PS : All
images credit and content copyright : KBS
Moo Myung
mendorong pintu dan mencari seseorang didalamnya, Maek Jong sudah siap dengan
pedang dan penuh wajah agar tak dikenali wajahnya, lalu berkata Ada pintu yang
tidak pernah seharusnya terbuka dan ia pikir Moo Myung sedang berdiri di depan
pintu itu sekarang.
“Apakah
kau berpikir orang yang tidak memiliki
jalan dan orang itu tidak dapat masuk? Apa kau berpikir orang yang tidak untuk
memiliki pintu... Adalah orang-orangyang tidak dapat membukanya? Aku tidak
seperti itu. Aku pikir itu semua sampah. Jadi berhenti menggonggong dan keluar
dari sini! ” kata Moo Myung menantang, Maek Jong pun siap dengan pedangnya
berpindah tempat.
“Kalau
kau pergi sekarang, maka Aku akan menyelamatkan hidup mu.” Kata Maek Jong
memberikan pilihan, Moo Myung menolaknya.
“Aku
pasti akan...membunuhmu disini.” Kata Moo Myung mendorong pada pintu denganya
dan siap membunuh Moo Myung. Tapi malah A Ro yang ada didepanya,
A Ro
terlihat ketakutan melihat pedang yang ada didepanya. Moo Myung pun bertanya siapa wanita itu, Maek
Jong melihat celah mengumpat kesal pada A Ro yang bodoh. A Ro dengan
berbata-bata mengatakan kalau bukan siapa-siapa.
Maek Jong
pun akhirnya berani menyerang dari belakang, Moo Myung pun memeluk A Ro untuk
menyelamatnya dan menjauhnya dari pedang. Dua laki-laki pun berkelahi dengan
pedangnya, saat itu Maek Jang berhasil melukai bagian lengan Moo Myung dan
akhirnya memilih kabur, tapi disadari gelang yang biasa dipakainya terlepas.
Moo Myung mengumpat kesal dengan luka ditanganya.
Sementara
A Ro yang berhasil kabur berusaha untuk bangun tapi kakinya masih lemas setelah
melihat kejadian disebelumnya. Ia mengunakan cara mengoles air liur dengan
hidungya agar kakinya bisa berdiri. Saat itu gerobak yang tadinya menutupi
badannya malah pergi.
Moo Myung
keluar mencari sosok Maek Jang yang sangat misterius, A Ro panik dan buru-buru
menyembunyikan wajahnya dari dengan menundukan kepalanya. Ia mengumpat kesal
dengan keduanya yang berkelahi di siang bolong, teringat kembali saat Moo Myung
menyelamatkanya dari serangan pedang.
“Dia
tidak terlihat seperti seorang pembunuh.” Ungkap A Ro, lalu teringat dengan
buku agendanya dan ternyata masih ada didalam tasnya dan tersimpan dengan aman
dan merasa kalau pasti Pi Joo Ki pasti sudah menunggunya.
Pa Oh
kaget mengetahui Maek Jong kehilangan gelangnya, padahal gelang itu menandakan
bahwa ia adalah Raja. Maek Jong terlihat santai karena kalau orang-orang bilang
dirinya bukan raja jika tidak memilikinya, jadi tidak akan mengganggu mereka.
Pa Oh merasa dirinya pantas mati dengan keadaan ini.
“Aku
tidak melindungimu dengan baik. Aku pantas mati.” Ucap Pa Oh sedih
“Kalau
kau mati, apa yang akan terjadi denganku? Jika ibu tidak akan menyatakan bahwa
Akulah Raja, maka Tidak akan ada satupun orang yang tahu kalau aku raja” kata
Maek Jong, Pa Oh tak percaya kalau Maek
Jong berani melakukannya karena sudah
menakutinya. Maek Jong hanya tertawa.
Saat itu
terdengar dua pria yang sedang mengobrol, membahas tentang alasan mengapa Raja
tidak menunjukkan wajahnya, karena yang ia dengan Raja itu adalah seorang kasim
dan orang terbodoh di dunia, jadi pantas saja ratu melakukan segalanya.
“Yang aku
takutkan jika orang bodoh itu akan muncul nanti
dan mencoba untuk bertindak seperti Raja.” Ungkap si pria, Maek Jong dan
Pa Oh mendengar keduanya bicara. Pria pun setuju.
“Beginilah
dunia dan kau Jangan melakukan apapun” perintah Maek Jong melihat Pa Oh yang
siap berdiri memberikan pelajaran.
“Aku
berharap, aku adalah seorang kasim dan orang bodoh.” Ungkap Maek Jong.
Ia
terdiam dan teringat perkataan ibunya “Aku yang akan memutuskan kapan kau akan
diperkenalkan kepada dunia. Sampai saat itu, hidup lah dalam persembunyian.”
Sementara Moo Myung menyindirnya kalau Bersembunyi kebiasaannya. “Apa kau takut
menunjukkan wajahmu?”
Moo Myung
mengingat semuanya, merasa membenarkan kalau Bersembunyi tidak bisa menjadi
kebiasaan.
Joo Ki
melihat Hwa Kong duduk termenung diatas patung kudang, menurutnya Sejak pergi
keluar pagi ini terlihat melamun, lalu berpikir marah karena harus memastikan orang tidak mencuri dari kedai ini. Ia
mengingatkan kalau Hwa Kong tinggal dengan gratis menurutnya tak boleh bersikap
seperti ini.
“Tutup
mulutmu. Aku harus berkonsentrasi.” Kata Hwa Kong, Joo Ki heran konsentasi
semacam apa.
“Lalu,
Apa kau tidak tertarik dengan hal yang baik ini dan Dia sedang dalam perjalanan
sekarang.” Kata Joo Ki, Hwa Kong bertanya siapa yang dimaksud dalam perjalanan.
Joo Ki dengan bangga mengatakan kalau
akhirnya kabar baik datang, yaitu Rincian pribadi dari Pria muda.
A Ro
langsung meminum segelas air sampai habis menghilangkan dahanya, Hwa Kong
bertanya apakah memang A Ro yang mencari tahu dengan melihat sangat
kehausan. A Ro mengak kalau Terjadi
sesuatu yang membuat kakinya lemas, lalu memberikan dua tumpukan buku diatas
meja.
“Ini adalah...
catatan semua rincian pria muda.” Kata A Ro
“Lalu,
apa kau bilang ... segala sesuatu tentang pria muda di buku ini?”ucap Hwa Kong
tak percaya, A Ro langsung memukul tangan Hwa Kong saat ingin menyentuhnya. Hwa
Kong binggung.
“Ada sedikit
masalah kalau membaca ini. Aku mencatatnya dengan sangat cepat, jadi hanya aku
yang bisa membacanya.” Kata A Ro, Hwa Kong hanya melihat dengan cepat
berkomentar kalau itu entah seperti gambar
atau tulisan.
“Aku
bahkan bisa menulis lebih baik dengan kakiku.” Ejek Hwa Kong melihat tulisan A
Ro yang sangat jelek.
“Tulisan
tanganku biasanya saingan dari kaligrafer, tapi ini terjadi karena aku harus
menulis sambil bersembunyi. Jadi Bagaimana kalau... ada biaya tambahan untuk
penjelasannya. Apa kau ingin aku untuk melakukannya?” kata A Ro
Hwa Kong
ingin memulainya, tapi Joo Ki seperti tak ingin membayarnya. A Ro pikir mereka
bingung saat ini, tetapi jika mendengar penjelasannya maka akan merasa seolah-olah
ada percikan api di ruangan gelap tanpa sinar cahaya. Keduanya binggung apa
maksud dari “percikan api”
A Ro
sudah berdiri depan papan dengan tongkat seperti guru , lalu bertanya bagaimana
cara harus menentukan tingkat pengetahuan keduanya. Joo Ki mengejek kalau Hwa
Kong tidak tahu apa-apa. Hwa Kong tak terima berharap kalau bisa memukulnya
nanti.
“Ada tiga
prinsip kekuatan di kerajaan Silla.Aku akan jelaskan ketiganya.Untuk membuatnya
sederhana, ada orang-orang ratu, orang yang menentang ratu, dan netral yaitu
Tidak memihak siapa siapa”ungkap A Ro dengan dua bagian mentri yang tidak
saling akur dan menatap sinis.
“Sejak
aturan Perdara mentri Park, keluarga Kim, Suk, dan Park .. bergantian menaiki
tahta. Itu adalah bagaimana negara ini diperintah. tidak salah jika menyebut
beberapa bangsawan, memiliki daya yang cukup sebanding dengan Ratu.” Kata A Ro,
Hwa Kong mengaku kalau bisa mengetahuinya.
“Sekarang,
Kau harus fokus. Aku akan menjelaskannya. Yang Pertama, pihak netral.Jika kita
memilih orang yang paling indah di Silla,9 dari 10 orang akan mengatakan nama
ini. pesonanya tidak hanya bagi perempuan, tapi laki-laki juga.” Jelas A Ro
Seorang
pria muda yang terlihat sangat cantik, bernama Yeo Wool. Ia berjalan dan banyak
di gilai para pria dan wanita. A Ro memberitahu kalau Yeo Wool diberikan
kekuasaan tapi tak tertarik dan terus bergerak seperti angin. Hwa Kong tak
mengerti maksudnya “seperti angin”
“Ibunya
adalah adik dari mantan raja.Dia adalah Bangsawan.Tapi, dia tidak tahu ...siapa
ayahnya di antara semua bangsawan itu” ungkap A Ro lalu mendekati wajah Hwa
Kong melakukan seperti yang biasa Yeo Wool lakukanan pada setiap bangsawan.
“ Kau
harus menjadi ayahku. Bolehkah aku memanggilmu ayah ” ucap Yeo Wool. Hwa Kong
sedikit ketakutan mendengarnya.
A Ro
menceritakan setiap Yeo Wool melakukan
itu, maka Seluruh bangsawan ibukota terkejut. Hwa Kong mengangguk mengerti. A
Ro pun akan memberitahu sesuatu yang
sangat penting dengan membahas tentang
kuda merajalela, merasa kalau pria yang akan dibahasnya memang seperti
kuda. tapi sebelumnya tidak pernah terikat.Ban Ryu dan So Ho terlihat sedang
bertanding bola sepak.
“Mereka
memiliki kekuasaan dan bisa mendapatkan apa pun yang mereka minta.Mereka juga
berbakat dalam segala hal.Di antara mereka punya dua keahlian.” Cerita A Ro
dengan wajah Ban Ryu lebih dulu ingin dijelaskanya.
“Ban
Ryu... Dia adalah anak angkat dari Park Young Shil dan anak biologis dari Tuan
Ho. Kau bisa mengatakan bahwa dia lahir dengan dua sendok perak.” Kata A Ro,
saat itu tiba-tiba Hwa Kong mengeluarkan kentutnya, lalu meminta maaf.
“Dia
tampan dan berpengetahuan. Tapi, sedikit dingin. Wanita selalu lebih tertarik
pada pria yang dingin.Dia sering tersinggung dengan mereka semua. Dia rekan
berhati dingin dan tidak tertarik pada wanita..” Cerita A Ro yang tahu Ban Ryu
setiap datang dikerubingi oleh wanita yang ingin mendekatinya.
Soo Ho
sedang bermain bola berteriak kesal ada orang menendang kakinya dan terlihat Ban
Ryu sebagai lawanya dengan kostum berwana biru. Ban Ryu sengaja berpura-pura
kalau dipikir Soo Ho itu bola yang harus ditendangnya.
“Jika Ban
Ryu menggunakan otaknya, maka yang satu ini menggunakan fisiknya.” Ucap A Ro,
Soo Ho sengaja mendorong Ban Ryu dan mendudukinya ditanah.
“Soo Ho..
Dia adalah putra dari Tuan Kim Seub yang berada di sisi Ratu. Dia tinggi dan
tampan. Tidak ada yang dapat membandingkannya .untuk keberaniannya dan
kekuatannya di ibukota. Tapi ...” kata A Ro terdiam, Hwa Kong ingin tahu apa
maksudnya.
“Dia
terkenal dengan kegenitannya. Ada dua jenis perempuan di ibukota. Mereka yang
tahu siapa Soo Ho, dan orang-orang yang dibuang oleh Soo Ho.” Jelas A Ro, Soo
Ho selalu berjalan dan berusaha mengoda wanita, bahkan bisa menciumnya, saat
itu datang seorang wanita yang selalu menamparnya dan beberapa kali kena
tamparan dari wanita yang kena tipu dayanya.
“Karena
ayah mereka dengan reputasi yang tinggi, maka mereka ingin membentuk kelompok
dan memulai perkelahian. Dan Sama seperti ayah mereka” cerita A Ro lalu
berpindah ke laki-laki lainya.
A Ro
melihat Ada juga seorang pria yang menyadari lingkungannya setelah melihat
wajahnya di cermin. Seorang pria sibuk dengan cerminya, yaitu Han Sung. A Ro
memberitahu pria itu ingin tahu tentang banyak hal dan sering tersenyum dan Saudara
laki-lakinya yang lebih tua selalu mengawasinya. Sementara kakaknya bernama Dan
Se, melihat tingkah adiknya hanya melirik sinis.
Hwa Kong
ingin mengajukan pertanyaan, kalau sebelumnya mengatakan Han Sung dan Dan Sae
adalah saudara tapi kenapa keduanya berada di sisi yang berbeda. Joo Ki pikir
memang keduanya berasal dari tingkatan yang berbeda jadi berada di sisi yang
berbeda. Hwa Kong tak mengerti maksud dari tingkatan yang berbeda
“Mereka
memiliki ayah yang sama, tapi ibu dari Dan Sae digunakan untuk menjadi seorang
budak. Mereka terikat dengan darah, tetapi berada di tingkatan yang berbeda..”
Jelas A Ro.
“Salah
satunya merupakan bangsawan sementara yang satunya lagi setengah bangsawan”
ungkap Joo Ki terdengar seperti sok tahu.
Ban Ryu
memanggil So Ho yang terlihat kesal menepuk pundaknya mengatakan kalau Seperti
yang dijanjikan, yang kalah akan membayar alkohol di Okta selama dua minggu.
Soo Ho terlihat kesal dengan tingkah Ban Ryu bahkan bisa dikalahkan begitu
saja.
“Mengapa
aku selalu kalah darinya? Aku bisa mengalahkannya dalam ilmu pedang dan
menunggang kuda. Mengapa aku selalu kalah dalam sepak bola? Dan Juga, Aku yang
paling marah ketika kita kalah dalam sepakbola.” Teriak Soo Ho geram sendiri
pada dirinya,
Temanya
menunjuk merasa kalau itu salah satu alasanya, Soo Ho pun melihat Ban Ryu yang
banyak dikerubungi oleh para gisaeng dengan mengelap wajah yang penuh dengan
keringat. Soo Ho merasakan kepalanya terasa sakit, sementara temanya merasa perkelahian
pedang di pegunungan dengan Soo Ho, menurutnya tak ada gunanya walaupun menang
10 kali.
“Dengan
itu, Kau akan tahu sebagian besar laki-laki muda yang terkenal di ibukota. Tapi
Ada satu orang yang belum aku selidiki.” Ungkap A Ro mengingat saat Maek Jong
mendekatinya dengan mengodanya kalau semua orang terlalu sibuk jadi Tidak ada
yang akan mengingatny kalau berada di tempat iniBahkan tidak akan ada yang
melihat mati juga.
A Ro
seperti ingin melupakan saja dan merasa kalau mereka tidak harus tahu tentang
pria yang menurutnya sangat menyeramnya dan menyudahi kalau hanya itu saja pria
yang berhasil diselidikinya, jadi apabila ada pertanyaan silahkan
memberitahukanya dan sibuk membereskan buku diatas meja.
Ia juga
mengatakan kalau akan ada biaya tambahan untuk itu jadi akan kembali lagi nanti
untuk mendapatkan Sisa gajinya dan bergegas perg Hwa Kong merasa kalau A Ro itu
seperti seorang gadis pintar dengan utang. Joo Ki bertanya apakah ingin tahu
siapa A Ro, Hwa Kong heran dengan pertanyaanya. Joo Ki menjelaskan maksudnya
itu ingin mengetahui tentang ayah A Ro. Hwa Kong pun bertanya siapa ayah A Ro.
“Dia adalah
putri dari Tuan Ahn Ji Gong. Dia adalah keturunan campuran antara ... Bangsawan
Ahn Ji Gong dan seorang pelayan.” Jelas Joo Ki, Hwa Kong seperti baru
mengetahui kalau A Ro anak dari Tuan Ahn, karena terlihat sangat akrab dilihat
sebelumnya.
A Ro
kembali pulang dengan wajah bahagia, lalu dikejutkan dengan melihat sosok orang
yang dikenalnya dan bergegas bersembunyi dengan bertanya-tanya kenapa pria itu
ada didepan rumahnya, lalu melihat kembali Moo Myung yang berdiri menatap ke
dalam rumahnya.
“Apa dia
mengikutiku? Apa ia mencoba untuk menyakitiku?” ungkap A Ro panik lalu
mengintip kembali dan tak melihat Moo Myung didepan rumahnya.
Tiba-tiba
Moo Myung sudah berada dibelakang A Ro dengan tatapan sinis merasa kalau
sengaja mengikutiya. A Ro yang terlihat masih kaget menyangkalnya, Moo Myung
tak percaya dengan A Ro yang ada didepan rumah, A Ro terlihat benar-benar
ketakutan. Moo Myung berteriak marah meminta agar A Ro menjawab pertanyaan. A
Ro akhirnya menjawab kalau tinggal dirumah itu dan mengatakan yang sebenyanya.
Moo Myung
terdiam dan teringat sebelumnya, mendengar suara wanita yang datang memberitahu
sebagai anak dari pemilik rumah, yaitu anak dari Tuan Ahn Ji. Ia menatap A Ro seperti tak percaya kalau A Ro
adalah anak dari Tuan Ahn Ji.
A Ro melihat sabuk dan bajunya, lalu berjongkok
memeriksa bagian bawah celana yang dipakai oleh Moo Myung karena mengenalinnya,
Moo Myung sampai terjatuh bertanya apa yang sedang dilakukan A Ro pada dirinya.
“Aku yang
membuat jahitan ini, Aku membuat ini untuk kakakku. Mengapa kau memakai ini?
Dan Kau siapa? Dari mana kau mendapatkan pakaian ini?” ucap A Ro penasaran,
Tuan Ahn melihat keduanya lalu A Ro pun menatap ayahnya seperti meminta
pertolongan.
Moo Myung
dan Tuan Ahn bertemu disebuah ruangan,
Tuan Ahn memberitahu Jika mereka menemukan seorang petani di
ibukota,maka orang yang menyembunyikan petani itupun juga akan dihukum dan
merasa Moo Myung itu pasti sudah mengetahuinya.
“Jangan
khawatir. Setelah aku pergi, maka kita tidak akan pernah bertemu lagi.” Kata
Moo Myung
“Jika ada
yang bertanya namamu, Kau Bilang namamu Sun Woo.Aku ingin Ah Ro untuk berpikir
... bahwa kau benar-benar kakaknya.” Ucap Tuan Ahn, Moo Myung binggung maksud
ucapan ayah temanya.
“Tinggallah
di sini sebagai anakku dan juga dan sebagai kakaknya.” Kata Tuan Ahn, Moo Myung
pikir Tuan Ahn sudah gila, dan juga
kenapa ia harus menjadi anak dan kakak dari A Ro
“Kau
masih perlu pengobatan dan akan sering kehilangan kesadaranmu Ini akan sulit bagimu
karena kau cedera parah. Aku yakin kau akan pingsan lagi sebelum matahari terbenam
jika kau pergi sekarang. Apa begitu caramu ingin mati? Kau harus mendapatkan
yang lebih baik, Jadi Tinggal lah di sini
sampai kau merasa lebih baik. Ini bukan kehendak ku. Tapi ini kehendak Sun
Woo.” Kata Tuan Ahn menyakinkanya, Moo Myung menatap wajah ayah temanya
terlihat tak percaya.
A Ro
mengikuti ayahnya yang keluar dari kamar mengetahui Moo Myung itu adalah pasien
sebelumnya, lalu memastikan kalau bukan rentenir dan bertanya kenapa mengenakan
pakaian yang dibuatnya. Tuan Ahn hanya menatap anaknya lalu mengelus kepala
anaknya.
Mereka
pun pindah ke bagian pembuataan obat, A Ro merasa yakin kalau itu tak mungkin
karena pernah sudah menemukan kakaknya terakhir kali, tapi ternyata salah
menduga. Ia menceritakan sudah melihat Moo Myung dipasar menurutnya pria
itu orang yang sangat berbahaya.
“Lelaki
itu... adalah kakakmu. Dia memiliki kalung ini” kata Tuan Ahn menyakinkan
dengan memberikan sebuah kalung, A Ro pun melihatnya dengan seperti bulan sabit
dan ketika bisa disatukan.
“Aku tahu
bagaimana perasaanmu sekarang. Tapi, Seorang ayah selalu bisa mengenali
anak-anaknya.” Ungkap Tuan Ahn menyakinkan kalau itu memang kakak dari A Ro
yang selama ini mereka cari.
A Ro
keluar dari rumah menatap Moo Myung, begitu juga Moo Myung yang menatap A Ro
sebagai adik dari teman kesayanganya.
Flash Back
Keduanya
berjalan pergi ke ibu kota, Moo Myung bertanya apakah adiknya juga tinggi. Mak
Moon memperlihatkan kalau tingginya itu selututnya menurutnya adiknya begitu
kecil dan cantik. Tapi menurutnya sang adik itu
sudah besar sekarang jadi mengira-ngira tingginya mungkin sudah
sepinggangnya, atau mungkin sepundaknya.
“Apa kau
sangat menyukai adikmu?” ejek Moo Myung, Mak Moon mengaku sangat ingin melihat
adiknya dan berharap bisa melihatnya
sebelum mati.
Moo Myung
terlihat sedih karena temanya itu tak bisa melakukan dan sudah lebih dulu mati
sebelum melihat adiknya. A Ro mencoba memeriksa bagian kakinya dan terlihat tidak
memiliki bekas luka karena tergelincir dan jatuh di sungai bahkan tidak memiliki
bekas luka apa pun di kakinya. Moo Myung langsung menarik kakinya.
A Ro
menarik bagian kerah baju dan mengetahui dibagian pundak kakaknya menyentuh sarang lebah dan hampir meninggal
karena sengatan lebah, bahkan tak melihat ada bekas lukanya. Moo Myung membela
diri mana mungkin bekas sengatan lebah itu masih ada, A Ro pun bertanya tentang
bekas luka lainya.
“Jika kau
punya bekas luka yang besar, maka bekas luka lama itu nyaris tak akan
terlihat.” Ungkap Moo Myung
“ Matamu,
hidung, dan mulut ... Tidak ada sama sepertiku” kata A Ro tak percaya kalau Moo
Myung itu kakaknya. Moo Myung ingin menyentuh pipi A Ro tapi A Ro memilih untuk
menghindar.
“Kau
benar... Kita sama-sekali tidak terlihat sama...” kata Moo Myung, A Ro menangis
dan buru-buru menghapus air matanya tak percaya kalau sampai bisa menangis
seperti ini.
“Kita bahkan
tidak tahu jika kau yang asli atau palsu. Mungkin kau tidak tahu, tapi
seseorang datang sebelum dan mengatakan kalau dia adalah saudaraku dan Hanya karena
kau memiliki kalung itu, Aku tidak akan percaya bahwa kau adalah kakakku.. Itulah
mengapa...” ucap A Ro dengan terisak.
Moo Myung
menarik A Ro seperti dalam pelukanya, lalu melihat dibagian pundaknya kalau
masih memiliki bekas luka. A Ro langsung menarik bajunya merasa kalau Setiap
anak memiliki bekas luka seperti itu jadi memperingatkan agar Jangan bertindak
seperti saundara kandungnya. Moo Myung menyakinkan kalau memag A Ro ingin tahu
tentang masa kecilnya, maka bisa bertanya padanya.
“Aku bisa
mengingat hal-hal yang mungkin tidak kau
ingat.” Kata Moo Myung yang selalu mendengar cerita Mak Moon tentang adiknya
setiap hari.
A Ro
duduk sendirian didepan rumah, teringat kembali saat pertemuan dengan Moo Myung
yang mengeluarkan pedangnya bertanya siapa dirinya, seperti tak saling
mengenal. Dan menyelamatkanya dari pedang dari tangan Maek Jong. Moo Myung juga
bisa mengetahui ada luka dibagian pundak belakangnya.
“Apa
memang manusia kasar seperti dia adalah kakakku? Tapi Dia terlihat tidak asing
dan Sesuatu yang tidak asing darinya.” Kata A Ro sambil mengoyangkan kakinya
dan tak sengaja sepatunya terlempar.
Teringat
kembali saat dipasar sepatunya yang terlempar lalu diselamatkan oleh Moo Myung
dan dengan setengah mabuk memuji Moo Myung yang terlihat tampan dimatanya. Lalu
menjerit tak percaya kalau merasa semuanya itu tak benar.
Moo Myung
duduk sendirian dalam kamarnya ditanganya mengunakan gelang yang ditemukanya
saat berkelahi dengan seorang pria yang menutupi wajahnya, lalu berusaha
mengigitnya seperti memastikan kalau yang dipakainya adalah emas asli.
Tiba-tiba ia melihat Mak Moon disampingnya.
“Apa kau
merasa tak nyaman? Aku berbicara tentang tidur di kamar ku” kata Mak Moon, Moo
Myung membenarkanya.
“Adikku cantik,
kan? Dia gadis yang baik. Sepertinya kau tidak tahu sama sekali.” Ungkap Mak
Moon bangga, Moo Myung melihat adik temanya itu sangat aneh karena sering
menangis tapi mengakui kala memang cantik seperti yang dikatakan.
“Kau
berjanji untuk melindunginya.” Kata Mak Moon, Moo Myung pun bertanya apa yang
harus dilakukanya. Mak Moon meminta agar tetap menjadi dirinya sendiri.
“Aku
melihatmu sekarang, tapi kenapa aku sangat merindukanmu?” ungkap Moo Myung, Mak
Moon memberikan senyumanya. Saat itu Moo Myung seperti tertidur pulas dengan
duduk dikamar Mak Moon, seperti temanya itu sengaja mendatangi temanya dalam
mimpi.
A Ro
sibuk didapur dengan mempersiapkan sarapan 3 buah ayam dengan membuat
samgiteyang, lalu menyakinkan diri kalau Moo Myung itu tak akan mengenalinya
saat ada dipasar. Ketiganya makan bersama, Moo Myung makan dengan lahap seperti
tak makan setahun, sementara Tuan Ahn dan A Ro seperti kehilangan nafus
makannya.
“Sudah
sangat lama, terakhir kali kita punya nasi putih. Ini Sangat lezat, benarkan,
Ayah?”kata A Ro, Tuan Ahn seperti merasa tak enak badan dan memilih untuk
kembali ke kamarnya. Akhirnya hanya mereka berdua dan A Ro terus menatap ke
arah Moo Myung yang makan dengan lahap.
“Berhenti
melihatku dan makan.” Kata Moo Myung bisa merasakanya, A Ro mengelak kalau tak
melihatnya.
“Aku
ingin tahu apa kau tahu kalau aku ini punya kepribadian yang menjengkelkan dan
juga ceroboh.” Ungkap A Ro
“Kau
mabuk siang hari, dan kebiasaan mabukmu cukup ekstrim.” Kata Moo Myung
blak-blakan masih mengingatnya, A Ro melotot kaget ternyata Moo Myung masih
menginganya.
Bersambung
ke part 2
Tidak ada komentar:
Posting Komentar