PS; yang udah baca blog / tulisan aku.. Tolong minta follow account IG aku yah dyahdeedee09 & Twitter @dyahdeedee09 jadi biar makin semangat nulisnya. Kamsahamnida.

Selasa, 06 September 2016

Sinopsis Scarlet Heart Ryeo Episode 4 Part 1

PS : All images credit and content copyright : SBS

Ratu Yoo bangun dari tidurnya, dengan wajah panik bertanya siapa yang datang. Wang Soo dengan masih ada bekas darah masuk ke dalam kamar ibunya. Ratu Yoo ketakutan melihat Pangeran ke empat berani datang ke kamarnya. Wang Soo mendekati tempat tidur ibunya, Ratu Yoo melihat wajah dan pedang anaknya masih ada sisa darah lalu menanyakan apa alasan datang.
Apa Ibu tahu yang  sudah kulakukan untukmu? Aku sudah memastikan bahwa  tidak ada orang yang bisa membunuhmu. Aku menghapus semua jejak kejahatanmu.” Ucap Wang So, Ratu Yoo kaget dan berpura-pura tak mengerti.
Aku sudah membakar semuanya. Jadi Tidak ada orang yang akan  mengincarmu, Ibu.” Kata Wang So
“Kau tidak membunuh mereka semuanya ‘kan?” ucap Ratu Yoo ketakutan
Mereka hanya hidup  demi Ibu. Jadi mereka takkan bertahan jika mereka mati demi Ibu.” Ucap Wang So dengan senyumannya, Ratu Yoo melonggo dan langsung memalingkan wajahnya.
“Apa Kau pikir  aku akan bilang  terima kasih padamu? Apa kau ingin aku menanyakan padamu apa kau terluka? Kau itu seperti binatang. Pergi kau! Kau itu bau darah dan aku tidak bisa tidur. “ ucap Ratu Yoo sinis, Senyuman Wang So langsung menghilang.
Aku melakukannya untukmu, Ibu..” ucap Wang So

Ratu Yoo makin marah mendengar Wang So yang memanggilnya “ibu karena membuatnya merinding dan tidak ingin melihat lalu mengusirnya untuk pergi,  wajahnya kembali dipalingkan tak mau menatap anaknya. Wang So menahan rasa sedihnya, merasa  selalu penasaran Kenapa Ibunya tidak pernah mengasihaninya,  menurutnya jika memang Ratu Yoo adala ibu kandungnya, maka akan peduli jika anaknya terluka.
Tapi kenapa ibuku tidak pernah memandangku? Aku selalu putus asa ingin diperhatikan olehmu. Tidak pernah sekalipun....” kata Wang So langsung disela oleh ibunya.
Kau bukan anakku.... Kau putra dari Keluarga Kang di Shinju.” tegas Ratu Yoo tak mau menganggap Wang So sebagai anaknya. Wang So terlihat sangat shock pelahan berjalan mundur. Ratu Yoo tak mau melihat wajah Wang Soo menahan tangisnya.
Apa karena wajahku? Kau membuangku kesana  dan bukan kakakku untuk diadopsi Dan kau terus berpaling muka setiap ada aku. Itu semua karena wajah ini!” teriak Wang So lalu memecahkan vas dengan pedangnya. Ratu Yoo sempat kaget dan Wang So jatuh dengan menahan rasa pedihnya.

Apa kau tahu bagaimana hidupku bersama Keluarga Kang? Aku Pernah sekali, mereka melemparkanku ke kandang serigala terbesar di Shinju. Aku menghabiskan sepanjang malam melawan binatang itu dengan gigi kertakan mereka. Lalu aku membakar seluruh gunung. Aku membakar dan  membunuh mereka semua di sana, akhirnya aku bertahan hidup. Bau daging terbakar yang memberontak itu  masih ada pada tubuhku.” Cerita Wang Soo dengan air mata mengalir di pipinya, Ratu Yoo hanya diam saja dan Wang So pun tertawa seperti orang gila. 
Si Selir Kang yang gila itu... Dia tak mau aku lepas dari pandangannya, selalu mengira kalau aku anaknya yang sudah mati. Lalu ketika dia sadar kalau aku bukan anaknya,  kemudian memukuliku, dan mengurungku. Dia menuntut padaku di mana keberadaan anaknya. Bertanya kenapa ada sebuah monster buruk rupa... Bahkan bisa jadi tiga, atau empat hari...aku tidak minum seteguk air pun, dan tak ada orang yang peduli padaku.” Cerita Wang So yang diperlakukan semena-mena oleh keluarga Kang.
Ratu Yoo hanya berkomentar dingin “ lalu kenapa” seolah-olah tak peduli . Mulut Wang Soo bergetar tak menyangka ibunya berkomentar tak peduli padanya. Ratu Yoo menegaskan Seorang ibu hanya mengakui anaknya yang membuat ibunya terlihat  gemilang, menurutnya Wang So adalah aib baginya jadi karena itulah mengeluarkannya dari Songak, dan berkat anak keempatnya  bisa merasakan cinta dan keadilan dan akan berterima kasih karena hal itu. Wang So dengan air mata masih mengalir akhirnya kembali berdiri.
Hari ini adalah hari yang akan kau ingat. Kau membuangku, Ibu. Namun, aku takkan  pergi lagi dari Songak. Mulai sekarang....kau harus terpaksa melihatku.” Tegas Wang So, Ratu Yoo merasa itu hanya Omong kosong
Jika kau berbuat hal seperti ini lagi, maka kau takkan pernah bisa melangkahkan kaki di Songak lagi!” teriak Ratu Yoo mengumpat Wang So itu anak kurang ajar. Wang So tak peduli memilih keluar dari kamar ibunya.

Wang So melihat tumpukan batu sebagai tanda ibu mereka selalu berdoa pada anaknya langsung menghancurkanya, melampiaskan semua amaranya. Hae Soo baru saja datang kaget melihat Wang So menghancurkan tumpukan batu. Wang Soo berteriak marah agar Semuanya, hilanglah. Hae Soo mencoba menghentikanya tapi Wang So malah mendorongnya sampai terjatuh. Hae Soo melihat ditangannya ada darah. Wang Soo tertawa seperti seorang pembunu berdarah dingin.
“Ya... darah... ...Itu darah nyawa orang yang telah kubunuh. Para Ibu mendirikan ini untuk anak-anak mereka 'kan? Dia harusnya tak perlu buat hal seperti ini dan harusnya memohon padaku!”teriak Wang So kembali menjatukan batu, Hae Soo mencoba menghentikanya. Wang So menjerit agar Hae Soo melepaskanya.
Hentikan sekarang juga.” Ucap HaeSoo, Wang Soo pikir Hae Soo ingin mati juga.

Kau terluka!!! Apa ada luka lagi ditubuhmu?”kata Hae Soo khawatir melihat tangan Wang Soo sudah terluka, Wang So  mencengkram baju Hae Soo dengan mata penuh amarah mengulang perkataanya kalau ia baru saja membunuh orang.
Kalau begitu, katakan padaku alasan kau membunuh mereka. Apa kau... melakukannya untuk bersenang-senang?” ucap Hae Soo,Wang So menyuruh Hae Soo pergi saja dengan melepaskan cengkraman tanganya. Hae Soo melihat ari mata Wang So mengalir di pipinya.
Ini memang lingkungan  semacam itu, kan?Kau harus pandai menggunakan pedangdi saat masih muda. Kau harus membunuh orang lainjika kau ingin hidup. Tapi mau bagaimana lagi? Harapan ingin hidup bukanlah suatu kejahatan.Kau mungkin takkan diampuni.Tapi, aku mengerti sikapmu. Bagaimana perasaanmu saat ini......yang pasti kau sangat menderita. Kupikir aku bisa  merasakannya.”ucap Hae Soo dengan mata berkaca-kaca lalu pergi. Wang So jatuh lemas didepan tumpukan batu yang sudah dihancurkan. Hae Soo sempat melihat Wang Soo menangis dan membiarkanya. 


Istana
Wang bersaudara menghadap Raja, Ratu Yoo terlihat datang menatap sinis pada anak-anaknya. Wang Wook melaporkan mereka sudah mengejar pembunuh saat malam ritual dan tidak menemukan petunjuk apapun Orang yang mempekerjakan mereka membunuh orang-orang agar mereka tutup mulut. Wang Yo tertunduk diam mendengarnya.
Kami menemukan kelenteng yang mungkin saja jadi markas mereka. Tapi mereka sudah tewasdan kelenteng itu hangus terbakar. Namun......pemilik kelenteng itu...” kata Pangeran Moo tak bisa mengatakanya.
Pemilik kelenteng itu adalah Ratu Yoo.” Ucap Wang So berani bicara,Semua terkejut mendengarnya, Ratu Yoo dan Wang So langsung menatap sinis.
Maksudmu aku dalang di balik pembunuhan itu dan Bahwa aku berusaha membunuh Putra Mahkota?” kata Ratu Yoo berusaha menyangkalnya.
Siapa pun akan menganggapnya begitu.” Tegas Wang So.  Raja bertanya apakah  Ratu Yoo yang merencanakan pembunuhan Putra Mahkota Dan memperbolehkan masuk  pembunuh itu ke ritual. Ratu Yoo kebinggungan dan tetap menyangkal tidak melakukan hal seperti itu.
Yang Mulia, itu semua salahku. Aku tidak pernah tahu ada kelenteng seperti itu. Aku adalah dermawan kelenteng itu  yang menggantikan Ibu. Jadi Renggutlah nyawaku, Yang Mulia.” Ucap Wang Yo bersujud didepan Raja mengakui kesalahan demi ibunya.
Ini semua salahku. Jika seorang anak melakukan kesalahan, maka itu juga salah ibunya.” Kata Ratu Yoo tak mau anaknya dihukum.
Aku yang melakukannya.Pembunuhan dan kebakaran  di kelenteng itu... ...aku yang melakukannya.” Akui Wang So ikut didepan raja. Ji Mong dan Wang Mo kaget mendengarnya.
Jadi maksudmu kau yang berusaha membunuh Putra Mahkota?” kata Raja tak percaya
Yang Mulia, pembunuhnya hidup di kelenteng itu. Mereka menyamar sebagai pangeran dan membunuh pembunuh malam itu. Ini jelas sekali trik untuk membuat anggota keluarga kerajaan mencurigai satu sama lain.” Kata Wang Wook ikut berlutut didepan Raja.
Sama seperti apa yang kata Wang  Wook,aku takut Ibu akan dijebak.Maafkan aku karena keputusanku  yang ceroboh.”ucap Wang So berlutut di depan raja meminta ampun.  Ratu Yoo terdiam anaknya melakukanya demi dirinya. 


Chae Ryung melihat beberapa pelayan saling memberikan keranjang agar mau melakukanya dan suda menjadi giliranya. Nyonya Hae datang dengan Hae Soo memanggil Chae Ryung,  bertanya ada apa. Chae Ryung dan pelayan lainya langsung tertunduk. Nyonya Hae memberitau Ada tamu yang melihat jadi memperingatakan agar memperhatikan sikapnya.
Mereka tidak mau mengantarkan makanan untuk Pangeran ke-4.” Ucap Chae Ryung
Bisa-bisanya kalian seperti itu? Hentikan sekarang. Seseorang harus mengantarkan makanan Pangeran ke-4. Aku tidak mau lihat keributan ini lagi.”  Tegas Nyonya Hae
Semua memandang ke arah Hae Soo,  Hae Soo sadar kalau itu maksudnya ia yang harus mengantarnya, lalu dengan tawanya memberitahu kalau ia adalah majikan dan mereka pelayan, lalu memastikan pada Nyonya Hae kalau tak perlu mengantar makanan, tapi Nyonya Hae hanya sedikit terbakut memberikan tanggapan kalau Hae Soo harus mengantar makanan untuk Wang So. 

Hae Soo menaiki jalan menanjak menuju bukit sambil mengeluh  Wang So itu tidak makan di kamarnya saja Kenapa malah  menyusahkan semua orang. Dengan nafas terengah-engah tahu kalau memang tidak menyukainya dan Wang So selalu saja merepotkan. Ketika sampai diatas melihat Wang So hanya duduk diam dengan menatap kearah depan, Hae Soo menghela nafas melihat Wang So lebih suka menyendiri.
Kemarin, dia membuat keributan seperti itu. Tapi dilihat dari belakang, dia seperti orang yang tidak salah apa-apa. Dia kelihatan kesepian.” Komentar Hae Soo mengejek, Wang So menengok menyadari ada orang yang datang. Hae Soo sedikit panik lalu berjalan mendekatinya.
Hae Soo membuka keranjang memberitahu kalau makananya sudah datang,  Wang So dengan sikap dinginya menyuruh Hae Soo menaruhnya saja. Hae Soo menahan amarahnya berpikir Wang So ingin makan sendiri lalu mempersilahkannya dan berjalan pergi. Wang So sempat meliriknya, Hae Soo berjalan beberapa langka melihat ke arah Wang So, merasa tak perlu peduli tapi hati kecilnya seperti enggan meninggalkanya dan kembali duduk membelakangi Wang Soo.

Aku harus menunggu  mangkuknya kosong. Cepatlah makan....” ucap Hae Soo memberikan alasan tak pergi.
Soal yang kemarin, anggap kau tidak lihat apa-apa. Jangan sampai kau buka mulut.” Kata Wang So
Aku takkan membicarakan soal itu meski aku mau melakukannya. Aku tidak percaya itu, meski melihatnya sendiri. “ Ucap Hae Soo dengan berbisik
Aku juga punya masalah jadi tidak punya waktu membicarakan masalah orang lain.Setiap aku melihatmu, maka kau selalu menyuruhku melupakan apa yang kulihat. Tapi, apa menyenangkan makan di sini?” kata Hae Soo
Lalu Hae Soo melihat pandangan Wang So pada bangunan istana didepanya, menurutnya itu akan menjadi rumah Wang So, jadi kenapa harus menatapnya sambil makan. Wang So mengatakan kalau istana itu memang  rumah, maka ia harusnya punya keluarga. Hae Soo binggung karena mendenga ayah, ibu  dan semua saudara Wang So tinggal disana. Wang So hanya diam karena selama ini tak dianggap oleh keluarga Wang.
Karena kita membicarakan ini... ...kenapa kau seperti itu kemarin?” tanya Hae Soo dengan berani menatap Wang So, Wang So kaget tiba-tiba Hae Soo berani menatapnya.
“Dan Kau! Kenapa kau bisa masuk pemandian istana waktu itu?” ucap Wang So balik dengan sedikit gugup, Hae Soo binggung mengalihkan dengan kalau Chae Ryung bilang ayamnya enak.


Keduanya pun menuruni bukit dan Hae Soo terlihat kesusahan dengan bajunya yang panjang dan juga kerajang makanan masih berat. Ketika Hae Soo akan mengangkat roknya, Wang So menengok dan menyuruh agar berjalan didepanya, akhirnya Hae Soo menurunkan sedikit roknya. Wang So sempat melihat Hae Soo ingin berjalan dengan menaikkan roknya.
Dengan sekuat tenaga Hae Soo berusaha berjalan didepan, dari belakang tangan Wang So ingin membantu untuk membawakan keranjang, tapi di tarik kembali tanganya. Hae Soo benar-benar kelelahan, Wang So melihat tingkah Hae Soo hanya bisa tersenyum. 

Nyonya Hae terlihat berbaring kesakitan sambil terbatuk-batuk, Wang Wook bertanya apakah tabib belum datang. Hae Soo mengengam tangan sepupunya meminta agar bisa kuat. Nyonya Hae meminta agar Hae Soo keluar sebentar, Hae Soo seperti berat lalu Wang Wook membantu Nyonya Hae pun duduk diatas tempat tidurnya. Nyonya Hae menyuruh Hae Soo cepat keluar, Wang Wook meminta agar Hae Soo segera keluar.
Pilihlah istri keduamu.” Kata Nyonya Hae, Hae Soo kaget mendengarnya lalu keluar dari kamar. Wang Wook tak percaya istrinya meminta hal itu padanya.  
Aku sudah sangat lemah. Entah aku menjalankan keluarga iniatau memberikan ahli waris... tapi ...aku tidak banyak berbuat apa-apa sebagai istrimu, Pangeran Wook. Karena itulah... Yang Mulia... Menikahlah dengan orang lain Atau ceraikan aku sebelum itu. Aku harus membebaskan diri dari rasa bersalahku terhadapmu. Dengan begitu, aku bisa mati dan  beristirahat dalam damai.” Kata Nyonya Hae
Aku tidak mau melakukannya” tegas Wang Wook menolak
Kau harus melakukannya… Dan juga, aku sudah tahu.... Yang Mulia, kau tidak... Kau tidak mencintaiku.” Ucap Nyonya Hae, Wang Wook terdiam mendengarnya. 

Hae Soo melamun didepan kamar, Wang Eun datang sengaja mengerjainya dengan menyentuh bagian pipi lalu bersembunyi saat Hae Soo menengok, lalu mencoba menyentuh pipi sebelahnya, tapi Hae Soo sudah lebi dulu menengok langsung kesal melihat Wang Eun kembali datang menganggunya.
Apa yang kau khawatirkan? Tapi Apapun kekhawatiranmu, kau akan melupakannya setelah bermain. Ini... Aku punya hadiah untukmu.” Kata Wang Eun memberikan seperti gendang kecil dan juga kotak besar yang dibawakan pegawal istana.
Aku tidak tahu apa yang kau sukai...jadi aku bawa saja hal yang menarik.” Kata Wang Eun
Ia mulai mengeluarkan semua mainan dengan memberitahu apa yang dibawanya, mulai dari Gasing, Kartu dakji, dan satu permianan yang paling disukainya adalah  katapel yang tidak pernah meleset jadi boleh disimpan karena Hae Soo pasti belum pernah melihat ini, Hae Soo terdiam melihat mainan sudah tak asing dizamanya, Wang Eun dengan bangga memperlihatkan bola sutra dari Dinasti Qing dan banyak yang bilang semua  perempuan menyukai ini.
Umurmu itu berapa harus main dengan benda-benda ini?” kata Hae Soo kesal mengembalikan ke dalam kotak, Wang Eun terlihat sedih bertanya apa yang disukainya,
Ahh... Aku sudah sangat frustrasi ini. Jadi Bawa saja ini semua dan main saja di sana, kau mengerti?” kata Hae Soo mencoba bersikap ramah pada pangeran walaupun hatinya sangat dongkol
Kau perlu menceritakan bebanmu supaya kau lega. Apa aku bisa membantumu? Hei..  kau tahu... Aku ini seorang pangeran.” Ucap Wang Eun dengan bangga berdiri membusungkan badanya.
Apa kau sudah menikah?” tanya Hae Soo, Wang Eun kaget dengan pertanyaannya, lalu menjawab kalau belum menikah.
“Lalu Kau nanti mau menikahi berapa orang wanita?” tanya Hae Soo, Wang  Eun mengaku belum memikirkan hal itu.

Jika istrimu sakit, Apa kau akan menikahi wanita lain?” tanya Hae Soo menatap Wang Eun
“Itu  Tidak mungkin! Aku tidak mau menyusahkan diriku punya banyak istri seperti ayahku. Aku akan menemukan wanita sempurna dan bersamanya selama 100 tahun.” tegas Wang Eun malu-malu menatap Hae Soo.
Alangkah lebih baik jika semua orang sepertimu, Pangeran Eun. Kau pria sejati juga rupanya.” Komentar Hae Soo lalu bergegas pergi, Wang Eun tersenyum merasa Hae Soo itu mulai tersanjung juga dengan dirinya tapi menurutnya itu terlalu cepat baginya

Chae Ryung menaruh jepitan rambut milik Wang So diatas kasur, dengan wajah ketakutan lalu mengingat perintah Hae So untuk  membawakan ke kamar Pangeran ke-4,  dan jangan sampai ada orang yang tahu.
Flash Back
Hae Soo meminta Jangan menaruhnya di tempat yang terlalu kelihatan tapi di Letakkan  pada tempat lain supaya Wang So bisa  mencarinya. Chae Ryung menolak karena tak ingin ketahuan karena apabila bertemu pangeran  maka pasti bisa mati di tempat. Hae Soo mengatakan kalau jepitan itu milik  Wang Soo jadi tak akan mengatakan apapun kalau sampai nanti Chae Ryung ketahuan. 

Chae Ryung mencoba menaruh diatas baju tapi seperti akan ketahuan, lalu menyelipkan dibawahnya. Akhinya mencoba membuka kotak dibawah baju, tiba-tiba diluar terdengar suara menyuruh mempersiapkan air mandi karena  pangeran sedang keluar.
Yeon Hwa masuk kamar melihat Chae Ryung ada dikamar Wang So,dengan wajah sinisnya bertanya apa yang sedang dilakukanya. Matanya melihat tutup kotak terbuka, berpikir kalau mencuri sesuatu. Chae Ryung mengelengkan kepalanya kalau tak mencuri tapi tangan Chae Ryung yang bergetar menjatuhkan jepitan dari Hae Soo. Yeon Hwa menghela nafas panjang dari sudah pasti bukti kalau Chae Ryung mencuri. 
Dua tangan Chae Ryung diikat lalu pelayan lain mencambuknya dengan tangan kayu, punggungnya sudah mengeluarkan darah dan Chae Ryung menangis kesakitan. Yeon Hwe melihat jepitan rambut sebagai bukti, meminta Chae Ryung menjawab pertanyaan apakah ia mencuri jepitan itu. Chae Ryung sambil menangis mengatakan tidak... mencuri.
Jadi, apa kau berikan hadiah pada pangeran?” ucap Yeon Hwa mengejek, semua pelayan tertawa, lalu Yeon Hwa menyuruh pelayan mencambuk Chae Ryung kembali.
Hae Soo sedang lewat kaget melihat pelayanya yang sudah di ikat tanganya dan dicambuk, lalu berteriak dan berlari menghentikanya dengan berdiri dibelakang Chae Ryung, matanya melihat banyak bekas cambukan karena bajunya sampai tertembus darah.
Apa kesalahannya sampai kau menghukumnya begini?” tanya Hae Soo marah
Dia mencuri benda penting Pangeran ke-4.” Kata Yeon Hwa, Hae Soo bertanya apakah itu maksudnya  Aksesoris rambut
Aku yang menyuruhnya dan Dia tidak mencurinya.” Ucap Hae Soo, Wang bersaudara lewat melihat adu mulut Hae Soo dengan Yeon Hwa.
Itu bukan barang yang harusnya kau miliki. Ini tidak masuk akal.” Tegas Yeon Hwa
Ini karena aksesori itu punya sang pangeran.” Balas Hae Soo
Karena itulah aku bilang kalau barang itu barang yang kau curi.” Ucap Yeon Hwa meminta agar pelayan kembali mencambuknya.

Hae Soo menghalanginya, pelayan pun akhirnya mundur. Wang bersaudara berjalan mendekat untuk melihatnya. Hae Soo mengatakan kalau memang begitu maka ia yang akan menggantikannya. Chae Ryung kaget Hae Soo mau mengantikan posisinya, Hae Soo rasa tidak bisa menjelaskannya pada Yeon Joo dan menegaskan kalau Chae Ryung tidak bersalah.
Jika kau harus cambuk seseorang, Aku mengatakan padanya untuk melakukannya, jadi cambuk aku sebagai gantinya.” Kata Hae Soo,
Chae Ryung panik karena tak ingin Hae Soo mengantikanya. Yeon Hwa menyuruh pelayan mengikat Hae Soo agar bisa dicambuk. Wang Wook menantap sang adik dan terlihat kebingungan karena satu adiknya dan satu adalah sepupu istrinya. Yeon Hwa mengambil kayu untuk bersiap memukul Hae Soo.
“Wang Wook, kau harus menghentikannya. Dia akan mencambuknya.” Ucap Wang Eun panik melihat Hae Soo ingin dicambuk,
Kenapa dia harus menghentikannya? Para pelayan memang harus diberi pelajaran.” Komentar Wang Yo yang tak punya hati
Tapi kupikir pelayan itu sudah cukup dicambuk.” Ucap Wang Won melihat baju Chae Ryung sudah berdarah.
Yeon Hwa bisa sangat parah melakukannya.” Komentar Baek Ah

Wang Wook ingin menahanya tapi Yeon Hwa sudah mencambuk Hae Soo lebih dulu. Hae Soo sedikit menjerit menahan rasa sakitnya. Yeon Hwa kembali mencambuknya dengan senyuman licik, Wang Wook berteriak tapi tangan Yeon Hwa sudah lebih dulu ditahan oleh Wang So dan tak bisa mencambuknya lagi. Yeon Hwa meminta agar Wang So melepaskanya, Wang So menyuruh Yeon Hwa untuk menghentikanya sekarang. Hae Soo melihat Wang So menahan tangan Yeon Hwa untuk tak mencambuknya.  
Aku yang bertugas mendisiplinkan orang-orang disini. Jadi Lepaskan aku.” Kata Yeon Hwa
Dia milikku.” Kata Wang So menatap Hae So, Yeon Hwa dan semuanya kaget mendengarnya, Wang Soo mengulang kalau Hae Soo itu miliknya. Hae Soo ikut kaget karena itu artinya mereka memiliki hubungan yang dekat.
Aksesori rambut itu milikku. Jadi aku yang memutuskan apa yang harus kulakukan terhadapnya.” Tegas Wang So,  Yeon Hwa tak percaya melihat sikap pangeran ke-empat
“Hae Soo tidak mencurinya! Dia menyuruhku mengambilnya di depan kamar Ahh Bukan... maksudku aku melihat dia mengambilnya.” Kata Wang Eun membela Hae Soo dengan berdiri dibelakangnya.

Yeon Hwa benar-benar tak mengerti semua membela Hae Soo, Wang Woo menyuruh adiknya agar melepaskan sekarang juga, Hae Soo membawa Chae Ryung pergi dengan lirikan sinis pada Yeon Hwa, begitu juga sebaliknya. Wang Won menatap Chae Ryung lalu saat Chae Ryung menatapnya berpura-pura memalingkan wajahnya. Wang Wook memperingatkan adiknya kalau terlalu gegabah dan berjalan pergi.
Yeon Hwa, kau pantas melakukannya. Orang seperti itu harus disadarkan. Suasana di sini mengerikan sekali.” Kata Wang Yo lalu pamit pergi, begitu juga Wang Won
Wang Eun sedih karena merasa Hae Soo harus mengobati lukanya. Wang Jung mengajak kakakknya untuk pergi, Wang Eun berteriak memanggil Hae Soo tapi Wang Jung sudah lebi dulu menariknya agar segera pergi. Baek Ah yang berada diatas berjalan mundur bersama dengan pelayan.


Yeon Hwa dan Wang So hanya tinggal berdua, lalu Wang So mengulurkan tanganya agar Yeon Hwa mengembalikanya jepitan rambut milknya. Yeon Hwa merasa Wang So itu hanya kasihan pada Hae Soo, karena Kakak yang dikenalnya selama ini takkan  menghentikan tindakanya seperti itu.  
Apa kau ada rasa terhadapnya?” tanya Yeon Hwa
Yeon Hwa.... Maaf jika aku tidak menghargaimu.” Ucap Wang So lalu berjalan pergi meninggalkanya. Yeon Hwa terlihat menahan rasa amarahnya denagn memegang kayu cambuk erat-erat. 

Wang Wook sudah berdiri di lorong melihat Wang So datang dengan jepitan rambutnya, lalu membahas kalimat kakaknya yang mengatakan kalau Hae Soo itu miliknya dan akan memberitahunya, karena Wang Soo sepertinya keliru.
Ini semua bukan milikmu... Bukan Yeon Hwa  dan Bukan Hae Soo. Mereka adalah orang-orangku. Saat mengenai adikku atau sepupu istriku... maka kau tidak boleh sembarangan lagi terhadap mereka.” Tegas Wang Wook lalu pergi meninggalkanya. Wang So hanya menatapnya dan sempat melirik saat adiknya pergi. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar