Joon Jae
bertanya pada Sim Chung Berapa lama akan memikirkannya. Sim Chung akan menaiki
tangga menjawab Sepanjang malam. Joon Jae mengaku tak tahu apa yang akan
dipikirkan Sim Chung tapi tapi apa pun
itu meminta agar tak melakukannya.
“Apa
artinya ini? Apa maksudnya jangan memikirkan tentang dia? Apa dia marah padaku?
Kenapa?” gumam Sim Chung panik, Joon Jae
pun bisa mendengar suara hati Sim Chung
“Sekarang
lebih baik kau tenanglah. Mulai sekarang jangan memikirkan apapun. Dan... jangan
melakukan apapun.” Kata Joon Jae lalu memberikan ciuman untuk membuktikanya.
Sim Chung
berbaring ditempat tidurnya, terlihat gelisah karena bahagia lalu memanggil
Joon Jae yang sudah tertidur lelap. Joon Jae kembali bermimpi melihat perahu
dan wajah Tuan Yang yang mirip dengan Dae Young, dengan banyak lentera
dilepaskan dilangit.
“Pasti
ada alasan kenapa kepala desa melepaskan lentera ke langit di atas laut. Ketika
lanteranya dilepaskan di atas laut, Putri duyung pasti akan muncul ke permukaan
laut.”
Joon Jae
mengingau memanggil nama Sea Hwa, dengan wajah mirip dengan Sim Chung, Ketika
membuka mata Sim Chung sudah ada didepanya. Sim Chung menenangkan Joon Jae yang
terlihat panik kalau tadi bermimpi. Joon Jae langsung memeluk Sim Chung.
“Apa
mimpimu menakutkan?” tanya Sim Chung, Joon Jae mengaku sangat menakutkan.Sim
Chung pun ingin tahu ceritanya.
“Aku
tahu. Awalnya aku tak punya apapun yang harus
aku takutkan jika kehilangan. Tapi sekarang, itu menakutkan. Sekarang
akuakan kehilangan sesuatu...” kata Joon Jae, Sim Chung bertanya siapa
orangnya. Joon Jae binggung
menjawabnya., Sim Chung mendengar yang dimaksud adalah Sea Hwa. Joon Jae kaget
mendengarnya.
“Aku
mendengar semuanya. Kau berkata, "Tidak, Se Hwa." Siapa Se Hwa? Apa
dia juga ikan yang menggodamu?”nad kata Sim Chung dengan nada cemburu, Joon Jae
mengatakan bukan seperti itu maksudnya.
“Apa dia
seorang wanita?” tanya Sim Chung, Jon Jae membenarkan dengan menatap Sim
Chung. Sim Chung mengangguk mengerti
lalu bertanya apakah wanita itu cantik. Joon Jae sengaja mengoda haruskan
menjawabnya jujur.
“Kau
harus jujur padaku. Kita sudah janji untuk tidak berbohong satu sama lain.”
Kata Sim Chung, Joon Jae mengatakan kalau wanita itu sangat cantik.
Sim Chung
cemberut, lalu bertanya kalau pendapat tentang dirinya. Joon Jae menjawab Sim
Chung itu cantik. Sim Chung kesal karena
Joon Jae harus memutuskan malah mengataka kalau mereka berdua sangat cantik,
dan menganggap mereka itu seperti gurita. Joon Jae tak percaya Sim Chung bisa
bicara dengan gurita juga.
“Cepat
dan jawablah. Aku berbicara menggunakan huruf Gungsuh.” Kata Sim Chung, Joon
Jae binggung apa yang dimaksud huruf "Gungsuh"
“Ini
adalah huruf Gungsuh. Yang artinya aku serius. Apa kau tak tahu kata ini, Heo
Joon Jae? Ini ada di internet. Pokoknya, cepat dan jawablah karena aku
berbicara dengan huruf Gungsuh.” Kata Sim Chung tak ingin berlama-lama lagi.
“Yah,
tentu saja... Dia adalah kau.” Kata Joon Jae, Sim Chung kembali bergumam
berpikir kalau Joon Jae mengatakan hal i hanya untuk membodohinya.
“Bagaimana
perasaannya pada Se Hwa? Apa dia nyata? Apa dia tidak menipuku? Apa aku benar- benar
lebih cantik daripada Se Hwa? Di mana dia tinggal? Apa pekerjaannya?” gumam Sim
Chung
Joon Jae
sengaja melihat dengan menatapnya lebih dekat dan memberitahu kalau Sea Hwa itu
Sim Chung. Sim Chung pun memujinya “anjing yang manis.” Dan menjelaskan bukan
berarti menyukai anjing. Tapi itu sangat menyukai hal ini karena Semua orang di
internet menggunakan istilah itu dan menyuruh Joon Jae untuk menghafalnya.
Joon Jae
melihat Sim Chung yang berdiri dari tempat tidurnya, bertanya mau kemana. Sim
Chung mengatakan harus naik kekamarnya. Joon Jae menariknya melarang Sim Chung
kembali ke kamarnya. Sim Chung merasa Joon Jae sedang mabuk, karena itu
perkataannya kalau sedang bicara. Joon Jae menyuruh Sim Chung untuk
menganggapnya sedang mabuk dan meminta agar tak pergi dengan menariknya ke atas
tempat tidur.
Sim Chung
berbisik kalau ia tak akan pergi karena Joon Jae memeluknya dengan sangat erat,
Joon Jae memejamkan matanya. Sim Chung menatapnya ingin membahas tentang yang Sebelumnya,
itu... Joon Jae membuka matanya bertanya apa yang ingin dikatakanya. Sim Chung
terlihat gugup dan Joon Jae memberikan kecupan di bibir Sim Chung.
“Apakah
ini yang kau maksud?” kata Joon Jae, Sim Chung tersenyum membenarkan.
“
Mengenai Soal ini, bolehkah aku tak melupakan yang satu ini?” kata Sim Chung
“Tentu saja
kau tak boleh melupakannya. Apa Yang akan terjadi jika kau melupakannya?” kata
Joon Jae, Sim Chung pun setuju kalau tidak akan melupakanya.
“Ayo kita
tidur. Aku harus tidur denganmu seperti ini agar tak bermimpi buruk lagi.” Kata
Joon Jae makin memeluk erat Sim Chung
“Heo Joon
Jae, ku harap kau akan bermimpi buruk setiap hari. Mimpi buruk... Aku sangat
menyukainya.” Gumam Sim Chung, Joon Jae tersenyum bisa mendengar suara hati Sim
Chung.
Sim Chung
masih membuka matanya dan melihat Joon Jae yang sudah tertidur lelap, lalu
berusaha untuk melepaskan pelukan Joon Jae dan berlari ke balkon. Suara hatinya
menjerit bahagia “Heo Joon Jae menyukaiku.” Terus menerus sampai semua lampu di
kota Seoul bahkan sampai ke Menara Namsan.
“Bagaimana
bisa berdebar-debar begini?! Ini sangat panas. Kenapa aku merasa begitu panas?
Ahh... Kekuatanku, aku tidak bisa mengendalikannya!” ungkap Sim Chung yang
berusaha melepaskan seluruh bajunya karena terasa panas.
Nyonya Mo
terdiam dikamar dengan meminum soju, Jin Joo datang memamnggilnya agar bisa
mengambilkan air madu, matanya langsung terbuka kaget karena melihat
pembantunya itu minum soju dalam kamar.
“Aku
merasa ingin muntah jika melihat alkohol. Soju dan bahkan kimchi di saat yang
bersamaan.” Ungkap Jin Joo, Nyonya Mo pun memberikan secangkir air madu untuk
majikanya.,
“Ahjumma,
kenapa kau minum? Apa sesuatu terjadi?” kata Jin Joo, Nyonya Mo terdiam
menatapnya, Jin Joo dibuat binggung. Nyonya Mo mengaku kalau ia bersyukur
karena Sudah lama sekali tak ada yang bertanya jika punya masalah. Jin Joo pun
penasaran apa yang terjadi pada pembantunya itu.
“Aku
bertemu mantan suamiku hari ini.” Cerita Nyonya Mo, Jin Joo kaget bertanya
apakah bertemu Secara kebetulan
“Meskipun
begitu, kami saling menatap, tapi dia pura-pura tidak melihatku.” Ungkap Nyonya
Mo sedih, Jin Joo pikir kalau mungkin mantan suaminya itu terkejut.
“Aku bisa
mengerti jika diaterkejut atau bingung, Tapi dia benar-benar seperti melihat
orang asing. Ada hal yang tak bisa di sembuhkan seiring berjalannya waktu.
Sudah selama ini, tapi masih saja perasaan ku terasa sakit.” Ungkap Nyonya Mo
menatap kosong.
Jin Joo
mengambil dua gelas dan juga Wine, Nyonya Mo binggung karena sebelumnya berkata
merasa ingin muntah jika melihat alkohol. Jin Joo pikir tak mungkin kalau tak
minum setelah mendengar cerita itu,
dengan mengajaknya minum wine dibanding Soju.
“Aku juga
sangat marah hari ini. Wanita yang selalu ku bawakan makanan... Ah... Tidak...
setelah minum... Aku mengamuk di depan wanita itu. Karena kelakuanku itu, maka
kau tak bisa membayangkan betapa dinginnya dia dan mengangkat bahuku. Aku
bahkan berlutut di depannya dan dia pura-pura tidak melihatku.” Cerita Jin Joo,
Nyonya Mo tak percaya majikanya itu bahkan sampai berlutut.
“Ya. Aku
melakukannya. Tapi jujur, aku tak mengatakan sesuatu yang salah. Wanita itu, mencuri
suami sahabat SMAnya agar bisa mengambil posisi sahabatnya. Dia benar-benar
berhati busuk, kan? Istri pertama suaminya tidak menerima harta sama sekali, dan
dia pergi seolah-olah diusir, Bahkan Tak ada kabar tentangnya. Dia menghilang.”
Cerita Jin Joo
Nyonya Mo
heran bertanya-tanya Kisah rumah tangga seperti apa itu, Jin Joo pikir Nyonya
Mo mungkin tak kenal orang ini dan memberitahu seseorang bernama Heo Il Joong.
Nyonya Mo melotot kaget mendengar nama mantan suaminya disebut.
“Dia
adalah pemimpin perusahaan real estate. Setidaknyadia punya mungkin 3 atau 4
bangunan besar di Gangnam Itu benar-benar lelucon. Tapi kau tahu apa yang lebih
lucu tentang keluarga itu, mereka sedang membangun sebuah kota baru. Tapi
kemudian, apa mereka tak membiarkan kami terlibat dengan proyek itu?Kami menawarkan
begitu banyak makanan..” Cerita Jin Joo benar-benar kesal
Nyonya
Moo bertanya apakah yang diceritakan sebelumnya tentang keluarga itu. Jin Joo
membenarkan. Nyonya Mo tak percaya kalau masakannya itu dibawa untuk keluarga
mantan suaminya. Jin Joo berkata tak akan tinggal diam karena akan menyebarkan rumor itu ke seluruh
Gangnam. Nyonya Mo berkomentar kalau Dunia ini begitu kecil.
Seo Hee
bertemu dengan Pengacara Kim memastikan kalausudah merubah isinya sesuai dengan
apa yang dikatakan, Sehingga semuanya akan diwariskan pada Chi Hyun dan
dirinya. Pengacara Kim membenarkan, tapi wajahnya terlihat khawatir
“Kita
perlu memastikan jumlah minimal warisan atas nama Heo Joon Jae, bisa saja CEO
sadar kita sudah mengubah isi warisannya.” Kata pengacara
“Ah Benarkah
begitu? Kau hanya perlu melalukan apa yang ku perintahkan. Dan tentang
Perwakilan Lee dan Direktur Eksekutif Jeong, Apa Mereka akan menjadi saksi yang
benar danSemuanya sudah disepakati dengan benar?” tanya Seo Hee,
“Ya, itu
sudah dilakukan. Tapi semuanya akan baik-baik saja?” kata Pengacara Kim
terlihat ragu.
Seo Hee
menyakikan kalau mereka semua itu akan
melakukannya secara gratis dan hal itu juga berlaku pada pengacaranya. Kaena Jika
hal ini berjalan dengan baik, maka pengacara itu mungkin bisa mendirikan firma
hukum.
Pengacara
Kim memberikan lembaran surat diatas meja dengan saksi didepanya. Tuan Heo
seperti tak bisa melihat dengan jelas dan hanya bayangan saja. Pengacara Kim
memberitahua mengaturnya seperti yang sudah diperintahkan.
“Surat
Perjanjian Wasiat dan Warisan tertanggal 28 Desember 2016,” Pengacara Kim pun
memperlihatan surat Wasiat dan warisan atas nama Heo Il Joong dan bertanya
apaaka dua orang saksi siap menyaksikanya. Keduanya pun siap menjadi
saksi.Pengacara Kim meminta agar Tuan Heo memberikan stempelnya.
Tuan Heo
mengaku kalau tak bisa melihat dengan baik, Pengacara Kim dengan sengaja
mengarahkan tanganya pada tempat biasa memberiakn stempel. Chi Hyun akan masuk
ke dalam ruangan menatap sinis seperti tak percaya kalau ibunya bisa melakukan
hal seperti itu.
Nam Doo
melihat ruangan tengah yang banyak berubah, Sim Chung baru selesai mendorong
kursi mengaku tidak bisa tidur jadi sedikit mengubahnya. Nam Do heran Sim Chung
yang melakukanya sendiri padahal sangat berat. Sim Chung mengaku tak berat sama
sekali.
Joon Jae
baru saja selesai mandi dan mendengar suara hati Sim Chung “Heo Joon Jae
menyukaiku. Heo Joon Jae menyukaiku.”lalu tersenyum bahagia, ketika memilih
baju masih terdengar suara yang sama.
“Betapa
leganya karena hanya aku yang bisa mendengarnya... Ahh... Sudah cukup sekarang.”
Ungkap Joon Jae tak bisa lagi menahan senyuman bahagia memilih bajunya.
Sim Chung
menyapa Joon Jae yang baru keluar kamar,
lalu bertanya jika sewa rumah berakhir kemana akan kita pindah, Joon Jae
mengaku belum tahu dan masih memikirkannya. Sim Chung mengaku merasa begitu
sehat jadi berpikir lebih baik memindah-mindahkan perabotan lebih awal.Joon Jae
binggung karena Sim Chung memindahkan semua barang.
“Siapa yang
sudah mengganti baterainya? Ajak dia keluar. Ini sangat membingungkan.” Ungkap
Nam Do yang kembali berbaring di sofa.
“Kenapa
mengajaknya keluar? Di sini bagus. Kau mau sarapan apa?” tanya Joon Jae, Nam Do
menyembut nasi dan Sim Chung menjawab pasta,
Nam Do
mengeluh pagi-pagi harusnya makan nasi, Joon Jae melihat mereka tak punya
pasta, Sim Chung dengan bersemangat akan pergi dan membelinya. Joon Jae pun
memperbolehkanya pergi dan siap untuk membuat saus pastanya.
Sim Chung
melihat Nenek yang sedang menarik gerobak kardus, mencoba menolonganya dengan
semua kekuatan yang dimilikinya bisa menarik dengan jalan menanjak sangat
cepat. Seorang wanita hamil, terlihat kesusahan membuang sampah, Sim Chung
dengan satu tangan bisa memindahkanya.
Sebuah
mobil terpakir di pinggir jalan, mobil ambulance tak bisa melewatinya dan
meminta agar memanggil bantuanya. Ketika polisi datang dibuat binggung karena
mobil itu sudah tak ada. Sim Chung berdiri setelah semua pergi dengan
kekuatanya bisa memindahkan mobil.
Nam Doo
mengeluh Sim Chung yang belum datang berpikir sedang membuat pasta bukan
membelinya lalu menyuruh Tae Oh menelpnya.
Joon Jae kembali mendengar suara hati Sim Chung yang masih mengata “Heo
Joon Jae menyukaiku.” Lalu memberitahu kalau sudah datang. Nam Do binggung.
Sim Chung
masuk rumah dengan membawa sebungkus pasta,
Nam Doo berpikir mereka berkomunikasi melalui telepati sekarang. Joon
Jae hanya bisa tersenyum.
Mereka
berempat pun sarapan bersama, Nam Do mengatakan Lebih baik menutup kasus Ahn Jin Joo karena kerugiannya
yang terlalu besar dan punya pekerjaan baru yang sudah diselidiki. Sim Chung
langsung melirik sinis karena pasti tentang penipuan lagi.
“Tidak,
kali ini bukan hal yang buruk tapi Dia adalah orang yang lebih busuk lagi.
Bahkan Dia adalah seseorang yang mengumpulkan uang dari penipuan suara.” Ungkap
Nam Doo, Joon Jae mengatakan kalau tak akan melakukannya.
“Apa Kau
tak mau melakukanya?”kata Nam Doo kaget, Joon Jae membenarkan lalu memberikan
senyumanya.
“Seperti
yang ku harapkan, Heo Joon Jae benar-benar menyukaiku.” Gumam Sim Chung, Joon
Jae terlihat makin senang mendengarnya.
Nam Doo terdiam karena Joon Jae bisa berubah karena Sim Chung.
Joon Jae
datang menemui Nam Do di depan kolam renang, Nam Do dengan wajah serius menyuruh
Joon Jae agar duduk, lalu berpikir temanya itu Apa menderita karena berbicara seperti ini. Joon
Jae heran kenapa Nam Doo berkata seperti itu.
“Tae Oh
menemukan taksi Ma Dae Young sehingga kita akan bertemu dengan Detektif Hong.”
Kata Joon Jae.
“Baguslah.
Si penipu itu mengungkapkan tempat tinggalnya pada detektif. Apa kau membuat
janji untuk bertemu? Apa kalian sudah berteman baik? Kemudian, kau dan dia mungkin
akan bersahabat.” Sindir Nam Do, Joon Jae tak mengerti apa maksud perkataanya.
“Benar. Kau...
aku tahu kau menyukai Cheong. Tapi sudah berapa lama kau bertemu dengannya?Belum
lama, kan? Baru sekitar 3 bulan. Sementara Kau dan aku sudah bersama 10 tahun.
Lalu 3 bulan bersama Chung begitu penting tapi 10 tahun bersamaku pasti terasa
seperti sampah.” Kata Nam Do geram
“Aku
sudah berjanji padanya dan ingin menepati janji itu.” Tegas Joon Jae
“Apa kau
tidak berjanji padaku? Kau bilang kitaakan bekerja sama sampai kau menemukan
ibumu.Hanya karena janji itu, aku merawat bocah tukangkabur dengan darah di
kepalanya bahkan belum kering, Memberi dia makan, membelikan dia baju, memberi dia
rumah dan menyekolahkannya!” kata Nam Doo.
Joon Jae
mengingatkan kalau Nam Do itu tinggal dirumahnya sekarang, Nam Doo makin penasaran
kenapa Joon Jae tak mengatakannya, menurutnya jika Joon Jae melarangnya pergi
di cuaca yang bagus maka akan tetap
pergi, bahkan ketika pemanas dikamarnya rusak Joon Jae tidak memperbaikinya.
“Sekarang,
aku lelah dengan ketidakpedulianmu terhadapku.” Ungkap Nam Doo, Joon Jae
memilih untuk pergi saja, Nam Do menariknya agar Joon jae kembali duduk.
“Hey. Ada
pepatah lama, "Bin-cheon-ji-gyo-bool-ga-mang.
Jo-geng-ji-cheo-bool-ha-dang." Kau tak bisa melupakan teman-temanmu
saat kau susah. Kau tak boleh mencampakkan istri pertamamu yaitu yang susah
bersamamu”kata Nam Do, Joon Jae
menyindir kalau Nam Do bukan istri pertamanya.
“Tidak!
Akulah temanmu saat kau benar-benar susah. Sekarang aku mau bertanya sesuatu.
Jika Chung dan aku jatuh ke dalam air, siapa yang akan kau selamatkan duluan?”
kaa Nam Do, Joon Jae tersenyum menjawab kalau sudah pasti Nam Doo, Nam Do tak
percaya mendengarnya.
“Jika aku
membiarkan itu, maka aku rasa Chung akan menyelamatkanmu. Aku tak suka itu.”
Kata Joon Jae, Nam Doo tak peduli penjelasanya dan ingin bertanya tentang Tae
Oh
“Kau
mengajaknya padahal dia hidup dengan nyaman di Jepang. Kau terpikat padanya
karena dia punya kemampuan internet yang lebih hebat dari yang ada di Korea! Apa
yang akan kau lakukan pada Tae Oh yang mengikuti kita ke sini karena
kata-katamu yang tak bertanggung jawab itu?!”ucap Nam Doo
Joon Jae
melihat ponselnya yang berdiri, Detektif Hong menelp dan Joon Jae pun akan
pergi sekarang. Nam Do dibuat binggung karena Joon Jae meninggalkan begitu
saja.
[Reka
Ulang Adegan Kriminal]
Beberapa
mobil polisi sudah terparkir di pinggir sungai,
Detektif Hong dengan anak buahnya, beserta Joon Jae unyuk melihatnya.
Detektif Hong mengetahui Joon Jae yang menemukannya padahal mereka tak bisa
menemukannya terekam di black box mobil Dan meminta agar menghubungi kantor
pusat.
“Bagaimana
kau bisa seperti itu ?” tanya Detektif Hong, Joon Jae menjawab kalau itu adalah
bakatnya.
“Ini
memang ulah hacker. Bagaimanapun itu, kami
akan tetap memanggil tim ahli kami.” Kata Detektif Hong menahan emosi,
Joon Jae pun tak peduli
“Saat
ini, kau memang hanya akan mengatakan itu. Apapun alasan Ma Dae Young menuju
kesini, kita masih belum tahu itu. Bahkan jika kita menonton rekaman yang ada
di black box, semuanya gelap dan dia mengenakan topi sehingga kita tidak bisa
mengkonfirmasi siapa itu.” Kata anak buah Detektif Hong
“Ya
benar. Kita memang belum bisa memastikan siapa yang ada di rekaman itu. Tapi
pasti ada sesuatu, mungkin DNA atau sidik jari.” Kata Joon Jae yakin
Anak Buah
Detektif Hong merasa dihina dan meminta izin agar bisa memukulnya, Detektif
Hong pun mengaku tak akan menghentikannya. Saat itu tim forensik
memberitahu tak bisa menemukan sidik
jarinya dan sudah memeriksa semuanya menurutnya mungkin sudah menghapusnya.
“Bagaimana
dengan tanda-tanda kerusakan mobil?” tanya Joon Jae
“Dibagian
depan ini menunjukan jejak, ada goresan
sebelum dia kabur.” Kata Petugas. Joon Jae pun bertanya bagian dalam mobil.
“Tak ada
kerusakan apapun di dalam mobil.” Kata Petugas, Joon Jae pun bertanya apakah
ada jejak darah di dalam mobil. Petugas mengatakan tak ada dan bertanya apakah
Joon Jae seorang jaksa.
“Jangan
perdulikan dia. Apa ada yang lain yang di temukan?” kata Detektif Hong, Petugas
pun memberikan sebuah boneka gurita yang sudah dibungkus plastik sebagai barang
bukti.
Detektif
Hong tahu kalau itu adalah boneka Gurita yang dijatuhkan Joon Jae sebelumnya,
Joon Jae menyuruh agar memeriksa tempat
sampah terdekat kalau Pasti ada yang di buangnya di sana. Detektif Hong memperingatkan
Joon Jae agar tak seenaknya memberikan perintah.
“Rumah
Sakit.” Kata Joon Jae mengingat kejadian sebelumnya, Detektif Hong binggung
rumah sakit apa yang dimaksud.
“Sejak
dia meninggalkan taksi itu, aku jadi bertanya-tanya. Dia melarikan diri dari
rumah sakit dengan tergesa- gesa jadi dia tak punya waktu yang cukup. Ada wadah
besar yang penuh dengan air di dalam ruang operasi.” Ucap Joon Jae mengingat
saat masuk ke dalam ruang operasi sendirian.
“Melihat
airnya yang hampir penuh, sepertinya airnya
di isi hari itu juga. Jika Ma Dae Young memindahkan wadah air itu, pasti ada
sidik jarinya di sana.” Kata Joon Jae. Detektif Hong pikir mungkin bisa
menemukanya, tapi menurutnya kenapa Ma Dae Young menampung air itu setelah itu
kabur. Joon Jae mengingat mimpinya dengan wajah Dae Young dengan pakaian
kerajaan.
Jin Joo
kaget karena Nyonya Moo ingin berhenti dan berpikir melakukan sesuatu yang
membuatnya kesal. Nyonya Mo mengatakan tidak seperti itu tapi hanya ingin
beristirahat. Jin Joon pun menolaknya karna
Tak mudah menemukanseseorang yang bekerja keras sepertinya.
“Dan pada
awalnya, ku pikir kau punya kepribadian yang aneh. Tapi aku bisa menerimanya
sekarang.” Kata Jin Joo
“Aku
minta maaf. Ini karena alasan pribadi.” Nyonya Moo
Si Ah
datang langsung menyinggung kalau Nyonya Mo yang memprotes soal gajinya. Nyonya
Mo mengatakan tidak seperti itu. Jin Joo menyuruh adik iparnya pergi saja. Si
Ha pikir kalau memang Nyonya Mo sudah memutuskan ingin pergi jadi kakaknya tak
perlu membujuknya.
“Ahjumma,
jika kau memang mau berhenti setidaknya tunggu sampai kami menemukan
penggantimu, Itu aturannya.” Kata Nyonya Mo
“Ya. Aku
akan bekerja sampai kau mendapatkan penggantiku. Maafkan aku.” Ucap Nyonya Mo
“Kalau
begitu kau masih bekerja, kan? Pergilah ke suatu tempat setelah aku menyelesaikan pekerjaanku.” Si Ah, Nyonya
Mo bertanya kemana, Si Ah mengatakan kan mengirimkan alamatnya jadi bibinya itu
tinggal datang saja.
Nyonya Mo
membawa barang belanjan dengan ponsel ditanganya mencari-cari alamat, tiba-tiba
sebuah sepeda motor lewat dan langsung menjambret tasnya. Sim Chung yang
melihatnya langsung berlari mengejarnya, Nyonya Mo melonggo binggung karena
seorang wanita yang berani mengejar pengendara motor.
Sim Chung
datang dengan senyumanya memberikan tas milik Nyonya Mo dan membantu
membereskan barang belanjaan yang jatuh. Nyonya Mo mengucapkan terimakasih atas
bantuanya, Sim Chung pikir tak perlu dan pamit pergi dengan senyumanya. Sementara
si penjambret, tanganya sudah diikat pada tiang dengan motor yang tergeletak.
Si Ah
duduk di dalam mobil menatap sinis pada Nyonya Mo kerena menunggu selama 10
menit. Nyonya Mo meminta maaf karena sebelumnya terkena jambret, Si Ah seolah
tak peduli dan berjalan lebih dulu menuruni tangga lalu menekan bel rumah.
Nyonya Mo
bertanya rumah siapa yang akan didatanginya, Si Ah mengaku rumah pacarnya dan
meralat kalau ini rumah pacanya, karena
sejak semua cocok dengan masakan Nyonya Mo jadi tak akan membiarkanya.
Si Ah dan
Nyonya Mo masuk ke dalam rumah Joon Jae, Nyonya Mo tiba-tiba melonggo kaget
melihat sosok orang didepanya. Sim Chung berdiri melihat Nyonya Mo yang datang
kerumah bersama Si Ah, Nyonya Mo berpkir kalau ini rumahnya.
“Ahh! Apa
kau ibu Cha Si Ah?” kata Sim Chung melihat keduanya datang bersama.
“Dia
bukan ibuku tapi Dia adalah ahjummoni yang bekerja di rumah kami. Tapi, kenapa
kalian saling mengenal?” ucap Si Ah heran
“Sudah
kubilang aku bertemu pencopet sebelumnya.
Dia yang menolongku dan mengembalikan tasku.” Cerita Nyonya Mo
“Apa kau
juga memukul pencopetnya?” tanya Si Ah kaget, Sim Chung membenarkan dengan
sengaja mendekat untuk menakutinya,
Ia
membantu Nyonya Mo membawa barang-barang belanjanya, Nyonya Mo merasa tak enak
hati dengan cepat mengikutinya sampai ke dapur, sementara Si Ah melirik sinis
sambil berjalan ke kamar Joon Jae.
Si Ah
terlihat bahagia karena sudah menduga kalau kamar Joon Jae memang bersih, lalu
melihat kebagian atap dengan sinis kalau itu kamar Sim Chung. Akhirnya ia menaruh sebuah berkas di samping tempat
tidur dengan menuliskan sebuah note.
“Joon
Jae, ini adalah file yang kau minta
mengenai Kim Dam Ryung. Saat aku melihat berkasnya, kau dan Kim Dam Ryeong benar-benar mirip.”
Sebelum
pergi Si Ah melihat foto diatas meja, Joon Jae yang masih kecil duduk
disampings seorang wanita dan berpikir kalau ibunya itu cantik. Si Ah pun akan
keluar dari kamar tapi langkahnya terhenti dan mengingat saat masuk kamar
Nyonya Mo melihat foto yang sama dan kembali memastikan. Ia menyakinkan kalau
ibunya mirip saja tapi bukan Nyonya Mo orangnya.
Joon Jae
naik mobil bersama dengan Detektif Hong membahas kalau mereka punya catatan
perawatan di RS. Kasih sebelum di tutup
dan bertanya Perawatan apa yang Ma Dae
Young dapatkan di sana. Detektif Hong
mengatakan Psikologi, karena menderita delusi paranoid dan juga bipolar.
“Dia di
rawat di sana sekali atau dua kali dan
juga menebus resep obat. Jika dia tak mengambil obatnya, maka dia tak bisa
mengontrol emosinya untuk melakukan kejahatan.” Jelas Detektif Hong
“Jadi dia
mungkin akan memerlukan obatnya untuk mengendalikan
dirinya sekarang. Jika tidak, bagaimana dia bisa hidup?” pikir Joon Jae,
Detektif Hong pikir mungkin saja.
“Mungkin
dokter yang menangani Ma Dae Young membantunya, lalu bagaimana dengan asisten
dokternya?” Joon Jae
“Mungkin.
Tapi dokter mana yang mau membantu
buronan?” pikir anak buah Detektif Hong,
Joon Jae
pikir mereka masih harus mencari informasi dari tim medis bagian psikiater.
Detektif Hong memutuskan akan memeriksanya dengan menahan amarahnya. Joon Jae
pun meminta agar diturunkan dipinggir jalan, mobil sudah akan menepi, Joon Jae
menunjuk ke bagian depan jalan lagi. Akhirnya Joon Jae pun turun dari mobil
untuk kembali ke rumah.
“Aku
kira mengawal pemimpin tim. Kenapa kita begitu patuh padanya?” keluh anak
buah Detektif Hong
“Ini
hanya tipuan. Heo Joon Jae hanya umpan
untuk menangkap Ma Dae Young. Kita hanya memanfaatkannya.” Komentar
Detektif Hong tapi anak buahnya tetap merasa kalau bukan seperti itu yang
terjadi.
Bersambung
ke part 2
Tidak ada komentar:
Posting Komentar