PS : All
images credit and content copyright : SBS
Hae Soo berbaring dikamar sambil menangis terdengar suara
Wang Wook dari depan pintu memanggilnya. Hae Soo menghapus air mata dan
berpura-pura tidur. Wang Wook mengatakan kalau memang Hae Soo belum tidur maka
ia datang membawakan obat. Hae Soo melihat bayangan Wang Wook berdiri didepan
pintu meminta agar Jangan lupa mengoleskannya
“Dan Juga... kuharap
kau bisa melupakan apa yang terjadi tadi.” Kata Wang Wook lalu berjalan pergi meninggalkan kamar.
Hae Soo berkaca-kaca mendengarnya lalu bergegas turun
dari tempat tidur dan berlari keluar dari kamar, tapi saat dijembatan sudah
melihat sosok Wang Wook. Dengan wajah sedih kembali ke kamar, betapa kagetnya
ia melihat Wang Wook berdiri di sisi kamar lainya. Wang Wook menatap Hae Soo
yang keluar kamar setelah ia pergi lalu mendekat memberikan obatnya.
“Maafkan aku. Aku malu melihatmu jadi Aku pura-pura tidur.” Kata Hae Soo tertunduk.
“Aku tahu.... Kau masih sakit, 'kan?” kata Wang Wook
“ Ini Bukan karena aku dicambuk. Aku lebih kesal karena aku diperlakukan seperti itu. Tempat ini... ...apa selalu seperti ini? Apa ini tempat yang tidak
menghormatimu kecuali kau anak orang berada? Disini orang bisa diikat seperti
binatang lalu memukul mereka. Goryeo... ...apa seperti ini hidup disini?” ucap Hae Soo sambil menangis. Wang Wook memegang pundak
Hae Soo yang menangis agar menenangkanya..
“Maaf aku tidak bisa
menghentikannya.... Namun,
aku janji. Takkan
ada orang lagi yang bisa memperlakukanmu
seperti itu. Percayalah
padaku.” Kata Wang Wook
“Aku seperti ini
lagi.... Pikirkanlah Nyonya Hae. Jika kau membiarkan dia mendekatimu, maka kau menyakiti
perasaan Nyonya Hae.” Gumam Hae
Soo merasakan berdebar lalu buru-buru melepaskan tanga Wang Wook dan kembali ke
kamarnya. Wang Wook terdiam melihat sikap Hae Soo seperti menghindarinya.
Hae Soo sedang mondar mandir di tepi sungai sambil
menunduk, saat membalikan badan langsung bertabrakan dengan Wang So yang sudah
berdiri didepanya. Akhirnya Hae Soo berpura-pura merasakan kesakitan, Wang So berkomentar Hae Soo yang
menabraknya. Hae Soo pun akhirnya menegakan kepala dengan melirik sinis.
“Kau bilang kemarin "Dia
milikku"? Kenapa
kau bilang begitu dan
membuat semua orang jadi salah paham?” kata Hae
Soo marah
“Apa Kau tidak tahu caranya berterima
kasih? Aku yang menyelamatkanmu. Sebelum kau bicara soal itu, maka kau harusnya berterima kasih
padaku.” Ucap Wang So
“Kau selalu bertingkah seolah-olah ingin membunuhku. Aku ingin tahu kenapa kau jadi
berubah.... tapi aku ucapkan Terima
kasih.” Kata Hae Soo
“Kenapa kau bisa memiliki
aksesoris rambut itu? Darimana
kau mendapatkannya?” tanya Wang So
“Kau menjatuhkannya di pemandian
istana. Ini semua
karena aku merahasiakan mengenai saat aku
melihat wajahmu... Jadi,
aku tidak akan berkata kalau aku
melihat wajahmu. Aku
menepati janjiku.” Ucap Hae Soo
Wang So bertanya apakah Hae So tak takut padanya karena selalu
menjawab pertanyaan, Hae Soo melihat Wang So sepertinya
bukan orang yang
gampang dipengaruhi jadi tidak
takut lagi lalu menegaskan jangan pernah bilang lagi kalau " dia Milikmu". Wang So bertanya kenapa ia tak boleh melakuanya.
“Aku ini manusia, bukan barang atau binatang. Mana bisa kau bilang aku ini
milikmu atau
orang lain?” kata Hae Soo
“Lalu.... Haruskah aku memanggilmu " kau
wanitaku"?” kata Wang Soo sengaja mendekatkan
wajahnya pada Hae Soo
“Itu juga tidak boleh dan Janganlah kita seperti ini lagi dan Jangan khawatirkan aku.” Ucap Hae Soo lalu buru-buru pamit. Wang So bisa
tersenyum melihat tingkah Hae Soo.
Wang Jung kembali berkelahi dipasar dengan bangga,
memperlihatkan tak ada orang yang bisa mengalahkan ilmu bela dirinya. Saat itu
tiba-tiba ada beberapa orang mengusir orang-orang yang berkerumun, salah satu
pria terlihat sebagai pemimpin kelompok. Si pria dengan satu tanganya melihat
Wang Jung si Pangeran ke-14. Wang Jung
panik karena ada yang mengenali sosoknya.
Hae Soo baru saja keluar dari toko obat bersama dengan
Chae Ryung, lalu Chae Ryung melihat pangeran ke 14 dibawa secara paksa oleh
beberapa. Hae Soo ikut melihatnya kalau
memang itu Wang Jung. Chae Ryung ingin berteriak melawanya, tapi Hae Soo menutup
mulut pelayannya dan menyuruh Chae Ryung harus
panggil bantuan. Chae Ryung binggung bertanya
apa yang akan Hae Soo lakukan. Hae Soo mengatakan mereka berdua
tidak cukup menghentikan pria itu jadi harus
mengikutinya dan Chae Ryung pergi mencari
bantuan.
Wang So sedang lewat dengan kudanya melihat Hae Soo
berlari dengan cepat, seperti tak peduli. Hae Soo sampai dihutan bambu melihat
Wang Jung sudah di pegang tanganya dengan tiga pria dan dipaksa untuk berlutut.
Seorang pria dengan hanya memiliki satu tangan mendekati Wang Jung.
“Kau tidak tahu kalian ini berurusan dengan siapa sekarang. Apa Kalian tidak peduli dengan nyawa
kalian?” teriak Wang Jung berusaha lepaskan tanganya.
“Pangeran Jung, kaulah yang membuat tanganku seperti ini. Kau sudah kelewatan.” Ucap si pria menunjuk tanganya.
“Aku belum pernah melakukan hal
seperti itu.” Teriak Wang Jung
“ Memang Betul.... Kau hanya kalah padaku dan Ibumu-lah yang berbuat ini
padaku.” Kata si pria memperlihatkan tangan kananya yang tak
ada.
Hae Soo panik melihat kanan dan kiri karena bantuan juga
belum datang. Wang Jung mengatakan kalau
tidak tahu apa-apa soal itu. Si
pria pikir karena itu lah Wang Jung harus mengetahuinya. Seorang pria sudah
membawakan kampak, Hae Soo makin panik, si Pria dengan sengaja memperlihatkan
kapak yang akan membuat tangan Wang Jung hilang seperti miliknya.
Wang Jung berteriak dan berusaha untuk melepaskan diri
dan meminta tolong apabila ada orang yang mendengarnya. Hae Soo binggung
mencari pertolongan, si pria sudah mengambil ancang-ancang ingin membuat tangan
Wang Jung putus. Tiba-tiba terdengar teriakan Hae Soo dengan membawa kayu yang
panjang dan memukulnya agar mereka mundur. Semua mundur dan Wang Jung
mendapatkan kesempatan bisa melepaskan tanganya.
“Aku akan mengeluarkan usus kalian dan akan kubuat kalian jadi sup.” Teriak Hae Soo mengancam, Wang Jung melonggo melihat
Hae Soo berani melawan pria hanya mengunakan kayu.
“Heii... Lihat apa kalian? Kalau kalian mendekat, kalian
akan mati! Kalian
mati jika kalian mendekat! Jangan
lihat aku! Jauh-jauhlah
dari kami, dasar
bajingan! ” teriak Hae Soo memutar-mutarkan kayu
yang dipegangnya.
Ratu Hwang Bo minum teh dengan anaknya, mengetahui Menantnya semakin hari melihatnya maka kondisinya semakin
parah sakitnya. Yeon Hwa memberitahu Nyonya Hae telah
menyarankan untuk
bercerai dengan Wang Wook menurutnya mereka harusnya
bersyukur. Wang Wook melirik adiknya yang selalu
bicara sinis, Ratu Hwang Bo terlihat kaget dan menanyaka kebenaranan pada Wang
Wook.
“Aku takkan pernah berpaling dari istriku. Aku ingin Ibu pura-pura tak mendengar hal itu.” Ucap Wang Wook
“Kakak... kau perlu mempertimbangkan soal
menikah lagi demi masa depanmu.” Ucap Yeon Hwa, Wang
Wook langsung membanting gelasnya dimeja.
“Apa kau menyarankanku menikah untuk alasan politik..., ...seperti saudara ketiga kita? Aku akan kehilangan dukungan
Raja.” Tegas Wang Wook
“Ada banyak cara untuk menghindari
kecurigaan.” Ucap Yeon Hwa licik
Ratu Hwang Bo berteriak memanggil Yeon Hwa, mengingatkan Karena
keluarga Hae-lah maka bisa memijakkan kaki di
Songak lagi jadi menurutnya mereka tidak
boleh lupa
membalas kebaikan itu dan memberitahu Nyonya Hae
itu sakit. Yeon Hwa tak setuju dengan ucapan ibunya.
Terdengar teriakan Chae Ryung memanggil Pangeran Wook,
Yeon Hwa ingin marah dan Ratu Hwangbo sinis melihat Chae Ryung masuk ke dalam
ruangan. Chae Ryung memberikan hormat lalu memberitahu kalau terjadi sesuatu
pada Hae Soo jadi harus pergi sekarang. Wang Wook langsung berdiri dan wajahnya terlihat kaget.
Hae Soo dan Wang Jung beradu punggung melawan para pria
didepan mereka. Kayu yang dipegang Hae Soo bisa jatuh begitu saja ketika
dipukul oleh pria didepanya, mereka pun dikepung. Hae Soo dalam keadaan
terdesak masih menanyakan Wang Jung apakah baik-baik saja. Wang Jung meminta
maaf pada Hae Soo karena harus terlibat seperti ini. Hae Soo panik merasa kalau untuk saat ini mereka lebih
baik kabur saja.
Wang Jung kaget Hae Soo memilih untuk kabur, mengatakan
kalau mereka tak bisa melakukan itu. Hae
Soo menahan Wang Jung sebelum melawanya, saat itu Wang Jung langsung melindungi
Hae Soo dari pukulan kayu. Beberapa kali Wang Jung kena pukul dan tangan Hae
Soo sempat akan di pegang oleh dua pria lainya tapi bisa melawanya. Lalu Wang
Jung memeluk Hae Soo untuk melindunginya agar tak kena pukulan kayu, saat itu
juga punggungnya kena pukulan.
“Jangan khawatir. Aku
janji akan menyelamatkanmu.” Kata Wang Jung, Hae Soo binggung sebenarnya sekarang siapa
yang menyelamatkan siapa.
Terdengar teriakan “Berhenti!” Wang Wook datang dengan menunggangi kudanya, Hae Soo
tersenyum begitu juga Wang Jung karena kakaknya datang menyelamatkanya. Wang
Jung bisa menghindari kapak dengan ilmu bela diri dan mendorong orang-orang
yang berusaha menyerangnya. Hanya dengan tatapanya, seorang pria tak berani menghajarnya
dengan kapak.
Wang Wook mendekati adik dan juga Hae Soo, menanyakan
apakah terluka. Wang Jung mengatakan bisa menahanya dan bertanya pada Hae Soo,
Hae Soo dengan senyuman mengangguk kepalanya kalau ia baik-baik saja. Si
pemimpin berteriak menyuruh anak buahanya untuk menangkap mereka. Wang Wook
mendorong keduanya ke sisi luar agar bisa melawan orang-orang tersebut.
Hae Soo dan Wang Jung hanya melihat Wang Wook membanting,
menendang untuk melawan, dan sempat kena pukul juga tendang juga. Tapi Wang Wook bisa berdiri kembali melawan semua
pria yang membawa senjata tajam. Sampai akhirnya bisa melemparkan kapak ke
pohon bambu dan membuat semua pria berjatuhan. Si pemimpin bingung melihat
semua anak buahnya sudah berjatuhan.
“Kau Terlalu percaya diri adalah musuh
terbesarmu. Apa kau tidak tahu pepatah itu?” sindir si
pemimpin, Wang Wook melihat semua orang yang di lawanya kembali bangun dan
datang pria lain mengepungnya.
Hae Soo memeluk erat Wang Jung karena ketakutan,
Terdengar suara seseorang membenarkan ucapan si pria. Wang So datang dengan
kudanya ke dalam hutan, semua berbisik melihat “Anjing Serigala” datang. Hae
Soo melihat Wang So akhirnya mau menyelamatkan mereka. Semua pria berbisik
haruskan mereka lari sekarang.
“ Apa Kalian tidak lari meski sudah melihatku? Apa kalian semua berani? Atau... ...apa kalian semua ingin mati?” ucap Wang So mengeluarka pedang diatas kudanya.
Semua langsung terbirit-birit lari meninggalkan hutan, si
pemimpin yang tadinnya ingin melawan dengan wajah cemberut meninggalkan hutan
menjatuhkan kapaknya. Wang So turun dari kudanya melihat Hae Soo sedikit
tersenyum lalu bertanya pada adiknya apakah ada yang terluka, Wang Jung
mengatakan tak ada yang luka.
Wang Wook mengatakan adiknya itu harus bersyukur karena
Hae Soo datang lebi dulu. Wang Jung tersenyum pada Wang Wook membungkuk untuk
mengucapkan terimakasih dan berjanji takkan
melupakan apa yang dilakukan Wang Wook padanya,
“Kau sudah juga menyelamatkan tanganku, jadi
akan kuingat kebaikanmu. Hidupmu
juga akan kuanggap seperti
hidupku sendiri. Meski
aku harus mati, maka aku
akan menyelamatkan hidupmu.” Kata Wang Jung pada
Hae Soo.
“Aigoo, aigoo.... Oh, pangeran bungsu kita ini. Kau sudah sangat handal dan kuat dan akan menjadi pria yang hebat
nanti.” Ucap Hae Soo memuji sambil memeluk dan menepuk
pundaknya.
Hae Soo mengaku kalau Wang Jung mengingatkan pada adik
bungsunya. Wang
Jung merasa tak masalah dan menganggap Hae Soo sebagai kakaknya. Wang So mengerutkan dahi mendengarnya, Wang
Jung mengatakan meminta Hae Soo untuk menjaga dan memperhatikan maka ia akan jadi pria seperti apa nanti. Hae Soo setuju lalu memberikan semangat dengan berkata
“fighting!” Wang Jung binggung
mendengarnya mencoba mengikutinya.Wang Soo heran melihat kedekatan adiknya
dengan Hae Soo.
Wang Wook berjalan dengan cepat saat menyeberangi
sungai, Hae Soo memanggilnya aga meminta
menunggunya. Tapi Wang Wook seperti marah melihat kedekatan dengan Wang Jung
tak peduli terus berjalan pergi. Hae Soo
meminta agar Wang Wook itu berjalan pelan-pelan, lalu bertanya apakah kakak iparnya itu marah. Wang Jung
tetap berjalan, Hae Soo binggung kenapa siapa Wang Wook seperti itu.
Akhirnya Hae Soo sengaja berpura-pura merasakan sakit
dibagian kakinya dan tidak bisa berjalan, bahkan sudah berlari menjauhi orang-orang
itu tadi jadi tidak sadar kalau kakinya terluka, Wang Wook berhenti melangkah. Hae Soo sengaja
mengeraskan suaranya ingin melihat seberapa parah luka dikakinya mungkin saja tidak
bisa berjalan
lagi. Tiba-tiba Wang
Wook sudah ada didekatnya dan menariknya.
“Kupikir aku tadi telah
kehilanganmu.” Ucap Wang Wook, Hae Soo kaget melihat
jarak wajah mereka sangat dekat.
“Aku... pikir... aku takkan bisa lagi melihatmu. Aku takut...”
akui Wang Wook dengan mata berkaca-kaca. Hae Soo ingin melepaskan tangan Wang
Wook tapi Wang Wook tetap memegang erat bahu Hae Woo lalu wajahnya mendekat
ingin mencium Hae Soo.
Terdengar teriakan Chae Ryung dan pengawal memanggil Hae
Soo dan juga Pangeran Wook. Saat itu
juga Hae Soo bisa memalingkan wajahnya dan Wang Wook melepaskanya tanganya.
Akhirnya Chae Ryung melihat Hae Soo dan Wang Wook ada di atas jembatan sungai,
berlari mendekati Hae Soo menanyakan
keadaannya serta Pangeran ke-14. Hae Soo mengatakan kalau dia baik-baik saja.
Nyonya Hae datang dengan beberapa pelayan dan pengawal
memanggi adik sepupunya. Hae Soo meminta maaf karena sudah membuatnya khawatir.
Nyonya Hae melirik suaminya, seperti mengetahui sesuatu, Wang Wook hanya diam
saja terlihat menahan amarahnya.
“Kami sudah mengutus orang
mencarimu. Karena kami pikir Kau
dan pangeran menghilang, jadi
kami khawatir.” Ucap Nyonya Hae
“Ibu sangat khawatir jadi Pergilah ke istana besok...” kata Yeon Hwa ternyata ikut juga, Wang Wook tak
mengubrisnya memilik untuk pergi dengan hati yang kalut. Hae Soo khawatir
melihat Wang Wook yang pergi.
Punggung Wang Jung terlihat banyak sekali luka lebam
bekas pukulan, lalu berusaha menahanya dengan memakain bajunya kembali. Wang
Soo bertanya apakah adiknya itu bahkan menyamarkan diri dan pergi keluar, sengaja datang ke ruangan ini kalau sampai nanti ibu
mereka tahu. Wang Jung sinis mengucapkan
Terima kasih atas perhatian dari
kakaknya.
“Kau pasti sudah biasa keluar
seperti itu jika kau
kenal orang-orang itu.” Komentar Wang So
“Aku tadi hanya kena sial saja.” Kata Wang Jung,
“Kau bilang tadi kena
sial? Karena
kau, seorang pria kehilangan tangannya dan keluarganya hancur. Jadi kau bilang itu hanya Sial? Bagaimana kau bisa mengatasi hal itu?” kata Wang So menatap adiknya.
“Kubilang aku tidak tahu! Aku tidak melakukannya.” Teriak Wang Jung melawan kakaknya.
“Jika kau tidak tahu, apa kau tidak memegang tanggung
jawab? Kau itu
pangeran. Apa Kau tidak tahu semakin tinggi
posisimu semakin tinggi tanggung jawab yang harus kau emban?” kata Wang So mendekati adiknya.
“Lucu sekali ini... Sejak
kapan posisimu itu tinggi? Ah... Apa kau seperti ini karena Ibu
memperlakukanmu dengan kejam Atau
kau merendahkan adikmu ini karena
aku tukang pamer? Ternyata. Apa yang dikatakan Yo
Hyungnim benar. Sungguh memalukan aku telah lahir dari rahim yang sama
denganmu.” Ucap Wang Jung penuh amarah.
Wang So langsung menamparnya, saat itu Ratu Yo datang
melihat anak kesayangan di tampar langsung mendorong Wang So berteriak mara
menyuruhnya untuk minggir. Wang Jung kaget melihat kakaknya yang harus menyeruduk
vas bunga, Ratu Yoo memperingatkan Pangeran ke empat agar tak mendekati anak
bungsunya.
“Wang Jung, kau akan berada dalam
bahaya.” Kata Ratu Yoo
“Ibu, tadi Hyungnim
menyelamatkanku. Aku
akan kehilangan tanganku jika bukan karena dia.” Kata
Wang Jung membela kakaknya dengan wajah kebinggungan.
“Jangan tertipu olehnya. Dia membawa kesialan terhadap orang di sekelilingnya. Aku pernah mengalaminya jadi Kau tidak boleh menderita juga. Jangan mendekatinya.” Ucap Ratu Yoo, Wang So sudah bisa berdiri dengan tegak
menatap ibunya.
“Ibu, tetap saja Hyungnim yang menyelamatkanku.” Ucap Wang Jung masih membela
“Aku ingin kau mengatakannya... Katakan kau takkan muncul di
hadapan Jung. Cepat!” teriak Ratu Yoo
“Jika itu yang kau inginkan, maka itu yang akan kulakukan.” Ucap Wang So
keluar dari kamar sambil berteriak menyindir pada adiknya “Sampai
kapan kau akan hidup dilindungi
olehnya?”
Ratu Yoo melihat keadaan anak bungsunya dengan wajah
panik bertanya darimana luka itu,Wang Jung terdiam karena merasa bersalah padahal
kakaknya sudah menyelamatkanya tapi ibunya malah meminta tak boleh
mendekatinya. Ratu Yoo mengaku hatinya sakit apabila melihat Wang Jung terluka
dan meminta pelayan agar segera memanggil tabib.
Wang Wook keluar dari rumah dengan menungangi kudanya,
lalu sampai didekat hutan bersandar di batang pohon besar seperti memikirkan keadaaanya
yang menaruh hati pada Hae Soo tapi tak bisa diungkapkanya. Hae Soo berbaring
ditempat tidur seperti memikirkan kalau harus menahan perasaanya pada Wang Wook
karena suami dari kakak sepupunya, lalu memegang leganganya seperti masih
merasakan tangan Wang Wook yang memegangnya.
Wang So pergi ke tempat tumpukan batu, menaruh batu
dengan membuat satu tumpukan batu. Teringat kembali saat ibunya mendorong
menyuruhnya agar tak mendekati Wang Jung, karena nanti anak bungsunya
pasti berada
dalam bahaya. Wang So menahan rasa sedihnya karena
dianggap ibunya berbahaya dan membawa sial.
Istana
Raja bertanya pada putra mahkota apakah ingin Pangeran ke-4 tinggal di Songak dan Apa ini cara membalas kebaikannya karena adiknya sudah menyelamatkannya.
Wang Moo mengatakan ingin wang Soo ada disisi sebagai
salah satu orang kepercayaanya.
“Yang Mulia.... Aku melihat bintang Pangeran ke-4 menaik di atas langit Songak. Ini pasti alasannya. Bintang Pangeran ke-4 bergabung
dengan Bintang Biduk Pangeran Mahkota...” ucap Ji
Mong berusaha menghasut raja agar lebih yakin.
“Ibumu berusaha membunuh Putra Mahkota dan Keinginan kakakmu adalah menjadi Putra Mahkota.” Kata Raja Wang, Ji Mong pun hanya bisa diam.
“Aku tidak pernah bergabung
dengan mereka.” Ucap Wang So
“Lalu, apa yang akan kau lakukan
terhadap alasan kenapa kau diadopsi? Kau
dikirim ke sana untuk menghibur Selir
Kang yang kehilangan anaknya.” Kata Raja Wang
“Tidak sehari pun... ...aku dianggap anak disana. Aku hanyalah seorang sandera. Bukankah Yang Mulia harusnya lebih tahu?” ucap Wang So, Ji Mong dan Wang Mo terlihat tegang.
“Apa yang akan kau korbankan demi Putra Mahkota? Apa kau akan menjadi Chungju Yoo atau Shinju Kang?” tanya Raja
“Aku akan hidup dan tunduk setia
padamu, Yang Mulia dan pada Putra
Mahkota. Aku
takkan menjadi anak atau saudara, tetapi
orang yang tunduk setia.” Ucap Wang So berlutu depan
Raja tak mau lagi bergabung dengan ibunya dan juga saudaranya.
“Ji Mong.... Bukankah kau tadi bilang bintang
Pangeran ke-4 naik di atas langit Songak?” tanya Raja
“Bintangmu dan bintang Putra
Mahkota sangat
selaras. Jika
Pangeran ke-4 tetap tinggal di Songak, artinya ada tanda keberuntungan besar di
Goryeo.” Jelas Ji Mong
“Beritahukanlah berita ini pada
Keluarga Kang di Shinju dan juga seluruh Songak. Mulai hari ini dan seterusnya,
Pangeran ke-4, Wang So, akan tinggal di Songak.” Kata
Raja, Wang Mo tersenyum mendengarnya.
Wang So bisa tersenyum mengucapkan terimakasih atas
kebaikan raja dengan memberikan sujudnya.
Wang Mo juga menundukan kepala pada Raja mengucapkan terimakasih. Ji
Mong terlihat senang bisa membuat Wang So kembali ke istana.
Wang Wook terlihat tak nafsu makan hanya mengaduk-aduk
mangkuk supnya lalu menaruh sendoknya, Nyonya Hae bertanya apakah suaminya
sedang tidak nafsu makan.
Wang Wook dengan dingin meminta istrinya tak perlu mengkhawatirkanya dan
menyuruh Nyonya Hae itu harus makan. Nyonya Hae terdiam, Wang Wook melihat mata istrinya
seperti bingung, lalu mengaku istrinya yang jarang
makan jadi
khawatir.
Hae Soo memberitahu dari depan pintu kalau datang, lalu kaget
melihat Wang Wook ada didalam kamar juga. Keduanya saling menatap, Nyonya Hae
menyuruh segera masuk karena sengaja memanggil untuk makan
bersama kami. Hae Soo menolak karena bisa
makan di kamarnya saja.
“Kau sudah seharian duduk di
kamarmu dan tidak
makan. Alangkah
lebih baik jika kita
makan bersama.” Kata Nyonya Hae lalu menyuruh adik
sepupunya untuk duduk. Hae Soo menurut duduk diantara Wang Wook dan juga Nyonya
Hae.
“Aku tahu kau ingin menyelamatkan
Pangeran ke-14, tapi berbahaya pergi sendiri. Kau tidak tahu apa yang bisa saja
terjadi jika
pangeran kita tidak datang.” Kata Nyonya Hae, Hae Soo
tertunduk mengerti
“Terima kasih telah
menyelamatkanku.” Ucap Hae Soo pada Wang Wook
“Aku hanya melakukan tugasku.” Kata Wang Wook dingin mencoba untuk kembali makan. Hae
Soo melirik Wang Wook yang hanya diam.
“Kau bisa kena masalah kalau keluar eerus seperti itu. Kau tidak tertarik dalam urusan rumah tangga dan
keluarga ini. Bagaimana
kalau menjahit atau... merajut kapas?”saran
Nyonya Hae
Hae Soo mengatakan mencoba mencari sendiri apa yang
digemarinya, Wang Wook tiba-tiba berdiri akan keluar dari ruangan lebih dulu
karena harus membaca buku. Hae
Soo hanya tertunduk diam lalu melihat kepergiaan Wang Wook dengan wajah sedih.
Hae Soo melihat Wang So ada di tumpukan batu lalu berlari
panik berpikir si pengeran ke empat akan menghancurkannya
lagi. Wang Soo
mengatakan tidak menghancurkannya tapi sedang membangunnya lagi. Hae Soo tak percaya karena Wang So tak melakukan sesuatu
yang brutal seperti sebelumnya.
“Apa harapanmu?” tanya Hae Soo mengikuti Wang So duduk di dekat pilar
“Apa Kau sekarang mau tahu harapan
orang? Aku akan meninggalkan rumah ini sekarang dan akan tinggal di istana jadi takkan sering lagi bertemu
denganmu.” Kata Wang So
“Oh, berarti aku tidak perlu lagi mengantar makanan untukmu... Baguslah.” Komentar Hae Soo acuh, Wang Soo pikir Hae Soo juga
jarang melakukannya.
“Semoga kau hidup dengan
damai di istana. Jangan
mengancam membunuh orang sepanjang waktu. Jangan memandang orang seperti
yang kau lakukan
saat mereka tidak mendengarmu. Jangan
langsung menghunus pedang begitu saja. Oh ya.... Jangan menghancurkan sesuatu yang
sudah dibuat oleh orang dengan kerja keras.... emmm..
kira-kira apalagi yah?” ucap Hae Soo ingin meninggalkan pesanya. Wang So dengan
sinis mengatakan sudah cukup.
“Santaplah makananmu dengan benar, Tidurlah yang nyenyak juga. Kalau bisa, jangan sampai
bermimpi buruk.” Ucap Hae Soo memberikan
perhatianya pada Pangeran ke empat. Wang So menatap Hae Soo terdiam seperti
baru merasakan pertama kalinya ada yang memberikan perhatian.
Hae Soo melirik bingung kenapa Wang So menatapnya seperti
itu, Wang So terlihat gugup lalu sedikit
tersenyum karena baru mengingat kalau Hae
Soo itu tak takut padanya dan binggung Kenapa Hae Soo bisa tidak takut padanya. Hae Soo
mengaku paling takut pada dirinya sendiri bukan pada Wang Soo, dengan memanggilnya sopan “ Yang Mulia.”
“Meskipun hal itu perasaanku, aku tidak tahu kemana arah
perasaanku. Meskipun
aku sudah mencoba mengubah arah... tetap saja tidak berhasil..” ucap Hae Soo, Wang Soo menatap dalam pada wanita yang
berdiri disampingnya.
“Mereka takkan khawatir tentang hal-hal seperti ini. Tapi karena aku ada di Goryeo, banyak bintang di sini.” kata Hae Soo menatap lagi dizaman Goryeo
“Apa maksudmu ada banyak bintang di Goryeo? Apa kau tidak percaya bahwa hanya bisa melihat bintang di
Goryeo? Ji Mong
bakalan pingsan
kalau dia tahu.” Komentar Wang So
Hae Soo melihat tiba-tiba turun salju didepanya, Wang So
melihatnya dan bisa tersenyum. Hae Soo pun bahagia melihat salju turun, Wang So
kembali menatap Hae Soo yang mengangumi salju dengan membiarkan tanganya
menyentu salju. Hae Soo sempat melirik pada Wang So dan keduanya terlihat gugup
buru-buru memalingkan wajahnya.
Wang Wook melihat dari jendela kalau salju turun di
Goryeo, lalu menatap lurus kedepan seperti sudah memutuskan tujuanya. Wang Wook
dan Hae Soo masih menikmati turunnya salju di rumah kediaman Pangeran ke delapan,
diam-diam Wang Wook terus menatap Hae Soo yang membiarkan tanganya menyentuh
salju yang berjatuhan.
bersambung ke episode 5
FACEBOOK : Dyah Deedee TWITTER @dyahdeedee09
INSTRAGRAM dyahdeedee09 FANPAGE Korean drama addicted
Mbk, sinopsisnya episode 5 part 1 kgk bs BC, pdhl lg seru2 nya BC. Tlg dong mbk di perbaiki, makasi ya. Ttp semangat ya bwt bkn sinopsnya
BalasHapus