PS : All
images credit and content copyright : SBS
Ratu Yoo sedang ada dikamarnya, Pelayan memberitahu Tuan
Putri Yeon Hwa datang untuk menemuinya. Ratu Yoo
binggung kenapa Putri
Yeon Hwa datang. Yeon Hwa langsung menghadap istri pertama raja.
“Yang Mulia pernah memintaku
mengunjungimu kalau ada
cerita seru yang ingin kubicarakan. Aku
ingin menceritakannya pada hari ini.” ucap Yeon
Hwa sengaja mendekati Ratu Yoo,
“Benarkah? Kalau kau bersikeras, maka aku harus mendengarnya. Aku tak sabar mendengar ceritamu.” Ungkap Ratu Yoo dengan senyuman liciknya.
Baek Ah sengaja mengintip dari belakang karena mengetahui
sebuah tempat kalau kata orang-orang, ada penari baru yang
hebat. Dalam hatinya bergumam “Tak ada orang yang bisa dianggap penari hebat
kalau bukan aku yang mengakui kemampuannya. Coba kita lihat... yang mana orangnya...” Salah satu dari beberapa penari pedang adalah Woo Hee.
Woo Hee akhirnya berlatih sendirian dan merasa ada
seseorang yang mengamatinya dari belakang dan langsung bertanya siapa yang
bersembunyi dibelakang saja. Baek Ah keluar dari persembunyianhya menyapa Woo
Hee dengan panggilan Zhong Zi Qi. Woo Hee dengan sinis bertanya kenapa Baek Ah ada di
tempat ini.
“Siapa yang memberimu uang dan menyuruhmu mengikutiku kesini?” kata Woo Hee sinis
“Aku hanya datang ke sini untuk bermain musik bagi para penari. Buat apa juga aku mengikutimu?” kata Baek Ah, Woo Hee sedikit percaya
"Tapi Kau sendirilah yang selalu mengikutiku, Zhong Zi Qi. Apa Kau tidak
ingat?” ucap Baek Ah membalasnya. Woo Hee tak tahu kalau Baek
Ah itu bermain musik di sini.
“Aku ini bisa apa saja dan terkenal karena punya banyak
bakat. Aku tidak
menyangka kau rupanya
seorang gisaeng. Dari
caramu bicara, kukira
kau itu seorang wanita bangsawan.” Sindir
Baek Ah
“Entah kau musisi atau pelukis
kerajaan, fokuslah saja pada pekerjaanmu. Jangan mengkritik status orang
lain, itu
kebiasaan buruk.” Tegas Woo Hee
“Kita harusnya saling
memperkenalkan diri karena sudah tiga kali bertemu. Apakah Siapa namamu? Apakah benar Zhong Zi Qi?” tanya Woo Hee
Woo Hee mangaku namanya Bok Soon, tapi seorang memanggil namanya Woo Hee karena harus
masuk ke ruangan sekarang. Woo Hee sedikit panik
dan tetap mengaku kalau namanya Bok Soon lalu berlari pergi. Baek Ah melihat Woo Hee itu wanita
yang tangguh
juga.
Ratu Yoo bertemu dengan Mentri Park Young Gyu dan Wang Won, menanyakan Bagaimana kelanjutan
rencana mereka untuk membuat Raja... dan Putra Mahkota memalingkan wajahnya dari Wang So, Mentri
Park mengatakan kalau mereka harus
membuat Raja percaya
bahwa Pangeran
ke-4 adalah musuh bagi
Putra Mahkota.
“Yang Mulia Ratu sementara ini,
berpura-pura saja
mendukung Pangeran ke-4. Sisanya
aku yang urus, Yang Mulia.” Jelas Mentri Park
“Paman dari Putra Mahkota sedang
dililit utang. Dan aku memberikan dokumen terkait hal itu pada Pangeran ke-4. Setelah dokumen-dokumen itu
terungkap, maka Putra Mahkota akan mencurigai Pangeran ke-4.” Ucap Wang Won
“Wang Yo sedang berada di Seokyeong bersama dengan Wang Shik Ryeom. Jadi Semuanya sempurna.” Ungkap Ratu Yoo bahagia. Mentri Park pun harus melakukan bagian tugasnya sekarang.
Baek Ah bertanya pada kakaknya kenapa Putra
Mahkota mengunjungi
keluarga ibunya. Wang So mengatakan kalau
Wang Moo itu ada urusan dan meminta
agar jangan menanyakan hal itu pada kakak pertama mereka. Baek Ah lalu ingin
mengetahu apakah benar bahwa Wang Soo membawa Hae Soo keluar dari Istana. Wang So hanya memalingkan wajahnya
“Hae Soo itu dayang istana. Jika
kau memperlakukannya seperti seorang wanita biasa, maka kalian berdua akan berada dalam
masalah. Kau tidak
perlu membuat hidupnya
jadi lebih sulit.” Kata Baek Ah khawatir
“Bukan maksudku seperti itu. Aku tak pernah berpikiran ingin menyulitkannya. Tapi Aku hanya tak biasa dengan situasi seperti itu. Aku tidak tahu bagaimana harus
berperilaku dan berhubungan baik dengan orang lain. Apa Haruskah aku dikritik atas hal-hal seperti itu?” ucap Wang So
“Aku hanya tidak tahu kau rupanya sangat peduli pada Soo.” Kata Baek Ah
“Hanya kau dan Soo orang yang kupunya di dunia ini.” ucap Wang So menepuk pundak adiknya.
Ji Mong tiba-tiba berlari masu ke dalam ruangan memanggil
Wang So, memberitahu kalau Istana Cheondeokjeon sedang dalam keadaan gempar sekarang, karena Keluarga ibu Putra Mahkota
menaikkan harga pajak sebanyak dua kali lipat dan Banyak
pemimpin keluarga penguasa ingin memohon pada Wang
So untuk melengserkan Putra Mahkota. Baek Ah dan Wang So kaget mendengarnya.
Di ruang pertemuan
Semua sudah berkumpul,
Mentri Park dengan nada dingin bertaya Apakah
Yang Mulia Putra Mahkota tidak tahu tentang penggelapan dana pajak tersebut? Karena mereka dapat laporan kalau Wang Moo berada di sana saat keluarganya menagih pajak. Wang Mo mengatakan
baru tahu setelah
ada kabar itu dan merasa kalau ini bisa
jadi kesalahan di pihak
keluarganya.
“Tapi, kau tidak berhak berbicara seperti itu. Keluargaku tidak berencana
memeras uang
rakyat.” Tegas Wang Moo
“Jangan coba-coba membuat tuduhan palsu.” Bela Park So Hee
“Putra Mahkota saja baru tahu kabar itu. Tapi tetap saja, Anda sudah lalai
mengawasi tindak korupsi yang diperbuat oleh keluargamu. Yang Mulia.... Kami ingin memprotes bahwa masa
depan bangsa ini seharusnya tidak...diberikan kepada tangan Putra Mahkota yang tak bermoral
ini. Tolong pertimbangkan
permohonan ini.” ucap Mentri Park semua ikut
meminta agar Raja mempertimbangkanya.
“Kalau benar begitu... menurut kalian siapa yang seharusnya menggantikan Putra
Mahkota Moo?”tanya raja,
“Apa Anda ingin melengserkan Putra Mahkota?” ucap So Hee tak percaya Raja langsung memutuskan untuk
mencari penganti.
“Kita butuh alternatif kalau-kalau
memang harus menggulingkan kedudukannya. Karena itulah aku menanyai
pendapat kalian, siapa pangeran... yang
akan menjadi Putra Mahkota lalu memimpin Goryeo setelah kepemimpinanku.” Tanya Raja
“Yang Mulia, kami yakin Pangeran
ke-4 paling cocok dengan posisi tersebut. Pangeran Wang Jadi pernah diadopsi. Dia tidak punya keluarga yang
akan mengakuinya
atau memanipulasinya. Dan Juga, dia
memimpin jalannya
ritual hujan. Oleh
karena itu, dia mendapatkan kepercayaan dari keluarga kerajaan dan seluruh
rakyat negeri ini. Jadi Dialah
menurut kami, yang paling cocok menjadi
Putra Mahkota.” Ucap Mentri Park sengaja mengadu domba
Raja, Wang Moo dan Soo Hee kaget karena Pangeran Ke empat
Wang So yang akan mengantikanya posisi putra mahkota.
Wang Won menemui kakaknya meminta maaf karena tak
menyangka semuanya
jadi kacau. Wang Moo bingung apa maksud adiknya
itu. Wang Won mengaku hanya
khawatir pada putra mahkota jadi menceritakan semuanya
pada Wang So karena berpikir kakaknya itu orang yang paling peduli pada Pangeran Moo.
“Karena itulah, aku memperlihatkan catatan yang ditulis pamanmu.” Jelas Wang Won sengaja menyakinkan Putra mahkota
“Maksudmu saudara ke-4 tahu semua
tentang keluarga ibuku?” tanya Wang Moo terlihat
mulai terhasut.
“Aku cerita padanya Jadi dia pasti tahu. Tapi, aku tak menyangka hal itu membuat kedudukanmu dalam bahaya. Hukumlah aku, Hyungnim.” Kata Wang Won, Wang Moo hanya diam saja.
Raja bertemu dengan Putra Mahkota dengan Wang So dan juga
Ji Mong, dibagian atas istana. Raja mengatakan kalau Sudah
saatnya Wang So kembali ke Shinju dan harus pergi setelah Festival Double Yang. Wang So kaget lalu menyakinkan apakah ia benar-benar
harus pergi.
“Ada beberapa faksi ingin untuk menjadikanmu Putra Mahkota. Ibumu Ratu Yoo-lah, yang ada di balik semua itu. Dia memanfaatkanmu untuk memperoleh kekuasaan.” Ucap Raja
“Aku tidak pernah berhubungan
dengan mereka,
jadi kenapa aku harus pergi? Itu
tidak adil.” Kata Wang So
“Manusia bisa berubah-ubah dan menjadi licik. Kau mungkin menyangkalnya
sekarang, tapi jika kau terus seperti ini... maka kau
bisa jadi melupakan rasa kesetiaanmu sekarang ini.” tegas Raja
Wang So teringat kata-kat ibunya “ Kau
adalah perisai bagi
Putra Mahkota. Kau tak
tahu saja ayahmu telah
memanfaatkanmu.” Lalu mengatakan pada Raja
kalau perasaan setiaku ini tak ada artinya sama sekali bagi ayahnya. Raja mengaku ingin Wang So tetap berada bersamanya, tapi menurutnya tak ada pilihan lagi.
“Tunas seharusnya dipotong sebelum tunas itu tumbuh semakin
besar. Begitulah
cara kerja Istana.” Tegas Raja, Wang So pun tak
bisa membantah perkataan raja.
Dayang datang menemui seorang pelayan dengan meminta agar
memastikan kalau anak itu yang menyajikan minuman ini. Pelayan yang mengunakan pakaian yang sama dengan Hae Soo
mengeti lalu membawa sebuah tempat seperti obat. Akhirnya Dayang itu menemui
seseorang kembali melapokan kalau sudah
melaksanakan perintahnya.
“Ratu Yoo tidak boleh tahu apa yang telah kuperintahkan
padamu.” Kata Yeon Hwa yang menyamar dibalik kain dan topi
dengan rencana liciknya.
Ratu Yoo seperti menerima laporan dari Dayangnya, tiba-tiba
Wang So datang menemui ibunya bertanya dengan nada marah apakah ibunya belum
cukup puas juga membuatnya menderita dan Kapan berhenti mengganggunya.
“Bukannya kau bilang ingin menjadi
raja? Seorang
ibu seharusnya membantu mewujudkan
keinginan anaknya. Jangan
khawatir.... Takhta
itu akan menjadi milikmu jika semuanya
berjalan sesuai rencana.” Ucap Ratu Yoo santai
“Jangan berbohong dan mengaku kalau ini semua demi diriku. Aku tidak tahu apa yang kau rencanakan, tapi aku jamin itu
tidak akan berjalan sesuai rencanamu.” Kata Wang
So
“Putra Mahkota akan mati di *Festival
Double Yang. (hari ke-9 bulan ke-9 menurut Kalender Cina) Aku sudah mengirimkan cangkir teh yang sudah beracun ke dapur
istana. Karena Putra Mahkota Moo suka minum teh maka Kau takkan bisa menghentikannya.” Ucap Ratu Yoo licik
“Apa Kau pikir karena aku tahu semua ini, maka aku takkan menghentikan dia minum
teh itu?” ucap Wang So
“Bagaimana caramu nanti
menjelaskan pada mereka kalau kau tahu semua tentang racun ini? Apa kau mau menjelaskan pada mereka kalau itu ulahku?” kata Ratu Yoo
Wang So pikir kalau memang harus melakukan maka akan melakukan hal itu. Ratu Yoo rasa
nanti akan menjelaskan kalau semua ini untuk membuat Wang So menjadi
raja, selain itu akan menjelaskan pada
mereka, kalau seluruh keluarga mereka
yang memfitnah dan meracuni Putra Mahkota Moo,
maka mereka sudah buat perjanjian permohonan membuat Wang So sebagai Putra Mahkota berikutnya karena menurutnya
Beginilah kehidupan Istana.
“Semuanya berjalan sesuai rencana
jika semua orang menggigit ekor sesamanya. Coba saja kau menghentikan rencana
meracuni Moo, kalau kau bisa. Maka Kau
sendiri yang membuat dirimu
nanti dihukum gantung.” Ucap Ratu Yoo yakin
“Semua ini takkan berjalan sesuai dengan
keinginanmu,” tegas Wang So
“Raja telah mengusirmu. Apa kau masih tidak mengerti? Seorang dayang rendahan yang
menyajikan teh akan mati, begitu juga Putra Mahkota Moo. Lalu kau akan memiliki segalanya.” Ucap Ratu Yoo meyakinkan.
Wang So menegaskan tak mungkin bisa mempercayai
ibunya. Ratu Yoo mengingat kalau Wang So
sendiri yang mengatakannya. Mesk kau menjadi raja, tidak akan membunuh saudaranya, karena ia mempercayai anaknya jadi akan
mendukungnya. Sementar Ji Mong melihat ke langit
heran karena bintang
Putra Mahkota memudar.
Mentri Park bertemu dengan Woo Hee, dengan sinis kalau
sudah meminta agar menungu sebentar lagi tapi sekarang malah bersikeras untuk
menemuinya. Woo Hee meminta agar mentri Park Cepat
tetapkan tanggal kudetanya karena ia harus
mengungkap kejahatan nyali
si pencuri (Wang Geon) itu.
“Ini Istana Raja Goryeo... Sulit menentukan momen yang pas disini.” Ucap Mentri Park sengaja mengulur waktu
“Jangan pikir kau bisa macam-macam denganku. Jika kau tidak membantuku
membunuh Raja..., maka aku
akan mengungkapkan semuanya pada rakyat Hubaekje apa yang kauperbuat sebelum
kau meninggalkan negeri itu. Aku
ragu hidupmu akan berapa lama lagi
setelah aku membeberkan semuanya.” Kata Woo
Hee mengancam
“Waktu kau masih kecil, kau itu
sangat lucu, bahkan memanggilku paman.” Ucap Mentri Park mendekatinya
“Apapun yang kulakukan untukmu,
lalu apa yang bisa kau lakukan
padaku sekarang?” tegas Woo Hee
“Aku tahu kau tidak ikhlas
membantuku.” Ucap Mentri Park
Baek Ah akan pergi melihat Woo Hee sedang bicara dengan
Mentri Park dan buru-buru bersembunyi. Woo Hee seperti mengetahui lalu
berteriak sengaja berpura-pura marah kalau Mentri Park yang memperlakukan gisaeng seperti ini lalu mengancam agar berteriak dan meminta supaya menjaga
martabatnya. Mentri Park binggung, Woo Hee memberitahu kalau Ada
musisi kerajaan.
“Dasar Wanita kurang ajar! Beraninya kau menolakku? Enyahlah kau!” ucap Mentri Park berakting lalu pergi meninggalkanya.
Baek Ah sengaja membalikan badannya saat bersembunyi, Mentri Park seperti tak
tahu kalau Baek Ah si pangeran yang melihatnya hanya melihat alat musik yang
dibawanya.
Baek Ah seperti mengenal Mentri Park dan bertanya-tanya
kenapa harus bertemu dengan Woo Hee lalu melihat Woo Hee sudah menatap sinis
padanya dan mendekatinya untuk menanyakan keadaanya. Woo Hee menyindir kalau mau jadi seorang pengecu setidaknya lakukan dengan konsisten.
“Lagi pulan kau juga tak bisa
mengatasi semua itu
sendirian. Sepertinya
kau punya nyali juga... bisa
bertahan hidup di Gyobang. (institusi
pelatihan gisaeng)” komentar Baek Ah, Woo Hee
tak membalasnya lalu berjalan pergi.
“Ini punyamu, 'kan? Apa Kau tak mau barang ini ku kembalikan?” ucap Baek Ah sengaja memperlihatkan gantungan yang
ditemukanya
Wang Wook kembali menemui makam istrinya sambil berbicara
dengan bergumam.
“Dimanapun dan
kapanpun kita akan bertemu lagi... maka Aku takkan pernah
melupakan kalau aku berhutang budi padamu, Istriku. Aku akan menepati janjiku padamu. Aku akan mencintai
Hae Soo. Tolong jagalah
kami.”
Festival Double Yang, sebuah dadu berhenti segi lama memberikan pilihan
yaitu Minumlah
sambil mengaitkan tangan. Ji Mong bertanya pada Baek
Ah, siapa yang akan dipilihnya, dan memberitahu Raja belum pernah sekalipun terpilih dan mengodanya apakah akan aman setelah ini. Raja hanya
tertawa karena suasana mereka terlihat santai.
Baek Ah mulai berjalan mencari siapa yang ingin diajak
minum bersama, Wang Jung memalingkan wajahnya, tapi tepat didepan meja adiknya mengajak agar minum bersama. Wang
Jung menolak karena ia laki-laki dan kenapa harus minum denganya. Ji Mong
menegaska Tidak boleh menolak... di dalam permainan ini lalu memberikan dua gelas diatas meja, Akhinya Baek Ah
dan Wang Jung minum dengan melakukan love shot.
Semua pun tertawa melihatnya, Wang Moo ingin meminum dari
cangkirnya tapi menahanya, Wang So seperti khawatir. Ji Mong pikir mereka akan
memulai lagi permainanya. Raja pun mulai
minum lebih dulu.
“Pertama, jika banyak bunga bermekaran di pohon yang
tinggi... maka itu
artinya kau telah melihat dari
atas surga.” Ucap raja menunjuk istrinya , Ratu
Hwang Bo pun ikut minum.
“Kedua.... Kurangnya warna yang beragam,
maka warna kuning adalah warna sejati bumi kita.” Kata
Ratu Hwang Bo menujuk pada anak
sulungnya, Wang Wook pun mulai minum untuk melanjutkanya.
“Ketiga… Apa yang kau tabur di awal dan
apa yang kau tuai belakangan adalah kebajikan manusia.” Kata Wang Wook dan menunjuk pada Baek Ah
“Keempat.... Bunga yang bisa tumbuh besar dan
berjuang melawan musim salju melambangkan integritas.” Kata Baek Ah lalu menunjuk pada adiknya.
Wang Jung terlihat kebinggungan menyebut yang kelima, Ratu
Yoo seperti berharap kalau anaknya bisa membangkan dirinya didepan raja. Wang
Won lalu mengambil alih kalau yang kelima adalah “Jika ada
kelopak bunga dalam minumanmu, itu artinya makananmu akan tetap segar.”dan itu adalah puisi yang ditulis oleh Zhong Hui tentang bunga krisan.
Raja pun memuji Wang Won lalu berkomentar pada Jung,
seni bela diri itu memang baik tapi
harus fokus pada studinya. Wang Jung pun mengangguk
mengerti. Wang Mo beberapa kali terlihat menaruh kembali gelasnya, Ratu Yoo
sengaja bertanya dengan ramah apakah Putra Mahkota tidak nafsu makan dan minum. Wang Mo mengaku sedang
tidak ingin minum alkohol hari ini dan Maaf
sudah membuatnya
khawatir.
“Kenapa tidak kita bawakan saja teh krisan? Itu baik untuk kesehatanmu. Selir Oh, bawakan minuman teh krisan untuknya.” Kata Yeon Hwa, Selir Oh pun pergi mengambilkan minuman
teh untuk Putra Mahkota.
Di dapur
Pelayan datang memberitahu kalau Putra Mahkota mau meminum teh krisan. Hae Soo meminta agar menunggu sebentar. Seorang teman
Hae Soo berpura-pura memegang kepala meminta untuk melayani
Putra Mahkota karena sepertinya
sedang demam.
Hae Soo menolaknya karena Selir Oh
menyuruhnya tidak boleh melayani para pangeran untuk saat
ini. Si pelayan pun bisa mengerti lalu tiba-tiba berpura-pura
lemas, Hae Soo pun panik melihat temanya terlihat lemas.
Wang Eun berjalan dengan Soo Duk mulai mengomel mereka
terlambat karena sang istrinya lama sekali dandanya dan pasti
Raja akan marah. Soo Duk yang kesusahan
mengunakan pakaian wanita hanya cemberut, Wang Eun bertanya kenapa ekspresi
wajahnya seperti itu.
“Apa kau pikir kita terlambat karena aku telat bangun, kan?
Dasar Tak tahu malu kau itu.” kata Wang Eun kesal, Hae Soo melihat Wang Eun dilorong
menyapanya dengan membungkuk.
Wang Eun tak peduli menyuruh istrinya untuk cepat pergi.
Soon Duk mengatakan kalau Wang Eun harus
menerima ucapan
salam darinya. Wang Eun bingung, Soon Duk memberitahu
kalau Wang Eun tidak
menerimanya maka pelayan itu harus
terus-terusan berdiri
seperti itu. Wang Eun melihat Hae Soo yang membungkuk
didepanya.
“Sekarang.. Angkat kepalamu. Aku tak mau melihatmu.... Cepat berbalik.” Kata Wang Eun ketus, Hae Soo pun langsung membalikan
badanya.
“Mulai sekarang, kau harus berbalik setiap kali kita bertemu. Apa Kau mengerti?” kata Wang Eun, Hae Soo hanya bisa mengangguk mengerti.
“Aku lagi kesal sekarang, jadi mau pulang saja, Terserah
kau, mau ikut aku
atau tidak.” Ucap Wang Eun berbalik arah.
Soon Duk pikir kalau Hae Soo tersinggung oleh kelakuannya,
kenapa tidak menjadi istri keduanya saja. Hae Soo
membalikan badanya melihat Soon Duk itu sangat menyukainya sampai agak khawatir pada Wang Eun, lalu berpesan agar menjaganya.
“Pastikan dia tidak buat kegaduhan dalam Istana. Dia orang yang mudah dipengaruhi,
jangan biarkan dia dekat-dekat dengan sembarang orang.” Pesan Hae Soo
“Aku istrinya sekarang! Jadi Kau tidak perlu khawatir soal
itu.” Tegas Soon Duk kesal lalu mengikut pergi dengan suaminya
dan terlihat kesusahan mengangkat bajunya.
Hae Soo membawakan minuman untuk putra makhota, sebelum
masuk para penjaga menguji teh ini terlebih dahulu. Wang So tiba-tiba berdiri dari tempat duduknya karena
ada yang ingin dikatakan pada Putra Mahkota, Ratu Yoo terlihat panik. Pangeran
Moo pun mempersilahkan.
“Sebenarnya...” kata Wang So lalu kaget melihat Hae Soo datang
membawakan teh, teringat kembali ucapan ibunya “Seorang pelayan yang menyajikan teh akan mati..., begitu juga Putra
Mahkota Moo.” Hae Soo
memberikan teh untuk putra mahkota tanpa curiga.
“Jadi, apa yang mau kau katakan?” tanya Putra Mahkota.
“Aku telah menyebabkanmu berada dalam masalah baru-baru
ini. Sebagai
saudaramu, aku ingin meminum
tiga tuangan minuman darimu... untuk
memperkuat persaudaraan kita.” Kata Wang Soo, Ratu
Yoo dan Yeon Hwa terlihat kaget. Wang Moo pun menyetujuinya tapi yang
diminumnya itu teh bukan alkohol.
“Dengan suasana hatiku hari ini, sepertinya teh juga bisa membuatku
mabuk.” Kata Wang So, Wang Mo meminta agar Hae Soo memberikan
gelasnya pada Sang adik.
Hae Soo pun memberikan gelasnya pada Pangeran Ke empat,
tapi Wang So seperti sengaja menjatuhkanya. Hae Soo langsung membungkuk meminta
maaf, Wang So mengaku kalau itu salahnya karena baru saja makan kue dan
tanganya sangat berminyak. Ratu Yoo tersenyum licik, Wang Moo meminta agar
memberikan gelas yang baru, Hae Soo pun mengambilkanya.
“Pertama, aku akan meminumnya demi umur panjangmu.” Ucap Wang So meminum cangkir pertamanya, Yeon Hwa
benar-benar khawatir.
“Kedua, kau tetap berjuang untuk
Goryeo... jadi aku
akan minum tuangan kedua ini
demi keberhasilanmu....di medan perang.” Kata Wang
So dengan tangan bergetar. Hae Soo binggung melihat tangan Wang So yang
bergetar.
“Ini Bukan cangkirnya. Tapi kau meracuni
tehnya? Aku... meminum racun yang Kau tuangkan.” Gumam Wang
So, Yeon Hwa hanya menatapnya karena salah sasaran.
“Terakhir... siapapun yang berusaha memisahkan
kita dengan perkataan liciknya.. maka aku
berharap semoga persahabatan kita
takkan pernah berubah.” Ungkap Wang So berusaha
menahan racun yang masuk dalam tubuhnya.
“Aku sangat berterima kasih atas ketulusanmu. Yang Mulia, tak bisakah kau melihat ketulusan adikku? Mana bisa aku terpisah dari saudara seperti ini? Tolong tarik keputusan Yang Mulia yang menyuruhnya kembali ke
Shinju.” Ucap Pangeran Lee
Raja hanya menjawab dengan meminum araknya, Hae Soo melihat
Teh-nya
telah habis jadi akan
mengambilnya lagi dan bergegas pergi. Wang So
melihat Hae Soo berjalan pergi lalu pamit pergi pada Raja, saat berjalan
sepertinya mulutnya mulai mengeluarkan darah karena efek dari racun dalam
tubuhnya.
bersambung ke episode 11
FACEBOOK : Dyah Deedee TWITTER @dyahdeedee09
INSTRAGRAM dyahdeedee09 FANPAGE Korean drama addicted
Tidak ada komentar:
Posting Komentar