Sim Chung
mengatakan akan kembali ke tempat asalnya sebelum terlambat, Joon Jae
mengingatkan Sim Chung yang meminta agar memberitahu kalau akan mulai berencana
menyukainya, lalu menegaskan sekarang ia
sudah berencana melakukanya.
“Jadi...
janganlah pergi.” Kata Joon Jae memohon, Sim Chung tak percaya Joon Jae meminta
agar jangan pergi.
“Kau
jangan pergi dan Kita pulang saja, ke rumah.” Kata Joon Jae menarik tanganya
untuk pergi, tapi ia merasakan tiba-tiba terasa sakit.
Sim Chung
panik melihatnya dan Joon Jae terjatuh tak sadarkan diri, Sim Ching memanggil
Joon Jae terus menerus. Sementara Joon Jae seperti masuk ke dalam arah bawah
sadarnya seperti masuk ke dalam sebuah ruangan cermin.
Ia
terdiam melihat sosok pria yang ada didepanya, Dam Ryung datang berdiri menemui
Joon Jae, keduanya saling menatap seperti tak percaya kalau wajah mereka memang
sangat mirip seperti sebuah renkarnasi.
Sim Chung
berteriak meminta tolong pada orang yang ada disekitar, beberapa orang pun
mengerubunginya dan salah seorang menelp ambulance kalau ada orang yang tak
sadarkan diri di pinggir sungai.
Sementara
Joon Jae dan Dam Ryung masih saling menatap,
lalu keduanya sama-sama bertanya siapa kau, Dam Ryung menyebut namanya
lebih dulu. Joon Jae terus menatapnya.
Dam Ryung mengatakan kalau memang dia dan
wanita itu bersatu lag maka ingatlah perkataan ini lagi setelah
terbangun dari mimpinya.
“Semua
kejadian terulangsendiri.Nasib yang terjadi di sini juga sedang terjadi di
dunia sana, nasib buruk sepertiyang sudah diduga.Lindungilah wanita itu...dari
orang yang berbahaya.” Ucap Dam Ryung
Petugas
pun datang melihat Joon Jae tiba-tiba membuka matanya, Joon Jae seperti
tersadar dengan tertidur sejenak. Petugas memastikan kalau Joon Jae bisa
menatapnya dengan jelas, Sim Chung panik
menanyakan kedaaanya, Joon Jae mengatan kalau ia baik-baik saja dan mencoba
untuk berdiri, Sim Chung menatap Joon Jae langsung memeluknya dengan erat, Joon
Jae seperti tak enak karena banyak orang disekeliling, tapi akhirnya memeluknya
dengan erat.
Keduanya
pun berada di pinggir jalan, Sim Chung yang masih khawatir memastikan kalau
Joon Jae baik-baik saja. Joon Jae pun mengingat kalau sebelumnya Sim Chung
mengatakan kalau ia juga merasa kesakitan.
Sim Chung mengatakan kalau ia sekarang tidak sakit lagi. Joon Jae
memegang bahu Sim Chung agar menatapnya.
“Kau
bertanya "Kapan kau akan menyukaiku? Kau sudah berencana atau
belum?" Apa kau mengatakan hal itu
untuk membuat lari dariku?” ucap Joon Jae merasa Sim Chung itu benar-benar menakutkan.
“Jika kau
pergi, kau pergi kemana? Siapa yang akan kau temui? Apa pada Si PNS itu?” kata
Joon Jae kesal
“Jung
Hoon sudah pergi sekarang.” Ucap Sim Chung sedih, Joon Jae bertanya kemana ia
pergi. Sim Chung menjawab kalau Jung
Hoon pergi Ke tempat yang jauh.
“Apa kau
juga berencanapergi menemui dia ke tempat yang jauh?Kenapa? Jika kau pergi
menyusul dia, apa dia yang membuatkanmu ramyun?” kata Joon Jae dengan nada
cemburu
“Bukan Jung
Hoon yangmembuatkanku ramyeon saat itu.” Kata Sim Chung menatapnya, Joon Jae
seperti salah menduga ternyata bukan pria itu yang membuatnya dan ia ingin tahu
siapa pria yang dimaksud. Sim Chung
menjawab tidak bisa memberitahunya, Joon
Jae seperti hilang akal dan mengajak agar Sim Chung mengikutinya saja.
Ia
mengajak Sim Chung pergi ke mesin boneka,
dengan menunjuk kalau ada banyak boneka didalamnya dan meminta agar
memilih salah satunya. Sim Chung memilih boneka yang berwarna merah muda. Joon
Jae pun menyuruh Sim Chung untuk
mengambil itu karena sudah memilihnya dengan memasukan koin.
Sim Chung
memainkan tombol berusaha mengambilnya, jaring pun mengangkatnya tapi ketika
ingin mengeluarkan malah terjatuh. Ia
mengeluh kesal padahal Padahal hampir bisa keluar. Joon Jae pikir Sim Chung
bisa melihat kalau boneka itu hampi keluar tapi pada kenyaatanyan bonekanya tidak keluar.
“Biasanya
hidup itu adalah soal mencari tahu, dan bertanya-tanya apakah suatuupaya akan
berhasil atau tidak.Tapi kau di sini menyerah. Boneka Merah muda yang kau pilih
itu, maka kautak bisa mengubah hal yang sudah terjadi.” Jelas Joon Jae kembali
memasukan koin agar Sim Chung mencoba lagi. Tapi Sim Chung kembali gagal
“Sepertinya
ini tidak akan berhasil.” Ucap Sim Chung terlihat pasrah
“ Apa Kau
mau menyerah seperti itu lagi?Kalau kau sudah menetapkan keputusanmu, kau tidak
boleh menyerah sampai halitu menjadi milikmu. Entah itu boneka merah muda atau
apapun itu.” Jelas Joon Jae kembali memasukan koin agar Sim Chung kembali
mencobanya
Setumpuk
uang koin ada diatas mesin, Sim Chung terus mencoba agar mendapatkan boneka
yang dinginkanya. Joon Jae terlihat lelah menunggu mencoba menyela, tapi Sim
Chung menyuruhnya agar menunggu saja karena hampir saja bisa mengambilnya.
“Dari
yang kulihat, pasti ada yang aneh dengan mesinnya. Sepertinya mereka sengaja
melonggarkan cengkramannya itu, jadi Kita pulang saja.” Kata Joon Jae mencoba
mengelabuhinya
“Apa Berarti, kita menyerah?” kata Sim Chung
dengan wajah polosnya.
“Tidak.
Ini bukan menyerah, Tapi ini hanya berhenti sementara.” Kata Joon Jae, Sim
Chung berpikir akan mencoba Sampai waktu berikutnya.
“Tentu
saja. Kau sudah pintar sekarang, Pokoknya, yang penting sekarang kau tidak
boleh menyerah atas keputusan yang kau pilih. Jadi Kau boleh menyerah atau
tidak boleh?” ucap Joon Jae sedikit mengelus rambut Sim Chung, Sim Chung
menjawab kalau ia tak boleh menyerah. Joon Jae pun mengajak untuk makan
bungepang.
Joon Jae
baru pulang kerumah, Nam Doo langsung memarahinya karena sudah memperingatinya
agar tak pergi dan akhirnya sesuatu yang serius terjadi. Joon Jae mengatakan
kalau ia baik-baik saja. Nam Doo bertanya siapa orang itu tersebut apakah
melihat wajahnya.
Joon Jae
mengingat wajah si Dae Young dengan korek api, lalu mengingat saat seseorang
mengaku polisi datang kerumahnya lalu pria yang ada pakaian jaman joseon, Ia
pun merasa tak yakin. Nam Doo bertanya apakah ada seseorang yang terlintas di pikiranya. Joon
Jae hanya terdiam menatap TV.
Nam Doo
pikir ada banyak musuh dari mereka, Joon Jae melihat siaran berita di TV lalu
memberitahu kalau orang yang dilihat sama dengan yang ada TV. Nam Doo menunjuk
buronan Dae Young yang sedang dicari-cari polisi. Sim Chung berkomentar kalau
kemarin pria itu mengunakan topinya.
“Sim
Chung apakah kau mengingat orang tersebut? Dia orang yang datang mengunakan jas
hujan polisi dan datang ke rumah saat hujan turun sebelumnya” kata Joon Jae
“Dia
mengunkan jas hujan polisi dan mengunakan topi hitam” kata Sim Chung
“Apa kau
melihat pria itu juga setelah hari itu?” tanya Joon Jae, Sim Chung mengatakan
pernah bertemu saat menyebarkan brosur sebelumnya.
Nam Doo
yang mendengarnya merasa semua tubuhnya serasa merinding, lalu menyimpulkan
kalau borunan tersebut seperti mengincar Sim Chung, dan bertanya-tanya
alasanya. Joon Jae langsung memarahin Sim Chung karena tak memberitahu yang
terjadi, dengan mengumpatnya bodoh. Nam Doo membela kalau Sim Chung pasti tak
mengetahuinya dan kenapa Joon Jae harus memarahinya. Joon Jae memilih untuk menaiki
tangga rumahnya.
Nam Doo
memasang perampian, lalu menyuruh Joon Jae masuk ke dalam karena dibalkon pasti
sangat dingin. Joon Jae pun duduk disamping Nam Doo dengan wajah frustasi, tak
percaya kalau Dae Young harus mengincar Sim Chung. Nam Doo pikir Dae Young
mengincar Nam Doo karena sebelumnya menelp dan seperti ingin membunuhnya.
“Sesuatu
yang serius pasti akan terjadi padamu” ucap Nam Doo mengingat kalau ia yang
menyelamatkanya.
“Itulah....
mengapa buronan itu mengikuti Sim Chung....” kata Joon Jae lalu mengingat
dengan pesan Dam Ryung kalau ada orang jahat jadi meminta agar melindungi Sim
Chung.
“Hyung...
Jangan salah paham soal ini. Aku tadi bermimpi. Di dalam mimpi itu, aku tinggal
di zaman Joseon Dan aku memakai gelang itu.” Ucap Joon Jae, Nam Doo binggung
apakah yang dimaksud adalah gelang Kim
Dam Ryung itu.
“Ah, jadi
dalam mimpi, kau itu Kim Dam Ryung?” ucap Nam Doo, Joon Jae membenarkan.
“Ah...
itu Mungkin saja. Setelah menontonfilm
The Admiral: Roaring Currents..., maka aku bermimpi jadi Laksamana Yi di mimpi
itu.” Ucap Nam Do tak percaya
“Aish,
bukan mimpi tak masuk akal seperti itu maksudku.” Kata Joon Jae kesal, Nam Doo
merasa kalau mimpinya temanya itu yang tak masuk akal menurutnya tak mungkin
Joon Jae menjadi Kim Dam Ryung dan seakan-akan melihat kembali kehidupan masa
lalunya.
“ Aku
bukan melihat kehidupan masa laluku, tapi aku... merasa aku melihat dua alam
semesta yang berbeda. Aku ada di alam semesta lain.” Kata Joon Jae merasa aneh
“ Kau ini
bicara omong kosong.Ini pasti karena aku selalu bicara padamu tentang gelang
itu..., dan Si Ah memberitahumu soal kapal karam itu. Karena itulah kau
mengalami mimpi tak masuk akal ini. Kenyataan yang mengatur mimpimu. Kau pernah
belajar... ilmu saraf Lalu bagaiman bisa
kau tidak menyadarinya?” kata Nam Doo yakin, Joon Jae mulai percaya dan
merasa kalau belakangan ini tidak fokus.
“Itu
memang wajar... bermimpi aneh sebelum proyek-proyek besarmu. Ini pasti pertanda
bahwa Proyek Ahn Jin Joo akan berhasil.” Kata Nam Do penuh semangat.
Jin Joo
sedang asyik menelp dikamarnya, membahas tentang Seo Yuna. dan Elizabeth punya
masalah dengan berkata kaalu anak-anak
seperti selalu menonjol dalam hal yang tidak baik. Yu Na yang ingin masuk ke
tim renang pun tak diperbolehkan oleh para ibu-ibu yang dianggap sosialita
menurutnya kalau anak-anak seperti itu ikut bergabung, pasti anak mereka yang menderita nanti.
Tuan Cha
masuk kamar melihat istrinya yang masih menelp, Akhirnya Jin Joo pun menyudahi
telpnya. Tuan Cha mengeluh pada istrinya
yang sudah teleponan selama 1,5 jamtapi belum membahas rinciannya juga. Jin Joo
malah bertanya pada suaminya apakah
sudah bicara dengan Ketua Heo.
“Aku sudah
mengundangnya makan malam, tapi dia sibuk dan tak bisa mengatur jadwalnya.”
Kata Tuan Cha
“Astaga,
aku sudah menyediakan makanan pendamping baginya karena dia menyukainya. Apa ini semacam makan habis itu tak tahu
balas budi? Kenapa mereka itu sebenarnya?” keluh Jin Joo
“Dia
tidak mudah dipengaruhi. Jika ada nilai investasi yang bagus, dia akan melakukannya
sendirian dan tidak akan memberikannya pada kami.” Jelas Tuan Cha
“Karena
itulah kita berusaha sekeras ini agar mereka bisa memberikannya pada kita,
bukankah begitu? Ini sangat sulit menyisihkan dana rahasia itu. Aku sangat
berhati-hati agar tidak ketahuan oleh audit eksternal atau Layanan Pajak
Nasional.” Jelas Jin Joo
“Tentu
saja. Jika kita anggap ini uang gelap, maka aku merasa dirugikan. Aku sudah sangat
bekerja keras buat uang itu!” ucap Tuan Cha, Jin Joo pun meminta agar
memperjuangkanya.
“Kau
sudah bekerja sangat keras. Kita sudah menginvestasikan uang ini dengan sangat
bai dan kita tidak akan membiarkan usahamu terbuang sia-sia.” Ucap Jin Joo,
Tuan Cha pun meminta agar istrinya juga bisa berjuang untuk malam ini, Jin Joo
langsung mendengus kesal karena suaminya berpikiran yang lain.
Bel rumah
dibunyikan, pelayan menanyakan dari interkom siapa yang datang. Seorang pria
memberitahu kalau ia tukang pos Seoul
bertanya apakah Ny. Kang Seo Hee ada di dalam, karena mendapatkan surat dari pengadilan, jadi dia sendiri yang
harus mengambilnya. Seo Hee melihat dari interkom langsung panik melihat sosok
yang dikenalinya.
“Beraninya
kau datang ke sini. Apa Kau sudah gila?” ucap Seo Hee melotot marah menemui Dae
Young didepan rumahnya.
“Aku juga
tak mau kesini. Tapi aku kedinginan, lapar, dan tak punya uang.” Kata Dae
Young, Seo Hee pun memberikan amplop tebal berisi uang, Dae Young melihat
sejenak dan langsung memasukan kedalam jaket.
“Heo Joon
Jae bukan target yang mudah. Dia selalu saja berhasilkabur dari pengawasanku.”
Kata Dae Young melaporkan
“Ketua
Heo sedang berusaha mengatur jadwal pertemua dengan pengacaranya untuk
mengesahkan wasiatnya. Bisakah kau perhatikan tindakanmu itu, dan jangan
seenaknya datang kemari? Apa yang akan kita lakukan kalau Ketua Heo menemui
Joon Jae dan memberikan semua kekayaannya padanya?” ucap Seo Hee lalu menyuruh
Dae Young cepat pergi karena ada yang datang.
Chi Hyun
turun dari mobil melihat petugas pos yang memberikan amplop pada ibunya lalu
pergi, merasa tak percaya kalau mereka mengantar kiriman malam-malam begini.
Seo Hee mengaku bingung, menurutnya tukang pos itu pasti lupa mengirimnya karena mungkin sibuk
musim akhir tahun ini lalu mengajaknya segera masuk ke dalam ruamh.
“Apa
mungkin Ibu tahu Joon Jae ada dimana?” kata Chi Hyun sengaja memancingnya, Seo
Hee mengaku kalau ia tak mungkin mengetahuinya.
“Aku tak
sengaja bertemu dia secara kebetulan.” Ucap Chi Hyun, Seo Hee sempat kaget dan
berusaha tenang dengan bertanya apakah sudah memberitahu ayahnya tentang hal
ini.
“Tentu
saja tidak. Hanya Ibu yang kuberitahu sekarang ini.” Kata Chin Hyun, Seo Hee
memuji anaknya karena menurutnya Tuan Heo itu
sedang tertekan akhir-akhir ini jadi lebih baik tidak mengatakan untuk sementara waktu ini.
Chi Hyun
merasa curiga kalau ibunya itu sebenarnya sudah mengetahuinya, tentang Dimana
tempat tinggal Joon Jae dan bagaimana keadaannya. Seo Hee tetap menyangkal
kalau ia tak tahu sama sekali. Chu Hyun
heran pda ibunya kenapa tidak menanyakan tentang Joon Jae padanya, apakah tidak
merasa penasaran.
“Ayahmu
dan ak memiliki bekas luka besar yang diakibatkan oleh Joon Jae. Bukankah aneh
kalau aku mencari tahu yang bahkan ayahmu sendiri tak mau tahu?” kata Seo Hee
“Ibu,
bagaimana kalau Ayah tidak bisa menunjukkan perasaannya karena kita berdua?”
uca Chi Hyun khawatir
“Aku juga
menyesal karena hubungan mereka renggang. Tapi, aku tidak yakin kalau ingin Joon Jae kembali. Bukannya kau lebih
suka yang sekarang? Apa Kau pikir kita akan terus seperti ini kalau Joon Jae
kembali?” ucap Seo Hee terdengar serakah, Chi Hyun ingin berkata tapi ibunya
lebih dulu menyela.
“Apa Kau
pikir bisa menyimpan apa yang kaumiliki
sekarang ini?” ucap Seo Hee, Chi Hyun menegaskan kalau ia hanya ingin melindungi Ibunya, Seo Hee muji
anaknya yang terbaik.
“Namun
selain itu... Tugas akulah untuk melindungi kita.” Kata Seo Hee lalu mengajak
anaknya masuk. Chi Hyun hanya terdiam seperti merasa kasihan pada Joon Jae.
Chi Hyun
didalam mobil sibuk menelp dan menandai nomor yang sudah ditelpnya,
sementara Joon Jae dkk melihat rekaman CCTV di toko terdekat dan hanya terlihat
punggungnya, menurutnya Dae Young tahu
tempat mana saja yang tak terekam CCTV, Karena itulah polisi belum bisa menangkapnya
sejauh ini.
Ponsel
Joon Jae berdering, saat mengangatkanya sempat tak ada sahutan lalu ia melihat
nomor yang tertera di ponselnya bertanya siaap yang menelpnya.Seorang bertanya
apakah mengenal Kepala Seksi Nam Seong Joon, Joon Jae bertanya siapa yang
menelpnya.
Chi Hyun
yang menelp dalam mobil menebak kalau itu nomor telp Joon Jae, dan Joon Jae
bisa tahu kalau yang menelp Chi Hyun lalu menanyakan darimana mendapatkan nomor
telpnya. Chi Hyun menjelaskan kalau Bukan itu yang terpenting sekarang, karena Kepala
Seksi Nam terluka parah dan nomor Joon Jae adalah nomor terakhir yang menghubungi ponselnya
sebelum kecelakaan.
Joon Jae
keluar dari kamar sudah berganti pakaian lalu menanyakan keberadaan Sim Chung,
Nam Doo mengatakan kalau sedang keluar. Joon Jae ingin tahu kemana perginya,
Nam Doo pun juga tak tahu. Joon Jar
memarahi keduanya yang membiarkannya pergi begitu saja, karena mungkin saja si
buronan itu tiba-tiba muncul
“Bahkan
Hanya dia orang yang memegang ponsel Kepala Seksi Nam.” Kata Joon Jae kesal,
Nam Do heran melihat Joon Jae jadi marah padanya.
Joon Jae
berusaha menelp Sim Chung tapi tak di angkat, akhirnya melihat aplikasi GPS
dengan melihat keberadan Sim Chung melalui ponselnya, dengan bertanya-tanya
kenapa Sim Chung sering pergi ke tempat itu.
Sim Chung
kembali bertemu si bibi yang lebih mementingkan gaya pakaianya. Si bibi
membahas tentang pria yang disukai Sim Chung akhirnya mengatakan kalau memiliki
rencana menyukainua, menurutnya hari ini adalah hari pertamanya, lalu merasa
iri karena hidup Sim Chung begitu enak.
“Satu-satunya
hari dalam kehidupan cintamu... Tentu saja, kau dapat pria satu lagi saat kau
mulai berkencan pria lain.” Kata Si Bibi, Sim Chung tak percaya mendengarnya.
“Apa yang
kau lakukan dari sekarang sangat penting jika kau ingin dia menyukaimu.” Ucap
Si Bibi
“Coba
katakanlah Bagaimana caranya membuat dia
menyukaiku? Agar dia takkan mengubah keputusannya lagi.” Kata Sim Chung yang
polos
“Hei..
Dengar. Ada tiga tahapan berbeda dalam cinta.. Tahap pertama cinta yang
romantis, yang kedua cinta panas, yang ketiga "Cinta kotor." “Cinta kotor” hanya bisa diilakukan sama yang
ahlinya saja. Kalau aku, memilih cinta kotor; tetapi kalau kau, kau harus pilih
cinta romantis.” Jelas Si bibi
“Bagaimana
caranya melakukan cinta Romantis?” tanya Sim Chung penasaran
“SeJujur,
cinta seperti itu butuh keberanian yang kuat. Seperti Minum teh, makan, pergi
ke bioskop, mengantarmu pulang,mengirim SMS, beli stiker chat, memandang
bintang-bintang, merencanakan sesuatu untukmu , dengan sok jual mahal, dan menyatakan
perasaannya padamu. Tapi semua itu... sebenarnya mengarah ke cinta kotor.”
Jelas Si bibi
Sim Chung
ingin tahu tentang Cinta kotor yang dimaksudnya, Si Bibi mengatakan kalau Sim
Chung belum siap mengetahuinya,
menurutnya Jika Sim Chung pergi begitu saja, maka ini bisa jadi terakhir
kalinya setelah melihat sesuatu yang buruk dan ia hanya cinta dalam sekali
tembakan. Sim Chung dengan polos kalau bisa
menyebabkan kematian. Si Bibi pikir menurutnya pasangan itu memang mati
karena sangat menyukainya setengah mati.
“Coba kau
Lihat itu, mereka muda sekali. Dia menembak hati seseorang.” Ucap si bibi
melihat pasangan muda yang saling mengoda satu sama lain
“Apa Kau
sudah buat nama panggilan buat masing-masing? BBukan namamu, tapi nama
panggilan yang bisa kalian pakai.” Kata Si Bibi, Sim Chung mengaku tidak
memilikinya.
“Kekasih
pertamaku memanggilku "mong
mong". Tapi itu semuaberakhir
setelah melawan anjing, Jadi Jangan pakai nama nama hewan, Pasti hasilnya tidak
bagus.” Kata si bibi, Sim Chung berpikir meminta panggilan “putri duyung”
“Kau
bilang Putri duyung ? Kau membutuhkan sesuatu yang ada di dunia ini.” Kata si
bibi, Sim Chung binggung apakah memang Tak
ada putri duyung di dunia ini. Si bibi heran denan Sim Chung mengatakan hal itu
seperti dari uang angkas
Joon Jae
datang dengan mobilnya memarahi Sim Chung yang tidak mengangkat telpnya, Sim
Chung memperkenalkan Joon Jae kalau si bibi itu temannya. Joon Jae seperti
merasa jijik melihat tangan yang kotor dan hanya menyentuhnya sedikit lalu
menarik Sim Chung untuk pergi.
“Hei,
waktu kau dulu disini, apa kau bersama pengemis itu?” bisik Joon Jae, Si bibi
mengatakan kalau ia bisa mendengar semuanya, Joon Jae akhirnya meminta maaf dan
mengajak Sim Chung segera pergi.
“Aku
bukan pengemis! Aku tunawisma! Aku ini orang jalanan!”teriak si bibi, beberapa
orang yang lewat menaruh beberapa koin di dalam gelas kosong. Si bibi makin berteriak
kesal kalau dirinya itu bukan pengemis.
Joon Jae
menemui Sek Nam yang tak sadarkan diri, Istrinya memanggil suaminya memberitahu
kalau Joon Jae sudah datang, anak yang lebih di rawatnya dibanding anaknya
sendiri. Sek Nam tetap saja diam, Istrinya berkata kalau Suaminya selalu
berkata "Joon Jae kita, Joon Jae kita." Jadi memintanya agar segera
bangun.
“Paman
biasanya tidak minum sambil menyetir. Apa Blackbox-nya sudah diperiksa?” ucap
Joon Jae penasaran
“Tidak ada
riwayat panggilan hari itu. Semuanya sudah rusak.” Kata Istrinya merasa kalau
ada orang yang yakin dengan pikiranya, Joon Jae seperti bisa membayankan kalau
Dae Young sengaja menghapus semua filenya sebelum turun.
Dokter
melihat hasil CPR kalau Tuan Heo terkena katarak traumatis dengan ada luka
kecil dibagian matanya, lalu bertanya apakah matanya pernah terbentur atau
tertusuk sebelumnya. Tuan Heo pikir tak pernah tapi Belakangan ini matanya
terasa agak sakit dan mengira kalau disebabkan karena penuaan.
“Sementara
ini, aku akan meresepkan obat anti
peradangan dan antibiotik. Jadi Minumlah obatmu. Jika semakin parah, nanti akan
timbul komplikasi. Karena tidak adanya urat darah di bagian kornea mata dan jika lebih parah,
tidak ada cara lain selain transplantasi. Kau Jangan hanya mencari uang, tapi
juga jagalah kesehatanmu.” Pesan Dokter lalu mengajak Tuan Heo agar makan malam
bersama, Tuan Heo menolak karena harus bertemu dengan seseorang dan mungkin
lain kali.
Sim Chung
duduk sendirian diruang tunggu, seseorang datang duduk disampingnya, lalu
menyebut kalau ia adalah Keluarga Heo Joon Jae. Chi Hyun tersenyum mendengarnya
karena hanya Sim Chung yang memanggilnya “keluarga Joon Jae.” Lalu bertanya
apakah datang bersama dengan Joon Jae.
“Aku
sudah bilang waktu itu, kalau aku tidak akan putus dengan Heo Joon Jae.” Ucap
Sim Chung sinis karena memikirkan seperti yang terjadi di drama, Chi Hyun
tersenyum kalau sudah paham tentang hal itu.
“Tapi kalian
berdua pasti sangat dekat. Apa kalian akan menikah?” kata Chi Hyung, Sim Chung
mengatakan kalau unuk saat ini mereka masih berencana.
“Apa yang
direncanakan?” tanya Chi Hyun penasaan, Sim Chung menjawab Banyak hal.
“Tapi
keluarga itu saling mirip satu sama lain, hangat dan manis. Lalu ada apa dengan
kau dan Heo Joon Jae?” kata Sim Chung melihat hubungan keduanya terasa dingin
Saat
itu Tuan Heo datang melihat anaknya, dan bertanya siapa wanita itu, Sim Chung
yang mendengar Chi Hyun memanggilnya ayah dan bertanya Apa Tuan Heo itu
keluarga Heo Joon Jae juga. Tuan Heo kaget bertanya apakah Sim Chung mengela
anaknya, Chi Hyun ingin menjelaskan tapi Joon Jae lebih dulu keluar dari
ruangan Sek Nam. Tuan Heo kaget melihat anaknya yang selama ini menghilang ada
didepanya begitu juga Joon Jae.
Keduanya
duduk bersama di ruang tunggu, saling menatap tanpa banyak berkata-kata. Tuan
Heo mengingat kenangan manisnya dengan sang anak saat masih kecil.
Flash Back
Joon Jae
meminta agar ayahnya membelikan susu pisang setelah mandi sauna, Tuan Heo mengatakan kalau Joon Jae harus menggosok
punggung Ayahnya dengan benar dan pasti akan membelikanya, serta tidak boleh melakukannya sembarangan seperti
kemarin. Joon Jae merengek pada ayahnya kalau ingin meminta dibelikan. Tuan Heo
pun langsung setuju, Joon Jae terlihat bahagia dan sama-sama masuk ke dalam
pemandiang umum.
Joon Jae
terdiam menatap ayahnya teringat dengan kenangan bersama dengan ayahnya.
Flash Back
Joon Jae
berbaring dikamarnya sambil menangis, Tuan Heo menaiki tangga bertanya pada Seo
Hee keberadaan Joon Jae apakah tidak ikut. Seo Hee berbohong kalau Joon Jae
sudah tidur lebih awal jadi lebih baik pergi bertiga saja dan membelikan
makanan nanti untuk makan malam. Joon Jae dengan suara pelan memanggil ayahnya
dari kamar.
Tuan Heo
pun mengerti lalu bertanya apa yang ingin Chi Hyun makan hari ini. Chi Hyun
mengatakan ingin makan steak dengan wajah bahagia, Tuan Heo pun setuju dan
bersama dengan Seo Hee pergi makan dengan keluarga barunya. Joon Jae menangis dengan memanggil ayahnya
kalau ia sedang sakit sekarang.
Tuan Heo
melihat wajah Joon Jae dengan luka lebam lalu bertanya ada apa dengan wajahnya,
kenapa bisa terluka. Joon Jae menyindir ayahnya yang sekarang ingin tahu
tentang keadaaan dirinya. Tuan Heo menyalahkan Joon Jae yang pergi dari rumah
dan menderita seperti ini.
“Aku
tidak pergi dari rumah tapi aku pergi dari sisi Ayah. Selain itu aku tidak
menderita. Kalau dibandingkan dengan berada di rumah, aka keadaanku yang
sekarang jauh lebih baik Dan juga menyenangkan.” Ucap Joon Jae
“Memangnya
apa yang telah kuperbuat? Apakah aku Selalu lebih baik pada Chi Hyeon
dibandingkan kau? Apa Seorang anak bahkan tidak tahu apa isi hati ayahnya? Apa kau sungguh
berpikir kalau aku lebih menyukai Chi Hyun dibandingkan kau? Kau itu anakku,
itu sebabnya aku....” ucap Tuan Heo disela oleh Joon Jae
“Kau itu
menyerah Pada ibu dan diriku. Dan juga di waktu kita bersama-sama.. kau
menyingkirkan semua itu. Tanpa menoleh ke belakang. Karena kau sudah menyerah dan
lebih memilih yang lain..., maka janganlah masih memperjuangkan apa yang sudah
kausingkirkan, dan lupakan itu semua.” Ucap Joon Jae
“ Kau
akan tahu sendirinya selama menjalani hidup. Hidup tidak berjalan seperti yang
kau inginkan. Aku sekarang sudah menu dan sekarang waktunya memperbaiki
semuanya. Jadi, kau harus kembali ke rumah.” Ucap Tuan Heo mencoba untuk
merendahkan suaranya.
“Tidak...
Lagipula, aku takkan menerima apapun. Baik itu uang atau cara hidup yang kau
jalani Atau cara menyingkirkan semua orangdan apa pun itu. Aku tidak ingin
menerima apa pun dari Ayah, tidak ingin terlibat, tidak ingin bertemu denganmu.”
Tegas Joon Jae,
Tuan Heo
terlihat marah, Joon Jae berpesan dengan wajah tulus agar ayahnya bisa
menjagalah kesehatannya, lalu beranjak pergi. Tuan Heo mencoba berdiri tapi
tiba-tiba kepalanya terasa sakit dan pandanganya kabur, Joon Jae berhenti melangkah tapi tak menoleh dan
kembali berjalan pergi.
Bersambung
ke part 2
Tidak ada komentar:
Posting Komentar