PS : All
images credit and content copyright :MBC
Jae Yi
turun dari mobil dan langsung memanggil Bok Joo. Bok Joo pun kaget melihat Jae Yi yang datang
melihat dengan pakaian kampusnya. Jae Yi tersenyum ternyata memang benar Bok
Joo yang dilihatnya, dan tak salah orang lalu bertanya kenapa ada dikampus
HaNeol. Bok Joo terlihat binggung. Joon Hyung melihat keadaan yang gawat
akhirnya datang membantu.
“Hei... Bok
Joo! Kau harusnya menghubungiku kalau kau akan datang kesini. Dia bilang ingin lihat sekolahku sebelum pergi ke luar
negeri, jadi aku menyuruhnya untuk datang.” Ucap Joon Hyung dan panik saat
melihat dibagian belakang jaket Bok Joo tertulis (Tim Angkat Besi Universitas
Olahraga Haneol) Jae Yi seperti sudah bisa mengetahuinya.
“Hyung.
Biar aku jelaskan.” Kata Joon Hyung, Bok Joo ingin mengaku yang Sebenarnya.
Joon Hyung makin panik meminta agar jangan mengatakan pada kakaknya.
“Aku
seorang mahasiswi di sini, di tim angkat besi. Aku berbohong tentang jurusan
cello dan juga tentang... akan pergi sekolah di luar negeri. Maafkan aku, Dr.
Jung.” Ucap Bok Joo sambil menangis lalu pergi, Jae Yi dan Joon Hyung pun
saling bertatapan.
Keduanya
duduk ditangga lapangan, terlihat masih shock. Joon Hyung mengaku terkejut ketika pertama kali bertemu dengan
Bok Joo di klinik kakaknya, tapi menurutnya tak ada yang bisa dilakukanya,
karena Bok Joo memohon untuk merahasiakannya. Jae Yi pikir seharusnya Joon
Hyung memberi petunjuk tentang itu,
karena ia tidak tahu apapun.
“Aku
bilang, kalau aku tidak bisa melakukannya.Dia sangat putus asa saat itu.” Ucap
Joon Hyung,
“Lalu Apa
alasannya? Kenapa dia... berbohong untuk datang ke klinikku? Dia seorang atlet
angkat besi.” tanya Jae Yi, Joon Hyung kebinggungan karena alasan Bok Joo itu
menyukai kakaknya.
“Mungkin
dia ingin menurunkan berat badannya. Sepertinya akhir-akhir ini dia menyukai
seseorang. Bok Joo juga seorang wanita.” Kata Joon Hyung, Jae Yi pikir itu
masuk akal.
“Pokoknya,
Bok Joo juga mengalami waktu sulit sendirian. Timnya mengetahui tentang hal
itu. Profesor dan pelatihnya sangat marah, dan ayahnya juga marah. Semuanya
kacau.” Cerita Joon Hyung.
Jae Yi tak
percaya mendengarnya, merasa ikut bersalah juga dan bertanya apa yang harus
dilakukanya. Joon Hyung pikir kakaknya itu juga tidak tahu apapun, menurutnya
itu salah Bok Joo yang berbohong sebelumnya. Jae Yi tetap saja merasa bersalah
karena membuat berat badannya turun, padahal Bok Joo seorang atlet yang membutuhkan kekuatan, Joon Hyung pikir tak perlu membahasnya lagi
karena semua sudah selesai sekarang.
“Dia
berbohong padamu dengan mengatakan kalau dia akan belajar di luar negeri karena
dia pikir tidak akan bisa pergi ke klinikmu lagi. Jangan pikirkan dia.” Ucap
Joon Hyung.,
“Lalu Siapa
pria yang disukainya?” tanya Jae Yi penasaran, Jae Yi menatap kakaknya lalu
memandang lurus ke depan.
“Hyung...”
ucap Joon Hyung yang sempat membuat Jae Yi binggung, Joon Hyung melanjutkan
kalau ia mengeluh pada kakaknya yang lapar. Seperti Jae Yi tak menyadari kalau
yang dimaksud memang dirinya.
Bok Joo
berjalan sendirian sambil mengomel sendiri karena Jae Yi yang tiba-tiba datang
ke kampusnya lalu menyakinkan kalau semua sudah selesai sekarang, dan Jae Yi pasti berpikir kalau ia seorang
pembohong besar.
“Ini
seharusnya tidak terjadi. Ini yang terburuk. Apa yang harus kulakukan?” ucap
Bok Joo Kebinggungan.
“Dalam
rangka membuat kebohongan jadi kenyataan, maka kau membutuhkan tujuh
kebohongan. Sementara sebuah kebohongan membuatkebohongan yang lain, dan
kebohongan itu menutupi kebohongan lainnya lagi, aku sudah menjadi mesin
pembuat kebohongan.Aku malu pada diriku sendiri.” Gumam Bok Joo kebinggungan.
[Episode 9, Keuntungan Cinta Tak Berbalas]
Joon
Hyung pergi ke kolam tempat Bok Joo biasa sedang gelisah, tapi tak menemukanya
dan berteriak memanggilnya, ia terlihat kesal karena Bok Joo tak mengangkat
telp darinya. Bok Joo sedang melampiskan rasa kecewa pada dirinya dengan
berkeliling lapangan menarik ban bekas
di belakangnya, dua temanya hanya melihat di pinggir lapangan merasa
binggung
“Apa dia
makan ginseng atau sejenisnya?” tanya Nan Hee melihat Bok Joo seperti
mengeluarkan semua tenaganya, Sun Ok juga tak tahu.
“Bagaimana
kalau dia berpapasan dengan dokter itu padahal kita sudah bekerja keras?” pikir
Sun Ok menduga-duga sesuatu.
“Tidak
mungkin. Joon Hyung membawanya keluar dengan aman, kan? Itu yang dikatakan
temannya.” Kata Nan Hee yakin.
“Aku tahu.
Lalu apa yang membuat manusia super itu bertenaga seperti itu? Tadi dia sudah
melukai punggungnya, kan?” kata Sun Ok, Nan Hee melihat Bok Joo yang berhenti
menyuruh Sun Ok agar menghentikan temanya, tapi Sun Ok merasatidak bisa
mengatasinya karena seperti banteng gila sekarang. Bok Joo kembali berlari
sambil berteriak marah, dua temanya pun menyuruh Bok Joo agar berhenti saja.
Si Ho
kembali berlatih membuat putaran dengan pitanya. Pelatih Sung berkomentar Si Ho
kehilangan keseimbangan serta Pergerakan semuanya terlambat karena hanya memperhatikan perputaranmu saja.
Menurutnya ini tidak akan berhasil, jadi
Lebih baik bermain aman dan hanya melakukan empat putaran. Si Ho menolak
karena akan mencobanya lagi.
Pelatih
Sung pun membiarkan menyuruh Si Ho terus berlatih sekarang, dan mereka akan
mengurusnya nanti jika tidak bisa melakukannya dengan beranjak pergi. Soo Bin
tiba-tiba membuat putaran dengan sempurna, Dua temanya menjerit memuji dengan
memanggil pelatih agar melihatnya.
“Hei... Kenapa
kau tidak berlatih gaya sendiri saja?” ucap Pelatih Sung dengan sedikit mengoda
memukul kepalanya, Soo Bing melirik sinis kalau
hanya ingin mencobanya untuk melihat seberapa sulit itu. Si Ho hanya
bisa diam dengan kembali berlatih.
Si Ho
baru saja selesai berlatih dan merasakan kaki kananya terasa sakit lalu adiknya
menelpnya. Keduanya bertemu di cafe, Si Ho bertanya apakah Ayah pergi dari
rumah dengan membawa barang-barangnya juga. Si Eon membenarkan dan ayahnya
bilang kalau akan ada di Ulsan karena menemukan sebuah pekerjaan disana.
“Ibu
sudah pergi bekerja bahkan tanpa memandang Ayah sekalipun. Orang-orang terus
mendatangi rumah untuk melihat-lihat apakah mereka jadi membelinya. Apa yang
sudah kau lakukan untuk kami?” ucap Si Eon dengan nada kesal pada kakaknya, Si
Ho hanya bisa menahan kesedihan.
“Aku
menyuruhmu untuk menghentikan ini agar tidak tejadi apapun alasannya. Kau
harusnya menghentikannya.” Kata Si Eon, Si Ho mengatakan sudah berbicara tapi
ibunya...
“Jika kau
bicara sekali padanya, apa kau pikir Ibu akan berhenti? Kau seharusnya
mengancamnya memohonnya untuk berhenti, atau melakukan apapun yang kau bisa. Ini
semua terjadi pada kita karena senam-mu. Jadi Jangan mencariku.” Ucap Si Eon
lalu pergi meninggalkanya, Si Ho memanggil adiknya, tapi Si Eon yang kecewa
meninggalkan sang kakak.
Bok Joo
masuk terus berlari dengan bannya sambil berteriak, sementara dua temanya sibuk
makan sosis di pinggir lapangan, Nan Hee merasa Tidak ada seorang pun yang bisa
menghentikannya, karena Bok Joo memang sudah tidak waras. Sun Ok juga tidak
tahu lagi dan yakin Bok Joo akan kelelahan sebelum hari ini usai dan masih
penasaran apa yang terjadi pada temanya itu dan ingin tahu alasannya.
“Aku juga
tidak tahu. Dia pasti merasa tidak puas akan sesuatu. Aku lelah melihatnya
bertingkah seperti ini.” Ucap Nan Hee lalu melihat Bok Joo sudah mulai
kelelahan dan berhenti.
Keduanya
pun langsung berlari menghampiri Bok Joo, melepaskan ikatan untuk menarik ban
dan juga mencoba memapahnya agar bisa berdiri, Bok Joo terlihat benar-benar
kelelahan seperti baru saja selesai memberikan hukuman untuk dirinya yang sudah
berbohong.
Tim
renang memulai dengan olahraga pagi mengelilingi lapangan, Tae Kwon bertanya
apakah Joon Hyung tidak akan memberitahunya. Joon Hyung merasa itu bukan urusan
Tae Kwon, bahkan Mengetahuinya tidak
akan ada untungnya. Jadi meminta agar menjauhlah.
“Kenapa
kakakmu, yang seorang pria sejati tidak sepertimu, tidak boleh bertemu Bok Joo?”
ucap Tae Kwon dengan nada mengejek
“Hei.. Apa?
Apa kau sedang mencoba mengejekku?” keluh Joon Hyung kesal, keduanya pun
menyesalkan lari berkeliling lapangan.
Tae Kwon
masuk ke bagian loker merasa senang karnea akhirnya bisa keluar dari kampus
setelah sekian lama, dan mempersiapkan sesuatu yang sangat spesial untuk
mereka. Lalu memberikan ancaman kalau Joon Hyung tak memberitahunya, maka tak
memberitahu rencannya. Joon Hyung merasa tidak peduli juga.
“Baiklah..
Ini sebuah kencan 3 pasangan. Mereka ratunya Universitas Wanita Sukyoung. Salah
satu dari mereka adalah temanku di media sosial. Dia benar-benar cantik, fotogenic
seperti selebriti.” Ucap Tae Kwon penuh semangat menanyakan pendapatnya.
“Aku
tidak percaya padamu.” Kata Joon Hyung, Tae Kwon mengajak temanya agar pergi bersama
karena mungkin kesempatan bagus untuk mereka.
Saat itu
Si Ho baru saja menuruni tangga dengan bersikap acuh ketika melihat Joon Hyung,
Tae Kwon sempat menyapanya lalu berkomentar kalau Si Ho bersikap dingin seperti
Elsa. Joon Hyung sedikit binggung melihat sikap Si Ho tapi membiarkanya.
Bok Joo
kembali berlatih dengan mengangkat besi ditanganya, Pelatih Choi melihat
berkomentar agar Bok Joo lebih kuatkan tangan serta otot perutnya. Bok Joo seperti tak bisa
melakukanya, Pelatih Choi melihat Bok Jooterlihat tidak fokus den menyuruh agar
Squat lebih cepat.
“Pelatih
Choi.,, Kau harus mengirim mereka ke rumah lebih cepat. Ini adalah akhir pekan
terakhir sebelum kompetisinya.” Kata Pelatih Yoon keluar dari ruangan melihat
Bok Joo dan Woon Gi
“Profesor
Yoon, berat badan mereka masih belum cukup juga. Mereka butuh lebih banyak
tenaga dan tidak bisa bersantai-santai.” Kata pelatih Choi
“Karena
itulah.... Mereka harus makan makanan sehat di rumah.” Ucap Pelatih Yoon,
pelatih Choi pun mengerti
“Kalian...
Makanlah yang banyak dan jangan pedulikan rasanya. Woon Gi harus menambah 1kg, dan
Bok Joo 1,5kg.” Perintah Pelatih Choi, keduanya pun mengangguk mengerti.
“Kalian Pergilah
dan cari udara segar.Biarkan keluarga kalian memberi kalian semangat. Serta Istirahatlah
dan makan makanan enak. Jika kalian tidak menambah berat badan kalian,maka bersiaplah
untuk makan 10 kali sehari, oke?”kata pelatih Yoon, keduanya menjawab mengerti.
Keduanya
pun berjalan pulang setelah latihan, Woon Gi pikir kalau sulit untuk menaikkan
berat badannya. Bok Joo mengaku tak masalah karena bukan hanya dia saja yang merasa sulit. Woon Gi menasehati
apabila lelah makan protein, maka tambahkan
telur dan buat roti dengan itu.
“Sang Chul
memberitahuku tentang itu, jadi aku mencobanya. Aku suka karena teksturnya.”
Kata Woon Gi, Bok Joo mengatakan akan mencobanya lalu bertanya apakah Woon Gi
akan langsung pulang.
“Tidak.. Seseorang
akan menjemputku.” Kata Woon Gi.
Terlihat
tak jauh dari mereka seorang wanita turun dari taksi dengan mengendong seorang
bayi, Sopir taksi memarahinya dengan kasar kalau tidak bisa pergi begitu saja setelah
mengotori kursinya. Istri Woon Gi pikir tak masalah karena hanya sedikit bubuk
susu. Woon Gi yang melihatnya langsung pamit dan berjalan mendekati istrinya.
Tiga
orang wanita datang seperti terkesima dengan wajah Joon Hyung dan hanya menatap
kearahnya. Tae Kwon duduk ditengah mulai berbicara kalau mereka tak punya
masalah ketika harus berjalan-jalan ke luar negeri Karena jurusan Bahasa
Inggris. Tiga wanita lainya merasa tidak seperti itu juga, melirik pada Joon Hyung hanya tertunduk.
“Apa
kau... memang biasanya sependiam ini?” tanya wanita didepanya, Joon Hyung
membenarkan dibandingkan dengan Tae Kwon, ketiganya benar-benar mengalihkan
pandangan pada Joon Hyung
“Lalu
Apakah Kau bertanding di kategori Jarak pendek?” ucap si wanita, Joon Hyung
mengangguk karena itulah tidak banyak
bicara. Ketiganya terlihat kagum dan ponsel Joon Hyung berdering melihat nama
“Si gendut” langsung bangun dari bangkunya untuk mengangkat telpnya.
“Wah... Bukankah
ini Bok Joo yang sangat-sangat sibuk? Terima kasih banyak karena menghubungiku setelah
mengabaikan tiga panggilanku.” Ejek Joon Hyung mengangkatnya, Bok Joo bertanya
keberadaan Joon Hyung sekarang apakah sudah ada dirumah.
“Tidak,
aku sedang di luar.” Kata Joon Hyung, Bok Joo ingin tahu apakah Jae Yi terkejut
kemarin dan apa yang dikatakan kakaknya itu.
“Bagus
sekali baru bertanya padaku sekarang. Aku yakin kau sudah gatal ingin bertanya.
Apa kau sekarang di sekolah?” ucap Joon Hyung lalu memberikan lambaian tanganya
pada Tae Kwon untuk pamit pergi, Tae Kwon panik memanggilnya tapi Joon Hyun
sudah lebih dulu keluar dari restoran.
Joon
Hyung melihat Bok Joo yang sedang duduk sendirin di halte bus, diam-diam ia
mengendap berjalan dinding belakang, Bok
Joo sedang asyik merobek bagian wajah dengan menghilangkan mata, hidung dan
mulut. Joon Hyung tiba-tiba berdiri dan mengangetkan dari dinding kaca, Bok Joo
menjerit kaget melihat Joon Hyung datang tidak mengatakan apapun.
“Apa yang
kau lakukan? Kenapa kau membuat lubang di wajah seseorang yang tidak bersalah?”
ucap Joon Hyung
“Ini
karena aku sudah bosan menunggu.” Kata Bok Joo, Joon Hyung akhirnya duduk
disampingnya, Bok Joo langsung bertanya apa yang dikatakan Jae Yi.
“Kau
bertanya itu terlalu cepat.Apa kau sudah tidak bisa sabar ingin tahu?” keluh
Joon Hyung
“Dia pasti
berpikir aku sudah gila dan bodoh.” Ucap Bok Joo rendah diri, Joon Hyung
mengatakan kalau itu tak benar tapi kakaknya hanya kebingungan.
“Tentu
saja dia kebingungan. Dia menemukan kalau pasiennya adalah seorang atlet angkat
besi profesional.” Kata Bok Joo
“Dia
bertanya kenapa kau berbohong padanya. Aku sudah menjawabnya. Aku bilang
mungkin kau sedang menyukai seseorang.” Ucap Joon Hyung, Bok Joo panik kalau
Joon Hyung akan memberitahu siapa orangnya.
“Aku juga
mengerti situasi. Kenapa kau pikir aku akan memberitahu itu padanya?” keluh
Joon Hyung, Bok Joo merasa kalau Jae Yi berpikir dirinya itu menyedihkan. Joon
Hyung menegaskan kakaknya tidak seperti itu kalau hanya kebingungan.
“Jika aku
tidak mengatakan padanya, aku seorang pemain cello, maka aku tidak akan jadi
seorang pembohong gila. Kenapa aku mengatakan kalau bermain cello? Aku bahkan
pergi ke konser bersamanya.” Ucap Bok Joo melirik dengan merasa Joon Hyung juga
ikut bersalah.
“Hei...
Kau waktu itu bahagia karena bisa berkencan dengannya. Apa kau menyalahkanku
karena itu sekarang?Kau tidak bisa melakukan itu!” tegas Joon Hyung
Bok Joo
mengaku tidak menyalahkan hanya mengatakan saja lalu berteriak seperti orang
gila, Joon Hyung melihatnya berpikir Bok Joo sudah tidak waras. Bok Joo merasa
dirinya itu sangat tidak beruntung, ia merasa tidak peduli tentang angkat besi,
tapi ingin berubah jadi asap dan menghilang dari dunia ini.
Joon
Hyung mengejeknya kalau Berubah jadi
asap sepertinya mustahil. Karena terlalu berat. Bok Joo melirik sinis, Joon
Hyung pun hanya bisa meminta maaf karena Bercanda sudah jadi kebiasaannya dan
akan berhati bicara. Bok Joo terlihat benar-benar stress dengan keadaanya
sekarang, Joon Hyung pun mengajak Bok Joo pergi untuk melepaskan stress.
Keduanya
main arcade dengan memulai main tembak-tembakan, Bok Joo berteriak membabi buta
membunuh semua musuh yang ada dilayar,
Joon Hyung yang melihatnya sempat malu karena Bok Joo terus berteriak. Keduanya
pindah ke permainan tinju, Joon Hyung pun memberikan contohnya dengan bangga memperlihatkan
pukulanya dan hasilnya nilai 9300, karena Tidak ada seorangpun yang bisa
memecahkan rekornya selama tiga tahun
Bok Joo
pun ikut memukul dengan sekuat tenaga, Joon Hyung hanya bisa melonggo karena
nilainya dikalahkan dengan nilai 9900. Keduanya duduk di mesin mainan lainya
dengan saling bertanding, Bok Joo kesal karena tak bisa memukul tombol dengan
benar, Joon Hyung meminta Bok Joo berhanti-hati karena bisa mematahkan
jari-jarinya. Bok Joo yang terlihat kesal melampiaskan dengan memukul tombol
dengan keras.
“Ini
tidak kembali lagi. Sepertinya ini tersangkut.” Kata Bok Joo, Joon Hyung panik
padahal sebelumnya sudah menyuruhnya agar berhati-hati.
“Kenapa
ini tidak berhasil?” kata Bok Joo berusaha mengangkatnya, Joon Hyung meminta
Bok Joo tak melakukan lalu mengajaknya untuk segera pergi. Si pemilik melihat
keduanya langsung berteriak karena merusak permainanya.
Keduanya
pun berlari sampai keluar dari mobil, Joon Hyung mengeluh kalau sangat benci
berlari dan selalu berlari ketika bersama Bok Joo menurutnya sebentar lagi
pasti akan jadi juara lari. Lalu memarahi Bok Joo kalau seorang atlet seharusnya lebih bisa mengontrol perasaannya,
Bok Joo merasa masih punya banyak stress
yang harus dilepaskan.
“Hei, apa
kau tahu kalau adatempat boxing di dekat sini?Apa kau bisa boxing?” ucap Bok
Joo
“Bok Joo,
haruskah kita pergi minum?” ucap Joon Hyung seperti menghindari pukulan Bok Joo
“Aku
punya firasat kalau akan minum banyak jika kita pergi minum sekarang.” Kata Bok
Joo
Si Ho
kembali berlatih sendirian dan merasa kaki kananya terasa sakit dan mengambil
spray untuk penghilang rasa sakit didalam tasnya. Ponselnya berdering, Ibunya
menelp memberitahu kalau Si Eon tidak pulang ke rumah kemari dan juga membawa
baju-bajunya.
Akhirnya
Si Ho pergi ke sebuah tempat yang terlihat kumuh, beberpa orang sedang
berkumpul dengan mikirkan kemana mereka akan tidur. Saat Si Ho lewat mereka
memilih untuk tak menganggu dan membiarkanya, Si Ho pun ada didepan pintu kamar
dengan sebuah alamat di tanganya dengan mengingat pesan dari teman adiknya “Jangan
katakan pada Si Eon kalau aku memberitahumu. Salah satu temannya kabur dari
rumah.</i>Dia bilang akan tinggal bersamanya untuk sementara ini.”
Si Ho
menarik adiknya sampai ke pinggir jalan, Si Eon kesal dengan melepaskan tangan
kakaknya, Si Ho bertanya kenapa adiknya bisa melakukan seperti ini, Si Eon
pikir kakaknya tak perlu peduli karena ini adalah hidupnya.
“Apa Maksudmu
aku hanya harus diam dan menyaksikan kau menghancurkan hidupmu?” ucap Si Ho
marah
“Sejak
kapan kau sangat tertarik pada hidupku? Jangan bersikap sok peduli.” Ucap Si
Eun
Si Ho
menarik adiknya agar ikut saja denganya, lalu menghentikan Taksi dan
menyuruhnya masuk lebih dulu. Si Eon langsung menutup pintu taksi dan meminta
agar supir taksi segera pergi, Si Ho menjerit memanggil adiknya yang kembali
kabur.
Bok Joo
mulai minum, Joon Hyung mengejek melihat cara minum Bok Joo itu seperti
Ahjussi, Bok Joo mengumpat Joon Hyung itu Berisik, menurutnya sekarang tidak punya tenaga untuk peduli pada
bagaimana penampilannya dan kembali mengisi gelas sojunya. Joon Hyung mengambil
botol dan ingin mengisinya hanya setelah gelas saja.
“Hei., itulah
gunanya teman....Seorang teman harus membantuku melepas stress ketika aku
merasa ingin menangis dan membiarkan aku minum ketika aku ingin minum,Kenapa
ini rasanya sangat lemah hari ini? Ini tidak cukup untuk membuatku mabuk.”.”
Ucap Bok Joo kesal lalu menuangkan So Ju pada gelas besar,
Joon Hyun
panik dan akhirnya hanya bisa memberikan daun selada agar Bok Joo memakanya,
Bok Joo pun meminta bibi agar memberikan botol soju lagi.
Si Ho
tertunduk sedih dengan berjalan ke Universitas Olahraga Haneol. Ki Tae sedang
lewat bersama dengan temanya, menyapa Si Ho
bertanya apa yang sedang lakukan sendirian . Si Ho mengatakan tak
ada karena harus pergi ke suatu tempat.
“Aku baru
saja selesai latihan dan akan bermain billiard dengan temanku.” Kata Ki Tae
“Bisakah
aku bergabung dengan kalian? Aku hanya akan menonton.” Ucap Si Ho, Ki Tae tak
percaya Si Ho selama ini menghindarinya meminta untuk bergabung.
Bok Joo
sudah minum berbotol-botol menurutnya ini gila karena terus minu tapi masih
sadar bahkan tidak merasa pusing. Joon
Hyung melihat Bok Joo kalau sedikit mabuk. Bok Joo mengatakan kalau ia benar-benar
sadar menurutnya tidak mabuk ketika sedang ingin mabuk.
“Aku akan
fokus pada latihanku, dan merasa teralihkan oleh sesuatu yang tidak masuk akal.
Pria yang aku sukai tidak menyukaiku. Pria yang tidak kusukai juga tidak
menyukaiku.” Ucap Bok Joo pada Jae Yi dan Joon Hyung.
“Benar.
Hidup memang tidak mudah.” Komentar Joon Hyung menanggapi ucapan Bok Joo.
“Hei,
Joon Hyung... Apa kau tahu ketika sesuatu rasanya mulai terasa salah? Yaitu Meja
rias.” Kata Bok Joo, Joon Hyung bingung kenapa Bok Joo mengatakan meja rias.
“Ayahku
menemukan itu di jalan dan membawanya pulang. Jika dia tidak membawanya ke
rumah,maka aku tidak harus jalan melewati persimpangan itu. Jika aku tidak
berjalan ke sana, maka aku tidak akan bertemu Dr. Jung. Ahh... tidak... Itu
tidak benar.... Itu karena kau!” kata Bok Joo, Joon Hyung binggung karena Bok
Joo kembali menyalahkanya.
“Jika kau
bukan adiknya, semuanya tidak akan... jadi serumit ini. Kau harus memperbaiki
semuanya!” ucap Bok Joo
“Hei,
kenapa kau menyalahkan semuanya padaku? Apa aku menyuruhmu untuk jatuh cinta
padanya?” keluh Joon Hyung, Bok Joo pun membenarkan. Karena tidak menyuruh
untuk menyukainya jadi Ini semua
salahnya.
Joon
Hyung mengangguk setuju, Bok Joo bertanya apakah sebenarnya menjadi awal mula
semua takdir ini, Joon Hyung menghela nafas karena Bok Joo akan membicarkan tentang takdir sekarang dan
bertanya apa itu. Bok Joo menyebut meja rias dengan perkataan yang sama. Joon
Hyung langsung menyahut menyuruhnya pergi karena sudah mabuk.
Bok Joo
menolak karena merasa tidak mabuk dan bertanya kapan semuanya menjadi sebuah
kesalahn. Joon Hyung mengatakan kalau Semuanya disebabkan oleh meja rias atau
kalau tidak karena dirinya, Bok Joo tak percaya kalau Joon Hyung bisa
mengetahuinya dan memujinya lumayan pintar.
Joon
Hyung menarik Bok Joo dengan kaki diseret menyentuh tahan, Bok Joo seperti
sudah tak sadarkan diri. Joon Hyung mengeluh Bok Jo ternyata sangat ekstrim ketika
sedang minum karena Mentalnya tidak siap dan sangat lelah. Bok Joo mengatakan
kalau Joon Hyung harus bertanggung jawab atas semuanya dan harus memperbaiki
semuanya.
Akhirnya
ia mendudukan Bok Joo di bangku taman, sebelum muntah dibajunya. Bok Joo benar-benar
tertidur tak sadarkan diri lalu mengeluh kedinginan. Joon Hyung melihat ada
selembar koran den menutupi badan Bok Joo dengan koran menurutnya akan
membantu.
Ia pun
kembali duduk disamping Bok Joo dan tiba-tiba Bok Joo menjatuhkan kepala
dipangkuanya, Joon Hyung kaget, Bok Joo terus mengatakan kalaua Joon Hyung harus
bertanggung jawab atas semuanya. Joon Hyung mengeluh kalau sudah melakukan
lebih dari cukup dan memastikan kalau Bok Joo akhirnya benar-benar tertidur
pulas.
Joon
Hyung yang tertidur terlihat sedikit menjatuhkan kepalanya dan hampir
menyentuh bibir Bok Joo, sampai akhirnya tersadar dengan mata melotot karena
hampir saja menciumnya, lalu mencoba untuk membangunkanya tapi Bok Joo masih
tertidur. Joon Hyung bertanya-tanya bagaiman harus membawanya, lalu melihat tak
jauh dari taman adan supermarket yang
masih buka.
Joon
Hyung akhirnya mendorong Bok Joo dengan mengunakan trolly, menurutnya ibunya
akan sangat bangga pada kalau melihat ini. Bok Joo yang mabuk bertanya pada
Ahjussi mau kemana mereka sekarang. Joon
Hyung berteriak menyuruh Bok Joo agar sadar.
“Terima
kasih karena sudah menghubungi Ayam Bok. Ah.. kau pesan setengah ayam... Ayah,
setengah setengah!”teriak Bok Joo seperti sedang berkerja di restoranya.
“Sebenarnya
Membutuhkan waktu berapa lama untuk bisa sampai ke tempatmu seperti ini?” keluh
Joon Hyung terus mendorong trolly dengan wajah kelelahan
“ Bertanggung
jawablah atas semuanya, Jung Joon Hyung...” teriak Bok Joo terus menyalahkan
temanya, Joon Hyung pikir kalau Bok Joo sudah sadar, Tapi Bok Joo merasa kalau
sedang mabuk kendaraan jadi meminta agar Menyetirlah dengan pelan-pelan.
Tuan Kim
mengumpat marah melihat anaknya yang pulang dengan keadaan mabuk, Dae Hoo
dengan kelelahan menyerat dan membanting Bok Joo ditempat tidur, Tuan Kim
langsung memarahinya karena harus Pelan-pelan. Dan menyuruh agar mengambil selimut agar
kedinginan.
Dae Hoo dengan
kesal melempar dengan menutupi wajah Bok Joo, Tuan Kim pun memakaikan selimit
anaknya dengan benar, Dae Hoo mengejek kakaknya itu selalu memarahinya, tapi
ternyata sangat menyayanginya, Tuan Kim hanya diam lalu bertanya-tanya berapa
banyak yang diminum sampai membuatnya tak sadarkan diri.
“Apa kau
pikir... dia minum bersama pria itu sendirian Sampai selarut ini?” kata Dae Hoo
merasa ada sesuatu, Tuan Kim tak ingin menduga-duga menyuruh adiknya agar diam
saja.
“Bertanggung
jawablah atas semuanya,Joon Hyung.” Ucap Bok Joo yang mabuk, dua pria langsung
menatap binggung dan kaget mendengarnya
Joon
Hyung di lantai bawah ketakutan melihat keduanya seperti ingin menghajarnya,
Tuan Kim pun bertanya apakah Joon Hyung tidak melakukan apapun yang harus
membuatmu tanggung jawab. Joon Hyung membenarkan karena mereka hanya teman satu
sekolah dasar.
“Kami
semua tahu itu, tapi kau tidak akan pernah tahu apa yang akan terjadi diantara
pria dan wanita. Seorang teman bisa jadi kekasih, dan seorang kekasih bisa jadi
seorang ayah.” Kata Dae Hoo
“Ah, itu
tidak akan terjadi. Kami hanya teman dan tidak akan pernah terjadi. Aku
bersumpah itu tidak akan terjadi.” Ucap Joon Hyung menyakinkan.
“Kenapa
kau harus bersumpah? Apa yang salah dengan Bok Joo-ku? Dia tidak berdandan
karena sibuk latihan, tapi kalau kau memperhatikannya dengan seksama, dia
memiliki wajah yang cantik.” Teriak Tuan Kim malah memarahi Joon Hyung, Joon
Hyung binggung seperti malah menyuruh melakukanya akhirnya Dae Hoo menarik
kakaknya.
“Hyung...Kau
terdengar seperti seorang psikopat sekarang. Tentukan kau berada di pihak manacdan
teguhlah pada pilihanmu.” Bisik Dae Hoo, Tuan Kim mengerti lalu kembali
berbicara pada Joon Hyung
“Pokoknya,
ini berlaku bukan hanya untuk Bok Joo
tapi untukmu juga. Kau seorang atlet. Tubuhmu adalah asetmu Kau tidak
boleh pergi sampai larut malam dan membuat temanmu mabuk. Kau tidak akan bisa
jadi atlet hebat kalau begini Apa kau tidak mempunyai mimpi?” ucap Tuan Kim.
Joon Hyung hanya bisa meminta maaf lalu
bertanya apakah ia bisa pulang sekarang.
Dae Hoo
mengantar Joon Hyung sampai di depan restoran,
meminta agar mengerti ayah Bok Joo yang bersikap keras karena kakaknya
sangat protektif pada Bok Joo sebagai putri satu-satunya dan Setelah istrinya
meninggal, pasti merasa bersalah pada Bok Joo. Joon Hyung mengerti dan akan
pamit pulang, Dae Hoo memanggilnya.
“ Naiklah
taksi dengan uang ini. Bok Joo pasti sudah membuatmu lelah.” Kata Dae Hoo, Joon
Hyung menolak karena bisa naik bis.
“Rasanya
tidak sopan kalau kau tidak menerima ini. Sebenarnya, aku mengharapkannya.”
Kata Dae Hoo, Joon Hyung binggung.
“Aku
mengharapkan kalian berdua berkencan. Ayo kita minum bersama lain kali, calon
suami masa depan Bok Joo.” Ucap Dae Hoo mengoda, Joon Hyung merasa bukan
seperti itu dan harus buru-buru pergi sekarang.
Joon
Hyung perlahan-lahan akan masuk rumah tapi saat itu terlihat kakaknya yang
keluar rumah, langsung bertanya darimana adiknya, Joon Hyung berbohong baru dari supermarket. Jae Yi tahu kalau adiknya itu berbohong. Joon Hyung panik
bertanya apakah ibu marah padanya.
“Dia
tidak tahu. Aku bilang padanya kalau kau
pulang terlambat, dan kau sudah tidur sekarang.” Kata Jae Yi
“Itu
bagus. Aku tidak yakin apakah aku bisa mendengar omelannya sekarang.” Ucap Joon
Hyung, Jae Yi pun bertanya darimana saja adiknya itu dan apakah baru pulang
minum.
“Aku
tidak minum banyak, tapi Bok Joo minum terlalu banyak... padahal dia tidak bisa
minum dan pingsan. Jadi aku membawanya pulang ke rumah.” Cerita Joon Hyung
seperti ingin membuat kakaknya iba.
“Apa kau
minum dengan Bok Joo berdua?” ucap Jae Yi, Joon Hyung membenarkan lalu melihat
kakanya harus pergi dan ia akan menyelinap masuk dan tidur. Joon Hyung pun
menyuruhnya untuk segera masuk.
Bersambung
ke part 2
Tidak ada komentar:
Posting Komentar