Si Ah
melihat ke depan jendela terlihat Nyonya Mo sangat akrab dengan Sim Chung yang
memasak makanan, Teringat kembali saat Ia meminta Nam Doo untuk menceritakan
ibu Joon Jae. Nam Doo juga tak begitu mengetahuinya.
“Mereka
terpisah ketika umurnya 10 tahun dan dia terus mencari ibunya sampai sekarang. Aku
tak tahu di mana ibunya bersembunyi. Dia pergi dan tak meninggalkan jejak sama
sekali jadi aku tak bisa menemukannya.” Cerita Nam Do, Si Ah mengaku ingin
menemukanya dan bertanya keberadaan ibu Joon Jae dan yakin bisa menemukannya.
Si Ah
terus melihat Nyonya Mo yang terlihat sangat akrab dengan Sim Chung yang
mencicipi makanan. Lalu perlahan berjalan mendekati ruang makan. Nyonya Mo
bertanya kapan pacarnya datanga karena sudah hampir selesai masak, Si Chung
kaget bertanya siapa pacarnya. Si Ah buru-buru menutup mulut Sim Chung sebelum
menyebut nama Joon Jae.
“Haruskah
kita pergi sekarang?”kata Si Ah buru-buru menarik Nyonya Mo sebelum Joon Jae
pulang. Nyonya Mo bingung dengan Si Ah tiba-tiba mengajaknya pergi. Sim Chung
melihat Si Ah yang terlihat ketakutan membuka pintu.
Nyonya Mo
sempat melambaikan tangan pada Sim Chung sebelum meninggalkan rumah. Keduanya pun sudah ada didepan pintu rumah,
terlihat di Joon Jae sedang menaiki tangga dengan wajah tertunduk. Si Ah
mendorong Nyonya Mo agar naik ke dalam mobil dengan membuka pintu, Nyonya Mo
makin binggung Si Ah yang membuka pintu untuknya.,
Joon Jae
sampai didepan rumah melihat seperti Si Ah yang pergi terburu-buru, tapi bagian
matanya hanya melihat mobil yang pergi meninggalkan rumahnya tanpa melihat ada
sosok ibunya.
Jin Joo
sedang kesal dengan Elizabeth karena tak bisa menyelesaikan tabel perkalian itu. Si Ah akhirnya pulang
bersama dengan Nyonya Mo, terlihat masih dengan wajah panik. Nyonya Mo pun
lebih dulu masuk ke dapur. Si Ah mulai membahas dengan kakak iparnya kalau
sebelumnya mengatakan Nyonya Mo yang memilik anak. Jin Joo membenarkan
“Pernahkah
kau mendengar apapun tentang anaknya?”
tanya Jin Joo,
“Anaknya
sangat tampan dan dia pergi ke KAIST. Tidak... mereka sudah tak saling berkomunikasi lagi.. Setelah dia
bercerai mereka hidup terpisah dan hanya
mendengar kabar dari satu sama lain dari waktu ke waktu.” Cerita Jin
Joo,
Si Ah
terlihat lemas mendengarnya merasa yakin kalau memang Joon Jae adalah anak dari
Nyonya Mo, teringat kembali perkataan sinisnya pada Nyonya Mo selama berkerja
dirumah kakaknya.
“Ahjummoni,
apa kau mengajariku sekarang?”
“Unni,
kenapa dia seperti itu? Apa kau ibu
mertuaku? Sepertinya aku bicara
seolah-olah sudah menikah.”
“Tidak,
kurasa dia sudah membuat keputusannya, lalu kenapa kau membujuknya, Unni?”
Si Ah
terlihat lemas berjalan pergi, Jin Joo heran melihat tingkah adik iparnya dan
kembali memarahi anaknya karena salah menghitung 6x6 = 40.
Si Ah
masuk kamar Nyonya Mo dan memastikan foto yang diambil dari kamar Joon Jae sama
dengan yang ada diatas meja kamar Nyonya Mo. Saat itu Nyonya Mo datang, bertanya apa yang dilakukan dikamarnya., Si
Ah kaget langsung duduk dilantai.
“Itu...
Apa mungkin... di foto itu... Dia anakmu?” kata Si Ah terbata-bata, Nyonya Mo
membenarkan.
“Anakmu
tidak mirip seperti ibunya.” Ungkap Si Ah, Nyonya Mo merasa kalau Orang-orang
selalu mengatakan anaknya mirip
dengannya, lalu bertanya kenapa Si Ah menanyakan hal itu.,
“Aku
telah memikirkan hal ini... sampai
sekarang, ahjummoni.. Nyonya... bolehkah aku memanggilmu ibu?” kata Si Ah,
Nyonya Mo heran kenapa ia harus menjadi ibunya sekarang.
“Bukan
berarti ibuku sesungguhnya, tapi... kau mirip seperti ibuku atau kau bisa menjadi ibuku.” Ungkap Si Ah, Nyonya
Mo pikir Si Ah sedang sakit sekarang karena bicara ngelantur.
Si Ah
mengelengkan kepala, menurutnya sebelumnya sakit dan Sampai sekarang menjadi
tidak waras. Tapi akhirnya kesadarannya sudah pulih dan meminta agar
mengambilkan minum karena ternggorokanya kering, tapi
Si Ah sadar kalau tak sopan dengan calon ibu mertuanya dan akan
mengambilnya sendiri.
Si Ah
ingin memberitahu sesuatu, Nyonya Mo pun mempersilahkanya, Tapi Si Ah yang
masih panik berjanji akan memberitahu nanti dan bergegas pergi. Nyonya Mo
benar-benar binggung, lalu melihat kembali foto keluarganya dengan mengelusnya.
Joon Jae
datang ke tempat Sim Chung di lantai atas,
Sim Chung heran dengan sikap Joon Jae karena sebelumnya selalu mengatakan
"Hei, penghuni kamar atas turunlah.". Joon Jae bertanya apakah tak
merasa dingin karena saat menempati kamar diatas merasa sedikit berangin.
“Jika
dingin kau bisa tidur di kamar bawah.” Kata Joon Jae, Sim Chung kembali
bergumam “Apakah itu Denganmu?” dengan senyumanya.
“Aku akan
tidur di sini.” Kata Joon Jae yang bisa mendengarnya, Sim Chung menolak karena
merasa kamarnya itu tak dingin.
“Ada yang
membuatku penasaran. Saat kau di culik oleh Ma Dae Young. Apa mungkin... bajingan
itu menyiramimu dengan air?” kata Joon Jae, Sim Chung terdiam dan kembali
berbicara dalam hati
“Ma Dae
Young tahu. Bahwa aku putri duyung. Katanya di mimpinya dia melihatnya dan dia ingin membuktikannya sendiri. Tapi, Heo
Joon Jae... Aku tidak bisa memberitahumu tentang ini.” Gumam Sim Chung,
Joon Jae
yang bisa mendengarnya langsung memeluk Sim Chung mengatakan tak perlu
mengatakan, Jika itu adalah sesuatu yang
sulit untuk dikatakan maka tidak perlu memaksakan diri untuk mengatakannya. Sim Chung kembali
bergumam kalau takut karena orang
lain sudah tahu tentang rahasianya. Joon
Jae mengatakan kalau Sim Chung tak perlu takut
“Tak akan
ada yang akan terjadi dan Tak akan terulang lagi. Apa yang terjadi sebelumnya, tidak
akan terjadi lagi kali ini. Aku akan memastikannya.” Kata Joon Jae terus
memeluk Sim Chung agar tenang.
Tuan Heo
yang sudah tak bisa melihat dengan jelas keluar dari kamar memanggil istrinya,
lalu berjalan dengan meraba. Seo Hee yang ada didekat tangga membiarkan Tuan
Heo terus berjalan menuruni tangga, sampai akhirnya jatuh tak sadarkan diri.
Senyuman dinginya pun terlihat.
Chi Hyun
baru kembali berkerja melihat ayahnya yang tergeletak ditangga, berusaha
menyadarkannya, lalu melihat ibunya dari lantai atas seperti sudah tahu pasti
ibunya yang jadi penyebabnya. Lalu menelp Sek Kim memberitahu kalau ayahnya
tiba-tiba pingsan.
Chi Hyun
duduk di depan kamar rawat dengan wajah panik, Dokter keluar dari ruang rawat,
memberitahu keadaan Tuan Heo mengalami pendarahan internal ketika tiba di UGD. Tapi operasinya berjalan
dengan baik. Chi Hyun bisa sedikit bernafas lega dan mengucapkan terimakasih.
“Apa
masih mungkin untuknya melakukan
kegiatannya sehari-hari?” tanya Chi Hyun
“Kami
harus mengamatinya setelah dia sadar dan
menunggu pulih jadi sulit untuk mengatakannya. Aku rasa ayahmu sedang
mencarimu.” Kata Dokter.
Chi Hyun
pun masuk ke dalam kamar rawat melihat Tuan Heo yang terbaring, lalu memegang
erat tanganya. Tiba-tiba Tuan Heo seperti menyebutkan sesuatu dari mulutnya,
Chi Hyun mendekatkan telinganya, Tuan Heo terus menyebut nama Joon Jae berkali-kali.
Chi Hyun
melepaskan tangan Tuan Heo seperti selama ini hanya Joon Jae yang ada di
ingatan ayah tirinya, lalu keluar dari ruangan dengan wajah marah. Seo Hee baru
saja datang binggung melihat Chi Hyun yang keluar begitu saja dari rumah sakit.
Chi Hyun
kembali ke rumah melihat semua foto bersama Tuan Heo, karena selama ini tak pernah memiliki sosok ayah. Ia
menyalakan korek lalu membakar foto dengan ayahnya, terlihat mata penuh dendam.
Joon Jae
membuka berkas yang ditinggalkan Si Ah dengan penjelasn “Barang-barang milik
Kim Dam Ryung yang ditemukan sama seperti
dengan yang di temukan di kapal yang tenggelam. Sepertinya dalam perjalanan ke
pengasingan dia meninggal setelah
kapalnya tenggelam Mungkin kapalnya di serang
badai di tengah perjalanan.” Lalu
melihat judul [Pantai di depan Yangyang,
laporan evakuasi kapal Kim Dam Ryung] dengan foto gambar Dam Ryung yang
wajahnya sangat mirip denganya.
“Jadi,
apa kau melindunginya dengan baik di sana?” kata Joon Jae pada gambar Dam
Ryung, tiba-tiba Sim Chung datang. Joon Jae langsung menutupi berkasnya
bertanya kenapa Sim Chung belum tidur.
“Heo Joon
Jae, Aku rasa mengetahuinya. Sejujur,
hari ini aku mempelajari banyak hal.” Kata Sim Chung, Joon Jae penasaran.
Flash Back
Sim Chung
menonton video dari You tube, “Seorang Pria, meskipun kelihatannya
mudah mendapatkan mereka tapi pria sulit
mendapatkan hati wanita” Sim
Chung binggung apa maksudnya, mudah tapi sulit dan kembali mendengarnya.
“Mereka
menerima tawaran kencan tapi menolak kontak
fisik.”Sim Chung heran menurutnya itu hal baik kenapa harus
menolaknya menurutnya itu menyebalkan., Menyebalkan sekali.
“Kau
harus menolak untuk kedua kalinya”Sim Chung makin heran Menolak
untuk yang kedua kalinya tapi menerimanya saat mengutarakan yang ketiga kalinya
“Apa Cinta
pertama untuk seorang pria? Stigma”
Sim Chung
mendengar cinta pertama bagi seorang pria seperti stigma. Setelah terstempel
di hatinya maka tak akan pernah pergi. Joon Jae
terlihat binggung, Sim Chung tahu
kalau Se Hwa adalah cinta pertamanya. Joon Jae tersenyum mengatakan kalau belum
tentu seperti itu.
“Tidak,
tak masalah Sejak Se Hwa meninggalkan
stempel besar di hatimu, maka kau
akhirnya terus bermimpi buruk.” Kata Sim Chung, Joon Jae mengaku bukan seperti
itu.,
“Aku juga
tahu. Cinta pertama seorang pria tidak
akan pernah menjadi kenyataan. Jadi stigma cinta pertama, aku hanya akan butuh waktu untuk menggantikannya. Ini
akan menjadi masalah besar jika aku cinta pertamamu. Kita tak akan mungkin
bersama jika begitu.” Kata Sim Chung menatapnya.Joon Jae terdiam menatapnya.,
Dae Young
sedang minum di kamarnya terlihat malas menerima telp dari Seo Hee. Seo Hee
terlihat kesal kalau untuk menyingkirkan Heo Joon Jae, Tapi malah hampir
tertangkap saat menculik gadis lain, lalu tak
menjawab teleponnya.
“Ji Yeon.”
Kata Dae Young, Seo Hee mengumpat Dae Young sedang tak waras karena tak
mengenal Ji Yeon tapi namanya adalah Seo Hee.
“Aku
bermimpi. Dalam mimpiku, Aku melihat kehidupan masa laluku. Kau mungkin tak
percaya tapi itu benar. Dalam mimpiku, Heo Joon Jae berada di sana dan kau juga, serta wanita itu
juga.” Cerita Dae Young
“Apa
Wanita itu...yang kau diculik?” tanya Seo Hee, Dae Young membenarkan.
“Dalam mimpi
itu, wanita itu...adalah putri duyung.” Ucap Dae Young, Seo Hee merasa kalau
Dae Young pasti belum minum obatnya hari ini.
“Yahh.. Benar,
Kau mungkin tidak percaya, tapi aku akan
gila. Aku memang seperti orang gila. Tapi mimpi itu begitu jelas dan hampir
gila memikirkan itu” kata Dae Young
“Sekarang,
kita hampir sampai di tujuan kita. CEO Heo nyaris di singkirkan. Kau hanya
perlu menyingkirkan Joon Jae, lalu kau, aku dan Chi Hyun. Kita bertiga bisa
hidup bahagia... Kita sudah menunggu lama untuk hari ini. Tolong pertahankan
kewarasanmu dan minumlah obatnya. Berhenti
berbicara tentang mimpi aneh itu.” Kata Seo Hee, Dae Young mengerti.
Joon Jae
datang ke psikiater menceritakan Setelah sering bermimpi tapi tidak berjalan
dengan baik kemudian suatu hari, tiba-tiba
adegan aneh masuk di pikirannya.
Detektif
Hong menerima berkas dari anak buahnya.Anak buahnya memberitahu Ma Dae Young,
memulai perawatan sejak tahun 2009 dan rajin
kontrol setiap bulan. Tapi tak menentu orang yang memaksanya untuk melakukan terapi adalah orang yang banyak ada
dalam daftar. Detektif Hong melihat nama Profesor Jin Kyung Won.
Papan
nama Jin Kyung Won berada diatas meja, Prof Jin bertanya pada Joon Jae apakah
ingin melihat akhir dari mimpi itu. Joon Jae pikir kalau orang itu punya
sesuatu yang ingin di sampaikannya
padanya, maka pada akhirnya harus
mengetahuinya.
“Mengingat
kasus ini bisa membuat trauma serius
bagimu, apa kau akan baik-baik saja?” kata
Prof Jin
Saat itu
Dae Young masuk berjalan dilorong dengan meminum kopi, lalu membuang begitu
saja dan akhrinya berdiri didepan ruangan Neurology Dr. Jin Kyung Won. Joon Jae
sudah siap berbaring melakukan hipnoterapi dengan Prof Jin.
Flash Back
Dam Ryung
meminta agar pemintanya itu jangan pernah dilupakan, temanya yang sudah sadar
menurutnya kalau memang permintanya seperti itu tak mungkin bisa
mengabaikannya, dan menurutnya kapan mereka bisa bertemu lagi
“Tanggal
berapa hari ini?” tanya Dam Ryung, Tabib mengatakan tanggal 15 Desember. Dam Ryung teringat kembali
mimpinya saat Joon Jae mengatakan “Tanggal 11 Desember di tahun yang sama, Pada usianya yang ke 27,
Dia meninggal.”
“Aku
hanya menunda tanggal yang aku tahu. Aku tahu bahwa aku tak bisa mengubahnya dengan kekuatanku sendiri. Sejak
awal pertemuan kita sudah di takdirkan,
Kita akan bertemu lagi. Teman terbaikku”
kata Joon Ja menatap temanya
Joon Jae
berjalan ke arah kapal yang akan membawa ke tempat pengasihan, di pinggir
pantai terlihat beberapa orang berbondong-bondong membawa obor. Panglima
memberitahu Joon Jae kalau harus berangkat sekarang. Joon Jae merasa lega
melihat pengantinya adalah orang yang sangat dikenalnya.
“Aku
tidak akan menganggapnya sebagai nasib
buruk Tapi Aku akan melakukan apa yang
harus aku lakukan.” Kata panglima. Dam Ryung pun menepuk pundaknya.
Dam Ryung
menaiki perahu dalam kegelapan malam, di tepi pantai beberapa orang
menerbangkan lentara. Joon Jae yang sedang di hipnoterapi seperti merasakan
sesuatu. Tuan Yang menaiki perahu, Joon Jae kembali bereraksi. Anak buah Tuan
Yang sudah siap dengan jaringnya. Sea Wa melihat ada sinar dari atas berenang
ke permukaan laut.
Joon Jae
terus terlihat gelisah, Prof Jin terus melihatnya. Dae Young berada didepan
pintu seperti siap masuk ke dalam ruangan konseling. Dam Ryung duduk diatas
perahu melihat bulan yang tertutup awal dan ada lentera yang terbang diatasnya.
Tuan Yang
menunggu diatas perahu dan terlihat dibagian atas sosok putri duyung yang
dicarinya dan langsung memerintahkan agar melepaskan jaring. Sea Wa kembaili mencoba turun tapi tubuhnya
terkepung dengan jaring. Dam Ryung pun mengingat sebelum berangkat, melihat
beberapa orang ke sisi lain.
“Putar
arah kapalnya.” Ucap Dam Ryung, Panglima yang mendengarnya kaget.
“Putar
arah!!Ada sesuatu yang harus aku
lakukan.” Kata Dam Ryung, Panglima
mengatakan itu tak mungkin
“Nyawa
orang yang sangat aku percayai sedang di
pertaruhkan.” Ucap Dam Ryung, tapi panglima tetap menolaknya. Dam Ryung
mengambil pedang mengancamnya dan yang lainya juga melawan pada mengarah pada
leher Dam Ryung.
“Aku juga...
tidak bisa menahannya. Aku berjanji, setelah aku melakukan yang seharusnya di lakukan,maka Aku akan mencari jalanku
sendiri. Aku memohon padamu. Jika aku tidak
bisa melindungi orang itu, maka aku tak
bisa hidup.” Kata Dam Ryung
“Balik
arah kapalnya, Orang ini, telah menyelamatkan ayahku yang difitnah. Aku
memerintahkan kalian untuk kembali! Aku akan
bertanggung jawab karena memutar haluan kapal ini.” Ucap Si panglima.
Tuan Yang
dan anak buahnya dibuat binggung karena tak bisa menangkap dengan jaring, Sea
Wa masih ada di bawah berusaha mencari cara untuk keluar, Tuan Yang
memerintahkan untuk memanahnya walaupun
terbunuh mereka harus tetap menangkapnya dan akan memberikan upah yang berhasil
melakukanya.
Semua pun
berlomba-lomba melempar panah ke laut, Sea Wa berusaha menghindar. Salah satu
panah mengenai lengannya, tiba-tiba terlempar panah ke arah Tuan Yang. Perahu
Dam Ryung mendekat dengan Panglima sengaja melemparkan panah.
Tuan Yang
melihat Dam Ryung yang datang mengejek kalau dulu pejabat negara yang sudah
menjadi tersangka. Dam Ryung berteriak meminta agar menghentikanya, Tuan Yang menyindir Dam Ryung yang berani
memberikan perintah.
“Anda tak
berhak mengadilinya. Dan Lagipula perburuan seperti ini di larang.” Ucap
Panglima
“Kalau
perburuan di gunung dan di laut dilarang, berarti nelayan di laut juga harus
hukum, Bukankah begitu?” kata Tuan Yang menyindir
Tiba-tiba
salah seorang berteriak melihat darah dari permukaan laut, Tuan Yang terus
menyuruh anak buahnya agar memanahnya. Dam Ryung melompat pindah ke perahu Tuan
Yang berusaha melawan semua yang ingin memanah Sea Wa. Tapi ia jatuh lemas
karena terkena pedang, Tuan Yang melihat
Sea Wa naik permukaan dan mencoba menobaknya.
Dam Ryung
berteriak memanggil nama Sea Wa, saat itu Sea Wa menengok dan melihat seseorang
yang berenang kearahnya dan langsung memeluknya. Tombak yang dilemparkan Tuan
Yang langsung menusuk bagian belakang tubuh Dam Ryung. Sea Wa menatap Dam
Ryung, lalu perlahan mata Dam Ryung menutup dan tanganya terlihat jatuh karena
tak bernyawa lagi. Sea Wa pun mendekap erat Dam Ryung lalu mendorong tombak
agar mengenai badannya juga.
Flash Back
Sea Wa
yang beranjak remaja mengatakan kalau Dam Ryung yang tidak bisa melakukannya karena ia hidup di
air. Lalu bertanya apa surga yang mereka tuju setelah mati, itu akan sama atau
berbeda. Dam Ryung mengatakan Surga yang mereka tuju setelah mati akan menjadi
tempat yang sama.
“Surga
tak punya perbedaan antara daratan dan
air.” Kata Dam Ryung
“Apa Kau
tahu, Dam Ryung. Jika mungkin kita bisa bertemu
lagi di tempat lain, aku berharap kita akan
menjadi diri kita masing-masing. Dengan begitu, aku bisa mengenalimu.”ungkap
Sea Wa.
“Itu akan
terjadi. Jika kita bertemu lagi, kau adalah kau dan aku akan menjadi aku.” Kata Dam Ryung
“Apa kita
mampu mengingat yang kita bicarakan sekarang?” ucap Sea Wa ragu.
“Aku
berjanji, bahkan jika kita harus dilahirkan
kembali, Aku akan menemukanmu, bertemu
denganmu dan melindungimu. Pembicaraan kita sekarang... Aku akan mengingatnya.” Ucap Dam Ryung
Sea Wa
akhirnya mati dengan menjatuhkan gelang yang dipakaianya, keduanya mati di
dasar laut dengan berpelukanya. Terlihat tawa Tuan Yang bahagia bisa membunuh
keduanya.
bersambung ke episode 14
Tidak ada komentar:
Posting Komentar