiden tersebut terjadi tanggal 14 Februari lalu Laporan medis tersebut ditulis pada 10 Februari.” Kata Yoo Bum. Jae Chan melihat “Diterbitkan tanggal 10 Februari 2016”
“Apa Itu artinya Park Jun Mo bukan penyebab rusaknya tulang rusuk istrinya?” ucap Tuan Choi. Yoo Bum membenarkan. Hyang Mi ingin tahu bisa terjadi.
“Ini catatan kartu kredit Do Geum Sook.. Dari yang dilihat apa yang ia habiskan tanggal 10 Februari..., maka dia menggunakan gondola dan peralatan ski sewaan di Chungyeon Resort. Jadi Itu berarti tulang rusuknya tidak rusak karena Park Jun Mo. Penyebabnya karena Do Geum Sook bermain ski.” Kata Yoo Bum 


“Kecuali kalau ada lagi spekulasi muncul..., pengacara licik itu akan berhasil membuat kasus cedera menjadi kasus penyerangan.” Jelas Soo Yoon
“Katakan saja itu benar. Ada apa dengan kasus penyerangan? Ini juga kejahatan yang harus didakwa.” Kata adik Jae Chan heran
“Benar... Ini memang kejahatan, tapi ini aneh. Dan Ini kejahatan yang bisa dihukum kalau korban menyetujuinya. Jadi kalau korban tidak setuju..., maka tidak ada yang bisa dilakukan oleh jaksa bodoh itu. Kejahatan akan hilang.” Jelas Soo Yoon.
“Kalau begitu bujuklah ibumu untuk menyetujuinya.” Kata adik Jae Chan. 

Di rumah sakit
Nyonya Do sudah duduk diatas tempat tidurnya berbicara pada Jaksa kalau tidak ingin Tuan park dihukum dan membenarkan terluka di resort ski jadi Suaminya tidak ada hubungannya dengan hal itu.Tuan Park sengaja datang menemui istrinya agar tak melaporkanya. Nyonya Do seperti ketakutan ada didekat suaminya.
“Ibu akan beri tahu mereka... kalau dia tidak mau ayahku dihukum, seperti yang selalu dilakukannya.” Cerita Soo Yoon. Jae Chan heran kenapa tak mua melakukanya
“Ibuku... lebih takut ayahku daripada hukuman.” Ucap Soo Yoon. 

Jae Chan binggung setelah menutup telp karena Nyonya Do tak ingin memperpanjang masalahnya dan itu kasusnya selesai begitu saja, lalu mengaku benar-benar penasaran pernah bilang sebelumnya kalau Park Jun Mo itu sebagai klien tetapnya
“Bagaimana bisa direktur lembaga pendidikan menjadi klien tetap? Apa yang harus dia lakukan untuk menjadikanmu pengacaranya saat masa tugasmu belum setahun? Dan Dilihat dari dirimu itu, sepertinya kau dibayar banyak olehnya.Kenapa kau mengambil kasus yang teramat jelas? Aku tadi penasaran, tapi sekarang aku mengerti.” Kata Jae Chan sudah mencurigai kelicikan Yoo Bum. Yoo Bum pura-pura tak mengerti.
“Apa Kau selalu melakukan ini? Mengubah kasus cedera menjadi serangan dengan memperbaiki beberapa dokumen, mengancam korban agar tidak mengajukan tuntutan dan membuat mereka menandatangani formulir persetujuan? Kau menghapus kejahatannya, supaya dia terlihat biasa di matamu.Berapa kali dia harus mengunjungimu untuk menjadi klienya ?” ucap Jae Chan sinis.
Hyang Mi melihat ketegangan berpikir kalau seharusnya menghentikanya. Tuan Choi akhirnya berdiri berkomentar kalau ucapan Jae Chan sudah melewati batas. Jae Chan mengaku tahu tahu menurutnya Jae Chan seperti yang diharapkan.
“Aku paham kau dendam padaku karena sesuatu yang terjadi 13 tahun silam.” Ucap Yoo Bum. Jae Chan pikir Tapi baginya itu sudah berakhir.
“Kenapa kau jadi pemarah pada klienku?” kata Yoo Bum, Jae Chan tak suak dianggap seperti layaknya pendendam.
“Atau adakah kata lain supaya dijelaskan apa yang kau lakukan padaku saat dulu? Aku tidak bisa memahaminya dengan kata-kata lain selain pemarah. Jadi Dengarkan. Pertama...,kenapa kau main mata dengan pacarku dan menyuruhnya untuk putus denganku?” ucap Yoo Bum
Hyang Mi mendengarnya langsung sibuk mengetik chat dalam grup. Yoo Bum lalu ingin tahu alasan Jae Chan yang menabrakan mobil pada mobil Hong Joo lalu yang ketiga Jae Chan itu menyindirnya dengan kasus yang sedang ditanganinya.
“Kenapa kau mencoba untuk beragumen?” kata Yoo Bum mengejek.
“Jangan bicara omong kosong. Itu adalah urusan yang terpisah.” Kata Jae Chan membela diri
“Benar... Tapi kurasa ketiga kejadian itu hanya memiliki satu alasan. Kau mau balas dendam.” Kata Yoo Bum. 


Pesan dari ruangan Hyang Mi pun sudah sampai ke bagian lain, di bagin kantor Jaksa Lee Ji Kwang, kalau Jaksa Jung sengaja menabrak mobil Jaksa Lee. Mereka ingin tahu alasanya, salah satu pegawai berpikir Mungkin alasannya karena balas dendam.
“Mereka pasti punya alasan yang tidak kita ketahui.” Pikir  pegawai di ruangan lain. Jaksa lain pun ingin tahu alasan apa dimasa lalu.

“Katanya Jaksa Jung merebut pacar Jaksa Lee. Mungkin ada yang selingkuh!” kata pegawai lain. Hee Min ada diruangan kaget kalau berhubungan dengan perselingkuh menurutnya itu sangat liar dan kacau
Yoo Bum mengaku tidak meminta Hong Joo untuk memperbaiki keadaan bahkan tidak meminta untuk tidak menghukumnya. Tapi hanya meminta untuk mengikuti hukum dan prinsip yang kita pelajari lallu Dapatkan persetujuan dari jaksa senior dan buat itu tidak dapat diromfeksi.
“Kau Jangan galak pada klienku. Jadi Ikuti sesuai aturan hukum. Hah?” ucap Yoo Bum akan pamit pergi. Keduanya akan berdiri tapi Yoo Bum berjalan lagi mendekati Jae Chan.
“Dan tolong jangan bertingkah seperti anak kecil.Perilakumu itu terlalu kekanak-kanakan dari yang kulihat.” Ejek Yoo Bum. Jae Chan hanya diam karena sudah tahu sifat licik Jae Chan. 

Soo Yoon tahu bahwa Jaksa bodoh itu tidak akan pernah menyelamatkan ibunya dan Begitulah keadaannya. Adik Jae Chan yakin kalau Pasti ada cara lain. Soo Yoon pikir pepatah itu tidak pernah salah yaitu “Di mana drum dipukul maka hukum akan bungkam dan Begitulah adanya.

Semua sudah berkumpul untuk makan bersama, Jae Chan melihat Hee Min baru datang dan memanggilnya dengan banmal. Hee Min pura-pura tak mendengar walaupun sudah diteriki beberapa kali. Jaksa Lee meminta agar Jae Chan memanggil Jaksa Shin. Tetap saja Jae Chan memanggil nama He Min. Akhirnya Jaksa Son Woo Joo pun memanggil Hee Min, Hee Min langsung menengok. Jae Chan hanya bisa melonggo melihatnya.
“Restorannya agak kecil, Hampir saja aku tersesat.” Keluh Hee Min lal duduk membuka jaketnya.
“Jaksa Jung, apa agamamu?” tanya Jaksa Park. Jae Chan mengaku tak punya agama. Semua melonggo binggung.
“Kenapa, kenapa dengan kalian?” tanya Jae Chan heran. Jaksa Park mengaku kalau mereka semua punya agama jadi bergiliran berdoa sebelum makan
“Jangan khawatirkan kami dan makanlah duluan.” Kata Jaksa Park mengajak mereka semua bergandengan tangan lalu berdoa.
“Jaksa Lee, kenapa tidak kau yang mulai dulu” kata Jaksa Park. Jaksa Lee mengangguk setuju dan Jae Chan akan mulai makan.
“Terima kasih banyak telah  memberi kami makanan ini. Berikan berkat untuk mereka yang tidak percaya pada-Mu. Tolong beri panduan kepada Jaksa Jung untuk menemukan restoran dengan ruang yang lebih besar, supaya tidak tersesat lagi.” Ucap Jaksa Lee dengan lantang.
“Aku termasuk dalam sebuah organisasi di mana sopan santun dan ketertiban itu penting. Ajari anak-anak domba malang yang menurutnya sopan santun lebih penting daripada umur. Tolong beri mereka berkah.” Kata Hee Min. Jae Chan terdiam karena  memang itu pasti untuknya.
“Kasus yang tidak terpecahkan menumpuk di kantor Jaksa Jung. Tolong beri dia panduan untuk segera menangani kasus-kasus tersebut supaya korban tidak perlu meneteskan air mata lagi.Dan juga, tolong bantu jiwa yang mempermalukan semua jaksa dengan pakaian yang salah. Izinkan dia membukakan pintu hatinya untuk memilih pakaian yang tepat.” Kata Jaksa Soon. Jae Chan akhirnya tak nafsu makan melihat kemeja dan dasinya memang tak cocok.
“Dunia dipenuhi dengan kecemburuan dan kemarahan. Itu sebabnya beberapa orang tidak bisa melepaskan masa lalu mereka dan menyimpan dendam. Mereka terkadang tidak dapat menangani kasus dengan adil. Itu karena... Bahkan saat kami marah atau dendam..., kami harus memecahkan kasus dengan pola pikir rasional. Harap bimbing mereka untuk menjaga prinsip seorang jaksa. Aku berdoa untuk mereka.” Kata Jaksa Park
Semua mengucap amien lalu membuka matanya. Jaksa Park melihat Jae Chan yang belum makan. Jae Chan mengaku sudah makan lebih dulu. Jaks Park dengan baik hati memberikan lauk untuk Jae Chan. 



Jae Chan mengambil tumpukan berkas. Tuan Choi binggung apa yang dilakukan Jae Chan sekarang. Jea Chan mengaku akan mengurusi berkas ini. Tuan Choi pikir itu terlalu banyak untuk diselesaikan hari ini. Jae Chan pikir akan begadang semalaman.
“Kalau aku coba, aku bisa mengosongkan lemari bodoh itu dalam sehari” kata Jae Chan penuh semangat membuka berkas diatas meja.
“Wahh.. Pas sekali... Ini kasus Park Jun Mo. Dilengkapi laporan medis dan formulir persetujuan. Aku hanya bisa melakukannyakalau aku memprosesnya tidak sesuai prosedur dan Hanya butuh waktu lima menit.” Kata Jae Chan memulai mengetik
“Terduga, Park Jun Mo... Dia dituduh melakukan penyerangan. Pihak yang dirugikan tidak ingin terdakwa dihukum. Oleh karena itu, kasus ini tidak dapat diadvokasi.” Ucap Jae Chan sambil menulis dan menyelesaikan berkasnya.
“Bahkan tidak butuh waktu lima menit. Berarti, aku tidak perlu begadang semalaman...Kasus selanjutnya adalah soal SIM yang tidak terdaftar, ini Hanya tiga menit.” Kata Jae Chan kembali mengetik.
Hyang Mi heran melihat Jae Chan karena Belum pernah melihat seperti itu sebelumnya. Tuan Choi pikir Jae Chan pasti mabuk. Hyang Mi bertanya-tanya apakah mereka akan pulang cepat hari ini. 


Rumah duka dengan si foto si supir bus sudah meninggal dengan banyak karangan bunga dan wartawan.
“Saya berada di rumah duka Inspektur Jung Il Seung dan sopir bus,Nam Chul Du yang mencoba menyelamatkan para penumpang bus dari seorang tentara pelarian. Para politisi diminta untuk memberikan penghargaan atas prestasi nasional dan membuat mereka ditunjuk sebagai pahlawan yang menyelamatkan warga.”
Beberapa wartawan ingin tahu keberadaan anaknya karean  ada dalam bus bersama ayahnya karena harus wawancara lagi. Mereka pan mendengar kalau si anak membantu mengevakuasi setiap penumpang. Sekertaris menanyakan keberadaan anak itu karena Anggota politisi ingin bicara dengannya.
“Reporter Mun, Apa kau mengambil foto anggota kongres kami?” tanya seorang sekertaris pada si wartawan.  Reporter mengaku sudah lalu beranjak pergi. Si anak berdiri sendirian dan memilih untuk pergi. 

Jae Chan akhirnya tertidur di meja kerjanya. Hyang Mi pikir Tenaganya pasti sudah habis. Tuan Choi pikir tahu itu terlalu berat bagi Jae Chan sebagai jaksa junior. Tiba-tiba Jae Chan terbangun dan air mata mengalir di pipinya.Keduanya pun kaget melihat Jae Chan yang tiba-tiba terbangun.
“Apa Kau mimpi buruk?” tanya Hyang Mi. Jae Chan mengaku tidak tidur tapi Hwang Mi melihat Jae Chan sedang menangis. Jae Chan mengelak kalau bergegas keluar dari ruangan. 

Jae Chan berdiri di depan cermin mengingat mimpinya adiknya dibawa mobil polisi. Adiknya menangis meminta agar diselamatkan dan bukan ia yang melakukanya. Jae Chan panik seperti takut terjadi pada adiknya, lalu menelp sang adik menanyakan keberadaanya.
“Aku di sekolah.” Kata Adik Jae Chan. Jae Chan panik menanyakan apakah ada yang terjadi atau memastikan kalau adiknya tidak sakit dan terluka. Adik Jae Chan mengatakan tak ada dan ingin tahu alasan kakanya menanyakan hal itu.
“Tidak ada. Kau pulang jam berapa?” tanya Jae Chan. Adiknya juga tak tahu tapi Mungkin sekitar jam 10 malam.
“Jangan pergi ke mana pun dan langsung pulang. Mengerti?” pesan Jae Chan. Adiknya pikir  memang tidak punya rencana pergi ke suatu tempat lalu menutup telpnya.
Adik Jae Chan melihat keluar jendela, Soo Yoon berjalan pulang sendirian, lalu teringat perkataan sebelumnya “Aku mencoba menyelamatkan ibuku. Ayahku harus pergi supaya ibuku bisa hidup.”  Lalu bergegas pergi. 


Jae Chan mencoba menyakinkan kalau Ini hanya mimpi saja dan Tidak ada yang terjadi. Ia mengingat saat adiknya dibawa oleh polisi, tanganya di tahan agar tak mengejarnya, lalu bisa melihat Hong Joo kalau sudah meminta agar mempercayainya.
“Kalau kau memercayaiku, maka kau bisa menghentikannya.” Kata Hong Joo
Jae Chan mengumpat kesal dengan nasibnya karena sebelumnya mengak tak percaya. 

Si anak duduk di dalam ruangan yang sepi lalu mengeluarkan bola baseball dalam saku bajunya.  Ia hanya bisa menangis mengingat permintaan ayah sebelumnya agar memastikan semua orang sudah keluar dari bus dan bawa sejauh mungkin dari bus.
“Lebih baik kita kabur saja dan Ini persis seperti mimpiku.” Kata Si anak
“Ayah adalah kapten bus ini. Mana bisa Ayah membiarkan mereka pergi?” kata Tuan Nam. Si anak mohon agar mengikutinya saja.
“Hei! Misalnya saja seorang penangkap menghindari bola. Wasit akan terkena pukulan dan permainan akan berantakan.” Ujar Tuan Nam
“Aku akan menumbuhkan rambutku. Aku tahu itu yang Ayah inginkan. Aku akan menumbuhkan rambutku, jadi pergilah bersamaku.” Kata si anak. Tuan Nam pun setuju.
“Ayah pastikan untuk melihat rambutmu tumbuh. Jadi Turun saja dulu, mengerti?”kata Tuan Nam. 

Hong Joo gelisah dengan mimpinya, lalu akhirnya kembali mencari di tempat sampah dan menempelkan pada dinding kamarnya, sebagai pentunjuk.
Wartawan mulai mengetahui kalau anak dari Tuan Nam itu adalah perempuan, bukan laki-laki dan Anak yang ada di dalam bus. Saat itu melihat istri dari Tuan Nam bertanya keberadaan putrinya. Nyonya Nam membalikan badan kalau anaknya  Hong Joo tidak di sini sekarang.

Hong Joo keluar dari rumah dikagetkan dengan Jae Chan sudah ada didepan rumahnya lalu bertanya alasan datang di malam hari. Jae Chan menegaskan kalau tidak datang karena berubah pikiran tapi datang untuk menjelaskan kenapa tidak memercayai kata-kata Hong Joo. Hong Joo pun menyuruh Hee Chan agar mengatakan saja.
“Aku ini seorang jaksa. Yang kulakukan adalah mengadili orang saat melakukan kejahatan. Aku tidak pernah mencegah kejahatan. Maksudku tidak ada yang bisa kulakukan walau kau menceritakan mimpimu padaku. Aku tidak peduli siapa yang meninggal dalam mimpimu. Aku tidak harus menderita karenanya. Tapi...” ucap Jae Chan terhenti.
“Apa Kau seperti penangkap bola? Bola dilemparkan pada kecepatan 160km per jam. Kau terlalu takut untuk menangkapnya. Tapi kau tidak bisa menghindarinya karena kau akan merusak permainan saat itu. Begitu, 'kan?” ucap Hong Joo. Jae Chan membenarkan.
“Aku tidak bisa mengabaikannya walau tidak ingin mempercayainya. Itu karena aku juga mengalami mimpi itu. Kenapa selalu mengarah padaku? Kenapa harus aku?” keluh Jae Chan
“Aku juga tidak tahu kenapa kau juga begitu. Aku bahkan tidak tahu kenapa aku mulai memiliki mimpi seperti itu.” Kata Hong Joo
“Tapi pasti ada alasan kenapa harus kau dan aku.” Kata Jae Chan. 

Flash Back
Hong Joo dengan rambut pendeknya menangis sendirian dalam ruangan yang gelap. Lalu seeorang datang mengambil bola baseball yang tergeletak, setelah itu memberikan pada Hong Joo. Hong Joo menatapnya, ternyata yang memberikan bola adalah Jae Chan saat masih kecil juga. 

Hong Joo mengaku juga tidak tahu tapi kalau memang ada ada alsanya apa yang harus dilakukan karena Jae Chan tidak bisa mencegahnya karena dia seorang jaksa penuntut dan tidak ingin mempercayai kata-katanya. Ia pikir Jae Chan bisa menyalahkan semua itu padanya dan itu sebabnya datang.
“Aku minta Bantu aku, Kau muncul dalam mimpiku. Kau marah karena aku tidak mendengarkan kata-katamu. Seung Won naik mobil polisi atau ambulans dan menghilang” ucap Jae Chan. Hong Joo heran mimpi apa seperti itu.
“Kau bilang Seung Won... Siapa itu Seung Won?” tanya Hong Joo. Jae Chan mengaku kalau itu adiknya dan kenapa menanyakan hal itu.
“Dalam mimpiku...,Seung Won itu membunuh seseorang.” Ucap Hong Joo. Jae Chan kaget mendengarnya. 


Soo Yoon pergi ke supermarket sudah ada di rak bagian untuk membunuh ayahnya. Tapi saat itu tangan disentuh oleh seseorang,  Ia langsung menyebut nama Seung Won dan kaget karena datang menemuinya. Seung Won terlihat senang karena ternyata Soo Yoon itu ingat dengan namanya.

Hong Joo menceritakan kalau Seung Won menyalahkankakaknya untuk pembunuhan itu dan itu artinya kalau kakaknya itu adalah Jae Chan.
Soo Yoon tak percaya kalau Seung Won mengikutinya. Seung Won mengajak mereka pergi dan akan mengantarnya pulang.Jae Chan dan Hong Joo saling menatap memikirkan mimpi mereka agar mencegah sesuatu yang buruk terjadi. 


Tempat abu berada di dalam sebuah kotak dengan mana Nam Chul Du. Foto saat Hong Joo masih kecil dengan rambut potongan pendek dan juga bola baseball. Lalu terlihat foto Hong Joo dengan rambut panjangnya mulai dari remaja sampai akhirnya dewasa dan berhasil menjadi sarjana.
Bersambung ke episode 5

FACEBOOK : Dyah Deedee  TWITTER @dyahdeedee09 

Sinopsis While You Were Sleeping Episode 3

PS : All images credit and content copyright : KBS
Hong Joo menatap Jae Chan dengan memegang sapu tangan agar darahnya tak mengalir. Polisi akhirnya dan ambulance datang, lalu menanyakan  Siapa pemilik mobil putih itu, Hong Joo mengaku kalau itu miliknya. Dan Jae Chan mengaku sebagai mobil yang tak sengaja menabrak.
“Kalian bisa melanjutkannya di kantor polisi dan Kalian berdua harus diobati dulu.” Ucap polisi. Keduanya mengangguk, Yoo Bum dari depan mobil melirik sinis karena Hong Joo dan Jae Chan pergi menaiki ambulance. Jae Chan sempat menatap sinis pada Yoo Bum karena tak mempercayainya. 

Hong Joo terus menatap Jae Chan di dalam ambulance masih teringat saat Jae Chan datang membuka pintu mobil  dan mencoba menyelamatkanya. Ia lalu menanyakan keadaan Jae Chan. Jae Chan mengaku baik-baik saja jadi meminta tidak usah menatapnya. Hong Joo sempat binggung karena Jae Chan ternyata menyadarinya, lalu mengarahkan pandanganya ke arah lain.
Saat itu Jae Chan menatap Hong Joo dan mengingat saat berjalan memeluknya lalu berkata “Aku percaya. Sebab itulah akubisa memercayaimu.” Akhirnya  Jae Chan pun bertanya Bagaimana bisa Hong Joo mempercayainya. Hong Joo terlihat binggung
“Soal yang kukatakan tadi. Tadi sudah bilang kalau kau dan ibumu akan mati karena Yoo Bum. Kalau aku jadi kau, pasti takkan kupercaya kata-kata itu Bahkan aku juga marah.” Kata Jae Chan.
“Aku tidak marah, Aku percaya kau sudah menyelamatkanku.” Kata Hong Joo
“Kenapa kau percaya padaku?” tanya Jae Chan penasaran. Hong Joo mengaku tidak bermaksud berbohong.
“Kau juga bermimpi, 'kan? Dan mimpimu bakal jadi kenyataan. Bukankah begitu?” kata Hong Joo. Jae Chan kaget Hong Joo bisa mengetahuinya.
“Aku juga bermimpi seperti itu Dan mimpiku selalu menjadi kenyataan. Sama sepertimu.” Akui Hong Joo. Jae Chan pun terdiam. 


Seorang wanita muda bermain piano dengan sangat lihai diatas panggung, penonton pun terpukau menonton dari bangku penonton. Seorang wartawan melihat seorang ibu seperti merasa kesakitan, lalu menanyakan keadanya karena mengeluarkan banyak keringat.
“Sepertinya di sini panas. Kau tak apa 'kan, sayang?” kata suaminya dengan memegang tangan istrinya. Si wanita terlihat gemetar ketakutan saat suaminya memegang tanganya. Mereka pun kembali menonton pertunjukan piano. 

Hong Joo duduk disamping Jae Chan dengan luka sudah di berikan plester. Jae Chan bertanya apakah Hong Joo terus bermimpi seperti itu. Hong Joo membenarkan kalau banyak bermimpi dan pasti kali ini baru pertama kalinya untuk Jae Chan. Jae Chan membenarkan.
“Seberapa jauh kau... Maksudku, seberapa jauh kau bisa memprediksinya? Aku tak tanya karena aku percaya.” Ucap Jae Chan.
“Tidak berbatas, Bisa saja sebulan atau esoknya. Bahkan bisa beberapa menit kemudian.” Jelas Hong Joo
“Apa Pernah prediksi mimpimu salah?” tanya Jae Chan. Hong Joo mengaku Tak pernah.
“Ada mimpi yang tak terwujud, tapi tidak pernah salah.” Jelas Hong Joo.
“Apa Kau belum mencoba mengubahnya?” tanya Jae Chan. Hong Joo pikir Jae Chan itu luar biasa.
“Apa Aku benar-benar menyelamatkan seseorang?” ucap Jae Chan tak percaya. Hong Joo membenarkan. Jae Chan pun ingin tahu apa yang akan terjadi.
“Maksudku, bukan karena aku percaya kata-katamu, tapi katakanlah misalnya aku akan mengubah masa depan. Dan Anggap saja aku sudah mengubahnya. Lalu apa yang akan terjadi?” jelas Jae Chan.
Hong Joo juga tak tahu,  menurutnya Saat Jae Chan  menghentikan air yang mengalir, berarti air itu akan dialihkan pengalirannya. Dan Jae chan menghentikan hal-hal yang terjadi, seperti menghentikan air mengalir, maka Waktu akan mengalir berbeda.


Di kantor polisi
Senior polisi mengeluh dengan perutnya yang makin menonjol berpikir kalau harus turunkan berat badannya, lalu menanyakan juniornya yang datang terlambat. Juniornya yang tadi hampir tertabrak, pikir agar Jangan diungkit karena hampir mati. Sementara seniornya seperti tak peduli, berpikir kalau dirinya bisa saja mati kalau tidak diet.
Pianis sedang melakukan wawancara dengan wartawa kalau menjaga fisik dan berlatih dengan giat. Wartaan tahu Park So Yoon  masuk final Kompetisi Internasional Chopin untuk pertama kalinya di Korea, jadi meminta tanggapan. Saat So Yoon sedang menjawab pertanyaan wartawan, ibunya jatuh pingsan.
Soo Yoon dan ayahnya langsung panik melihat Nyonya Park tak sadarkan diri. Wartawan yang duduk disebelah Nyonya Park meminta agar segera di panggil ambulance, saat itu terihat ada berkas tapak sepatu di baju Nyonya Park. Ia pun langsung menatap sinis pada Tuan Park lalu menelp polisi. Tuan Park mencoba mengelak kalau tidak melakukan ini.
“HaloApa ini polisi? Aku ingin melaporkan kasus KDRT.” Kata si wartawan. Tuan Park menegaskan kalau tidak melakukannya. So Yoon panik meminta agar ibunya segera sadar. Adik Jae Chan masuk binggung karena sudah banyak orang yang berkerumun. 


“Kalau waktu berlalu dengan cara lain..., ke mana arahnya? Ke arah yang lebih baik Atau malah sebaliknya?” tanya Jae Chan penasaran.
“Aku belum mencoba mengubah waktu. Aku juga tidak tahu. Tapi yang pasti orang tidak menyadari bahwac waktu telah berubah dari awal. Kemudian, seiring berjalannya waktu..., perbedaannya akan semakin besar.” Ucap Hong Joo. 

Nyonya Yoon dibawa masuk ke dalam ambulance dan belum sadarkan diri sementara Tuan Park dibawa ke kantor polisi, Tuan Park tetap mengelak dengan meminta polisi agar mengetahui siapa dirinya. Soo Yoo berdiri sendirian dalam lobby gedung. Adik Jae Chan melihatnya lalu mendekat.
“So Yoon... Apa Kau tak apa?” tanya Adik Jae Chan dengan sebuket bunga lalu disembunyikanya. Soo Yoon bingung melihat Jae Chan yang bisa datang ke tempatnya.
“Itu... Aku hanya mampir kemari.” Ucap Jae Chan. Soo Yoon langsung mendekat dan mencengkram baju Jae Chan.
“Jangan katakan apa pun tentang yang terjadi hari ini. Anggap saja kau tak lihat apa-apa. Mengerti?” kata Soo Yoon mengancam. Jae Chan mengangguk mengerti.
“Aku tidak akan kasih tahu siapa-siapa. Tidak akan pernah.” Kata Jae Chan. Dengan memegang tangan Soo Yoon diatas bajunya. Soo Yoon pun mengucapkan  Terima kasih.


“Satu hal yang pasti mulai sekarang, waktu akan berlalu dengan cara lain. Entah itu menuju ke arah yang baik atau buruk.” Ucap Hong Joo. Jae Chan pikir juga seperti itu.
“Sekarang giliranku yang bertanya padamu. Kenapa kau datang menyelamatkanku? Aku hanya mimpi bagimu. Kenapa kau menyelamatkanku bahkan ketika mobilmu sendiri kau hancurkan... dan terluka seperti ini?” kata Hong Joo. Jae Chan juga mengaku tak tahu.
“Apa Kau masih belum mengerti? Mungkin aku tahu alasannya.” Kata Hong Joo dengan nada mengoda.
Jae Chan binggung apa maksud ucapan Hong Joo. Hong Joo bertanya kapan itu mulainya Jatuh cinta padanya. Jae Chan kaget karena Hong Joo menganggap kalau ia jatuh cinta padanya menurutnya Pasti ada salah paham dengan mencoba untuk bergeser tempat duduknya.
“Kau jatuh cinta padaku saat aku memelukmu, 'kan? Itu sebabnya kau balas peluk aku, 'kan?” kata Hong Joo ikut bergeser untuk mendekat.
“Tidak, aku hanya memelukmu karena kau yang peluk dulu. Aku tidak merasakan apa-apa.” Jelas Jae Chan.
“Apa Kau tak merasakan apa-apa? Tapi kau memelukku erat-erat. Bahkan menepuk belakangku. Jadi Apa kau bisa memeluk wanita di mana pun?” tanya Hong Joo. Jae Chan mengaku tidak seperti itu.
“Berarti aku bukan sembarang wanita. Apa yang spesial dariku?Apa yang kau sukai dariku?” tanya Hong Joo
“Aku bingung. Kenapa bertanya seperti itu?” kata Jae Chan bingung
“Tidak, aku salah. Kau 'kan memelukku setelah menyelamatkanku. Berarti... di pemberhentian bis Atau saat kau bawa kue beras?” kata Hong Joo seperti mulai percaya diri.
Jae Chan binggung mencoba untuk menjauh malah tubuhnya jatuh dari kursi, Hong Joo pikir Jae Chan jatuh cinta dengan suaranya dan pindah rumah karenanya. Jae Chan pikir Hong Joo yang membuatnya gila, seperti sebuah drama kalau Jae Chan dianggap sebagai  (Pria Baik)




Yoo Bum duduk di mobilnya, berbicara di telp bertanya  Kantor polisi mana? Apa kejahatan dan hukuman untuk itu? Lalu dianggap sebagai  (Pria jahat) . Sementara Hong Joo merasa kalau badanya langsung merinding menganggap kalau Jae Chan memang benar pindah karena dirinya. Ia pun dianggap sebagai  (Wanita Aneh) dan ketiganya akan bertemu  ( Pria Baik, Pria Jahat, Wanita Aneh)
Hong Joo terbangun dikamarnya dengan wajah cerah lalu menuliskan tentang mimpinya, seperti sangat bahagia mengingat ketika Jae Chan membuka pintu mobil memastikan kalau ia baik-baik saja.  Setelah itu membuka tirai kamarnya.
Adik Jae Chan membuka tirai kamar kakaknya agar menyuruh bangun. JaeC Chan mengeluh dan meminta waktu Lima menit lagi. Adik Jae Chan memberitahu kalau sudah Telat. Jae Chan tetap masih saja tertidur, adik Jae Chan pun melempar baju kotor agar bangun. Jae Chan akhirnya terbangun sambil berteriak marah.
“Sekarang sudah jam berapa?” teriak Adik Jae Chan menunjuk ke arah jam di meja. Jae Chan pun hanya diam karena memang sudah telat.
“Hei.. Buatkan aku sereal juga.”kata Jae Chan melihat adiknya sedang sarapan. Adiknya menyuruh agar Jae Chan membuat sendiri karena lagi kesusahan
“Kau malah bertingkah aneh. Kenapa labil begitu?” kata Jae Chan. Adik Jae Chan ingin memberitahu sesuatu, tapi teringat perkataan Soo Yoon. “Jangan katakan apa pun tentang yang terjadi hari ini.”
Akhirnya ia mengurungkan niatnya. Jae Chan heran adiknya malah tak ingin menceitakannya. Adik Jae Chan mengalihkan cerita dengan menanyakan hubungannya dengan gadis sebelah dan berpikir kalau mereak berdua sudah pacaran. Jae Chan pikir adiknya ingin mati ditanganya karena mengatakan hal itu.
“Hidup itu membosankan bagimu, kan? Kenapa? Kau itu sangat khawatir padanya. Kau menyelamatkannya walau mobil barumu kau korbankan.” Kata adik Jae Chan kesal.

Sementara Hong Joo sedang asyik membuat nasi kepal dengan bentuk hati lalu menceritakan pada ibunya kalau  pria itu jatuh cinta padanya. Ibunya bertanya siapa pria yang dimaksud. Hong Joo mengaku kalau itu Pria pindahan yang Muda dan tampan.
“Aigoo. Lalu bagaimana dengan pengacara itu?”ejek Nyonya Yoon.
“Ibu, jangan ungkit tentang dia lagi. Dia akan memanfaatkanku selagi cari uang.” Kata  Hong Joo
“Jadi Apa kau mau putus dengannya?” tanya Nyonya Yoon. Hong Joo pikir ibuna ingin ia menemuinya lagi
“Dia bisa saja menghancurkan sesuatu.” Kata Hong Joo. Nyonya Yoon pun bertanya apakah Hong Joo mau berkencan dengan pria pindahan itu?. Hong Joo mengaku Tidak.
“Aku hanya ingin mengganti pacarku. Aku hanya akan membayarnya karena sudah menyelamatkanku.” Kata Hong Joo
Nyonya Yoon bingung apa maksudnya Membayar pria itu kembali. Hong Joo menceritakan alau Jae Chan menyelamatkan hidup mereka jadi harus membayarnya selama sisa hidupnya dan Itu yang tepat dilakukan. Nyonya Yoon ingin tahu Bagaimana caranya.
“Sepertinya dia belum pernah berkencan dengan gadis mana pun. Tapi mau bagaimana lagi? Yang pasti, dia menyelamatkan hidupku.” Kata Hong Joo seperti sangat berbunga-bunga.
“Kau harus memikirkan ini. Kau bisa membayarnya kembali dengan balas dendam.” Kata Nyonya Yoon.
“Balas dendam? Tapi Kedengarannya bagus juga. Seperti Romeo dan Juliet. Itu membuatku bersemangat.” Kata Hong Joo terus membentuk nasi kepal dengan bentuk hati.


Jae Chan menceritakan kalau Hong Joo memang sangat gila karena bepikir dirinya jatuh cinta dan cari perhatian menurutnya seHarusnya Hong Joo  pergi temui dokter jiwa Atau harus ada hukum yang membedakan mana orang gila itu maka Dengan begitu kita bisa menghindari orang seperti dirinya.
“Aku sangat tidak beruntung bertemu dengannya.” Keluh Jae Chan
“Tapi kau bilang di dalam mimpimu dia sangat sedih.” Kata adik Jae Chan
“Dia tidak sedih! Tapi Itu agak menakutkan. Ya, aku menyelamatkannya karena dia menakutkan... Ahh.. Tidak... Sebenarnya aku tidak menyelamatkannya. Aku tidak pernah bilang apa pun tentang mimpiku. Dan Bisa-bisa aku dipanggil gila karena mendengar tentang mimpiku.” Cerita Je Chan.
Adik Jae Chan menganguk setuju saja dan saat itu bel rumah berbunyi, mereka binggung Siapa yang datang datang pagi sekali, lalu melihat di interkom. Adik Jae Chan memberitahu kalau tamunya adalah si wanita sebelah rumah. Jae Chan kaget mendenganya lalu berjalan mendekat.
“Aku Hong Joo yang tinggal di sebelah rumah.” Kata Hong Joo ramah. Adik Jae Chan pun bertanya apakah ada yang bisa dibantu.
“Omo, siapa pemilik suara tampan itu? Coba Perlihatkan wajahmu. Aku jadi penasaran.” Ucap Hong Joo penuh semangat.
Adik Jae Chan binggung dengan tanggapan Hong Joo. Jae Chan pikir kalau sebelumnya sudah mengatakan kalau Hong Joo itu gila. Hong Joo berdiri didepan interkom mengaku kalau bisa mendengar keduanya bicara.
“Aku membuat bola nasi untuk dibagikan pada kalian.”kata Hong Joo
“Maaf, Nam Hong Joo.. Aku tidak percaya yang kau ceritakan tentang mimpi. Jadi aku bukan menyelamatkanmu karena itu Dan kau tidak perlu membayarku kembali. Kau bisa ambil kembali bola nasimu.” Kata Jae Chan lalu mematikan interkom merasa kalau paham yang dikatakan.
“Oh, Apa kau tidak percaya padanya? Aku benar-benar mengerti maksudmu.” Kata Hong Joo memegang sebuah note dengan senyuman bahagia. 


Keduanya sama-sama melewati Toko bunga lalu melihat egg tart yang baru keluar dari oven didepan kaca toko kue. Keduanya hanya lewat dengan helaan nafas dan sempat berhenti didepan mural kakek dan nenek yang berciuman, walaupun usia senja merasa mereka masih muda.
Mereka berjalan di tempat yang sama, melalui lapangan dan bertemu dengan dua ahjumma sedang berolahraga. Para anak TK sedang jalan-jalan dan salah seorang anak kehilangan balonya karena terbang dan menyangkut di dahan.
Hong Joo memberitahu kalau Ada pria yang tinggi dengan lengan panjang dan Namanya Jung Jae Chan. Beberapa saat kemudian Jae Chan datang membalik balon yang tersangkut. Si anak langsung mengucapkan Terima kasih pada Jung Jae Chan Ahjussi. Jae Chan binggung karena si anak bisa mengetahui namanya. 

Hong Joo sudah pergi ke kedai kopi yang cukup ramai, lalu didepan kasir memberitahu Dalam tiga menit, pria tinggi akan datang kemari memesan sesuatu. Si kasir bingung, Hong Joo memberitahu cirinya adalah memakai baju krem jadi meminta kalau datang melakukan sesuatu untuknya.  Jae Chan akhirnya datang dan ingin memesan.
“Apa Anda pesan Americano dengan gula tambahan dan sirup hazelnut?” ucap si kasir. Jae Chan binggung lalu membenarkan dan memberikan kartu kreditnya.
Hong Joo sudah sampai di jalur kereta bawah tanah, berdiri tepat di pintu 8-3 dan menaiki kereta. Jae Chan datang berdiri di tempat yangs ama dengan Hong Joo berdiri lalu menaiki kereta yang datang.

Jae Chan duduk di bangku kosong, saat itu Hong Joo sengaja melonggokan kepalanya menatap Jae Chan yang bersela seorang paman. Jae Chan kaget melihat Hong Joo ada didekatnya. Si paman pun bertanya apakah mereka saling mengenal. Jae Chan mengaku tidak sementara Hong Joo mengaku mengenalnya, akhirnya si paman memberikan tempat duduknya untuk Hong Joo.
“Ini aku. Nam Hong Joo yang dari sebelah rumah.” Kata Hong Joo. Jae Chan mengaku sudah tahu dengan tatapan acuh.
“Kau pasti sangat penasaran... Kau penasaran kenapa aku mengikutimu tapi ternyata tidak karena kita naik kereta bersama.” Kata Hong Joo. Jae Chan pikir Rasanya memang aneh.
“Benarkah? Apa Kau ini sedang membaca pikiranku?” kata Jae Chan heran
“Aku benar-benar mengikutimu. Karena aku menebak ke mana kau pergi dalam mimpiku. Aku menduga balon itu terjebak di pohon da aku juga menebak kau memesan kopi Dan kau naik kereta subway untuk pergi bekerja Dan aku juga melihat stasiun mana tujuanmu.” Ucap Hong Joo. Jae Chan hanya diam saja.
“Sudah kubilang aku bisa meramal masa depan dalam mimpiku. Jadi memang benar kau menyelamatkanku Dan memang benar aku berutang budi padamu. Benarkan?” ucap Hong Joo. Jae Chan hanya diam saja keluar dari keerta. 


Hong Joo mengeluh Jae Chan hanya diam saja padahal sengaja datang karena hanya ingin mendengar jawabannya lalu memberikan sebuah payung karena Hong Joo pasti akan membutuhkannya. Jae Chan menegaskan kalu tidak percaya dengan kata-kata Hong Joo.
“Kau bilang kau bermimpi tentangku. Kenapa kau malah menyangkalnya?” kata Hong Joo kesal
“Aku bukannya menyangkal, tapi Aku hanya tidak mempercayainya.” Tegas Jae Chan. Hong Joo binggung.

“Aku tidak ingin memercayai itu. Aku tidak akan percaya walau aku memimpikan hal itu lagi. Aku tidak peduli siapa yang mati dalam mimpiku.”tegas Jae Chan. Hong Joo ingin tahu alasanya.
“Kalau aku percaya..., maka aku harus selamatkan siapa pun yang hampir mati. Kalau tidak...,aku malah menyalahkan diriku tanpa henti. Aku tidak bisa mengatasinya. Lalu kau bisa mengatasinya?” kata Jae Chan. Hong Joo mengaku Tidak bisa.
“Kalau tidak bisa, abaikan saja mimpimu itu. Seakan tak pernah terjadi. Itu akan membuatmu tak pernah menderita. Dan Kalau kau ingin mengubah sesuatu, cari saja orang lain.” Kata Jae Chan.
“Aku tidak bisa menemukan orang lain.” Ucap Hong Joo
“Aku tidak tahu kenapa harus menjadi dirimu. Carilah orang lain yang lebih keras. Jika ada 2, pasti ada 3 dan 4 juga.” Kata Jae Chan.
“Sudah kubilang.. itu Hanya dirimu saja.” Kata Hong Joo. 

Seorang anak sedang berlatih melempar bola baseball menceritakan kalau memimpikan sesuatu yang aneh tadi malam. Ayahnya ingin tahu mimpi seperti apa.  Si anak menceritakan kalau Ayahnya akan mati dalam mimpinya. Sang ayah hanya tersenyum lalu bertanya bagaimana ia nanti mati.
“Apa ayah yang banyak darah? Dengan Banyak darah berarti pertanda baik.” Ucap si ayah dengan terus mengajarkan anaknya melempar bola.
“Bus Ayah mengalami ledakan. Seorang tentara muda naik busnya Ayah. Dia membawa granat dan senjata api.” Cerita si anak
“Hei, ini bukan Amerika.  Impianmu sangat tidak mungkin terjadi.” Kata si ayah.
“Tapi itu nyata! Dia melempar granat ke dalam bus. Lalu semua orang meninggal. Ayah, Apa hari ini bisa jangan bekerja dulu? Mimpi yang kurasakan sangat nyata.” Rengek si anak.
“Benarkah? Kalau begitu... Jika kau melakukan sesuatu untuk Ayah, Ayah akan memikirkannya.” Kata Si ayah. Si anak menerima bisikan ayahnya dan langsung berlati mengejek ayahnya kalau tidak mungkin melakukannya.
“Ayah tidak minta terlalu banyak. Kenapa kau tidak mau?.” Keluh si ayah. 


Jae Chan keluar dari stasiun dan melihat hujan yang turun, padahal sebelumnya Hong Joo memberikan sebuah payung dan berkata mungkin akan membutuhkannya tapi menolaknya. Jaksa Park Dae Young juga baru keluar stasiun mengeuh karena Ramalan cuaca memang suka salah prediksi.
“Pak Jaksa, selamat pagi.” Sapa Jae Chan melihat seniornya. Jaksa Park pun menyapa Jae Chan bertanya apakah membawa payung.
“Tidak, aku akan lari ke toko seberang dan membelinya.” Kata Jae Chan. Tapi saat itu Jaksa Shin Hee Min datang dengan payung menyapa seniornya.
“Mobil Anda di mana?” tanya Hee Min. Jaksa Park menjelaskan Karena kebijakan pemerintah, jadi tidak membawanya dan melihat Hee Min yang membawa payung.

“Aku akan mengantar Anda sampai di kantor.” Kata Hee Min. Jaksa Park pun dengan senang hati menerima bantuan.
“Jaksa Jung, bagaimana ini... Payungku terlalu kecil untuk bertiga.” Kata Hee Min dengan nada mengejek.
Jae Chan pikir tak masalah menyuruh Hee Min untuk mengantar Jaksa Park saja. Keduanya pun berjalan melewati hujan deras. Jaksa Park membahas kalau Jae Chan bicara informal pada Hee Min. Hee Min pikir itu karena Jae Chan senior di kampus.
“Meski begitu, dia tetap harus beretika di kantor kami.” Kata Jaksa Park pikir Jae Chan pasti tidak tahu.
“Aku tahu. Jalannya itu masih panjang.”kata Hee Min. Sementara Jae Chan pun akhirnya hanya bisa berlari keluar dari stasiun. 


Tuan Park duduk melihat rekaman CCTV di dalam lift saat menginjak-nginjak tubuh istrinya dengan sepatu. Yoo Bum datang meminta maaf datang terlambat karena mendadak hujan. Tuan Park seperti sudah menunggu lama. Yoo Bum langsung berkomentar kalau Tuan Park mengibaratkan pergi ke laut kali ini.
“Menurut laporan medis, Anda mematahkan enam tulang rusuknya. Karyawan kami kesulitan menghapus rekaman CCTV itu.”jelas Yoo Bum memperlihatkan hasil medis.
“Aku tahu mereka sangat kesusahan. Itu sebabnya aku akan bayar mereka lebih banyak.
“Tuduhan cedera akan menyulitkan banyak hal, jadi aku akan bicara dengan para dokter dan menjadikannya sebagai serangan. Tuliskan surat permintaan maaf untuk setiap tanggal, hanya berjaga-jaga saja. Anda tahu  yang terjadi  selanjutnya jika Anda dikenai tuduhan penyerangan kan? Anda mungkin mendapat surat cerai yang ditandatangani oleh istri Anda. Jadi...” kata Yoo Bum langsung disela oleh tuan Park
“Aku tidak akan diadili karena dia tidak memiliki hak untuk bertindak. Aku sangat tahu itu.” Kata Tuan Paak
“Istri Anda akan menandatanganinya, 'kan? Kalau tidak, berarti dia akan memasukkanku ke penjara.” Ucap Yoo Bum memastikan
“Jangan khawatir. Dia tidak akan pernah membuat So Yoon menjadi anak terpidana.” Kata Tuan Park
Saat itu di ruang rawat, Nyonya Park masih terbaring seperti tak sadarkan diri, sementara Soo Yoon menjaga ibunya dirumah sakit. 


Hong Joo duduk sendiri di cafe dengan berbicara kala Yoo Bum mungkin berpikir itu tidak masuk akal karena disalahkan atas sesuatu yang tidak di lakukan lalu ia memeluk orang lain menurutnya itu wajar saja. Yoo Bum mengetuk jendela cafe, Hong Joo sempat kaget dan mencoba untuk tenang saat Yoo Bum mulai masuk cafe.
“Bicaralah dengan akal sehat. Berpisahlah dengannya secara rasional.” Ucap Hong Joo melihat Yoo Bum duduk di duduk didepanya dan menawarkan kopi. Yoo Bum dengan melipat tangan didada langsung menolaknya.
“Aku ingin bertemu denganmu karena kau mungkin ingin banyak bicara denganku. Sebagai contoh, permintaan maafmu.” Kata Yoo Bum.
“Aku tahu kau kecewa dengan tingkahku saat kecelakaan itu terjadi.”kata Hong Joo. Yoo Bum mengaku senang karena Hong Joo sudah menduganya.
“Aku tahu yang kulakukan sekarang sama sekali tidak masuk akal. Aku juga tahu kau tidak berbuat salah. Tapi aku akan tidur nyenyak kalau kita mengakhiri hubungan kita di sini.” Kata Hong Joo. Yoo Bum kaget Hong Joo malah ingin putus denganya.
“Jadi, ayo kita akhiri di sini. Panggil saja aku gila atau tidak tahu diri. Tapi aku tidak tahu apa yang harus kubicarakan. Maafkan aku!” ucap Hong Joo dengan nada tinggi.
“Apa Kau sebut ini permintaan maaf?” keluh Yoo Bum pikir seperti balas dendam.
“Ya, ini permintaan maaf. Aku bisa saja lebih nyaring lagi saat minta maaf. Semua ini salahku. Aku memang pantas disalahkan. Aku dengan tulus meminta maaf!” kata Hong Joo dengan nada nyaring. Yoo Bum binggung dengan banyak orang melihat ke arah mereka. 


Si Ayah mengemudikan busnya, lalu memberikan perhatian pada penumpang yang akan naik kalau lantai licin jadi berhati-hati. Tiba-tiba melihat anaknya yang naik bus juga. Si Ayah binggung kenapa tak sekolah,  sia anam mengaku sengaja naik bus ayahnya karena khawatir.
“Aigoo. Kalau banyak bermimpi seperti itu, sebaiknya berhenti sekolah saja.” Ejek Si ayah dan anaknya duduk di kursi belakang ayahnya lalu melihat sosok pria dengan baju tentara naik ke dalam bus.

“Ayah, aku melihat pria itu dalam mimpiku.” Bisik si anak. Ayahnya merasa kalau  Itu kebetulan saja.
“Ayah, kurasa dia bawa pistol di dalam tasnya” kata Si anak, lalu terdengar berita dari radio dialam bus.
“Seorang tentara diam-diam lari dari pangkalan militer dan membawa dua granat di Provinsi Gangwon. Dia menembak seorang petugas polisi di sebuah toko di Seoul. Polisi dan tentara sedang mencari keberadaannya. Petugas polisi yang tertembak akhirnya tewas di tempat.Reporter Kim Moo Kyung melaporkan dari tempat kejadian.”
Wajah si ayah makin tegang, begitu juga si anak lalu terlihat sebuah bola baseball dan foto bersama anaknya ada didasbord bus.
Bersambung ke episode 4

FACEBOOK : Dyah Deedee  TWITTER @dyahdeedee09