PS : All
images credit and content copyright : TVN
Kim Shin
membaca buku ditaman dengan bagian-bagian yang suadh ditandai oleh Eun Tak. Terdengar
teriakan yang memanggilnya, Eun Tak berada diseberang jalan melambaikan tangan
dengan wajah bahagia. Ketika lampu hijau menyala Eun Tak melangkah dengan
menginjak kaki pada zebra cross, dengan wajah bahagia melompati hanya dibagian
warna orange saja.
"Massa-nya
tidak proporsional dengan volumenya. Seorang gadis yang semungil violet..Seorang
gadis yang bergerak-gerak seperti sehelai kelopak bunga.. menarikku ke arahnya
dengan kekuatan yang jauh lebih besar dari dirinya. Saat itu, seperti apel Newton dalam teori gravitasi Newton), aku
bergerak ke arahnya tanpa bisa berhenti sampai aku jatuh ke pelukannya dengan
hati berdebar. Dengan hati berdebar." Gumam Kim Shin dengan senyuman
bahagia menatap Eun Tak
Eun Tak
berlari ke arah Kim Shin melihat daun maple berguguran menduga Kim Shin yang membuat karpet merah dengan
memujinya sangat keren. Kim Shin hanya diam menatapnya, Eun Tak pun memanggil
seperti berusaha menyadarkan dari lamunannya.
"Hatiku
terus berdegup..antara langit dan bumi." Gumam Kim Shin, Eun Tak bertanya
apakah Kim Shin marah padanya.
"Itu
adalah cinta pertamaku." Gumam Kim Shin terus menatap Eun Tak
Keduanya
sudah ada didalam mobil, Kim Shin hanya diam saja. Akhirnya Eun Tak menunjuk ke
arah depan kalau akan jalan pulang saja, jadi bisa menurunkannya di pinggir
jalan karena tahu daerah sekitar hotel. Kim Shin tak melarang hanya
menyetujuinya, lalu menghentikan mobil di pinggir jalan. Eun Tak turun terlihat
kesal dengan sikap acuh Kim Shin yang benar-benar menurunkan di pinggir jalan.
Kim Shin
kembali ke kamarnya, teringat kembali senyuman bahagia Eun Tak ketika melangkah
zebra cross yang berwarna orange. Lalu teringat kembali ketika pedang menusuk
ke bagian dadanya, tiba-tiba merasakan kesakitan seperti tertusuk pedang.
“Hanya sang pengantin Goblinlah..
yang bisa menarik pedangnya. Ketika dia menariknya, kau akan jadi debu dan akan
berada dalam kedamaian abadi.”
Eun Tak
memberjalan pulang sambil mendengarkan musik dan bergumam dalam hati. “Hidup
ini ada perpaduan dari berbagai genre. Apa genremu hari ini? Apakah komedi
romantis? Sebuah fantasi aneh yang indah Atau sebuah melodrama?”
Tiba-tiba
ia merasakan bunyi suara yang menyaring ditelinganya dan melihat seperti
seorang yang melihat dari pandanganya, tiba-tiba melihat sosok wanita yang dari
jauh sampai akhirnya berada didepanya. Eun Tak mengeluh meminta jangan
melakukan itu, lebih baik bicara seperti
orang normal saja karena membutanya takut.
“Maaf
kalau aku membuatmu takut. Aku perlu bantuan dan Aku benar-benar minta maaf.. tapi
bisakah kau datang ke rumah tempatku tinggal dan mengisi lemari es-nya?” kata
si wanita, Eun Tak binggung
“Ya. Aku
belum lama mati dan ibuku terlalu sibuk dengan pemakaman jadi dia tidak bisa
datang. Dia akan sangat sedih kalau melihat.. kulkasku yang kosong. Tolong aku.”
Ucap si Hantu wanita pada Eun Tak
“Aku.. tidak
punya uang.” Kata Eun Tak, Si wanita ikut sedih karena tidak berpikir sejauh
itu.
“Ahh.. Aku
tahu apa yang harus dilakukan.” Ucap Eun Tak dengan senyuman bahagia seperti
menerima ide cemerlang.
Eun Tak
mengeluarkan semua isi makanan dalam tasnya dan memasukan kedalam lemari es
kecil, sebelum keluar kamar melihat tempat tidur yang berantakan dan juga
buku-buku yang dibiarkan begitu saja. Akhirnya Eun Tak membereskan tempat tidur
dan menyusun buku dengan pot tanaman didepanya.
Si hantu
wanita melihat Eun Tak yang membantunya pun mengucapkan terimakasih, saat itu
di tempat Wang Yeo terdengar bunyi seperti tanda kalau saatnya membawa arwah
yang baru saja meninggal.
Ibunya
akhirnya datang ke kamar anaknya, dengan tangisnya memegang bantal yang biasa
dipakai anaknya tidur, lalu berjalan ke meja tempat biasa anaknya belajar dan
ia pun membuka kulkas, tangisnya pun tumpah melihat isi kulkas yang penuh
dengan makanan. Si anak yang sudah meninggalkan duduk di tempat tidur sambil
menangis melihat ibunya yang sedih atas kepergiaan dirinya.
Si wanita
terlihat hanya diam saja ketika diberikan teh, Wang Yeo memberitahu kalau
tehnya nanti akan dingin dan mengatakan kalau wanita itu sudah melakukan yang
terbaik dengan hidupnya. Jadi meminta agar menjaga diri ketika dalam perjalanan
menuju akhirat.
Kim Sun
mondar mandir dijembatan tiba-tiba melihat sosok orang yang selama ini sudah di
tunggunya, Wang Yeo sudah ada dijembatan, Kim Sun kaget berpikir kalau Sebuah
kebetulan tapi menurutnya tidak seperti itu. Ia lalu bertanya kenapa Wang Yeo tak
menelpnya padahal ia menunggu karena Wang Yeo bilang mau menelpon.
“Aku akan
menelponmu. Sekarang juga.” Kata Wang Yeo beranjak pergi, Kim Sun bertanya mau
pergi kemana apakah ingin cari telepon umum
“Aku mau
pulang. Di rumah ada telepon jadi Aku akan meneleponmu.” Kata Wang Yeo terdengar
polos, Kim Sun merasa Wang Yeo itu sedang bercanda padanya.
“Kita
baru saja bertemu.” Kata Kim Sun, Wang Yeo pun mengucapkan senang bertemu
denganya lagi, Kim Shu mengeluh kalau kedaanya ini membuat gila.
“Bagaimana
kalau minum kopi saja daripada menelepon? Ada banyak kafe di mana-mana dan aku
juga sedang tidak sibuk.”usul Kim Sun
Wang Yeo
minum bergelas-gelas kopi dengan wajah tertunduk, Kim Sun hanya menatap
dongkol, lalu bertanya apakah mereka hanya ingin minum kopi saja, lalu
memperlihatkan kalau Matahari sudah terbenam. Wang Yeo berkomentar kalau waktu
siang tidak terlalu singkat?
“Kau duduk
seperti itu selama satu jam. Bukankah seharusnya kita saling menyapa dan menanyakan
kabar satu sama lain? Bukankah kita harusnya mengobrol?” ucap Kim Sun
“Halo.
Bagaimana kabarmu?” kata Wang Yeo kaku, Kim Sun dengan menahan rasa kesal
menjawabnya kalau ia baik-baik saja dan bertanya balik.
“Bagaimana
dengan cincinku? Apa Kau masih belum punya ponsel?” tanya Kim Sun, Wang Yeo berkata
kalau ia baik-baik saja, begitu juga cincinya, serta tidak punya ponsel.
“Jujur
saja denganku. Kau tidak ingat namaku, kan?” kata Kim Sun, Wang Yeo menyebut
namanya adalah Sun Hee. Kim Sun menjerit kesal kalau namanya Sunny bukan Sun Hee
tapi akhirnya tertawa dengan senyumanya
“Dasar..
Kau ini lucu sekali. Kau bertingkah seperti ini sengaja, kan?”ucap Kim Sun,
Wang Yeo hanya menatapnya, Kim Sun heran melihat Wang Yeo yang terus
menatapnya.
“Aku
tidak bisa menahan diri melihat senyumanmu.” Ungkap Wang Yeo blak-blakan.
Kim Sun
pikir dirinya itu belum tahu nama Wang Yeo, sementara Wang Yeo yang tak ingat
masa lalunya kebinggunga menjawabnya.
Dua pria
duduk didepan meja, Wang Yeo memegang bir dan Kim Shin memegang telur. Keduanya
pun saling bertukar, Wang Yeo bisa mendinginkan bir dan Kim Shin bisa membuat
telur rebus, lalu saling bersulang dengan tatapan lurus dengan wajah sedih.
“Dia
bertanya siapa namaku. Tapi aku tidak ingat siapa namaku. Dia bahkan bertanya
apa kabarku. Dia bertanya soal hidupku padahal aku ini hidup saja tidak.” Kata Wang
Yeo binggung
Sementara
Kim Shin melamun mengingat saat Eun Tak yang berjalan kearahnya dengan senyuman
dan kembali bergumam.
“Senyumnya..
memantulkan cahaya matahari di saat-saat yang paling terik. Mengingatkan saat-saat
ketika hidupku direnggut. Aku sudah memutuskan. Aku akan menghilang... sebelum
aku merasa ingin hidup lebih lama. Sebelum aku menjadi lebih bahagia dari
sekarang. Ini adalah keputusan.. yang harus kubuat untukmu. Aku harus
mengakhiri hidupku.” Gumam Kim Shin
Wang Yeo
tiba-tiba berkomentar kalau ia bisa
dengar suara hati Goblin, Kim Shin kaget mendengarnya. Wang Yeo pun bertanya
apakah Kim Shin akan memilih untuk mati. Kim Shin membenarkan dan waktunya Sebelum
salju pertama tahun ini.
Duk Hwa
melihat tagihan hotel sampai 1,5juta won, matanya melotot melihat kertas
ditanganya. Eun Tak baru pulang akan masuk hotel, Duk Hwa langsung mendekatinya
dengan kesal menduga kalau Eun Tak ingin baru saja minum, Eun Tak mengelengkan
kepala, tapi Duk Hwa yakin Eun Tak itu baru saja minum.
“Kulkasnya
kosong. Kau makan semua cokelat, kacang bahkan dendengnya Aku tak masalah dan
mengerti. Tapi kenapa kau membuang semua
botolnya? Apa kau pikir kalau kau membuang botolnya, maka aku tidak akan tahu?”
kata Duk Hwa marah
“Aku
punya alasan. Ketua Yu bilang aku harus minta padamu apa saja yang kubutuhkan. Aku
minta maaf, tapi bisakah kau membayarkannya untukku? Aku tidak punya uang.” Kata
Eun Tak, Duk Hwa mengatakan tak punya uang juga lalu memberikan kertas tagihan
agar Eun Tak membayarnya.
Eun Tak
menyalakan semua lilin dikamarnya, lalu terdengar suara bel berkali-kali,
dengan wajah kesal membuka pintu memberitahu Duk Hwa kalau ia akan membayarnya.
Tapi ternyata bukan Eun Tak tapi Kim Shin yang datang. Kim Shin berdiri didepan
pintu mengataka akan masuk
“Apa yang
kau lakukan di sini?” tanya Kim Shin melihat banyak lilin yang dihidupkan Eun
tak
“Apa Duk
Hwa mengatakan semua padamu? Mengenai... membuatku diomeli oleh Duk Hwa” kata
Eun Tak, Kim Shin mengataka kalau Duk Hwa
tidak berhak mengomel pada siapapun.
“Aku
mengosongkan kulkas. Jadi Bisakah kau membayarkannya untukku? Akan kukembalikan
uangnya kalau aku sudah dapat gaji dari kerja paruh waktuku. Bisakah kau
melakukannya untukku?” ucap Eun Tak memohon, Kim Shin hanya diam menatapnya.
“Sejujurnya,
yang minum birnya itu kan kau. Sisanya sudah kugunakan untuk kebaikan. Kalau kau
terus mengabaikanku, maka aku akan
meniup semua lilinnya. Aku akan membuatmu keluar masuk dari kamar ini sepanjang
hari.” Ucap Eun Tak mengancam,
“Kau
seharusnya tidak membuat permohonan lagi, karena Tidak ada gunanya. Aku akan berada
di sisimu mulai sekarang.” Ucap Kim Shin dan mengajaknya pulang.
Eun Tak
binggung pulang kerumah siapa yang dimaksud, Kim Shin mengatakan kalau kerumahnya,
karena Eun Tak adalah pengantinnya Goblin. Eun Tak pun bertanya menatap Kim
Shin apakah ia mencintainya. Kim Shin menatap Eun Tak kalau ia akan mencintai
Eun Tak kalau memang harus melakukanya. .
“Aku
mencintaimu....” ungkap Kim Shin mengaku perasaanya, saat itu juga terlihat
diluar jendela hujan yang deras.
“Apa kau
segitu bencinya padaku? Seberapa besar kebencianmu... sampai kau terlihat sesedih
ini? Di luar hujan deras” ucap Eun Tak terlihat ikut menangis
“Tapi Lupakan
saja. Kalaupun kau membenciku dan aku membuatmu sedih, maka aku akan tetap
tinggal denganmu. Aku tidak berhak untuk pilih-pilih sekarang. Aku hanya harus
mencabut pedangnya, kan?” kata Eun Tak, Kim Shin membenarkan. Kalau Hanya itu
yang harus dilakukan dan akan memulai mengemas barang-barangnya.
Keduanya
pun ada didalam mobil, Eun Tak memberanikan dirinya bertanya siapa nama Goblin,
dengan alasan kalau bertanya bukan karena penasaran atau apa dan mengetahui
kalau hubungan mereka ada di antara
pernikahan dan tinggal serumah.
“Aku tahu
ini membingungkan. Aku seharusnya adalah pengantin Goblin. Aku harus tahu siapa
nama suamiku. Apa kita.. Ah.. sepertinya aku belum boleh menyebut kata
"kita" “ kata Eun Tak, Mobil berhenti di lampu merah dengan hujan
yang masih turun deras
“Kau dan
aku sudah memulainya.. sejak kau lahir dulu. Kadang, aku adalah Yu Jung Shin
dan kadang aku adalah Yu Ji Shin
Sekarang, aku Yu Shin Jae. Tapi Nama asliku adalah.. Kim Shin.” Kata Kim Shin,
Eun Tak menatap tak percaya lalu memberitahu kalau lampu sudah berubah hijau
jadi harus kembali jalan.
Eun Tak
turun dari mobil dikagetkan dengan Wang Yeo yang keluard ari rumah, Wang Yeo
mengangkat plastik memberitahu kalau Hari ini adalah hari membuang sampah. Eun
Tak mengungkapkan kalau selalu melihat sisi diri Wang Yeo yang lain setiap kali
bertemu lalu meminta Memberikan padanya
saja karena ia yang akan mengerjakanya.
“Dia
kenapa? Kenapa dia jadi baik padaku?”bisik Wang Yeo heran pada Kim Shin
“Dia akan
tinggal di sini mulai hari ini..” Kata Kim Shin,
Wang Yeo
kaget mendengarnya lalu teringat kembal dengan suara hati Kim Shin sebelumnya “Aku
harus mengakhiri hidupku Itu adalah pilihan yang harus kubuat untukmu.” Lalu dengan
senyuman bahagia langsung melempar plastik sampah pada truk sampah yang berjalan
lalu mendekati Eun Tak mengatakan kalau akan mendukukung apapun yang
dilakukanya di masa depan lalu mengajaknya masuk.
Dua pria
terlihat bodoh menatap kunci pintu di depanya, Kim Shin pikir angkanya pasti
empat digit. Wang Yeo tahu kalau
Biasanya mereka menekan tanda bintang di akhir. Eun Tak binggung karena tidak
ada diantara keduanya yang tahu password rumahnya.
“Kami
tidak perlu menekan itu kalau mau masuk.” Kata Kim Shin
“Ini
mengingatkanku akan sesuatu. Rasanya seperti mau masuk ke dalam.. sebuah rumah
hantu di taman bermain. Menakutkan tapi membuat penasaran. Kau tidak akan tahu
apa yang menunggumu di dalam sana dan bertanya-tanya apa kau bisa keluar dalam
keadaan hidup.” Ucap Eun Tak lalu tersadar kalau keduanya sudah tak ada
disampingnya, Kim Shin membuka pintu menyuruh Eun Tak segera masuk.
Duk Hwa
yang mabuk binggung melihat Eun Tak lalu berdiri bertanya kenapa Eun Tak ada
dirumah Kim Shin dan sejak kapan, Wang Yeo memberitahu kalau Kim Shin akan
tinggal di rumah mulai sekarang. Eun Tak pun membungkuk mennyapa dengan memohon
bantuanya.
“Beri dia
password pintunya.” Kata Kim Shin
“Paswordnya
1004 (bisa juga berarti malaikat.) Tapi Kenapa dia di sini? Bagaimana denganku?”
kata Duk Hwa binggung, Kim Shin menyuruh Duk Hwa minum anti mabuknya agar
menyadarkan dirinya.
Mereka
pun masuk kesebuah ruangan yang masih berantakan, Kim Shinm menyebut kamar Ini adalah
tempat yang cocok dengan kursi gaya baroque. Wang Yeo mengejek kalau itu
seperti studio foto, lalu menyuruh agar Sebaiknya
cat saja kamarnya dengan warna pastel
supaya Eun Tak merasa tenang.
“Kamar
ini bukan tempat penitipan anak. Kita bisa memasang lukisan romantis dari abad
ke-19 sekalian dengan tungku api pemanas.” Kata Kim Shin
“Wah.. Aku
seperti sedang mendekorasi rumah kayu, Kita akan menempel wallpaper....” ucap
Wang Yeo
Kim Shin
menegaskan kalau ini bukan rumah model dan Eun Tak adalah tamunya, Wang Yeo tak
mau kalah kalau ini rumah miliknya. Eun Tak akhirnya berkomentar kalau ini
adalah kamar yang akan ditempatinya, keduanya pun berhenti berdebap.
“Aku
tidak masalah dengan apapun. Aku akan meletakkan wallpaper romantis dari abad
ke-19 di sebelah sini.. dan meletakkan tungku api pemanas dengan warna pastel di
sebelah sini. Itu baru adil. Jadi Haruskah aku tidur di sofa di ruang tamu hari
ini? Dan kalau itu membuat kalian tidak nyaman, maka aku juga tidak masalah
kalau harus tidur di luar. Aku tidak berhak untuk pilih-pilih soal tempat
tidurku.” Ucap Eun Tak melihat belum ada ranjang.
Wang Yeo
mengeluh seharusnya Kim Shin membawakan sebuah ranjang, Kim Shin mengatakan kalau
Eun Tak bisa tidur dikamanya, Wang Yeo melotot berpikir kalau mereka akan tidur
berdua. Kim Shin mengatakan bukan seperti itu, Eun Tak pun bertanya dimana Kim
Shin akan tidur.
Kim Shin
sudah membawa bantal dan siap untuk tidur dikamar Wang Yeo, lalu berkata kalau akan tidur di ranjang,
jadi jangan khawatir dan Wang Yeo bisa tidur dengan nyenyak di sofa. Wang Yeo
terlihat kesal menegaskan kalau itu tak terjadi tak ingin Kim Shin menodai
ranjangnya.
“Aku tahu
dan sudah kubilang jangan cemas. “ kata
Kim Shin, Wang Yeo memberitahu kalauAda sofa di luar sana.
“Aku mana
bisa tidur di sana. Dia pasti akan mondar-mandir di sana nanti.” Kata Kim Shin,
Wang Yeo menyuruh Kim Shin tidur di hotel saja.
“Aku tidak bisa tidur di hotel sementara dia
sendirian.” Kata Kim Shin, Wang Yeo berjalan keluar kamar, Kim Shin bertanya
mau kemana
“Aku akan
membuat "jiwa yang hilang" tidur di atas hamparan bunga.” Ucap Wang Yeo dengan nada penuh
dendam
Kim Shin
sudah ada didepan pintu ketika Wang Yeo membukanya, dengan mengeluh Wang Yeo
harus bertindak sekejam ini, lalu mengatakan aka memilih untuk tidur disofa.
Wang Yeo memperingatkan Kim Shin untuk jangan bicara padanya, Kim Shin meminta
agar Wang Yeo bersikap baik pada Eun tak.
Eun Tak
masuk kamar Kim Shin, lalu duduk disofa yang menurutnya sangat nyaman, lalu
mengikuti gaya duduk Goblin. Wajahnya tersenyum bahagia dan tak sengaja melihat
sebuah buku dan mengingat kalau ini itu buku yang diberikanya.
“Aku sudah
bilang padanya untuk membaca, bukan menyimpannya.” Keluh Kim Shin lalu melihat
judul bukunya (Bintang-bintang yang
Membawa Pergi Semua Kesedihanmu)
Ia
melihat daun mapel yang diberikan teringat saat memberikan ditepi laut,
senyumanya bahagia karena Kim Shin masih menyimpannya. Lalu melihat buku yang
terlihat kuno, menurutnya Kim Shin pasti merasa sangat menyayangi buku itu,
dengan penasara ingin membacanya, tapi seperti baru menyadari kalau dirinya tidak
bisa membaca karakter Cina.
Flash Back
Kim Shin
menuliskan bukunya dengan tinta dengan akasara cina, masih mengunakan pakaian
baja untuk perang.
“Perang tidak berhenti meski di
tanah yang asing ini.Pedang-pedang dan anak panah mengizinkan mereka mencuri
tanah dan makanan, untuk tetap hidup. Penguasa di sini dan di Goryeo semua sama
saja.”
“Cucu dari anak kecil yang kubawa
dari Goryeo, dan cucu dari cucunya, dan cucunya lagi semua sudah dikubur.” Kim Shin seperti mengingat senyuman si wajah anak kecil yang
diajaknya naik kapal sudah di makamkan berjejer dibukit.
“Di atas kursi di sudut sebuah
ruang kecil, aku menghabiskan siang dan malamku. Keinginanku bukan sebuah
wasiat sebelum aku mati. Wahai Dewa, keinginanku adalah permintaan untuk sebuah
kematian Aku menganggap kehidupan ini sebagai sebuah penghargaan, tapi pada akhirnya,
ini hanyalah hukuman. Aku tidak pernah lupa.. tentang kematian siapapun. Itu
sebabnya.. aku ingin mengakhiri hidup ini Bagaimanapun, dewa sudah tuli pada suara
tangisanku.”
Kim Shin
terlihat putus asa mencoba menusuk pedang ke dalam tubuhnya dengan menuliskan
surat ditengah-tengah lilin.
Kim Shin
berbaring di sofa dalam kamar Wang Yeo lalu bertanya apakah pernah melihat
dewa, Wang Yeo yang sudah menutup semua tubuhnya dengan selimut akhirnya
membuka kembali, Kim Shin bertanya
apakah Wang Yeo melihat Yang Maha Kuasa sekarang
“Kubilang
jangan bicara padaku. Bagaimana bisa "seonggok" malaikat maut
sepertiku, bisa melihat Yang Maha Kuasa?” kata Wang Yeo
“Aku
pernah melihat-Nya.” ucap Kim Shin, Wang Yeo kaget dan bertanya bentuknya, Kim
Shin mengingat dengan pedanganya dan sebuah kupu-kupu hinggap pada pedangnya.
“Yah...
seperti itu... Dia adalah kupu-kupu.” Ungkap
Kim Shin, Wang Yeo menghela nafas mendengarnya.
“Bahkan
seekor kupu-kupu yang lewat bisa melindungimu dari rasa sakit.” Keluh Wang Yeo
“Kalau
dia mengizinkanku melihat wajahnya, setidaknya aku tidak akan bisa marah
padanya.” Ungkap Kim Shin , Wang Yeo pun membenarkanya.
“Kalau
Yang Maha Kuasa hanya memberi cobaan yang sanggup kau atasi, sepertinya dia
berharap terlalu tinggi padaku.” Ucap Kim Shin
Wang Yeo
dengan wajah sedih bertanya apakah keadaannya terlalu berat. Kim Shin mengejek
kalau tidak akan menangis di pelukannya jadi tak perlu cemas. Wang Yeo mengungkapkan
kalau sangat melihatnya sepanjang waktu,
tapi mereka tidak diberi kesempatan melihatnya bahkan sekalipun.
Eun Tak
bangun dengan bunyi alarm ponselnya, saat membuka mata seperti tersadar
sekarang ada dirumah Goblin. Lalu bertanya-tanya
“Apa yang akan mereka lakukan soal sarapan? Aku penasaran apa mereka punya stok
makanan.” Tapi melihat kamar Goblin masih terasa kosong walaupun punya semuanya.
Kim Shin
sibuk masak steak dan Wang Yeo asyik membuat salah. Eun Tak datang berkomentar
kalau penasaran bagaimana kehidupan sehari-hari
para pria dan Sudah lama sejak terakhir kali ada orang yang masak untuknya. Kim
Shin mengatakan kalau makanan ini bukan untuknya.
Kim Shin
selesai makan dan pergi ke dapur dengan memberitahu akan mencari uang sendiri,
jadi mulai besok akan mengurus makanannya sendiri, serta mencuci pakaiannya
sendiri. Wang Yeo mengatakan kalau ia
yang bisa melakukanya.
“Biasanya,
orang yang tinggal di rumah besar punya pembantu, jangan...” kaya Kim Shin
terhenti melihat keduanya yang sedang beradu kekuatan dengan melayangkan pisau
didepan mereka. Keduanya mencoba saling menghindar dan saling menyerang.
“Ternyata
itu sebabnya... kalian tidak bisa punya pembantu.” Keluh Eun Taek gelng-geleng
kepala melihatnya.
Bersambung
ke part 2
Tidak ada komentar:
Posting Komentar