Si Ho
terlihat gelisah di ruang latihan senam, setelah mondar mandir akhirnya memilih
untuk pergi ke gedung atlet angkat besi. Terlihat Pelatih Choi yang sudah
memegang buku diary diet milik Bok Joo, ia seperti merasa menyesal melakukanya.
Bok Joo
masuk ke dalam rumah sambil mengeluh ayahnya yang menyuruh datang padahal masih
pagi, dan dikagetkan dengan dua pelatihnya sudah duduk didepan ayahnya. Tuan Kim memperlihatkan buku diary diet milik
anaknya, Bok Joo melotot kaget melihat buku itu berada ditangan ayahnya.
Tuan Kim
benar-benar marah pada Bok Joo, dengan terus meneriakinya. Dae Ho menenangkan
kakaknya agar tak langsung berteriak padanya karena itu pasti menakutikan untuk
Bok Joo, lebih baik mendengar penjelasannya dulu. Tuan Kim tak bisa menahan
emosi menyuruh adiknya itu lebih baik diam saja.
“Namamu
tertulis disini. Kenapa ada namamu disini? Aku dengar tempat ini adalah klinik
berat badan. Jelaskan kenapa ada namamu disini!” teriak Tuan Kim, Bok Joo hanya
bisa tertunduk binggung menjelasakanya. Pelatih Yoon pun meminta agar Tuan Kim
bisa lebih tenang.
“Dia
sudah tidak waras. Aku harus memberinya pelajaran.” Teriak Tuan Kim mengambil
kayu dari pengepel lantai dan siap memukul anaknya. Dae Hoo dan pelatih Yoon
menahanya Tuan Kim yang tak bisa mengontrol emosinya.
“Ayah.
Aku benar-benar minta maaf.” Ucap Bok Joo memohon, Dae Hoo meminta kakaknya
agar tenang karena Tekanan darah akan naik
dan bisa pingsan. Pelatih Choi menyuruh Bok Joo segera pergi saja, Bok
Joo pun akhirnya keluar bersama dengan Pelatih Choi meninggalkan restoran
[Episode 7, Selamat Ulang Tahun..]
Bok Joo
mendapatkan hukuman dengan melakukan Squat up mengunakan beban di pundaknya,
Pelatih Yoon ikut mengomel dengan bertanya apa yang ada dipikiran Bok Joo
sampai pergi ke tempat klinik penurunan berat badanya.
“Apa itu karena
rasa penasaranmu Atau apa kau ingin menurunkan berat badanmu seperti gadis lain
dan menggunakan rok mini? Apakah karena itu?” ucap pelatih Yoon, Bok Joo hanya
diam
“Bok Jooo
Kau seorang atlet angkat besi, mengerti? Kau bukan hanya gadis mahasiswa biasa.
Ayahmu, Pelatih Choi, dan aku punya harapan yang tinggi untukmu. Bagaimana bisa
kau membiarkan kami seperti ini? Kau harusnya mencoba dengan keras untuk
menaikkan berat badanmu.” Ucap Pelatih Yoon merasa Bok Joo sedang memberontak
dan sudah tidak peduli pada angkat besi
sekaranga
Bok Joo
hanya bisa meminta maaf Pelatih Yoon pun menyuruh agar melakukan Squat 100 kali
adan memperingatakan untuk Jangan mencoba curang dan menyelesaikan hukukman,
lalu mengeluh Bok Joo yang pergi ke
tempat konyol itu bahkan kehilangan ototnya. Di depan pintu, Nan Hee sedih
melihat Bok Joo yang mendapatkan hukuman dari pelatih mereka.
Sun Ok
keluar gedung bersama dengan Nan Hee, bertanya-tanya Apa yang sebenarnya
terjadi, menurutnya Bok Joo pasti sudah
gila dan pergi ke klinik berat badan. Nan Hee membela kalau Bok Joo mungkin pergi kesana karena
penasaran.
“Jangan
konyol. Kau tidak bisa melakukan sesuatu
hanya karena rasa penasaranmu. Dia seorang atlet angkat besi dan... dia ingin
mendapatkan medali emas di Olympic.” Ucap Sun Ok benar-benar tak percaya dengan
tingkah temanya dan berpikir kalau mungkin sedang ditipu masuk ke klinik itu.
“Mungkin
dia memutuskan untuk mempercantikdiri karena Joon Hyung menolaknya...” pikir
Sun Ok, Nan Hee mengatakan kalau itu tak benar, Sun Ok heran karena Nan Hee
memikirkan kalau itu tak bena.
“Aku
hanya bilang... kalau dia tidak terlihat terlalu menyukainya sampai seperti
itu.” Ucap Nan Hee membuat Sun Ok agar tak mencurigai kalau ia mengetahui
alasan Bok Joo pergi ke klinik.
Joon
Hyung menerima telp dari ibu Jae Yi,
mengatakan kalau ingat ulang tahun kakaknya itu. Ibu Jae Yi mengajak
makan malam bersama, Joon Hyung pikir
mereka akan makan akhir minggu ini tapi melihat jadwal yang tak padat
menyanggupi ajakan ibunya lalu menutup telpnya.
“Ahh..
Benar. Aku teman yang setia. Aku harus berbagi... informasi penting seperti ini
dengan si Gendut.” Kata Joon Hyung mengetik pesan untuk Bok Joo.
“Ini hadiahmu yang kedua. Hari ini
adalah hari ulangtahun kakakku.”tulisan Joon Hyung
Pesan
masuk ke dalam ponsel Bok Joo, tapi Bok Joo masih melakukan hukuman squat dari
Pelatih Yoon sampai 100 kali. Pelatih Choi memberikan minuman dan menyuruh agar
memijat tubuhnya nanti kalau tidak besok tidak akan bisa latihan besok. Bok Joo
mengerti.
“Menurutku
kau tidak kesana hanya karena rasa
penasaranmu semata. Kau tidak sebodoh itu atau tidak bertanggung jawab. Bahkan Kau
sangat berdedikasi pada angkat besi. Aku tidak mengerti kenapa kau melakukan
hal seperti itu dan aku khawatir padamu.” Ucap Pelatih Choi ingin tahu alasan
Bok Joo. Bok Joo hanya diam.
“Kau
pasti punya alasan!Kenapa kau pergi kesana?Mungkinkah...itu bukan klinik berat
badan,melainkan adalah tempat yang menggunakangadis-gadis polos untuk sesuatu
yang lain?” ucap Pelatih Choi curiga, Bok Joo mengelengkan kepala karena bukan
seperti itu.
“Lalu apa
kau benar-benar pergi kesana untuk
menurunkan berat badanmu?” tanya pelatih Choi, Bok Joo tetap diam.
“Aku pikir
kita lebih dari sekedar... pelatih dan seorang murid. Sekarang aku tahu
kebenarannya. Apapun itu, latihanmu untuk menaikkan berat badan harus tetap
berlanjut. Kau akan berada di bawah pengawasanku selama sehari penuh. Kau tidak
diperbolehkan meninggalkan kampus. Jika kau harus pergi, maka minta izin. Aku
tidak suka menggunakan kekerasan, tapi jika kau tidak menurut, aku mungkin
menggunakannya. Apa Kau mengerti?” tegas Pelatih Choi, Bok Joo menganguk
mengerti.
Sun Ok
dan Nan Hee masuk ruangan melihat Bok Joo yang duduk lemas. Keduanya pun ada
dikamar Bok Joo dengan memijat kaki temanya, Bok Joo hanya berbaring dibalik
selimutnya. Sun Ok memarahi Bok Joo yang pergi ke klinik berat badan menurutnya
itu sudah tak waras.
“Kenapa
kau melakukan squat 100 kali hanya
karena mereka menyuruhmu? Lihat betapa keras ototnya.” Ucap Nan Hee memijatnya,
saat itu Si Ho masuk kamar mendengar pembicaraan ketiganya dan memilih untuk
keluar dari kamar seperti merasa sangat menyesal.
Sun Ok
ingin tahu kemana sebenarnya Bok Joo selama ini, Nan Hee menangkan temanya agar
bisa memberikan Bok Jo waktu untuk memberitahu semuanya karena tidak bisa
membicarakan dan perlu perawatan untuk ototnya. Sementara Si Ho berdiri didepan
gedung asrama dengan wajah tak karuan.
“Sampai
sejauh mana kau akan berbuat seperti ini, Song Si Ho?” ucap Si Ho seperti
merasa sangat menyesal.
Terjadi
kemacetan di jalan keluar kampus, ternyata Si Ho berjalan ditengah jalan tanpa
memperdulikan klakson mobil yang terus berbunyi. Ah Young berada didalam mobil
melihat dari kejauhan, setelah satu mobil melewati Si Ho sambil mengumpat. Ah
Young memangil Si Ho dari dalam mobilnya.
Keduanya
pun duduk bersama di sebuah cafe, Ah Young membawakan segelas teh padahal harap mereka bisa minum bir bersama, tapi
hari ini adalah hari ulang tahun temanya jadi minum teh saja. Si Ho pun bisa
menerimanya. Ah Young menatap Si Ho seperti memendam masalah, lalu meminta izin
untuk bertanya kenapa ia terlihat sangat kesal.
“Ini karena
aku. Aku membenci diriku sendiri... Aku melakukan sesuatu yang buruk pada
seseorang dan Itu karena aku cemburu.” Akui Si Ho
“Cemburu
bisa jadi hal yang berbahaya. Aku juga pernah cemburu pada seorang pria dulu.
Apakah ini tentang pria yang kau sebutkan terakhir kali? Apakah ini Cinta
segitiga ?” ucap Ah Young
“Ini
bukan cinta segitiga dan Aku tidak tahu apa ini.” Kata Si Ho
“Jangan
terlalu menyalahkan dirimu sendiri.” Pesan Ah Young lalu mengajak agar mereka
bersulang, Si Ho bisa sedikit tersenyum mendengar Ah Young yang mengatakan “Sesama
orang yang pernah cemburu.”
Pegawai
di klinik memberitahu kalau Bok Joo tidak mengangkat teleponnya. Jae Yi meminta
mereka menunggu sebentar lagi dan pulang. Pegawai mengerti, sementara Jae Yi
memikirkan Bok Joo karena tidak pernah
absen tanpa memberitahu dulu sebelumnya.
Keluarga
Jung akhirnya makan malam bersama untuk merayakan ulang tahun Jae Yi, Ayah dan ibu Jae Yi merasa makanan direstoan
pilihan Jae Yi sangat enak. Jae Yi pun memberitahu kaalu Makanan di restoran
memang yang terbaik.
“Tentu
saja. Buatanku tidak akan terasa seperti ini. Tidak ada untungnya memasak dan
membersihkannya sangat menyebalkan.” Keluh ibu Jae Yi
“Aku juga
suka ini. Kita makan sup rumput laut saat sarapan.” Kata Tuan Jung.
Saat itu
telp Jae Yi berdering, Ah Young bertanya keberadan Jae Yi sekarang karena pergi
ke kliniknya tapi ternyata sudah pergi. Jae Yi
mengatakan pulang lebih cepat dan mengeluh karena tidak memberitahu
sebelumnya.
“Apa kau
ada di pesta ulangtahunmu? Bisakah aku bertemu denganmu sebentar?” ucap Ah
Young
“Aku
sedang makan malam dengan keluargaku.” Ucap Jae Yi
Nyonya
Lee penasaran siapa yang menelp, lalu menyuruh teman Jae Yi itu datang juga
untuk makan bersama mereka. Jae Yi
seperti tak enak hati, Nyonya Lee mengaku tak masalah kedatangan satu tamu
lagi, Joon Hyung mengejek kakaknya kalau yang menelp pasti wanita. Jae Yi pun
meminta agar Ah Young datang ke restoran tempat ia sedang makan.
Ah Young
akhirnya duduk bersama dengan keluarga Jung. Nyonya Lee mengaku selama ini
hanya mendengar tentang Ah Young dan akhirnya bisa bertemu, dengan memujinya sangat
cantik. Ah Young merendah dengan memuji Ibu Jae Yi itu lebih cantik, Tuan Jung
pun mengoda istrinya yang dianggap cantik. Ah Young pun memuji Tuan Jung yang
ternyata sangat lucu.
“Aku
penasaran kenapa Jae Yi dan Joon Hyung... sangat berbeda satu sama lain. Joon
Hyung pasti mirip denganmu.” Ucap Ah Young yang tak tahu apa-apa. Joon Hyung
tertunduk sedih karena memang bukan anak kandung dari keduanya.
Suasana
tiba-tiba hening sejenak, Jae Yi buru-buru mengalihkan dengan mengajak Ah Young
mulai makan. Ah Young kembali berbicara dengan kedua orang tua Jae Yi sementara
Jae Yi berbicara dengan Joon Hyung kalau
temanya tiba-tiba tidak datang dan tak tahu alasanya.
“Apa Maksudmu
Bok Joo?” tanya Joon Hyung binggung.
“Dia
tidak pernah melakukan itu.” Ungkap Jae Yi terlihat khawatir, Joon Hyung
bertanya apakah kakaknya sudah menelp. Jae Yi mengatakan kalau Bok Joo tak mengangkatnya.
“Apa dia
sibuk bermain cello?” ungkap Jae Yi, Joon Hyung terdiam memikirkan karena Bok
Joo juga sebelumnya tidak membalas pesannya.
Jae Yi
mengantar Ah Young pulang dengan meminta maaf karena pasti merasa tak nyaman.
Ah Young pikir ini menyenangkan dan menyukai orangtuanya, Jae Yi merasa ibunya
itu khawatir akhir-akhir ini walaupun tidak
mengatakannya, tapi merasa penasaran
tentang setiap pelanggan wanita di apoteknya dan selalu bersikap seperti itu
karena kebiasaan.
“Baiklah,
memang aku mengatakan apa padamu? Kau sangat defensif. Semua ibu seusianya
berbuat seperti itu. Ibuku menganggap setiap kolega dan temanku yang pernah dia
dengar... sebagai calon suami potensialku. Ini bukan masalah besar. Jangan
terlalu menganggapnya serius. Kau melukai perasaanku.” Keluh Ah Young
“Aku
tidak menganggapnya seserius itu.” Kata Jae Yi
“Apa kau
takut kalau aku akan berharap sesuatu
yang lain? Kalau aku mungkin mencoba membuatmu jadi suamiku?”ucap Ah Young, Jae
Yi mengatakan tidak seperti itu.
“Aku
hanya tidak ingin kau merasa tidak nyaman.” Ungkap Jae Yi
“Kau
membuatku semakin merasa tidak nyaman.Kau sangat paranoid.” Keluh Ah Young
kesal lalu pamit pergi dengan memanggilnya “teman”
Jae Yi
merasa tak enak, Ah Young sebelum turun mengucapkan selamat ulang tahun dan
memberikan sebuah hadiah, Jae Yi makin tak enak hati saat membuka beberapa CD
musik klasik yang disukainya.
Joon
Hyung berjalan pulang merasa kalau Bok Joo pasti akan pergi kalau tahu hari ini
hari ulang tahun kakaknya, dan berusaha menelp tapi ponselnya tak aktif, merasa
Bok Joo sedang mengabaikan panggilannya. Ia pun berpikir kalau terjadi sesuatu
pada temanya.
Akhirnya
Joon Hyung sampai di depan restoran ayam Bok,
melihat dari depan berpikir sedang ada di dalam. Dae Ho baru selesai
mengantar melihat Joon Hyung dengan sebutan “pencuri kerang. Joon Hyung
binggung tapi Dae Ho buru-buru mengalihkan dengan bertanya kenapa datang ke
restoran.
“Apa Bok
Joo ada di rumah? Dia tidak mengangkat teleponnya.” Ucap Joon Hyung khawatir
“Itu
karena dia tidak bisa mengangkat teleponnya. Dia dapat masalah, jadi semua
orang mengawasinya.” Kata Dae Ho, Joon Hyung kaget bertanya masalah apa
maksudnya. Dae Ho meminta agar Joon Hyung bisa lebih mendekat dan
merahasiakanya.
“Bok Joo
selama ini... diam-diam pergi ke klinik berat badan atau apalah itu namanya. Dia
ketahuan, dan itu jadi masalah besar. Profesornya dan pelatihnya muncul di
restoran kami, lalu ayahnya hampir saja memukulnya. Jika aku tidak
menghentikannya, dia pasti sudah dipukul sampai mati.” Ucap Dae Hoo, Joon Hyung
melonggo kaget mendengarnya.
“Ayahnya
Bok Joo cukup tempramental. Ketika dia masih jadi seorang atlet,orang-orang
biasa memanggilnya Anjing Gila.Dia seperti anjing gila yang sudah tua.” Ungkap
Dae Hoo kalau kakaknya adalah mantan atlet.
Joon
Hyung berdiri didepan asrama menatap kearah kamar Bok Joo dengan berbicara
sendiri “ Kenapa kau bisa sampai ketahuan? Kau sangat tidak berhati-hati, Bok
Joo.” Lalu mengetik sebuah pesan
Bok Joo
berbaring di kamarnya mendengar bunyi suara ponsel diatas meja, dengan kaki
yang terasa pegal duduk di depan meja membawa pesan dari Joon Hyung dan yang
terakhir adalah “Apa kau baik-baik saja?” Bok Joo tak membalas kembali
berbaring lalu menangis.
Bok Joo
mengambil satu sendok nasi di piringnya, Pelatih Choi memarahinya karena tahu
Bok Joo itu sebelumnya mengambil nasi lebih banyak dari itu. Semua pun duduk
dengan meja dengan wajah tegang, Pelatih Choi melihat Bok Joo sudah
menyelesaikan makanya dan menyuruh agar menambah satu porsi lagi. Bok Joo
terdiam
“Ada apa?
Apa klinik itu membuatmu... berpikir kalau makanan adalah racun atau
sejenisnya? Kau biasanya dengan mudah memakan 2 sampai 3 piring. Apa kau tidak
akan menaikkan kelas beratmu?” kata Pelatih Choi kembali memarahinya, Bok Joo
pun mengambil piring lain, Sun Ok dan Nan Hee pun hanya bisa diam melihat Bok
Joo yang sangat diawasi dengan ketat.
Joon
Hyung dan Tae Kwon masuk ke kantin lalu melihat Bok Joo dkk sedangmakan. Tae
Kwon bertanya –tanya Kenapa semua orang terlihat tegang terlihat seperti adegan
film horror Bahkan pelatih mereka pun terlihat marah. Joon Hyung menatap sedih
dan mengetahui pasti Pelatihnya
mengawasi dengan ketat.
Bok Joo
mulai menimbang berat badanya, Pelatih
Choi mencatat beratnya sekarang naik 0,53kg lalu memperingatka kalau kehilangan
bahkan 0,01kg maka akan menaikkan programnya, jadi menyuruhnya agar makan mie
instant saatmalam atau lakukan apapun untuk menjaganya, serta melakukan 3 set
squat. Bok Joo mengangguk mengerti. Pelatih Yoon datang.
“Bukankah
sesi latihannya dimulai dalam 30 menit? Dimana yang lainnya?” ucap Pelatih Yoon
semua hanya bisa diam
“Woon
Gi... Semua orang seharusnya pemanasan sekarang. Dimana yang lainnya?” tanya
pelatih Yoon, Woon Gi akan menyuruh mereka berkumpul sekarang.
“Dasar
Anak-anak nakal... Aku sudah terlalu baik pada kalian. Kalian harus
didisiplinkan, apa begini caramu mengatur timmu?” ucap pelatih Yoon mengomel
dan memanggil Jung Woo
“Jung
Woo. Apa kau sudah mendapat X-ray untuk lututmu?” kata Pelatih Yoon
“Ini
sudah lebih baik sekarang, jadi aku akan melakukannya setelah pertandingan.”kata
Jung Woo
“Setelah pertandingan?
Kapan? Bagaimana jika lututmu akhirnya patah? Apa kau akan keluar dari angkat
besi? Kenapa aku susah-susah bicara pada kalian? Lagipula kalian tidak pernah
mendengarkanku.” Kata pelatih Yoon seperti uring-uringan dengan memarahi semua
anggota timnya dan memilih pergi. Pelatih Choi pun mengikutinya.
Tim
Senior mendekati Bok Joo karena mendengar sedang mendapat masalah, Sang Chul
bertanya apakah pelatih Yoon itu memarahi mereka karena tingkah Bok Joo. Bok
Joo hanya tertunduk diam. Jung Wo pikir Bok Joo itu mabuk sampai membuat
kekacauan. Bok Joo mengelengkan kepalanya.
“Tolong
biarkan kami hidup dengan tenang, Bok Joo.Mengkhawatirkan tentang masadepanku
yang tidak stabil sudah cukup membuatku sakit kepala. Kumohon, Bok Joo. Jangan
membuat masalah lagi, oke?” ucap Jung Woo, Bok Joo hanya bisa tertunduk sedih
karena semua masalah diawali dari dirinya lalu tiba-tiba pamanya menelp.
Joon
Hyung berdiri didepan gedung angkat besi merasa kalau Bok Joo pasti dalam
masalah besar, ketika akan masuk memilih untuk membalikan badanya karena merasa
tak perlu terlibat tapi dirinya tidak bisa berhenti mengkhawatirkannya.
Saat itu
Bok Joo keluar dengan terburu-buru, Joon
Hyung sempat ingin memanggilnya, tapi pelatih Choi lebih dulu keluar dan akan ikut mengantar pergi. Joon Hyung kesal
berpikir dirinya sekarang seperti tak terlihat
lalu bertanya-tanya kemana Bok Joo pergi terburu-buru merasa kalau pasti
sangat sibuk.
Bok Jo
datang ke restoran melihat pamanya yang sibuk mengoreng ayam, Lalu bertanya
apakah ayahnya ada di dalam kamar. Dae Ho seperti enggan menanngapinya. Bok Joo melihat mata Dae Ho
yang memar, Dae Ho akhirnya mengaku muak
dan lelah pada sisi tempramen kakaknya.
“Dia
terus melakukan itu, mengatakan kalau dia tidak seharusnya melakukan.... cuci
darah ketika putrinya bahkan tidak menghargainya. Dia meninjuku ketika aku mencoba
menyeretnya ke rumah sakit.” Ucap Dae
Ho, Pelatih Choi mendengarkan dari depan pintu, Bok Joo pun meminta Pelatih
Choi menunggu sebentara.
Ia pergi
menemui ayahnya yang ada dikamar, Tuan Kim sengaja berbaring dengan wajah
cemberut, Bok Joo merengak meminta agar ayahnya bangun karena harus pergi ke
rumah sakit karena kalau tak pergi akan semakin menyakitkan untuk Ayahnya.
“Apa
pentingnya untukmu?Kau bahkan tidak peduli padaku! Aku Mau mati atau
tidak,urusi saja urusanmu sendiri.Lagipula aku tidak bisa membayar biaya pengobatanku.
Jadi Baguslah. Jika aku mati, kau bisa
membayar sesi konselingmu di klinik itu.... dengan uang duka cita itu.” Ucap
Tuan Kim duduk dengan wajah penuh amarah
“Bagaimana
bisa kau mengatakan itu pada putrimu? Kau tidak bisa protes dengan melewatkan janji
berobatmu di rumah sakit.” Kata Bok Joo
akhirnya mengaku pergi ke klinik berat badan dan itu tak ada beda dengan
ayahnya yang tak mau kerumah sakit.
“Apa?
Beraninya kau menjawabku? Dimana kliniknya? Itu klinik yang dekat persimpangan
jalan, kan? Aku harus bicara pada dokternya. Dia menggoda murid yang naif...
untuk menghasilkan uang. Aku harus memberi penipu ini pelajaran!” ucap Tuan Kim
bergegas keluar, Bok Joo panik mengejar ayahnya.
Dae Ho
membawa sebotol soda sambil mengeluh Duo ayah-dan-anak itu benar-benar
membunuhnya dan menawarkan minuman pada Pelatih Choi. Pelatih Choi menolak
karena tidak minum dengan perut kosong. Dae Ho menganguk mengerti lalu mencari
pembuka botol sampai dikolong meja bahkan membenturkan kepalanya.
Pelatih
Choi menahan amarah akhirnya membuka botol dengan pinggiran meja mengunakan
tanganya, Dae Hoo hanya bisa melonggo dengan menerima segelas Soda dari tangan
pelatih Choi.
Bok Joo
menahan ayahnya sebelum pergi agar tak pergi ke tempat itu, Tuan Kim tetap
ingin menghancurkannya jadi dokter itu tidak bisa membuka kliniknya lagi. Bok
Joo memohon dan melarang ayahnya kalau tidak bisa pergi kesana. Tuan Kim
meminta Bok Joo agar melepaskan tanganya.
“Kau tidak
melakukan kesalahan apapun. Semua ini adalah kesalahan dokter yang serakah uang
itu! Kau dulu hanya peduli pada angkat besi. Dia pasti sudah menggodamu. Pasti
itulah alasan kenapa kau pergi kesana padahal kau tidak bisa membayarnya. Lepaskan,
anak nakal!” teriak Tuan Kim
“Itu
tidak benar, Ayah. Aku kesana karena keinginanku sendiri. Ayah, kumohon. Aku janji tidak akan pernah kesana lagi bahkan
tidak akan mendekati klinik itu.” Kata Bok Joo, Tuan Kim akan kembali berteriak
tapi tubuhnya langsung jatuh pingsan.
Bok Joo
panik, Pelatih Choi dan Dae Hoo pun akhirnya keluar mencoba menyadarkan Tuan Kim lalu berusaha
untuk mencari taksi. Bok Joo menangis melihat ayahnya dan meminta maaf karena
melakukan kesalahan.
Si Ho
melakukan putaran senam dengan mengangkat satu kakinya mengunakan pita, Pelatih
Sung melihatnya berkomentar kalau Posturnya tidak stabil dan memarahinya karena
terus melakukan kesalahan. Si Ho pun kembali mencobanya dengan benar.
“Kau
harus stabil dalam posisi berputarmu. Apa
kau akan bisa ikut kompetisi besok? Cepat Lakukan lagi.” Jelas Pelatih Sung, Si
Ho kembali mencoba tapi tetap saja gerakanya salah.
“Kenapa
kau tidak bisa menjaga keseimbanganmu? Ini menghancurkan ritmenya.” Ucap
Pelatih Sung merasah Si Ho membuatnya stress, Si Ho hanya bisa tertunduk diam
menerima omelan dari pelatihnya.
Tuan Kim
akhirnya melakukan cuci darah, Bok Joo keluar ruangan dengan wajah sedih,
Pamanya menenangkan kalau Tuan Kim sudah melakukan cuci darah jadi akan baik-baik saja dan harus kembali ke
latihannya. Bok Joo seperti tak bisa meninggalkan ayahnya begitu saja.
“Tidak
apa-apa. Ini akan menghabiskan waktu berjam-jam.” Kata Dae Ho menenangkan
“Pelatih
Choi.... Tolong bawa dia kembali ke sekolah bersamamu.Maafkan kami karena
membuatmu terkena masalah.” Ucap Dae Hoo, pelatih Choi pikir merasa tak
masalah.
Keduanya duduk diminimarket bersama,Pelatih Choi
memberikan minuman pada Bok Joo, dengan
memberitahu kalau sikap Ini normal untuk ayah Bok Joo sampai berbuat seperti itu karena selama ini sudah
mengabdikan hidupnya untuk menjaganya, jadi Bok Joo harus berbakti pada ayahnya.
Bok Joo menganguk mengerti.
Pelatih
Choi menerima telp dengan memberitahu
sudah memberikan catatan pengeluaran dan pemasukannya kemarin, tapi
seperti tak terkirim. Akhirnya Ia menyuruh Bok Joo kembali ke tempat latihan,
dan siapkan peralatannya karena ia harus pergi ke kantor administrasi. Bok Joo
mengangguk mengerti dan memperlihatkan wajah sedih dengan nasibnya.
Bok Joo
akan berjalan pulang, saat itu melihat bagian toko hadiah dengan tanaman
didalam pot. Pelatih Choi akhirnya kembali ke tempat latihan dan melihat hanya
ada Woon Gi lalu menayakan keberadaan Bok Joo. Woon Gi mengatakan Bok Joo tak
datang karena berpikir sedang bersama pelatihnya. Pelatih Choi geram merasa Bok
Joo kembali pergi ke Klinik diam-diam.
Sun Ok
duduk dikamarnya merasa tidak bisa menemukan jawaban dari semua yang terjadi,
karena Bok Joo itu menaikkan kelas beratnya dan tidak peduli dengan menurunkan
berat badannya sama sekali. Menurutnya pasti Bok Joo berbohong
tentang terkena ambeien waktu itu dan menyelinap keluar untuk pergi ke
klinik itu.
“Kenapa
dia melakukan itu?Apa kau tahu tentang itu?” Ucap Sun Ok, Nan Hee mengelak
kalau tak mungkin bisa mengetahuinya.
“Sesuatu
yang aneh. Aku pikir sangat mengenal Bok Joo. Tapi Aku sedikit kecewa karena dia
berbohong pada kita.” Ucap Sun Ok
“Dia
pasti punya alasan.” Kata Nan Hee membela, Sun Ok bertanya apa alasanya karena
ia bahkan tidak bisa mengira-ngira apa alasannya.
“Sebenarnya,
apa buruknya dengan dia pergi ke klinik berat badan? Yang buruk adalah kita adalah
seorang atlet angkat besi.” Kata Nan Hee
Sun Ok
pikir tak ada yang salah dengan atlet angkat besi, Ponsel Nan Hee berdering,
Pelatih Choi menanyakan keberadan Bok Joo. Nan Hee mengatakan temanya tidak ada
di kamarnya jadi berpikir sedang latihan.
Bok Joo
berjalan sendirian dengan membawa sebuah tanaman yang dibelinya, sambil
berjalan bergumam di dalam hati.
“Dr. Jung... Apa kau merayakan
ulang tahunmu kemarin? Sepertinya... aku tidak akan bisa bertemu denganmu lagi.
Jika saja aku jujur sejak awal denganmu, apa mungkin aku bisa mengucapkan selamat
ulangtahun langsung padamu?”
“Aku Kim Bok Joo, mahasiswa Universitas
Olahraga Haneol. Aku seorang atlet angkat besi. Aku selalu memiliki kekuatan
yang bagus sejak aku kecil. Dibandingkan dengan musik klasik, aku lebih
menyukai lagu Big Bang. Aku suka sosis. Aku suka melakukan olahraga pagi saat
musim dingin. Aku juga suka bau tanahnya saat hujan turun. Dan... Aku...
menyukaimu.”
Saat itu
Bok Joo sudah ada didepan klinik melihat ruangan Jae Yi yang masih menyala dan
buru-buru menghindar ketika melihat bayangan Jae Yi yang pergi keluar dari
ruangan.
“Tidak masalah.. Aku hanya
orang bodoh dan berpikiran pendek. Aku akan cepat melupakanmu. Aku akan...
terus bersedih..., hanya sampai hari ini.”
Jae Yi
akan pulang dan melihat sebuah pot yang tertinggal diatas mobilnya, dengan
pesan “Dr.
Jung. Meskipun terlambat, selamat ulang tahun. Ini sudah terlambat sehari, tapi
selamat ulang tahun.”Lalu melihat sekeliling seperti tak tahu kalau
Bok Joo yang mengirimkan hadiah untuknya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar