PS
: All images credit and content copyright : TVN
Ma Rin
mengirimkan untuk Song Ma Rin di masa depan.
“Saat
ini, kau...dari yang kudengar, menyesali masa lalumu. Kau ingin mengakhiri
pernikahanmu.”
Ia
mengingat cerita Jo Hoon kalau Di masa depan Ma Rin menyuruh kembali dan
berpisah darimu. Ma Rin pun meminta Joon Oh memilih Masa depan yang tidak dapat disentuh, atau masa kini. Joon Oh pun memilih masa sekarang dengan mencium Ma Rin.
“Kekecewaan
yang dalam...Kebahagiaan yang memuncak... Tawa yang lepas.... Segalanya merupakan
masa-masa terindah. Sebuah masa penuh cinta. Bagaimana bisa kau lupakan semua
itu? Meski sisa umurku hanya satu hari, aku tetap bahagia saat ini. Jadi, jangan melukai
So Joon dari masa lalu. Dia priaku dan Juga, aku tidak akan pernah menjadi
sepertimu.”
-Song Ma
Rin yang hidup di bulan November 2016.-
Ma Rin
mengirimkan email dengan mengingat semua kenangan manisnya dengan Joon Oh ke
masa depan bulan 25 November 2017
Ma Rin
memastikan So Joon yang tidak akan pergi ke dunia lain. So Joon mengeluh harus
pakai baju ditanganya. Ma Rin meminta So
Joon agar menjawab pertanyaan kalau
tidak akan naik subway. Soo Joon pikir kalau Ma Rin yang minta tidak
pergi. Ma Rin terlihat senang Soo Joon melakukan karena dirinya lalu masuk ke
kamar mandi. So Joon menjerit karena sendag ganti baju.
“Tak ada
masalah, Kau Seperti belum pernah saja!” komentar Ma Rin yang melihat So Joon
bertelanjang dada
“Beda
tahu antara sengaja telanjang dan ganti baju!” kata So Joon menyuruh Ma Rin
keluar
“Kau berhenti
ke dunia lain demi aku. Tapi merasa berat memakai piyama couple seperti
pasangan lain.” Komentar Ma Rin
“Justru
aku tidak suka karena semua orang melakukan hal yang sama. Dan, aku memang
benci hal-hal semacam ini.” Kata Soo Joon.
Ma Rin
menawarkan diri untuk membantu memakainya, tapi lebih baik lepaskan saja. So
Joon dengan nada mengoda berpikir untuk tak perlu memakainya. Ma Rin tak
tergoda dengan rayuan Soo Joon menyuruh segera mengunakan bajunya dan
melepaskan di saat yang tepat. So Joon masih saja terus mengeluh.
Saat So
Joon keluar, Ma Rin langsung mengambil gambar. Soo Joon kembali mengeluh mereka
harus foto. Ma Rin mengatakankalau semua
akan jadi kenangan jadi akan mengambil banyak foto dan Jika suatu saat hubungan
mereka memburuk, maka akan menatap foto-foto itu lalu berkata mereka sangat
serasi, serta tidak akan melupakannya.
“Kau
bilang tidak akan khawatir soal masa depan.” Ucap So Joon, Ma Rin mengaku tak
khawatir
“Aku hanya
merasa terganggu oleh dia.” Ucap Ma Rin dan meminta agr berfoto untuk
menunjukkan padanya.
So Joon
pikir mereka sudah cukup berfoto dan harus melepas piyama setelah berfoto. Ma
Rin heran karena baru memakainya dan kenapa harus dilepas. Soo Joon mengoda Ma
Rin ingin melepaskan baju istrinya, Ma Rin mengejek Soo Joon itu seperti orang
mesum saja. So Joon mengaku kalau hari ini akan jadi menakutkan dan mesum.
Keduanya
pun sudah berbaring dengan piyama yang ada dilantai, Ma Rin bertanya Apa So
Joon akan baik-baik saja tidak pergi ke dunia lain dan tidak akan merasa
frustasi hidup secara normal. Soo Joon mengatakan hanya akan hidup seperti
orang lain.
“Bekerja
keras, tapi juga banyak bermain. Akan kupikirkan esok ketika saatnya tiba. Begitulah
rencanaku.” Ucap So Joon, Ma Rin seperti tak yakin So Joon akan bekerja keras
“Ya, aku
harus bekerja keras, Siang dan malam.” Kata So Joon meyakinkan.
Semua
pegawai berkumpul di lorong membahas tentang Yong Jin yang mengelapkan dana.
Sek Hwang datang merasa malu mencoba segera kabur meninggakan kerumunan.
Direktur Wang datang berkomentar kalaus sudah mengetahui, dan Yong Jin itu semestinya
tidak dilepas begitu saja yaitu Selain dipecat, semestinyadituntut juga. So
Joon datang semua pun menyapanya.
“Presdir,
kenapa hari ini datang pagi sekali?” tanya Direktur Wang
“Karena
Direktur Kim sudah tidak ada, kau harus menggantikannya.” Kata So Joo
“Ya,
tentu saya harus berbuat sesuatu untuk menanggulangi kondisi yang serius ini.”
Kata Direktur Wang
“Dan,
kita usahakan agar masalah ini tidak menimbulkan keributan publik. Tolong jaga
mulut.” Pesan So Joon
“Bagaimana
bisa dia mengambil sebanyak itu? Dan Bisa-bisanya tidak ada yang sadar?” kata
Soo Joon heran
“Dia
mengambil 3-5% dari komisi proyek. Totalnya ada 7 proyek Apa Kau tahu gedung
untuk Samsung Taejung? Dia mendapatkan 3 juta won perbulan dari sana. Kita
mestinya sadar saat dia membeli rumah mewah itu.” Komentar Ki Doong kesal
“Karena proses
audit masih berlangsung, cek lagi adakah
penggelapan lain.” Pinta So Joon
“Hei,
lalu bagaimana dengan nasib Sekretaris Hwang? Dia bahkan ke rumahku dan minta
dimutasi ke departemen lain. Kurasa, dia tidak bekerja sama dengan Kim Young
Jin.” Kata Ki Doong
“Tapi dia
menyebarkan rumor kita kencan, juga mencoba mengorek masa laluku. Saat teringat
hal itu, kepalan tinjuku masih mengepal.” Kata Soo Joon, Ki Doong tahu kalau
sulit memaafkanya.
“Kurasa,
kau perlu mengajariku bekerja. Aku tidak akan ke dunia lain lagi karena Kakiku
terluka saat naik subway. Ayo kita bekerja keras hari ini.” Ucap So Joon penuh
semangat.
Sek Hwang
menghapus video yang diambinya dan duduk diam, Direktur Wang datang menyindir
ruangan baru Sek Hwang didalam ruang rapat dan meja menghadap dinding. Ia tahu
kalau Masuk dalam daftar tunggu penempatan jabatan.. pasti sangat berat. Sek
Hwang mengaku tak masalah.
“Apa Tahu
kesalahanmu, Sekretaris Hwang? Kau hanya bertemu dengan bos yang salah. Jadi,
katakan padaku. Ada yang lain soal Direktur Kim, 'kan? Sesuatu yang lebih besar
dari Jangho.” Ucap Direktur Wang mengaku tidak tahu.
“Kenapa
kau loyal sekali ? Bukankah kau sudah merdeka sekarang?” kata Direktur Wang
“ Tetap
tidak bisa Leluhur saya terpaksa memakai nama Jepang selama penjajahan supaya
selamat dengan memihak penjajah). Jadi, saya tidak mau kelemahan mereka menurun
pada saya dan memilih setia” kata Sek
Hwang
“Ya, kau
pasti memiliki banyak beban. Tapi, lambat laun tetap akan terungkap meski kau
bungkam. Aku sebenarnya tidak tahu kelakuan Young Jin di belakang. Sampai kabar
pemecatannya dirilis. Semua korban penipuan Young Jin akan datang kemari.” Kata
Direktur Wang, Sek Hwang tetap mengaku tak tahu walaupun terlihat sedikit panik
dan ingin sendirian.
Yong Jin
menelp Presdir Choi mengunakan telp hotel membahas tentang menyelesaikan kontraklebih
awal dan mengaku kalau berhasil
meyakinkan mereka dan Kontraknya akan diakhiri 3 bulan lebih awal. Direktur itu
pun mengucapkan terimakasih karena Yong Jin
banyak sekali membantunya.
Tapi Yong
Jin merasa kalau banyak berhutang pada Presdir Choi itu dan bertemu dengan di
tempat waktu itu karena menyukainya. Presdir Choi pun merasa kalau tempat itu
memang bagus dan tenang dan membawa kontraknya juga.
So Joon
melonggo melihat tumpukan berkas yang harus dibacanya, Ki Dong mengulang kalau
So Joon akan hidup seperti orang lain dan memperlihatakan rencana Direktur Wang soal distrik Sami jadi
agar memeriksanya.
“Halaman
pertama... Itu rencana dasar untuk terminal di distrik Sami... Disertai rencana
untuk area sekelilingnya.Kami sudah mengumpulkan semua dokumen dan memeriksanya
jadi Kau harus ikut membacanya.” Ucap Ki Doong, So Joon mengaku sudah tahu. Ki
Doong tak percaya kalau So Joo itu sudah tahu.
“Nada
suaramu seperti meremehkan aku ‘yah?” ungkap So Joon kesal, Ki Doong pikir bukan kali ini saja
meremehkannya.
“Selanjutnya...
Soal regulasi.. Ini adalah rencana manajemen perusahaan kita. Mereka
kesatuan, Kenapa jadi kesatuan?!!Supaya
lebih mudah dipahami.” Kata Ki Doong dengan nada meremehkan
“Beri aku
yang lebih sulit dimengerti, bagian para
ahli! Aku ini Presdir!” ucap Soo Joon kesal
“Kuharap
perusahaan kita tidak turun kelas. Aku mempertaruhkan tanganku, dalam tiga hari
kau pasti kembali naik subway.” Kata Ki Doong mengejek. Soo Joon ingin
menunjukan potensi yang sesungguhnya?
Soo Joon
yang tak biasa berkerja baru beberapa menit sudah tertidur lelap, Ki Doong yang
kesal memilih untuk keluar ruangan. So Joon merasa merindukan istrinya, dan
saat itu Ma Rin mengirimkan pesan bertanya apakah pekerjaanya lancara dan Gejala
ketagihan naik subway-mu tidak muncul
“Pekerjaannya
lancar saja, Tapi, aku merindukanmu.” Kata So Joon, Ma Rin mengaku seperti itu juga dan ingin
bertemu
Didepan
Nyonya Cha mengeluh anaknya yang senyum sendiri dengan ponselnya pada ada
ibunya sedang makan denganya. Ma Rin
meminta agar ibunya menunggu karena sedang mengirimkan pesan pada So Joon.
“Aku
sedang makan di luar bersama Ibu. Menyenangkan seandainya kau bisa ikut.” Tulis
Ma Rin
“Suamimu
ini harus bekerja. Lagi pula, ibumu menakutkan.” Balas So Joon dan mengangkat
telp dari Doo Sik.
“Aku
mengaku padanya kalau bohong pada Ibu soal perselingkuhannya. Kudengar Ibu
sampai bergulingan di tanah. Tapi Ibu
keren. Setelah Ibu pukul, dia berubah total.” Ucap Ma Rin
“Aku
tidak punya muka lagi bertemu So Joon dan bahkan tidak mungkin ke rumah kalian
lagi. Kenapa kau berbohong begitu” kata Nyonya Cha kesal, Ma Rin pikir sudah
membelikan ibunya daging sebag
“Apa Kau
yakin dia tidak selingkuh? Kau bahkan menipu ibumu! Tapi Kau pantas
menerimanya. Seperti tidak tahu saja aku sensitif soal perselingkuhan! Teringat
ayahmu berkeliaran melakukan hal itu...” komenta Nyonya Cha
Ma Rin
kesal ibunya malah mengungkitnya. Nyonya Cha mengaku sempat berpikir anaknya di
pelakukan yang sama seperti ayahnya. Ma Rin meminta maaf dan mengaku kalau makan
di luar supaya merasa lebih baik.
“Aku menggila
begitu bukan tanpa alasan. Aku bertemu suami yang salah dan melewati berbagai
kesulitan. Aku sampai memburu semua wanita yang dia kencani.” Ungkap Nyonya Cha
meluapkan amarahnya.
“Jadi, apa
Ibu masih punya rasa padanya? Aku tidak mengerti kenapa Ibu terus mengungkit
masa lalu.” Keluh Ma Rin
“Apa aku
tidak bisa membahasnya dengan puteriku yang sudah menikah?” kata Nyonya Cha
ikut kesal, Ma Rin heran Nyonya
mengungkitnya semudah itu dan tidak memikirkan perasaannya.
“Itu karena
hidupku begitu tidak adil!” tegas Nyonya Cha
“Ibu
bilang merindukan dia, lalu memakinya.
Setiap kali ibu membahas dia, aku
semakin membenci ayahku! Kenapa Ibu membuatku semakin membenci dia?” kata Ma
Rin kesal
Nyonya
Cha pikir anaknya itu bisa hanya mendengarkan saja, karena tak ada lagi yang diajaknya bicara, lalu keluar dari ruangan. Ma Rin merasa
bersalah karena kembali berkelahi dengan ibunya.
Do Sik
memastikan So Joon yang menyerah akan masa depan dan hanya hidup di masa kini.
So Joon menceritakan akalu Ma Rin sangat ketakutan dan Tidak lama lagi akan menghilang dan masa depan itu terjadi,
maka tidak akan pernah bisa kembali. Do Sik membenarkan kalau So Joon terjebak
entah dimana di masa depan...
“Sejujurnya,
aku memeriksanya beberapa kali. Pada 30 November, aku melihat diriku sendiri
naik subway. Aku mengikuti diriku untuk melihat yang terjadi. Tapi, diriku itu
menoleh. Jadi, esok harinya aku kembali lagi.” Cerita So Joon dan melihat
gambaran dirinya yang sedang berlari di dalam lorong kereta.
“Apa kau
Tahu yang kulihat? Aku dari masa lalu. Jadi, aku tidak bisa ke sana lagi. Jika
aku berkeras, maka diriku di sana akan berlipat ganda. Aku ingin menyerah. Kurasa,
bisa jadi sangat berbahaya.” Kata So Joon,
Do Sik memuji keputusan So Joon.
“Insiden
ayah Se Young tidak dapat dihindari, kita
tidak bisa melakukan apa-apa. Ini tidak sama dengan hal itu, 'kan?” ucap So
Joon
“Hei,
kali ini bukan soal hidup dan mati. Kita bisa mengubahnya, oke? Kau cukup diam
saja, biar aku yang urus. Kau bahkan tahu tanggal dan waktu kematianmu. Hal itu
kan bukan sesuatu yang tidak kau ketahui.” Kata Do Sik.
So Joon
memberikan buku agendanya agar menjauhkannya karena coba membuangnya sendiri, tapi rasanya sulit
sekali. Doo Sik melihat So Joon ternyata serius dan ingin tahu apakah ada
tentang dirinya. So Joon pikir tak mungkin menulis soal Do Sik.
“Tapi,
apa yang terjadi pada Kim Young Jin?” tanya Do Sik
“Tim
audit internal masih menginvestigasi dia dan dia mencuri banyak sekali. Kau pasti tidak menyangka nominalnya. Aku yakin,
jika ada yang salah lagi pasti akan segera terungkap.” Kata So Joon
“Aku akan
ke dunia lain dan memeriksanya.” Ucap Do Sik, So Joon pikir untuk apa.
“Sudah
kubilang jangan mencemaskan soal Kim Young Jin lagi.” Kata Do Sik, So Joon
tiba-tiba menarik agendanya kembali karena akan membuangnya sendiri.
“Apa Kau
berubah pikiran sekarang karena aku membahas dunia lain?” kata Do Sik heran, So
Joon mengak kalau sedang memikirkan
ulang saja dan sebelumnya Do Sik mencoba mencuri dan membuangnya jadi
menurutnya tidak tepat menyerahkannya padanya.
Tiba-tiba
hujan deras, Doo Sik langsung mengeluarkan payung dan binggung karena So Joon
tak mengetahuinya dan sudah jadi orang biasa. So Joon pun berjalan bersama
dengan Do Sik satu payung bersama, Do
Sik pikir Mulai sekarang, Soo Joon akan
kebasahan saat tiba-tiba hujan turun.
“Kurasa
tidak. Aku yakin ada seseorang yang akan membawakan payung.” Kata So Joon
melihat sosok Ma Rin sudah menunggu didepan gedun, Do Sik yang melihat Ma Rin
langsung berlari kabur ketakutan. Ma Rin melihat So Joon langsung mendekat untuk memberikan
payung. Ma Rin bertanya siapa pria tadi.
“Sudah
kukatakan padamu, 'kan? Ada orang lain di pihakku dan itu adalah dia” kata So
Joon bangga. Ma Rin heran melihat teman So Joon yang kabur.
“Dia
memang kadang jadi aneh.” Kata So Joon, Ma Rin pun memberikan payung untuk
suaminya. So Joon memuji istrinya yang perhatian lalu mengajak masuk untuk
menunjukan ruanganya.
Sebelum
masuk So Joon dengan bangga memberitahu semua karyawan kalau istrinay
membawakan payung karena di luar tiba-tiba hujan. Saar masuk ruangan Ma Rin
mengaku kalau hampir mati akibat malu. So Joon mengak kalau memang sedang
memamerkan isterinya. Ma Rin tiba-tiba
memeluk So Joon dengan erat seperti ingin bermesraan.
“Kita
semestinya tidak melakukan di sini.” Kata So Joon. Ma Rin menceritakan baru
bertengkar dengan ibunya.
“Ibuku
mengungkit soal ayahku lalu Aku meresponnya dengan kasar. Kurasa, aku orang
yang kejam.” Kata Ma Rin sedih, So Joon pikir Ma Rin bisa berbaikan dengan
ibunya.
“Sebelum
sampai ke kantor mu, aku berpikir kalau menemuimu akan membuatku merasa lebih
baik. Sekarang sesudah bertemu, maka aku justru menyadari betapa sulitnya bagi
ibuku selama ini. Dia pasti sangat kesepian. Tidak seorangpun pernah
menggenggam tangannya.” Ungkap Ma Rin terus memeluk So Joon.
Saat itu
Ki Doong akan masuk ruangan, So Joon memberikan kode agar temanya keluar. Ki
Doong dengan sengaja mengoda temanya. Ma Rin mengatakan kalau tiba terlintas
dalam pikiran Ki Doong masuk, yang membuatnya malu . Soo Joon mengaku kalau ini
menyenangkan. Ma Rin juga bersyukur serta bahagia So Joon di sisinya
serta tidak boleh meninggalkan sendirian, seperti nasib ibunya.
“Pasti sulit
untukmu bicara soal ayahmu. Aku yakin ibu memahamimu.” Kata So Joon menenangkan
Ma Rin.
Ki Doong
ingin segera pulang dan bertanya-tanya apa yang dilakukan keduanya dalam
ruangan. Saat itu So Joon dan Ma Rin keluar dari ruangan karena ingin mengantar
pulang, Ma Rin menolak menurutnya So Joon harus berkerja jadi bisa pulang
sendiri. Ki Doong akan pulang jadi lebih
bai bareng saja. So Joon meminta agar Ki Doong menjaga istrinya baik-baik.
Keduanya
naik lift bersama, Ma Rin pikir akan mampir kerumah Ki Doong karena Banyak
barang So Joon di rumah Ki Doong serta tidak bisa membiarkan suaminya tinggal
di dua rumah terus jadi akan mengemas barang-barangnya hari ini.
“Kita
lakukan saat dia bekerja, kuambil semuanya.” Kata Ma Rin
“Itu kabar
terbaik yang pernah kudengar. Aku sungguh, berterima kasih dan sangat
bersyukur.” Kata Ki Doong mengaku jadi bebas merdeka.
Mereka
berdua menyusun box berisi barang-barang So Joon, Ma Rin melihat Ki Doong sudah menonton semua
drama TV dan film dari masa depan. Ki Doong merasa kalau Hal langka punya teman
penjelajah waktu dan Sebenarnya tidak
keberatan menunggu perilisan film dan drama itu.
“Tapi
sebagai penjelajah waktu, aku ini teman baiknya... Kenapa dia tidak memberiku
nomor lotere yang jitu saja ?” kata Ki
Doong kesal, Ma Rin heran kalau So Joon tak pernah memberikanya.
“Apa kau
tau yang dia bilang padaku? Dia tidak
bisa mengubah takdirku, dan aku hanya
akan dalam bahaya jika dia melakukannya.” Ucap
Ki Doong
“Tapi, dia
sendiri menang lotere 3 kali. Aku benci mendengar kata 'takdir'!!” Kata Ma Rin
bahkan memikirknya membuatnya marah, Ki Doong pun juga merasakan hal yang sama
dan mengajaknya minum bir saja.
Beberapa
saat kemudian mereka sudah mabuk, Ki
Doong membahas So Joon yang plin plan akan mengubah takdir lalu mengatakan
tidak bisa. Ma Rin pikir lebih baik So Joon tak perlu mengatakanya. Ki Doong mengaku
merasakan hal yang sama juga.
“Aku
bahkan tidak bisa melihat di masa depan yang ditemui oleh suamiku, Itu
membuatku merasa takut.” Ungkap Ma Rin
“Aku
tahu. Tidak ada kata-kata yang bisa menggambarkannya. Aku jadi menatap rendah
diriku sendiri.” Kata Ki Dong
“ Ada hal
lain yang membuatku sangat marah. Saat dia pergi ke sana, maka ponselnya tidak
berfungsi sama sekali. Menjengkelkan sekali rasanya.” Ungkap Ma Rin
“Saat
kami sedang menonton Piala Dunia, aku fokus menyaksikan. Tapi dia malah,
"sebentar lagi gol", "mereka akan menguasainya"! Kau tahu
rasanya seperti itu, 'kan?” ungkap Ki Doong kesal
Ma Rin
mengaku belum pernah merasakan, Ki Doong memperlihatkan alat elektronik atau
apapun itu tak bisa diguanakn keluar dan kenapa So Joon harus membelinya. Ma
Rin mengaku kalau belum pernah menerima apa pun. Dan merasa Kelihatannya
menyenangkan jadi Ki Doong.
So Joon
sibuk berkerja dalam ruangan dan melihat buku jurnalnya yang tak mungkin
digunakan lagi, ia pun akan pulang tapi ingin melihat CCTV sebelum dihapus,
matanya langsung melotot melihat Ma Rin dan Ki Doong mabuk sambil berkeliling
ruangan.
Ma Rin
langsung memeluk So Joon saat datang ke rumahnya, Ki Doong tak mau kalah ingin melmeluknya
juga. So Joon mendorong Ki Doong dengan memarahinya karena ingin minum-minum.
Ma Rin mengaku hanya minum sedikit dan mengobrol bersama teman prianya jadi semakin
terikat. So Joon kesal mendengarnya.
“Kenapa
kau memberi dia alkohol? Dia itu tidak kuat minum!” ucap So Joon memarahi
temanya, Ki Doong mengaku kalau So Joon
itu seperti monster
“Dia
meminumnya karena sungkan padamu, tahu!” ucap Ki Doong
“Apa kau
gila minum dengan isteri temanmu?” ucap So Joon marah
Ki Doong
pikir So Joon juga bisa minum dengan Se Young. So Joon menegaskan kalau Se
Young bukan pacar Ki Doong, Ma Rin tiba-tiba berbaring di lantai, So Joon
mengendongnya dan menyuruh Ki Doong memberikan tas Ma Rin untuknya.
So Joon
membawa Ma Rin masuk kamar, Ma Rin tiba-tiba meminta agar So Joon tak pergi.
Soo Joon mencium Ma Ri dengan bau alkohol dan berpikir akan menggosok gigi.
Tapi Ma Rin menyuruh So Joon agar tidur denganya saja.
Bersambung
ke part 2
Tidak ada komentar:
Posting Komentar