PS : All
images credit and content copyright :MBC
Bok Joo
kaget dengan Si Ho yang langsung merampas ponselnya, Si Ho dengan nada melotot
meluapkan marahnya karena Bok Joo terus menghubungi Joon Hyung dan bertemu
dengannya, padahal menyukai orang lain.
“Kenapa
kau terus mengganggu Joon Hyung?” ucap
Si Ho melotot marah, Bok Joo binggung dianggap menganggu.
“Aku yang
meninggalkan jurnal dietmu...di tempat latihanmu.” Ucap SI Ho, Bok Joo kaget
itu artinya Si Ho sengaja menaruhnya.
“Ya,
akulah yang melakukannya.Kenapa?” ucap Si Ho merasa tak bersalah, Bok Joo
binggung kenapa Si Ho bisa melakukan itu padanya.
“Aku
kesal dan marah karenakau dekat dengan Joon Hyung.Aku sudah mengatakan padamu
kalau aku ingin kembali bersama
dengannya.Apa kau tidak tahu kalau itu adalah peringatan?Kapanpun aku ingin
bersama dengannya, tapi kau selalu bersamanya.Kau bilang kau menyukai orang
lain.Apa kau senang berkencan dengan siapapun?” ucap Si Ho menuduhnya.
“ Hei,
dengar... Aku tidak seperti itu....Aku sama sekali tidak memiliki niat untuk
berkencan dengan Joon Hyung!Selain itu, dia juga tidakmenganggapku
menarik.Kenapa dia harus menyukaikupadahal dia sangat populer?”kata Bok Joo
dengan nada tinggi melawanya.
“Kalau
begitu...apa itu hanya kesalah pahamanku?” ucap Si Ho, Bok Joo membenarkan dan
merasa kalau seharusnya meminta maaf karena berpikir seperti itu.
“ Tidak,
aku tidak mau meminta maaf.Joon Hyung melukai perasaanku karenamu.” Ucap Si Ho
Bok Joo
menegaskan kalau itu dikarenakan oleh Si Ho sendiri bukan karena dirinya, lalu
mengejek Si Ho yang terlihat sangat agresif jadi bisa mengerti alasan Joon
Hyung tak menyukainya. tidak ingin kembali bersamanya dengan mengumpat kalau Si
Ho memang bermuka dua. Si Ho merasa tak
tahu apapun tentang hubunganya dengan Joon Hyung.
“Yah.. Kau
benar. Aku tidak tahu... Aku juga tidak tertarik. Jadi Biarkan aku pergi. Aku tidak ingin bicara
denganmu dan akan tidur di tempat lain.” Tegas Bok Joo
“Itu
adalah hal yang serius diantara kami dan Itulah kenapa Joon Hyung merasa
terluka.” Ucap Si Ho menahan Bok Joo keluar, Bok Joo tak peduli menyuruh Si Ho
melepaskan tanganya.
“Hei... Beraninya
kau meremehkan hubungan kami?” ucap Si Ho marah
“Akulah
yang seharusnya marah. Lepaskan aku!” kata Bok Joo lalu hanya mengoyankan
lenganya membuat Si Ho jatuh tersungkur. Si Ho pun hanya bisa menangis setelah
Bok Joo keluar dari kamar.
Sun Ok
masih merajuk dengan hanya diam saja ditempat tidurnya, Nan Hee memcoba
mejelaskan kalau ia tidak sedang mencoba mengucilkan dan juga baru tahu
beberapa hari lalu. Bok Joo datang meminta agar membiarkan tidur di kamar
temanya, Nan Hee binggung kenapa Bok Joo tak tidur dikamarnya saja.
“Aku
tidak bisa berpikir dengan jernih sekarang.Ketika ada kamar yang kosong,aku
akan meminta pada penjaga asrama...untuk mengganti kamarku.Sampai saat itu,
biarkan aku tinggal disini.” Ucap Bok Joo, Nan Hee menduga Bok Joo bertengkar dengan Si Ho bahkan meninjunya
“Dialah
yang pertama menyerangku.” Kata Bok Joo, lalu mengeluh pada Sun Ok yang tak
menyapanya ketika datang, Sun Ok memilih sibuk untuk memainkan ponselnya dan
mengacuhkan Bok Joo.
“Apa kau
masih marah? Ya, salahkan saja semuanya padaku.” Ucap Bok Joo juga kesal, Nan
Hee menenangkan temanya ingin tahu kenapa bisa bertengkar dengan Si Ho. Bok Joo
enggan untuk membicarakanya.
Joon
Hyung terlihat gelisah menatap ponselnya dan ingin menelp Bok Jo, merasa kalau
semua adalah kesalahanya.
[Episode 8, Angin yang Bertiup]
Nan Hee
dan Bok Joo akhirnya berbaring bersama, Nan Hee tak percaya kalau semua yang
terjadi dikarenakan oleh ulah Si Ho, Sun
Ok diam-daim di tempat tidur samping mendengarnya dua temanya mengobrol. Bok
Joo terlihat sangat marah karena Si Ho ternyata sangat ahli dalam membuat orang
membenci dirinya sendiri.
“Dia
bahkan tidak merasa bersalah ketika menceritakannya padaku.” Ucap Bok Joo, Nan
Hee merasa Si Ho benar-benar burung dan ingin memberikan pelajaranya, Bok Joo
langsung menarik temanya untuk kembali tertidur.
“Aku
pikir dia berbeda dari pesenam lainnya, tapi dia hanya berpura-pura. Aku tahu
dia tidak akan bisa berteman dengan kita. Lagipula, dia seorang pesenam.” Ucap
Nan Hee meluapkan amarahnya.
“Apa yang
kukatakan padamu? Aku bilang kalau ada sesuatu yang tidak menyenangkan tentang
dia.” Kata Bok Joo lalu mengangkat telpnya yang berdering.
Joon
Hyung duduk diatas tempat tidur atap mengucapkan permintaan maafnya pada Bok
Joo, dan berjanjiakan membelikan daging
panggang kesukaanya. Ternyata ia hanya berlatih menurutnya itu cara yang tak
benar, lalu dengan cara yang sombong
meminta maaf dan akan membelikan daging. Bok Joo akhirnya datang dan Joon Hyung
terlihat gugup.
“Kenapa
kau meneleponku jam segini? Bagaimana jika penjaga asrama menangkap kita?” kata
Bok Joo, Joon Hyung beralasan kalau telp mereka tadi terputus
“Apa
sesuatu terjadi?” tanya Joon Hyung melihat wajah Bok Joo yang kesal, Bok Joo
meminta agar Joon Hyung membiarkan sendiri
karena tidak ingin menimbulkan kesalah pahaman lagi.
“Apa... Si
Ho memberitahumu?” ucap Joon Hyung merasa pasti sudah memberitahunya. Bok Joo
merasa tidak berani bicara padanya sekarang. Karena terlalu menyeramkan.
“Aku
benar-benar minta maaf tentang apa yang sudah terjadi.” Kata Joon Hyung merasa
bersalah
“Yah..
Kau memang harus minta maaf. Ini semua karena kau. Sejak aku bertengkar dengan
Si Ho, aku selalu merasa marah dan stress.” Ucap Bok Joo marah, Joon Hyung
kembali meminta maaf.
“Ah.. Kenapa
dia menyukaimu?” keluh Bok Joo, Joon Hyung dengan bangga kalau dirinya itu menarik
di berbagai hal. Bok Joo kesal karena Joo Hyung malah semakin membuatnya marah.
Joon
Hyung melihat penjaga kampus ke bagian atap dan langsung menarik Bok Joo agar
berbaring. Penjaga kampus tak bisa melihat kedunya karena tertutup oleh tiang.
Bok Joo panik bertanya apakah penjaga sudah pergi, Joon Hyung pikir sudah.
“Jika
kita ketahuan seperti ini, orang-orang akan salah paham pada kita. Mantan pacarmu
mungkin akan menghajarku, Lebih berhat-hatilah.” Ucap Bok Joo yang tanpa sadar
berada di pelukan Joon Hyung.
“Apa kau
takut padanya?” ejek Joon Hyung
“Kenapa
aku harus takut pada gadis kurus itu? Aku adalah Peri Angkat Besi Kim Bok Joo.”
Ucap Bok Joo, Joon Hyung mengaku kalau saat ini menyenangkan, Bok Joo heran
kenapa Joon Hyung malah merasa seperti itu karena merasa dingin dan akan pergi.
Joon
Hyung menahanya agar bisa sebentar saja berbaring, lalu menujuk ke atas kalau banyak bintang di
langit. Bok Joo pikir itu satelit, lalu mengaku sangat dingin jadi ingin masuk
ke dalam. Joon Hyung tetap menahanya agar bisa lebih lama lagi dengan
memeluknya. Bok Joo mengaku hanya
memakai syal saja. Joon Hyun mengejek kalau yang dimaksud itu adalah lehernya.
Bok Joo
melihat Joon Hyung memakai jaket yang tebal. Joon Hyung pun mengodanya kalau
Bok Joo berada dipelukanya dengan membuka lebar jaketnya. Bok Joo menolak lalu
melihat batang hidung Joon Hyung yang lebih tinggi membuatnya sangat iri karena
setiap memakai kacamata membuat kacmatanya terus merosot.
Joon Hyung melihat kalau
Bok Jo ternyata tidak terlalu jelek bahkan cantik. Bok Joo pikir kalau Joon
Hyung sedang mengodanya, karena selama ini Tidak ada seorangpun kecuali ayahnya
yang pernah mengatakan itu. Joon Hyung tetap mengatakan kalau Bok Joo itu tidak jelek
Pelatih
Choi minum sendirian di dalam ruangan latihan sambil menyanyi-nyai dengan
keras, menurutnya Ketika putus dengan
seseorang, dunia rasanya sudah berakhir karena begitulah cinta. Tiba-tiba
Pelatih Yoon datang bertanya kenapa rekan kerjanya itu tidak pulang ke rumah?
“Profesor
Yoon. Kenapa kau ada datang keruang latihan pada larut malam?” tanya Pelatih
Choi kaget dan panik
“Setelah
rapat, aku makan malam dengan profesor yang lain. Aku kesini untuk mengambil
mobilku.” Kata Pelatih Yoon, Pelatih Choi pun memilih ingin pamit pergi.
“Kau
tidak akan percaya... bagaimana Profesor Choi memamerkan timnya... yang
memenangkan semua medali emas.” Cerita pelatih Yoon, Pelatih Choi tahu pasti pelatih Yoon merasa
bosan dan ingin pergi, Pelatih Yoon mengajak untuk pergi bersama, Pelatih Choi
menolaknya dan buru-buru pergi. Pelatih
Yoon melihat ada dua kaleng bir yang diminum oleh rekan kerjanya.
Tim
angkat besi mulai pemanasan dengan berlari mengeliling kampus, Pelatih Yoon
memberitahu Untuk mempersiapkan kompetisi bulan depan maka akan mulai latihan dengan
tingkat kesulitan tertinggi dan menyuruh mereka untuk mulai masuk ruang latihan.
Semua terlihat masih terengah-engah masuk ke dalam ruangan. Pelatih Yoo
memanggil Pelatih Choi sebelum masuk ruangan.
“Pelatih
Choi... Jangan minum sendirian mulai sekarang. Jika itu jadi kebiasaan, maka kau
akan ketergantungan alkohol.” Kata pelatih Yoon
“Aku
sangat lelah. Jadi ingin tidur di rumah
setelah dua botol bir.” Ucap Pelatih Choi
“Ayo kita
minum bersama. Apa kau ada janji malam ini?” kata Pelatih Yoon, Pelatih Choi
kaget mendengarnya.
“Apa kau
tidak mau minum dengan pria yang perutnya buncit? Aku ingin mentraktirmu.” Ucap
Pelatih Yoon melihat reaksinya, Pelatih Choi mengaku tak akan menolaknya dengan
senyuman bahagia.
Pelatih
Sung menemui Si Ho memberikan sebotol air minum sebagai hadianya, dan
mengatakan sudah mengirim video kompetisi di Moskow ke emailnya jadi meminta
agar menontonya dengan serius karena akan
sangat membantunya untuk kompetisi. Si Ho mengucapkan terimakasih.
Sementara
di tempat lain, Juniornya merasa kalau pelatih Sung itu sangat licik karena Setelah kompetisi,
memperlakukan Si Ho jauh berbeda dengan sebelumnya bahkan perhatiannya terhadap Si Ho sudah kembali.
Mereka juga menyangkan padahal Soo Bin murid
kesukaannyaakhir-akhir ini. Soo Bin yakin
tidak akan bertahan lama.
“Meskipun
kau mengelem mangkuk yang pecah, itu akan segera pecah lagi.” Kata Soo Bin
dengan sinis, sementara Si Ho keluar ruangan membuang air minum pemberian dari
pelatihnya ke tong sampah karena tahu pelatihnya itu bermuka dua.
Si Ho
keluar dari tempat latihan bertanya-tanya kenapa ibunya tidak mengangkat telepon lalu melihat adiknya
Si Eon sudah ada di kampusnya. Si Eon langsung menangisa memeluk kakaknya,
memberitahu kalau Ibu dan Ayah akan
bercerai. Si Ho kaget mendengarnya.
“Mereka
terus bertengkar, bahkan Ayah sudah tidak pulang ke rumah lagi. Sepertinya
mereka benar-benar akan bercerai kali ini.”ucap Si Eon menangis, Si Ho memeluk
adiknya menenangkan kalau semua pasti akan baik-baik saja karena akan mengurus
in jadi Jangan menangis.
Si Ho
akhirnya menemui ibunya yang sedang berkerja. Ibunya tak percaya kalau Si Eon
sudah memberitahu padahal menyuruhnya
untuk tidak memberitahu anak sulungnya. Si Ho dengan nada marah bertanya kapan
ibunya akan memberitahu kalau Si Eun tak memberitahukanya.
“Apa Setelah
Ibu menandatangani surat perceraian Atau ketika Ayah dan Ibu sudah bertemu orang
lain dan akan menikah lagi? Apa Ibu akan merahasiakan ini dariku selamanya?”
teriak Si Ho marah
“Jangan
meninggikan suaramu, karena Orang-orang akan mengenalimu.” Ucap Ibu Si Ho panik
“Itu
tidak penting sekarang. Aku dengar Ibu menjual rumah kita, dan Ayah sudah lama
terlilit hutang.” Kata Si Ho, Ibunya meminta anaknya tak perlu mengkhawatirkan
masalah itu dan juga tentang perceraian
mereka karena lebih baik Fokus saja pada latihannya.
“Bagaimana
bisa aku tidak khawatir? Kalian orangtuaku... Aku akan berhenti dari dunia
senam dan akan bekerja dan mencari uang saja.” Kata Si Ho membuat keputusan
“Siapa
bilang kau bisa melakukan itu? Siapa bilang kau bisa berhenti dari senam? Apa
kau pikir hidupmu ini hanya milikmu? Itu Salah. Hidupmu adalah bagian dari
hidupku juga. Orang-orang menuduhku dan mengatakan aku mengeksploitasi putriku.
Aku selalu bertengkar dengan ayahmu setiap hari... dan disalahkan oleh Si Eon. Apa
yang akan kau lakukan dengan itu?” ucap Ibu Si Ho juga ikut emosi
“Itulah
yang paling membebaniku. Pada Kenyataan kalau hidupku juga adalah hidup Ibu. Kenapa
Ibu sangat serakah atas hidupku? Ibu seharusnya menjalani hidup dengan lebih
baik. Kenapa Ibu harus memiliki aku dan membuatku melewati ini semua?” kata Si
Ho meluapkan amarahnya, Ibu Si Ho langsung menampar anaknya, Si Ho pun memilih
untuk pergi. Ibu Si Ho merasa bersalah karena memukul anaknya.
Nyonya
Lee mengeluh Joon Hyung yang datang ke rumah
malam-malam dan meminta memasak kari. Joon Hyung merengek karena tiba-tiba merindukan kari buatan Ibunya,
Nyonya Lee pun memberikan sepiring nasi dengan Kari. Joon Hyung mengaku tidak
akan bisa menikah dengan siapapun karena tidak ada yang bisa membuat kari
seenak buatan Ibunya.
“Ini
adalah trik ibumu dan Aku juga korban.” Kata Tuan Jung mengejek, istrinya lalu
menyuruh suaminya menikah dengan seorang
koki saja dan kenapa memilih dengan seorang farmasi
“Hei. aku
salah bicara, kan?” bisik Tuan Jung, Joon Hyung pikir seperti itu lalu
memberitahu kalau Nyonya Lee datang.
“Ah, kau
sangat menyebalkan. Kenapa kau duduk di kursiku?” keluh Nyonya Lee akhirnya
harus berusaha payah masuk kursi sampingnya dengan tubuh gemuknya, Tuan Jung
merayunya kalau hanya bercanda lalu
bertanya dimana kari untuknya,
“Perutmu
sudah obesitas.” Ucap Nyonya Lee, Tuan Jung membalas kalau perut istirnya yang
sudah obesitas, Nyonya Lee
menegaskankaalu berhak memakan makanan yang dibuatnya lalu mengajak Joon Hyung
untuk terus makan. Joon Hyung hanya diam mendengar keduanya sering saling
mengejek.
Joon
Hyung sempat melihat gedung angkat besi sebelum menemui psikiater, memberitahu akan
langsung pada hasilnya kalau ia mengacaukannya.
Dokternya panik bertanya apa yang terjadi. Joon Hyung menceritakan ketika
mencoba mengontrol pikirannya dengan bernapas, maka ia akan baik-baik saja.
“Aku
butuh uang ganti rugi untuk biaya konselingku.” Ucap Joon Hyung menyodorkan
tanganya, Sang Dokter merasa tak bisa melakukan itu karena harus bertahan
hidup.
“Dengar.
Aku akan membelikanmu makanan, jadi Jangan katakan pada siapapun tentang ini.
Kenapa kita tidak... memikirkan ini sebagai latihan pemanasan, dan pelan-pelan
menyelesaikannya? Aku yakin kita bisa menemukan solusi yang bagus.” Ucap Dokter
menenangkanya.
“Jika
kita tidak bisa memecahkannya tahun ini, maka aku akan hancur. Aku sudah
semakin tua.” Kata Joon Hyung
“Itu
benar. Kau harus bisa berhasil saat usiamu sekarang. Don’t worry Be Happy” kata
Dokter. Joon Hyung tersenyum mendengarnya.
Dokter
lalu membahas ternyata ibu kandung Joon Hyung,
dan bertanya apakah tidak ingin mencarinya. Joon Hyung menjawab tidak
mau. Dokter heran karena Joon Hyung itu
pasti penasaran. Joon Hyung pikir pasti punya alasan sendirikarena
memutuskan hubungan dengannya, selain itu
merasa bersala pada bibi dan pamannya.
“Apa Kau pikir itu akan membuatmu mengkhianati mereka?” ucap Dokter
“Bibiku
membesarkanku dengan sepenuh hatinya.” Kata Joon Hyung, Dokter pun bisa
mengerti maksud dari Joon Hyung.
“Tapi aku
harap... kau akan menghadapi masalah itu. Maksudku, dendammu pada ibu
kandungmu, dan perasaanmu yang rumit pada keluarga pamanmu. Seperti rasa terima
kasih, rasa bersalah, atau kelelahan karena berpura-pura tidak mengetahui yang
sebenarnya. Perasaan-perasaan itu harus bisa tersalurkan setidaknya sekali.
Hanya dengan itu kau akan benar-benar bebas dari trauma yang kau miliki.”jelas
Dokter, Joon Hyung mengangguk mengerti.
Bok Joo
duduk diatas tempat tidur temanya memikirkan kalau harus menghubungi Dr. Jung. Nan Hee datang
dengan Sun Ok terus mencoba tak marah lagi dengan memberikan sosis, tapi Suk Ok
menolaknya ketik melihat Bok Joo duduk diatas tempat tidurnya menyuruhnya untuk
segera pindah. Bok Joo pun pindah ke atas tempat tidur Nan Hee.
“Sun Ok.
Bisakah kau berhenti ? Aku mohon.. Aku
tahu kau terluka, tapi kami tidak melakukan itu dengan sengaja.” Kata Bok Joo
“Kau tidak
bermaksud melukai perasaanku, tapi aku yang terlalu berlebihan.” Ucap Sun Ok
berbaring diatas tempat tidurnya, Bok Joo mengatakan bukan itu maksudnya.
“Ini semua
karena aku berpikiran pendek. Aku minta maaf karena tidak bisa jadi teman yang
pengertian, dan tidak memiliki kepribadian yang bisa memuaskan kalian.” Kata
Sun Ok sengaja menyindir.
“Hei. Apa
kau akan terus bicara begitu?” ucap Bok Joo marah, Nan Hee panik meminta mereka
agar tidak meninggikan suaranya karena takut keduanya mungkin akan mulai
bertengkar.
“Dia
terus berkata sinis.Aku juga kecewa padamu.” Teriak Bok Joo, Sun Ok tak pecaya
kalau Bok Joo sekarang malah marah padanya.
“Aku
sudah cukup sedih. Apa kau benar-benar harus melakukan ini?” teriak Bok Joo
“Kenapa
kau marah pada orang lain karena kesalahanmu sendiri? Apa Kau pikir ini menyenangkan
untukku?” teriak Sun Ok tak mau kalah.
Bok Joo
berteriak meminta agar menghentikanya, Sun Ok mengaku sudah berusaha tapi tak
bisa, terdengar teriakan dari luar yang mengeluh berisk dan menyuruh bertengkar
diluar saja. Nan Hee pikir mereka mau penjaga
asrama ketiganya keluar dari asrama.
Ketiganya
akhirnya pergi ke atap, Sun Ok merasa
mereka tak pernah berpikir tentang perasaannya, karena setelah datang ke Seoul... dan mulai
bersekolah, menganggap keduanya seperti saudara Tapi ternyata hanya
berhalusinasi.
“Jangan
berlebihan hanya karena satu kejadian. Kita semua merasakan hal yang sama. Bok
Joo hanya memberitahuku karena aku melihat SMSnya jadi tidak punya pilihan.”
Ucap Nan Hee
“Kau
harusnya memberitahuku ketika dia ketahuan oleh Pelatih Choi. Kau berpura-pura
tidak tahu apapun, dan mengatakan kalau kita harus menunggu karena ini pasti
sulit untuk Bok Joo. Kau membuatku terdengar seperti teman yang buruk.” Ucap
Sun Ok menyalahkan temanya.
“Itu
bukan kesalahan Nan Hee. Aku memintanya untuk merahasiakannya.” Kata Bok Joo
membela
“Jadi
kenapa kau merahasiakan ini sejak awal?” Ucap Sun Ok, Bok Joo pikir
dirinya tap mau merahasiakannya karena
hal ini juga sulit untuknya.
“Aku sangat ingin memberitahu kalian tentang
ini. Tapi bagaimana caranya? Aku tahu melakukan sesuatu yang tidak masuk akal.
Kalian adalah temanku, tapi aku tahu kalian akan membencinya. Bagaimana caranya
memberitahu kalian? Ini memalukan.” Jelas Bok Joo
“Kenapa
memalukan? Kita adalah teman. Jika kau memberitahu kami, kami akan mengerti. Itulah gunanya teman. Apa
hanya itu arti kami untukmu?” kata Sun Ok, Nan Hee setuju dengan temanya.
“Maafkan
aku. Aku pikir kalian akan kecewa dan berpikir aku menyedihkan.” Ucap Bok Joo
sambilm menangis, Sun Ok melihat Bok Joo yang menangis merasa kalau ia yang
harus meminta maaf karena pasti sangat sulit untuknya.
Ketiganya
pun berpelukan, Bok Joo berjanji tidak
akan merahasiakan apapun dari mereka lagi. Sun Ok meminta Bok Joo jangan
menangis karena merasa menjadi buruk, lalu mengakui kalau orang tuanya
menjalankan sebuah motel bukan minimarket. Bok Joo pikir tak ada yang salah dan
tak perlu disembunyikan.
“Kalian
tidak akan tahu... bagaimana rasanya menyiapkan minuman dan handuk basah untuk
pelanggan saat seusia kita.” Ucap Sun Ok sambil menangis
“Aku juga
tidak lebih baik. Aku tidak pernah berciuman dengan siapapun.” Akui Nan Hee,
Keduanya kembali berpelukan kalau itu bukan masalah karena bisa mencium
seseorang nanti. Bok Joo meminta maaf pada temanya, Sun Ok dan Nan Hee meminta
Bok Jo jangan memeluknya terlalu keras karena membuatnya jadi kesulitan
bernafas.
Ketiganya
makan bersama, Bok Joo meminta Sun Ok agar pelan-pelan karena Pencernaannya
bisa terganggu lagi. Nan Hee mengakusudah pernah mengalami radang usus, tapi tidak pernah terkena gangguan pencernaan
dan ketiganya kembali mengatakan “keren” dengan gayanya. Bok Joo merasa bahagia
dengan mengatakan kata itu dengan teman-temanya. Nan Hee pun memesan 3 nasi
untuk membuat nasi goreng.
“Hei, akhir
pekan dimulai dari besok. Haruskah kita merayakannya hari ini?” ucap Nan Hee
dengan penuh semangat mengajak temanya minum.
“Hei.. Apa
yang akan kau lakukan pada kami kali ini? Selian itu Bok Joo ada latihan
khusus.” Kata Sun Ok, Nan Hee sadar kalau Bok Joo tidak akan bisa mendapat hari libur untuk
beberapa waktu ke depan.
“Pelatih
Choi dan Profesor Yoon juga tidak
mendapat libur, jadi aku harus melakukan yang terbaik.” Kata Bok Joo
“Kalau
begita bagaimana kalau kita pergi ke tempat karaoke? Aku tahu kalau kau merasa
super stress karena Si Ho.” Ucap Nan Hee
Sun Ok
mengingat tentang Si Ho karena sudah mendengar sebelumnya, tapi ingin memberi
rubah licik itu pelajaran. Bok Joo pikir Sun Ok tidak perlu menumpahkan darah
kotor itu di tangannya, karena lebik baik mereka makan dan juga pergi ke tempat
karaoke karena ia yang akan membayarnya. Keduanya pun menjerit bahagia.
Pelatih
Choi memakain lipstik dan juga bedaknya didepan gedung, Pelatih Yoon datang
bertanya apakah mereka harus makan atau minum. Pelatih Choi pikir tidak akan
punya cukup tempat untuk minuman jika mereka makan malam dulu. Pelatih Yoon
mengejek memangnya berencana minum berapa banyak. Keduanya pun berjalan
meninggalkan gedung tim angkat besi.
“Aku akan
jujur padamu, Aku ini sangat ringan dibandingkan denganmu.” Kata pelatih Yoon
“Tidak,
jangan katakan itu. Aku tidak cepat mabuk hanya karena mencoba tetap waspada.”
Ucap Pelatih Choi, pelatih Yoon merasa kalau rekanya itu akan minum sepuasnya.
Pelatih
Choi mengelak, lalu terdengar suara ponsel Pelatih Yoon yang berdering. Istri
Pelatih Yoon menelp, pelatih Yoon terlihat kaget dengan sedikit memarahi kalau
melarang tidak boleh menyetir saat malam karena bukan seorang pengemudi yang
berpengalaman lalu mengatakan akan segera datang dan Jangan menangis.
“Apa itu Istrimu?”tanya
Pelatih Choi mencoba untuk tak terlihat kecewa.
“ Ya. Dia
baru saja kecelakaan. Maafkan aku. Sepertinya aku harus langsung pergi
menemuinya.” Kata pelatih Yoon dan berjanji akan mentarktirnya nantu.
“Jangan
khawatir. Kau harus segera pergi.” Ucap pelatih Choi menutupi rasa kecewanya,
pelatih Yoon pun bergegas pergi.
“Apa aku
hanya menyukai sifatnya Atau aku masih memiliki perasaan padanya?” ucap Pelatih
Choi merasa binggung dengan dirinya.
Sementara
Bok Joo dan kawan-kawan bersenang-senang dengan menyanyi dalam karaoke.
Ketiganya akhirnya kelelahan dan duduk didalam ruang karaoke. Bok Joo mengeluh
pada Nan Hee yang terus menari dengan gerakan yang salah. Nan Hee membela diri
kalau itu adalah ciri khasnya. Bok Joo tak ingin memperdulikanya.
“Ngomong-ngomong...
aku terkesan dengan tarian Bok Joo.” Ucap Sun Ok, Bok Joo tersenyum bahagia
mendengarnya.
“Hei.. teman-teman.
Sepertinya waktu kita hanya 2 menit lagi.” Kata Sun Ok, semua pun terlihat
panik dan seperti bergegas pergi.
Tapi Bok
Joo hanya melonggokan kepala di depan pintu memanggil Bibi pemilik tempat
karaoke memohon agar memberikan bonus
tambahan waktu karena sudah hampir habis. Si bibi mengaku sudah memberikan tambahan
waktu 10 menit. Bok Joo merayunya kalau sering datang ke tempat itu.
“Ahh.. Tunggu sebentar. Apa yang kau lakukan pada
kulitmu? Kulitmu bersinar. Sesaat, kukira usia kita sama.” Ucap Bok Joo memuji
“Baiklah.
Aku akan memberikan tambahan waktu 15 menit. Apa Kalian puas?”kata Bibi.
Bok Joo
pun memuji si bibi memang keren, si bibi mengucapkan salam pada ayahnya dengan
mengeluh kalau tidak pernah membayar ayam sisa. Bok Joo pun berjanjia akan
memberitahu ayahnya, lalu mereka pun semua bersenang-senang dengan menyanyikan
“fantasic baby – big bang”
Sementara
di ruangan depan terlihat Si Ho yang duduk sendirian dengan lagu yang diputar
dan menangis dengan kekacauan yang dialaminya sekarang. Teringat dengan
perkataan ibunya “Siapa bilang kau bisa keluar dari senam indah? Apa kau pikir
hidupmu hanya milikmu? Itu Salah. Hidupmu adalah bagian dari hidupku, juga. Aku
sudah bertengkar dengan ayahmu setiap hari.. dan Si Eon selalu menyalahkanku. Apa
yang akan kau lakukan dengan itu?”
Dae Hoo
sedang minum sendirian lalu melihat Pelatih Choi yang datang sendirian, lalu
bertanya kenapa datang sendirian. Pelatih Choi dengan sinis berpikir apakah tidak
boleh sendirian dan harus selalu bersama orang lain, lalu melihat Dae Ho sudah
sudah minum 1 sampai 2 botol dan memesan semangkuk sup dan sebotol soju.
“Kau
terlihat sedikit berbeda hari ini.” Ucap Dae Hoo menatap wajah pelatih Choi.
“Make
up-mu berantakan... Sepertinya kencanmu gagal. benar, kan?” kata Dae Hoo
mengejek, Pelatih Choi menahan amarahnya karena Dae Ho tak membawakan
pesananya.
“Aku baru
menaruhnya di oven dan harus memanaskannya dulu.” Ucap Dae Hoo akhirnya
mengambil semangkuk sup dan Soju lalu
kembali duduk.
Pelatih
Choi mengeluh Dae Hoo yang duduk didepanya, Dae Hoo menegaksan kalau itu tadi
kursinya dan menurutnya tak masalah karena bukan duduk di pangkuan Pelatih
Choi. Lalu mengaku kalau merasa kasihan
pada pelatih Choi yang minum sendirian jadi ingin menemaninnya.
“Apa kau
biasanya seberisik itu?” ucap Pelatih Choi sinis, Dae Hoo mengeluh kalau
Pelatih Choi itu selalu tak mau mengalah dan menyuruhnya agar Jangan minum
terlalu banyak.
“Aku
biasanya minum sampai tidak kuat lagi” kata Pelatih Choi, Dae Hoo pun tak
peduli dan keduanya minum berbotol-botol soju.
Dae Hoo
sedang minum sendirian lalu melihat Pelatih Choi yang datang sendirian, lalu
bertanya kenapa datang sendirian. Pelatih Choi dengan sinis berpikir apakah tidak
boleh sendirian dan harus selalu bersama orang lain, lalu melihat Dae Ho sudah
sudah minum 1 sampai 2 botol dan memesan semangkuk sup dan sebotol soju.
“Kau
terlihat sedikit berbeda hari ini.” Ucap Dae Hoo menatap wajah pelatih Choi.
“Make
up-mu berantakan... Sepertinya kencanmu gagal. benar, kan?” kata Dae Hoo
mengejek, Pelatih Choi menahan amarahnya karena Dae Ho tak membawakan
pesananya.
“Aku baru
menaruhnya di oven dan harus memanaskannya dulu.” Ucap Dae Hoo akhirnya
mengambil semangkuk sup dan Soju lalu
kembali duduk.
Pelatih
Choi mengeluh Dae Hoo yang dudu didepanya, Dae Hoo menegaksan kalau itu tadi
kursinya dan menurutnya tak masalah karena bukan duduk di pangkuan Pelatih
Choi. Lalu mengaku kalau merasa kasihan
pada pelatih Choi yang minum sendirian jadi ingin menemaninnya.
“Apa kau
biasanya seberisik itu?” ucap Pelatih Choi sinis, Dae Hoo mengeluh kalau
Pelatih Choi itu selalu tak mau mengalah dan menyuruhnya agar Jangan minum
terlalu banyak.
“Aku
biasanya minum sampai tidak kuat lagi” kata Pelatih Choi, Dae Hoo pun tak
peduli dan keduanya minum berbotol-botol soju.
“Aku
benar-benar minta maaf, Sunbaenim.” Ucap Pelatih Choi, Tuan Kim pikir tak mengkhawatirkan
itu.
“Kau bisa
tinggal di tempatku ketika kau mabukAku membuat sup tauge untuk obat mabukmu..”
Kata Tuan Kim menyuruhnya untuk duduk. Pelatih Choi menolak karena tak mau
membebaninya.
“Hei... Aku
bangun pagi untuk membuatkanmu sup ini.” Kata Tuan Kim dan menyuruhnya duduk.
Dae Hoo
keluar kamar sambil menguap lebar dan kaget melihat Pelatih Choi ada didepanya.
Keduanya tampak gugup. Tuan Kim meminta mereka duduk karena sudah membuatkan
sup untuk mereka.
Keduanya
terlihat gugup duduk didepan meja, Pelatih Choi akhirnya memberanikan diri
bertanya Apa sudah membuat kesalahan tadi malam. Dae Hoo pikir kenapa Pelatih
Choi harus bertanya tentang hal itu. Pelatih Choi panik karena berpikir kalau
terjadi sesuatu diluar kendalinya.
“Aku juga
pingsan saat sedang minum bersamamu, jadi...” kata Dae Hoo tak ingin
membahasnya dengan mengeuh kalau sup yang dibuat kakaknya itu rasanya seperti
soju. Pelatih Choi terlihat bisa bernafas lega dan makan dengan lahap.
Sementara
Dae Ho menerawang dengan mengingat kejadian semalam, keduanya sudah minum
banyak lalu bermain batu, gunting keras dan beberapa kali Dae Hoo kena pukulan
karena kalah, Tapi diakhir seperti memberikan ciumanya. Dae Hoo mengingat
semuanya bisa tersenyum bahagia.
Bersambung
ke part 2
Tidak ada komentar:
Posting Komentar