“Sekitar
1.500 tahun yang lalu, Selama tahun ke-12 Raja Jinheung, Silla adalah yang
terkecil dan terlemah.. Dari Tiga Kerajaan. Raja Muda Jinheung merasa hidupnya
dalam bahaya... Karena ketidakstabilan di otoritas kedaulatan-Nya. Ia hidup
dalam persembunyian. Queen Ji menadi, ratu bupati , Mengumpulkan pria yang
indah untuk membuat mereka masa depan Silla, sebagai memberdayakan takhta.”
Seorang
pria dengan ilalang disekelilinnya di pinggir danau, Moo Young mengaku kalau
dirinya sibuk karena hari ini adalah hari pajak jadi meminta agar pergi saja.
Tiga pria didepanya, memberitahu kalau Sebuah kota tidak dapat memiliki dua
kepala. Moo Young sambil mengaruk-garuk lehernya mengatakan kalau pria itu yang
menjadi kepalanya.
“Apa yang
akan kau lakukan?” tanya si pria aga panik
“ Aku
hanya gugup. Ayahku akan membunuhku jika aku mendapat masalah lagi. Lalu Apakah
yang tidak sempurna, Akubtidak perlu memukulmu, dan Kau bisa.. menjadi Kepala atau memimpin, atau apa pun. Maka
pergilah.”kata Moo Myung untuk segera pergi.
“Ibumu
mengatakan tidak untuk namamu ketika dia meninggalkan kau. Jadi lebih baik kau
hidup seperti orang mati maka hentikan membuatku jengkel!” ucap si pria.
Moo Myung
mengeluh kalau tak bisa membuat dirinya jadi santai sejenak saja, lalu mengeluarkan
sesuatu dari saku bajunya, temanya panik melihat Moo Myung mengambil sebuah
dadu yang disimpanya, dan akan memutuskan apa yang harus dilakukan dengan itu.
Akhirnya
Moo Myung melempar dadunya dan terlihat bagian atas adlah "Memukul
hidung." Menurutnya Ini adalah hari keberuntungan ketiganya. Teman si pria
menyuruh menyerang lebih dulu. Sementara Moo Myung memikirka akan memukulnya,
saat itu tiba-tiba merasakan pandanganya buram dan kepalanya pening seperti
terlalu lama diatas sinar matahari.
Si pria
mencoba melawanya, tapi Moo Myung lebih dulu jatuh pingsan. Si pria dan
teman-temanya terlihat bahagia karena merasa sudah bisa mengalahkan Moo Myung,
tiba-tiba terdengar teriakan dari arah belakang.
“Jangan
menyentuhnya, itu akan membuatmu mendapatkan balasanya” teriak Mak Moon dengan
gaya kuda-kuda siap melawan membela Moo Myung.
Moo Myung
memastikan lebih dulu keadaan temanya, Mak Moon meminta agar temanya jangan
membunuhnya. Ketiganya panik kalau Moo Myung bisa saja membunuhnya, Moo Myung
mengejek kalau kalau semua pasti kaget lalu menyuruhnya untuk lari. Semua tetap diam seperti kebinggungan.
“Aku...
Mengatakan, "Lari!"” kata Moo Myung, akhirnya ketiganya pun lari dan
Mak Moon serta Moo Myung langsung mengejarnya.
Kejar-kejaran
di hutan pun terjadi, Mak Myung mengejar ketiganya lebih dulu dan tak sempat
untuk menyebarang jembatan kayu. Tiga orang pria itu sengaja menjatuhkan
jembatan dan mengejek Mak Myung agar menyebarang saja dan mendekati mereka.
Akhirnya Moo Myung tak bisa menyeberang memilih untuk membalikan badannya.
“Tapi apa
julukannya lagi?” bisik salah satu pria diseberang jalan.
“Dia
adalah “The Dog-Bird.” Mereka mengatakan dia seperti anjing... Dan seperti
burung.” Jelas si pria
Saat itu
Moo Myung yang sudah berbalik arah, berlari layaknya anjing dan terbang
menyebrangi sungai layaknya seorang burung. Ketiganya melonggo kaget melihat
Moo Myung yang bisa mendekati mereka tanpa mengunakan jembatan.
Sebuah
baju ratu digantung dalam ruangan, Seorang wanita baru saja selesai mandi dan
dibantu beberapa pelayan untuk menghias diri, penjepit rambut disematkan pada
rambutnya yang terurai panjang. Pakaian kerajaan pun dipakai olehnya, dia
adalah Ratu Ji So, ibu dari Raja Jinheung
Pria
dengan pakaian kotor duduk dalam penjara, sekali memukul nyamuk di lehernya dan
ingin memakanya, tapi saat itu seseorang masuk ke dalam ruangan sel tahanya. Si
pria mengatakan kalau Wi Hwa Kong harus menjaga rasa hormatnya. Hwa Kong
mengangguk mengerti.
Ratu Ji
menemui Hwa Kong dengan tak percaya kalau seorang teman dekat raja sebelumnya yang dikurung di
tempat seperti ini. Hwa Kong merasa kalau raja terakhir dan juga ia tidak
berakhir pada catatan yang baik, lalu menceritakan pernah bertemu dengan dengan
salah satu selirnya.
“Itu
sebabnya orang-orang menuduhku melakukan kesalahan.” Kata Hwa Kong
“Kau
tidak harus puas dengan Kerajaan Sacred ini.”ucap Ratu Ji (Kerajaan Sacred
berarti negara suci. Hal ini mengacu pada Silla.), Hwa Kong tertawa
mendengarnya.
“Ini
adalah negara di mana seorang ibu menendang keluar anaknya sendiri. Ini adalah
tempat di mana seorang ibu menghabiskan 10 tahun... Sebagai bupati dan masih
tidak bisa menyerah keserakahan Tentu saja, aku tidak senang dengan itu..”
Ungkap Hwa Kong menyindirnya.
Ratu Ki
pun meminta agar Hwa Kong memberitahu apa yang ada dipikiranya sekarang, Hwa
Kong mendengar bahwa Yang Mulia itu Sangat cerah dan cerdas Namun, menurutnya itu hanya rumor lalu menguap dan
merasa sangat lelah.
“Kenapa
kau terus mengatakan hal yang sama berulang? Jadi Apa yang kau ingin?” kata Hwa
Kong
“Aku
berencana untuk mengumpulkan sekelompok pengawal kerajaan... Yang akan
melindungi Raja dengan kehidupan mereka.” Ucap Ratu Ji, Hwa Kong tertawa
mendengarnya lalu berkomentar kalau itu adalah ide yang baik
“Para
pejabat telah diambil semua tentara diluar kerjaannya. Jadi Siapa yang mau
berdiri untuk Raja? Apakah Yang Mulia mendapatkannya dari Baekje Atau mungkin
Goguryeo?” kata Hwa Kong tertawa
“Aku
berencana untuk merekrut anak-anak pejabat dan ingin kau melatih mereka.
Bukannya ayah dan keluarga mereka, tapi Aku ingin mereka menjadi loyal Kepada
Raja dan Takut pada kerajaan” tegas Ratu Ji
Hwa Kong
malah seperti tak yakin kalau Ratu Ji bisa mempercayakan melakukan itu. Ratu Ji
bertanya apakah Hwa Kong tak ingin dirinya mundur karena apabila berhasil
melakukanya maka dengan senang hati akan
menyerahkan tahta. Hwa Kong hanya tersenyum mendengarnya.
Moo Myung
dan Mak Moon duduk dibawah pohon, Mak Moon merasa kalau sudah mengatakan
sebelumnya kalau mereka itu seharusnya tinggal di ibukota. Moo Myung mengejek
kalau Mak Moon bisa tertawa setelah menerima pukulan.
“Selama
aku bisa sampai ke ibukota, aku dapat menggunakan ini untuk menemukannya.” Ucap
Mak Moon tertawa.
“Itulah
sebabnya kita harus pergi ke perbatasan besok, Tidak peduli apapun itu. Kau Jangan lari lagi.” Kata Moo Myung kesal
memukul temanya. “Jika orang-orang
seperti kita pergi perbatasan, Mereka akan menembak panah dan melemparkan
tombak pada kita. Lalu Leher kita akan dipotong” kata Mak Moon ketakutan. Moo
Myung pun menyuruh temanya berhenti saja berbicara tentang ibukota.
“Itu
adalah rumahku, Tempat itu adalah di mana ayah, ibu dan adikku tinggal bersama.
Aku akan menggunakan ini untuk menemukan ayahku Dan mendapatkan identitasku
kembali.” Ucap Mak Moon dengen menunjukan kalung dengan berujung runcing seperti
tanduk dilehernya.
“Yahh..
memang.. kalung itu yang akan membantumu menemukan mereka.” Ejek Moo Myung.
Mak Moon
dengan kesal mengatakan kalau itu salah satu petunjuknyad an temanya itu tak
mengerti apapun, lalu memastikan kalau Mok Myung benar-benar akan membantunya.
Moo Myung merasa akan memakan waktu setidaknya 100 hari bagi temanya untuk
masuk ke dalam dan Juga, akan pergi ke mana pun yang dinginkan jika itu pergi
ke ibu kota.
“Kita
semua manusia... Mengapa mereka melarang kelas bawah dari masuk?” ucap Moo
Myung melihat ibu kota dari atas bukit. Mak Moon mengejek temanya itu memang
“Dog-Bird.” Merasa heran karena tak ada yang ditakutinya.
“Hanya
mereka yang memiliki sesuatu terlalu banyak yang merasa ketakutan. Jika kau
tidak memiliki apa-apa, kau tidak dapat memiliki rasa takut.” Ucap Moo Myung
lalu teringat dengan pajak dan bergegas pergi.
Keduanya
berjalan kembali kerumah dengan mengintip lebih dulu dan Mak Myung merasa kalau
mereka datang belum lalu duduk didepan pintu rumah mengambil air kalau tak ada
orang.
Tiba-tiba
sebuah panah menacap tepat didepan wajah Moo Myung, seorang pria bernama Woo
Reuk sudah melepaskan panahnya merasa Sulit untuk memprediksi di mana akan
menemukan Moo Myung mati. Moo Myung menjerit panik karena hampir membunuhnya.
“Aku
bilang. Hal ini nasibmu... Jadi Matilah di sini dalam damai.” Kata Woo Reuk
sudah siap melepaskan panahanya, Mak Moon meminta agar tenang tapi Woo Reuk
semakin mendekat siap untuk melepaskan panahnya.
“Apakah
kau pernah bertanya-tanya mengapa ibumu meninggalkanmu di sini? Tidak ada satu
yang akan menyambutmu di dunia ini. Jadi Itulah mengapa Anda tidak memiliki
nama.” Ucap Won Reok.
“Kau
telah mengatakan bahwa selama 10 tahun.” Teriak Moo Myung panik meminta agar
Won Reok tak bercanda.
Won Reok
kembali melepaskan panahnya dengan tepat berada disamping wajah Moo Myung. Mak
Moon yang melihatnya benar-benar ketakutan. Moo Myung meminta agar Won Reok
menghentikanya, Woo Reok menegaskan jika
tidak memiliki cukup untuk membayar pajak, maka Tetangganya akan dipukuli untuk
itu.
Moo Myung
tapi dan memiliki alasan, Woo Reok merasa kalau itu yang selalu menjadi
alasanya, dan ingin melepaskan panahnya. Moo Myung berusaha menghindar dan
sedikit melayang tapi ujung dari panahnya malah mengenai kepalanya dan akhirnya
jatuh pingsan.
Pengawal
ratu memberitahu kalau ada surat dari Pa Oh, yaitu itu mereka akan melewati
gerbang timur pada sekitar 02:00. Ratu Ji terlihat marah karena mereka mencoba untuk datang tanpa izin. Pengawal
mengatakan kalau akan mengawalnya dengan tenang.
Dua buah
kuda siap memasuki pintu perbatasan, Sam Maek Jong dan Pa Oh dengan wajah
ditutup kain segera masuk ke pintu perbatasan. Si pengawal dan salah seorang
yang lainya pun sudah menunggu didepan pintu. Setelah memberikan hormat, Maek
Jong pun pergi bersam dengan Pa Oh.
“Apakah
itu Yang Mulia? Aku tidak pernah bermimpi bertemu dia seperti ini. Aku kagum
pada bagaimana bermartabat dia.” Ungkap si pria bangga, Pengawal yang
mendengarnya langsung menarik pedang dan si pria pun jatuh dari kuda dan
meninggal seketika.
Malam
Hari
Moo Myung
menaiki dinding pembatas dengan tali dan Mak Moon berjalan dibawah. Saat Moo
Myung berhasil naik sampai ke atas, Mak Moon tersenyum bahagia melihatnya. Moo
Myung mencoba mengatur nafasnya setelah memanjat dinding yang tinggi, lalu
dikagetkan dengan sesuatu didepanya.
Ia
melihat bagian kepala manusia yang digantung, seperti peringatan pada
orang-orang yang berani melewati perbatasan akan memiliki nasib yang sama yaitu
dipenggal lehernya. Mak Moon yang ada dibawah bertanya apakah terjadi sesuatu,
Moo Myung dengan wajah ketakutan mengatakan kalau tak ada.
Akhirnya
Mak Moon menaiki tali dengan memastikan kalau hanya ini satu-satunya jalan
menuju ke ibu kita dan merasa kalau Moo Myung itu melakua dengan sengaja karena
caranya sangat berat dengan menaiki dingin pembatas yang tinggi. Moo Myung
menyuruh diam saja dan lebih baik
memanjat lebih cepat.
Mak Mook
akhirnya sampai diatas, Moo Myung meminta agar temanya bisa mengambil nafas
dalam-dalam lebih dulu. Dan Mak Moon langsung menjerit kaget melihat banyak
kepala yang tergantung. Moo Myung langsung menutup mulutnya, menyuruh tak
menjerit karena nanti ada orang yang bisa mendengarnya.
“Bagaimana
jika kita menjadi seperti mereka?” ungkap Mak Moon panik, Moo Myung meminta
agar Mak Moon diam
“Moon..
Apakah keinginanmu untuk melihat adik Anda? Apakah kau tidak ingin melihatnya?”
kata Moo Myung, Mak Moon mengangguk dengan melirik ketakutan kalau nasibnya
nanti sama dengan kepala yang digantung
Moo Myung
pun meminta agar jangan takut dan akan terus
berjalan. Mak Moon mengaku tak takut dan baik-baik saja, lalu berusaha melewati
tiang yang digantung mayat kepala dengan menutup mata dan bergidik ketakutan.
Keduaya
melewati sebuah rumah dan mengambil beberapa pakaian yang dijemur dan langsung
mengantinya, setelah itu pergi ke pasar dengan penampilan yang berbeda. Moo
Myung melihat gaya pakaian Mak Mook sekarang seperti dari ibukota. Mak Mook
dengan bangga kalau mereka itu pasti sangat beruntung. Keduanya seperti merasa
aneh ditempat yang berbeda dengan tempat tinggal mereka dengan banyak wanita
dan pendagang dengan pakaian rapi.
“Aku
tidak tahu tempat seperti ternyata memang ada, Lalu apa yang harus kita lakukan
sekarang?” ucap Mak Moon binggung.
“Kita
harus menemukan keluargamu dengan kalung itu.” Kata Mo Myung tiba-tiba
mendengar suara perut yang sangat keras.
Moo Myung
sampai menutup telinganya merasa sangat malu mendengarnya lalu memilih untuk
pergi, Mak Moon tertawa dengan berpura-pura kalau temanya itu yang lapar dan
bergegas pergi.
Di sebuah
tempat
Ada
banyak orang yang berkumpul dan A Ro dengan wajah serius mengatakan Satu orang
tidak bisa mati begitu mudah. Seorang pria pun bertanya dengan wajah panik apa
yang akan terjadi selanjutnya. A Ro mengatakan Wanita yang hampir tidak selamat,
Memutuskan untuk menarik tahi lalat di bawah matanya.
“Dia
mengambar tahi lalat dan Tidak ada yang bisa mengenalinya.” Kata A Ro,
diam-diam Maek Jong yang ada didekatnya mendengar cerita A Ro. Beberapa orang
merasa itu kalau tak mungkin.
“Jangan
meragukanku jika kau tidak pernah melakukannya. Jika kau melihat... tahi
lalatnya sebesar ujung jari ini,Maka wajah seseorang bisa saja berubah.” Ucap A
Ro dengan wajah yakin, pria lain pun bertanya apakah wanita itu berhasil
membunuh pria itu.
“Larut
malam, wanita itu...membaringkan kepala pria itu di kakinya... dan mengatakan
ini sambil menatapnya.” Kata A Ro berjalan mendekati seorang pria berakting
seperti wanita yang dicerita.
"Kenapa kau dan aku bertemu? Kenapa kau
hanya menyakitiku?" Apakah aku mencintaimu? Kau berada didalam
diriku." Ucap A Ro membuat semua ketakutan. Maek Jong yang mendengarnya
terlihat hanya tersenyum mengejek.
Maek Jong
terlihat duduk dengan menutup matanya, sebuah hembusan kipas menyadarkanya. Pa
Oh yang ada didepanya mengejeknya kalau Maek Jong itu tertidur. Maek Jong
seperti tak menyadarinya, lalu melihat dibelakangnya sudah sepi dan
menghentikan seorang wanita yang berjalan didepanya.
“Dimana
wanita yang menceritakan sebuah cerita sebelumnya? Dimana aku bisa menemukannya?”
kata Maek Jong penasaran.
Mak Moon
dan Moo Myung pergi ke tempat judi dengan banyak orang-orang yang berkerumun,
keduanya terlihat aneh karena belum pernah masuk ke tempat dengan
keramaian. Akhirnya Mak Moon mendekati
seorang pria dengan bertanya apakah ia bisa menemukan seseorang dengan kalung
yang dipakainya.
“Itu
tidak terlihat seperti barang yang umum. Jika kamu pergi ke Dayiseo atau Okta,
maka seseorang mungkin mengetahui sesuatu.” Ucap Si pria. Mak Moon seperti tak
mengerti dimana tempat itu.
“Kau
bukan berasal dari sini, kan? Jadi Kau berasal darimana?” kata si pria yang
sedang duduk didepan meja judi dengan pisaunya, Mak Moon mengaku kalau ia
berasal dari ibu kota sementara Moo Myung diam-diam mengamati dari balik topi
capingnya.
Si pria
terlihat tak memperdulikan lagi, lalu kembali melakukan judi dengan meminta
yang Lebih tinggi dan akan mempertaruhkan semuanya. Akhirnya dadu pun dikocok
hasilnya si pria bisa menang. Pria yang didepanya mengak kalau akan
mempertaruhkan semua keberuntungannya jadi meminta agar memberikan kesempatan
sekali lagi.
“Apa yang
akan kau pertaruhkan kali ini? Bagaimana dengan lehermu?” ucap si pria menunjuk
ke lehernya dengan pisau,
“Beberapa
orang meminta leher didalam ibukota dan Leher anak itu juga bisa.” Kata Si pria
dengan menunjuk si anak yang memegang lengan ayahnya.
Moo Myung
dibalik topinya berkata kalau akan
bermain untuk taruhan itu. Si pria bertanya apakah Moo Myung memiliki uang, Moo Myung mengatakan kalau yang diinginkan
leher, jadi ia akan memberikan lehernya sebagai taruhan. Mak Moon langsung
menarik si anak agar menjauh dari pria brengsek.
“Kau hanya
melakukan satu permainan. Apakah kau
yakin?” ucap Moo Myung menantang.
“Baiklah.
Jika kau menang, Aku akan memberikan semua yang di kumpulkan hari ini kepadamu.”
Kata si pria, Moo Myung menolak.
“Jika aku
menang, berikan juga lehermu padaku.” Ucap Moo Myung tak takut.
Keduanya
pun saling duduk berhadapan, dan dadu pun mulai dikocok. Moo Myung dengan dadu
segilima milikinya bertaruh Lebih tinggi. Si pria menancapkan pisaunya dengan
menakuti Moo Myung itu benar-benar ingin mati dan apakah itu memang
keinginannya. Saat akan membuka dadu, Moo Myung menahanya.
“Apakah
kau tahu? Anjing penakut menggonggong dalam waktu yang lama. Haruskah kita buka
saja bukannya menggonggong?” kata Moo Myung, Si pria ingin tahu siapa
sebenarnya dibalik topi itu dengan menahan dadu sebelum terbuka.
“Aku...
“Dog-bird”” kata Moo Myung, si pria bisa melihat wajah Moo Myung dari balik
topi, ternyata seekor anjing kampung dari luar dan bertanya bagaimana carnya
masuk kedalam ibukota.
Mak Moon
terlihat panik dan mengalihkan dengan berteriak agar segera membuka dadunya,
dengan mengingatkan kalau bertaruh untuk leher mereka. Si pria terlihat
ketakutan dengan menatap Moo Myung akan melepaskanya jika pergi sekarang juga.
Moo Myung
langsung menolaknya dengan senyuman mengejek, karena lebih baik mati atau hidup
dan kenapa harus menghentikanya, saat
mereka tidak tahu siapa yang akan menang.
“Apakah
kau mengatakan bahwa menggunakan semacam tipuan? Jika kau sangat sombong, mari
kita buka!” kata Moo Myung yang sebelumnya sudah melihat cara bermain pria
tersebut.
Semua
orang pun yang mendengarnya langsung berkomentar kalau pria itu bermain curang,
akhirnya si pria dengan marah langsung membalikan mejanya, dan langsung terjadi
kegaduhan. Mak Moon dan Moo Myung bergegas pergi untuk kabur, Si pria tak bisa
tinggal diam menyuruh anak buahnya segera menangkap keduanya.
Mak Moon
dan Moo Myung berlari menghindari dari kejaran pria dan anak buahnya, lalu Moo
Myung menyuruh Mak Moon agar berlari ke arah yang berbeda, dan meminta agar menemui
dipenginapan yang dekat dengan gerbang
istana. Mak Moon mengangguk mengerti dan Moo Myung sengaja agar semua orang
mengejarnya.
Ia
berlari ke lorong pasar dengan terus berlari dan mencoba bersembunyi, anak buah
si pria kehilangan jejak Moo Myung dalam pasar, lalu melaporkan kalau Moo Myung
menghilang seperti hantu. Si pria terlihat marah dengan mencengkram baju anak
buahnya memerintahkan agar menemukanya bagaimanapun caranya.
Di sebuah
cafe zaman silla.
Beberapa
wanita sibuk menyenduh beberapa tanaman dengan menaruh gelas dibawahnya untuk
mengambil sarinya, seperti kopi tetes dizaman sekarang. Seorang pria, Pi Joo Ki
berteriak meminta Teh Krisan dan omija
untuk meja tiga. Beberapa pelayan wanita pun mulai menyediakanya.
Saat itu
Joo Ki melihat Hwa Kong duduk dimeja bawah seperti memanggilnya dengan satu
jarinya. Joo Ki heran ada apa dengan pelanggannya itu, berpikir tangannya
sedang kesemutan. Hwa Kong kembali memperlihatkan jarinya agar mendekat.
“Apakah
aku harus pergi kepadanya saat dia melakukan itu?” ucap Joo Ki binggung.
Akhirnya
Joo Ki menemui Hwa Kong bertanya apakah bisa dibantu untuk pelangganya, Hwa
Kong bertanya apakah tempat teh ini miliknya. Joon Ki membenarkan dan bertanya
balik kenapa menanyakan hal itu. Hwa Kong mengaku kalau melihat toko lain didepan dengan getaran yang
sama.
“Itu
adalah klien kami. Kami banyak melakukan bisnis dengan mereka. Toko umum
disebelah kanan itu adalah toko utama
kami. Ini adalah sebuah merek dagang.” Jelas Joo Ki
“Kau tidak
terlihat begitu kompeten, tapi kau membangun bisnis dengan baik. Kau cukup
berbakat.” Ungkap Hwa Kong
“Apakah
ini sebuah pujian atau umpatan?” ucap Joo Ki binggung dan tiba-tiba Hwa Kong
menarik kerah bajunya.
“Aku
sedang mencari sesuatu yang spesial.” Bisik Hwa Kong, Joo Ki mengeti maksudnya
dengan senyumanya.
“Jadi Tipe
wanita seperti apa yang anda sukai?” tanya Joo Ki, Hwa Kong mengatakan bukan
wanita tapi pria
“Apakah
kau tahu setiap pria yang muda dan tampan?” tanya Hwa Kong dengan wajah serius.
Joo Ki
membawa Hwa Kong masuk ke sebuah ruangan berbeda memberitahu kalau Tempat ini mengikuti semua trend yang
terbaru, bernama Dayiseo dan Siapapun yang bahkan sedikit terkenal... pada
akhirnya akan berhenti ditempat itu, Beberapa sepatu dan barang-barang antik
ada didalamnya.
Beberapa
wanita pun mencoba untuk jepitan rambut, Hwa Kong bingung melihat sebuah dari
lubang cermin dan bertanya bagaimana memikirkan hal ini, dan apa nama benda
tersebut karena melihatnya keadaan didalam hanya dengan kaca saja. Joo Ki
menjelaskan itu penutup yang dibuat dari telur, jadi bisa menyebutnya
"Eggscope". Hwa Kong terlihat masih bingung dan kembali melihat
dibagian dalam.
Beberapa
guci besar berjejer dengan rapi. A Ro berdiri dengan wajah melas. Si pria bertanya apakah A Ro ingin pembayaran
kembali. A Ro menjelaskan karena
situasinya sangat buruk sekali jadi
meminta agar membayarnya hari ini. Si pria pun memberikan kepingan uang pada A
Ro sebagai bayaranya.
“Apa
Ini... adalah pembayaran untuk 3 bulan?”Ucap
A Ro melihat bayarannya.
“Kau mengambil
banyak untuk sementara ini... dan kapanpun kau meminumnya atau menjualnya.”
Kata Si pria
“Aku
tidak begitu, kau mungkin akan bertanya pada kantor pengawasan pasar.” Ucap A
Ro membela diri.
Si pria
pun tak peduli menurutnya Hanya karena memanggilnya "Nona", bukan
berarti dari a keluarga bangsawan. Bahkan jika ayahnya adalah golongan
bangsawan yang paling tinggi, Tapi
ibunya adalah seorang petani, jadi strata mereka itu sama saja dan mengumpatnya
sebagai pencuri.
A Ro tak
terima menegaskan kalau pria itu yang memintanya dan langsung mengambil sebuah
guci dan meminumnya. Si pria panik memanggilnya ingin menyelamatkan gucinya, A
Ro terus meminum yang ada didalam guci. Si pria memberitahu kalau harga minuman
itu sangat maha. A Ro menendang si pria karena mengangunya saat minum.
“Aku akan
mengambil pembayaranku...dalam perutku mulai sekarang.Satu guci alkohol
perhari.Jumlahnya akan menjadi 3 guci.” Ucap A Ro seperti langsung mabuk
setelah menengak habis yang ada dalam guci
Tidak ada komentar:
Posting Komentar