Sim Chung melihat Jin Soo dengan tatapan sinis dan juga
Elizabeth yang memiliki raut wajah yang sama dengan sang ibu, lalu mengajak
agar Yoon Na keluar menghadapinya. Jin Soo tiba-tiba terpana melihat saat Sim
Chung keluar dengan tiupan angin yang mengibaskan rambutnya.
“Rambut itu, berantakan sekali. Tapi
sangat elegan sekali. Dimana itu? Dimana dia menata rambutnya seperti itu?” Gumam Jin Soo benar-benar terpana melihatnya, keduanya
pun bertemu di depan taman bermain
“Ibu! Aku bilang si Unni itu yang memarahiku.”kata Elizabeth menyadarkan ibunya yang melamun. Jin Soo
pun sadar kalau datang ingin membela anaknya.
“Apa kau orang yang memarahi
anakku?” ucap Jin Soo akhirnya melihat pakaian dari atas kebawah
yang dipakai oleh Sim Chung karena terlihat elegant.
“Kenapa bisa begitu? Pakaiannya itu tidak cocok sekali. Ibarat sup dan nasi yang disajikan terpisah, tapi... entah kenapa mereka cocok sekali setelah dipakai olehnya. Kenapa bisa begitu? Siapa yang menciptakan style itu? “ Gumam Jin Soo penasaran
“Itu karena dia mengganggunya.” Kata Sim Chung menantang, Jin Soo meremehkan Sim Chung
bertanya dia siapa apakah ia ibu atau guru sekolahnya lalu melihat ke arah kakinya.
“Sejak kapan Chanel dan Dior berkolaborasi? Kenapa aku tak pernah berpikiran seperti
itu?” gumam Jin Soo benar-benar terpana melihat gaya busana
yang berbeda.
Elizabeth kembali menyadarkan ibunya, Sim Chung mengaku
sebagai teman dari Yoon Na, dan mulai sekarang tidak
akan membiarkan
anaknya itu mengganggunya lagi, lalu melirik sinis dengan mengingatkan pada Elizabeth
kalau sudah berjanji. Elizabeth terlihat ketakutan. Sim Chung pun mengajak Yoon
Na pergi dengan membawakan tasnya.
“Tunggu... Aku... penasaran dan ingin bertanya satu hal. Kau langganan dokter kulit mana? Kau janga bing "Aku tidak
langganan," "Aku memang lahir dengan kulit seperti ini,"
"Aku bahkan jarang merawat kulitku" Jangan coba-coba kau jawab omong kosong itu.” Ucap Jin Soo, Sim Chung mengingat saat ada laut memakai
masker laut diwajah bersama dengan teman-temanya.
“Jawab aku, kau perawatan dimana?” tanya Jin Soo penasaran
“Bukan di Seoul Tapi sangat jauh dari sini.” Kata Sim Chung lalu bergegas pergi. Jin Soo sudah
menduganya,penasaran ingin tahu negara mana yang didatanginya
Sim Chung melihat Jin Soo dengan tatapan sinis dan juga
Elizabeth yang memiliki raut wajah yang sama dengan sang ibu, lalu mengajak
agar Yoon Na keluar menghadapinya. Jin Soo tiba-tiba terpana melihat saat Sim
Chung keluar dengan tiupan angin yang mengibaskan rambutnya.
“Rambut itu, berantakan sekali. Tapi
sangat elegan sekali. Dimana itu? Dimana dia menata rambutnya seperti itu?” Gumam Jin Soo benar-benar terpana melihatnya, keduanya
pun bertemu di depan taman bermain
“Ibu! Aku bilang si Unni itu yang memarahiku.”kata Elizabeth menyadarkan ibunya yang melamun. Jin Soo
pun sadar kalau datang ingin membela anaknya.
“Apa kau orang yang memarahi
anakku?” ucap Jin Soo akhirnya melihat pakaian dari atas kebawah
yang dipakai oleh Sim Chung karena terlihat elegant.
“Kenapa bisa begitu? Pakaiannya itu tidak cocok sekali. Ibarat sup dan nasi yang disajikan terpisah, tapi... entah kenapa mereka cocok sekali setelah dipakai olehnya. Kenapa bisa begitu? Siapa yang menciptakan style itu? “ Gumam Jin Soo penasaran
“Itu karena dia mengganggunya.” Kata Sim Chung menantang, Jin Soo meremehkan Sim Chung
bertanya dia siapa apakah ia ibu atau guru sekolahnya lalu melihat ke arah kakinya.
“Sejak kapan Chanel dan Dior berkolaborasi? Kenapa aku tak pernah berpikiran seperti
itu?” gumam Jin Soo benar-benar terpana melihat gaya busana
yang berbeda.
Elizabeth kembali menyadarkan ibunya, Sim Chung mengaku
sebagai teman dari Yoon Na, dan mulai sekarang tidak
akan membiarkan
anaknya itu mengganggunya lagi, lalu melirik sinis dengan mengingatkan pada Elizabeth
kalau sudah berjanji. Elizabeth terlihat ketakutan. Sim Chung pun mengajak Yoon
Na pergi dengan membawakan tasnya.
“Tunggu... Aku... penasaran dan ingin bertanya satu hal. Kau langganan dokter kulit mana? Kau janga bing "Aku tidak
langganan," "Aku memang lahir dengan kulit seperti ini,"
"Aku bahkan jarang merawat kulitku" Jangan coba-coba kau jawab omong kosong itu.” Ucap Jin Soo, Sim Chung mengingat saat ada laut memakai
masker laut diwajah bersama dengan teman-temanya.
“Jawab aku, kau perawatan dimana?” tanya Jin Soo penasaran
“Bukan di Seoul Tapi sangat jauh dari sini.” Kata Sim Chung lalu bergegas pergi. Jin Soo sudah
menduganya,penasaran ingin tahu negara mana yang didatanginya.
Ketiganya akhirnya kembali bersama, Joon Jae mengumpat
kesal dengan kejadian hari ini dan menyuruhnya
cari tahu yang lain, Nam
Do mengeluh Joon Jae selalu seperti itu lalu menyerahkan kunci mobil karena
ingin datang ke suatu tempat jadi
mereka pulang lebih dulu.
“Kau mau kemana?” tanya Joon Jae. Nam Do mengatakan Joon Jae tak perlu
tahu.
“Kau bahkan tidak punya tempat
tujuan...” ucap Joon Jae dan Nam Do pun memilih
pergi.
Saat itu Nyonya Mo baru pulang dari pasar melihat sosok
Joon Jae akan masuk mobil dan mengejarnya, tapi Joon Jae tak melihat kebelakang
langsung melajukan mobilnya. Nyonya Mo menangis sedih tak bisa bertemu dengan
anaknya.
Didalam mobil
Joon Jae bertanya pada Tae Hoo kenapa
kau mau bekerja
seperti ini? Ta Ho pikir Cuma hal
ini yang bisa dikuasainya. Joon Jae pikir Tae Hoo bisa menggunakan bakat itu di tempat lain dan merasa iri padanya. Tae Ho mendengar komentar Joon
Jae yang terkesan dingin.
“Lalu 'kau' sendiri kenapa?” kata Tae Ho, Joon Jae membenarkan kalau harusnya
memanggil Hyung.
“Hyung, apa yang telah terjadi
padamu sampai
memulai pekerjaan ini?” kata Tae Ho penasaran
“Jadi, orang perlu bertemu orang yang tepat.” Kata Joon Jae.
Tahun 2006
Joon Jae melihat salah seorang sedang makan mie ramen,
seperti air liurnya tak tahan, tapi ia menguatkan hati dengan menuliskan di
layar komputernya [Aku mencari ibuku. Kami berpisah semenjak aku umur 10 tahun.
Namanya Mo Yoo Ran. Tanggal lahirnya...]
Akhirnya Joon Jae makan burger dengan nikmat dan
seseorang memberikanya minuman, Nam Do dengan pakaian jas yang rapih mengatakan
bisa melakukan setelah interior kantor sudah selesai. Joon Jae bertanya untuk menyakinkan apakah bisa menemukan ibunya.
“Kampung halaman ibumu di
Cheongbuk... Jaecheon,
kan? Dia putri dari juragan tanah yang sangat kaya rupanya. Tapi
setelah orangtuanya meninggal,
dia tak sengaja
menandatangani kontrak
dengan rentenir. Dia
kehilangan harta kekayaannya. Setelah
itu... tidak ada
kerabatnya yang
menghubunginya.” Cerita Nam Do menyakinkan.
“Benar, tapi kau tahu itu darimana?” ucap Joon Jae kaget
“Kau tanya Aku tahu darimana? Ini memang
pekerjaanku.” Ucap Nam Doo, Joon Jae memastikankan
kalau Nam Do akan menemukan ibunya.
“Tapi..., pada kenyataannya bahwa dia tidak memberitakan ada dimana dan dia tidak punya tempat tinggal yang tetap, dan sepertinya dia tidak menikah lagi. Sangat sulit menemukan ibumu menggunakan cara yang biasa. Nantinya,
kau pasti harus bayar seorang
ahli tapi biayanya...” ucap Nam Doo terhenti
Joon Jae membuka tasnya dan mengeluarkan sebuah amplop
tebal, dan bertanya apakah uang itu
cukup. Nam Do tersenyum menerima uangnya.
“Tentu saja orang itu membawa lari uangnya.”
Joon Jae menunggu dan terus menunggu ditempat pertama
kali bertemu, saat itu Nam Doo keluar dengarn seorang wanita memastikan kalau
akan menemukanya. Joon Jae langsung keluar dari persembunyianya dan berteriak
pada si wanita kalau Nam Do penipu dan jangan memberikan uangnya, Nam Doo panik
menutup mulut Joon Jae.
Akhirnya Joon Jae makan udon diwarung tenda dan Nam Do
meminum segelas soju lalu bertanya Sudah berapa hari ada
ditempat itu. Joon Jae memberitahu 15 hari. Joon Jae langsung mengajak Nam Do agar
berkerja denganya karena suka orang-orang yang agresif.
“Jika kau keliaran seperti itu
mencari ibumu,
kakimu malah yang sakit. Kau harus punya uang buat mencari ibumu. Terus terang..., kalau kau menemukan ibumu tapi,
nanti apa yang akan kau lakukan karena kau tidak punya uang?” ucap Nam Do menyakinkan.
“Kapan uangmu cukup kalau merampas uang anak muda
sepertiku?Kau harusnya merampas uang dari orang kaya. Jika mau menipu seseorang, kau harus meluangkan waktu dan biaya. Jika kau mempertimbangkan efisiensi biaya...,bukankah lebih menguntungkan mencuri dari orang-orang kaya, dan memakai cara yang sama? Ada begitu banyak orang yang tidak mau melapor. “ ucap Joon Jae, Nam Do tersenyum bahagia mendengarnya
Joon Jae ingat kalau membantu Nam Do Hanya
sampai menemukan ibunya punya uang
yang cukup buat beli rumah. Tae Ho melihat Joon Jae
sudah memiliki uang banyak untuk membelikan rumah untuk ibunya. Joon Jae tahu
tapi ia sampai sekarang belum menemukan ibunya dan yakin kalau Nam Doo juga bekerja keras menemukan ibunya.
“Tapi dia tidak bisa menemukan di mana keberadaan ibuku. “ ucap Joon Jae
Nyonya Mo duduk sedih di trotoar karena tak bisa bertemu
dengan Joon Jae padahal jarak mereka sangat dekat, Nam Do seperti tak sadar
kalau yang sempat berpapasan dengannya ibu dari Joon Jae.
Nam Do sibuk menemui temanya sebagai dokter, merengek
agar bisa melihatnya yaitu Ini hasil x-ray pada orang yang
sama tapi Pihak RS bilang hasilnya tertukar
dengan pasien lain. Dokter hanya melihat sekilas
kalau itu foto dari orang yang sama. Nam Doo terkejut tak percaya.
“Kau hanya bias melihat tulang dan frakturnya. Coba Lihat ini. Lebar tibia (tulang kering) dan fibulanya (tulang betis) dan bentuk pelebarannya sama persis. Yang ini patah tulang dan yang
ini dalam
tahap penyembuhan.”jelas Dokter lalu melihat
sesuatu, Nam Doo bertanya dengan wajah panik
“Tulangnya saling melekat, tapi masih ada *edema (pembengkakan jaringan karena
kandungan cairan
bertambah) Biasanya,
pembengkakan harusnya menghilang dulu,
barulah tulangnya saling melekat,
tapi kasus orang ini, tulangnya
malah sudah melekat duluan.” Jelas Dokter
“Apa hal itu bisa terjadi? Berapa lama waktu yang diperlukan agar tulangnya tetap melekat, dan pembengkakannya sembuh?” tanya Nam Doo penasaran
“Ini pada dasarnya kasus per kasus, tapi walaupun
begitu agar
saling melekat seutuhnya, butuh
sekitar 12-16 minggu. Hei,
bahkan tekanan pada tulang, maksimum
3-4 minggu dengan pemasangan gips.” Jelas
Dokter
Nam Do bertanya bagaimana dengan seminggu apakah akan
berubah seperti ini. Dokter pikir tak masuk akal lalu menyuruh Nam Do segera pergi karena sangat sibuk.
Si Ah kaget mendengarnyar merasa sangat menakutkan dan
berpikir kalau Sim Chung itu memang zombie. Nam Do yakin bukan, Si Ah melihat Sim Chung yang hilang
ingatan saja atau agak
bodoh, tapi pasti ada
yang aneh. Nam Doo juga berpikir seperti itu
tapi tidak bias memahami apa itu. Ponsel Si Ah berdering.
“Hallo..
Apa Kau sudah tahu siapa pemilik
barang peninggalan itu? Jadi Siapa
pemiliknya?” ucap Si Ah penasaran dan menyebut
nama Kim Dam Ryung. Nam Do mendengar nama tersebut seperti tak asing karena
pernah melihat di gelang berwarna hijau.
“Oppa, aku harus masuk lagi ke
dalam. Sepertinya
kami sudah menemukan
pemilik peninggalan dari
kapal karam itu.” Kata Si Ah bergegas pergi.
“Tunggu.. Apa Nama pemiliknya Dam Ryung?” ucap Nam Do, Si Ah membenarkan.
“Dia dulunya pejabat kota di Heupgok
Hyun di Provinsi Gangwon. Kenapa?” kata Si
Ah, Nam Do tak membahasnya dan menyuruh Si Ah kembali berkerja saja.
“Awasi Joon Jae dan wanita itu. Pastikan mereka tidak
macam-macam, ya?” perintah Si Ah sebelum
kembali ke lab, Nam Doo pun mengingat nama Dam Ryung.
Sim Chung melihat air sungai Han dan tak tahan ingin
melompat saat itu tanganya ditarik oleh seseorang, bertanya kenapa harus
menariknya. Yoo Jung Hoon heran kenapa Sim Chung malah bertanya, karena tahu
kalau pasti akan terjun ke dalam sungai. Sim Chung berusaha menjelaskan bukan
itu maksudnya.
“Jangan coba-coba membodohiku. Kau saja melepas... sepatumu. Berdirilah, orang-orang seperti ini...” ucap Jung Hoon lalu keduanya terlihat terkejut seperti
saling mengenal. Sim Chung pun menutup mulutnya tak percaya.
Jung Hoon mengajak Sim Chung pergi ke kantornya dengan
memberikan segelas teh barley, Keduanya
saling menatap seperti mereka bisa berbicara dengan bahasa ikan. Jung Hoon
menahanya, karena sudah lama tinggal di Seoul jadi hampir
tidak ingat cara bicara disana menurutnya Bahasa
korea lebih nyaman. Sim Chung bisa mengetahuinya.
“Hei. Siapa sangka... aku akan bertemu dengan putri duyung di tengah-tengah
Seoul? Kukira
cuma aku satu-satunya putri
duyung di Seoul. Aku juga kaget.” Ungkap Sim
Chung, Jung Hoon bertanya apa yang akan dilakukan tadi.
“Aku lapar. Aku tidak punya uang dan sekarang waktunya makan, jadi aku mau ke sana buat makan.” Cerita Sim Chung
“Apa Kau tidak punya uang?” kata Jung Hoon tak percaya lalu mengeluh Sim Chung itu
masih seperti dulu. Sim Chim dibuat binggung
“Apa Kau sungguh tidak tahu ini? Ini air mata dan ini senilai dengan uang.” Kata Jung Hoon memperlihatkan kantung plastik yang
berisi mutiara, Sim Chung binggung kenapa bisa dikatakan uang.
“Kalau kau tidak tahu, ingat saja
itu. Air mata
ini senilai dengan uang. Dan
saat kau mulai menangis... maka lakukan
saja dan kumpulkan
semuanya. Ini
sangat membantumu.” Ucap Jung Hae
memperilhatkan cara menampung mutiara dengan menaruh plastik di wajahnya.
Sim Chung menyesal sudah menangis beberapa kali seharusnya sudah mengumpulkannya. Jung Hoon menjelaskan Semakin
besar air matanya, semakin mahal. Jadi,
daripada menangis air mata kecil lebih baik tahan
saja, dan menangislah air
mata sebesar mungkin dengan Tersedu-sedu. Sim Chung mengangguk mengerti
“Air mata yang kecil kisaran harganya 20-30rb won per butir Dan air mata besar 40-50rb won per butir. Yang paling mahal itu mutiara yang ada warna merah jambunya.” Jelas Jung Hoon
“Kau bilang Mutiara
warna merah muda? Apa itu
Yang keluar
kalau kita menangis bahagia?” kata Sim Chung, Jung
Hoon membenarkan.
“Tapi selama kau tinggal di sini, moment bahagia yang bisa membuatmu menangis
jarang terjadi.
Aku pernah menangis seperti itu hanya
sekali.” Kata Jung Hoon sedih
“Berarti aku harus banyak menangis dan memberikan
semua air mataku
pada Heo Joon Jae.”ucap Sim Chung tersenyum
bahagia.
Jung Hoon bingung siapa yang dimaksud Joon Jae, Saat itu
Joon Jae sedang membaca buku didalam kamarnya, Sim Chung memberitahu kalau Joon
Jae adalah orang yang baik, giat
bekerja. dibandingkan
pegawai negeri demi
kepentingan negara. Jadi sangat menyukainya
karena Joon Jae adalah orang
yang keren.
“Tunggu, Apa kau tidak datang ke sini untuk melihat cahaya? Dan Kau datang ke sini karena pria yang kau sukai?” ucap Jung Hoon tak percaya ternyata Sim Chin
benar-benar tak tahu apapun.
“Jadi Sudah berapa lama sejak kau tiba
di sini?” tanya Jung Hoon, Sim Chung mengatakan satu bulan.
“Orang yang kau sukai itu, sebelah pihak atau kedua belah
pihak? Maksudku, apa kau saja yang menyukainya atau kalian saling menyukai? ” kata Jung Hoon, Sim Chung pikir untuk sekarang hanya
ia yang
menyukainya.
“Kau ini benar-benar tidak tahu apa-apa! Kau
harusnya berpikir
dulu sebelum datang ke sini! Ah,
inilah sebabnya aku
tinggal di sini bicara dengan ikan yang ada
disungai. Aku
menyuruh mereka memberitahu putri
duyung. "Jangan pernah mengikuti
manusia kesini." Apa Kau tidak pernah dengar kata itu?” ucap Jung Hoon, Sim Chung mengatakan kalau ia tak
pernah mendenganya.
Jung Hoon mengumpat kesal, berpikir para ikan itu dipancing nelayan atau lupa
mengatakannya. Sim Chung ingin tahu kenapa ia tak
boleh tidak boleh mengikuti manusia ke daratan. Jung Hoon meminta agar Sim Chung
mendengarnya, kalau ia memiliki punya batas waktu.
“Saat putri duyung
meninggalkan lautan, jantungnya mulai mengeras. Meskipun kakimu tidak mengeras, tapi jantungmu punya
batas waktu. Hanya ada satu cara
agar kau bisa terus bernapas... dan menjaga jantungmu berdetak di daratan. Kau bisa bernapas bila orang yang kau cintai, mencintaimu
juga. Itulah satu-satunya cara agar jantungmu bisa terus berdetak.”
Sim Chung pergi meninggalkan lautan berhari-hari menuju
Seoul, lalu sampai di Seoul sendirian mencari Joon Jae. Sebelumnya Joon Jae
dengan memegang tanganya memohon agar Sim Chung bisa kembali sadar. Jung Hoon
pikir saat ini belum terlalu terlambat, jadi menyuruhnya agar kembali saja ke laut.
“Jadi kenapa kau datang ke sini tanpa berpikir panjang? Setelah kau meninggalkan laut seharusnya pasti ada motifnya kau kemari. Orang itu mengatakan sesuatu
padamu, kan?” kata Jung Hoon
“Dia memberitahuku agar datang ke
Seoul.” Ucap Sim Chung, Jung Hoon ingin tahu apakah pria itu
mengajak berkencan atau menikah.
“Dia mengajakku pergi ke restoran
special dan juga mengajakku melihat kembang
api.” Ucap Sim Chung
Jung Hoon tak percaya Sim Chung itu murahan sekali, bisa langsung
cinta begitu hanya karena
restoran spesial dan kembang api. Lalu
bertanya apakah mereka pernah
bermesraan selama
satu bulan. Sim Chung mengelengkan kepala. Jung
Hoon bisa tahu dengan melihat penampilanya, langsung
tahu Sim Chung itu takkan punya kemajuan menyarankan untuk membantunya, Sim Chung bertanya
bagaimana caranya.
“Semua pria itu... merupakan bagian dari wujud
kecemburuan. Jika kau
tidak tahu, ingat saja ini. Kecemburuan... adalah cara tercepat untuk mencintai. Sepertinya kita harus membuatmu menjadi cantik. Jadi Haruskah kita cari uang buat belanja?” kata Jung Hoon.
Keduanya menonton drama master Sun dengan adegan yang
membuat menangis, Jung Hoon menyuruh agar Sim Chung bisa menahan tangisanya,
keduanya sudah menyiapkan kantung untuk menampung semua mutiara yang jatuh.
Saat adegan benar-benar mengharukan, keduanya menangis sangat keras agar
mendapatkan mutiara yang besar.
Sim Chung dan Jung Hoon selesai berbelanja dan menuruni
tangga untuk masuk rumah. Joon Jae membuka pintu melihat Sim Chung dengan
pakaian yang terlihat mewah, lalu melihat seorang pria disampingnya dan
bertanya siapa. Jung Hoon memperkenalkan dirinya dan mengaku sudah
banyak dengar tentangnya meminta bantuanya. Joon
Jae binggung bantuan apa yang dimaksud.
“Sayangku... Katanya dia tinggal di rumah ini untuk sementara waktu dan rumah ini penuh dengan pria, jadi aku sedikit khawatir. Tapi karena aku sudah melihatmu..., aku jadi merasa tenang.” Ucap Jung Hoon sengaja membuat Joon Jae cemburu.
“Apa Kau tenang? Sepertinya aku tidak punya malu seperti yang
kau kira.” Ejek Joon Jae.
“Sayang, bagaimana kalau mengikat rambutmu besok? Lehermu bagus.” Kata Jung Hoon, Sim Chung sengaja memamerkan lehernya
yang jenjang,
Joon Jae seperti tak tahan melihatnya langsung menarik
Sim Chung masuk ke rumah, Sim Chung menyuruh Jung Hoon agar pergi lebih dulu,
Jung Hoon tak ingin karena ingin melihat Sim Chung masuk. Keduanya saling adu
mulut siapa yang harus masuk lebih dulu. Joon Jae kesal menyuruh Sim Chung
masuk karena Jung Hoon sudah menyuruhnya masuk lebih dulu.
Jung Hoon menahan pintu sebelum tertutup karena hanya ingin melihat wajahnya sekali lagi, dengan matanya merasa baru saja memotretnya dan . pasti akan melihatnya waktu saat merindkukanya malam ini. Sim Chung pun ikut
melakukanya, Joon Jae tak tahan langsung menutup pintu. Jung Hoon yang
melihatnya bisa tersenyum karena rencananya sukses.
Tuan Heo meliha keadaan Sek Nam yang tak sadarkan diri
dengan penyanggah leher dan juga alat bantu oksigen, Ia tahu kalau Sek Nam itu bukan
tipe pria yang mabuk
sambil menyetir. Istrinya juga
tidak mengerti karena Sejak
hari itu ketika putra
keduanya berkunjung
pulang dari masa wamilnya mereka memutuskan
untuk makan bersama.
“Tapi, kenapa? Kenapa dia mabuk
dan menyetir
sampai kesana? Sepertinya
kecelakaan ini disengaja.” Kata istri Sek Nam yakin
“Bagaimana bisa? Polisi menyatakan
kalau dia mengemudi
di bawah pengaruh alkohol. Keadaan
makin sulit kalau kau
berpikiran seperti itu.” Ucap Seo Hee sengaja
membuat agar tak curiga. Tuan Heo hanya diam saja.
Joon Jae tertidur dikagetkan dengan sosok yang mendekat
dan ingin memegangnya, secara refleks langsung menendang dan menyalakan lampu
kamarnya. Nam Do berteriak kesakitan dan memberitahu kalau ia yang datang. Joon
Jae bertanya apa yang dilakukan padanya. Nam Do meminta agar Joon Jae memberikan
ia bisa melihat
gelangnya Sekali saja. Joon Jae mengeluh Nam Doo
bersikap seperti ini lagi.
“Aku hanya ingin memastikan
sesuatu.” Kata Nam Do, Joon Jae ingin tahu memastikan apa
maksudnya. Nam Do tak memberitahu.
“Apa Kau tidak mau bicara sejujurnya?” ucap Joon Jae dengan nada kesal
“Begini, Si Ah saat ini meneliti artefak dari kapal karam. Artefak itu milik seseorang bernama Dam Ryung. Ini Menarik kan? Ada kemungkinan bahwa mereka adalah dua orang yang berbeda dengan nama yang sama. Namun, jika memang itu orang yang sama maka nilainya bisa lebih dari 6 M
won! Jadi Biarkan aku melihatnya!” kata Nam Do merengek
“ Hyung..., Apa kau tahu kenapa aku menyimpan gelang itu? Aku mau mengembalikannya pada Sim Chung waktu dia pergi nanti. Jika aku mengembalikan padanya sekarang..., maka orang-orang sepertimu pasti tidak akan merelakan gelang
itu.” Jelas Joon Jae,
Nam Doo heran dengan Joon Jae itu aneh sekali belakangan ini seperti secara tiba-tiba berubah jadi orang yang
berperikemanusiaan. Joon Jae menyuruh Nam Do
keluar dari kamarnya, Nam Doo mengeluh melihat Joon Jae itu sangat menakutkan.
Joon Jae mengingat mimpinya dengan seorang pria
mengunakan gelang berteriak memanggil nama Se Hwa, lalu melirik ke arah pintu
atap kamar atas merasa Kejadian aneh terus terjadi setelah bertemu si bodoh Sim Chung.
Pagi hari
Sim Chung keluar dari kamar dengan pakaian yang rapih dan
juga rok mini, Nam Doo yang melihatnya tak percaya karena Sim Chung sudah
bisa dandan bahkan berpakaian yang terlihat cantik, Tae Ho melonggo melihat Sim Chung benar-benar
cantik. Nam Do pun bisa melihat Tae Ho
sampai tak bisa berkata-kata melihatnya.
Joon Jae tiba-tiba datang melepaskan ikat rambut yang
memperlihatkan lehe Sim Chung, mengaku kalau sekarang Ini
musim dingin. Nam Doo pun memperlihatkan kalau Sim
Chung mengunakan rok mini. Joon Jae menyuruh Sim Chung agar menganti pakaianya.
Sim Chung menanyakan alasanya karnea pakaian ini juga Joon Jae yang
membelikanya.
“Kau pikir aku membelinya agar dikenakan di luar? Aku membelinya biar kau gantung itu di lemari.” Kata Joon Jae, Nam Do pikir itu tak masuk akal.
“Tentu saja masuk akal! Tidak semua pakaian dibuat biar dipakai. Ada juga yang dibuat biar digantung di lemari! Jadi Ganti pakaianmu, dan pakai
celana. Serta
jangan ikat rambutmu.” Perintah Joon Jae.
“Hei, kenapa kau yang mengatur
rambut dan pakaiannya?
Memangnya kau gurunya?” keluh Nam Do membela Sim
Chung
“Aku pemilik rumah ini. Hyung, kau juga ganti. pakaianmu! Memangnya kau itu Rudolph ? Kalian semua harus turuti kata-kataku. Kalau tidak suka, keluar saja
dari sini.” Kata Joon Hae, Sim Chung kembali ke kamar dengan wajah
cemberut.
Keempatnya sarapan bersama, Nam Do memuji Sim Chung yang
bisa mengunakan sumpit dengan benar sekarang, Sim Chung pun mengubah cara makannya
seperti wanita yang malu-malu saat makan, Nam Do pun bertanya mau kemana hari
ini karena akan mengantarnya, Sim Chung menjawab kalau ada janji nanti.
“Bukannya kau itu harus
bersih-bersih rumah, agar kau bisa
tinggal disini?” ucap Joon Jae mengingatkanya.
“Tentu saja, aku bisa
bersih-bersih. Aku
pernah melihat Tae Oh melakukannya.” Kata Sim
Chung
“Ruangan ini cukup berdebu belakangan ini karena kita tidak membuka jendela untuk sirkulasi udara. Bersihkan semuanya sampai tidak ada debu.” Perintah Joon Jae, Tae Ho dengan senang hati akan
melakukanya demi Sim Chung.
“Ini rumahku. Terserah aku siapa yang mau kusuruh. Dan Juga ada kipas di gudang berdebu.” Kata Joon Jae, Nam Do pikir mereka juga tidak akan
menggunakannya sampai
musim panas mendatang.
“Karena itulah kita harus membersihkannya
sekarang.” Ucap Joon Jae, Nam Doo merasa Joon Jae
seperti ibu tiri dan menyuruh Sim Chung pergi saja.
“Tidak boleh! Kau tidak boleh pergi sebelum kau membersihkan
semuanya.” Tegas Joon Jae
Ketiganya sudah ada diparkiran, Joon Jae teringat sesuatu
kalau ia meninggalkan ponselnya dan akan kembali ke rumahnya. Sim Chung sedang
membersihkan kaca dekat kolam renang, matanya terus menatap dan ingin
mencelupkan kakinya, tapi berusaha ditahan. Tapi akhirnya Sim Chung masuk ke
dalam kolam renang merasa sangat menyegarkan untuknya.
Flash Back
Jung Hoon bertanya
apakah Sim Chung tahu kenapa putri duyung berada di ambang kepunahan, itu karena mereka tidak
berubah. Selama ini manusia yang berubah tapi
mereka tidak berubah seperti orang bodoh. Karena itula mereka selalu dikhianati. Sim Chung binggung kenapa manusia bisa berubah
“Ya. Wanita yang kucintai juga
berubah. Meskipun dia berkata dia akan mencintaiku selamanya.
Setelah dia tahu siapa diriku, maka dia
meninggalkanku. Begitu saja. Awalnya,
aku menyesal datang ke
daratan dan ini Sulit, tapi itulah kenyataan.” Jelas Jung Hoon.
Sim Chung membuka matanya, saat itu Joon Jae kembali ke
rumah untuk mengambil Ponselnya. Sim Chung teringat pesan Jung Hoon “ Tidak ada manusia di
bumi yang bisa menerima kita apa adanya. Orang yang kau cintai
pun sama saja. Jadi, sadarlah kau itu...dan jangan sampai ketahuan. “
Joon Jae berhenti melangkah dan melihat sesuatu di dalam
kolam renanganya, Sim Chung panik melihat Joon Jae ternyata kembali datang dan
bisa melihat kalau dirinya adalah seorang putri duyung karena sedang ada di
air.
Epilog
Joon Jae yang sudah masuk kembali membuka pintu memanggil
Jung Hoon , ingin bertanya apakah pekerjaanya. Jung Hoon memberitahu kalau ia
seorang pegawai negeri dan pasti
tahu kalau gaji mereka tak besar tapi masa
pekerjaan mereka tetap dan dapat pensiun.
“Sebenarnya, itu pekerjaan untuk
memberikan dukungan
bagi seseorang.” Ucap Jung Hoon, Joon Jae
sudah tahu
“Lalu Boleh
aku bertanya? Heo Joon
Jae-ssi, apa pekerjaanmu?” kata Jung Hoon, Joon Jae
terdiam karena selama ini perkerjaanya hanya menipu orang-orang kaya dan
mengambil uangnya.
“Kalau sulit dijawab, maka tidak perlu menjawabnya. Pokoknya, aku titip Sim Chung padamu.” Ucap Jung Hoon
“Kau tidak perlu memintaku begitu. Aku akan memastikannya... Ah. Maksudku, kami akan
mengatasinya.” Kata Joon Jae tak ingin salah paham
“Kau pasti berpikir waktu... dan kesempatan itu selalu ada untukmu, kan? Tapi nyatanya tidak.” Pesan Jung Hoon, Joon Jae terlihat kesal merasa kalau
Jung Hoon itu bertingkah sok keren dengan perkataanya. Diatas tempat tidurnya,
Joon Jae mencari key word [Kiat-kiat Menjadi PNS]
Bersambung ke episode 8
Tidak ada komentar:
Posting Komentar