PS : All
images credit and content copyright :MBC
Moo Jin
Tower
Gun Woo
melihat papan nama ayahnya, Park Moo Il terlihat sangat serius memikirkanya.
Sementara di dalam ruangan, Se Jin dan Penulis Kim sedang melihat foto Gun Woo.
Se Jin mengenali “Park Gun Woo...Ketua Special
Project Moojin Grup. Putra tunggal Park Moo Il”
“Demi
membebaskan ayah-nya yang dikurung, dia bertarung seorang diri.” Ucap Se Jin
yang mengetahui Tuan Park sedang ditahan oleh polisi. Foto Tuan Park Moo Il
terlihat di layar.
“Park Moo
Il, Ketua Moojin Grup. Konstruksi, kimia, penggilingan baja dan lain-lain.
Perkembangan usahanya bermula dari industri berat. Saat ini menguasai bidang
komunikasi, elektronik beserta sirkulasinya.” Ucap Se Jin dan Tuan park sedang
berbicara dengan beberapa orang di dalam ruang kejaksaan.
“Presiden
finansial grup wilayah domestik. Melalui pertimbangan khusus, ditahan dengan
status tersangka penyimpangan dana dan korupsi. Dalam waktu dekat ini
kemungkinan besar akan divonis bersalah.” Ucap Se Jin
Gambar
Tuan Park Moo Sam terlihat, Se Jin hanya diam saja. Penulis Kim binggung
tiba-tiba berhenti masih dan berfikir kalau hafalanya itu urang lancar. Se Jin
melanjutkan, Itu adalah Direktur Woojin
Properti, Park Moo Sam. Adik paling bungsu Park Moo Il
“Untuk
mendapatkan kekuasaan dalam mengendalikan grup ini, maka melakuan suap sana
sini.Betul, 'kan? Daftar nama personalia sebanyak 270 orang yang kau berikan
padaku. wajah, pengalaman beserta item tambahan semuanya sudah kuhafal dengan
baik.” ucap Se Jin percaya diri.
“Kalau
begitu, selanjutnya Myeongsang Grup.” Kata Penulis Kim
“Lalu
Kapan aku akan mulai kerja?Sudah seminggu aku masuk kerja. Tapi aku cuma
disuruh menghafal hal-halseperti ini.Sama sekali tidak ada kesempatan bicara
dengan Yi Kyung, cuma sempat kasih salam sekilas saja. Kapan sih sebenarnya aku
baru bisa resmi bekerja?” kata Se Jin heran
“Se Jin ,
ini pekerjaanmu. Jika selesai yang bagian finansial, coba kuasai bagian
perubahan profil. Jika berhasil kau kuasai, selanjutnya adalah menghafal
keluarga dan kerabat dari orang-orang yang kau hafalkan tadi.” Jelas penulis
Kim
Se Jin
merasa dirinya bisa gila seperti ini, penulis Kim mengatakan kalau ini 14 hari.
Se Jin binggung maksudnya. Penulis Kim
kalau itu Rekor milik Yi Kyung, dengan menceritakan Setahun yang lalu Yi Kyung juga belajar dengan
cara yang sama seperti Se Jin. Se Jin tak percaya Yi Kyung bisa Menghafal semuanya dalam waktu 2 minggu.
“Dan hafalnya
hanya pada malam harisaja, lalu siangnya harus bekerja. Panutanmu begitu hebat.
Kau juga harus semangat, mengerti?” kata penulis Kim
“Tapi,
kenapa nama Direktur Seo tidak ada di dalam daftar tersebut. Yang aku
benar-benar penasaran adalah dia” kata Se Jin
“Mau
kuberitahu pun tidak bisa. Walaupun aku sudah ikut beliau selama 20 tahun, tapi
sampai sekarang aku masih belum memahami dia” kata Penulisk Kim
Se Jin
sedang melakukan latihan menembak,
dengan tatapan seperti burung elang yang ingin membunuh musuh.
Sebelumnya Se Jin harus berlutut di depan Ma Ri untuk meminta maaf dan tak
ingin dituntut. Lalu Yi Kyung datang menyuruhnya berlutut.
Flash Back
“Apa
salahku? Berjuang mati-matian demi mempertahankan hidup. Lalu Punya hak apa
orang seperti dia memandang rendah diriku? Apa Miskin itu dosa?” kata Se Jin
tak terima.
“Miskin
adalah dosa. Tidak peduli semerdu apapun itu terdengar di kuping, hanyalah
untuk menipu diri sendiri. Dunia tidak akan bisa dibohongi.” Tegas Yi Kyung
dingin
“Apa Kau
benar sanggup mengubahku menjadi baru? Menjadi seperti dirimu?” kata Se Jin, Yi
Kyung tersenyum dan menyelesaikan latihan menembaknya.
Sung Mook
datang mendekat memberitahu Dalam waktu
dekat ini akan ada rapat Grup Presiden perusahaan dari Moojin Grup. Jika
semuanya berjalan lancar, ada kemungkinan akan merugikan pihak Park Gun Woo yang
bersikeras ingin menarik proyek Dubai tersebut. Yi Kyung pikir itu sudah Sesuai dengan keinginannya.
“Ketua
Park yang sedang berada dalam tahanan jika benar dijatuhi hukuman, kepemilikan
grup tersebut pada akhirnya akan jatuh ke tangan Park Moo Sam.” Kata Yi Kyung
“Direktur
Park adalah orang yang sewaktu-waktu bisa memberontak.” Pikir Sung Mook
mengikutinya.
“Justru
orang yang seperti itu yang gampang dimanipulasi. Karena itulah dia kutarik ke
pihakku.” Jelas Yi Kyung
“Kalau
begitu Anda akan berdiam diri menyaksikan Park Gun Woo-ssi didepak begitu saja?”
tanya Sung Mook
“Aku
sangat memahami orang itu. Dia adalah orang yang berprinsip tidak sudi diajak
kompromi dan tidak memiliki pendukung. Menggunakan kesempatan ini untuk mendepaknya
mungkin akan lebih baik. Bagi dirinya sendiri dan Juga bagi karirku.” Kata Yi
Kyung menghalalkan segala cara.
Hee Jung
memberikan beberapa berkas di atas meja, Gun Woo melihat adik ayahnya itu benar-benar
bekerja keras dan bertanya-tanya Sejak kapan dia berhasil mengumpulkan begitu
banyak orang. Hee Jung memberitahu Kemarin
Dewan Direksi dari kantor pusat pergi bertemu muka dengan ketua Park
“Aku
sudah dengar kabarnya. Para direktur sepakat dulu semua untuk menggiring opini
dan memperkeruh suasana, kemudian mengayunkan golok dan menebas
menggunakanjumlah suara yang diberikan oleh.Grup Presiden perusahaan, Begitu,'kan?”
ucap Gun Woo sudah tahu cara kerja di perusahaan ayahnya.
Gun Woo
tahu pasti pamanya mengatakan “Hyung Nim, para Direktur sudah bersikap seperti
itu, Gun Woo tidak bisa dibiarkan bertindak seenaknya lagi.” Hee Jung merasa Sekarang
bukan saatnya untuk bercanda karena Gun Woo mengikuti cara bicara pamanya.
“Tidak
masalah jika aku dianggap tidak kompeten. Tapi... aku tidak sudi dibilang anak
yang durhaka.” Kata Gun Woo menatap ke arah jendela ruanganya.
Ponsel
Gun Woo berdering dari Baeksong Grup, Nam Jong Gyoo. Gun Woo pun menyapa
sekertaris yang sudah ama tidak
berjumpa, bahkan sungguh tersanjung menelpnya lebih dulu. Tuan Nam meminta
agar bisa dan sebentar ke Seongbuk-dong karena
Tetua ingin mengajaknya minum teh bersama.
“Walaupun
aku tahu kau sibuk sekali. tapi seharusnya ini bermanfaat bagimu, Ketua Tim
Park” kata Tuan Nam, Gun Woo langsung setuju.
Tuan Nam memberitahu
Ketua Jang kalau Gun Woo akan datang sore nanti. Sebuah foto pria pada saat
jaman perang terlihat diatas meja. Tuan Jang Tae Joon terlihat sibuk menuliskan
sesuatu dengan tintanya.
Yi Kyung
memegang foto [1988, Olympiade Seoul] dengan tiga orang yang ada didalam
fotonya, teringat kembali saat datang menemui ayahnya di jepang.
Flash Back
Tuan Seo
bertanya keberadaan “mereka” Yi Kyung mengatakan kalau Sampai sekarang belum
ada kesempatan bertemu. Tuan Seo menyuruh anaknya agar menyerah karena pasti
tidak akan sanggup bertarun melawan mereka.
Tak dan
Se Jin masuk ke dalam ruangan. Yi Kyung buru-buru menyimpan fotonya. Tak
menanyakan perintah yang akan diberikan Yi Kyung. Sementara Se Jin melihat Yi
Kyung mengajak bercanda kalau hampir lupa seperti apa wajahny. Yi Kyung seperti
tak memperdulikanya.
“Persiapan
bagaimana?” tanya Yi Kyung
“Rencananya
akan berangkat sekarang.” Ucap Tak
“Kau Bawa serta Se Jin juga !” perintah Yi Kyung,
Tak kaget karena Se Jin masih belum mengerti apa-apa. Se Jin pun bertanya ingin
mengenai urusan apa.
“Kalau
sudah tahu urusan itu, apa kau akan menolak untuk ikut? Bukankah kau minta
supaya diberikan pekerjaan yang masuk akal?” kata Yi Kyung, Se Jin mengangguk
mengerti dengan wajah sumringah mengucapkan terimakasih.
“Aku akan
melakukannya dengan baik dan tidak akan mengecewakan harapanmu.” Kata Se Jin
penuh semangat.
“Kau
bilang Harapan?” ucap Yi Kyung sinis
lalu mengajak Sung Mook agar mereka juga mulai bergerak. Se Jin terlihat
kebingungan.
Taek
terlihat menahan rasa kesalnya sebelum masuk ke dalam mobil, lalu memberitahu
Se Jin kalau hanya ada tiga prinsip, yang Pertama, patuh pada perintah Presdir Kedua,
tidak melakukan hal diluar perintah. Dan yang terakhir..
“Tidak
peduli yang pertama atau yang kedua, tidak boleh bertanya alasannya. Sek
Kim sudah memberitahu.” Ucap Se Jin
“Kalau
sudah tahu, patuhi perintah yang diberikan! Jangan bertanya terus!” tegas Tak.
Se Jin kesal karena Tak mengunakan bahasa banmal padanya menurutnya usia mereka
tak terlalu jauh.
Dengan
truk tertutup, Tak pergi ke wilayah pertokoan. Se Jin melihat Suasananya sangat menyenangkan dan bertanya
untuk apa mereka datang ke tempat ini. Tak menyuruh Se Jin menungu dimobil. Se
Jin mengerti karena tak akan bertanya lagi. Tak pergi bagian belakang mobil,
menekan nomor pin lalu masuk ke dalam toko dengan membawa sebuah tas besar.
Se Jin
melihat semua yang dilakukan Tak, saat keluar Tak dengan seseorang ia pura-pura
memejamkan matanya dan sedikit mengintip. Akhirnya Tak pun kembali ke dalam mobil,
dan menaruh amplop dibawah dashboard dan tak lupa menguncinya. Se Jin menyuruh
agar Abaikan saja dirinya karena tidak
akan bertanya barang apa itu. Mereka pun kembali berhenti disebuah tempat kali
ini Se Jin ikut turun dan berada dibelakang truk bersama dengan Tak.
“Wah... Seharian
cuma duduk di dalam mobil rasanya sungguh tidak nyaman. Dari Cheongdam-dong,
terus ke Insa-dong... Sama sekali tidak ada perubahan. Selanjutnya kemana? Apakah ke Pulau Jeju?”
ucap Se Jin mengodanya.
Tak hanya
diam lalu membuka pintu truk mengambil satu tak dan kembali masuk ke sebuah
toko. Se Jin yang penasaran menekan pin yang sempat dilihatnya, ketika membuka
isi truk adalah banyak tas hitam dalam tumpukan yang besar. Ketika membukanya
isinya penuh dengan lembaran uang 50ribu won.
Tak
datang melihat Se Jin yang membuka pintu langsung panik dan buru-buru menutup
pintu truk, lalu mengumpat Se Jin itu adalah orang yang cuma memperhatikan
kepala tapi mengabaikan ekor.
“Siapa
yang menyuruhmu sembarangan membuka pintu ? Jika terlihat orang lain bagaimana?”
ucap Tak kesal, Se Jin ingin tahu berapa jumlah uangnya.
“Entah!
Kau tanya saja sendiri!” kata Tak juga hanya melakukan perintah tanpa banyak
bertanya.
“Membagi
uang seperti orang membagi-bagikan susu saja. Presdir... Bisnis apa sebenarnya
dia?” ucap Se Jin penasaran.
Yi Kyung
sudah bertemu dengan Ketua Son diruanganya. Ketua Son sedang duduk sambil
menerima telp, lalu berbicara pada Yi Kyung
kalau berkerja dari pintu ke pintu merebut semua pelanggannya dan
bertanya apakah melakukan suap dengan menggunakan uang tunai.
“Tolong
jangan salah paham, ini Bukan merebut pelanggan, tapi membantumu merapikan
hutangmu yang bersifat ganas.” Kata Sung Mook membela. Ketua Son mengumpat Sung
Mook yang terlalu banyak bicara.
“Saat kau
bergabung dengan Asosiasi, aku sudah melihat ambisimu. Dengan cara perlahan-lahan
sedikit demi sedikit semuanya dirampas. Jadi Seperti begitu?” kata Ketua Son
sinis
“Dulu ayah
ku pernah berkata, Ketua Son Ee Seong adalah Orang yang dulu dijuluki Macan
Osaka... Jadilah kawannya jangan lawannya. Walaupun dulu pernah ada salah
paham,tapi Ketua, Anda dan saya akan bisa jadi mitra yang sangat baik. Jabatan
Direktur keuangan Asosiasi... Kursi kosong milik Son Gi Tae, biar aku yang
ambil alih.” Kata Yi Kyung memberikan tawaran, Ketua Son tertawa mendengarnya.
“Seharusnya
kau bertindak setelah mengobservasi situasi yang sebenarnya. Tahukah kau Direktur
bagian keuangan Asosiasi adalah jabatan yang bertindak sebagai apa?” ucap Ketua
Son meremehkan.
“Tentu
saja tahu. Memproses transaksi rahasia Ketua termasuk juga petinggi-petinggi
Asosiasi. Bekerja jadi suruhan bagi seseorang yang begitu penting dan memiliki
kuasa. Orang tersebut sudah pasti membutuhkan orang suruhan sepertiku juga.”
Jelas Yi Kyung
Jang Tae
Joon diruangan masih mencoba menuliskan dengan tulisan tinta, tapi melakukan
kesalahan dan membuang lembaran kertas. Tuan Nam Jong Gyu, memberitahu kalau
tamunya sudah tiba. Gun Woo datang ke rumah Tuan Jang dengan melakukan proses
pengecekan lebih dulu seperti masuk ke sebuah rumah presiden.
“Tinta
yang digerus sangat halus, akan membuat tulisan terlihat indah. Hari ini
sungguh bukan hari yang cocok untuk menulis. Tolong disimpan.” Ucap Ketua Jang
seperti menyambut Gun Woo yang datang menemuinya lalu sengaja mempelihatkan
foto saat perang diatas meja.
“Lama
tidak berjumpa.” Kata Ketua Jang, Gun Woo pun meminta maaf karena lama tidak
datang mengunjunginya.
“Bagaimana
Moo Il bagaimana? Apakah Baik-baik saja?” kata Ketua Jang, Gun Woo menjawab Kondisi
kesehatannya baik-baik saja.
“Dengan
kondisi fisik seperti itu mendekam di penjara bukanlah masalah baginya. Dulu pada
saat perang Vietnam, ayahmu menerobos hutan rimba dengan gagah. Waktu itu yang
ada hanyalah darah yang mendidih dan dipenuhi dengan keberanian.”cerita Ketua
Jang
“Gun
Woo... Moojin Grup... Jangan sampai kau lepaskan. Ayahmu sedang menghadapi
masalah hukum sehingga tidak bisa melarikan diri. Dan Juga tidak mungkin
mendapat grasi dengan alasan sakit.” Kata Ketua Jang, Saat itu Ketua Park
sedang ada di ruang rawat penjara.
“Satu-satunya
cara yang paling ampuh adalah... Kau harus menjadi Tuan dari Moojin Grup. Pamanmu
tidak memiliki nyali untuk itu. Moo Sam berniat menggerakkan orang-orang dan
mendepakmu dari sana, 'kan? Jadi Izinkan aku untuk membantumu. Dan Karena itu,
kau juga harus membantuku.” Kata Ketua Jang, Gun Woo hanya diam saja
Gun Woo
keluar dari ruangan, Tuan Nam sudah menunggunya memberitahu kaalu ketua
Nam memiliki harapan yang tinggi atas
Gun Woo, karena Beliau menginginkan
Republik Korea yang baru dan dipimpin oleh kaum muda.
“Beliau
ingin terus bisa bermain selancar es. Seperti itu yang kudengar. Jika ingin
menambah kecepatan berselancar dan menerjang angin, maka anjing penarik
selancar es tua harus diganti. Jika ingin melecutkan cambuk, sepertinya jauh
lebih cocok anjing muda sepertiku.” Kata Gun Woo sudah mengetahuinya.
“Perbudakan
yang berlebihan akan menyebabkan penurunan penglihatan. Kau jangan membuat
Ketua kehilangan haluan. Bantulah beliau menemukan arah mata angin yang benar.”
Pesan Gun Woo
“Ini
hadiah pemberian beliau. Ini akan jadi senjata ampuh yang akan menyelesaikan
situasi yang kau hadapi sekarang, Park Gun Woo” ucap Tuan Nam memberikan sebuah
amplop.
“Ayahku
telah menarik kereta salju Ketua Nam seumur hidupnya. Aku tidak berniat untuk
mewarisinya. Kalian silakan cari anjing penarik kereta salju yang lain.” Tegas
Gun Woo lalu pergi meninggalkanya.
Ketua Jang
melihat Tuan Nam masih memegang amplop besar saat masuk keruangan, menurutnya
Ternyata sesuai dengan dugaan, karena pulang dengan tangan kosong.
Sekertarisnya membenarkan. Ketua Nam
merasa Gun WooDia itu sama keras kepalanya seperti ayahnya.
“Jika dia
berhasil kujadikan anak buahku, sudah pasti bisa kumanfaatkan untuk jangka
waktu yang panjang.” Kata Ketua Jang
“Ini kita
selesaikan sesuai dengan rencana awal kita.” Ucap Tuan Nam
Yi Kyung
baru keluar dari ruangan, Gi Tae dan Direktur lainya baru saja akan masuk ke
ruangan dan mereka berpapasan. Gi Tae terlihat sangat marah melihat Yi Kyung
yang berani datang bahkan masih punya muka dan
nyalinya. sungguh besar sekali.
“Jujur
saja, bukankah dunia keuangan berada di bawah pengaturanmu?” ucap Ketua lainya.
“Cepat
juga kalian datangnya. Aku sudah melaporkan masalah ini pada Ketua” kata Yi
Kyung, Keduanya terlihat panik masalah apa maksudnya.
Yi Kyung
memilih untuk pamit pergi, Gi Tae yang penasaran berteriak memanggil Yi Kyung,
tapi Yi Kyung pergi begitu saja.
“Jang Tae
Joon... Park Moo Il... Sekarang hanya tinggal beberapa langkah lagi.Tidak usah
mengkhawatirkan diriku. Ke depannya masih banyak hal lagi yang harus dikhawatirkan. Aku sudah siap.”
Kata Yi Kyung penuh rasa dendam didalam lift. Sung Mook mengatakan kalau sudah
siap.
Se Jin
duduk diam mobil sendiri, tiba-tiba seorang datang mengetuk jendela. Pria
dengan wajah beberapa anak buahnya menelp bisa melihat ada surat-surat berharga lainnya dan hanya ada
seorang wanita. Gi Tae yang ada diruangan memerintahkan agar membereskanya.
“Seo Yi
Kyeong yang tidak tahu diri... Dia harus diberi sedikit pelajaran” ucap Gi Tae
penuh dendam, anak buahya pun mengerti.
Saat itu
juga si preman mengetuk jendela menyuruh Se Jin agar keluar dari mobil. Se Jin
yang ketakutan memilih untuk mengunci pintu, tapi pria lainya mencoba masuk
melalui pintu kemudi. Se Jin dengan cepat bisa menguncinya dengan wajah
ketakutan menelp Yi Kyung. Yi Kyung baru saja kembali bertanya ada apa Se Jin
menelpnya.
“Aku juga
tidak tahu apa yang terjadi.” Ucap Se Jin ketakutan, Yi Kyung menanyakan
keberadan Tak sekarang. Se Jin kebinggungan apa yang harus dilaukanya.
Para
preman akhirnya memecahkan kaca jendela mobil berusaha menarik Se Jin, Ponsel
Se Jin pun terjatuh. Yi Kyung tak bisa berbicara pada Se Jin menyuruh Sung Mook
agar menelp Tak dan merasa kalau Son Gi Tae sedang melawan mereka. Se Jin
menginjak gas pada mobilnya dan mobil pun bergerak, para preman terlihat ketakutan.
Tak
akhirnya keluar dan tak melihat ada truk yang dibawanya jadi akan mencoba
mencarinya. Se Jin dengan wajah ketakutan membawa mobil ke jalan besar dan
sempat berhenti di tengah jalan, tiba-tiba mobil preman datang berada
disampingnya menyuruh agar berhenti saja karena mobilnya sudah tak bisa menyala
lagi.
Se Jin
berusaha untuk terus menyalakanya dan kembali mengemudikan truknya, mobil lain
datang seperti sengaja membuatnya terdesak dengan berada ditengah-tengah. Se
Jin kebingungan lalu melihat gedung polisi didepanya dan langsung menerobos
masuk.
Para
Preman melihat mobil Se Jin tak bisa berbuat apa-apa, Se Jin tersenyum bahagia
karena bisa menjauh dari preman. Seorang polisi langsung menghampiri Se Jin
dengan wajah curiga membawa mobil box tanpa ada tulisan. Se Jin berusaha
menghalangi dengan mengaku ingin pergi ke kamar mandi jadi langsung masuk
begitu saja.
Se Jin
sudah tertunduk diam di ruangan, wajahnya terlihat ketakutan., Yi Kyung keluar
dengan sebuah amplop tebal menyuruhnya duduk. Se Jin meminta maaf karena
penasaran jadi sempat melihatnya, dan juga diminta agar menunggu di mobil tapi tidak melakukannya sesuai dengan
perintahnya. Yi Kyung menyuruh Se Jin duduk dengan memperingatkan untuk tak
mengulang kedua kalinya. Se Jin pun akhirnya duduk.
“Berhubung
kau sudah tahu salah, aku akan bicara secara singkat. Jadi Uang ganti rugi. Sebenarnya
aku ingin memberikan pada saat mempekerjakanmu. Sekarang berubah jadi uang
pensiun.”kata Yi Kyung
“Tapi di
dalam truk begitu banyak uang tunai. Mana boleh sampai jatuh ke tangan orang
lain?” ucap Se Jin membela diri karena sudah berusaha menghalangi preman ingin
mengambil uangnya.
“Aku
tidak pernah memintamu untuk melindunginya dengan taruhan nyawamu.” Kata Yi
Kyung dingin, Se Jin tak percaya Yi Kyung bisa bicara seperti itu.
“Jika kau
bekerja di bawahku, kejadian yang terjadi pada hari ini kemungkinan akan ada kejadian
yang lebih berbahaya lagi yang akan terjadi. Kali ini kau cukup beruntung. Tapi
Lain kali akankah kau seberuntung ini?” ucap Yi Kyung
“Bukan
begitu, aku sudah berusaha sekuat tenaga.” Kata Se Jin
“Kau
bilang Sekuat tenaga? Siapa yang menyuruhmu begitu sok pintar? Perusahaan itu
bagaikan sebuah mesin raksasa. Poros yang berada di dalam harus berputar sesuai
dengan perintahku dan Onderdil yang tidak tahu diri tidak perlu digunakan.”
Tegas Yi Kyung beranjak dari tempat duduknya.
“Aku
hanya berpikir, jika itu adalah Presdir apa yang akan dilakukannya? Walaupun
aku tidak tahu uang ini akan dipergunakan pada bisnis yang seperti apa, Tapi
bukankah uang yang ada di dalam truk itu penting sekali? Sekalipun sangat
berbahaya, Presdir juga tidak akan membiarkan barang miliknya dirampas orang
lain. Karena itulah aku menggertakkan gigiku dan bertahan Supaya tidak dirampas
orang.” Ucap Se Jin
“Demi
uang yang tidak seberapa ini mempertaruhkan nyawa... Ini yang diajarkan oleh
kakekmu padaku?” kata Tuan Seo, Yi Kyung pun dengan berani mengancam dengan
pistolnya saat berusaha kembali mengambil uang ayahnya.
Flash Back
“Jangan
harap! Ini... jauh lebih berharga dari nyawaku. Tuhan yang bisa dilihat secara
kasat mata adalah uang.” Ucap Yi Kyung
Tuan Seo
memberitahu kalau “Koin ini... Adalah tuhanmu dan juga nyawamu. Yang kau
hilangkan di jalan bukanlah uang ini, melainkan kesadaranmu. Sebuah koin yang
nilainya kecil juga merupakan wujud tuhan.”
Yi Kyung
masih menatap Se Jin yang menahan rasa sedihnya, lalu mengambil uang koin yang
disimpanya dan memperlihatkan pada Se Jin diatas meja ia berkata Tidak peduli seberapa besar nilai uang, maka ada
saatnya tidak bisa disandingkan dengan sehelai kertas.
“Ada kemungkinan
untuk mempertaruhkan nyawa demi sebuah koin. Nilai dari uang... ditentukan oleh
diri sendiri. Ini... Tidak akan pernah dirampas, uang 1 Won yang jauh lebih
berharga dibandingkan dengan nyawaku.” Ucap Yi Kyung memperlihatkan uang 1 won
yang disimpanya.
“Ini
adalah uang kontrak.” Kata Yi Kyung, Se Jin tersenyum bahagia mendengarnya
karena tak jadi dipecat.
“Tapi, aku
menyisakan sebuah PR untukmu. Jangan menggunakan uang ini untuk membayar uang
sewa rumah. Tidak boleh dideposito-kan, juga tidak boleh digunakan untuk
membeli saham. Gunakan pada hal yang menurutmu paling tidak berarti. Bahkan Satu
sen pun tidak boleh kau simpan. Hamburkan semuanya.” Perintah Yi Kyung, Se Jin
melonggo kaget mendengarnya.
“Kau
ingin tahu uang itu apa? Jadi Ini adalah PR mu.” Kata Yi Kyung.
Se Jin
sudah ada dirumah dengan melihat kembali uangnya dengan menatap ke kamar
bibinya, tapi akhirnya mengelengkan kepala karena teringat dengan pesan Yi
Kyung agar Jangan menggunakan uang ini untuk membayar uang sewa rumah.
Ia
melihat kembali foto-foto yang harus diingat dan melihat foto Gun Woo, lalu
membaca kembali file profile dalam berkasnya.
Berkas
yang diberikan dari Ketua Jang sudah ada diatas meja, Gun Woo menyuruh dua
petingginya agar segera pulang. Salah satu Direktur merasa kalau ini kesempatan
yang diberikan Tuhan kepada mereka karena
kalau tidak untuk apa mereka datang larut malam mencarinya.
“Itulah...
Bukankah tahun ini putramu akan menikah? Orang yang harus mempersiapkan
pernikahan putranya, kenapa bisa datang ke sini di jam-jam seperti ini?” sindir
Gun Woo, Direktur hanya diam saja.
“Sudah
kubilang, kita bisa mengandalkan ini dan menangkap Park Moo Sam” kata Direktur
Lain menyakikan.
“Apakah Ini
informasi yang diberikan oleh Nam Joong Gyo Baeksong Grup? Demi Ayah
orang-orang yang berusaha menarikku ke dalam api... Ini tidak ada bedanya
menyuruhkumembunuh diri dengan minum racun.” Tegas Gun Woo, Direktur meminta
agar Gun Woo bisa lihat dulu isinya,
“Tidak
perlu. Baik itu rasa sayang atau benci, dia itu tetap adik dari ayahku. Perbuatan
terhadap keluarga yang seperti ini tidak sanggup kulakukan.” Ucap Gun Woo
Saat itu Moo Sam melihat ada beberapa direktur yang keluar tatapan langsung sinis berpikiran buruk terhadap Gun Woo.
Se Jin
berdiri di penyebrangan jalan, melihat kembali isi dari amplopnya dengan
lembaran uang yang banyak. Ia mengingat kembali pesan dari Yi Kyung “Tidak boleh
dideposito-kan, juga tidak boleh digunakan untuk membeli saham. Gunakan pada
hal yang menurutmu paling tidak berarti. Satu sen pun tidak boleh kau simpan.
Hamburkan semuanya.”
Wajah Se
Jin binggung, apa maksudnya itu. Seorang kakek menyeberang jalan dengan menarik
gerobak sampah kardus. Se Jin yang memiliki rasa simpati membantunya dengan
mendorong gerobak, lalu tersenyum seperti sudah menemukan jawaban dari PR yang
diberikan Yi Kyung.
Se Jin
mengembalikan uang yang diberikan Yi Kyung merasa sudah paham apa maksudnya
karena Yi Kyung sedang mengujinya bahwa
Seberapa pentingnya uang itu bahkan Satu sen pun tidak boleh digunakan dengan
sembarangan.
“Anda
sengaja memberiku PR ini karena kau ingin membuatku memahami semua ini,' kan? Dan
juga memperlihatkan uang 1 Won itu. Dalam perjalanan ke sini aku melihat seorang
kakek yang mengumpulkan sampah kertas. Bekerja keras seharian pun tidak akan sanggup
mengumpulkan uang sebanyak 10 ribu Won. Tapi bagiku, memiliki uang satu sen ini...
Apa nilai dari uang yang sebenarnya?” ucap Se Jin, Yi Kyung sinis merasa Se Jin
sedang omong kosong.
“Aku
memberimu PR matematika tapi kau kerjakan itu sebagai PR bahasa. Apa Kau ini
sedang ngarang novel?” ejek Yi Kyung, Se Jin melonggo binggung karena ternyata
dugaanya salah.
“Aku
tidak begitu bisa memahami kau menyuruhkumenghamburkan uang sesuka hati.” Kata
Se Jin bingung, Yi Kyung menyuruh Se Jin agar membawa uang dan mengikutinya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar