Dokter Geum berubah dengan bersikap ramah memanggil
“nenek” dibalik tirai lalu mengetukan sepatunnya dilantai. Hwa Shin sempat
binggung tapi setelah itu menjawab dengan suara pelan. Dokter Geum mengatakan akan
masuk sekarang dan buru-buru masuk dan menutup kembali
agar tak ada celah tirai yang terlihat.
“Nenek... Kami sudah mendapatkan hasil
pemeriksaan pasca operasinya. Kau
ingin membicarakannya sekarang atau nanti saja?”
ucap Dokter Geum, Hwa Shin memberikan kode agar sekarang juga.
“Nenek, surga memang membantumu, orang-orang biasanya menganggap
itu bagian dari otot. Mereka
tidak akan menyadarinya sampai pada stadium tiga atau empat. Kau mencurigainya lebih awal dan
akhirnya memeriksakan diri. Itu
adalah langkah yang sangat besar.” Ucap
Dokter Geum dengan suara lantang, Na Ri dan Jung Won sampai bisa mendengarnya.
“Kau harus mengucapkan terima
kasih sambil
membungkuk pada orang yang menyarankanmu memeriksakan diri.” Ucap Dokter Geum, Hwa Shin terdiam karena yang
menyarankan memeriksakanya adalah Na Ri.
“Tidak ada yang berubah. Kau memilih ekstraksi sebagian, jadi
masih ada efek lanjutan. Kau
harus memeriksakan diri secara rutin setiap hari selama enam minggu untuk terapi
radiasi. Jadi Kau harus menerima terapi
tersebut.” Kata Dokter Geum, Hwa Shin panik karena
harus tiap hari selama 6 minggu.
Dokter Geum menyakinkan kalau ditempat ini adalah
pelayananya yag terbaik, Hwa Shin terlihat sedih harus melakukannya. Dokter
Geum meminta Hwa Shin berjanji akan melakukanya, Hwa Shin mau tak mau
melingkarkan jari kelingking dan membuat cap jempol tanda berjanji.
Na Ri terus tersenyum menatap ke arah tirai, Jung Won
melihatnya terlihat binggung. Hwa Shin menahan dokter sebelum keluar dengan
kode tanganya meminta agar pindah ruangan private.
“Nenek, apa kau akan terus mengubah
pikiranmu seperti ini? Sebelumnya
kau mengatakan tidak memerlukannya. Bukankah
kau sudah membatalkannya?” ucap Dokter Geum, Hwa Shin
memohon, Na Ri tersenyum karena Hwa Shin sebelumnya menolak untuk pindah.
“Nenek, tidak ada lagi... ruangan private yang tersedia.” Tegas Dokter Geum lalu keluar dari tirai bersama dengan
perawat keluar dari ruangan. Jung Won yang berdiri tegak, tertabrak trolly saat
perawat akan keluar dari ruangan. Dibalik tirai, Hwa Shin menahan amarahnya.
Jung Won masih ada didalam ruanganya, Na Ri melambaikan tanganya
bertanya apakah Jung Won tidak akan pulang ke rumah. Jung Won ingin pesan dokter harus
mengawasinya selama 24
jam.
Na Ri pun akhirnya duduk diatas tempat tidur melirik
kebelakang tirai, lalu tersadar kalau Jung Won tiba-tiba
bicara informal. Hwa Shin yang ada dibalik
tirai terlihat tegang. Jung Won hanya tersenyum.
“Apakah Hwa Shin juga tahu kalau
kau sedang sakit?” tanya Jung Won. Hwa Shin
dibalik tirai seperti bisa mengenal suara Jung Won.
“Tidak, tentu saja tidak. Dia
tidak akan mengetahuinya. Reporter
Lee bahkan tidak tertarik sama sekali
padaku.” Ucap Na Ri, Jung Won bersyukur tentang hal itu. Na Ri
binggung melihat Jung Won terus tersenyum.
Chi Yeol dan Dae Goo pergi ke stasiun TV ketika akan
masuk tak bisa lewat karena tak memiliki kartu. Penjaga mendekati keduanya
bertanya merkea mau
kemana. Dae Goo mengatakan ingin
menemui Pyo Na Ri, penyiar
cuaca slot pukul 7 malam. Penjaga menyuruh agar
menghubunginya saja dan meminta datang ke lobby.
“Aku tidak bisa menghubunginya.” Ucap Chi Yeol
Penjaga tetap melarang mereka masuk akan mendorongnya keluar.
“Tunggu, Pak. Tolong, ijinkan kami
masuk. Noona-ku
sungguh penyiar cuaca di sini. Namanya
Pyo Na Ri, Dia yang
terbaik.” Kata Chi Yeol
Sung Sook baru kembali melihat dua anak muda yang mencari
Na Ri tapi tak bisa masuk, lalu memanggil penjaga agar membiarkan mereka masuk.
Chi Yeol dan Dae Goo sempat terdiam saat pintu terbuka, Sung Sook menyuruh
mereka untuk segera masuk.
Keduanya langsung mengucapkan terimakasih lalu Sung Sook
menunjuk ke ruangan Na Ri yang ada di ujung lorong. Keduanya berlari
melihat ke dalam ruangan yang kosong,
Dae Goo pikir Na Ri itu sudah pulang karena tak ada dalam ruangan. Chi Yeol
kembali berlari mengejar Sung Sook sebelum masuk kembali ke dalam lift.
“kau mengenal kakak ku, kan?” ucap Chi Yeol, Sung Sook membenarkan.
“Apakah dia akan dipecat?” tanya Chi Yeol khawatir,
“Apakah dia seseorang yang dapat
dipecat semudah itu? Kukira
kau sudah tahu, karena Kau adalah adiknya.” Kata Sung Sook. Chi Yeol bisa tersenyum mendengarnya.
Sek Cha sudah kembali duduk diluar sambil meminum tonik,
sementara Jung Won memasukan semua minum ke dalam kulkas jadi Na Ri tinggal
meminumnya saja. Na Ri pun Terima
kasih. Jung Won pikir Tidak perlu berterima
kasih padanya, lalu menatap tirai merasa penasaran apakah Nenek itu
sudah tidur. Na Ri pikir sudah tidur. Hwa Shin masih
duduk mendengar keduanya berbicara.
“Aku pikir biasanya Nenek-nenek
selalu tidur lebih awal.Padahal cukup panas di sini, tapi dia menutup
pembatasnya rapat-rapat.” Kata Jung Won heran.
Keduanya tertawa bersama.
“Omong-omong, soal remote kontrol
itul Apa yang
membuatmu menyembunyikannya kemudian
menendangnya ke arahku?” ucap Na Ri binggung.
“Orang-orang akan mengetahuinya
kalau aku menyerahkannya langsung ke tanganmu. Lalu mereka mungkin akan
mengambilnya darimu, maka aku
ingin memastikan kau yang menerimanya. Apa Kau
tahu seberapa gugupnya aku tadi?.” Jelas Jung Won, Hwa Shin terus mendengarkan pembicaraan
keduanya.
“Jika remotenya tidak ada, maka aku rasa tak akan bisa
mengatasinya dan pasti melarikan diri.” Cerita Na
Ri
“Kau melakukan hal yang benar
dengan mempertahankan posisimu.” Komentar Jung Won
memuji, Na Ri tak percaya mendengarnya.
“Stasiun TV mungkin memberimu
peringataan atas apa yang kalian berdua lakukan sebelumnya. Kau tidak perlu takut akan hal
itu. Begitulah
cara pihak yang lemah bertahan. Jika
kau melarikan diri, kau tidak akan mendapatkan kesempatan lain.” Ucap Jung Won
“Kau berada di studio dan
berpikir, "Tidak
mungkin dua orang dapat berdiri bersama di sana." Berpikir kau akan melepaskannya
demi kebaikan stasiun TV. Maka Kau
tidak hanya akan mendapatkan peringatan, tapi Kau
akan dilabeli sebagai pecundang. Sebuah
peringatan lebih baik dari seorang pecundang.”
Jelas Jung Won.
Na Ri tertunduk sedih menurutnya memang benar seperti itu
tapi masih tetap khawatir. Jung Won menenangkanya dengan memuji Na Ri sudah melakukannya
dengan baik. Keduanya saling menatap dengan senyuman,
Hwa Shin yang mendengarnya mengumpat sinis, tiba-tiba terdengar bunyi suara
kentut yang keras.
Ketiganya sama-sama terkejut, Na Ri dan Jung Won langsung
menatap ke balik tirai. Hwa Shin tak bisa menahanya kentutnya terus berbunyi
dan sangat panjang, keduanya tertawa. Hwa Shin mengangkat pantatnya
mengeluarkan kentutnya, Na Ri dan Jung Won merasakan bau tak sedap menusuk
hidungnya.
Jung Won mengejek wanita macam apa yang bisa bau
kentutnya seperti ini, sambil menutup hidungnya. Na Ri pikir itu bukan
wanita tapi pasti pria. Jung Won bingung karena Nenek itu adalah pria. Hwa Shin
panik. Na Ri mengatakan kalau hanya bercanda saja kalau Bau
kentutnya seperti seorang pria.
“Dia pasti kentut berkali-kali
selagi tidur. Haruskah
aku membuka jendelanya?” kata Jung Won, Na Ri sempat
panik tapi Jung Won sudah berjalan membuka jendela agar baunya keluar dari
ruangan.
“Nenek itu pasti menjalani operasi
juga hari ini.” kata Jung Won membuka jendela.
Hwa Shin berdiri menyuruh Na Ri segera membawa keluar, Na
Ri mengangkat bahu karena tak bisa, akhirnya mengangguk akan mencobanya. Hwa
Shin kembali duduk sebelum Jung Won kembali. Na Ri berpura-pura berbaring untuk
tidur. Jung Won bertanya apakah Na Ri sudah mengantuk. Na Ri mengangguk.
“Kau tidak bisa tidur karena diriku” ucap Jung Won, Na Ri mengatakan akan
tidur saat Jung Won pergi.
“Aku akan pergi setelah kau
tertidur.” Kata Jung Won, Na Ri menolak karena hanya
bisa tidur jika Jung Son sudah
pergi. Hwa Shin terlihat kesal dibalik tirai.
“Aku hanya bisa pergi setelah
melihatmu tertidur.” Ucap Jung Won tak mau
kalah.
Sek Cha masuk memberitahu agar mereka segera pergi, Na Ri
mengambil kesempatan turun dari tempat tidurnya mendorong Jung Won agar segera
keluar dari ruangan. Hwa Shin mengintip dan bisa bernafas lega karena akhirnya
Jung Won keluar dari ruangan.
Di lobby
Na Ri mengucapkan terimakasih atas segalanya hari ini dan merasa berhutang banyak padanya sambil membungkuk. Jung Won pikir mereka bahkan
mencium bau kentut nenek yang tidur disebelahnya, lalu bertanya kenapa Na Ri jadi
bicara formal saat ia akan
pergi, merasa Na Ri itu terlihat kaku padanya. Na Ri merasa tidak
sengaja melakukannya.
“Kupikir kita sudah menjadi lebih
dekat sekarang.”
Kata Jung Won
“Kita jadi lebih dekat, jadi
aku harus mengucapkan sampai jumpa dengan benar.”
Ucap Na Ri, Jung Won mengangguk mengerti.
“Ah... Aku piki kau jangan datang kembali lagi.. Karena Aku akan segera keluar dari RS. Dan Juga, aku akan mentraktirmu makan
sebagai ganti hari ini. Aku
tidak akan melupakan bahwa kau menjadi waliku hari ini.” ucap Na Ri berusaha agar Jung Won tak bertemu dengan
Hwa Shin. Jung Won mengangguk mengerti dengan senyuman,
Na Ri lalu pamit pergi lebih dulu, Jung Won berjalan
mendekatinya dan menahan tiang infusnya. Na Ri kaget melihat Jung Won
menahanya, Jung Won memegang kepala Na Ri dan langsung memberikan kecupan
dikeningnya. Na Ri kaget tiba-tiba Jung Won memberikan kecupan. Jung Won mengucapakan Selamat
malam dengan lembut
“Ini hanya kepedulian seseorang pada pasien, jangan
merasa terbebani. Jangan
merasa sakit hati terlalu banyak karena kau sudah melalui sebuah operasi.” Pesan Jung Won. Na Ri gugup mengigit-gigit kukunya.
“Sekretaris Cha sudah
memeriksanya. Siaran
cuaca hari ini mendapatkan rating dua kali lipat. Aku pikir kau akan mendapatkan
kesempatan lain. Jangan
cemas soal dipecat.” Jelas Jung Won penuh
perhatian, Na Ri masih terlihat gugup. Jung Wo menatapnya kembali mengucapkan
selamat malam lalu berjalan pergi.
Sek Cha sudah menunggu didalam mobil sambil mendengakan
lagu, Jung Won keluar dari rumah sakit.
Na Ri berlari lalu menghalanginya sebelum masuk ke dalam mobil, dengan wajah
gugup Na Ri merasa kalau semua terlalu cepat. Jung Won tahu memang terlalu
cepat tapi menurutnya bukan sebuah kata penolakan, Na Ri
terlihat binggung. Hwa Shin duduk di
dalam ruangan sendirian, terlihat merenung.
“Jadi, kalau begitu kenapa... Kenapa kau buru-buru
menghampiriku? Apa kau takut? Apa Kau
ketakutan? Apa kau
sungguh berpikir aku menghabiskan seharian ini hanya sebagai walimu? Lalu Mendapatkan masalah dengan dokter saat duduk di sampingmu dan tidak
bisa makan sama sekali.” Kata Jung Won, Na Ri masih
terlihat bingung.
“Astaga... , kau sungguh tidak memahami
pria. Apa kau
bodoh Atau
hanya terlalu buruk dalam hal kencan?” ejek Jung
Won
“Kau adalah teman Reporter Lee.” Kata Na Ri merasa tak enak.
“Kau bilang Hwa Shin sama sekali
tidak tertarik padamu. Lalu
apa masalahnya?” ucap Jung Won, Na Ri
mengangguk membenarkanya.
“Di Thailand, Apa kau ingat saat kita berbagi
payung? Di Hari itu, Bukan kau yang melompat padaku, tapi Aku... yang menarikmu ke pelukanku.” Akui Jung Won. Na
Ri terdiam mengingat kejadian saat diThailand
Flash Back
Na Ri datang berjalan ditengah-tengah agar keduanya tak
kehujanan, lalu Hwa Shin mendorong Na Ri agar memayungi Jung Won saja, lalu
keduanya saling dorongan dan payung pun dijatuhkan oleh Na Ri karena kesal.
Jung Won mengambilnya akhirnya ketiganya berjalan dibawah payung bersama-sama.
Jung Won bertanya apakah Hwa Shin ingin makan tom yum. Hwa Shin memberitahu mereka hampir
sampai ke restoranya. Na Ri bertanya apakah disana masakannya
lezat. Dengan sinis Hwa Shin menjawab rasanya tak enak.
Tiba-tiba terdengar bunyi petir, tangan Jung Won langsung
merangkul pinggang Na Ri agar bisa melindunginya. Na Ri pun refleks
menyembunyikan wajah ketakutan di bahu Jung Won, lalu keduanya saling menatap.
Hwa Shin didepanya berpura-pura acuh dengan memalingkan pandanganya.
Na Ri seperti tak percaya lalu kembali menatap Jung Won,
Jung Won tersenyum didepan Na Ri seperti memberitahu sudah sejak lama memendam
perasaanya, bertanya apakah Na Ri tak mengetahuinya. Na Ri mengelengkan
kepalanya.
Hwa Shin masih duduk diatas tempat tidurnya, lalu
mengeluarkan ponselnya melihat nama Ko Jung Won, Na Ri berjalan masuk ke dalam
rumah sakit menengok kembali seperti tak percaya ada pria ternyata yang
menyukainya.
Jung Won akan masuk mobil menerima telpnya lebih dulu.
Hwa Shin berdiri di belakang jendela seperti bisa melihat temanya dari atas
bertanya apakah temanya itu sedang sibuk. Jung Won mengatakan tidak karena akan
pulang ke rumah.
“Apa kau menyimpan rahasia dariku?” tanya Hwa Shin sengaja menyinggungnya, Jung Won
binggung lalu menjawab tak ada.
“Aku ini bisa menyimpan sebuah rahasia
darimu, kan?” kata Hwa Shin bangga, Jung Won heran
temannya tiba-tiba meributkan
hal tidak berguna seperti itu.
“Bagaimana bisa aku hanya
melakukan hal yang berguna dalam kehidupan ini? Mari lakukan sesuatu yang tidak
berguna.” Kata Hwa Shin
Jung Won bertanya
keadaan Hwa Shin sekarang. Hwa Shin dengan nada bahagia mengatakan kalau ia baik-baik
saja lalu menceritakan menemukan
investasi bagus di Thailand dan akan melakukannya sendirian, menurutnya Jung Won sudah berlimpah
uang, jadi tidak memerlukannya. Jung Won mengerti.
“Kau sebaiknya pergi berolahraga
sendiri selama beberapa saat. Aku
libur dulu, karena Aku agak
sibuk mempersiapkan audisiku.” Ucap Hwa Shin
“Oke, kapan kau mulai bekerja?” tanya Jung Won, Hwa Shin pikir Masih ada
beberapa hari tersisa.
“Hwa Shin, Apa kau ingat penyiar cuaca yang
kutemui Bangkok?” kata Jung Won, Hwa Shin
menyebut nama Pyo Na Ri.
“Pyo Na Ri sedang sakit. Aku pergi ke stasiun TV karena
urusan pekerjaan, tapi mendapatinya pingsan. Lalu Aku
mengantarnya ke Rumah sakit” cerita Jung Won,
Hwa Shin seperti merasa bersalah lalu berkomentar kalau itu bagus memuji
temanya yang sudah melakukan hal yang baik lalu menyuruhnya segera pulang dan akan menelpnya lagi
nanti.
Sung Sook membawakan acara berita malam sendiri menyudahi siaranya dengan membungkuk dan
mengucapkan selamat malam. Sementara Ja Young sibuk dengan siaran radio duduk
sendirian dalam ruang siaran/
“Ini adalah siaran Malam Menarik dari penyiar Bang Ja Young. Demikian untuk malam ini. Sampai jumpa lagi... Selamat malam.” Kata Ja Young menyudahi siarannya.
Kim Rak sibuk sendirian di dapurnya mengelap semua
counter bekas masak sampai mengkilat lalu mengepel lantai, sepertinya sebagai
pemilik ia melakukan sendiri tanpa bantuan dari orang lain.
Ja Young selesai siaran saat akan naik lift melihat Sung
Sook ada didalam lift, wajahnya langsung sinis. Keduanya pun kembali satu lift
setelah kejadian sebelumnya. Pintu pun ditutup. Ja Young mencium bau alkohol
dan bertanya apakah Sung Sook itu minum
alkohol lalu pergi siaran, padahal kemarin memperingatkan
Pyo Na Ri karena itu tapi ternyata sekarang
malah melakukanya.
“Lalu Ada apa denganmu? Apa-apaan dengan bau parfum menyengat ini? Siapa yang coba kau rayu dengan
akting menyedihkan seperti itu.. Ahjumonni?” sindir Sung Sook
“dasar Kau gila. Kau adalah Pembaca
Berita.” Kata Ja Young
“Kau kabur dari TV dan lari ke
radio di mana tak ada yang dapat melihatmu. Kau menyemprotkan sebotol parfum.” Ejek Sung Sook
“Apa? Haruskah aku mengantarkanmu ke kantor polisi dan
memenjarakanmu? Mabuk
saat siaran lebih buruk dari berkendara dalam keadaan mabuk. Kau hanya mengoceh tidak penting,
bukan membawakan berita.” Balas Ja Young
“Kenapa, dasar kau! Aku sangat kecewa, sebab itu
aku minum-minum.” Tegas Sung Sook ingin
mencakarnya, Ja Young pun sudah siap juga dengan tanganya, keduanya melirik
camera CCTV yang ada dalam lift dan buru-buru keluar.
Di layar CCTV, terlihat Sung Sook dan Ja Young saling
menarik rambut di ruangan pembaca ramalan cuaca lalu keduanya kembali saling
menarik rambut didalam ruangan loker karena satu-satunya tempat yang tak
terekam camera CCTV. Dua-dua terlihat terengah-engah setelah saling menjambak
rambut.
“Aku benci fakta kita masuk ke
perusahaan ini bersama.” Ucap Ja Young
“Menjadi takdir buruk kita pensiun
di usia yang sama juga. Bisakah
kau pergi duluan? Apa
kau tahu berapa banyak orang yang menertawai kita di belakang? Ini semua kesalahanmu!” teriak Sung Sook menahan tangisnya, Ja Young bertanya
kenapa itu menjadi salahnya.
“Sejak mengenalmu, hidupku jadi
benar-benar tidak terduga. Kau
mencuri putriku, Bbal Gang dan Juga suamiku!” jerit Sung Sook lalu menangis.
“Hey!!! Kau yang mencampakkan mereka. Siapa yang coba kau salahkan? Salah siapa hidupmu jadi seperti
itu? Kau
wanita yang rumit. Semua kesalahanmu!.” Ucap Ja
Young dengan nada tinggi lalu mengeluarkan shower menyemport Sung Sook dengan
air sambil mengumpat.
Sung Sook yang menangis, akhirnya membalas dengan
menyiram Ja Young mengatakan memangnya Ja Young itu siapa dan menyuruh untuk
mati saja. Ja Young ikut basah kuyup dan buru-buru mematikan keran showernya.
Ja Young pikir Jika Sung Sook
hidup bahagia dengan keluarganya,
maka ia tak akan bertemu dengan
suaminya.
“Jika kau mengurus Ppal Gang
dengan baik, kita akan tetap bisa bertemu dengannya. Kita tak akan dilupakan dan
ditolak seperti ini oleh Ppal Gang. Sekalipun
kesalahanku hingga akhirnya kita semua hidup terpisah begini, apa kau tidak menyadari bahwa
kesalahanmu lebih besar dariku? Apa Kau
tidak tahu?!!” ucap Ja Young dengan nada tinggi
sambil menangis.
“Lebih baik kau mengundurkan diri
besok. Aku merasa malu bekerja di tempat
yang sama denganmu. Aku
merasa kotor.” Jerit Sung Sook menangis histeris.
“Hei, rasanya seperti aku sedang
berkaca. Kita
seolah menemukan kepribadian satu sama lain dalam diri masing-masing. Orang-orang membicarakan kita di
belakang. Aku
merasa hampir gila.” Ungkap Ja Young, keduanya
akhirnya sama-sama menangis sambil berjongkok diruangan loker, Sung Sook juga merasa sangat marah, dari CCTV tak terlihat apapun adegan tersebut.
Perawat yang berjaga malam melihat sekitarnya dan
diam-diam makan mie instant. Di kamar akhirnya tirai pun dibuka lebar-lebar
dengan Hwa Shin berbaring memunggungi dan Na Ri berbaring dengan cara
tertelentang. Tiba-tiba Na Ri mengeluarkan kentutnya, dengan menutup wajahnya
karena malu lalu melirik ke arah Hwa Shin seperti sudah tertidur dan
memiringkan tubuhnya.
“ Bagaimana bisa kau kentut di
depan seorang pria?” sindir Hwa Shin, Na Ri
membalasa memangnya ada pria diruangan ini
“Sejak kapan kalian dekat?” tanya Hwa Shin, Na Ri pikir Jung Won itu sahabat Hwa Shin
jadi kenapa tidak memberitahunya. Hwa
Shin mengatakan sengaja tak mau memberitahunya.
“Dia tidak tampak seperti
penggosip.” Komentar Na Ri, Hwa Shin tahu.
“Aku mengenalnya lebih baik
daripada dirimu. Tetap
saja aku tidak mau.” Tegas Hwa Shin, Na Ri pikir
keduanya itu tidak
cukup dekat.
“Sekalipun dia temanku, Aku tak ingin memberitahunya
kalau aku mengidap
kanker payudara. Dia
akan cemas. Dia sudah
memberiku terlalu banyak hal Dan
dia akan berbuat lebih jika tahu aku sedang sakit. Lalu hubungan kami akan berubah
menjadi belas kasihan. Aku
akan menjadi sangat menyedihkan dan Aku
tidak suka itu.” Jelas Hwa Shin
Hwa Shin mengatakan yang lebih penting lagi tentang
dadanya, yaitu Dada
seorang pria, Na Ri mengeluh Hwa Shin membahas dada pria lagi, menurutnya Hwa Shin menganggap Dada seorang
wanita pasti tidak ada artinya, saat itu juga kembali
terdengar bunyi kentut. Hwa Shin kesal mendengarnya. Na Ri sambil menutup
matanya mengaku tidak bisa mengendalikannya lalu meminta maaf.
“Apa Kau bilang tak bisa
mengendalikannya? Kau
harusnya mengeluarkan satu persatu. Dan Perlahan-lahan... Ini Menjijikkan sekali.” Keluh Hwa Shin, Na Ri hanya diam sambil menutup
wajahnya.
“Apakah ini karenaku Apa Kau masih menyukaiku? Bagimu, aku masih tetap seorang
pria. Yahhh, kau bahkan menciumku duluan. Mana mungkin dalam semalam kau
bisa berhenti mencintaiku?” ucap Hwa Shin percaya
diri.
“Terserah kau saja... Tapi aku, sungguh sudah mengakhiri
perasaanku padamu, Reporter
Lee. Karena
terlalu melelahkan, dan aku pun sudah ditolak...Tolong
berhenti.” Tegas Na Ri
“Hey, mari kita perjelas. Apa maksudmu kau sudah ditolak? Kau menyukaiku lalu memutuskan
sendiri untuk mengakhirinya. Semuanya
kau sendiri yang melakukanya. Soal ditolak pun, itu pendapat
pribadimu. Kau
memiliki cinta sepihak. Ditolak,
yeah... baiklah.” Ejek Hwa Shin tetap pada
posisi memunggungi Na Ri.
“Aishh.... ! Baiklah. Baiklah. Aku berasumsi dan patah hati
sendiri.” Kata Na Ri kesal lalu berbaring memungungi Hwa Shin
Hwa Shin seperti bisa mengetahuinya memperingatkan agar
Na Ri tak memunggunginya dan kentut atas ijinnya. Na Ri heran dengan keduanya orang yang saling
bersahabat tapi cara bicara begitu berbeda. Teringat kembali saat Jung Won bertanya Apa
Hwa Shin juga tahu bahwa Na Ri sedang
sakit. Na Ri mengatakan tidak mungkin tahu karena Hwa Shin sama
sekali tidak tertarik padanya. Jung Won tersenyum
merasa bersyukur Lalu di lobby mencium keningnya dan mengucapkan Selamat malam.
Na Ri senyum-senyum sendiri mengingatnya, Hwa Shin
memperingatkan Na Ri untuk tak memunggunginya karena berbahaya. Na Ri terbangun merasa sangat lapar jadi tidak
bisa tidur. Hwa Shin juga merasakan hal yang sama.
Na Ri membuka kulkas lalu menutupinya kembali dan berusaha kembali tertidur.
Di lantai terlihat posisi sandal Na Ri yang tertutup
sementara sandal Hwa Shin yang terbuka, seperti mengambar perasaan keduanya.
Hwa Shin bertanya apakah Na Ri sudah tertidur, Na Ri yang sudah memejamkan
matanya hanya terdiam. Hwa Shin kembali bertanya apakah sudah tertidur. Na Ri
menjawab kalau ia mulai mengantuk akhirnya kembali bangun karena merasa hampir
mati kelaparan. Hwa Shin juga merasakan hal
yang sama.
Na Ri membuka kulkas mengambil minuman tonik yang
diberikan oleh Jung Won lalu menawarkan pada Hwa Shin. Hwa Shin menolaknya, Na
Ri memberitahu kalau temanya itu yang membelikan minuman ini. Hwa Shin seperti
dengan nada cemburu mengatakan kalau Jung Won itu membelikan untuk Na Ri bukan
untuknya jadi minuman itu bukan miliknya. Na Ri pikir Tidak perlu begitu lalu menaruh satu bungkus diatas rak.
“Aku merasa jauh lebih baik
sekarang.” Ucap Na Ri setelah meminum dan kembali
berbaring.
“Hari ini terasa sangat panjang.” Kata Na Ri, Hwa Shin juga merasa Ini juga malam terpanjang dalam
hidupnya, lalu mendengar suara berisik. Na Ri yang membuat
suara saat berusaha menghabiskan seluruh minumanya, lalu memunggungi Hwa Shin
untuk kembali tidur.
“Jangan memunggungiku.... Tatap aku...” kata Hwa Shin
“Kalau begitu Tatap aku dan berbaringlah
juga.” Balas Na Ri melihat Hwa Shin masih tetap memungunginya.
Hwa Shin langsung menolaknya. Na Ri merasa takut Hwa Shin akan kentut lagi dan berbaring menatap punggung Hwa Shin. Akhirnya Hwa Shin
pun merubah posisinya dengan berbaring menatap Na Ri. Na Ri ingin bicara tapi
mengurungkan niatnya, Hwa Shin menyuruh untuk mengatakan saja.
“Tentang temanmu..” kata Na Ri, Hwa Shin bertanya apakah yang dimaksud Jung Won. Keduanya saling menatap sambil berbaring.
“Apakah dia playboy? Apa dia punya pacar?” tanya Na Ri mulai tertarik pada Jung Won. Hwa Shin hanya
menatapnya. Na Ri mengangkat kepalanya bertanya kembali. Hwa Shi menjawab kalau
ia tak tahu.
“Jangan tanya padaku, Tanya saja padanya langsung.” Ucap Hwa Shin sinis, Na Ri tersenyum sendiri mengatakan
ingin tahu tentangnya.
“Kau masih sangat menyukaiku. Jangan membebani temanku. Kau berpura-pura begitu ingin
tahu soal temanku.” Kata Hwa Shin sambil
menutup matanya.
Na Ri seperti masih membayangkanya, lalu tersenyum kembali
mengatakan bukan seperti itu dan memungungi Hwa Shin mengucapkan selamat tidur.
Hwa Shin memperingatkan Na Ri Jangan berusaha terlalu keras dan Jangan berpura-pura dan memintanya agar Lupakannya perlahan-lahan.
“Kau mencintaiku selama tiga
tahun. Bagaimana
bisa kau... melupakanku semudah itu?”ucap Hwa
Shin lalu menatap punggung Na Ri yang berbaring didepanya. Na Ri sudah tertidur
nyenyak dengan senyuman mengingatkan kejadianya dengan Jung Won. Posisi sandal
seperti memang mengambarkan perasaan Hwa Shin yang sudah terbuka dan Na Ri yang
sudah tertutup.
Nari sama jung won saja.. ahk fell nya dpt bnget meleleh hati adek
BalasHapusHadeeeeeewh...., baru kali ini terserang cirus second lead syndrome. Jung won terlalu istimewa....!
BalasHapusUdah ditunggu2 nie kpn sinopnya ada... lucu ceritanya hahahahaha... makasih ya ka sinopnya seruuuu seruuuu ditunggu yg selanjutnya
BalasHapusnajung!!! aq suka mereka!!! ^^
BalasHapusDitunggu kelanjutan sinopny...
BalasHapusLove u oppa jung won....
BalasHapusAq lebih suka nari m jung won ajaahh...
sukkkkkkaaakkkkk...semangat bikin sinopsisnya
BalasHapus