PS : All
images credit and content copyright : KBS
A Ro
berjalan sempoyongan, pria yang melihatnya bisa mencium bau yang sangat
menyengat. A Ro tak percaya kalau pria itu berani menyebutnya pencuri, lalu
merasa pandanganya kalau tanah dibawahnya itu sangat dekat dan meminta untuk
menyingkir.
Ia
melihat dua anak sedang didepan pedagang kue beras dan langsung mengambil
beberapa potong langsung kabur. A Ro mengejarnya tapi langkahnya yang
sepoyongan membuatnya menabrak seseorang dan hampir terjatuh. Moo Myung
langsung menahan A Ro agar tak terjatuh, keduanya saling menatap dan sepatu A
Ro terlihat melayang diudara.
Moo Myung
binggung melihat tatapan A Ro seperti tak biasanya, A Ro yang sedang mabuk
menatapnya sedikit memincingkan matanya., Moo Myung tak peduli dan langsung melepaskanya begitu
saja. A Ro menarik kaki Moo Myung meminta tolong agar bisa mengambilkan
sepatunya, karena tidak bisa berdiri.
Ia pun
menunjuk tempat sepatunya jatuh, Moo Myung seperti masih kejar-kejar menyuruh
agar melepaskanya. A Ro memberitahu kalau adalah satu-satunya sepatu yang
dimilikinya dan bukan permintaan yang sulit. Moo Myung tetap tak peduli dengan
mendorongnya agar menjauh. A Ro hanya bisa mengumpat kesal pada Moo Myung si ular
berhati dingin.
A Ro
akhirnya berdiri mencoba mencari sepatunya yang terlepas. Saat itu terdengar hentakan suaran kuda yang
menyuruh semua orang untuk minggir. Moo Myung melihat A Ro dibelakang berada
ditengah jalan, akhirnya dengan terpaksa kembali menyelamatkanya. A Ro kembali
menatap wajah Moo Myung lebih dekat lagi.
“Apakah
ini sebabnya mereka mengatakan untuk tidak minumdengan perut kosong?” gumam A
Ro dengan menatap ke arah Moo Myung, sementara Moo Myung ingn mengetahui
keadaanya.
“Kau
sangat tampan.” Ungkap A Ro yang mabuk, Moo Myung menegaskan kalau Ini tidak
bisa membantu bahkan jika kau tidak baik-baik saja dan langsung melepaskanya,
lalu berjalan pergi.
“Apakah
sesulit itu untuk mengambil sepatuku?Dasar tidak pengertian.” Ungkap A Ro kesal
Akhirnya
ia berjalan di sebuah rumah dan langsung membaringkan dirinya diatas
rempah-rempah yang sedang dikeringkan. Di dalam terdengar suara jeritan
kesakitana, seorang pria sedang diobati oleh tabib. An Ji Gong mengatakan kalau
sudah selesai melakukan pengobatanya.
“Itu akan
menjadi berbahaya jika lukanya menjadi lebih dalam. Kau bisa bangun sekarang”
kata Ji Gong.
“Penjual
keliling sepertiku, mendapat pukulan dan terluka sepanjang waktu. Terima kasih
karena selalu merawatku.” Ungkap si pria, Ji Gong pun ingin tahu tentang anak
itu.
“Itu juga
bukan dia. Dia jauh lebih muda dari putramu... dan tidak pernah tinggal di
ibukota.” Kata Si pria, Ji Gong seperti sedih tapi bisa mengerti dan
mengucapkan Terima kasih sudah mencobanya.
“Aku
yakin kau akan menemukannya. Tidak ada tempat yang... tidak kau cari selama 10
tahun. Dia akan segera muncul.” Ungkap si pria kembali memakai bajunya. Ji Gong
pun merasa yakin dengan menatap kosong.
Maek Jong
adalah Raja Silla Ke-24 dengan sebutan “Raja Jinheung” menaiki tangga istana
dan berjalan masuk tempat biasa seorang raja duduk di singgasana untuk berkerja
pada rakyat. Saat itu terdengar suara dengan nada menyindir “ Kenapa kau harus
datang kesini” Maek Jong melihat ibunya
Ratu Ji adala didepanya.
Flash Back
[Tahun
ke-27 Raja Bupheung, 11 tahun yang lalu]
Ratu Ji
sedang ada ada dikamar melihat Maek Joo yang sedang tertidur lelap. Saat itu
pelayan datang dengan terburu-buru menyampaikan berita, kalau Raja sudah meninggal.
“Apapun
yang perlu dilakukan, maka Kita harus melindungi keturunan Keluarga Kerajaan yang terakhir. Dan Panggil Pa Oh
sekarang!”kata Ratu Ji dengan pedangnya melindungi anaknya. Pelayan itu pun
keluar kamar dan Pa Oh pun datang menghadap ratu.
“Harap
lindungi Putra Mahkota. Kau harus membuat dia tetap hidup.” Perintah Ratu Ji
Maek Jong
melihat ibunya yang tidak berubah sama
sekali. Ratu Ji menegaskan kalau bertanya kenapa Maek Jang datang ke istana,
lalu berpikir kalau sengaja datang karena
tidak bisa mempercayainya. Maek Jong balik bertanya apakah terasa aneh
kalau ia ada di istana, tapi menurutnya aneh kalau sampai dirinya tak ada di
istana.
“Masih
banyak orang di ibukota yang menginginkannyawamu. Apakah kau tidak tahu bahwa
kita tidak bisa mempercayai satupun prajurit atau pekerja yang masuk kedalam
istana?” ungkap Ratu Ji
“Bagaimana
bisa aku tidak tahu? Dengan Bisa berjalan-jalan berkeliling dan hidup dengan
bebas semuanya berkat perhatianmu. Akan
tetapi, apakah kau tahu perkataan ini? Kau bisa menangkap 10 pencuri yang
bersembunyi digunung, tapi kau tidak bisa menangkap salah satu pencuri didalam
hatimu. Aku sudah menghabiskan banyak waktu dengan berbagai hal yang salah, dan
hanya memperlajari bagaimana mencurigai orang lain.” Ungkap Maek Jong.
“Apakah
kamu takut jika aku mencoba untuk
mencuri takhtamu? Apakah kau tidak mempercayaiku?” kata Ratu Ji
“Apakah
kepercayaan adalah permasalahan sebenarnya? Aku hanya... ingin melihat... bagaimana
aku menggunakan takhtaku. Aku merasa seperti itu... Jika tidak maka aku akan
melupakan siapa diriku.” Ungkap Maek Jong
“Dasar
Orang yang lemah, Aku harus memutuskan kapan kau akan diperkenalkan kepada dunia. Sampai saat itu,
hiduplah dengan tenang.” Tegas Ratu Ji
Saat itu
di sisi lain, Park Young Sil mengetahui kalau
gerbang kota terbuka tadi malam. Ho Kong juga memberitahu kalau Tidak ada prajurit yang menjaga gerbang. Young
Sil mengartinya seseorang masuk kedalam kotapada saat itu.
“Apa yang
dibawa oleh Ratu secara diam-diam?Aku pikir bisa mengetahuinya” kata Young Sil
memegang sebuah kalung yang ujungnya mirip dengan milik Mak Moon.
“Apakah
kau pikir Raja masuk kedalam?” kata Ho King, Young Sil pikir siapa lagi lalu
bertanya-tanya apa yang harus mereka lalukan sekarang. Ho Kong mengatakn akan
mencari pembunuh bayaran sekarang juga, Young Sil pun akan melihat kepala siapa
yang akan digulingkan.
Maek Jong
sedang duduk dipenginapan sendirian, memegang gelang yang dipakai olehnya. Saat
itu Mak Moon sudah menunggu ditempat pertemuanya dengan Moo Myung tapi temanya
itu belum juga datang dan terlihat gelisah berharap aga cepat datang.
Tiba-tiba
ia melihat sosok pria berbaju hitam melewati dinding penginapan, dengan wajah
melonggo binggung mengetahui kalau itu bukan Moo Myung yang datang. Si pria
berbaju hitam pun masuk ke sebuah ruangan dan melihat seseorang berbaring
diatas tempat tidur dan langsung menusukan pedangnya, tapi ternyata di balik
selimut hanya berisikan bantal.
“Apakah
kau pencuri?” ucap Maek Jong keluar dari persembunyianya. Si pria pun mencoba
memukulnya tapi Maek Jong lebih dulu memukulnya.
“Jika kau
bukan pencuri, kamu adalah pembunuh bayaran. Kemampuan pedangmu sangat buruk
Dan pedangmu berkarat.” Ucap Maek Jong berhasil membuat tangan si pria
terpelintir.
“Kau sangat
takut membunuh pria yang sedang tertidur
Jadi berapa harga dari nyawaku? Siapa yang akan tahu? Aku mungkin akan membayarmu lebih
dari harga nyawaku.” Kata Maek Jong
“Dia
mengatakan jika aku membunuh seorang bangsawan,
maka dia akan memberikan ku tiga karung beras.” Kata si pria yang sudah
tercekik lehernya.
Saat itu
Maek Jong melepaskanya dan bertanya Apakah mendengarnya pada Pa Oh, kalau
imbalanya adalah 3 karung beras. Saat itu pengawal ratu yang datang dan
menanyakan keadaan raja lebih dulu dan langsung membunuh si pria dengan pedang.
Sementara
Mak Moon yang penasaran berjalan masuk ke bagian depan penginapan ingin mengetahui
yang terjadi didalam, sementara Maek Jong yang melihat pengawal Ratu membunuh
si pria langsung menatap sinis.
“Dia
adalah seorang petani yang tidak mengetahui apapun. Apakah kau harus
membunuhnya?” ucap Maek Jong sinis, Pengawal mengatakan kalau pria tadi sudah
melihat wajahnya.
“Siapa
yang berpikir dia akan membunuh Raja untuk 3 karung beras?” ungkap Maek Jong
“Itu adalah
perintah Yang Mulia Ratu.” Kata Pengawal
dan saat itu Pa Oh pun datang melihat seorang pria yang sudah terbunuh dikamar
Maek Jong.
“Kau
bilang "Perintah Yang Mulia Ratu". Kalau begitu, kau tidak punya
pilihan karena Kerajaan Suci adalah miliknya.” Ungkap Maek Jang lalu keluar
dari ruangan.
Saat itu
Maek Jong yang penasaran melihat sosok pria ada didepan pintu. Pengawal datang
dan langsung memanggil “Yang Mulia”, Maek Jong menghentikan langkah
pengawalnya, Mak Moon yang mendengar panggilan “Yang Mulia” langsung melonggo
dan kabur.
Pengawal
pun langsung mengejarnya, Pa Oh pun baru keluar ruangan seperti tak bisa
berbuat apa-apa. Mak Moon berlari sekuat tenaga menghindai sebelum tertangkap.
Pengawal mengejarnya mengunakan kuda dengan cepat, tiba-tiba Mak Moon ditarik
seseorang yang membuatnya menjerit ketakutan.
Moo Myung
memberitahu kalau ia yang menariknya lalu menyuruhnya untuk diam. Mak Moon pun
bisa bernafas lega dengan mulut yang tertutup. Si pengawal mondar mandir
mencari sosok pria yang melihat wajah Maek Jong, tapi akhirnya kembali ke
penginapan karena tak berhasil menemukanya. Keduanya pun bisa bernafas lega
karena tak tertangkap.
Mak Moon
dan Moo Myung bermalam di gudang jerami, lalu Mak Mook merasa kalau melihat
Raja. Moo Myung kaget, Mak Moon ingat saat pengawal memanggil "Yang
Mulia." Dan bisa mendengar dengan jelas.
Mak Myung mengartikan kalau di
dalam ibukota, Raja tidur dimana saja.
“Kenapa
Raja tidur di penginapan dan bukan di
istana? Kau sangat frustasi.” Ejek Moo Myung tak percaya
“Hei....
Aku memberitahumu kalau memang benar....
Dia terlihat... Ah.. Bagaimana aku mengatakannya? Dia terlihat seperti
kebanyakan... Raja.” Kata Mak Moon, Moo Myung langsung memukulnya merasa
temanya itu pasti sedang bercanda.
Moo Myung
pikir yang didengar temanya itu bukan
"Yang Mulia." Dan mengusulkan untuk memukulnya agar membuatnya sadar.
Mak Moon mengaku kalau ia bersungguh-sungguh. Moo Myung tak ingn membahasnya
meminta agar Mak Myung memberikan kalung itu padanya. Mak Moon binggung kenapa
harus memberikanya.
Moo Myung
pikir mungkin orang itu akan mencarinya
karena terlalu tinggi dan mencolok jadi akan mencari melalui kalungnya. Mak
Moon pun menanyakan nasibnya nanti. Moo Myung memberitahu Saat matahari terbit,mengajak bertemu didepan
Okta itu.
Esok
paginya, Moo Myung berjalan ke pasar mencari tahu tentang kalung Mak Moon, Apakah
mengetahui sesuatu tentang kalung ini dan terus mencari untuk menemukan sebuah
petunjuk. Saat itu teringat kembali dengan jalan yang dilalui sebelumnya, ia
teringat saat itu menolong A Ro yang meminta agar mengambilkan sepatu untuknya,
lalu memujinya sangat tampan. Moo Myung sempat tersenyum bahagia dan kembali
berwajah serius untuk mencari pemilik kalung Mak Moon.
Malam
hari
Seperti
sebuah tempat pertemuan para bangsawan dizaman Silla. Mak Moon berdiri
melongggo melihat para pria tampan dan wanita sedang berkumpul bersama.
Beberapa wanita seperti mengajak para pria masuk ke dalam dan Mak Moon
tersenyum seperti berharap bisa diajak masuk oleh para Gisaeng.
Saat itu
ia melihat A Ro yang berjalan dengan seorang wanita dan menatap ke arah
lehernya kalau kalung yang dipakainya sangat mirip dengan miliknya. Mak Moon
berusaha mengikutinya dan ingin masuk ke dalam, tapi dua pengawal sudah
menghadangnya untuk tak masuk, A Ro sempat menengok dan masuk ke dalam ruangan.
Maek Moo mengatakan harus bertanya mengenai kalungnya.
Pertunjukan
tarian dan masuk pun dimulai, mereka mulai menari-nari seperti sebuah club
dizaman Silla. Seorang wanita berteriak kalau
Ban Ryu pria berambut panjang dang berdiri tegang datang masuk ke dalam
ruangan, setelah itu mereka juga berteriak kalau Soo Ho juga datang. Pria
berlesum pipit pun tersenyum pada semua wanita yang menatapnya. Ban Ryu yang
berjalan didepanya melihat Soo Ho yang datang dibelakangnya.
“Apakah
ada sebuah cara untuk tidak melihat wajahnya? Melihat dia membuatku ingin
memuntahkan... semua yang aku makan.” Keluh Soo Ho sinis
“Melihat
mereka berdampingan, Soo Ho pastinya terlihat lebih baik. Dan Tentu saja. Itu
tidak perlu dikatakan lagi.” Ungkap seorang wanita berkomentar, Soo Ho pun
tersenyum bangga karena mendapatkan pujian.
“Tidak
mungkin... Ban Ryu... adalah yang terbaik diantara para bangsawan terbaik.”
Ungkap wanita lainya, Mereka pun semua merasa kalau Ban Ryu benar-benar yang
terbaik. Soo Ho yangmendengarnya mulai mengumpat kalau ini sangat menjengkelkan.
Sementara
Maek Jong duduk sendirian dalam ruangan dengan melihat bayangan wajahnya
digelas. Beberapa wanita sudah berkumpul seperti tak sabar menunggu, sampai
akhirnya seorang wanita datang mengatakan kalau Ini adalah waktu yang
ditunggu-tunggu oleh para wanita, yaitu Waktu untuk menjahit meminta A Ro yang
diduduk dibelakangnya mulai menjahit.
“Oke,
kalau begitu... Haruskah aku mengambil sebuah jarum?” ungkap A Ro dengan wajah
serius.
Saat itu
diluar terlihat beberapa orang memasukan beberapa makanan dan juga minuman ke
dalam, Mak Moon pun mencari kesempatan agar bisa masuk ke dalam ruangan dengan
membawakan sekotak minuman dalam guci. Ah Ro mulai bercerita pada semua wanita
dengan wajah serius.
“Dia dibutakan
oleh kecemburuannya dan hatinya sedang terbakar. Menekan semangatnya dengan
kuat, maka dia setuju untuk menghabiskan malam yang panas di tempat terpencil, Di tengah malam... Di
Najeong.. ” Ucap A Ro.
Maek Jong
bisa menndengar dari ruangan sebelah hanya bisa menahan tawan mendengarnya,
sementara So Ho dkk melonggo mengetahui tempatnya di Najeong, lalu bertanya
Dimana Park Hyeokgeose lahir. So Ho merasa ini Sungguh cerita yang mengejutkan Untuk
memanfaatkan tempat menakutkan seperti
itu.
Sementara
tiga teman Ban Ryu tertawa mendengarnya, Kang Sung berkomentar kalau harus
minum sehingga menuangkan beberapa dibeberapa tempat nantinya. Dengan tawa
mengejek kalau Ceritanya cukup bagus dan bisa melihat sebelumnya, dan wajahnya juga
cukup bagus. Ban Ryu hanya diam dengan membaca kertas didepanya.
Alkohol
mereka pun habis dan teman satunya ingin mengambilnya, Ban Ryu langsung
menyuruh Kang Sung untuk pergi mengambilkanya, Kang Sung binggung kenapa ia
yang harus mengambilkanya. Ban Ryu
bertanya warna jubah dari ayah Kang Sung.
“Itu
pasti biru karena dia adalah pejabat tingkat enam. Ayah tiriku adalah pejabat
tertinggi dan ayahku adalah tingkat tiga. Ayah Gi Bo dan Shin adalah pejabat
tingkat lima dan empat. Jadi Tentu saja, warna jubah mereka adalah burgundy. Hanya
karena kita berkumpul bersama, Kau seharusnya tidak berpikir bahwa kauu sama.”
Kata Ban Ryu, Kang Sung seperti menahan amarah lalu keluar dari ruangan.
Moo Myung
pergi menemui Joo Ki dicafenya, bertanya apakah tidak pernah melihat kalung itu
sebelumnya, Joo Ki merasa terlihat cukup akrab dan mengingat-ngingat
dimana pernah melihat itu sebelumnya.
Moo Myung meminta agar Joo Ki bisa berpikir lebih keras lagi.
“Dia salah
satu yang paling tinggi atau yang paling
rendah. Itu sangat membingungkan.”gumam Joo Ki melihat penampilan Moo Myung
lalu mengaku tidak yakin dengan kalung yang di lihatnya.
“Dia
pastinya jelek. Kenapa juga dia mengenakan itu dikepalanya?” gumam Joo Ki yang
tak melihat wajah Moo Myung dengan rasa yakin.
“Jika
kamu meninggalkan itu bersamaku, maka
aku bisa mencari tahu. Kau bisa meninggalkannya.” Ucap Joo Ki terdengar licik
Moo Myung
mengangkat sediki topinya, Joo Ki bergumam kalau dugaanya salah karena Moo
Myung terlihat tampan. Moo Myung menegaskan karena ini bukan miliknya tapi adalah
barang berharga milik temanku, jadi
tidak bisa meninggalkannya dan memintanya agar mencari dengan baik. Jadi dika menemukan
siapapun yang mengetahui barang ini...
Mak Moon
berhasil masuk dan hanya bisa melonggo melihat wanita cantik dengan pria
tampan, lalu mencoba mengintip dari celah pintu dan melihat sosok A Ro sedang
bercerita didalam ruangan.
“Menghirup
udara dingin Najeong di tengah malam, dia mencoba untuk menenangkan hatinya
yang terbakar.” Cerita A Ro penuh semangat, sementara Mak Moon yakin kalau
kalung yang dipakain A Ro sama dengan yang dimilikinya.
“Kau
bukan berasal dari sini, kan? Tunjukkan padaku ijin masukmu” ucap Kang Sung,
Mak Moon milih untuk berjalan pergi, tapi Kang Sung dengan cepat menahanya.
“Kau tidak
bisa mengatakan siapa ‘kan? Apakah kau tidak tahu sedang ada dimana?” ucap Kang
Sung, Mak Moon meminta agar Kang Sung melepaskanya.
“Aku
sedang merasa kesal, jadi merasa beruntung.” Ungkap Kang Sung dengan memelintir
tangan Mak Moon.
A Ro
masih bercerita kalau Setiap detik terasa seperti 1,000 tahun. Pria itu sedang terbakar nafsu. dan ingin melompat
masuk, tapi hampir tidak bisa memegangnya dan berusaha menahannya...Segera
setelah wanita itu datang, dia menariknya masuk kedalam hutan Najeong.
“Dia
melemparkannya ke pohon pinus...dan menahannya dengan tangannya. Lalu dia
mengatakan, "Kau...membuatku bergairah”
Dua orang bernafsu saling berciuman... dan akhirnya, tanpa keraguan...”
kata A Ro seperti membuka baju dan membuat semua wanita menjerit.
Sementara
diluar, Kang Sung seperti sedang melampiaskan amarahnya dengan memukul Mak Moon
berkali-kali. Soo Ho keluar dari ruangan terlihat kesal karena terjadi
kegaduhan pada saat di klimaksnya, lalu dengan sinis melihat itu adalah si
sampah Ban Ryu. Akhirnya Ban Ryu keluar dari ruangan bertanya apa yang terjadi
pada temanya.
“Dasar Sialan.
Dari semua keberuntungan, Aku harus melihatmu dua kali dalam sehari.” Keluh Soo
Ho sinis
“Jika kau
kekurangan keberuntungan, setidaknya kau
memiliki keberuntungan yang bagus. Jangan menyentuhku... jika kau mau pulang
kerumah dengan wajah utuh.” Ucap Ban Ryu memperingatinya, Soo Ho ingin melawan
tapi dua temanya menahanya.
Salah
seorang wanita berlari masuk ke dalam ruangan memberitahu tahu semua wanita
kalau Soo Ho dan Ban Ryu sedang bertarung. Mereka pun bergegasl pergi untuk
melihatnya karena tidak bisa ketinggalan
pertarungan yang bagus. A Ro hanya bisa melonggo karena ditinggalkan begitu
saja.
Tiba-tiba
Maek Jong masuk ke dalam ruangan dan lilin yang menerangi ruangan langsung
mati, A Ro terlihat ketakutan dan hanya menutup matanya dengan berjalan mundur.
Maek Jong heran, apa yang akan dilakukan sampai A Ro menutup matanya. A Ro bertanya siapa pria yang datang ke
kamarnya.
“Kau
tanya Siapa aku? Apakah itu penting saat ini?” ucap Maek Jong, A Ro langsung
menutup badanya dengan mata terus tertutup.
“Sayang
sekali. Itu setelah 4 hari.” Ungkap Maek Jong, A Ro bertanya apa maksudnya itu.
Maek Jong pun meminta agar A Ro segera membuka matanya. A Ro bertanya kenapa
melakukan hal ini.
“Kau
tanya kenapa? Karena disini sangat gelap. Ini terpencil dan juga tempat yang
bagus. Lalu Apa yang terjadi selanjutnya?” kata Maek Jong menarik pinggang A Ro
agar lebih dekat, A Ro pun membuka mata dan melihatnya dalam-daama.,
Kang Sung
menginjak kepala Mak Moon yang sudah berdarah, memberitahu kalau pria ini tidak
memiliki ijin masuk jadi bukan kejahatan untuk membunuh seorang pria tanpa ijin
masuk. Ban Ryu menatap Mak Moon yang sudah tergeletak tak berdaya.
“Jadi aku
mungkin bisa membunuh tikus ini, kan? Apa Kau tidak menghormati sistem
martabat Bangsawan Silla dan berani
merangkak kesini? Tikus sepertimu... harus
mati seperti tikus jalanan.” Ucap Kang Sung sudah siap dengan pedangnya.
Saat itu
sebuah daun terlempar ke arah kepaal Kang Sung, Kang Sung berteriak marah pada
orang yang berani melempar pada kepalanya. Moo Myung masuk dengan topi
capingnya, mengatakan percaya hidup merupakan keberuntungan, tapi menurutnya
Kang Sung tidak beruntung hari ini, dengan mengambil dan dadu dan mengangkat
topinya. Kang Chul bertanya siapa pria itu.
“Kau semacam
gangguan.” Ungkap Moo Myung, Kang Sung kembali bertanya siapa pria yang berani
datang ke tempat bangsawan.
“Ini Bukan
urusanmu.” Ucap Moo Myung lalu menanyakan keadaan Mak Moon yang tergeletak. Mak
Moong mengatakan kalau ia baik-baik saja.Moo Myung mengatakan kalau ia yang tidak
baik-baik saja.
Pertarungan
pun dimulai, Moo Myung bisa mengambil pedang yang ada ditangan Kang Sung. So Ho
yang melihatnya merasa kalau itu tidak
buruk. Moo Myung membuat lingkaran di lantai dengan pedangnya, sempat membuat
semua wanita ketakutan.
“Jika
hukummu adalah membunuh orang-orang yang masuk kedalam ibukota, maka hukumku
adalah memukul bangsawan yang melewati garis ini. Jika kau ingin
membunuhnya, maka lewati garis ini. Aku akan
menghadapimu.” Tegas Moo Myung tak kenal takut.
Bersambung ke episode 2
Episode 2 nya mana?
BalasHapusEpisode 2 nya mana?
BalasHapusEps 2 nya mana
BalasHapus