PS : All images
credit and content copyright : SBS
Wang So langsung mencengkram tangan Hae Soo dan
mendoronganya sampai ke tiang, dengan
mata marah menyuruh agar melihatnya dengan benar-benar. Hae Soo menatap wajah
Wang So yang ada luka sobekan diwajahnya, seperti orang yang cacat.
“Matamu... Pandangan matamu itu... Aku sangat membencinya. Jadi, jangan pernah melihatku seperti itu lagi.” Ucap Wang So memperingatkan
“Memang seperti apa aku melihatmu? Aku tidak pernah melihatmu dengan cara yang berbeda, Yang Mulia.” Kata Hae Soo sedikit ketakutan
“Kau merasa kasihan padaku. Kau kasihan padaku! Apa Kau pikir aku suka dikasihani
oleh kalian? Apa Kau tahu
bagaimana rasanya dikasihani
dari orang sepertimu? Menjauhlah
dari pandanganku. Lain
kali... Aku tidak akan
membiarkanmu.”ancam Wang So melepaskan cengkram tanganya,
Hae Soo hanya bisa terdiam melihat Wang So pergi dengan wajah marah.
Wang So berbaring di balkon rumah Ji Mong sambil memang
bulan purnama yang terang. Baek Ah datang, Wang So berpura-pura tertidur. Baek
Ah meminta maaf karena tidak bisa menghentikan situasi tadi dan Wang Eun, sang kakak juga merasa sangat menyesal
jadi jangan marah padanya.
“Aku perhatikan kau tidak melihat ke arahku tadi.” Kata Wang So, Baek Ah terlihat bingung.
“Kenapa kau menutup matamu, dan tidak melihatku?” tanya Wang So
“Kupikir Hyungnim takkan suka dilihat. Apa aku menyinggung perasaanmu?” ucap Baek Ah tak enak hati
“Memang benar perasaan seseorang itu paling rumit. Aku kesal dengan satu orang yang
melihatku dan aku juga kesal dengan orang lain yang tidak melihatku. Aku juga tidak mengerti perasaanku.” Ungkap Wang So binggung sendiri
“Apapun yang terjadi nanti,lihatlah
wajahku dengan benar. Aku
lebih senang jika kau
bersikap begitu padaku.” Pesan Wang So pada adiknya,
Baek Ah mengerti keduanya pun sama-sama tersenyum.
Baek Ah ingin membahas masalah Hae Soo, kalau dimanipulasi
oleh Wang Yo, Wang So tak ingin membahas tentang itu lagi dan tidak
ingin mendengarnya.
Raja di berikan make up oleh Selir Oh dengan Hae Soo yang
membantunya, lalu berkomentar Hae Soo sudah jadi wanita Damiwon. Hae Soo dengan sedikit membungkuk mengaku kalau semua
karena Raja. Raja berkomentar sinis mengetahui
Hae Soo masih bergaul dengan para pangeran.
“Saya jarang bertemu dengan mereka akhir-akhir ini.” ucap Hae Soo
“Kau masih pandai rupanya dan Kau tahu posisimu.” Kata Raja.
“Sudah waktunya menyisir rambut Yang Mulia.” Ucap Selir Oh, Hae Soo pun berjalan mundur keluar dari
ruangan.
Selir Oh dengan telaten menyisir rambut raja yang cukup
panjang dan mengingkatnya dibagian atas tak luka seperti sebuah penganti
mahkota di taruh diatas ikatan. Terdengar suara pelayan kalau Ratu Yoo datang.
Ratu Yoo masuk ruangan sinis melihat Selir Oh yang melayani Raja dan mengatakan
kalau akan yang melakukannya.
“Apa Kau mau menggunakan aksesoris
rambut kayu yang tidak seberapa ini untuk
Raja?” sindir Ratu Yoo pada Selir Oh
“Kita
dilanda kekeringan. Aku menyuruhnya supaya penampilanku terlihat biasa saja.” Kata
Raja, Ratu Yoo pun tak bisa berkata apa-apa masangkan jepitan diatas kepala
suaminya agar ikatanya tak lepas.
Hae Soo menyiapkan teko berisi jahe moxa pada ratu Hwang Bo, lalu
teh putih untuk Wang
Wook, Wang Wook tersenyum menerimanya dan tak lupa mengucapka terimakasih.
Semua Pangeran berkumpul untuk minum teh bersama. Wang Eun berteriak bahagia
saat meminum yang disediakan Hae Soo jus pir kesukaanya.
Wang Jung juga terlihat bahagia karena meminum teh hijau
dan itu yang paling disukainya, tak percaya ternyata Hae Soo pasti
telah menyiapkan minuman
kesukaan pangeran. Hae Soo merendahkan diri kalau
mereka menikmati minumnya maka sangat senang, lalu menyediakan juga teh untuk Wang So, Wang So
langsung menolak dengan nada sinis. Semua Pangeran binggung.
“Ini bukan waktunya minum teh. Kita sedang mengalami kekeringan.
Buat apa kita minum teh?” ucap Wang So prihatin
dengan nasib para rakyat biasa.
“Pangeran ke-4 benar. Kekeringan semakin parah sejak musim dingin lalu. Rakyat negeri ini telah memohon pada Langit. Kita harus hidup sederhana dan menahan diri.” Ucap Ratu Hwang Bo, semua pun tak banyak bicara karena
memang dilanda kekeringan
Hae Soo bertemu dengan Baek Ah bertanya apakah memang
sudah mencari tahu yang ditanyakan waktu itu. Baek Ah mengatakan sudah yaitu Minuman
kesukaan Pangeran ke-4 adalah daun
teh segar dan Makanan kesukaannya kue madu. Hae Soo masih tak percaya, tapi Baek Ah yakin dengan itu
semua.
“Katamu kau tidak mau terlalu terlihat, makanya aku sampai cari tahu
semua kesukaan pangeran yang lain.” Jelas Baek
Ah membantu Hae Soo
“Lalu , kenapa dia tidak mau mencicipinya? Aku ini buta huruf dan belajar keras sekali melakukan semua ini.” ucap Hae Soo binggung
“Kalau begitu, tanya saja ke orangnya sendiri. Tanyakan padanya apa yang harus
kau lakukan supaya dia tidak marah lagi.” Ucap Baek Ah
“Dia harus melihatku supaya aku bisa menanyainya. Dia
sepertinya sudah tak marah lagi
dengan pangeran lain. Kenapa
dia masih marah padaku?” Kata Hae Soo heran
“Betul juga... Dia sudah memaafkan Pangeran ke-10. Apa jangan-jangan So Hyungnim dan
kau....” ucap Baeh Ah lalu melihat sikap Hae Soo berubah
Hae Soo dengan tertunduk mengatakan akan menuruti perkataannya dan bergegas pergi karena ada pelayan yang lain. Baek
Ah menahanya tak ingin Hae Soo pergi begitu saja. Hae Soo melotot marah yang
dilakukan Baek Ah didepan para pelayan
“Kenapa kau cantik sekali kalau melotot padaku?” goda Baek Ah, Hae Soo pikir Baek Ah itu sudah gila.
“Ini hukumanmu karena tidak bisa meredakan amarah saudara
keempat-ku.” Kata Baek Ah berbisik, Selir Oh melihat
dari kejauhan Hae Soo yang masih berdekatan dengan Baek Ah.
Hae Soo hanya bisa cemberut, Baek Ah pun mendorong Hae
Soo pada semua pelayan agar pergi. Hae Soo berusaha seolah-olah santai
memberitahu semua pelayan kalau Baek Ah itu sedang bercandanya,
tiba-tiba salah satu pelayan dengan sengaja menyelengkat
kaki Hae Soo sampai terjatuh.
Satu pelayan lainya langsung menumpahkan pakaian kotor
pada Hae Soo. Selir Oh tiba-tiba datang menengur para pelayan, Hae Soo pun
buru-buru mengambil baju kotor diatas badanya.
Hae Soo mengangkat tangan dan Selir Oh kembali memberi
hukuman dengan menaruh buku diatasnya, yaitu buku berjudul "Revisi
Terbaru Materi Kesehatan: Edisi
Tang", yang berisi Buku
kesehatan mengenai penggunaan
berbagai macam obat-obatan. Selanjutnya buku
berjudul "Materi
Kesehatan Tambahan."
“Buku mengenai berbagai tanaman
obat yang ditulis oleh Chen Cang Qi dari Dinasti Tang. Aku sudah baca semuanya.” Ucap Hae Soo menyela. Selir Oh tak percaya
mendengarnya.
“Kalau begitu, akan kutambah lagi buku yang harus kau baca. Renungkanlah kesalahanmu selama empat jam.” Kata Selir Oh duduk di mejanya.
Hae Soo masih mengangkat buku dengan tangan diangkat
keatas, Selir Oh mengatakan kalau semua itu salah Hae Soo, Hae Soo binggung apa
sebenarnya salahnya. Selir Oh menjelaskan Semua
masalah ini timbul karena seorang pelayan istana dekat dengan pangeran.
“Jangan pernah bicara dengan
pangeran atau
melihat mereka. Dengan
begitu, kau takkan menderita
seperti ini.” kata Selir Oh memperingati
“Aku sudah kenal para pangeran
sebelum aku masuk istana. Aku
tidak menggoda atau merayu mereka seperti yang orang lain pikirkan.” Ucap Hae Soo merasa tak ada yang salah
“Kau keliru jika kau pikir tidak
bisa memutuskan pertemanan dengan mereka. Coba Lihatlah
luka tanganmu itu. Kau mengakhiri hubunganmu dengan
Raja melalui
satu luka lenganmu itu. Aku
tak mau melihat Damiwon kacau
karena kau. Jauhilah
pangeran.” Perintah Selir Oh, Hae Soo pun tak bisa
menolaknya hanya bisa menjawab mengerti.
Hae Soo lalu melihat heran karena Selir Oh hanya makan
bubur saja dan belum pernah melihatnya menyantap makanan yang biasa. Selir Oh beralasa kalau ia mengkonsumsi makanan yang banyak rasanya dan juga tepung maka akan sulit membedakan
rasa teh. Hae Soo ingin menurunkan tanganya, Selir
Oh memperingatkan agar Hae Soo mengangkat dengan benar.
Wang Eun keluar dari istana sambil mengeluh Karena
kekeringan, tidak ada
banyak makanan jadi tak ada yang seru, tanpa
disadarinya Soon Duk mengikutinya dari belakang dengan bersembunyi dibalik
pilar, wajahnya terlihat bahagai bisa melihat Wang Eun. Soon Duk tiba-tiba
berdiri didepan Wang Eun sampai membuat si pangeran ke 10 kaget
“Bukankah kau perempuan berbulu
beruang? Kenapa
kau di sini lagi?” kata Wang Eun kesal
“Aku... Aku... Jadi, aku...” ucap Soon Duk terlihat gugup kalau bicara dengan Wang
Eun, Wang Eun yang kesal apa sebenarnya yang ingin dikatakan
“Apa kau tahu sekarang tidak ada hal yang seru dilakukan
disini?” keluh Wang Eun kesal, Soon Duk tersenyum sambil
menganguk kepalanya.
Di sebuah padang ilalang, Soon Duk duduk sebelah Wang Eun
tersenyum bahagia bisa melihat si pangeran dari dekat. Wang Eun bertanya Kapan burung pipitnya
datang, seperti sudah tak sabar. Soon Duk memingata gar Wang Eun
tak mengeluarkan suara.
Wang Eun sudah tak sabar lagi harus
menunggu dan ingin pergi, Soon Duk menariknya meminta agar tak
berisik lalu terlihat didepan mereka ada burung yang akan masuk perangkap. Wang
Eun ingin menarik talinya tapi Soon Duk menahanya, dengan begitu tanganya pun
memegang tangan Wang Eun. Sampai akhirnya Burung itu ada didalam sangkar, Soon
Duk langsung menarik talinya.
“Yeah.. Dapat. Aku menangkapnya! Kalau begitu, apa kita akan memasak dan memakan ini?” ucap Wang Eun mendekati perangkap. Soon Duk mengambil
burung dari perangkapnya.
“Berapa burung lagi yang harus kita tangkap?” tanya Soon Duk dengan santai mematahkan leher si burung
sampai mati. Wang Eun shock melihatnya.
“Dasar Pembunuh! Teganya kau mematahkan leher burung kecil yang lucu itu? Apa kau itu manusia?” teriak Wang Eun marah lalu pergi meninggalkanya.
Tuan Park melihat anaknya yang sedang bersama Wang Eun
dengan tatapan sedih, Soon Duk binggung berpiir Wang Eun itu ingin makan
burungnya dengan hidup-hidup. Akhirnya
Tuan Park duduk bersam Soon Duk dengan burung yang dibakar, Soon Duk melamun
sampai ayahnya berteriak kalau burungnya itu sudah gosong. Soon Duk seperti sudah tak peduli lagi.
“Pria seperti apa dia itu,
menangkap burung saja tidak bisa? Apa
gunanya dia itu?”ejek Tuan Park seperti tak
suka dengan Wang Eun
“Aku bisa menangkapnya.” Ucap Soon Duk membela
“Lalu, bagaimana caranya dia akan
melindungi istri dan
anak-anaknya?” ejek Tuan park, Soon Duk
mengatakan bisa
melindungi keluarga mereka nantinya.
“Aku tak boleh mengubah keputusanmu, yah?”
tanya ayahnya, Soon Duk menegaskan sudah menentukan keputusannya. Tuan Park ingin memukul anaknya, Soon Duk refleks
berdiri memberikan jurusnya.
“Hei! Kau pikir ayahmu ini
mengajarimu bertarung buat menyerangku demi pria itu? Terserah kau saja.” Kata Tuan Park kesal melihat tingkah anaknya.
Wang Wook ingin pergi menemui Hae Soo, terlihat ada
kertas merah dibuat tanda silang didepan pintu. Teringat peringatan raja
kalau mereka akan
mengadakan ritual hujan jadi Untuk
sementara ini tidak boleh menghampiri Damiwon.
Hae Soo masuk ke dalam kamar terlihat sangat kelelahan
berkerja di Damiwon, lalu kaget melihat selembar kertas dan melirik kesana
kemari memastikan tak ada yang melihatnya. Lalu ia membaca "Yok
Hyul." Dan mengingat-ngingat tulisan kanji yang
di pelajarinya.
“"Yok" artinya
"pemandian" dan
"Hyul" artinya "gua."” Ucap Hae
Soo lalu memikirkan dan tersenyum bahagia.
Wang Wook sudah ada didalam gua, Hae Soo datang dengan
wajah sumringah melihat Wang Wook sudah menunggunya Wang Wook ikut senang
melihat Hae Soo akhirnya datang. Hae Sook heran Kenapa
bisa lupa tempat ini.
“Chae Ryung yang memberitahuku soal ini. Aku bilang kalau aku frustrasi karena tidak bisa melihatmu. Kenapa bisa ada tempat seperti
ini? Tapi, aku
sangat beruntung karena
ada tempat seindah ini.” kata Wang Wook tersenyum
bahagia.
Keduanya duduk berdampingan di dalam gua, Wang Wook pikir
Hae Soo akan ada diluar istana jika meninggalkan tempat kerjanya sekarang, lalu
bertanya apakah tak mau pergi dari istana. Hae Soo membenarkan kalau Yang harus dilakukan Cuma mengambil beberapa langkah.
“Aku rindu Chae Ryung dan juga
rindu pergi ke pasar. Selain Aku
juga ingin pergi tempat
Unni Myung Hee” ungkap Hae Soo yang tak bisa dilakukan saat
ada di Damiwon
“Pangeran ke-4 berpesan padaku saat aku pertama kali masuk
istana. Dimana
pun aku berada, maka aku pasti
akan berada di bawah pengawasan Raja. Aku
tidak bisa kabur dari Goryeo dan
sembunyi dari Raja.” Ucap Hae Soo, Wang Wook
sempat terdiam lalu membenarkan.
“Seluruh Goryeo berada dalam kekuasaan Raja.” Kata Wang Wook, Hae Soo mengaku mulai terbiasa dengan Damiwon sekarang.
“Sampai saatnya tiba bagiku diperbolehkan pergi dari istana maka aku akan bekerja dan hidup dengan baik disana. Dan Sampai saat itu ...bisakah kau jangan melupakan diriku?” tanya Hae Soo
Wang Wook menatap Hae Soo memberitahu Sebentar lagi akan
dilaksanakan upacara
ritual hujan dan Kalau
turun hujan setelah ritual itu, maka Raja
akan mengabulkan permintaan apapun. Raja akan
memaafkan penjahat atau
mengizinkan acara pernikahan kerajaan Atau
mengadakan pesta untuk tetua.
“Dam Juga... dia memperbolehkan seorang
pelayan bebas
dari pekerjaannya.” Kata Wang Wook , Hae Soo
menganguk mengerti lalu tersadar dengan ucapan Wang Wook
“Kau bilang tadi Bebas
dari pekerjaan?” ucap Hae Soo tak pecaya
“Kalau turun hujan, aku akan
memohon pada Raja supaya kau bisa pergi dari istana.” Kata Wang Wook.
“Dengan begitu, Yang Mulia, Apa aku bisa kembali ke rumahmu lagi?” kata Hae Soo sumringah membayangkannya. Wang Wook
memberanikan diri memegang tangan Hae Soo.
“Saat kau kembali... Aku akan mencari semua tanaman obat di Songak dan membelikan semua yang kau butuhkan agar kau bisa membuat garam
mandi. Aku akan
mengisi rumah dengan semua
tanaman itu.” ucap Wang Wook berjanji
“Wah.... Pasti
Chae Ryung dan Tuan Puteri Yeon Hwa sangat marah nanti. Semoga nanti akan turun hujan.” Kata Hae Soo sangat berharap, Wang Wook pun mengatakan
harus turun hujan.
Hae Soo yang sudah jatuh cinta dengan Wang Wook sengaja
menyandarka kepalanya di bahu Wang Wook, seperti merasakan kenyamananya. Wang
Wook pun seperti baru merasakan cinta dengan memegang tangan Hae Soo dan tak
ingin kehilangannya.
Di sebuah tempat tertutup, Hae Soo datang
memberitahu Putra mahkota kalau tidak
boleh menggaruknya dan mengingat
jangan mandi dengan air dingin. Wang Moo memberitahu akan pergi
menangkap segerombolan pencuri yang datang ke Songak sejak kekeringan ini, jadi mana mungkin punya waktu untuk mandi, Hae Soo
sempat melonggo bisa menganggu mengerti.
“Nona Hae Soo, aku yakin kau sudah tahu ini, kau harus merahasiakannya.” Kata Ji Mong, Hae Soo menganguk tak akan memberitahu
siapapun.
“Aku sendiri juga menyelinap
keluar kesini. Jangan
khawatir.” Kata Hae Soo
“Aku menaruh kalung di meja kamarmu di Damiwon. Itu sebagai rasa terima kasihku
atas bantuanmu.” Kata Pangeran Moo, Hae Soo
membungkuk mengucapkan terimakasih.
Wang So datang memberitahu mereka sudah
siap berangkat. Ji Mong pun mengajak mereka
segera berangkat. Hae Soo berjalan keluar dengan membawa keranjangnya, Wang So
ingin memanggilnya tapi mengurungkan niatnya. Hae Soo yang baru menyebrangi
jembatan tiba-tiba dibawa oleh dua pelayan lain pergi ke suatu tempat.
Hae Soo panik mau dibawa kemana sekarang, Wang So melihat
dari kejauhan Hae Soo yang ditarik oleh dua pelayan. Hae Soo kaget ternyata di
bawa ke depan Ratu Yoo dan juga Wang Yo. Ratu Yo dengan sinis bertanya darimana
Hae Soo tadi. Hae Soo mengatakantadi sedang menjalankan tugas. Ratu Yoo tahu Hae Soo tadi
bersama Putra Mahkota.
“Saya menyampaikan selamat tinggal
pada Putra Mahkota sebelum dia pergi memberantas segerombolan pencuri.” Kata Hae Soo berbohong
“Tapi, kenapa banyak sekali
bawaanmu padahal kau
hanya mau mengucapkan selamat tinggal?” kata Ratu
Yoo sinis, Hae Soo berusaha menjelaskan tapi pelayan lain sudah membuka
kerajang yang dibawanya.
“Ini semua barang-barang berharga
yang seharusnya tidak berada di luar Damiwon. Apa Putra Mahkota tahu kau membawa barang-barang ini?” ucap Ratu Yoo, Hae Soo menjelaskan bukan it maksudnya.
“Saya tadi disuruh membelikan
sesuatu dan mampir
melihat Putra Mahkota.” Jelas Hae Soo berusah
menyakinkan.
Ratu Yoo bertanya untuk apa obat-obatan berharga ini, lalu berjalan mendekati Hae Soo bertanya apakah Putra
Mahkota sedang sakit, Hae Soo mengaku kalau ia tidak
tahu apa-apa. Ratu Yoo langsung menarik rambut Hae Soo
karena berani membohonginya. Hae Soo menjerit kesakitan, Wang So dari kejauhan
ingin menolongnya tapi mengurungkan niatnya.
“Lepaskan dia!” ucap Selir Oh datang membela Hae Soo, Ratu Yoo pun
melepas tangan menarik rambut Hae Soo.
“Dia tadi kusuruh pergi ke Istana Cheondeokjeon.” Kata Selir Oh.
“Kau bilang Istana Cheondeokjeon? Selir Oh....
Jadi Kau meremehkanku.”
Ucap Ratu Yoo makin marah
“Lutut Yang Mulia Raja terluka karena ritual hujan. Saya menyuruh anak ini membelikan obat. Memang itu aturan di Damiwon tidak boleh membicarakan soal Raja. Saya hanya memberitahumu supaya kesalahpahaman ini tidak
berlanjut lagi.” Jelas Selir Oh, Hae Soo
kaget menendengar penjelasan dari Selir Oh yang membelanya.
“Kenapa kau menyuruh anak ini? Dia belum lama berada di Damiwon tapi kau sudah mengizinkan dia
mengobati Raja?” kata Ratu Yoo meremehkanya.
“Lalu... apa harus saya yang mengobati Raja? Saya bertanya apa Anda keberatan
atau tidak apabila saya yang mengobati Raja. Apa dengan begitu, takkan ada kesalahpahaman?” ucap Selir Oh
Ratu Yoo pun tak bisa berkata apa-apa lagi, karena tak
mau suaminya di layani oleh selir Oh lalu berjalan pergi. Selir Oh mengingatkan
Damiwon berada di bawah yurisdiksinya seperti yang Raja perintahkan jadi hanya yang berhak menghukum anak itu.
Ratu Yoo masuk kamar dan melihat Wang So sudah
menunggunya, dengan sinis bertanya kenapa datang ke kamarnya. Wang So meminta
ibunya itu tak perlu terlalu serius karena mereka sudah
lama tak bertemu. Ratu Yoo dengan ketus
mengatakan tak ingin melihatya
jadi menyuruhnya untuk segera keluar. Wang So menanyakan alasannya.
“Apa Kau pikir sekarang ini situasinya
sama di saat aku setelah membunuh biksu-biksu itu?” kata Wang So, Ratu Yoo menjawab tidak karena tidak
berpikiran seperti itu.
“Hari ini kau tidak bau darah sama sekali tapi Yang kucium cuma bau binatang. Cepat Katakan saja apa maumu sekarang.” Kata Ratu Yoo tetap ketus
“Meski kau tidak menyukai Dayang
Oh, kau harusnya berperilaku sebagai
Ratu. Jika kau
marah-marah seperti itu di
Damiwon..., maka
pasti akan ada rumor bahkan kau juga memarahi seorang
pelayan muda..., karena
kau punya anak sepertiku, makanya itulah karma yang kau dapatkan.” Ucap Wang So, Ratu Yoo kaget mendengarnya.
“Karena itulah, tetaplah rendah
hati. Jangan
memarahi orang yang tak
bersalah. Tak ada
gunanya mempermalukan
dirimu seperti itu.” kata Wang So lalu pamit
pergi, Ratu Yoo terlihat sedikit panik dengan ucapan Wang So dan berpikir semua
karena Hae Soo.
Hae Soo mengucapkan terimakasih pada Selir Oh yang sudah
membelanya dan ingin menjelaskannya, tapi Selir Oh lebih dulu menampar wajah
Hae Soo, karena sudah memperingatinya agar menjauhi Putra
Mahkota dan ternyata Hae Soo itu memang tak tahu malu.
“Aku seharusnya tidak pernah menerimamu bekerja disini. Aku menyesalinya.” Kata Selir Oh, Hae Soo kaget tiba-tiba ditampar oleh
Selir Oh.
“Selir Oh... Apa...
apa salahku? Kau sendiri
membuat obat. Kenapa
berbeda kalau aku yang buat obat
untuk Putra Mahkota? Aku
tahu cara mengobatinya. Kenapa kau
selalu menyuruhku menjauhinya. Kau bahkan selalu
menceramahiku dan menghukumku dibandingkan yang lain. Setiap kali aku memikirkannya,
aku tak pernah mengerti alasan kau memperlakukanku seperti ini.” ucap Hae Soo binggung
“Kau itu tidak tahu tentang
istana.... Kau tidak tahu semuanya.” Ucap Selir Oh dengan mata melotot
“Ya, aku memang tidak tahu itu. Jadi, kenapa kau tidak mengajariku? Aku... aku merasa semua ini tidak adil. Aku selalu berusaha keras melewati ini semua. Kenapa kau sangat membenciku? dan rasanya seperti dianiaya.” Ungkap Hae Soo bingung
“Karena saat aku melihatmu, maka aku teringat pada diriku sendiri! Kau mudah percaya dengan orang. Kau baik pada semua orang dan tidak kenal takut. Seorang gadis sepertimu harusnya tidak berada di istana. Seorang gadis sepertimu bisa mati jika berada disini. Aku khawatir...” ucap Selir Oh yang sudah tak bisa lagi menahan rasa
sakit dibagian perutnya lalu jatuh pingsan. Hae Soo panik mencobam
menyadarkanya.
Selir Oh berbaring dikamarnya, Hae Soo masuk ke dalam
kamar dengan membawa nampan melihat Selir Oh sudah berbangun bertanya apakah sudah
merasa baikan. Selir Oh bertanya apa yang terjadi
sebelumnya. Ae Soo meceritakan tadi
mengalami nyeri perut, karena
itulah tiba-tiba pingsan.
“Tabib menyelinap keluar dari Istana Cheondeokjeon untuk memeriksamu” ucap Hae Soo, Selir Oh tak percaya lalu
memastikan kalau tak akan orang yang mengetahuinya.
“Jangan khawatir.... Aku akan menjaga rahasia ini
kalau kau pingsan karena cuma memakan
bubur saja Dan Ini bubur
kacang pinus. Kata
tabib tadi ini semua
aman dimakan.” Kata Hae Soo membawakan semangkuk
bubur.
“Aku baik-baik saja, jadi taruh saja disitu dan
pergilah.” Ucap Selir Oh sinis
“Aku akan menemani kau disini sampai makanannya habis,
baru akan keluar dari kamar ini.” ucap Hae Soo tak peduli, Selir Oh menyuruh Hae Soo tak
perlu keras kepala dan menyuruhnya segara pergi.
“Bicara seperti itu takkan mempan padaku. Ternyata aku sudah tahu alasan kau memperlakukanku seperti itu
selama ini. Kau itu khawatir
kalau aku akan membuat
kesalahan dan mati disini, 'kan? Kau juga
sudah lihat
tanganku terluka, lalu kau bilang kalau aku mirip sekali denganmu.” Ucap Hae Soo
“Jadi mulai sekarang, aku akan berhati-hati menjaga sikapku Aku pasti bisa hidup dengan baik. Jadi, kau juga mulailah belajar bersandar
pada orang lain jika sakit seperti ini. Karena itu hal yang wajar dilakukan.” Tegas Hae Soo lalu menyendoki bubur agar Selir Oh makan
sambil mengeluh kalau tanganya sampai pegal karena harus menggiling
kacang pinus.
Selir Oh akhirnya memakan sesuap bubur yang dibuat Hae
Soo lalu berkomentar kalau ini bukan bubur, keduanya tersenyum.
Raja melakukan ritual doa didepan biasa, sambil bersujud ditemani
oleh Wang Jung. Tiba-tiba Raja seperti sudah tak kuat lagi bersujud dengan mata
hari yang terik
“Kami harus mencari orang yang bisa memimpin ritual permohonan
hujan ini. Tubuhku
tak sanggup melakukan ritual ini, dan
Putra Mahkota belum juga kembali.” Ucap Raja,
“Yang Mulia, kenapa kita tidak memilih salah satu pangeran
saja?< Jika
salah satu pangeran ada yang mampu
memimpin upacara ritual rakyat
pasti akan merasa
lebih tenang.” Saran Ji Mong
Semua pangeran sudah berbaris, Ji Mong melihat Wang Won
dibarisan dengan mengatakan kalau ia lahir di tahun anjing. Wang Won membenarkan lalu mengeluh sebenarnya untuk apa
semua ini dan memberikan papan namanya. Wang Eun mendekati Ji Mong agar tidak
ikut mencalonkan namanya karena tidak
suka terlibat di acara
seperti ini.
“Bagaimana kalau aku yang terpilih dan semua rakyat mengkritikku? Pasti mengerikan jadinya.” Ucap Wang Eun ketakutan
“Hei Wang Eun, kenapa kau selalu berharap hidup itu mudah? Siapapun yang terpilih, hujan adalah yang terpenting
disini.” Ucap Wang Wook memasukan nama Wang Eun di dalam guci,
“Hyungnim, apa yang akan terjadi jika tidak turun hujan?” tanya Wang Jung pada kakaknya
“Kau harus mati. Sebelum bangsa ini didirikan, rakyat membunuh rajanya sendiri. Konon katanya, darah raja bisa
dijadikan sebagai tumbal untuk permohonan hujan.” Ucap
Wang Yo, semua kaget mendenganya. Wang Eun panik meminta agar namanya dikeluarkan saja dari
guci
“Tidak. Aku yakin takkan ada yang membunuhmu.” Kata Ji Mong mendorong tangan Wang Eun jauh-jauh.
“Kalau apa yang dikatakan Hyungnim benar... Apa seluruh negeri ini akan marah
jika tidak turun hujan, jadi bagaimana kita bisa mengatasi hal itu?” kata Wang Won binggung, semua pun terdiam memikirkanya.
“Hujan takkan turun hanya karena ritual hujan. Kau harus melaksanakan ritual hujan sampai turun hujan. Manusia tidak bisa menggerakkan kehendak Langit. Kau hanya perlu membuatnya terlihat seperti itu.” ucap Wang So lalu menaruh namanya dalam guci memberitahu lahir di
tahun ayam. Wang Eun masih berusaha untuk mengambil
namanya tapi Ji Mong menutup guci agar tak diambil kembali.
bersambung ke part 2
FACEBOOK : Dyah Deedee TWITTER @dyahdeedee09
INSTRAGRAM dyahdeedee09 FANPAGE Korean drama addicted
Tidak ada komentar:
Posting Komentar