Eun Tak
akhirnya memberitahu kalau sudah menulis
sesuatu seperti surat perjanjian. Pisau keduanya pun jatuh dan siap untuk
mendengarkan yang dikatanya,Eun Tak mengeluarkan selembar kertas dari saku
jaketnya.
“Aku akan
sangat senang kalau kalianmau mendengarkannya.Surat Permohonan.Satu. Aku harap
hujan tidak akan turun terlalu sering.Orang-orang akan merasa kesulitan
karenanya, jadi tetaplah bahagia. selama aku tinggal di rumah ini.” Kata Eun
Tak yang tertuju pada Kim Shin, Wang Yeo pun tersenyum karena Eun Tak
membuatnya untuk Goblin.
“Dua.
Kalau kalian merasa tidak puas dengan sesuatu, bicarakandenganku.Aku harap
kalian tidak akan mencabut nyawa, berencana ,atau memutuskan untuk mencabut
nyawa” kata Eun Tak, Kim Shin tersenyum karena itu sudah pasti untuk Wang Yeo.
“Tiga.
Kalau ada yang mendesak, hubungi aku.Jangan muncul seenaknya tanpa
pemberitahuan.Ji Eun Tak. Hubungi aku di nomor 010-1234-1234.Sebagai pertimbangan,
jangan hubungiaku di jam sekolah. Dan Juga jangan menelpon saat aku sedang
kerja.Aku akan mematikan ponselku di perpustakaan.” Kata Eun Tak menempelkan
pada kulkas lalu pamit pergi untuk berangkat sekolah.
Keduanya
menatap ke arah kulkas, Kim Shin bertanya-tanya sebenarnya Eun Tak itu
memintanya untuk menelp atau tidak, Wang Yeo merasa Eun tak itu sedang
meremehkan mereka karena tidak punya ponsel. Kim Shin seperti tak menyadarinya.
Duk Hwa
membawakan dua ponsel diatas meja, Wang Yeo yang baru pertama kali melihatnya
langsung memilih warna hitam dan Kim Shin yang berwarna biru. Kim Shin merlihat
Wang Yeo yang senang sekali karena tak pernah melihat ponsel sebelumnya dan
meminta agar Duk Hwa menjelaskan pada Wang Yeo.
“Kau bisa
mengingat nomormu nanti.Ini namanya smartphone.” Ucap Duk Hwa,
“Aku
tidak masalah, Jelaskan sajapada orang yang belum pernah melihat ponsel
sebelumnya.” Ucap Kim Shin
“Dia
benar. Kau hanya perlu menjelaskannya padaku.” Ucap Wang Yeo sinis, Duk Hwa
bertanya apakah Kim Shin memang tahu cara memakainya karena ini ponsel pintar.
“Apa Kau
pikir aku tidak pakai ponsel karena tidak tahu cara memakainya Tapi Aku tidak
membutuhkannya.” Kata Kim Shin yakin
“Di drama
TV,orang-orang bicara secara langsung.” Ucap Wang Yeo mengebu-gebu.
Kim Shin
mengeluh dengan Wang Yeo yang tak sabaran menurutnya lebih baik beli ponsel
sejak 300 tahun lalu. Duk Hwa menghela nafas melihat keduanya kembali adu mulut
dan akan mengajarinya nanti jadi lebih baik agar pergi dulu ke “playstore.” Kim
Shin langsung memakai jaketnya.
Duk Hwa
binggung kenapa Kim Shin bangun dan memakai jaketnya. Kim Shin mengulang
kata-kata Duk Hwa untuk pergi ke “playstore”. Wang Yeo pun ikut berdiri, Kim
Shin bertanya apakah jaraknya cukup jauh lalu menyuruh Wang Yeo segera
mengambil jaketnya. Duk Hwa hanya bisa mengeluh melihat dua Ahjussi yang bodoh.
Wang Yeo
duduk dikamarnya, melihat ponselnya yang berdering. Kim Shin pun sudah ada
dikamarnya dengan mengangkat ponselnya tinggi karena melakukan video call
karena tahu ingin bicara secara langsung. Wang Yeo juga tahu tapi tidak melihat wajahnya, dengan ponsel yang
ada ditelinganya.
“Apa kau
meletakkannya di telingamu? Cepat Pindahkan itu.” Kata Kim Shin, Wang Yeo
binggung apa yang harus dipindahkan.
“Tanganmu.
Singkirkan tanganmu dari wajahmu.”perintah Kim Shin, Wang Yeo menjauhkan ponsel
dari telinganya, Kim Shin bisa melihat Wang Yeo dari samping, tapi Wang Yeo
mengeluh tetap tidak bisa melihatnya dengan mata tetap meluruk ke depan bukan
ke ponselnya.
Eun Tak
berada diruang komputer mengetik keyword “Kim Shin” dan keluar hasilnya (Pejabat
Militer dari Zaman Goryeo) Ia tak percaya kalau Kim Shin dulu pejabat militer
dan bertanya-tanya apakah seorang jenderal, menurutnya lumayan juga perkerjanya
karena dulu bekerja untuk pemerintah.
“Tapi Kenapa
tidak ada banyak data tentangnya? Apa dia tidak punya banyak prestasi?” kata
Eun Tak lalu keluar dari ruangan dan melihat ponselnya berdering tapi tanpa
tersimpan olehnya.
Keduanya
sudah ada disupermarket, Kim Shin mendorong trolly, Eun Tak berkomentar Kim
Shin yang tahu cara menggunakan smartphone sekarang. Kim Shin memberitahu bisa
keunggulan dari layar, RAM dsb. Eun Tak heran Kim Shin menghapal itu. Kim Shin
bertanya apa yang dibutuhkan EunTak untuk dirumahnya, karena mereka punya
banyak sikat gigi dan handuk.
“Kau
tidak tahu apa ini, kan? Ini sebenarnya kau ” kata Eun Tak menunjuk salah satu
rak penuh dengan boneka. Kim Shin mengelak karena tak mungkidn dirinya dengan
pipi yang memerah.
“Bukan
itu maksudku. Dia sebenarnya adalah Goblin, tapi karena orang takut padanya, dia
menutupi tubuhnya dengan makanan kesukannya, jelly gandum untuk menyamarkan
diri.” Jelas Eun Tak dan melihat kalau boneka itu lucu.
Kim Shin
akhirnya dengan terpaksa memasukan boneka yang dinginkan Eun Tak. Eun Tak pun
pergi ke bagian rak dengan menjelaskan seperti pegawai supermarket, kalau lampu
meja sesuatu yang dipakai orang untuk belajar di malam hari. Kim Shin pun
memasukan semua barang yang dibutuhkan oleh Eun Tak.
Akhirnya
dua trolly pun penuh dengan barang, Kim Shin bertanya apakah ada lagi yang
dibutuhkanya. Eun tak pikir sudah lebih
dari cukup karena kalau aku pindah, semua barang-barang ini hanya akan jadi
beban. Kim Shin binggung dengan perkataan Eun Tak.
“Kita kan
tidak tahu apa yang akan terjadi nanti. Aku mungkin saja akan meninggalkan
rumahmu.”ucap Eun Tak
“Bukan itu. Apa maksudmu mau membawanya kalau kau
pindah nanti? Memangnya aku bilang kau boleh membawanya?” ejek Kim Shin lalu
mendorong trolly ke kasir. Eun Tak memasukan ke trolly, barang yang dilihat
dekat kasir, Kim Shin langsung menaruhnya kembali. Keduanya saling mengambil
dan menaruh didepan kasir.
Wang Yeo berkerja dengn melihat berkasnya
sebuah Konfirmasi Penerimaan lalu
memberikan tanda tanganya dengan tulisan “Messenger Kim” lalu terdiam mengingat
saat bertemu dengan Kim Sun sebelumnya. Kim Sun merasa tak tahu namanya
Flash
Back
Wang Yeo
keluar dari cafe, Kim Sun mengejarnya terlihat kesal karena tidak tanya berapa banyak gajimu, seberapa kayanya
dan apakah memiliki warisan, menurutnya tak percaya kalau Wang Yeo bisa pergi
begitu saja hanya ditanyakan namanya saja.
“Aku sensitif
kalau menyangkut nama. Maafkan aku, Sun Hee.” Kata Wang Yeo, Kim Sun
membenarkan kembali namanya itu Sunny.
“Apa kita
sudah pisah sekarang?” ucap Kim Sun, Wang Yeo polos menjawab kalau sebelumnya
mengatakan akan minum kopi dan kopinya sudah diminum.
“Waah.. Kau
ini benar-benar luar biasa.” Ungkap Kim Sun tak tercaya.
Wang Yeo
membahas tentang struk belanja, dipinjam untuk mengisi ulang kopinya tapi Kim
Sun belum mengembalikannya. Kim Sun dengan kesal bertanya apakah Wang Yeo tahu
alasan mengisi ulang kopinya. Wang Yeo berpikir kalau Kim Sun sangat menyukai
kopi lalu tetap meminta struknya karena perusahanya itu
Wang Yeo
melihat selembar kertas dan terlihat nomor yang diberikan Kim Sun padanya, lalu
mengetikan nomor dengan menambah kontak. Saat menulis namanya, Wang Yeo seperti
sangat kesusahan sampai akhirnya berusaha menuliskan namanya “Sunny bukan Sun
Hee” wajahnya terlihat bahagia.
Kim Shin
dan Eun Tak pulang berbelanja, Lalu memberitahu Eun Tak kalau sudah merapikan
kamarnya. Eun Tak masuk kamar dan terlihat kamarnya yang sangat rapih dan
terkesan mewah lalu duduk di atas tempat tidurnya. Kim Shin pun datang bertanya
apaah menyukainya.
“Kau menyuruhku
datang, dan juga yang membuatku
membawakan semua ini.” Kata Eun Tak melihat barang bawaan yang dibawanya
“Tanganku
harus istirahat dan Tangan ini sudah menghabiskan banyak uang.”ucap Kim Shin
lalu terlihat binggung tangan yang kiri atau kanan menghasilkan emas.
“Apa ini
surga? Aku suka. Apa kau melakukannya sendiri? Dengan tanganmu yang halus itu?
Rasanya seperti kauyang melakukannya sendiri, karena aku yang memintanya.” Ucap
Eun Tak, Kim Shin menyuruh Eun Tak agar Istirahatlah.
“Tidak
ada paku di dinding. Kamarku di lantai bawah, berjinjitlah kalau jalan.”
Perintah Kim Shin, Eun Tak mengerti dan mengucapkan selamat malam
Eun Tak
berjalan perlahan ke depan meja dengan menaruh tanamanya, Kim Shin bisa tahu
kalau Eun Tak sedang memindahkan tanamannya karena seharusnya menghadap ke
selatan. Setelah itu Eun Tak pun
melompat-lompat bahagia diatas ranjangnya. Kim Shin bisa tahu kalau Eun Tak
sangat menyukai tempat tidurnya.
“Dia
keluar dari kamarnya.” Ucap Kim Shin yang mendengar Eun Tak berjalan,lalu
mengeluh karena sama sekali tidak bisa konsentrasi dan kembali membaca buku.
Eun tak
menulis di depan pintu kamar “ Seorang gadis akan belajar karena dia adalah
murid kelas 3 SMA.” Saat itu Wang Yeo tetap mengetuk kamar Eun Tak setelah
ditutup pintunya.
Eun Tak
binggung Wang Yeo yang menanyakan nama padanya, lalu berpikir ada tujuan lain
kalau malaikat maut mengucapkan namanya 3 kali mak akan mati. Lalu mengingatkan
Wang Yeo kalau sudah menikah dan berbeda
sekaran, karena punya keluarga.
“Aku juga
sekarang menggunakan nama suamiku,jadi aku bukan Ji Eun Tak lagi.” Tegas Eun
Tak
“Bukan
namamu.... Tapi Nama seorang pria yang akan disukai wanita.” Kata Wang Yeo, Eun
Tak binggung.
“Aku
tidak..punya nama.Makanya aku tanya. Apa Nama yang populer?” kata Wang Yeo
“Apa Kau benar-benar tidak punya nama?Goblin punya
nama.” Ucap Eun Tak, Wang Yeo penasaran siapa namanya.
“Kim
Shin.. Baguskan?” ucap Eun Tak bangga, Wang Yeo mengumpat kalau Menyebalkan sekali seperti merasa dikalahkan.
Eun Tak
bertanya Apa ada nama yang dipikirkan Wang Yeo sekarang, Wang Yeo menyebut nama
Hyuk,Joon, Min. Eun Tak menyarankan kalau memang ingin nama yang disukai para
wanita, maka ketiga nama yang disebutka ini adalah yang paling disukai. Wang Yeo siap-siap medengarkanya. Eun Tak menyebut nama Hyun Bin, Won Bin, Kim Woo Bin. Wang Yeo mengartikan kalau ada unsur Bin
Duk Hwa
yang mendengar cerita memastikan kalau Wang Yeo nanti tidak akan menamai dirinya
sendiri Hyun Bin, Won Bi atau kim Woo Bin, dengan nadan mengejek. Eun Tak
membalas kalau namanya sendiri Yu Duk Hwa yang dikorea terkena dengan nama
artis Andy Lau. Duk Hwa mengatakan kalau ada sebuah cerita menyebalkan di balik
itu, lalu mengeluh pada Kim Shin yang suka ada andy lau pada tahu 1991
“Aku
belum menonton "Infernal Affairs" karena itu, bahkan memboikotnya.Walaupun
aku jadi pimpinan Chunwoo Group,namaku akan muncul di bawah namanya di mesin
pencari nantiWalaupun memang benar, aku akan selalu berada di bawahmu.” Kata
Duk Hwa, Eun Tak binggung maksudnya .
“Kau
memegang sesuatu yang penting untukkudi tanganmu.” Kata Duk Hwa, Eun Tak masih
tak mengerti kartu apa.
“Kartu
kreditku. Itu jauh lebih penting bagiku daripada hidup.” Ucap Duk Hwa, Eun Tak
hanya bisa menjerit tak percaya.
Duk Hwa
melihat komentar Eun Tak merasa heran, Eun Tak pikir kalau saat lahir tanpa
memiliki apa-apa, tapi sepertinya punya banyak hal dan menurutnya Rasanya keren
sekali. Lalu ia menunjuk ke sebuah tempat kerjanya, dan meminta agar kalau berhenti di depan
restoran ayam itu. Duk Hwa melonggo kalau itu tempat kerja Eun Tak.
Duk Hwa
bertemu dengan Sek Kim, membahas tentang
restoran ayam yang dibicarakan waktu
itu, lalu mejelaskan kalau saat panik waktu itu jadi lupakan yang sudah
dikatakan dan membatalkanya. Sek Kim dengan santai dan sambil makan kalau Tidak
ada yang perlu dicemaskan karenaia tidak melakukan apa-apa pada restoran itu.
“Sepertinya
itu adalah berkah yang tak terduga. Aku bertanya-tanya.. Apa kakekku menyuruhmu
menyampaikan sesuatu padaku?” ucap Duk
Hwa, Sek Kim membenarkan.
“Dia
menyuruhmu untuk mengurus Ji Eun Tak karena sebentar lagi dia akan ujian masuk universitas.”
Kata Sek Kim, Duk Hwa makin kaget karena kakeknya benar-benar tidak meminta
agar memberikan kartu kreditnya
"Satu.
Jangan bicara dengan Ji Eun Tak. Dua. Ingat, diam itu emas. Tiga. Diamlah.
Empat. Jangan bicara." Dia bilang berharap kau akan sukses menjalankan
tugas yang sulit itu.” Kata Sek Kim, Duk Hwa memastikan kalau memang tidak ada
kartu kredit. Sek Kim mengatakan tak ada.
Eun Tak
belajar dikamar lalu terdengar ketukan pintu dan saat membuka tak ada orang
didepanya, hanya sebuah nampan berisi makanan dan bertuliskan pesan “Kalau kau bosan
saat belajar...Tolong pedangnya.”Esok harinya sepiring buah dengan
note “Aku tahu
kau sibuk belajar, tapi kalau kau ada waktu.. tolong pedangnya.”
Besoknya,
Eun Tak membuka pintu dengan sandwich yang melayang didepan kamarnya dengan
pesan kembali “Aku
tahu kau lelah belajar, tapi untuk beberapa saat.. tolong pedangnya.”Pelahan
Eun Tak membuka pintu sepiring brokoli dengan saus serta pesan Note “ Aku tahu kau merasa
kesepian karena belajar, tapi kalau kau punya waktu senggang.. pedangnya
tolong. Tolong rahasiakan dukunganku untukmu ini.”
Eun Tak
membawa piring selesai makan didapur, Tiba-tiba Kim Shin sudah berdiri
didekatnya bertanya mimpinya, mau jadi apa ketika dewasa nanti. Dengan berpikir
kalau akan makan sebanyak ini tapi tidak mau mencabut pedangnya.
“ Yang
kau lakukan hanya belajar, jadi Apa impianmu?” ucap Kim Shin, Eun Tak menjawab
ingin menjadi PD disebuah radio.
“Aku
berencana mengambil jurusan itu juga.” Kata Eun Tak, Kim Shin menjelaskan bukan
itu maksudnya.
“Bagaimana
kau bisa masuk universitas kalau kau sesibuk ini?” keluh Kim Shin, Eun Tak
membalas kalau Kim Shin sekarang berani
bicara seenaknya begitu.
“Aku
sudah.. merenungkannya, aku akan menunda.. untuk mempercantik dirimu” ucap Eun
Tak.
Kim Shin
tak percaya Eun Tak akan menundanya dan merasa belum merenungkannya. Eun Tak
berpikir kalau Kim Shin menendangnya karena sudah tak berguna lagi karena
Memikirkan itu membuatnya stress dan jadi tidak bisa belajar. Kim Shin mengeluh
pada Eun Tak yang tak bisa belajar tapi makan semua makanan itu.
Eun Tak
merasa sekarang Kim Shin menunjukkan diri yang sebenarnya. Dengan merasa
menyesal memberikan makanan menurutnya lebih baik setuju waktu menawarka untuk
membayarnya 5juta won waktu itu. Ia lalu memberitahu kalau dirinya itu seperti
air dan api, kadang seperti ini dan berubah pikiran menjadi seperti itu.
“Bagaimana
bisa aku membuat perjanjian dengan uang? Dasar Murahan sekali.” Umpat Kim Shin
“Aku akan
menerimanya dengan anggun.” Kata Eun Tak, Kim Shin binggung kenapa Eun tak
meminta 5 juta won.
“Aku
tanya karena jumlahnya ambigu.Itu bahkan tidak akan cukup untukmenyewa rumah di
Seoul.” Kata Kim Shin
“Aku
tidak pernah mimpi tinggal di Seoul. Itu adalah uang yang akan kugunakan
untuk tinggal di sauna sampai aku
dewasa. Dan kalau aku masuk universitas, maka aku harus bayar uang kuliah jadi
aku akan menyimpan 2 juta won. Itu adalah jumlah yang sempurna setelah mempertimbangkan
jumlah pinjaman mahasiswa dan juga biaya hidup.” Jelas Eun Tak
Menurutnya Untuk seseorang yang tidak punya apa-apa
seperti dirinya, memiliki uang 5 juta Won sama merepotkannya dengan 5 milliar
won. Wang Yeo datang menyuruh Kim Shin memberikan 5 juta won dengan mengeluh
masih saja masih berhati dingin seperti ular. Kim Shin terdiam teringat saat
datang ketika Eun Tak memanggang cumi, menegaskan tidakmemberikan 5juta
won. Eun Tak yang kaget berpikia kalau
tidak kaan menembkanya tapi ternyata maksdunya 5 juta won.
Wang Yeo
terus menyuruh Kim Shin memberikan Eun Tak 5 juta won, Kim Shin menyuruh Wang
Yeo memperbaiki ucapanya karena membuatnya kaget berpikir kalau yang dimaksud
tadi itu "menembak" karena membuatnya kaget. Eun Tak mengulang kalau
Wang Yeo berkata 5juta won bukan menembaknya, Kim Shin yang kesal menyuruh Eun
Tak lebih baik belajar saja.
Eun Tak
pun berjalan pergi, Wang Yeo bertanya apakah memang benar namanya Goblin itu
Kim Shin,Kim Shin membenarkan dan bertanya balik kenapa bertanya. Wang Yeo memuji kalau nama Kim Shin itu keren
sekali dengan wajah sedih. Kim Shin binggung melihat Wang Yeo tak seperti
biasanya.
Kim Sun
menatap ponselnya terus menerus,
mensugesti agar Wang Yeo bisa menelpnya segera. Eun Tak melihat bosnya
mendekat dengan bertanya apakah sedang sibuk. Kim Sun malah tidak tahu kapan
terakhir sibuk. Eun Tak pun akhirnya duduk didepan Kim Sun meminta izin agar
bisa memanggilnya “Unnie” karena tidak punya saudara perempuan yang bisa diajak
berdiskusi.
“Kalau
kau butuh saudara perempuan untuk bicara, maka semuanya sudah jelas. Apa kau
hamil?” ucap Kim Sun bisa menebaknya, Eun Tak pikir mana mungkin, Kim Sun pun
bertanya apa yang ingin dikatakanya.
“Apa.. pendapatmu
soal menikah muda?” tanya Eun Tak, Kim Sun bertanaya berapa usianya apakah 19,
20. Eun Tak mengak kalau sedikit lebih
tua dari itu. Kim Sun ingin tahu Seberapa tua dan Bagaimana wajahnya
“Dia suka
membaca dan tahu banyak soal seni dan musik. Dia pernah bekerja untuk negara..”
kata cerita Eun Tak bangga
“Bukan
itu.,, Bagaimana dia memperlakukanmu? Apa dia baik?” tanya Kim Sun, Eun Tak
pikir untuk saat ini memang baik karena pria itu membutuhkanya.
Kim Sun
pu bertanya apakah Eun Tak menyukai pria itu, Eun Tak mengaku tidak dan Kim Sun
bertanya bagaimana dengan pria itu apaka menyukai Eun Tak sekarang. Eun Tak mengatakan
tidak. Kim Sun heran kenapa mereka harus menikah kalau memang tidak saling
menyukai. Eun Tak juga merasa binggung
kenapa bisa seperti ini.
Eun Tak
berjalan pulang setelah berkerja teringat kembali saat bertanya pada Kim Shin
apakah mencintainya. Kim Shin menjawab “”Aku akan mencintaimu kalau memang melakuanya...
Aku mencintaimu.” Lalu terlihat hujan yang turun deras diluar.
“Aku
tidak butuh cinta macam itu. Aku harap kau juga tidak membutuhkan aku. Aku
tidak akan membuatmu jadi tampan.” Kata Eun Tak kesal, saat itu Kim Shin sedang
ada di toko buku melihat Eun Tak lewat langsung bergegas pergi.
Eun Tak
kembali pulang dan Kim Shin sudah duduk dengan dalam rumah sambil membaca buku,
tapi Eun Tak melihat Wang Yeo yang sedang melihat cucian dan memilih untuk
membantunya. Kim Shin hanya melirik, Eun Tak bertanya apakah Wang Yeo melakukan
sendiri.
“Aku
senang kau menyadarinya.” Ucap Wang Yeo
“Kau yang
melipat semua handuk di kamar mandi, punya skill yang mematikan.” Ungkap Eun
Tak bangga, Wang Yeo meminta agar Eun Tak tidak menggunakan kata
"mematikan" di rumah ini, Eun Tak meminta maaf
“Aku suka
handuknya. Terasa lembut, mewah dan nyaman.” Ungkap Eun Tak terus memuji Wang
Yeo. Wang Yeo pun mengucapkan
terimakasih.
Kim Shin
keluar dengan membawa sebuah lukisan dengan bangga memberitahu kalau lukisan
itu adalah lukisan Belanda dari abad ke-17, yaitu Rembrandt van Rijn menggunakan
cahaya dan bayangan. Orang-orang menyebutnya "The Night Watch", tapi
sebenarnya namanya "The Militia Company of Captain Frans Banning
Cocq".
Ia pun
bertanya lebih baik digantung dimana, Keduanya terlihat tak peduli sibuk
melipat handuk. Wang Yeo melihat Eun Tak punya syal itu sejak berusia 9 tahun
dan bertanya apakah itu syal yang sama. Eun Tak membenarkan.
“Ibuku
memberikannya padaku. Dia pikir aku bisa melihat hantu karena tahi lalat di
leherku. Jadi Dia memakaikan syal karena berpikir.. kalau aku menutupi tahi
lalatnya, maka aku tidak akan bisa melihat hantu lagi. Tapi itu tidak berhasil,
dan menjadi kebiasaan saja sekarang. Memakai syal ini jadi terasa dekat dengan
ibuku.” Cerita Eun Tak
“Berikan
dia 5juta Won” ucap Wang Yeo dengan wajah sedih pada Kim Shin yang berdiri
dibelakangnya.
“Kenapa
juga aku harus memberinya 5juta won? Dan Eun Tak.. Kenapa segala hal tentangmu
selalu saja sedih? Aku takut untuk bertanya sekarang.” Ucap Kim Shin kesal.
Wang Yeo heran melihat Kim Shin malah marah-marah.
“Aku
tidak bicara denganmu.”kata Eun Tak, Wang Yeo berkomentar Kim Shin benar-benar
pemarah. Eun Tak juga merasa kasihan padanya, lalu bertanya apa nama yang ingin
digunakan Wang Yeo.
“Hei anak
sekolah. Bukankah kau seharusnya belajar? Kau mungkin saja tidak akan lulus
universitas kalau kau beruntung.” Ucap Kim Shin seperti tak suka Eun Tak
dekat-dekat dengan Wang Yeo
“Kalau
aku beruntung, tentu saja aku akan masuk universitas.” Balas Eun Tak, Kim Shin
tak peduli menyuruh Eun Tak untuk belajar
“Kalau
kau begini, kau mana bisa jadi PD radio.” Ejek Kim Shin, Wang Yeo medengar Eun
Tak ingin jadi PD radio langsung memujinya kalau itu keren.
Eun Tak
menceritakan kalau suka mendengarkan radio sejak kecil. Kim Shin kesal karena
sebelumnya yang bicara PD radio itu dirinya dan kenapa Eun Tak malah bicara
pada Wang Yeo. Eun Tak mengatakan kalau Orang
yang tinggal bersama-sama itu pasti boleh mengobrol. Kim Shin mendengar kata
“orang” tak yakin ada di antara mereka yang "orang sungguhan" bahkan
Eun Tak bisa melihat pedang yang menusuk dadanya.
“Ahjusshi,
kalau kau belum memutuskan namanya, bagaimana kalau Park Bo Gum saja?” saran
Eun Tak tak peduli lagi dengan Kim Shin,
Wang Yeo mendengar namanya
“ Kau
bilang itu Gum (pedang) ... Bagaimana bisa kau bercanda soal pedang!” teriak
Kim Shin, Eun Tak akhirnya berdiri tak tahan dengan omelan Kim Shin.
“Lalu Salah
siapa aku sampai punya tahi lalat dan bisa melihat hantu?” ucap Eun Tak, Kim
Shin menarik rambut bagian belakang Eun Tak lalu memuji kalau tahi lalatnya itu
cantik.
Eun Tak
menjerit marah karena Kim Shin baru saja memegang rambutnya, menurutnya tak
heran kalau sampai ada pedang yang
menancap di jantungnya,karena Kalau seseorang bernasib seperti itu, pasti ada
cukup alasan di belakangnya. Kim Shin mengeluh Eun Tak yang bercanda soal kelemahan seseorang, menurutnya
Eun Tak itu psikopat,
“Apa kau pikir
ada bedanya dengan kau? Kau selalu berkata "Kau adalah pengantin Goblin.
Fokuslah pada kenyataan." Kau tidak begitu baik dan gentle.” Kata Eun tak kesal
“Aku
mengatakan semua ini demi kebaikanmu.” Tegas Kim Shin
“Kalau
kau memang peduli padaku, carikan aku pacar. Kerja paruh waktu, keluarga bibiku
dan seorang kekasih. Peri macam apa kau ini? Tidak ada keinginanku yang jadi
nyata.” Keluh Eun Tak
“Pacarmu
ada di sini!” ucap Kim Shin, Eun Tak ingin tahu dimana pacarnya itu karena
melihatnya.
“ Dia ada
di depanmu!” tegas Kim Shin menunjuk dirinya, Keduanya saling menatap dan
terlihat sama-sama canggung, lalu buru-buru masuk kamar. Wang Yeo sedari tadi
melihatnya, hanya bisa melempar handuk yang sudh berhasil dilipatnya.
Eun Tak
masuk ke dalam kamar berdiri dibalik pintu tak percaya kalau Kim Shin itu
adalah pacarnya lalu bertanya-tanya apakah Kim Shin sebenarnya itu menyukainya,
menurutnya itu hanya bercanda. Sementara Kim Shin terlihat masih tegang,
dibalik pintu kamarnya.
“Ini adalah
kesalahan pertamaku dalam 900 tahun. Aku sebenarnya adalah suaminya, bukan
pacarnya. Jadi Haruskah aku pergi dan meralatnya?” ucap Kim Shin lalu tersenyum
bahagia
Wang Yeo
duduk dimeja makan memikirkan kalau Seseorang..bahkan tidak bisa menelpon
karena tidak punya nama. Sampai malam tiba dan berpindah tempat duduk Wang Yeo
masih tetap mengatakan hal yang sama dengan menatap kertas ditanganya.
Duk Hwa
baru datang mengeluh karena gelap sekali rumahnya, Kim Shin melihat kalau Wang
Yeo masih tetap diruang makan juga dengan membawa sepiring roti, Wang Yeo
menyuruh keduanya pergi saja. Duk Hwan heran dengan sikap Wang Yeo dan bertanya
ada apa dengan pamanya itu.
“Dari
wajahnya saja sudah ketahuan, itu soal wanita.” Ucap Kim Shin, Wang Yeo
berusaha menyangkalnya dengan bertanya dari mana bisa melihatnya.
“Ah.. Ini
pasti nomornya. Lihat saja ada bekas bibirnya.” Kata Duk Hwa melihat kertas
ditangan Wang Yeo, Wang Yeo meminta agar mengembalikan sebelum memaksanya.
“Apa kau yang membuat bekas lipstik di sini?
Ayolah Jujur saja.” Ejek Duk Hwa
“Kau
harus ikut denganku. Kita tidak akan pergi ke tempat yang menyenangkan.” Kata
Wang Yeo, Duk Hwa ketakutan mengembalikan kertasnya.
Kim Shin
yang sebelumnya melihat nomor telp langsung menekan nomornya dan memberitahu
kalau ponselnya aktif. Wang Yeo panik meminta Kim Shin tak melakukanya. Kim
Shin bertanya tujuan menyimpan nomor telpnya. Wang Yeo mengaku Untuk
berpura-pura jadi manusia jadi Siapa tahu suatu hari bisa menelpon.
Suara Kim
Sun terdengar. Kim Shin langsung memberikan ponselnya pada Wang Yeo agar bicara
layaknya seorang manusia. Wang Yeo tak sengaja melemparnya dan saat itu waktu
seperti berhenti sejenak dengan ponsel yang melayang, Wang Yeo pun berjalan
mendekati ponsel dengan nama “Sunny bukan Sun Hee” lalu berlatih bicara
layaknya manusia.
Ia mulai
dari nada garang dan lemah lembut seperti seorang wanita, Kim yang tadinya ikut
diam menyuruh agar Wang Yeo memilih yang terakhir saja dengan suara berat
seperti laki-laki. Wang Yeo binggung ternyata Kim Shin mendengarnya bukan
mematung. Kim Shin malah membanggakan dirinya kalau itu keren lalu dengan
sengaja menaruh roti dimulut Duk Hwa yang sedang melonggo.
Wang Yeo
kaget mendengar suara Kim Sun di telp dan langsung berlari ke kamarnya untuk
bicara. Kim Sun menyindir Wang Yeo ternyata tahu bagaimana menelpon orang dan
berpikir tak bisa melakukanya karena jarinya hancur
“Aku baru
belajar menelpon. Jariku tidak hancur. Terima kasih karena mencemaskanku.” Ucap
Wang Yeo salah sangka karena yang dimaksud jari hancur sampai tak bisa menelp
Kim Sun
“ternyata...
Kau masih punya nomorku” kata Kim Sun, Wang Yeo mengatakan kalau nomor Kim Sun
baik-baik saja.
“Aku
menunggu telponmu.” Kata Kim Sun, Wang Yeo hanya berkata “ah.. begitu ya”
Kim Sun
mengeluh dengan komentar Wang Yeo tapi
seharusnya mengatakan sesuatu lagi dan bertanya apakah punya sesuatu untuk
dikatakan. Wang Yeo meminta contonya, Kim Sun memberitahu “Selamat pagi,
selamat siang, selamat sore, kapan kau senggang?" Wang Yeo langsung
mengatakan hal yang sama. Kim Sun
mengatakan lebih suka bertemu di pagi hari dan berpisah di sore hari.
Wang Yeo
dan Duk Hwa keluar dari rumah dengan pakaian yang rapih, Wang Yeo dengan kaca
mata hitamnya mengatakn harus kelihatan seperti manusia jadi harus jalan kaki.
Duk Hwa memanggilnya menyuruh masuk ke dalam mobil, karena Tidak ada manusia
yang bisa berjalan sampai ke Incheon. Wang Yeo hanya terdiam karena salah
permikirkanya.
Eun Tak
baru saja akan kembali setelah mengambil minuman dan dikagetkan dengan Kim Shin
yang ada didepanya. Keduanya terlihat gugup, mengingat kejadian sebelumnya
dengan pengakuaan kalau pacar Eun Tak ada didepanya yaitu Kim Shin.
EunTak
mengeluh kalau Kim Shin membuatnya kaget dan mengatakan kalau hanya haus jadi
mengambil minuman didapur dan tadinya mau pergi kerja dan bergegas pergi. Kim
Shin memanggilnya dan keduanya pindah ke lorong depanya. Eun Tak pun berhenti
lalu bertanya apa yang ingin dikatakanya
karena baru saja memanggilnya. Kim Shin seperti tak sadar kalau sudah
memanggilnya.
“Kenapa
aku memanggilmu?”kata Kim Shin, Eun Tak juga merasa penasaran dengan alasanya.
“Aku
merasa aneh.” Ungkap Kim Shin lebih dulu, Eun Tak juga merasakan hal yang sama.
Keduanya bisa sedikit tersenyum
“Haruskah
aku tanpa dibuat-buat.. mengatakan kalau aku lapar.” Ucap Eun Tak, Kim Shin
pun akan bertanya tanpa dibuat-buat, apa
Eun mau makan daging.
Eun Tak
pun akan mengambil jaketnya lebih dulu
dan Kim Shin juga harus berganti pakaian. Saat Eun Tak pergi, Kim Shin
sudah berganti pakaian dan mengajak Eun Tak segara pergi.
Keduanya
masuk ke sebuah restoran, Eun Tak mengatakan kalau ini adalah kunjungan yang
kedua dan menurutnya bisa jadi langganan di restoran itu dan menunjuk tempat
duduk mereka saat makan. Kim Shin terdiam saat melihat pria bule sebagai
pramusaj dengan mengucapkan Selamat datang di Quebec, lalu pria itu menuangkan
minuman pada seorang wanita, Terlihat seperti Eun Tak dengan potongan rambut
pendek berbicara di telp.
“ Aku
tahu. Kita kan setidaknya harus pernah ke luar negeri.” Ucap Eun Tak di telp
“Kenapa
kau harus pergi ke luar negeri sekarangpadahal usiamu baru mau memasuki 30
tahun. Saat aku berusia 29 tahun, aku tidak ke mana-mana kecuali berdiam diri
di toko. Aku tidak punya janji” ucap seorang wanita di telp
“Aku bisa
pergi dengan nyaman. walaupun aku tidak pernah ke luar negeri sebelumnya. Aku
tidak tersesat dan selalu makan tepat waktu. Sekarang, aku akan makan daging
sapi.Aku sedang ada di sebuah restoran yang keren dengan seorang pria..” Kata
Eun Tak bangga,
“Yang
keren adalah prianya, bukan restorannyaAku harus menutup telponnya. Aku
mengantuk.” Ucap si wanita, Eun Tak pun menutup poselnya lalu memanggil seorang
direktur untuk duduk bersama.
Kim Shin
melihat Eun tak yang duduk didepanya seperti bisa melihat ke masa depan, dalam
hatinya bergumam “Di usia 29 tahun, kau masih bersinar Tapi aku tidak adan di
sisimu. Hidupku adalah keabadian.. yang akhirnya harus berakhir. Di waktu
setelah kematianku, makakau masih di sini. Kau sudah melupakanku.. dan hidupmu
masih berjalan dengan sempurna walaupun aku sudah menghilang.”
Kim Shin
mengingat saat membaca buku dan melihat daun maple yang berguguran dengan
senyuman Eun Tak yang berjalan menyeberangi jalan.
“Aku
harus menghilang Untuk membuatmu tersenyum. Ini adalah keputusan yang harus
kubuat.Aku harus mengakhiri hidupku..”
Semua
kenangan dengan Eun Tak pergi bersamanaya seperti menghilang, di Canada, depan
rumah ketika Eun Tak berhasil melihat pedangnya, Eun Tak yang berlari ke
arahnya ditaman dan ketika ia bersandar di tiang dengan Eun Tak meminum susu.
Saat pertama kali bertemu di pinggir laut.
“Pada
akhirnya, itu adalah keputusan akhir yang bisa kubuat.” Ucap Kim Shin dengan
air mata mengalir di pipinya, Eun Tak yang masih umur 19 tahun terlihat
binggung duduk didepanya, tapi Kim Shin bisa melihat Eun Tak yang sudah tumbuh
dewasa dengan potongan rambut yang berbeda.
Bersambung
ke episode 6
bagus :)
BalasHapus