Kim Sun
melihat cincin di jarinya, bertanya-tanya kebencian dan dosa seperti apa, serta Keinginan apa yang terkandung dalam
cincin itu. Wang Yeo melihat dari luar dengan topinya jadi tak bisa terlihat
lalu masuk ke dalam restoran. Kim Sun mengambil ponselnya sambil mengeluh
karena Kim Woo Bin tak bisa dihubungi.
“Maaf.
Aku tak bermaksuduntuk membuatmu berada dalam masalah.” Ucap Wang Yeo
“Kenapa dia
selalu membuatku menghubunginya lebih dulu?” keluh Kim Sun, Wang Yeo panik
kalau Kim Sin akan menghubunginya sekarang juga.
Kim Sun
menuliskan pesan “Apa Kau sibuk?” Wang
Yeo menjawab sibuk dengan mencoba membuka password ponselnya. Kim Sun menuliskan
“Sekarang, kau lagi apa?” Wang Yeo menjawab sedang berusaha membuka ponselnya
agar bisa mematikanya karena takut nanti berdering.
Sampai
akhirnya Ponsel Wang Yeo agar mencoba membukanya 1 menit lagi karena terus
membuka dengan garis yang salah. Kim Sung menuliskan “Kenapa kau tidak balas
lagi?” Wang Yeo menjawab kalau alasanya
Pertama menyesal sudah menghapus ingatanya dan yang kedua.
Wang Yeo
teringat saat membuka lukisan yang dimiliki Kim Shin dengan air mata yang
mengalir, lalu bertanya-tanya siapa wanita itu karena membuat hatinya merasa
tercabik. Ia mengaku kalau sudah mulai
menyukai orang lain jadi meminta maaf pada Kim Sun dan merasa bingung dengan
dirinya sendiri.
Tiba-tiba
terdengar bunyi suara pesan masuk, Wang Yeo memberitahu Kim Sun kalau mendapatkan
pesan yang masuk. Tapi ternyata pesan
dari Kim Sun masuk kedalam ponsel Wang Yeo bertuliskan “Aku merindukanmu.”
Akhirnya Wang Yeo menjawab kalau sangat merindukanya juga.
Sementara
Kim Sun malah ketakutan karena mendengar suara tapi tak ada pesan yang masuk,
lalu merasakan tubuhnya merinding ketakutan lalu menyanyikan lagu pujian. Wang
Yeo malah tersenyum melihatnya. Kim Sun akhirnya berani menantang para hantu
yang menganggunya, tapi setelha itu kembali menyanyi. Wang Yeo tersenyum
bahagia melihatnya.
Kim Shin
melihat Eun Tak keluar tanpa membawa barang-barangnya karena akan ikut pulang
denganya. Eun Tak mengatakan akan pergi berkerja karena musim natal jadi
upahnya cukup banyak, serta tidak dipecat karena kejadian kemarin.
“Setelah
kita menyelesaikan masalah , maka kita harus pulang ke rumah dan merayakannya
dengan makan daging, Lalu Sampai kapan kau disini?” kata Kim Shin
“Sampai
Februari saat semua salju di tempat ski meleleh jadi Kau pulang saja sekarang.”
Kata Eun Tak pergi meninggalkanya.
Kim Shin
melotot kaget karena harus menunggu Eun Tak pulang sampai bulan february, akhirnya ia menelp Ketua Yu agar memecat
seseorang dengan menggunakan koneksinya, dengan mengancam akan melelehkan semua
salju yang ada ditempat ski.
Kim Shin
dan Eun Tak akhirnya pulang dengan semua barang-barangnya, Wang Yeo
menyambutnya didepan pintu. Eun Tak meminta maaf karena sudah membuat Wang Yeo khawatir.
Wang Yeo mengaku sedikit khawatir tapi lebih mengkhawatirkan Kim Shin.
“Orang
yang menemukanmu lebih dulu itu si Duk Hwa Dan aku yang membawamu pulang.” Kata
Kim Shin bangga
“Ini pertama
kalinya aku seakan-akan pulang ke rumah, jadi aneh rasanya. Tempat ini rasanya
sudah seperti rumahku sekarang.” Ucap Eun Tak tersenyum bahagia.
Wang Yeo
melihat Eun Tak kembali aneh dan berpikir agar
menceritakan kisah sedihnya. Kim Shi mengaku taku saat akan mengajaknya
pulang, lalu akan melepaskan jaketnya. Wang Yeo menyuruh jangan melepaskan karena harus ikut dengannya. Eun Tak menghalanginya
bertanya mau dibawa kemana “pamanku” ,
Wang Yeo kaget karena Eun Tak mengakui kalau pamanya itu hanya untuknya.
Kim Shin
tersenyum bahagia dalam hatinya bergumam kalau Eun Tak memanggilnya “pamanku”
Wang Yeo mengumpat Kim Shin itu Norak karena sudah bisa mendengarnya. Eun Tak
dibuat binggung, Kim Shin tak ingin Eun Tak tahu kalau Wang Yeo bisa mendengar
suara hatinya mengajaknya untuk segera pergi.
Wang Yeo
memberitahu Eun Tak kalau Kim Shin menyukai panggilanya, lalu berteriak agar
Kim Shin ikut dengannya tanpa membawa boneika si “Tuan Soba”. Keduanya ada
dikedai Teh dan Kim Shin duduk dengan gugup bertanya mau diserhakan pada siapa pernyataan
alasannya, dan berpikir akan menyerahkan langsung.
“Hal-hal
seperti ini tidak langsung diterima di atas sana. Dewa-dewa itu mungkin
menciptakan pekerjaan kit karena mereka tak mau membaca semua laporan.” Kata
Wang Yeo, Kim Shin pikir lebih baik
tulisan tangannya sama
“Kubilang
kalau itu kutulis pakai tangan kiri. Jadi kaudiam dan tulis saja!” kata Wang
Yeo, Kim Shin tiba-tiba berkomentar kalau Si pemilik restoran ayam itu cantik,
Wang Yeo kaget mendengarnya.
“Apa Kau
bertemu dengannya? Kau tidak bicara hal yang tak ada gunanya, 'kan?” kata Wang
Yeo panik, Kim Shin mengaku tak mengatakan apapun, tapi... Wang Yeo berpikir
Kim Shin memberitahu Kim Sun kalau ia adalah malaikat pencabut nyawa
“Kau juga
bilang ke Eun Tak! Kalau aku akan menghilang setelah pedangku ditarik.” Ucap
Kim Shin seperti sengajak ingin membalasnya, Wang Yeo makin panik karena Kim
Shin tega mengatakan hal itu.
Tiba-tiba
seorang pria masuk ke dalam kedai yang hanya bisa dimasuki malaikat dan Goblin.
Keduanya melonggo melihat manusia yang tak bisa dilihat dengan mata manusia. Si
pria yang terlihat menahan buang air kecil meminat izin agar menggunakan kamar
kecilnya.
Keduanya
binggung karena pria itu adalah manusia, dan juga tidak mati. Kim Shin tahu
kalau manusia tak boleh masuk. Si pria yang sudah tak tahan memohon, akhirnya
Wang Yeo pun menunjuk ke arah toilet miliknya.
Kim Shin merasa pintu apapun bisa dibuka kalau manusia sedang putus asa
dan Wang Yeo masih belum percaya setelah
melihatnya.
“Kau saja
percaya pada dewa yang tak terlihat, kenapa kau tidak percaya manusia yang
kelihatan bentuk dan rupanya? Itulah namanya kegigihan manusia. Kekuatan untuk mengubah
nasib mereka sendiri.” Ucap Kim Shin
“Bagaimana
bisa kedai teh bagi makhluk abadi diinjak oleh manusia? Bagaimana aku bisa menulis
laporan penjelasan atas kasus ini!” kata Wang Yeo bingung
Kim Shin
ingin pergi tapi Wang Yeo kembali menyuruh duduk, serta mulai menulis karena
semua ini salahnya. Kim Shin pikir lebih Baik Duk Hwa saja yang menuliskan saat
sampai rumah.
Kim Sun
mencoba untuk mewawancarai pelamar yang akan kerja di restoranya, tapi tak ada
yang cocok. Lembaran kertas untuk mencari pekerja paruh waktu ditaruh diatas
meja, Eun Tak kembali datang dengan senyuman, Kim Sun berkaca-kaca melihat Eun
tak datang kembali.
“Namaku
Ji Eun Tak. Umur sembilan tahun, orang tuaku meninggal dan Kalau ada
pertanyaan, jangan sungkan bertanya. Aku bisa memenuhi semua syarat disini.”
Ucap Eun Tak
“Apa Kau
sudah ada janji hari ini?” tanya Kim Sun, Eun Tak mengelengkan kepala
“Kalau
begitu ini hari pertamamu. Bekerjalah.” Kata Kim Sun, Eun Tak tersenyum bahagia
menerimanya lalu bertanya kenapa restoranya pindah ke tempat yang lebih bagus
“Hidup
itu cuma punya sedikit penjelasan. Aku menyewakan apartemenku, Tapi Darimana
kau tahu tempat ini? Padahal Kau saja tidak menghubungiku?” ucap Kim Sun
heran, Eun Tak mengaku tahu sendiri
dengan melirik pada hantu yang memberitahukanya
Eun Tak
keluar dari restoran untuk membuang sampah, terlihat dua anak yang meminta anak
kecil uang 10ribu Won, Tapi si anak kecil tak memiliki. Keduanya mengejek si
anak kecil itu tuna wisma dan menyuruhnya agar mencari uang. Si anak kecil
berani dengan melawan seperti pahlawan dengan mengeluarkan “Bom angin”
Keduanya
makin mengejek, menurutnya karena itu ibunya menelantarkannya, disebabkan banyak
nonton film kartun. Eun Tak berteriak memarahi keduanya yang pengecut karena
berani mengangguk anak kecil. Keduanya pun kabur meninggalkan anak kecil itu.
Eun Tak menghampiri dengan memastikan kedaaanya.
“Suatu
hari, kau pasti bisa menggunakan kekuatan-kekuatan super itu. Kau tinggal
dimana? Apa dekat dari sini?” tanya Eun Tak mengelus kepala Sia anak kecil,
tapi Si Anak kecil memilih untuk pergi.
Eun tak
mondar mandir dengan gelisah karena Pengumumannya
pasti sudah keluar lalu akhirnya menenangkan diri untuk melihat hasilnya pada
laptopnya, wajahnya terlihat shock hasilnya lulus masuk ke jurusan komunikasi.
Ia berguling-guling diatas tempat tidur dengan bahagia dan harus mencetak formulir
biaya kuliah sekarang.
Beberapa
saat kemudian, Eun Tak berdiri didepan kamar dengan mengingat pesan dari pihak
kampus kalau ada orang yang sudah membayarnya. Sementara Kim Shin sibuk dengan
menyemprotkan prafum didalam kamarnya.
“Dia
memintaku memberitahukan namanyapadamu, kalau-kalau kau menghubungiku. Namanya
Kim Shin.” Eun Tak tersenyum sendiri lalu masuk kedalam kamar dengan
berpura-pura marah kalau Kim Shin yang membayar uang kuliahnya. Kim Shin
berpura-pura kalau sudah mereka merahasiakannya.
“Tapi
mereka bilang kau menyuruh mereka memberitahukan namamu.” Ucap Eun Tak, Kim
Shin mengaku pihak kampus yang terus menanyani namanya jadi tak punya pilihan.
“Mereka
selalu menanyai nama mahasiswanya tapi kau selalu memberitahukan mereka namamu.”
Ucap Eun Tak
“Aku
penasaran apa kau bakal suka hadiah ini untuk hadiah masuk kuliah.” Ucap Kim
Shin memberikan sebuah tas yang sudah di isi parfum
Eun Tak
langsung tersenyum bahagia menerimanya,
Kim Shin bisa mengetahuianya lalu mengucapakan selamat. Eun Tak memeluk
tas yang sangat dirindukanya dan memeriksa isi tasnya. Kim Shin emmberitahu
aung 5 juta won-nya sudah tak ada karena
sudah ia pakai bayar uang kuliah. Eun Tak tak percaya mendengarnya
Kim Shin
malah berpikir Eun Tak itu tersentuh menegaskan hanya meminjamkannya padanya. Eun Tak heran karena
awalnya memberikannya tapi sekarang malah meminjamkanya dengan mengeluh kalau
seseorang berubah secepat itu. Kim Shin menegakan kalau hanya Eun Tak sebagai
manusia dirumah ini.
“Cicilannya
5200 won per bulan selama 80 tahun. Jangan pernah lupa bayar satu bulan pun”
kata Kim Shin, Eun Tak tak pecaya selama 80 tahun.
“Ya. Kau
tidak boleh mencicil lebih cepat dari jangka waktu itu.” Ucap Kim Shin, Eun Tak
malah binggung mendengarnya, tapi akhirnya berpikir kalau memang itu sudah
keinginan Kim Shin maka akan mematuhinya dan mengajaknya untuk kencan dengan
tas yang dimilikinya.
Eun Tak
pergi ke kedai es krim dengan mengumpat Kim Shin itu bodoh karena malah membawa
hasil ujianya saat pergi ke tempat ski, apabila membawa tas itu saja maka pasti
langsung ikut pulang bersamanya. Kim Shin tak percaya padahal sudah memiliki
rencana seperti itu.
“Apa Malaikat
Pencabut Nyawa Ahjussi yang melarangmu?” kata Eun Tak, Kim Shin membenarkanya.
“Sudah
kuduga. Kau harusnya berterima kasih padanya. Dia sudah menyelamatkan hidupmu.
Kalau tidak, aku pasti sudah menarik pedangmu itu.” Ucap Eun Tak mengambil es
milik Kim Shin
Kim Shin
melarang Eun Tak mengambil es krim miliknya, Eun Tak mengatakan es krimnya
sudah habis dan ingi meminta satu sendok saja, tapi terus menerus mengambil
milik kekasihnya. Kim Shin hanya bisa tersenyum melihatnya.
“Apa ada
rasa cinta disini?” tanya Eun Tak mengoda dengan memperlihatkan tasnya. Kim
Shin menyuruh mencari saja karena sudah mencoba
memasukkannya.
Sek Kim
memberikan daftar hadiah yang disukai
olehwanita muda seperti dimintanya. Ketua Yun binggung apa maksudnya
"BTS". Sek Kim langsung menarikan lagu BTS. Ketua Yun pikir anggota
Boy band itu memang mengguncang hati para wanita.
“Apa ini
" EXO"? Apa ini merek alkohol?” kata Ketua Yun tak mengerti. Sek Kim
pun menjelaskan kalau yang dimaksud adalah anggota boy band menarikan lagu
“Growl” milik EXO.
Ketua Yun
tertawa melihatnya measa Menjadi sekretaris pasti melelahkan, lalu memilih
pilihan nomor 3 sebagai hadiahnya yaitu kamera digital. Sek Kim ingin
menjelaskan, Ketua Yun memberitahu kalau sudah mengetahuinya.
Duk Hwa
sibuk dengan kamera melakukan sefie, Dengan pesan dari ketua Yu sebagai hadiah
untuk Eun Tak “Ji Eun Tak... Selamat Semoga, dengan kamera inikau bisa
mengenang momen-momenmu.Dari Yu Shin Woo.” Tiba-tiba Duk Hwa dikagetkan oleh
Eun Tak yang terlihat dilayar.
“Kapan dan
kenapa kaupulang lagi kesini?” tanya Duk Hwa, Eun tak heran melihat Duk Hwa
kaget berpikir kalau sedang berbuat kesalahan
“Aku
kaget karenawajah tampanku ini.” Kata Duk Hwa bangga memperlihatkan hasil foto
selfienya.
“Kenapa
kau punya kamera,bukannya kau tak punya uang?” tanya Eun Tak heran, Duk Hwa
mengatakan kalau itu miliknya, Eun Tak bingung kenapa itu bisa jadi miliknya.
“Ini
hadiah dari kakekku Dan fotoku adalahhadiah dariku.” Ucap Duk Hwa, Eun Tak
melihat kartu dari kakek merasa terharu membacanya lalu mengulurkan tanga
meminta agar memberikannya
Duk Hwa
mengaku kalau hadiah satu-satunya yang pernah diterimanya hanya sebuah bangunan
meminta agar bisa meminjamnya 10 menit saja, Eun Tak tetap memintanya, Duk Hwa
menurunkan jadi 5 menit, Eun Tak tetap menolaknya akhirnya mereka pun
kejar-kejaran didalam rumah.
Kim Shin
melihat keduanya kejar-kejaran merasa kalau ada anak-anak di rumah maka
susananya jauh lebih hidup, lalu bertanya apakah mendapat lagi kartu daftar
namanya. Wang Yeo pikir sudah mengatakan kalau mendapatkan lagi tapi tetap
penasaran dan bertanya apa yang akan dilakukan Kim Shin sekarang.
“Apa kau
ingat... Pria yang menerobos masuk ke ruangan tehmu itu?” kata Kim Shin, Wang
Yeo pikir tak mungkin melupakanya
“Keputusasaan
seorang manusiabisa membuka pintu apapun.Mungkin satu pintu yang terbuka
sedemikian rupa itu bisa jadi variabel dalam rencana dewa. Aku berencana untuk
memulai pencarian pintu Dengan putus asa. Pintu apa yang harus kubuka untuk
mengubah rencana dewa itu? Mungkin butuh 100 tahun, 10 bulan, aku tak tahu tapi
untuk saat ini aku sudah memutuskan untuk tinggal di sisinya. Dan kemudian...
Aku mungkin bisa membuka pintu itu.” Ungkap Kim Shin
“Kuharap
pintu yang akan kau buka itu bukan pintu kamarku.” Kata Wang Yeo
Kim Shin
bertanya-tanyab kenapa dewa terlibat
dalam pintu toilet dan itu begitu penting. Wang Yeo mengaku kalau sebelumnya
sudah tersentuh dengan perkataan Kim Shin tapi malah sekarang membuatnya kesal.
Duk Hwa memanggil dua pamanya untuk mengajak foto, Kim Shin mendorong Wang Yeo
agar menjauh karena ingin foto berdua dengan Eun Tak. Wang Yeo menolak tetap
ingin ikut difoto, akhirnya ketiganya foto bersama dengan senyuman bahagia.
Wang Yeo
mengatakan kalau memiliki pertanyaan dan akan pindah dari tempat duduknya kalau
Eun Tak menjawabnya. Eun Tak mengeluh apa lagi sekarang. Beberapa saat
kemudian, Wang Yeo terlihat kebingungan berjalan dengan Kim Sun dengan
mengingat saran dari Eun Tak “Menyetir mundur dengan sangat cepat, Memecahkan soal
matematika dengan pensil, Tersenyum saat berbicara. Jangan sampai dia dekat jalan
yang banyak mobil.”
Kim Sun
binggung melihat Wang Yeo malah berjalan didepanya, seperti menghalanginya.
Wang Yeo merasa berbahaya jadi meminta agar Kim Sun tak terlalu ke pinggir
jalan. Kim Sun heran melihat tingkah Wang Yeo yang aneh dan bisa mengetahui ada
yang ingin dikatakan.
“Aku tak
punya agama.” Kata Wang Yeo, Kim Sun binggung Wang Yeo mengejeknya sudah pandai
bicara.
Teringat
kembali saat terakhir kali Kim Sun bertanya apakah Wang Yeo memiliki
agama, dan merasa kalau selama ini tak
bisa dihubungi memikirkan hal itu. Wang Yeo mengaku tak sempat memberitahukanya
dengan senyuman lebar mengikuti tips dari Eun Tak, Kim Sun malah curiga melihat
Wang Yeo yang terus tersenyum berpikir kalau ada yang aneh dengan riasannya.
“Bukannya
menurutmu aku ini imut?” kata Wang Yeo percaya diri, Kim Sung mengatakan tidak.
“Lalu Kenapa
kau tidak menjumpaiku waktu hari Natal! Kau pasti imut kalau datang hari itu. Jadi
kau selama ini melakukan apa saja? Kau pasti tidak mungkin berada di gereja.”
Kata Kim Sun penasaran
“Natal
itu sedikit... ya kau tahulah. Karena Natal itu
hari lahirnya seseorang. Jadi serba salah aku menentangnya. Tapi, aku
sudah bilang aku tidak punya agama. Lalu Apa kau sungguh tidak menganggapku aku
ini imut?” ungkap Wang Yeo
Kim Sun
melihat tingkah Wang Yeo merasa merinding karena merasakan deja vu dan
mengingat kalau situasia ini pernah terjadi sebelumnya dan masih jelas dalam
ingatannya
Eun Tak
pikir Kim Shin tidak perlu berjalan bersamanya, Kim Shin mengejek kenapa baru
bilang padahal sudah sampai didepan restoran tempatnya berkerja. Eun Tak
melihat ada si Malaikat Pencabut Nyawa dan memberitahu kalau Sebagian besar
untung restora berasal dari dompetnya orang itu bukan orang seperti Kim Shin
“Memang
berapa harga ayam gorengnya? Aku bisa membeli seluruh ayam di restoran itu.”
Kata Kim Shin kesa
“Eh...
kau itu takut darah ayam. Aku baca semuanya tentang goblin.” Kata Eun Tak
“Aku
tidak takut, hanya jaga jarak saja dari darah itu.” Kata Kim Shin, Eun Tak
mengingat kalau itu alasanya mencarikan kerja untuknya pada restoran ayam agar
bisa jauh denganya. Kim Shin mengaku
kalau itu dulu
“Aku
sudah tahu sekarang, jadi kau bisa pergi sekarang. Aku akan tinggal di sini
selama 1.000 tahun ke depan..., jadi jangan datang cari aku. Dasar Pengecut.”
Komentar Eun Tak, Kim Shin tak terima dianggap pengecut.
“Tak
pernah ada orang yang bilang begitu padaku dan kau yang pertama. Dulu, semua
orang bersorak-sorak padaku.. berteriak "Manse!"” ucap Kim Shin
dianggap seperti raja. Eun Tak seperti tak peduli, Kim Shin memilih untuk masuk
ke dalam restoran.
Didalam
restoran
Kim Shin
dan Kim Sun saling menatap sinis seperti penuh rasa dendam, Eun Tak dan Wang
Yeo saling berpandanganya dengan wajah binggung dan keduanya seperti tak tahu
dengan keadaanya. Kim Sun berbisik pada
Eun Eun Tak dengan suara lantang “Apa dia pria yang selalu menyusahkanmu?” Eun Tak mengataka kalau keduanya bisa
mendengarnyakanya.
“ Dia
bicara “Apa Kau tidak kenal suaraku? Biasanya suaraku tidak mudah dilupakan. Itu,
panggilan telepon waktu darinya kan?” balas Kim Shin berbisik pada Wang Yeo, Wang Yeo menyuruh Kim
Shin diam karena bisa semua bisa medengarnya suara yang lantang.
“Kita
bertemu lagi rupanya. Aku tak menyangka kalian berdua berteman. Dia datang ke
restoran lama mencarimu waktu itu.” Ucap Kim Sun, Eun Tak bisa mengerti.
“Seberapa
banyak yang kau katakan padanya?” bisik Eun Tak, Kim Shin mengaku tak banyak.
Kim Sun membenarkan.
“Aku
belum menyelidiki pria ini saat itu.” Ucap Kim Sun bertanya umurnya dengan
lebih dulu meminta maaf. Kim Shin pikir tak perlu meminta maaf kalau memang
ingin bertanya.
“Kau
dengan liciknya menghindari pertanyaanku rupanya.” Ucap Kim Sun sinis
“Aku
memang langsung menolak menjawab pertanyaanmu.” Balas Kim Shin
Wang Yeo
kebinggungan karena keduanya mulai adu mulut, Kim Sun merasa ucapan Kim Shi
terlalu kasar. Kim Shin pikir itu karena
dirinya lebih tua dari penampilanya dan seorang pria yang cukup rumit. Eun Tak
pikir kalau mereka selesai bicara lebih baik pergi saja karena nanti banyak
pelanggan akan segera datang.
Kim Shin
menolak karena belum makan. Wang Yep pikir Kim Shin sudah selesai makan dan
menyuruhnya untuk segara pulang karena
temanya itu semuanya jadi canggung. Eun tak menyuruh keduanya pulang, keduanya
menolak tak ingin meninggalkan restoran.
Akhirnya
Eun Tak sibuk melayani pelanggan yang datang dan Wang Yeo berusaha untuk
memecahkan pelajaran matematika dengan kacamatanya. Kim Shin bingung apa yang
dilakkanya. Wang Yeo mengejek Kim Shin itu tak tahu menahu tentang masalah
wanita. Kim Shin merasa wang yeo tidak
tahu jawabannya. Wang Yeo menyuruh Kim Shin lebih baik minum bir saja.
“Permisi,
Kim Sun... Bisa tambah dua bir lagi?” kata Wang Yeo mengangkat dua tangan
dengan senyumanya. Kim Sun kaget mendengar namanya di panggil. Kim Shin pun
ikut kaget. Akhirnya Kim Sun mendekat meminta agar bisa bicara sebentar. Kim
Shin menatap keluar jendela.
Kim Sun
bertanya apa maksudnya tadi, memanggil nama Kim Sun bukan Sunny. Wang Yeo pikir
tak ada yang salah. Kim Sun merasa belum pernah memberitahukan namanya. Wang Yeo terdiam mengingat saat terakhir
kalau merasakan dadanya kesakitan berusaha menhilangkan ingatan Kim Sun.
“Darimana
kau tahu namaku? Kenapa kau bisa tahu?” tanya Kim Sun curiga.
“Aku tadi
memanggilmu Kim Sunny.” Kata Wang Yeo mencoba mengalihkan dengan ingin
mengambilkan mantel karena pasti diluar dingin.
Kim
Sun menarik tanganya karena belum
selesai bicara. Wang Yeo terdiam seperti merasakan sesuatu, dijari Kim Sun
mengunakan cincin yang diberikan Wang Yeo padanya. Wang Yeo melihat tangan Kim
Sun yang menyentuh tanganya.
Seperti
ingatan Wang Yeo sedikit terbuka melihat seorang wanita yang tak bernyawa
dengan cincin yang sama dengan tertusuk dibagian dada, Ketika membuka gambar
milik Kim Shin air matanya langsung mengalir. Lalu Raja yang marah pada Ratu
dengan menemukan sebuah cincin yang membuatnya seperti terbakar cemburu.
“Ada yang
tidak beres.Sepertinya... ini bermula darimu.” Gumam Wang Yeo melihat gambar
milik Kim Shin
Ratu
melihat dari jendela tandunya, seperti kaget melihat seseorang yang datang. Kim
Shin melihat dari kejauhan tangan Wang Yeo yang tersentuh oleh tangan Kim Sun.
Gambaran ratu sedang berlatih berjalan kembali terlihat dan raja pun mengintip
melihatnya dengan senyuman bahagia. Wang Yeo seperti melihat sosok ratu di
depanya. Kim Sun bertanya apa apa.
“Sebenarnya...
kenapa” kata Wang Yeo terlihat binggung, Kim Shin terus melihatnya seperti bisa
menduga sesuatu. Jari Kim Sun masih memegang erat tangan Wang Yeo tanpa
terlepas.
bersambung ke Episode 10
Tidak ada komentar:
Posting Komentar