Dam Ryung mencoba mencari Se Hwa dengan berjalan ke
hutan, tapi malah menemukan sosok temanya yang jatuh tak sadarkan diri di
tebing. Sementara Se Hwa berada disebuah
gua duduk sendirian, terlihat ada cahaya obor yang masuk ke dalam. Bukan Dam
Ryung yang datang tapi para pria seperti anak buah dari pengusaha penginapan.
Tabib memeriksa teman Dam Ryung yang terbaring di kamar,
memberitahu Detak jantungnya lemah, dengan Otot tendonnya, tulang, dan dagingnya mengalami... kerusakan, serta telah membentuk pembekuan darah. Jika darah beku tersebut masuk ke jantungnya.. seperti tabib tak bisa berkata-kata untuk
mengucapkannya.
“Jika demikian, apa yang akan
terjadi?” tanya Dam Ryung berusaha untuk tenang
“Dia tidak akan mampu mengatasi tahap krisis berikutnya.” Ucap Tabibb
“Saya yakin dia dihajar oleh
sekelompok orang
setelah dia jatuh dari tebing. Sepertinya
temanku ini diam-diam
menyembunyikan kekasihku dan
jatuh tertimpa musibah
ini saat dia kembali.” Ucap Dam Ryung yakin
Dam Ryung kembali bertemu dengan si pengusaha penginapan,
Tuan Yang membahas tentang soal selir yang dating ribut-ribut ke kantor kemarin
lusa, meminta agar dimaafkan, karena selirnya itu takut
bahwa pertanda buruk itu
yang membawa kematian
itu mungkin telah memasuki
kantor pemerintahan.
“Sepertinya dia itu khawatir sekali sampai seperti
itu. Jadi,
saya sudah menegur dia.” Ucap Tuan Yang, Dam Ryung
bisa mengerti dengan memegang buah jeruk ditanganya.
“Beberapa hari yang lalu, sejak
mayat yang ditemukan
di pantai itu..., sentimen
dari warga desa telah
menimbulkan kepanikan. Jadi,
pasti Anda berkecil hati, saya
turut prihatin.” Ungkap Tuan Yang memberikan
perngertian.
“Sepertinya kau masih punya beberapa buah langka dan
berharga.” Kata
Dam Ryung melihat jeruk yang sangat mulus ditanganya.
“Ah, ya. Itu jeruk mandarin. Meskipun posisi saya rendah, tapi saya punya selera makanan yang baik. Jadi saya jauh-jauh datang ke
Pulau Tamra (Pulau
Jeju)” kata Tuan Yang dengan nada bangga, Dam Ryung memberikan
senyuman mengejek.
“Penginapan ini mungkin satu-satunya tempat agar... bisa memakan semacam buah jeruk ini di desa,kan?” kata Dam Ryung, Tuan Yang membenarkan karena harga
jeruk itu sangat
mahal.
“Tapi jeruk mandarin ini ditemukan pada saat pemeriksaan mayat yang ditemukan di pantai
itu.” Kata Dam Ryung, Tuan Yang kaget mendengarnya.
Flash Back
Dam Ryung bisa membayangkan Si nelayan bertemu dengan
Tuan Yang sebelum kematianya, dengan disuguhi minuman.
“Hari dimana dia
meninggal, orang yang dia temui terakhir kali adalah kau. Kau bertemu dengannya malam itu dan. menawarinya minum, bersama dengan buah
ini.” Selir menuangi minuman dan Tuan Yang
memberikan jeruk yang sudah dikupasnya. Esok harinya si nelayan pun ditemukan
ditepi pantai dan Dam Ryung bersama pejabat lainya melakukan investigasi dengan
mayat yang ditemukan.
“Dia minum alkohol yang dibubuhi racun, lalu meninggal dan kau
membuang jasadnya di tepi pantai. Namun, jejak racun
tidak ditemukan selama pemeriksaan awal. Pada hari pertama salju turun, mayatnya membeku seperti es, tapi
kemudian... hasilnya berbeda selama pemeriksaan kedua.”
Dam Ryung memberitahu Saat
mayat beku itu mulai mencair,
ditemukanlah racun mematikan
yang terekstrak dari
telur ikan buntal. Tuan Yang pura-pura tak
mengerti dengan ucapan Tuan Yang, Dam Ryung langsung berteriak memanggil
penjaga. Penjagar dan pejabat masuk ke dalam ruangan dengan membawa sebuah guci
kecil.
“Kami telah menemukan racun telur ikan buntal di kamar Yang Seung
Gil.” Ucap pejabat, Tuan Yang tetap menyangkalnya menurutnya
ini semua tak adil baginya.
“Hambamu ini tidak tahu apa-apa. Saya dijebak.” Ucap Tuan Yang, tapi Dam Ryung yakin semua ini adalah
kejahatan Tuan Yang.
Sementara selir yang menerobos masuk ke dalam kantor
pemerintaha sudah dibawa oleh penjaga istana. Ia berusaha melepaskan tangan
penjaga yang membawanya, tiba-tiba sebuah pedang berada dilehernya dan siap
untuk menyayatnya, Dam Ryung datang dengan menaruh pedang dilehernya sebagai
ancaman.
“Jika Se Hwa masih hidup, maka aku akan menyelamatkan
hidupmu.” Ucap Dam Ryung, Selir mengaku tak mengenal dan tidak
mengetahuinya.
“Jika kau tidak tahu, maka kau
akan mati. Bahkan
jika aku tidak bias menemukan
Se Hwa maka kau akan mati di tempat ini.” Kata Dam Ryung
Di sebuah tempat penyimpanan jerami, Dam Ryung masuk dan
melihat Se Hwa dengan tubuh terikat seperti sudah tak sadarkan diri. Di
sampinganya sudah banyak butiran mutiara. Selir berteriak memberitahu kalau Dam
Ryung itu telah
tergoda oleh makhluk
gaib itu dan mencoba menghancurkan
desa.
“Dia mencoba menyelamatkan putri duyung yang mendatangkan hujan badai dan menyebabkan kematian bagi banyak orang!” ucap Selir menghasutnya.
“Coba saja mengelak. Apa Anda pikir semua mata dan mulut ini akan tinggal diam
saja?” kata selir menantangnya, Dam Ryung melihat dengan mata
berkaca-kaca.
Dam Ryung akhirnya mengambil butiran mutiara yang sudah
terkumpul lalu melemparnya, semua orang langsung berebut mengambilnya. Selir
pun panik karena mutiara itu milknya dan berusaha mengumpulkanya. Dam Ryung
mendekati Se Hwa dengan memegang wajahnya meminta maaf karena datang
terlambat. Ia pun mengendong Se Hwa
pergi ke tebing dengan lautan yang ada dibawahnya.
“Se Hwa. Kau suka
mendengarkan mimpiku, kan? Apa Kau dengar aku? Dalam mimpiku, kita
dilahirkan kembali. Kita bertemu lagi dan bersatu. Kau datang dari lautan jauh untuk bertemu
denganku. Dan meskipun aku tidak bisa mengingatmu..., kau sudah berada di
hatiku. Se Hwa. Bukannya kau lebih suka cerita ini?” gumam Dam
Ryung terus mengendong Se Hwa, terlihat Se Hwa bergerak sedikit dipelukan Dam
Ryung.
Joon Jae dan Sim Chung berbaring di hamparan salju. Joon
Jae mengaku harus memastikan sesuatu. Sim Chung menatapnya, Joon Jae pikir Sim Chung bisa
mencoba mengucapkannya, Sim Chung binggung mengucapkan apa maksudnya.
“Aku mencintaimu.” Ucap Joon Jae, Sim Chung terdiam mendengar pernyataan
Joon Jae.
“Kalau begitu apa kau menjadi
milikku? Apa kau
menyerah? Apa kau kalah?” kata Sim Chung, Joon Jae
binggung.
“Padahal aku tadinya mau jadi
orang pertama yang menyerah
waktu salju pertama turun. Aku
sungguh tak menyangka kau akan
menyerah duluan. Apa kau jadi milikku? Apapun
yang aku katakan, apa
kau akan percaya perkataanku?” ucap Sim Chung tertawa
bahagia, Joon Jae tak mengerti maksud ucapan Sim Chung,
“Kau bilang kau mencintaiku. Bukannya begitu artinya?” kata Sim Chung mengingat saat Joon Jae membicarakan hal
itu ketiga berada di gereja.
Flash Back
Joon Jae meminta agar Sim Chung menganggap mencintai seseorang, maka itu artinya kalau ia menyerah. Sim Chung yang
polos bertanya Apa itu
"menyerah"? Joon Jae menjelaskan Artinya
mengalah dan Sim Chung itu sudah kalah.
“Dengan kata lain..., jika kau mencintai seseorang..., maka apapun yang
dikatakan orang
itu, kau... pasti
akan mempercayai semua
kata-katanya. Artinya kau
akan berada dalam masalah, Karena Kenapa? Itu artinya kau milik pria itu. Jika dia menyuruhmu, maka kau harus
menurutinya. Jika dia menyuruhmu ini itu, kau
akan melakukannya.
Jika dia menyuruhmu percaya
kebohongan, maka kau harus percaya
kebohongan. Itulah cinta.” Jelas Joon Jae panjang
lebar.
“Jadi apa tidak masalah mengatakan itu pada seorang pria?” tanya Sim Chung, Joon Jae mengatakan tidak masalah
“Tidak! Kau tak boleh
mengatakannya. Jika kau
mengucapkan kata
"Aku mencintaimu,". padaku,
itu artinya kau adalah
milikku. Jika kau
mengatakan hal-hal seperti
itu padaku, aku mungkin
akan memanfaatkanmu dan
terus berbohong. Aku
akan merampas semua hartamu” ucap Joon Jae.
Sim Chung memberitahu itu adalah cinta, Joon Jae yang
mendengar cerita Sim Chung bertanya Siapa
yang mengucapkan
omong kosong seperti itu., Sim Chung mengaku kalau
ada Seseorang yang baik.
Keduanya pun berjalan pulang, Joon Jae bertanya siapa orangnya apakah seorang
pria, Sim Chung membenarkan.
“Jadi seorang pria. Dia itu pasti orang gila!” ejek Joon Jae, Sim Chung bertanya apa itu arti “orang
gila”
“Dia Brengsek. Kalau dia berkata hal-hal seperti
itu, dia itu
orang penjilat dan mata keranjang.” Kata Joon
Jae seperti cemburu mendengar Sim Chung
dekat dengan pria
“Itu semua yang kau kata-kata buruk, kan?” ucap Sim Chung, Joon Jae membenarkan jadi melarang Sim
Chung bergaul dengan
orang seperti itu dan bertanya apakah pria itu
bersikap baik padanya.
“Waktu saat itu hujan, dia
memayungi diriku, dan memegang tanganku waktu aku sendirian.” Ucap Sim Chung mengingat kenanganya dengan Joon Jae.
“Aku yakin dia akan melakukan apa
saja... buat
merayu seorang perempuan.” Ejek Joon Jae, Sim Chung
memberitahu kalau pria itu membuatkan
Ramen untuknya. Joon Jae makin naik darah
mendengarnya.
“Dia menyuruhmu datang ke hotelmu
dan dia membuatkan Ramen? Itu cara
pria Korena merayu wanita. Wow, dasar si Brengsek berhati busuk itu!” umpat Joon Jae marah
Sim Chung membela kalau Pria itu bukan Brengsek berhati busuk karena menurutnya ia orang
yang baik. Joon Jae menyindir kalau pria itu orang
baik maka Sim Chung bukan bersamanya tapi bersama pria itu lalu memperjelaskan
ucapanya agar tak salah paham.
“Tadi waktu aku bilang itu... "Aku mencintaimu," itu
bukan karena aku
sungguh-sungguh mencintaimu..., tapi
aku menyuruhmu mengucapkan itu, agar
aku bisa memastikan sesuatu..” ucap Joon Jae lalu
disela oleh Sim Chung
“Aku mencintaimu.” Kata Sim Chung, Joon Jae terdiam mendenagrnya. Sim
Chung pikir harus mengatakannya lagi. Joon Jae menolak, Sim Chun mengaku bisa
mengucapkannya lagi. Joon Jae berjalan lebih dulu
menolaknya.
Keduanya pulang kerumah, Nam Doo bertanya darimana mereka
berdua. Joon Jae memberitahu selesai bermain ski. Nam Doo pikir mereka berdua
habis berkencan. Tae Ho yang mendengarnya langsung cemberut. Joon Jae mengelak
memjelaskan kalau Sim Chung memohon untuk melihat salju, jadi hanya
membawanya dan hanya sebentar.
“Berarti itu kencan. Bukankah begitu, Tae Ho?” ucap Nam Do mengoda. Tae Ho terlihat kesal dengan wajah
cemberut dan lirik sinis masuk ke dalam kamar
“Brandal ini selalu menatapku seperti itu belakangan ini.” Kata Joon Jae memukul kepala Tae Ho, Sementara Sim
Chung tersipu-sipu malu mendengar kalau mereka berkencan.
Joon Jae pun memilih masuk kamar lebih dulu dengan wajah
kesal, Nam Do mendekati Sim Chung dengan menawarkan jeruk lalu bertanya apakah
mereka berdua bertengkar. Sim Chung
mengaku tidak bertengkar. Nam
Do bingung melihat wajah Joon Jae yang masuk kamar dengan wajah kesal.
Joon Jae gelisah diatas tempat tidurnya, lalu berteriak
memanggil ruang atas. Tak terlihat pintu
bagian atas terbuka, Joon Jae kembali berteriak memanggilnya. Sim Chung
akhirnya membuka pintu kamarnya bertanya ada apa.
“Karena aku tidak bisa tidur, maka pikiranku selalu kemana-mana. Apa
kau masih bertemu dengan dia?” ucap Joon Jae, Sim
Chung sambil menuruni tangga bertanya
siapa yang dimaksud.
“Memangnya Siapa lagi? Yang kauceritakan
tadi... Ramen!
Kau masih bertemu dengan dia?” tanya Joon Jae
penasaran, Sim Chung menatap Joon Jae mengaku kalau masih bertemu.
“Kau bilang Masih bertemu?!!
Ahh... Begitu ya? Kau masih bertemu dia. Kalau begitu, bagaimana
penampilannya?” tanya Joon Jae menahan rasa cemburunya,
Sim Chung kembali menatap Joon Jae
“Dia
sangat tampan, Matanya
bersinar.” Kata Sim Chung memuji Joon Jae
“Dia pasti pria feminin. Kau itu harus berhati-hati dengan
orang yang penampilannya seperti itu! Apa bagusnya pria tampan? Orang seperti itu pasti aslinya penuh nafsu! Kau... Apa kau juga mengatakan itu kepadanya?” ucap Joon Jae penuh rasa kecemberuan, Sim Chung tak
mengerti maksudnya.
“Kau pasti tahu ... Kata-kata yang kau ucapkan tadi di tempat ski.” Ucap Joon Jae
Sim Chung mengatakan apakah maksudnya “Aku
mencintaimu” Joon Jae membenarkan apakah Sim
Chung mengatakannya pada Brengsek itu juga. Sim Chung
mengingat saat di gereja mengatakan hal itu, lalu memberitahu Joon Jae kalau mengatakannya. Joon Jae tak percaya mendengarnya.
“Kau, pasti bagimu kata-kata itu sangat mudah
diucapkan, ya. Mengucapkan
itu kepada sembarang orang.” Kata Joon Jae marah
“Aku tidak mengucapkannya pada
sembarang orang”ucap Sim Chung dengan nada
tinggi.
“Hei.. Kenapa
kau malah menaikkan
suaramu? Cepat Naiklah ! Siapa yang menyuruhmu turun kesini ?”
kata Joon Jae kesal, Sim Chung pun menaikia tangga dengan wajah cemberut.
“Tapi, ini ada baiknya juga. SeJujur, aku merasa sedikit
terbebani, aku khawatir kalau kau punya perasaan khusus terhadapku. Semoga kau berhasil dengan dia.”kata Joon Jae
“Tentu saja. Aku akan bersatu dengannya.” Balas Sim Chung, Joon Jae makin kesal menyuruh Sim
Chung agar cepat naik kekamarnya.
Joon Jae berbaring dikamarnya memikirkan kalau Sim Chung akan
bersatu dengan pria itu kenapa ada di rumanya,
menurutnya itu lucu dan sangat Menyebalkan, lalu menguling-gulingkan tubuhnya dengan kesal.
Sebuah mobil seperti oleng dijalan dan akhirnya menabrak
pinggir jalan. Joon Jae bermimpi melihat sosok Dam Ryung dengan memanggil Se
Hwa, lalu melihat pria yang terjatuh ditebing lalu terbangun dari tidurnya.
Ia bertanya-tanya mimpi apa itu dan teringat saat Sek Nam
memegang tanganya kalau ia adalah teman Joon Jae. Saat itu Sek Nam berada
dibelakang kemudi dengan penuh luka bagian kepala. Joon Jae menelp Sek Nam
dengan wajah khawatir.
Di samping Sek Nam terlihat sosok Dam Young yang mengunakan
pakaian hitamnya, melihat ponsel Sek Nam berdering sengaja mereject ponselnya
lalu menekan dibagian mobil agar membuat agar menerima pesan saja. Setelahitu
Dam Young keluar seperti pembunuh berdarah dingin yang tak punya hati.
Keluarga Heo sedang sarapan bersama, Tuan Heo menerima
telp dengan wajah kaget karena Sek Nam belum
datang ke kantor, merasa tak percaya dan
bertanya keberadaan Sek Nam sekarang. Chin Hyun melihat ke arah Nyonya Kang
seperti tenang dan bisa mengetahui kebusukan ibu tirinya. Tuan He pun menutup
telp dengan wajah kaget.
“Apa yang terjadi, Ayah?” tanya Chin Hyun penasaran
“Kepala Sek Nam menyetir sambil
mabuk-mabukan semalam dan mengalami kecelakaan.”
Kata Tuan Heo, Chin Hyun tahu kalau Sek Nam
tidak suka minum.
“Kau tahu darimana? Mana bisa kau
mendeskripsikan seseorang dari penampilannya saja?”ucap Seo Hee mencoba untuk mematahkan ucapan Chin Hyun
lalu menanyakan keadaan Sek Nam dengan tenang.
“Haruskah kita pergi membesuk dia di rumah sakit?” kata Seo Hee, Chin Hyun menatap ibu tirinya dengan
dingin
“Dia tidak sadar. Tampaknya sangat
parah.” Kata Tuan Nam, Seo Hee berpura-pura kaget dan meminta
agar bisa datang kerumah sakit kalau suaminya ingin pergi. Tuan Heo pun
menyetujuinya. Chin Hyun terus menatap sinis ibu tirinya, Sementara Seo Hee
tersenyum licik karena rencananya berhasil.
Deketif Ho berada didepan papan dengan gambar tersangka
Ma Dae Young, dengan nada kesal memberitahu timnya kaalu sudah 3 bulan lamanya dan Selama tiga bulan, si bajingan Ma Dae Young
itu tanpa
tidak diketahui pasti adanya tindak kriminal darinya, tapi keberadaannya masih saja belum ditemukan.
“Kau selalu bilang bahwa ada
kemungkinan kasus pembunuhan Haewondong itu pelakunya adalah dia.” Ucap tim lainya.
“Memang benar, itu Sangat mungkin. Tapi kita hanya bermodalkan asumsi. Kita tak punya buktinya. Tidak ada uang atau barang-barang hilang jadi polisi wilayah itu..., mereka melihat orang yang punya utang menghilang ke luar negeri, dan mereka menyuruhku tak usah ikut campur.” Jelas Detektif Ho geram
“Dia seorang rentenir dan banyak
orang ingin
balas dendam dengannya.” Komentar temanya merasa tak
yakin Dae Young yang melakukanya.
“Jika itu karena balas dendam,
mereka pasti merencanakannya dengan baik. Lihatlah waktu dan TKP-nya. Kejadiannya pada siang hari jam tiga sore. Siapapun orang yang lewat harusnya bisa menyaksikan
kejadian ini. Tapi,
nyatanya ini sangat sebentar
dan kasar. Ma Dae
Young orangnya sangat temperamen” Ucap
Detektif Ho yakin
“Kalau seperti itu... Belakangan ini, tidak hanya satu, dua orang yang tak bisa mengendalikan temperamennya.” Pikir temannya masih tak yakin Dae Young pelakunya
“Ini Sangat teliti dan tidak ada sidik jari atau jejak DNA
ditemukan. Pasti
pelakunya adalah orang yang selalu
siap untuk membunuh.” Kata Detektif Ho
“Tapi atasan kita sepertinya tidak mau kita berfokus soal itu. Jika tersangka berhasil lolos
maka kita
pasti akan dimarahi atasan.” Pikir teman tim
lainya.
Detektif Ho kesal bertanya siapa yang lebih penting
sekarang, tiba-tiba ketua tim datang memukul kepalanya dengan menyindir siapa
yang lebih penting sekarang, detektif memegang kepalanya yang kesakitan. Ketua
Tim memberikan perintah agar menangkap orang yang memalsukan identitas di Yeoyido dan Orang itu juga menghapus semua CCTV-nya.
“Mana aku tahu? Aku akan menangkap orang itu setelah Ma Dae Young.” Ucap deketif Ho, Ketua Tim mulai meninggikan suaranya.
“Karyawan perempuan di akuarium, mengira ada banyak polisi tampan di Kepolisian Yeong Dong dan saat mereka membuat fan club, tapi ketika melihat profilmu dan mereka sangat kecewa!” ucap Detektif Ho
“Kenapa mereka kecewa? Dia dan aku kelihatan mirip!” kata Deketif Ho yang merasa wajahnya mirip dengan Joon
Jae.
Sementara Joon Jae sedang mengadakan rapat dengan Nam Do
dan juga Tae Hoo semua memegang ponsel pintar. Nam Doo melihat dari SNS
kalau Ahn Jin
Soo, akan menghadiri
seminar Persiapan SMP
Internasional.
Jin Soo mengambil gambar selfie dengan undangan ditanganya dan menuliskan caption “Berinteraksi
dengan pengikut sosial media. Undangan
VIP ke
Kegiatan Pendidikan
menuju SMP Internasional.
Sebentar lagi aku
akan kesana.”
“Dia pergi jam tiga. Dia mungkin
keluar rumah jam
2 sampai 2:30. Sopir
keluarganya sedang cuti. Jadi keselamatan mengemudi tidak bisa dipastikan.” Ucap Nam Do membuat rencana dengan Jin Soo yang
menyetir sendiri mobilnya.
“Pada saat itulah, Tae Oh akan
menghubunginya menggunakan nomor Universitas Asing dan mengalihkan
perhatiannya.” Kata Nam Do
Jin Soo sedang menyetir mengangkat ponsel dengan mengaku
ibu dari Elizabeth, lalu menjerit tak percaya kalau anaknya itu Peringkat
pertama dalam
bahasa lisan Inggris, karena bahagia tak sadar
mobil didepanya berhenti dan akhirnya hampir menabraknya. Joon Jae dengan
kharisma ketampanan menuruni mobil.
“Apa ada yang terluka?” tanya Joon Jae, Jin Soo malu-malu mengatakan tidak
“Silahkan saja hubungi nomor ini. Karena aku sibuk, aku permisi
dulu.” Ucap Joon Jae memberikan kartu namanya, Jin Soo
terlihat bahagia melihat ketampanan Joon
Jae dan menatap kartu nama yang diberikanya.
“Setelah kau menunjukkan wajahmu,
pertemuan keduamu
kemungkinan terjadi di seminar.” Ucap Nam Doo, Joon Jae
mengerti. Tiba-tiba Sim Chung ada dibelakang Joon Jae bertanya apa yang sedang
dilakukanya. Semua kaget dan langsung
berdiri dari sofa.
Joon Jae mengajak semua pergi, Sim Chung bertanya kemana
akan pergi. Joon Jae pikir Sim Chung pasti sudah tahu, pasti pergi berkerja.
Sim Chung mengerti dan bertanya Pekerjaan apa yang akan mereka lakukan. Semua binggung menjawabnya.
“Ah... itu... pekerjaan yang kami lakukan adalah...” kata Nam Do berusaha menjelaskan tapi Joon Jae
menyelanya.
“Biar lebih sederhana, pekerjaan
kami itu seperti
mendapatkan hati seseorang. Untuk
menyadarkan seseorang atas
kesalahannya sendiri. Meskipun
pasti ada masalah dengan
cara mereka mengakumulasi kekayaan
mereka, namun mereka berada
di luar batas-batas hukum. Karena
orang-orang yang jatuh ke
dalam perbuatan itu..., maka
kami mengambil tindakan yang tepat. Kami
juga membagikan kekayaan orang
itu. Demi
negara.” Jelas Joon Jae panjang lebar.
“Apa itu Pekerja
pegawai negeri? Aku
melihatnya di TV, orang-orang yang bekerja
demi negara itu pegawai negeri.” Ucap Sim Chung menatap
mata Joon Jae
“Bukan itu. Hanya karena mereka
bekerja pegawai negeri bukan
berarti mereka melakukan itu demi kepentingan negara.” Kata Joon Jae
Sim Chung pikir Heo
Joon Jae kerjaannya lebih
bagus ya dibanding pegawai negeri. Joon Jae
membenarkan, Shim Chung pikir sudah mengetahuinya lalu masuk ke dalam kamar. Joon Jae dan
Nam Do saling menatap bingung. Joon Jae heran kenapa ia harus
cari-cari alasan untuk Sim Chung.
Nam Do pikir itulah Joon Jae kelihatan
jahat sekali membohonginya. Joon Jae pikir tak ada pilihan lain dan apakah mereka
bisa mengatakan kalau perkerjaannya adalah penipu. Nam Do pikir
tak suka juga
dengan kata
penipu itu menurutnya harus buat nama baru yaitu Nama
yang keren. Joon Jae tak ingin membahasnya mengajak
mereka semua untuk segera pergi saja.
Polisi kembali memeriksa TKP, lalu melihat ada tanda
silang dibagian depan rumah yang aneh, dan meminta timnya agar memeriksa rumah
lainya dan melihat ada tanda setiga dan tanda silang dibagian depan rumah.
Sementara Sim Chung keluar dari rumah dengan pakaian yang
rapi, diam-diam Dae Young melihat dari kejauahan dan akan mengikutinya. Detekif
Ho melihat sosok yang mencurigakan dari belakang. Dae Young menoleh ke arah
belakang, Detektif Ho pun menyadari kalau itu adalah Dae Young yang mereka cari
selama ini.
Kejar-kejaran pun terjadi, Dae Young masuk dalam sebuah
toko. Detektif Ho melihat sosok pria dengan topi yang sama masuk ke dalam
sebuah taksi, Sementara Dae Young keluar dari tempat loundry dengan pakaian
dengan jaket bulu tersenyum licik. Polisi akhirnya menyadari kalau yang mereka
kejar ternyata salah orang.
Sim Chung pergi ke tempat sampah pakaian dengan
memilih-milih pakaian yang masih bagus dan juga sepasang sepatu dengan beda
warna. Beberapa anak SD sedang berjalan bersama salah satu orang mengeluh lapar
dan ingin pergi makan di mini market. Yoona terlihat sedang berjalan sendirian
dengan membawa tasnya.
“Hei! Seo Yoon Ha, kau tinggal di Imde Apartments,
'kan? Ibuku
bilang saat
orang yang punya utang
bank sekolah di tempat
kita, maka kualitas lingkungan sekolah jadi turun. Ibumu seorang janda, 'kan?” ucap si anak sinis menatap Yoon Ha, Yoon Ha hanya diam
saja
“Ibuku
yang bilang begitu. Anak-anak sepertimu pasti pendidikan keluarganya
berantakan. Jadi, kau
tidak bias berteman
dengan kami.” Ucap si anak sombong
“Aku juga tidak mau berteman denganmu. Apa Kau bisa minggir?” kata Yoon Ha
“Ini bukan tempat yang bisa
dilewati oleh orang-orang yang tinggal di sana, kau tahu. Kenapa kau tak pergi saja, jangan lewat perumahan ini?” ucap Si anak kecil yang jahat mendoronganya.
Yoon Ha tak bisa menahan amarahnya, langsung membalasa
mendorongnya kembali. Si anak tak terima langsung duduk diatas tubuh Yoon Ha
dan siap memukulnya. Tiba-tiba tubuh si anak terangkat dan melayang diudara.
Yoon Ha yang sudah ketakutan menutup matanya tapi melihat Sim Chung yang
menyelamatkanya.
“Kau tidak boleh mengganggu
temanmu. Cepat
berjanjilah padaku, kalau kau
tidak akan mengganggu temanmu.” Tegas Sim Chung, Si
anak meminta agar menurunkannya dengan wajah ketakutan.
Jin Soo baru saja akan pergi keluar dari rumah lalu
melihat anaknya kembali kembali sambil menangis, bertanya ada apa dengan Elizabeth, lalu bergegas keluar rumah dengan penuh amarah. Nam Doo
yang ada didepan rumah binggung karena melihat mobil Jin Soo masih ada
didepanya rumah.
“Terima kasih soal yang tadi,
Unni.” Ucap Yoon Na duduk bersama Sim Chung dengan meminum
susu di minimarket, Sim Chung bertanya apa artinya perceraian
“Perceraian itu saat orang-orang yang menikah
berpisah.” Jelas Yoon Ha, Sim Chung bertanya
kenapa mereka harus berpisah
“Apa Kau juga tidak tahu itu, Unni? Mereka
berpisah karena mereka tidak saling mencintai lagi.” Jelas Yoon Ha
“Mereka tidak saling mencintai, lalu kenapa mereka menikah?” tanya Sim Chung binggung.
“Mereka jatuh cinta waktu mereka
menikah, tetapi rasa cinta mereka berubah setelahnya. Ibu dan ayahku mungkin saling mencintai waktu aku masih bayi. Hanya saja mereka berubah.” Kata Yoon Ha, Sim Chung penasaran kenapa mereka bisa
berubah.
“Ya, karena mereka berubah, Mereka
yang masih belum bercerai dan tinggal bersama juga bukan karena mereka saling
mencintai. Tapi Mereka
hanya masih bertahan saja.” Jelas Yoon Ha.
Sim Chung seperti masih tak percaya, Yoon Ha pun
memberitahu alasan selalu
rajin ikut kursus, karena ibunya mungkin
mencintainya sekarang tapi jika tidak rajin belajar maka mungkin tidak mencintainya lagi bahkan bisa saja menelantarkannya, maka dari itu tetap pergi les walaupun tidak
menginginkanya. Saat itu Jin Soo sudah ada didepan minimarket mengetuk kaca
dengan tatapan sinis bersama dengan Elizabeth.
Bersambung ke part 2
Tidak ada komentar:
Posting Komentar