PS : All
images credit and content copyright : SBS
Ratu Yoo bangun dari tidurnya, dengan wajah panik
bertanya siapa yang datang. Wang Soo dengan masih ada bekas darah masuk ke
dalam kamar ibunya. Ratu Yoo ketakutan melihat Pangeran ke empat berani datang
ke kamarnya. Wang Soo mendekati tempat tidur ibunya, Ratu Yoo melihat wajah dan
pedang anaknya masih ada sisa darah lalu menanyakan apa alasan datang.
“Apa Ibu tahu yang sudah
kulakukan untukmu? Aku
sudah memastikan bahwa tidak ada orang yang bisa
membunuhmu. Aku
menghapus semua jejak kejahatanmu.” Ucap Wang So, Ratu Yoo kaget dan berpura-pura tak
mengerti.
“Aku sudah membakar semuanya. Jadi Tidak ada orang yang akan mengincarmu,
Ibu.” Kata Wang So
“Kau tidak membunuh mereka semuanya ‘kan?”
ucap Ratu Yoo ketakutan
“Mereka hanya hidup demi
Ibu. Jadi mereka
takkan bertahan jika mereka
mati demi Ibu.” Ucap Wang So dengan senyumannya, Ratu
Yoo melonggo dan langsung memalingkan wajahnya.
“Apa Kau pikir aku akan bilang terima
kasih padamu? Apa kau
ingin aku menanyakan padamu apa
kau terluka? Kau itu seperti binatang. Pergi kau! Kau itu bau darah dan aku tidak
bisa tidur. “ ucap Ratu Yoo sinis, Senyuman Wang So
langsung menghilang.
“Aku melakukannya untukmu, Ibu..” ucap Wang So
Ratu Yoo makin marah mendengar Wang So yang memanggilnya
“ibu karena membuatnya merinding dan tidak ingin melihat lalu mengusirnya untuk pergi, wajahnya kembali dipalingkan tak mau menatap
anaknya. Wang So menahan rasa sedihnya, merasa
selalu penasaran Kenapa Ibunya tidak pernah mengasihaninya,
menurutnya jika memang Ratu Yoo adala ibu kandungnya, maka akan
peduli jika anaknya terluka.
“Tapi kenapa ibuku tidak pernah memandangku? Aku selalu putus asa ingin diperhatikan olehmu. Tidak pernah sekalipun....” kata Wang So langsung disela oleh ibunya.
“Kau bukan anakku.... Kau putra dari Keluarga Kang di
Shinju.” tegas Ratu Yoo tak mau menganggap Wang So sebagai
anaknya. Wang So terlihat sangat shock pelahan berjalan mundur. Ratu Yoo tak
mau melihat wajah Wang Soo menahan tangisnya.
“Apa karena wajahku? Kau membuangku kesana dan
bukan kakakku untuk diadopsi Dan
kau terus berpaling muka
setiap ada aku. Itu
semua karena wajah ini!” teriak Wang So lalu
memecahkan vas dengan pedangnya. Ratu Yoo sempat kaget dan Wang So jatuh dengan
menahan rasa pedihnya.
“Apa kau tahu bagaimana hidupku bersama Keluarga Kang? Aku Pernah sekali, mereka
melemparkanku ke kandang
serigala terbesar di Shinju. Aku
menghabiskan sepanjang malam melawan binatang itu dengan gigi kertakan mereka. Lalu aku membakar seluruh gunung. Aku membakar dan membunuh
mereka semua di sana, akhirnya aku
bertahan hidup. Bau
daging terbakar yang memberontak itu masih ada pada tubuhku.” Cerita Wang Soo dengan air mata mengalir di pipinya,
Ratu Yoo hanya diam saja dan Wang So pun tertawa seperti orang gila.
“Si Selir Kang yang gila itu... Dia tak mau aku lepas dari
pandangannya, selalu mengira kalau aku anaknya yang sudah mati. Lalu ketika dia sadar kalau aku bukan
anaknya, kemudian memukuliku, dan
mengurungku. Dia
menuntut padaku di
mana keberadaan anaknya. Bertanya
kenapa ada sebuah
monster buruk rupa... Bahkan
bisa jadi tiga, atau empat hari...aku tidak minum seteguk air pun, dan tak ada orang yang peduli
padaku.” Cerita Wang So yang diperlakukan semena-mena oleh
keluarga Kang.
Ratu Yoo hanya berkomentar dingin “ lalu kenapa” seolah-olah
tak peduli . Mulut Wang Soo bergetar tak menyangka ibunya berkomentar tak
peduli padanya. Ratu Yoo menegaskan Seorang ibu hanya mengakui
anaknya yang
membuat ibunya terlihat gemilang, menurutnya
Wang So adalah aib baginya jadi karena itulah mengeluarkannya dari Songak, dan berkat anak keempatnya bisa merasakan
cinta dan keadilan dan akan
berterima kasih karena hal itu. Wang So dengan air mata
masih mengalir akhirnya kembali berdiri.
“Hari ini adalah hari yang akan kau ingat. Kau membuangku, Ibu. Namun, aku takkan pergi
lagi dari Songak. Mulai
sekarang....kau harus terpaksa melihatku.” Tegas Wang
So, Ratu Yoo merasa itu hanya Omong kosong
“Jika kau berbuat hal seperti ini
lagi, maka kau takkan pernah bisa
melangkahkan kaki di Songak lagi!” teriak Ratu
Yoo mengumpat Wang So itu anak kurang ajar. Wang So tak peduli memilih keluar
dari kamar ibunya.
Wang So melihat tumpukan batu sebagai tanda ibu mereka
selalu berdoa pada anaknya langsung menghancurkanya, melampiaskan semua
amaranya. Hae Soo baru saja datang kaget melihat Wang So menghancurkan tumpukan
batu. Wang Soo berteriak marah agar Semuanya, hilanglah. Hae Soo mencoba menghentikanya tapi Wang So malah
mendorongnya sampai terjatuh. Hae Soo melihat ditangannya ada darah. Wang Soo
tertawa seperti seorang pembunu berdarah dingin.
“Ya... darah... ...Itu darah
nyawa orang yang telah
kubunuh. Para Ibu
mendirikan ini untuk anak-anak mereka 'kan? Dia harusnya tak perlu buat hal
seperti ini dan harusnya
memohon padaku!”teriak Wang So kembali
menjatukan batu, Hae Soo mencoba menghentikanya. Wang So menjerit agar Hae Soo
melepaskanya.
“Hentikan sekarang juga.” Ucap HaeSoo, Wang Soo pikir Hae Soo ingin mati juga.
“Kau terluka!!! Apa ada luka lagi ditubuhmu?”kata
Hae Soo khawatir melihat tangan Wang Soo sudah terluka, Wang So mencengkram baju Hae Soo dengan mata penuh
amarah mengulang perkataanya kalau ia baru saja membunuh
orang.
“Kalau begitu, katakan padaku
alasan kau membunuh mereka. Apa
kau... melakukannya untuk bersenang-senang?” ucap Hae
Soo,Wang So menyuruh Hae Soo pergi saja dengan melepaskan cengkraman tanganya.
Hae Soo melihat ari mata Wang So mengalir di pipinya.
“Ini memang lingkungan semacam
itu, kan?Kau harus pandai menggunakan pedangdi saat masih muda. Kau harus membunuh orang lainjika
kau ingin hidup. Tapi
mau bagaimana lagi? Harapan
ingin hidup bukanlah suatu kejahatan.Kau mungkin takkan diampuni.Tapi, aku
mengerti sikapmu. Bagaimana
perasaanmu saat ini......yang pasti kau
sangat menderita. Kupikir
aku bisa merasakannya.”ucap Hae Soo dengan mata berkaca-kaca lalu pergi. Wang
So jatuh lemas didepan tumpukan batu yang sudah dihancurkan. Hae Soo sempat
melihat Wang Soo menangis dan membiarkanya.
Istana
Wang bersaudara menghadap Raja, Ratu Yoo terlihat datang
menatap sinis pada anak-anaknya. Wang Wook melaporkan mereka sudah
mengejar pembunuh saat malam ritual dan tidak
menemukan petunjuk apapun Orang
yang mempekerjakan mereka membunuh
orang-orang agar mereka tutup mulut. Wang Yo tertunduk diam mendengarnya.
“Kami menemukan kelenteng yang mungkin saja jadi markas mereka. Tapi mereka sudah tewasdan
kelenteng itu hangus terbakar. Namun......pemilik
kelenteng itu...” kata Pangeran Moo tak bisa
mengatakanya.
“Pemilik kelenteng itu adalah Ratu
Yoo.” Ucap Wang So berani bicara,Semua terkejut mendengarnya,
Ratu Yoo dan Wang So langsung menatap sinis.
“Maksudmu aku dalang di balik pembunuhan itu dan Bahwa aku berusaha membunuh Putra Mahkota?” kata Ratu Yoo berusaha menyangkalnya.
“Siapa pun akan menganggapnya
begitu.” Tegas Wang So.
Raja bertanya apakah Ratu Yoo yang
merencanakan pembunuhan Putra
Mahkota Dan
memperbolehkan masuk pembunuh itu ke ritual. Ratu Yoo kebinggungan dan tetap menyangkal tidak
melakukan hal seperti itu.
“Yang Mulia, itu semua salahku. Aku tidak pernah tahu ada kelenteng seperti itu. Aku adalah dermawan kelenteng itu
yang
menggantikan Ibu. Jadi Renggutlah
nyawaku, Yang Mulia.” Ucap Wang Yo bersujud
didepan Raja mengakui kesalahan demi ibunya.
“Ini semua salahku. Jika seorang anak melakukan
kesalahan, maka itu
juga salah ibunya.” Kata Ratu Yoo tak mau
anaknya dihukum.
“Aku yang melakukannya.Pembunuhan
dan kebakaran di kelenteng itu... ...aku yang melakukannya.” Akui Wang So ikut didepan raja. Ji Mong dan Wang Mo
kaget mendengarnya.
“Jadi maksudmu kau yang berusaha membunuh Putra Mahkota?” kata Raja tak percaya
“Yang Mulia, pembunuhnya hidup di kelenteng itu. Mereka menyamar sebagai pangeran
dan membunuh
pembunuh malam itu. Ini
jelas sekali trik untuk membuat anggota keluarga kerajaan mencurigai satu sama
lain.” Kata Wang Wook ikut berlutut didepan Raja.
“Sama seperti apa yang kata Wang Wook,aku
takut Ibu akan dijebak.Maafkan aku karena keputusanku yang
ceroboh.”ucap Wang So berlutut di depan raja meminta ampun. Ratu Yoo terdiam anaknya melakukanya demi
dirinya.
Chae Ryung melihat beberapa pelayan saling memberikan
keranjang agar mau melakukanya dan suda menjadi giliranya. Nyonya Hae datang
dengan Hae Soo memanggil Chae Ryung,
bertanya ada apa. Chae Ryung dan pelayan lainya langsung tertunduk.
Nyonya Hae memberitau Ada tamu yang melihat jadi memperingatakan agar memperhatikan
sikapnya.
“Mereka tidak mau mengantarkan makanan untuk Pangeran ke-4.” Ucap Chae Ryung
“Bisa-bisanya kalian seperti itu? Hentikan sekarang. Seseorang harus mengantarkan makanan Pangeran ke-4. Aku tidak mau lihat keributan ini lagi.” Tegas Nyonya Hae
Semua memandang ke arah Hae Soo, Hae Soo sadar kalau itu maksudnya ia yang
harus mengantarnya, lalu dengan tawanya memberitahu kalau ia adalah majikan dan
mereka pelayan, lalu memastikan pada Nyonya Hae kalau tak perlu
mengantar makanan, tapi Nyonya Hae hanya sedikit
terbakut memberikan tanggapan kalau Hae Soo harus mengantar makanan untuk Wang
So.
Hae Soo menaiki jalan menanjak menuju bukit sambil
mengeluh Wang So itu
tidak makan di kamarnya saja Kenapa
malah menyusahkan semua orang. Dengan nafas terengah-engah tahu kalau memang
tidak menyukainya dan Wang So selalu
saja merepotkan. Ketika sampai diatas melihat
Wang So hanya duduk diam dengan menatap kearah depan, Hae Soo menghela nafas
melihat Wang So lebih suka menyendiri.
“Kemarin, dia membuat keributan
seperti itu. Tapi dilihat dari belakang, dia seperti orang yang tidak salah apa-apa. Dia kelihatan kesepian.” Komentar Hae Soo mengejek, Wang So menengok menyadari
ada orang yang datang. Hae Soo sedikit panik lalu berjalan mendekatinya.
Hae Soo membuka keranjang memberitahu kalau makananya
sudah datang, Wang So dengan sikap
dinginya menyuruh Hae Soo menaruhnya saja. Hae Soo menahan amarahnya berpikir
Wang So ingin makan sendiri lalu mempersilahkannya dan berjalan pergi. Wang So
sempat meliriknya, Hae Soo berjalan beberapa langka melihat ke arah Wang So,
merasa tak perlu peduli tapi hati kecilnya seperti enggan meninggalkanya dan
kembali duduk membelakangi Wang Soo.
“Aku harus menunggu mangkuknya
kosong. Cepatlah
makan....” ucap Hae Soo memberikan alasan tak pergi.
“Soal yang kemarin, anggap kau tidak lihat apa-apa. Jangan sampai kau buka mulut.” Kata Wang So
“Aku takkan membicarakan soal itu meski aku mau melakukannya. Aku tidak percaya itu, meski melihatnya sendiri. “ Ucap Hae Soo dengan berbisik
“Aku juga punya masalah jadi tidak
punya waktu membicarakan masalah
orang lain.” Setiap
aku melihatmu, maka kau
selalu menyuruhku melupakan apa yang kulihat. Tapi, apa menyenangkan makan di sini?” kata Hae Soo
Lalu Hae Soo melihat pandangan Wang So pada bangunan
istana didepanya, menurutnya itu
akan menjadi rumah Wang So, jadi kenapa harus
menatapnya sambil makan. Wang So mengatakan kalau
istana itu memang rumah, maka ia harusnya punya keluarga. Hae Soo binggung karena mendenga ayah, ibu dan semua saudara Wang So tinggal disana.
Wang So hanya diam karena selama ini tak dianggap oleh keluarga Wang.
“Karena kita membicarakan ini... ...kenapa kau seperti itu
kemarin?” tanya Hae Soo dengan berani menatap Wang So, Wang So
kaget tiba-tiba Hae Soo berani menatapnya.
“Dan Kau! Kenapa kau bisa masuk
pemandian istana waktu itu?” ucap Wang So balik
dengan sedikit gugup, Hae Soo binggung mengalihkan dengan kalau Chae
Ryung bilang ayamnya
enak.
Keduanya pun menuruni bukit dan Hae Soo terlihat
kesusahan dengan bajunya yang panjang dan juga kerajang makanan masih berat.
Ketika Hae Soo akan mengangkat roknya, Wang So menengok dan menyuruh agar
berjalan didepanya, akhirnya Hae Soo menurunkan sedikit roknya. Wang So sempat
melihat Hae Soo ingin berjalan dengan menaikkan roknya.
Dengan sekuat tenaga Hae Soo berusaha berjalan didepan,
dari belakang tangan Wang So ingin membantu untuk membawakan keranjang, tapi di
tarik kembali tanganya. Hae Soo benar-benar kelelahan, Wang So melihat tingkah
Hae Soo hanya bisa tersenyum.
Nyonya Hae terlihat berbaring kesakitan sambil
terbatuk-batuk, Wang Wook bertanya apakah tabib belum datang. Hae Soo mengengam
tangan sepupunya meminta agar bisa kuat. Nyonya Hae meminta agar Hae Soo keluar
sebentar, Hae Soo seperti berat lalu Wang Wook membantu Nyonya Hae pun duduk
diatas tempat tidurnya. Nyonya Hae menyuruh Hae Soo cepat keluar, Wang Wook
meminta agar Hae Soo segera keluar.
“Pilihlah istri keduamu.” Kata Nyonya Hae, Hae Soo kaget mendengarnya lalu keluar
dari kamar. Wang Wook tak percaya istrinya meminta hal itu padanya.
“Aku sudah sangat lemah. Entah aku menjalankan keluarga
iniatau memberikan ahli waris... tapi ...aku
tidak banyak berbuat apa-apa sebagai istrimu, Pangeran Wook. Karena itulah... Yang Mulia... Menikahlah dengan orang lain Atau ceraikan aku sebelum itu. Aku harus membebaskan diri dari rasa bersalahku terhadapmu. Dengan begitu, aku bisa mati dan beristirahat
dalam damai.” Kata Nyonya Hae
“Aku tidak mau melakukannya” tegas Wang Wook menolak
“Kau harus melakukannya… Dan juga, aku sudah tahu.... Yang Mulia, kau tidak... Kau tidak mencintaiku.” Ucap Nyonya Hae, Wang Wook terdiam mendengarnya.
Hae Soo melamun didepan kamar, Wang Eun datang sengaja
mengerjainya dengan menyentuh bagian pipi lalu bersembunyi saat Hae Soo
menengok, lalu mencoba menyentuh pipi sebelahnya, tapi Hae Soo sudah lebi dulu
menengok langsung kesal melihat Wang Eun kembali datang menganggunya.
“Apa yang kau khawatirkan? Tapi Apapun kekhawatiranmu, kau akan melupakannya setelah
bermain. Ini... Aku punya hadiah untukmu.” Kata Wang Eun memberikan seperti gendang kecil dan juga
kotak besar yang dibawakan pegawal istana.
“Aku tidak tahu apa yang kau
sukai...jadi aku bawa saja hal
yang menarik.” Kata Wang Eun
Ia mulai mengeluarkan semua mainan dengan memberitahu apa
yang dibawanya, mulai dari Gasing, Kartu dakji, dan satu permianan yang paling disukainya
adalah katapel
yang tidak pernah meleset jadi boleh disimpan karena
Hae Soo pasti belum pernah melihat ini, Hae Soo terdiam melihat mainan sudah tak asing dizamanya,
Wang Eun dengan bangga memperlihatkan bola sutra dari Dinasti
Qing dan banyak yang bilang semua perempuan menyukai ini.
“Umurmu itu berapa harus main dengan benda-benda ini?” kata Hae Soo kesal mengembalikan ke dalam kotak, Wang
Eun terlihat sedih bertanya apa yang disukainya,
“Ahh... Aku sudah sangat frustrasi
ini. Jadi Bawa saja ini semua dan main saja di sana, kau mengerti?” kata Hae Soo mencoba bersikap ramah pada pangeran
walaupun hatinya sangat dongkol
“Kau perlu menceritakan bebanmu supaya kau lega. Apa aku bisa membantumu? Hei.. kau tahu...
Aku ini seorang pangeran.” Ucap Wang
Eun dengan bangga berdiri membusungkan badanya.
“Apa kau sudah menikah?” tanya Hae Soo, Wang Eun kaget dengan pertanyaannya,
lalu menjawab kalau belum menikah.
“Lalu Kau nanti mau menikahi berapa
orang wanita?”
tanya Hae Soo, Wang Eun mengaku belum
memikirkan hal itu.
“Jika istrimu sakit, Apa kau akan menikahi wanita lain?” tanya Hae Soo menatap Wang Eun
“Itu Tidak
mungkin! Aku tidak
mau menyusahkan diriku punya
banyak istri seperti ayahku. Aku
akan menemukan wanita sempurna dan
bersamanya selama 100 tahun.” tegas Wang Eun malu-malu
menatap Hae Soo.
“Alangkah lebih baik jika semua
orang sepertimu,
Pangeran Eun. Kau pria
sejati juga rupanya.” Komentar Hae Soo lalu
bergegas pergi, Wang Eun tersenyum merasa Hae Soo itu mulai
tersanjung juga dengan dirinya tapi
menurutnya itu terlalu cepat baginya
Chae Ryung menaruh jepitan rambut milik Wang So diatas
kasur, dengan wajah ketakutan lalu mengingat perintah Hae So untuk membawakan ke kamar
Pangeran ke-4, dan jangan sampai ada orang yang
tahu.
Flash Back
Hae Soo meminta Jangan menaruhnya di
tempat yang terlalu kelihatan tapi di Letakkan
pada
tempat lain supaya Wang So bisa mencarinya. Chae Ryung
menolak karena tak ingin ketahuan karena apabila bertemu
pangeran maka pasti
bisa mati di tempat. Hae Soo mengatakan kalau
jepitan itu milik Wang Soo jadi tak akan
mengatakan apapun kalau sampai nanti Chae Ryung ketahuan.
Chae Ryung mencoba menaruh diatas baju tapi seperti akan
ketahuan, lalu menyelipkan dibawahnya. Akhinya mencoba membuka kotak dibawah
baju, tiba-tiba diluar terdengar suara menyuruh mempersiapkan air mandi karena pangeran sedang keluar.
Yeon Hwa masuk kamar melihat Chae Ryung ada dikamar Wang
So,dengan wajah sinisnya bertanya apa yang sedang dilakukanya. Matanya melihat
tutup kotak terbuka, berpikir kalau mencuri sesuatu. Chae Ryung mengelengkan
kepalanya kalau tak mencuri tapi tangan Chae Ryung yang bergetar menjatuhkan
jepitan dari Hae Soo. Yeon Hwa menghela nafas panjang dari sudah pasti bukti
kalau Chae Ryung mencuri.
Dua tangan Chae Ryung diikat lalu pelayan lain
mencambuknya dengan tangan kayu, punggungnya sudah mengeluarkan darah dan Chae
Ryung menangis kesakitan. Yeon Hwe melihat jepitan rambut sebagai bukti,
meminta Chae Ryung menjawab pertanyaan apakah ia mencuri jepitan itu. Chae
Ryung sambil menangis mengatakan tidak... mencuri.
“Jadi, apa kau berikan hadiah pada pangeran?” ucap Yeon Hwa mengejek, semua pelayan tertawa, lalu Yeon
Hwa menyuruh pelayan mencambuk Chae Ryung kembali.
Hae Soo sedang lewat kaget melihat pelayanya yang sudah
di ikat tanganya dan dicambuk, lalu berteriak dan berlari menghentikanya dengan
berdiri dibelakang Chae Ryung, matanya melihat banyak bekas cambukan karena
bajunya sampai tertembus darah.
“Apa kesalahannya sampai kau menghukumnya begini?” tanya Hae Soo marah
“Dia mencuri benda penting Pangeran ke-4.” Kata Yeon Hwa, Hae Soo bertanya apakah itu maksudnya Aksesoris rambut
“Aku yang menyuruhnya dan Dia tidak mencurinya.” Ucap Hae Soo, Wang bersaudara lewat melihat adu mulut
Hae Soo dengan Yeon Hwa.
“ Itu bukan barang yang harusnya kau miliki. Ini tidak masuk akal.” Tegas Yeon Hwa
“Ini karena
aksesori itu punya
sang pangeran.” Balas Hae Soo
“Karena itulah aku bilang kalau barang itu barang yang kau
curi.” Ucap Yeon Hwa meminta agar pelayan kembali
mencambuknya.
Hae Soo menghalanginya, pelayan pun akhirnya mundur. Wang
bersaudara berjalan mendekat untuk melihatnya. Hae Soo mengatakan kalau memang
begitu maka ia yang akan menggantikannya. Chae Ryung kaget Hae Soo mau mengantikan posisinya, Hae
Soo rasa tidak bisa menjelaskannya pada Yeon Joo dan menegaskan kalau Chae
Ryung tidak bersalah.
“Jika kau harus cambuk seseorang, Aku mengatakan padanya untuk
melakukannya, jadi cambuk aku sebagai gantinya.” Kata
Hae Soo,
Chae Ryung panik karena tak ingin Hae Soo mengantikanya.
Yeon Hwa menyuruh pelayan mengikat Hae Soo agar bisa dicambuk. Wang Wook
menantap sang adik dan terlihat kebingungan karena satu adiknya dan satu adalah
sepupu istrinya. Yeon Hwa mengambil kayu untuk bersiap memukul Hae Soo.
“Wang Wook, kau harus menghentikannya. Dia akan mencambuknya.” Ucap Wang Eun panik melihat Hae Soo ingin dicambuk,
“Kenapa dia harus menghentikannya? Para pelayan memang harus diberi
pelajaran.” Komentar Wang Yo yang tak punya hati
“Tapi kupikir pelayan itu sudah cukup dicambuk.” Ucap Wang Won melihat baju Chae Ryung sudah berdarah.
“ Yeon Hwa bisa sangat parah melakukannya.” Komentar Baek Ah
Wang Wook ingin menahanya tapi Yeon Hwa sudah mencambuk
Hae Soo lebih dulu. Hae Soo sedikit menjerit menahan rasa sakitnya. Yeon Hwa
kembali mencambuknya dengan senyuman licik, Wang Wook berteriak tapi tangan
Yeon Hwa sudah lebih dulu ditahan oleh Wang So dan tak bisa mencambuknya lagi. Yeon
Hwa meminta agar Wang So melepaskanya, Wang So menyuruh Yeon Hwa untuk
menghentikanya sekarang. Hae Soo melihat Wang So menahan tangan Yeon Hwa untuk
tak mencambuknya.
“Aku yang bertugas mendisiplinkan orang-orang disini. Jadi Lepaskan aku.” Kata Yeon Hwa
“Dia milikku.” Kata Wang So menatap Hae So, Yeon Hwa dan semuanya
kaget mendengarnya, Wang Soo mengulang kalau Hae Soo itu miliknya. Hae Soo ikut
kaget karena itu artinya mereka memiliki hubungan yang dekat.
“Aksesori rambut itu milikku. Jadi aku yang memutuskan apa yang harus kulakukan terhadapnya.” Tegas Wang So,
Yeon Hwa tak percaya melihat sikap pangeran ke-empat
“Hae Soo tidak mencurinya! Dia menyuruhku mengambilnya di depan kamar Ahh Bukan... maksudku aku melihat dia mengambilnya.” Kata Wang Eun membela Hae Soo dengan berdiri
dibelakangnya.
Yeon Hwa benar-benar tak mengerti semua membela Hae Soo, Wang
Woo menyuruh adiknya agar melepaskan sekarang juga, Hae Soo membawa Chae Ryung
pergi dengan lirikan sinis pada Yeon Hwa, begitu juga sebaliknya. Wang Won
menatap Chae Ryung lalu saat Chae Ryung menatapnya berpura-pura memalingkan
wajahnya. Wang Wook memperingatkan adiknya kalau terlalu gegabah dan berjalan
pergi.
“Yeon Hwa, kau pantas
melakukannya. Orang
seperti itu harus
disadarkan. Suasana
di sini mengerikan sekali.” Kata Wang Yo lalu
pamit pergi, begitu juga Wang Won
Wang Eun sedih karena merasa Hae Soo harus mengobati
lukanya. Wang Jung mengajak kakakknya untuk pergi, Wang Eun
berteriak memanggil Hae Soo tapi Wang Jung sudah lebi dulu menariknya agar
segera pergi. Baek Ah yang berada diatas berjalan mundur bersama dengan pelayan.
Yeon Hwa dan Wang So hanya tinggal berdua, lalu Wang So
mengulurkan tanganya agar Yeon Hwa mengembalikanya jepitan rambut milknya. Yeon
Hwa merasa Wang So itu hanya kasihan pada Hae Soo, karena Kakak
yang dikenalnya selama ini takkan menghentikan tindakanya seperti itu.
“Apa kau ada rasa terhadapnya?” tanya Yeon Hwa
“Yeon Hwa.... Maaf jika aku tidak menghargaimu.” Ucap Wang So lalu berjalan pergi meninggalkanya. Yeon
Hwa terlihat menahan rasa amarahnya denagn memegang kayu cambuk erat-erat.
Wang Wook sudah berdiri di lorong melihat Wang So datang
dengan jepitan rambutnya, lalu membahas kalimat kakaknya yang mengatakan kalau
Hae Soo itu miliknya dan akan memberitahunya, karena Wang Soo sepertinya keliru.
“Ini semua bukan milikmu... Bukan Yeon Hwa dan Bukan
Hae Soo. Mereka
adalah orang-orangku. Saat
mengenai adikku atau
sepupu istriku... maka kau
tidak boleh sembarangan lagi terhadap mereka.” Tegas Wang Wook lalu pergi meninggalkanya. Wang So
hanya menatapnya dan sempat melirik saat adiknya pergi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar