Sim Chung
tak mendengar kembali suara Joon Jae tapi mencium bau yang sedap, saat ke
balkon ternyata Joon Jae sedang membakas sosis. Joon Jae menyuruh agar
mendekat, Sim Chung hanya diam saja. Joon Jae memberikan sosis yang baru
dipanggang agar Sim Chung bisa memakanya.
“Itu
masih panas. Tiup dulu.” Kata Joon Jae, Sim Chung mencoba terus meniupnya tanpa
henti.
“Berhenti
meniupnya dan makan.” Ucap Joon Jae, Sim Chung pun memakanya.
Sim Chung
terlihat sudah selesai makan, Joon Jae meminta Sim Chung memberikan tanganya
dan memberikan sebuah ponsel. Sim Chung bungung, Joon Jae pikir Sim Chung tak
mengerti apa itu ponsel lalu menjelaskan menekan angka 1 untuk waktu yang lama, maka suaranya keluar
dan memperlihatkan layar ponselnya yang berdering. Sim Chung terpana
melihatnya.
“Jangan
hanya asal menekannya kapanpun kau mau.Tekan saat kau berubah pikiran, saat kau
ingin menceritakan semuanya.Kau hanya boleh menekannya saat itu.” Tegas Joon
Jae lalu memberikan sebuah kartu
transportasi umum jadi Shim Chung bisa pergi sekarang.
“Apa
sekarang adalah "sampai waktu berikutnya" kita?” tanya Sim Chung
“Ya, kau
berjanji kepadaku kemarin, kan?Apa kau tahu kenapa ada janji-janji?” kata Joon
Jae
Sim Chung
teringat saat di spanyol Joon Jae mengatakan “Apa yang aku katakan tentang
adanya janji?” Sim Chung mengatakan kalau Janji harus ditepati, Joon Jae
tersenyum dengan memuji Sim Chung memang benar.
Sim Chung pun menjawab kalau Janji itu ada karena untuk ditetapi. Joon
Jae pikir Sim Chung bisa sadar,
“Jadi,
kalau kau tidak perlu mengatakan apa-apa lagi kepadaku,ambil dan pergilah.”
Kata Joon Jae
“Kalau
begitu kau juga membuat janji.” Kata Sim Chung, Joon Jae bingung kenapa ia
harus berjanji.
“Ini
"memberi"... dan "menerima".” Ucap Sim Chung, Joon Jae pun
bertanya apa yang dinginkan Sim Chung untuk berjanji.
“Mari
kita jadikan turunnya salju pertama kali...sebagai "sampai waktu
berikutnya" untuk kita.”kata Sim Chung
“Hei.
Kenapa kita perlu "sampai waktu berikutnya"?” kata Joon Jae tak
peduli
“Itu
karena aku memiliki sesuatu yang ingin aku beritahukepadamu pada hari salju
pertama itu.” Ucap Sim Chung
Joon Jae
penasaran ingin Sim Chung mengatakan saja sekarang, Sim Chung tidak bisa mengatakan itu sekarang
menurutnya "sampai waktu berikutnya" untuk mereka dan menunjuk ke
sebuah menara yang sangat tinggi terlihat. Joon Jae tahu kalau yang dimaksud
itu Namsan. Sim Chung mengajak agar mereka bertemu disana.
“Aku
tidak mau. Apa kau tahu betapa ramainya di sanasaat turun salju? Belum lagi
lalu lintas.Aku tidak pergi ke luar pada hari-hari itu.” Ucap Joon Jae menolak
“Tapi ada
sesuatu yang harus beritahu kepadamu pada hari itu.Kalau kau berjanji kepadaku,
maka aku akan pergi.” Kata Sim Chung, Joon Jae pun setuju dan menyuruhnya segera
pergi.
Sim Chung
sempat menatap keatas sebelum pergi tapi Joon Jae seperti tak peduli langsung
masuk ke dalam rumahnya. Sim Chung sudah berjalan dan Joon Jae berlari keluar
dari rumah mengambil ponselnya dan mengencek SPY GPS milik Sim Chung dan
melihat kalau belum pergi juga,
“Aku akan
mencari tahu apa kau sebenarnya, ke mana kau akan pergi, dengan siapa kau
bertemu, dan kenapa kau di sini.” Ucap Joon Jae kesal menyuruh Sim Chung agar
segera berjalan pergi menjauh dari rumahnya.
Sim Chung
berjalan melewati sebuah akurium, beberapa ikan berputar-putar ketakutan. Sim
Chung menyuruhnya agar tak takut tidak
akan memakannya lalu bertanya bagiamana mereka
semua bisa sampai di sini. Si anak pun menjawabnya, Sim Chung seperti
bisa mengerti dan mengaku pernah pergi kesana juga.
“Airnya
di sana bagus, banyak lumba-lumba juga. Apa Kau pikir ini tidak adil? Apa ini Lebih
tidak adil dari apa yang sudah aku lalui? Aku melakukan perjalanan jauh itu
dengan mataku tertuju pada satu orang. Aku tidak meminta banyak. Aku hanya
ingin hidup bersamanya, kami mencintai satu sama lain dan untuk satu sama lain.
Jangan menempel terus kepadanya. Aku hanya ingin melakukan itu.” Kata Sim
Chung, Bibi pemilik restoran keluar bertanya apakah Sim Chung ingin masuk ke
dalam. Sim Chung pun mengucapkan salam perpisahan untuk teman-temanya.
Nam Doo
tak percaya Joon Jae bisa benar-benar mengusirnya Dalam cuaca dingin ini. Joon
Jae merasa kalau udaranya bahkan tidak dingin. Tae Oh memberikan berita online
dari tabnya [Hari terdingin musim dingin ini... Salju 'tumpah'] Joon Jae
mengeluh apa yang di inginkan darinya apakah ia harus merawat Sim Chung
selamanya.
“Kau
seperti orang yang misterius. Baru kemarin kau melewati batas polisi, kedua
lampu menyala,ngebut seperti orang gila. Bahkan saat aku memintamu untuk tidak
pergi, kau mengatakan "Chung sendirian!" dan pergi. Tapi hari ini kau
menendang gadis malang itu keluar dalam cuaca beku ini!?” kata Nam Doo mengejek
“Aku
melakukan itu kemarin karena itu berbahaya!” kata Joon Jae membela diri
“Hei,
bukankah dunia luar berbahaya? Bahkan Lebih berbahaya di luar sana!” ucap Nam
Doo, Tae Oh yang cemberut kembali memperlihatkan berita [Angka Kejahatan dengan Kekerasan yang
tiba-tiba meningkat saat Liburan.]
“Terserah.
Memangnya siapa aku, apakah aku ini walinya?” keluh Joon Jae, Nam Do tahu Joon
Jae bukan walinya
“Tapi
kami dia adalah malaikat yang memberimu gelang senilai $26.000.000 secara
gratis.” Kata Nam Doo, Joon Jae terdiam lalu melihat mata Tae Oh yang menatap
sinis lalu memukul kepalanya dan masuk ke kamar.
“Hei, kau
yang selalu mengatakan untuk tidak pernah melawan orang-orang yang tidak
memiliki apapun. Dia tidak hanya benar-benar bangkrut tapi tidak tahu apa yang
terjadi di sekelilingnya!” teriak Nam Do, Joon Jae tetap masuk ke kamarnya.
Joon Jae
melihat GPS yang ada di ponselnya, lalu
bertanya tanya Sim Chung akan pergi ke Gangnam lalu bergegas memakai jaketnya
dan pergi. Nam Do melihat temanya pergi bertanya mau kemana. Joon Jae
memberitahu akan pergi ke Gangnam.
“Hei,
sekarang bukan waktunya bagimu untuk pergi ke Gangnam. Aku sudah menemukan
target yang cukup layak untuk proyek kita berikutnya!” teriak Nam Do, Joon Jae
tetap pergi keluar dari rumahnya.
“Seseorang
yang bepergian dengan stiker Harvarddi belakang mobilnya, saat tingkat
tertinggi yang dia capai hanya sebuah lembaga keterampilan khusus.” Jelas Nam
Do dan sebuah mobil dengan stiker tersebut melaju dijalan.
Jin Joo sedang
ada didalam mobil sambil menelp dengan membicarakan kalau mereka para ibu harus
bergabung bersama untuk melawan dan kenapa anak-anak mereka harus pergi ke
sekolah yang sama seperti anak-anak yang hanya bisa menyewa, menurutnya itu
salah satu alasan lingkungan selalu
terlihat lebih lusuh dari hari ke hari.
“Dia
sensitif terhadap sistem sekolah dan lingkungannya. Dia menamai anjingnya
"Oh Baek (500)" karena biaya perawatan anjingnya adalah 500 ribu Won
sebulan dan menjadi sangat pelit saat dihadapkan dengan sumbangan 50 sen.”
Jelas Nam Do, Saat itu Jin Joo dan Nyonya Mo baru turun dari mobil.
“Wanita
ini membuat penurunan penjualan dari buku rekening suaminya.. untuk mengisi
dana gelapnya dan mereka mengatakan dia melihat sekeliling untuk melihat di mana
dia harus berinvestasi. Dengan kata lain, dia memegang uang dengan membabi
buta, dia tidak akan bisa melaporkan apapun bahkan kalau uangnya hilang. Itulah
Makanan kita.” Kata Nam Do penuh semangat memberikan ponselnya pada Tae Oh.
Jin Joo
dan Bibi Mo masuk ke dalam perawatan, seorang pengawai menyapa Nyonya Mo dengan
bertanya apakah baru datang pertama kali. Jin Joo kaget karena pembantunya itu
dianggap sebagai majikanya dan melihat cara bibi Mo memakai baju dan juga
tasnya seperti bergaya seorang nyonya.
“Bibi
pegang Oh Baek dan kembalikan tas milikku.” Kata Jin Joo, mereka pun bertukar
barang.
“Halo
nyonya!.. Di bagian mana bayi kami merasa sakit?” sapa salah satu pegawai pada
Nyonya Mo, Jin Joo makin melirik sinis karena diangap seperti pelayan dari
Nyonya Mo.
Jin Joo
memanggil Bibi Mo dengan beberapa tasnya yang terasa berat. Bibi Mo datang, Jin
Joo memberitahu akan pergi ke department store nanti dan ingin benar-benar
mengisi lemariny dengan barang-barang baru, jadi buang semua pakaian itu. Bibi
Mo melihat masih banyak barang-barang yang baru di dalam tas. Jin Joo melirik
sinis, Bibi Mo pun mengerti akan membuang semuanya.
“Dan
Ahjumma , apa ini saat kau sedang bekerja. Ada... ada dengan pakaianku?” ucap
Jin Joo, Bibi Mo binggung dan hanya diam
“Kalau
aku bertanya maka jawab aku, jangan membantahku!” kata Jin Joo, Bibi Mo menatap
sinis pada majikanya.
“Oh,
kenapa kau menatapku dengan merendahkanku seperti itu! Kita tidak perlu banyak
bicara. Ahjumma, terima kasih untuk kerja kerasmu. Sekrang Keluar.” Ucap Jin Jo
mengusir Bibi Mo
Bibi Mo
dengan bersusah payah membawa semua barang-barang ke tempat sampai pakaian lalu
bersandar dengan wajah sedih dengan nasibnya, saat itu mobil yang dinaiki Seo Hee
lewat dengan pakaian bulunya.
Jin Joo
yang ada dirumah menyapa Seo Hee mengajaknya untuk masuk tapi Seo Hee menolak
karena tak akan lama dan memberikan sekotak kue, untuk mengucapkan terima kasih banyak untuk
makan yang saat itu. Jin Joo tak percaya karena kue itu pilihan selera Seo
Hee.
“Suamiku
sudah lama aku tidak memiliki nafsu makan sehingga dia tidak bisa makan
apapun... tapi sepertinya dia memakan makanan tanpa masalah saat itu. Itu pasti
sesuai dengan kesukaannya!” kata Seo Hee, Jin Joo pun bisa bersyukur
mendengarnya.
“Aku akan
membuatkannya lagi untukmu kapanpun kau mau!” kata Jin Joo yang menyuruh Bibi
Mo untuk memasaknya.
Jin Joo
mengantar Seo Hee sampai ke depan rumah berpesan agar hati-hati dan bisa mampir
lain kali. Seo Hee pun mengucapkan Selamat tinggal dan pergi dengan mobilnya.
Bibi Mo berjalan pulang dengan wajah lesu, Jin Joo langsung
menghampirinya. Bibi Mo mengerti akan
mengemasi tasnya dan keluar. Jin Joo
berpura-pura binggung mau kemana Bibi Mo itu.
“Kau
mengatakan kepadaku untuk keluar.” Kata Bibi Mo kesal
“Kalau
kau membuang sampah, maka kau harus
pergi ke luar. Kau tidak bisa membuang sampah di dalam. Jadi aku menyuruhmu
untuk keluar. Yang aku maksud adalah Pergi keluar dan buang sampahnya dan
kembali.” Jelas Jin Joo.
“Apa yang
kau bicarakan? Saat kau mengatakan tentang bagaimana aku melihat ke atas dan bagaimana
aku berpakaian...” ucap Bibi Mo marah
“Tidak,
itu adalah... Kalau kau selalu melihat seperti itu, maka aku berpikir bagaimana
kalau matamu menjadi lelah. Karena itulah kau harus melihat ke bawah dengan
nyaman. Itu yang aku maksud.” Jelas Jin Joo tak ingin kehilangan Bibi Mo lalu
melihat pakaian yang dipakai pembantunya.
“Darimana
kau mendapatkannya? Dimana kau membelinya? Aku baru saja akan bertanya kepadamu
apa ini bagus. Apa Kau terluka saat mendengar itu semua? Seharusnya Aku orang
yang akan marah.” Kata Jin Joo
“Selama
ini, aku telah bekerja keras...” ucap Bibi Mo, Jin Joo pikir mereka telah bekerja begitu keras selama ini
jadi sangat bersyukur dan berharap kalau Di masa mendatang, tolong bekerjalah
dengan lebih keras.
“Ah.. Tidak,
aku pikir ada banyak masalah dengan pidatoku. Jadi Aku harus lebih berhati-hati
mulai sekarang, kan? Ah...tidak... aku pasti sudah salah paham dengan apa yang
kau katakan. Kalau begitu mulai sekarang, tidak ada kesalahpahaman antara kau
dan aku.” Ucap Jin Joo lalu merayu Bibi Mo dengan mengajak pergike Noryangjin
nanti Untuk membeli kepiting
Sim Chung
pergi bertemu dengan si pengemis kembali dengan mengambil pakaian dari dalam
tempat sampah, Si Bibi tak percaya kalau Sim Chung bertemu dengan pria itu tapi
dicampakan. Sim Chung mengaku tidak
dicampakan tapi Joon Jae hanya mengatakan untuk pergi. Bibi menjelaskan kalau Itu
sama saja dengan dicampakan.
“Tapi
kemudian dia mengatakan kepadaku untuk bertemu lagi pada waktu yang sama.” Kata
Sim Chung masih yakin Jin Joo tak mencampakanya.
“Bagaimanapun,
sepertinya kau harus hidup sebagai tunawisma. Tapi waktunya tidak baik,
karenaSekarang udaranya dingin. Sekarang Pergi dan cari kotak kulkas. Semua itu
berharga karena sejumlah anak-anak yang berbau busuk.” Ucap si bibi, Sim Chung
mengangguk mengerti lalu melihat banyak pekerja yang lalu lalang didepanya.
“Kau iri
kepada mereka, kan? Mereka pulang sejak matahari terbenam. Aku juga berharap memiliki
rumah. Tapi kemudian, mereka... rumah mereka bukan milik mereka, itu milik
bank. Dalam istilah profesional, rumah miskin. Mereka pengemis dengan
rumah-rumah.”kata Si Bibi, Sim Chung mengartikan kalau mereka semua itu pengemis.
“Tentu
saja. Mereka adalah pengemis Bank. Coba kali Lihatlah bahu mereka, semuanya
membungkuk, Itu karena membayar hutang dari bank.”jelas Bibi
“Itu
sebabnya Heo Joon Jae berbicara tentang uang sepanjang waktu.” Ucap Sim Chung
mengerti.
“Saat kau
melihatnya, maka kita lebih kaya dari mereka. Setidaknya kita tidak memiliki
hutang. Satu-satunya hal yang perlu kita khawatirkan adalah tiga hal, yaitu Udara
dingin, kehangatan, rasa lapar.” Kata Si bibi
“Tapi,
bagaimana kau mendapatkan uang?” tanya Sim Chung yang tak mengerti.
“Haruskah
aku... membuatmu menyentuh satu?”ucap Si bibi
Di sebuah
jalan yang ramai, Bibi membawakan sebuah brosur dan memberitahu kalau Sim Chung
bisa memberikan kepada orang-orang dengan menjelaskan kaalu udaranya dingin
jadi semua orang memasukan tangan ke mantel. Jadi Tujuannya adalah untuk
membuat mereka mengeluarkan tangannya.
Si bibi
memberikan contoh tapi tak ada satupun yang ingin mengambil brosurnya dan
memintanya agar tidak perlu merasa sakit hati apabila tak ada yang menerimanya.
Ia juga memberitahu agar bisa memberikan dobel pada setiap orang yang
lewat.
“Kalau
kau hanya menyebarnya di jalanan, maka lihat ke arah jam 10.” Ucap Si bibi, Sim
Chung bingung. Bibi menunjuk pada arah sebuah mobil dan ia adalah ketua yang
sedang mengawasi lalu pamit pergi.
“Apa Kau
tidak akan mendapatkan uang?” tanya Sim Chung malah memberikan semuanya.
“Kalau
hanya untuk sebuah kotak tertutup untuk menahan dingin dan kerak roti untuk mengisi
perut... Aku tidak perlu mendapatkan sesuatu seperti uang.” Kata si bibi
“Aku akan
mendapatkan uang! Aku akan mendapatkan dan memberikannya kepada Heo Joon Jae
yang sangat mencintai uang!” teriak Sim Chung, Si bibi pun melambaikan tangan
lalu pergi.
Joon Jae
baru saja berjalan dengan menatap ponselnya dan dikagetkan dengan melihat Sim
Chung ternyata tak jauh darinya lalu bertanya-tanya apa yang sedang
dilakukanya. Sim Chung berusaha memberikan brosur agar orang-orang mau
menerimanya.
“Nona.. Apa
kau adalah air pasang, surut dan aliran sungai? Kenapa kau hanya terus
bolak-balik? Aku tidak akan memberimu uang kalau seperti ini.” Ucap Si pria
melihat Sim Chung berkerja tak baik. Joon Jae melihatnya langsung menelp
seseorang
“Kau
sudah bekerja keras. Kau petugas parkir, kan Aku ingin membuat laporan.” Kata
Joon Jae, saat itu sebuah mobil deres mengambil si mobil pria untuk membawanya
pergi. Si pria yang sedang minum berlari mengejar mobilnya yang ditarik.
Sim Chung
masih berusaha untuk membagikan brosur pada semua orang yang lewat, saat itu
beberapa pelajar pria datang menghampiriny meminta beberapa brosur. Sim Chung
tersenyum bahagia bisa mendapatkan orang-orang yang mau menerima brosurnya.
Mereka pun meminta brosur sauna.
Semua
pelajar mendatangi Joon Jae yang menunggu di depan pohon dengan memberika dua
brosur, Joon Jae memberitahu perjanjinya kalau
bayaranya 1000 won bahkan untuk dua brosur apabila ingin mendapatkan
2000 won maka pergi dan meminta lebih banyak lagi.
“Aku
mengatakan kalau hanya akan menerima yang berasal dari sauna.” Ucap Joon Jae
melihat anak lain memberikan brosur padanya, mereka pun semua pergi dengan
bayaran karena sudah mengambilkan brosur dari Sim Chung.
Sim Chung
melihat orang yang didepannya makan Bungepang. Tiba-tiba seorang bibi datang
melihat Sim Chung sudah bekerja keras pada cuaca dingin lalu memberikan
sebungkus bungepang dan juga memberikan syal di lehernya agar tak kedinginan.
Sim Chung terlihat bahagia mendapakan Bungepang yang didapatkanya.
Si bibi
mendatangi Joon Jae karena sudah melakukan pekerjaanya, lalu bertanya apakah
wanita itu yang akan dinikahi. Joon Jae mengatakan tidak. Si bibi menebak kalau
itu pasti cinta pertamanya. Joon Jae menegakan kalau bukan itu.
“Apa
maksudmu tidak? Aku dukung... Berjuanglah!” kata Si bibi yakin Sim Chung adalah
cinta pertamanya karena mau melakukan seperti itu.
Seorang
pria mendekati Shim Chung meminta maaf karena mungkin kasar tapi sejak awal
tetapi melihat Shim Chung adalah tipenya, lalu meminta izin agar memberikan
ponselnya, Sim Chung binggung. Si pria bertanya apakah Sim Chung memiliki
ponsel. Sim Chung mengambil ponsel disaku bajunya. Saat itu Joon Jae menelp,
Sim Chung mengangkatnya dan terlihat bahagia.
“Aku lupa
memberitahu sesuatu kepadamu. Kalau seseorang meminta nomormu, kau tidak boleh
memberikannya, Mengerti?” ucap Joon Jae, Sim Chung bingung kenapa tak boleh.
“Apa
maksudmu kenapa? Orang-orang itu bisa jadi adalah orang jahat. Kau pandai menggigit,
kan Orang-orang semacam itu, kalau mereka berlama-lama di sekitarmu, lebih baik
gigit saja mereka.”perintah Joon Jae
Sim Chung
melirik sinis lalu memberikan giginya yang siap mengigit, si pria terlihat
ketakutan dan pergi. Lalu bertanya keberadaan Joon Jae sekarang, Joon Jae
mengaku kalau berad sangat jauh darinya. Saat itu bibi yang membawa trolly
berjalan dan terlihat Joon Jae sedang bersembunyi. Sim Chung melihat langsung
berlari menghampirinya. Joon Jae berpura-pura baru melihatnya.
“Tapi Heo
Joon Jae, kenapa kau datang? Apa kau datang untuk melihatku?” ucap Sim Chung,
Joon Jae mengaku sudah gila kalau melakukan itu karena hanya lewat saja.
“Bukankah
kau yang mengikutiku?” balas Joon Jae menuduh, Sim Chung dengan wajah panik
menyakinkan kalau tak mengikutinya. Joon Jae seperti tak enak hati
membodohinya.
“walaupun
jika Seoul besar, itu hanya sebesar telapak tangan. Kalau kau bepergian, kau
bisa bertemu dengan orang yang kau kenal. Bhakn bisa bertemu secara kebetulan.”
Ucap Joon Jae
“Lalu apa
kita juga bisa bertemu secara kebetulan lagi?” tanya Sim Chung
“Aku
tidak yakin. Kita harus menunggu dan melihat. Lagi pula, aku akan pergi karena
sibuk.” Kata Joon Jae beranjak pergi.
Sim Chung
berteriak memanggil Heo Joon Jae. Joon Jae panik meminta agar Sim Chung tak
memanggil namanya sekeras itu. Sim Chung akhirnya membisikan di telinga Joon
Jae kalau sedang beusaha mendapatkan uang dan memberikan semuanya kepadanya.
Joon Jae melonggo diam mendengarnya dan Sim Chung pun kembali membagikan
brosur.
Chin Hyun
memberitahu Tuan Heo kalau kasus 2780 akan dimasuki kantor pengacara. Jadi mereka
masih menegosiasikannya. Setelah mengatur kondisinya, maka akan memberitahunya.
Tuan Heo merasa senang karena Chin Hyun pasti akan mengurusnya.
“Kau akan
pulang, kan?” kata Tuan Heo, Chin Hyun mengaku kalau akan ada janji lebih
dulu.
“Tapi
kenapa kau berpakaian begitu dingin? Kau harus Pakai yang lebih hangat.” Ucap
Tuan Heo memberikan perhatian.
“Ayah....
Joon Jae... kau merindukannya, kan? Udaranya semakin dingin, aku juga ingin
tahu tentang dia dan ingin melihatnya,
menurutku Sudah waktunya dia pulang. Haruskah aku mencoba dan mencari
dia?” ucap Chin Hyun ingin membantu. Tuan Heo menolak seperti tak begitu suka
membahas tentang Joon Jae.
“Baiklah,
yang sebenarnya adalah Aku menyelidiki karena Kepala Dinas Nam memerintahkanku
untuk melakukannya. Namun, aku bersyukur karena kau khawatir.” Akui Tuan Heo
“Tidak, tapi
ayah... aku pikir akan lebih baik untuk tidak memberitahu ibu bahwa kau sedang
mencari Joon Jae.” Ucap Chin Hyun, Tuan Heo menanyakan alasanya, Chin Hyun
pikir Hanya untuk berjaga-jaga.
Sim Chung
masih beruasha membagikan brosur, seorang pria datang mendekat. Dae Young
mengangkat kepalanya dan Sim Chung bisa melihat
dengan berkomentar Dae Young yang memakai topi lagi. Tiba-tiba hujan
turun dengan deras, Sim Chung berlari mencari tempat berteduh. Dae Young tak
percaya ternyata Sim Chung bisa mengenalinya.
Chin Hyun
pergi dengan mobilnya seperti ke tempat tingal Joon Jae yang didapat dari
ponsel ibunya, berita diradio terdengar
“Hujan terus turun, dengan
lebat di wilayah pedesaan Seoul, Gyeonggi. Curah hujan ini dipengaruhi oleh
udara dingin di atmosfer yang berarti salju akan segera jatuh turun.Ini akan
menjadi salju pertama di wilayah Seoul. Kau bisa mengantisipasi adanya
kemacetan lalu lintas yang ekstrim selama jam sibuk.”
Joon Jae
melihat dari jendela rumahnya sudah mulai diturun salju juga, Sim Chung
mengulurkan tanganya memegang salju yang turun didepanya. Si anak kecil bernama
Yoona sebelumnya akan masuk tempat lesnya melihat Sim Chung bertanya apa yang
dilakukanya. Sim Chung melihat Yonna yang memberikan uang dan mentraktirnya
makan.
“Kau
tidak menunggu di sini untuk mengambil uang dari anak-anak lagi, kan?” kata
Yonna, Sim Chung mengatakan tidak karena
akan mendapatkan uang!
“Tapi,
apa ini salju pertama?” tanya Sim Chung, Yonna membenarkan kalau hari i ini adalah
pertama kalinya salju pertama.
“Tapi Apa
bagusnya dengan salju, itu hanya menutupi jalanan.” Keluh Yonna, Sim Chung
mengatakan harus pergi ke Namsan dengan cepat
Yonna
bertanya apakah Sim Chung akan bertemu Heo Joon Jae. Sim Chung kaget Yonna bisa
mengetahuinya, Yonna mengingatkan kalau
Joon Jae yang mengatakannya, akan bertemu Heo Joon Jae. Sim Chung binggung
karena tak banyak orang yang bisa mendengar suara hatinya.
"Aku tidak
tahu apa yang kau bicarakan... tapi tetap saja, kalau kau memiliki uang maka
naik taksi. Kalau tidak, maka naik bus.” Ucap Yoona, Sim Chung mengucpakn
terimakasih dan bergegas pergi.
Joon Jae
keluar rumah melihat salju mulai turun menatap ke menara namsan, dengan
mengeluh sangat malas menurutnya semua hal yang menjengkelkan terjadi sejak “boneka
itu” muncul dan melihat GPS Sim Chung
berjalan.
“Kalau
kau ingin mengatakan sesuatu ada telepon, ada pesan teks Beritahu orang-orang
untuk datang dan pergi, Sebaiknya dia mengatakan sesuatu yang baik.” Ucap Joon
Jae dengan memakai jaketnya dan melihat GPS Sim Chung berjalan sangat cepat.
Joon Jae
pergi dari rumah dan mobil putih Chin Hyun mengikutinya dari belakang, Sim
Chung turun dari bus menatap menara namsan yang ada didekatanya meminta Joon
Jae menunggunya lalu berlari agar cepat sampai.
Mobil
Joon Jae masuk ke dalam parkiran, Sim Chung menyebarangi jalan dan sempat
berhenti menatap menara namsan yang semakin dekat. Tiba-tiba tubuhnya ditabrak
dan semua brosurnya bertebrangan, Joon Jae seperti tak mengetahuinya masuk ke
dalam pakiran setelah mengambil kartunya.
Chin Hyun
keluar dari mobil melihat Sim Chung tergeletak di jalan dengan setengah
tersadar. Joon Jae dengan menahan kedinginan sudah sampai di area gembok cinta,
bertanya-tanya keberadaan Sim Chung sekarang lalu melihat dari GPS ternyat Sim
Chung sudah ada di Namsan. Sim Chung masih tergeletak dengan air mata mengalir
pada kedua matanya.
Sae Wa
diikat tangan tak bisa bergerak beberapa anak yang penasaran melemparinya batu.
Saat Sae Wa mengangkat wajahnya semua berlari ketakutan. Sae Wa bergumam dalam hati
“Tolong aku.” Salah satu anak kecil perempuan berhenti seperti bisa mendengar
suara hati Sae Wa.
“Hei,.. Apa
yang sedang kau lakukan!? Cepat!” kata kakaknya menyuruh sang adik pergi.
“Kakak,
putri duyungnya baru saja berbicara, dia meminta bantuan.” Ucap sang adik
“Hei! Apa
maksudmu dia mengatakan sesuatu! Aku tidak mendengar apa-apa, ayo kita pergi!”
ucap Si kakak tapi sang adik yakin kalau mendengarnya.
“Kau
mengatakan apapun supaya tidak belajar, kan. Cepat masuk ke dalam!” kata
ibunya, Yonna masih menatap menara namsan karena Sim Chung meminta tolong
padanya,
bersambung ke episode 6
FACEBOOK : Dyah Deedee TWITTER @dyahdeedee09
INSTRAGRAM dyahdeedee09 FANPAGE Korean drama addicted
Tidak ada komentar:
Posting Komentar