Bok Joo
kembali ke kamar dengan senyuman bahagia, pesan ke dalam ponselnya masuk. Joon
Hyung menuliskan “Apa kau sampai dengan selamat?”. Bok Joo membalas “Yah..
Bagaimana denganmu?” Keduanya sama-sama tersenyum saling membalas pesan seperti
orang yang benar-benar saling jatuh cinta.
“Kau
pasti capek, tidurlah” tulis Joon Hyung, Bok Joo pikir Joon Hyun juga harus
tidur karena besok ada latihan
“Kau yang
tidur duluan” balas Joon Hyung, Bok Joo menyuruh Joon Hyung saja yang tidur
lebih dulu. Keduanya saling menyuruh siapa yang harus tidur lebih dulu.
“Ini akan
memakan waktu semalaman. Aku akan tidur sekarang kalau begitu” kata Joon Hyung.
Bok Joo
pun akhirnya membaringkan tubuhnya, Joon Hyung malah kembali mengirimkan pesan
“Apa kau sudah tidur?” Bok Joo dengan senyumanya menyuruh Joon Hyung agar
menghentikanya “Aku tidak bisa tidur karena dirimu” lalu tertidur dengan
senyuman bahagai.
[Episode 13, Sekitar cinta, dan itu menjadi
kecemburuan]
Tim
angkat besi sedang olahraga lari mengelilingi lapangan, Tim renang pun datang
bergabung. Joon Hyung melihat Bok Joo yang berlari dibagian belakang langsung
mendekatinya mencari kesempatan untuk memeluknya, Bok Joo tersenyum dan
mendorongnya agar tak terlihat oleh yang lainya., Joon Hyung pun berlari mh
engejar timnya yang sudah berlari didepan.
Bok Joo
dan Nan Hee mengosok gigi setelah sarapan. Nan Hee melihat Bok Joo yang terus
tersenyum berpikir kalau menemukan
sepotong daging besardidalam sup tulang iganya karena menurutnya isinya hanya
kaldu. Bok Joo pikir supnya sedap.
“Kenapa
kau sangat optimis hari ini? Kau biasanya selalu bilang akan jadi ketua tingkat
dan menambahkan banyak daging. Apa terjadi sesuatu yang bagus?” kata Nan Hee
curiga, Bok Joo mengelak
“Tidak,
jelas terjadi sesuatu yang bagus” kata Nan Hee yakin dan mendengar bunyi ponsel
Bok Joo.
Bok Joo
membaca pesan dari Joon Hyung “Datanglah ke rumah kodok sekarang” Nan Hee ingin
tahu siapa yang mengirim pesan. Bok Joo buru-buru menyembunyikan ponselnya
mengaku hanya pesan spam saja.
Bok Joo
mulai berdandan dengan mengunakan lipstik pemberian ayahnya dan juga jepitan
rambut. Sebelum pergi sempat melihat Si Ho yang masih tertidur lalu berjalan
keluar dari kamar. Sesampai di kolam melihat dari kejauhan Joon Hyung mencoba
melempar koin pada kolam.
“Kenapa
kau memanggilku keluar pagi-pagi begini?”tanya Bok Joo mendekati Joon Hyung
“Aku
melempar koin untukmu, buatlah permintaan” kata Joon Hyung, Bok Joo memejamkan
matanya ingin membuat permohonan.Joon Hyung tiba-tiba memberikan kecupan di
pipi Bok Joo.
“Hei, kau
menyuruhku membuat permintaan untuk melakukan ini, benarkan? Bagaimana kau bisa
menjadi licik begitu?” kata Bok Joo kesal
“Kau juga
tidak lebih baik. Apa kau tidak ingat kau sendiri yang melemparkan dirimu
padaku?” kata Joon Hyung mengingatkan kejadian semalam.
Bok Joo
menyangkal karena yang lebih dulu menciumnya adalah Joon Hyung. Joon Hyung
mengakuinya tapi Bok Joo yang memegang wajahnya bahkan menjadi liar seperti seseorang
yang sedang kelaparan. Bok Joo tak ingin beradu mulut lagi memilih untuk
menganggap dirinya yang melemparkan diri pada Joon Hyung.
“Ngomong-ngomong,
bukankah itu pita rambut... Yang kau pakai waktu kau menemui kakakku?” kata Joon Hyung, Bok Joo membenarkan.
“Hyung
bilang itu cantik Atau dia bilang itu sangat cocok untukmu?” ucap Joon Hyung
dengan nada cemburu, Bok Joo berkata tak seperti itu.
“Jangan
bohong padaku! Aku tahu dia bilang begitu! Jangan dipakai lagi, pakai yang lain
saja” ucap Joon Hyung
Bok Joo
mengatakan tak punya lagi dan merasa kalau jepitanya itu sangat cantik. Joon Hyung
mengatakan kalau itu jelek dan menyuruh agar melepaskanya, Bok Joo menolak
karena hanya itu yang dimilikinya. Joon Hyung pun menarik paksa sampai akhirnya
terlepas dengan rambut yang ikut tertarik.
Wajah
Joon Hyung merasa bersalah melakukanya, lalu meminta maaf dan mengajak untuk
pergi saja. Bok Joo menolak saat akan digandeng tanganya karena kasar dan tak
makai krem. Joon Hyung tak peduli menurutnya bisa dianggap seperti sedang
melakukan akupuntur.
Si Ho
terbangun dari tidurnya dengan tubuh penuh keringat, ketika ingin mengambil
minumnya malah terjatuh. Tubuhnya terlihat lemas dan berusaha untuk mengambil
ponselnya yang terjatuh.
Bok Joo
heran melihat Joon Hyung pergi ke Mall dan berhenti dibagian aksesoris. Joon
Hyung menyuruh untuk memilihnya karena akan membelikanya dan jangan memakain
pita selain yang dibelikanya. Bok Joo mengoda kalau Joon Hyung sangat
pencemburu
“Tentu
saja, bagaimana aku tidak cemburu? Aku melihatmu menangis karena hyung” kata
Joon Hyung
“Kau
seharusnya tidak mengingat kejadian itu Itukan masa lalu. Sekarang Dengar,
karena kita sudah membicarakannya. Aku benci pria yang cemburu karena hal-hal
kecil Dan sok jual mahal hanya karena mereka sedang berkencan. Aku tidak tahan,
itu sangat kekanak-kanakan/ Jadi jangan harap aku baik-baik saja dengan itu”
tegas Bok Joo
Joon
Hyung hanya diam saja lalu bertanya mau memilih pitanya atau tidak, Bok Joo
mencari pita yang bagus untuknya. Joon
Hyung melihat ada pita dengan bentuk babi, dengan mengejek kalau Bok Joo ada
dipita tersebut. Bok Joo memilih pita yang ukuran besar, lalu bentuk
strawberry. Joon Hyung pikir itu bagus walaupun tak bisa melihatnya karena
bentuknya yang terlalu kecil.
Akhirnya
Bok Joo pulang ke kamarnya dengan senyuman bahagia, tapi dikejutkan dengan Si
Ho yang sudah tergeletak tak sadarkan diri dilantai kamar. Wajah Bok Joo panik
berusaha menyadarkanya, tapi Si Ho tetap tak bergeming. Bok Joo berteriak
memanggil ketua asrama.
Si Ho
dibawa kedalam mobil ambulance dengan ketua asrama yang menemaninya. Bok Joo
dan Nan Hee mengantarnya sampai depan asmara dengan wajah panik, asmara wanita
pun heboh melihatnya. Nan Hee pikir kelihatannya sakit parah.
Joon
Hyung sedang berlatih di ruangan, tiba-tiba Tae Kwon datang dengan nafas
terengah-engah memanggilnya. Joon Hyung meminta temanya agar tenang berpikir
kalau Ki Suk memanggil untuk rapat. Tae Kwon memberitahu kalau ini mengenai Si
Ho.
“Song Si
Ho minum pil dan berusaha bunuh diri dan Kim Bok Joo menemukannya pingsan. Ambulan
baru saja membawanya ke rumah sakit” kata Tae Kwon, Joon Hyung langsung
bergegas turun dari treadmill.
Joon
Hyung sudah sampai di bagian UGD rumah sakit dan melihat Si Ho masih terbaring.
Dokte akhirnya datang mendekatinya bertanya apakah ia walinya, Joon Hyung
binggung tapi akhirnya membenarkan kalau ia walinya.
“Kami
akan membersihkan perutnya, Hasil tes darahnya menunjukkan kalau dia tidak
banyak meminum obatnya Aku rasa dia tidak berusaha melakukan bunuh diri. Tapi,
dia sangat lemah, Dia kekurangan nutrisi dengan level enzim lever yang tinggi
dan punya masalah menelan serta menderita bulimia dan anorexia” jelas Dokter
yang akan kembali memeriksa kondisinya.
Saat itu
ibu dan adik Bok Joo datang, mereka terlihat sedih meminta agar Si Ho bisa
cepat sadar. Joon Hyung memilih untuk menyingkir membiarkan keluarga Si Ho yang
menemaninya, walaupun terlihat masih shock. Si Ho sedikit membuka mata melihat
ibu dan adiknya yang datang menjenguknya.
Bok Joo
datang menemui Joon Hyung, lalu bertanya kedaaan Song Si Ho. Joon Hyung
memberitahu sudah melihat Si Ho sadar dan Dokter bilang kondisinya tidak kritis.
Bok Joo bisa lega mendengarnya. Joon Hyung pikir Bok minum obat karena susah
tidur dan juga menderita gangguan pola makan jadi harus tinggal di rumah sakit
karena kondisinya lemah. Bok Jo bisa mengerti dan terlihat sedih
“Apa kau
baik-baik saja? Kau pasti tadi terkejut ‘kan?” kata Joon Hyung
“Itu
tidak penting, tapi Aku bersalah. Waktu aku bilang Song Si Ho tidak sehat, Seharusnya
aku melakukan sesuatu. Aku melihatnya minum di malam hari” kata Bok Joo sedih
“Kau
tidak tahu ini akan terjadi, Jangan menyalahkan dirimu sendiri” ucap Joon Hyung
menenangkanya.
“Tetap
saja, aku ini kan teman sekamarnya dan sudah seharusnya memeriksanya waktu dia
tidak bangun-bangun juga. Aku terlalu bersemangat setelah menerima sms darimu. Aku
bodoh sekali.” Kata Bok Joo memukul kepalanya, Joon Hyun menghentikanya lalu
memeluknya agar bisa menenangkanya.
Joon
Hyung kembali ke kamarnya dan memeriksa ponselnya, lalu melihat ada sebuah telp
dari Si Ho, lalu tersadar saat pergi ke mall dengan Bok Joo tak sadar dengan
ponselnya yang bergetar, wajahnya seperti merasa bersalah. Sementara disebuah bar terlihat pelatih Yoon sedang
mengantar Tuan Kim yang terlihat mabuk.
“Tuan
Kim.. Kau sudah berjanji kan?cKau berjanji untuk mempertimbangkan... Untuk
mempekerjakan kembali... Pelatih Choi, benarkan?” kata Pelatih Yoon, Tuan Kim mengerti
dan meminta tak perlu khawatir.
Akhirnya
Tuan Kim pun masuk ke dalam taksi dengan pelatih Yoon yang membayar taksinya.
Pelatih Yon melihat uangnya tak cukup untuk naik taksi dan terpaksa harus
pulang dengan berjalan kaki, sambil berteriak memanggil pelatih Choi kalau akan
memastikan diterima kembali.
Joon
Hyung terlihat gugup datang ke rumah sakit dan melihat papan nama didepan
ruangan Song Si Ho, lalu masuk ke dalam terlihat pasien lainya sedang membaca
komik. Si Ho sudah duduk di atas tempat tidur melihat Joon Hyung yang datang.
“Kenapa
kau sendirian?” tanya Joon Hyung mengaruk kepala karena canggung.
“Adikku
di sekolah dan ibuku sedang bekerja” ucap Si Ho, Joon Hyung pikir
sebaiknya Si Ho berbaring
“Setelah
tidur nyenyak, aku merasa sepenuhnya baik-baik saja dan seperti tidak terjadi
apa-apa” kata Si Ho, pasien yang disamping Si Ho seperti tergangu dengan
menutupi wajahnya mengunakan selimut. Si Ho pun mengajak untuk keluar saja.
Keduanya
berjalan ditaman, Joon Hyung mengajaknya duduk dibangku taman dengan bertanya
apakah tidak kedinginan. Si Ho menutupi tubuhnya dengan jaket merasa baik-baik
saja. Joon Hyung dengan gugup meminta maaf atas Panggilan telponnya yang
kemarin karena tak tau kalau Si Ho itu sakit dan seharusnya menjawabnya
“Tidak
apa-apa, itu karena aku tidak pandai menjaga diriku sendiri” kata Si Ho merasa
memang salah dirinya. Joon Hyung merasa tetap tak enak hati.
“Joon
Hyung... Aku merasa sangat aneh sekarang ini Apa yang terjadi sehari kemarin
dan Semua yang terjadi sebelum hari ini rasanya sudah terjadi lama sekali. Mungkin
itu karena aku hampir mati.” Ungkap Si Ho
“Seperti
yang kau tahu, Kita tumbuh hanya melalui olahraga. Hidup sepertinya berakhir
kalau kita tidak terus berkompetisi. Itu sebabnya aku terus bergantung padanya
tanpa mau menerimanya. Aku tahu akan terpuruk dan berjuang sambil berpegangan
pada ujung jurang. Sekarang, Aku bisa merelakan semuanya dan melatih diriku
tanpa banyak stress” kata Si Ho. Joon Hyung bisa tersenyum mendengarnya.
“Aku tahu
itu mustahil, Tapi aku bersikeras untuk kembali bersama. Aku benar-benar minta
maaf.” Kata Si Ho
“Sekarang
kita seri, Kita masing-masing punya kesalahan untuk minta maaf” ucap Joon
Hyung.
Si Ho
mengulurkan tanganya mengajak mereka untuk mulai berteman, lalu berkata kalau
sebaiknya menghormatinya karena ia lebih tua. Joon Hyung tersenyum lalu
bertanya kapan akan keluar dari rumah sakit. Si Ho pikir Besok atau lusa karena Dokter bilang
kondisinya membaik, Tapi secara mental
belum baik jadi mungkin harus menemui psikiater. Joon Hyung menceritakan
ada psikiater yang pernah ditemuinya dan sangat luar biasa dan menyarakan untuk
mengenalkanya, Si Ho pun dengan senang hati menerimanya.
Joon
Hyung pun mengantar Si Ho kembali ke kamarnya dan ponselnya berdering, Bok Joo
menelp menanyakan keberadaanya. Joon Hyung sedikit tak enak hati, lalu
mengatakan sedang ada dirumah sakit karena mendapat izin dari pelatih jadi
datang berkunjung. Bok Joo bisa mengerti lalu bertanya keadaan Si Ho.
“Aku rasa
dia baik-baik saja, Dia menjadi sangat tenang” kata Joon Hyung
“Aku
senang mendengarnya Aku berpikir untuk mengunjunginya, kenapa kau tidak
menungguku?” ucap Bok Joo
“Aku
pikir kau sedang latihan, Apa kau mau datang sekarang?” ucap Joon Hyung, Bok
Joo pun memutuskan akan datang juga. Joon Hyung menutup telp dan akan
menunggunya. Sementara Bok Joo terlihat kesal dengan Joon Hyung.
“Kenapa
dia tidak memberitahuku sebelumnya? Aku seharusnya datang bersamanya” kata Bok
Joo ngedumel sendiri.
Pelatih
Yoon kaget bertemu dengan Tuan Kim,
karena menyewa pelatih baru padahal kemarin mengatakanakan
mempertimbangkannya, serta mengadakan rapat komite dengan menyakinkan anggota
komite yang lain, Tuan Kim mengaku memang itu tujuanya.
“Tapi
pimpinan memberitahuku seperti itu, jadi
apa yang bisa aku lakukan?” kata Tuan Kim tak bisa berbuat apa-apa.
“Aku
berusaha membantu pelatih Choi mendapatkan pekerjaannya kembali... Karena dia
yang lebih tahu keadaan siswa, Selain itu dia telah menjadi pelatih yang baikAku tahu
dia akan terus membimbing mereka dengan baik.” Kata Pelatih Yoon
“Keputusan
sudah dibuat dan Kepalaku juga sakit, mari kita hentikan membicarakan tentang
ini!” ucap Tuan Kim tak ingin membahasnya.
Pelatih
Yoon terlihat marah besar, dan
menurutnya kalau memang Tuan Kim mengambil keputusan yang tidak adil seperti
itu maka ia juga akan berhenti dan melakukan sesukanya. Tuan Kim panik melihat
Pelatih Yoon yang pergi meninggalkan ruangan.
Bok Joo
seperti gugup akan masuk ke dalam ruangan dan sempat mengetuk pintu. Terdengar
suara Si Ho yang menyuruh masuk. Bok Joo
berjalan masuk dan melihat Joon Hyung yang sedang membantu Si Ho memakaikan
jaket. Si Ho menyambut Bok Joo mengatakan baru saja berada di luar sebentar dan
ia merasa kedinginan. Bok Joo bisa mengerti walaupun seperti timbul rasa
cemburu.
“Apa kau
merasa lebih baik?” tanya Bok Joo, Si Ho mengaku hampir mati tapi senang karena
bertemu dengan teman sekamar seperti Bok Joo. Joon Hyung pun menarik kursi agar
Bok Joo duduk disampingnya. Bok Joo duduk lalu memberikan sebuket bunga untuk
Si Ho.
“Aku rasa
kau mungkin harus berhati-hati dengan apa yang kau makan sekarang, jadi aku
pikir ini cocok denganmu karena kau begitu feminin” kata Bok Joo, Si Ho pun
mengucapkan terimakasih.
“Kau ‘kan
alergi pada serbuk sari, apa bunga ini tak masalah?” kata Joon Hyung sedikit
panik, Si Ho mengaku hidungnya memang sedikit gatal tapi tak masalah. Bok Joo
merasa bersalah memberikan hadiah yang salah lebih baik membawanya kembali saja
Joon
Hyung pikir tak perlu dengan menaruh bunga didekat jendela saja. Si Ho merasa
karena terlalu banyak bicara kepalanya sedikit pusing jadi harus berbaring. Bok
Joo pun ingin menekan tombol membantu menurunkan tempat tidur. Joon Hyung
mengambil remote karena ingin melakukanya. Bok Joo melirik cemburu karena Joon
Hyung kembali memberikan perhatianya bahkan sampai menarik selimut untuk Si Ho.
Keduanya
pulang bersama, Joon Hyung heran dengan Bok Joo yang lebih banyak diam dan
Tidak seperti yang biasanya. Bok Joo tak menyangka kalau selama ini dirinya itu
selalu harus banyak bicara setiap saat. Joon Hyung tahu kalu Bok Joo itu tidak
biasanya jadi pendiam hari ini
“Lebih aneh
lagi kalau ada kuda di area sini”kata Bok Joo berusaha melucu,
“Itu
lelucon yang mengerikan, itu tidak lucu sama sekali... Ah.. Berkat ayahku, aku
hebat dengan lelucon yang tidak berguna... Bagaimana kalau kita bertanding
lelucon?” kata Joon Hyung mencoba mengubah mood Bok Joo memegang
pundaknya.
“Hentikan,
jangan berbicara denganku” ucap Bok Joo ketus tak ingin disentuh. Joon Hyung
heran dengan Bok Joo yang terlihat marah lalu bisa mengetahui sebabnya adalah Sudah
lama lewat waktunya makan cemilan lau meminta maaf dan mengajaknya untuk segera
makan. Bok Joo mengaku kalau tak lapar.
Joon
Hyung melewati warung tenda dan mengajakanya untuk makan Eomuk saja, Saat itu
ponsel Joon Hyung berdering dan menyebut nama Si Ho, Bok Joo yang mendengarnya
kembali sinis. Si Ho menanyakan tentang Psikiater yang direkomendasikanya. Joon
Hyung mengatakan kalaubukan dari rumah sakit besar tapi punya klinik kecil dan
kakaknya yang mengenalnya.
Ia pun
memberikan kode agar sedikit menjauh untuk berbicara, Bok Joo yang tak nafsu
makan mulai makan sambil mengomel kalau keduanya baru saja bertemu dan sekarang
banyak bicara di telp, menurutnya Joon Hyung lebih baik kembali saja ke rumah
sakit.
Bok Joo
terus melirik sinis dengan terus makan eomuk, melihat Joon Hyung masih
berbicara di telp. Joon Hyung memberitahu kliniknya tak jauh dari kampus dan
meminta agar memberitahunya kalau memang ingin bertemu. Ia kembali ke warun tenda melihat Bok Joo
yang makan dengan cepat, menyuruhnya agar perlahan saja dengan mengejek tadi
mengatakan tak lapar dengan mengejeknya babi. Bok Joo melirik sinis.
Joon
Hyung menarik kata-katanya dengan memangginya “gendut saja” Bok Joo makin kesal
memilih untuk pergi meninggalkanya. Joon Hyung pun buru-buru membayarnya dan
bertapa kagetnya harus membayar 160ribu won.
Joon
Hyung memeluk Bok Joo dari belakang setelah mengejarnya, Bok Joo memukul tanganya dengan bergegas pergi. Joon
Hyung heran dengan Bok Joo karena tidak biasanya marah hanya karena hal seperti
itu, Bok Joo meminta agar meninggalkanya sendiri.
“Baiklah,
aku akan menjaga mulutku mulai dari sekarang. Tolong maafkan aku sekarang” ucap
Joon Hyung mencoba mengenggam tangan Bok Joo, tapi Bok Joo dengan kekuatan
menghempasnya sampai membuat tangan Joon Hyung terluka.
“Aku
menyuruhmu membiarkan ku sendiri, kenapa kau terus mengangguku?” ucap Bok Joo
kesal seperti tak ingin mempedulikanya.
Joon
Hyung mencoba merengek kalau jarinya itu berdarah. Bok Joo berusaha untuk tak
peduli, menyuruhnya agar tak cengeng karena cuma tergores sedikit saja, Joon
Hyung tak terima karena Luka sekecil itu bahkan sangat perih dan meminta agar
memberitahu alasan Bok Joo marah, merasa
kalau bukan karena memanggilnya babi
“Aku
tidak marah” kata Bok Joo mengelak, Joon Hyung tahu Bok Jo benar-benar marah,
“Kenapa
kau terus bilang begitu? Kau membuat aku marah, kau aneh sekaliPergilah! Aku
harus latihan” teriak Bok Joo kesal berjalan lebih dulu.
“Dia
jelas-jelas marah padaku, apa sebenarnya masalahnya?” kata Joon Hyung melihat
Bok Joo yang pergi meninggalkanya.
“Kalau
dia mau tahu penyebabnya, maka dia harus menyadari kesalahannya”ucap Bok Joo
mengomel sendiri.
“Bok Joo,
aku tidak menyangka kau seperti itu, dasar kau” teriak Joon Hyun kesal
“Bersikaplah
yang sopan... Apa yang dilakukannya dengan mantan pacarnya di depanku? Apa dia benar-benar
harus mengingatkanku kalau dulu mereka pernah berkencan? Aku tidak mau
kelihatan kekanak-kanakan, jadi tidak bisa memberitahunya kenapa aku marah”
ungkap Bok Joo.
Bok Joo
masuk ruang latihan terlihat suasana tegang, Sang Chul tidak percaya Profesor
Yoon juga berhenti lalu berpikir mereka harus berhenti dari tim angkat besi.
Min Young yakin kalau Pelatih Yoon tidak sepenuhnya berhenti dan hanya
mengatakan saat sedang marah, Bok Joo kaget bertanya apa yang terjadi pada
pelatih Yoon.
“Aku rasa
dia berusaha membantu supaya pelatih Choi kembali lagi Tapi pihak kampus malah menyewa
pelatih baru tanpa memberitahunya, Jadi dia bilang dia mau berhenti dan keluar”
kata Nan Hee menjelaskanya.
“Semuanya,
ayo kita pergi saja, kenapa kita harus ada di sini? Bahkan Profesor kita tidak
perduli” ucap Eun Young, Sang Chul setuju menurutnya Pelatih Yoon hanya peduli pada
pelatih Choi yang menghabiskan dana operasi tim dibandingkan mereka.
“Itu
bukan kesalahan pelatih Choi tapi semua adalah salahku. Pelatih Choi menggunakan
dana operasi kita... Untuk membantuku.. Maafkan aku” kata Woon Gi akhirnya
mengakunya, semua terlihat kaget mendengarnya.
“Ini
semua adalah kesalahanku Aku seharusnya memberitahu semua orang secepatnya
waktu mereka menyalahkannya, Aku tidak bisa melakukannya karena dia melarangku”
akui Woon Gi.
Semua pun
duduk diam, Bok Joo pun merasa kalau dugannya benar bahwa pelatih Choi tidak akan pernah melakukan hal seperti itu.
Lalu bertanya apa yang harus mereka lakukan, apakah akan membiarkan begitu saja pelatih Choi dan Profesor Yoon meninggalkan mereka.
“Tidakkah
kita seharusnya meminta pihak kampus Untuk mempertimbangkan situasinya dan
memaafkan Profesor Yoon?” kata Bk Joo
“Tapi,
apakah mereka akan mendengarkan kita?” ucap Eun Young merasa tak mungkin
“Kita
harus membuat mereka mendengarkan kita” ucap Bok Joo.
Tim
angkat besi sudah membawa papan dan juga berteriak melakukan protes “Tim angkat
besi menginginkan Pelatih Choi Seong Eun
kembali. Tolong mengerti situasi kami”
Mereka ingin agar pelatih mereka bisa kembali.
Beberapa
orang yang lewat seperti tak peduli. Bok Joo merasa kalau Cuacanya lebih dingin dari yang diperkirakan
dan seharusnya tidak menyarankan melakukan ini diluar. Nan Hee mengingatkan Bok
Joo kalau sebelumnya menyarankan untuk melakukan demo di luar agar menunjukkan
betapa menginginkan pelatih kembali, Bok Joo membenarkan.
Tim
Junior mengaku bisa menahan dinginnya, tapi merasa kelaparan sekarang, Woon Gi
tahu mereka tidak bisa melewatkan makan. Mereka pun mulai mengkhayal dengan mencium
rebusan pasta kacang kedelai dan Rebusan kepiting. Bok Joo pun merasakan kalau dimakan dengan
nasi panas pasti enak. Woon Gi menyuruh mereka menghentikanya karena akan
bertambah lapar kalau membicarakannya seperti itu
Tuan Kim
melihat papan bertuliskan(Kami menginginkan pelatih kami kembali!)(Kenapa tim
angkat besi ada?) (Haruskah kami bubar?) dan bertanya pada asistentnya apa yang
sedang mereka lakukan dengan nada meremehkan.
“Anggota
tim angkat besi menginginkan pelatih Choi kembali. Mereka sepertinya menahan
lapar.” Kata Assitenya. Tuan Kim tak percaya mereka bisa melakukan itu lalu
masuk ke dalam ruangan tak peduli menurutnya Baik profesor maupun siswanya
hanya membuat masalah besar saja.
Joon
Hyung duduk di ruangan kakaknya terlihat kesal membaca note yang ditulis Bok
Joo untuk kakaknya saat berulang tahun. Jae Yi melihat Joon Hyung yang punya
banyak waktu luang menurutnya latihan musim dingin tidak terlalu sulit. Joon
Hyung mengaku datang saat istirahat
makan malam dan harus datang untuk minum kopi buatan kakaknya.
“Bagaimana
denganmu? Apa hyung berkencan dengan seseorang? Karena Hyung jarang datang ke
kampusku untuk menemui Dokter Go sekarang ini” kata Joon Hyung heran
“Yah.. Aku
punya banyak pikiran sekarang” akui Jae Yi setelah reuni kemarin membuat
hubungan rengang.
“Kenapa?
Apa Dokter Go mengatakan padamu dia tidak lagi bisa menungguuntuk menyukaimu? Apa
dia bilang ingin mengakhiri semuanya?” kata Joon Hyung menebak, Jae Yi memuji
adiknya itu memang hebat.
“Aku bisa
tahu itu, Pria dan wanita tidak pernah bisa berteman, Kau punya...Masalah besar
. Bagaimana kau tidak tahu hal yang bahkan bisa aku ketahui?” komentar Joon
Hyung
Jae Yi
membahas yang lainya bertanya apakh semuanya berjalan baik dengan Bok Joo. Joon
Hyung tersipu malu mengaku kalau nasibnya itu tak seperti kakaknya itu. Jae Yi
tak percaya Joon Hyung berani mengakui perasaannya lalu mengucapkan selamat.
Joon Hyung mengaku tetap saja terasa berat menjalani hubungannya.
“Kenapa
para gadis... Tidak memberitahu para pria kenapa mereka marah.. Dan mengharapkan
para pria mengetahuinya? Apa mereka suka kuis?” kata Joon Hyung kesal
“Itulah
pesonanya orang berpacaran, memangnya Kenapa? Apa Bok Joo marah padamu?” kata
Jae Yi, Joon Hyung membenarkan.
“Aku
tidak tahu sebabnya dan merasa seperti di jalan yang kusut” ungkap Joon Hyung
kebinggungan. Jae Yi meminta agar adiknya itu memikirknya dengan baik-baik karena apabila terus memikirkannya, nanti
akan mengetahuinya.
Ia
berkomentar kalau adiknya sedang dalam hubungan berkencan jadi keadaanya itu pasti jauh lebih baik
daripadanya. Joon Hyung dengan bangga mengatakan kalau tentu saja pasti lebih
baik dari kakaknya itu, walaupun wajahnya seperti memikirkan sebab Bok Joo
marah padanya.
Bersambung
ke part 2
Tidak ada komentar:
Posting Komentar