Dilayar ruangan Zeze tertulis D-100, Yoon Bal merasa tidak
percaya mereka harus membuat penguji
beta dalam waktu tiga bulan. Dae Kwon mengatakan
mereka harus mulai menulis skenarionya. Seung Hyun kembali ke tempat duduknya. Dal Nim
mengatakan mereka harus lari cepat.
“Kita tidak hanya lari, tapi Masalahnya kita harus lari dengan
kecepatan 200 m per jam.” Ucap Seung Hyun kembali
meminum botol air minumnya tapi ternyata sudah habis padahal masih terasa
harus.
Hyun Bin yang sedang tertidur langsung terbangun, menaruh
botol air minum diatas meja Seung Hyun dan kembali tertidur. Yoon Bal memuji
Hyun Bin selalu mempersiapkan semuanya dengan sempurna.
Ji Hoon bertanya dimana keberadan Bo Nui dan bos mereka,
Yoon Bal mengatakan tak tahu. Ji Hoon
melihat keduanya yang melewatkan acara makan malam
perusahaan,dan sekarang sama-sama datang terlambat, menduga ada sesuatu antara mereka. Dal Nim melotot panik
“Kedengarannya masuk akal.” Ucap Yoon Bal, Ji Hoon pun ikut setuju kalu ada
hubungan keduanya.
“Apa yang kau bicarakan? Bos sudah
dating dari tadi.”
Kata Dae Kwon.
Soo Ho sudah berdiri di dekat jendela dengan melihat
kebawah, beberpa pegawai yang melewatinya sempat untuk membungkuk memberikan
hormat, dengan wajah gelisah mencoba melihat jam tanganya yang sudah lewat jam
masuk kantor, berpikir Bo Nui itu pingsan dirumah.
“Tapi Dia tidur nyenyak tiap malam.” Ucap Soo Ho yakin Bo Nui pasti baik-baik saja.
Beberapa pegawai mulai berlalu lalang menyapa Soo Ho
sambil membungkuk, Soo Ho tak enak hati akhirnya memilih pergi sambil ngedumel
kalau Bo Nui itu sangat merepotkan karena membuatnya jadi menunggunya dan akan memberinya pelajaran
kalau Bo Nui sampai tidak datang ke kantor dengan berteriak "Kau terlambat!, Dasar Kau
malas!"
Ketika di depan lift, seseorang keluar dari lift. Soo Ho
mengenal sosok Gun Wook yang keluar dari lift dan mengetahui kalau ada rapat
hari ini. Gun Wook mengatakan sengaja datang
untuk menemui Soo Ho.
Keduanya bertemu diatap, sempat saling menatap curiga.
Gun Wook mulai bertanya keberadaan Soo Ho kemarin, Soo Ho binggung. Gun Wook
kembal bertanya dimana dan dengan siapa Soo Ho tadi malam. Soo Ho balik bertanya kenapa Gun Wook penasaran. Gun
Wook mengeluh karena harus mengajukan pertanyaan lagi.
“Kemarin, apa kau bersama Bo Nui noona? Aku sudah bilang padamu, kalau Aku sudah seperti adik Bo Nui, Sebagai adiknya, aku harus tahu tentang hal itu..” Ucap Gun Wook bangga
“Sebagai adiknya, kau seharusnya
tanya pada Bo Nui. Aku
tidak mau mengekspos privasi karyawanku pada orang luar.” Tegas Soo Ho
Gun Wook langsung menghalangi jalan Soo Ho yang akan
pergi, Soo Ho menghindar dengan tatapan datarnya. Gun Wook mencoba untuk
tenang, menjelaskan Bo Nui itu memiliki situasinya sendiri Makanya sangat terobsesi dengan
ramalan konyol itu.
“Kalau kau waras, maka kau tidak bisa menyetujui semua
yang dia inginkan” kata Gun Wook
“Aku tahu itu semua untuk adiknya.” Ucap Soo Ho
“Jadi Dia menceritakan tentang adiknya
Bo Ra padamu?” kata Gun Wook tak percaya
“Kau bicara seperti paling tahu
banyak tentang dia. Aku
tahu cukup baik Dan
kami mengurus hal-hal antara kami... sendiri.” Tegas Soo Ho
Gun Wook seperti tak suka dengan kalimat "Antara
kami", Soo Ho akhirnya mengutarkan kalau
tindakan ini sangat mengecewakan
karena Gun Wook ikut campur dengan privasi tetangganya, dan mengejeknya
seperti anak kecil yang sangat ingin tahu, dengan begitu menjadi kerugian
sebagai karakter game mereka dan pamit pergi. Gun
Wook terdiam sementara Soo Ho pergi dengan senyuman jahil berhasil membuat
lawanya penasaran.
Gun Wook
seperti tak suka dengan kalimat "Antara kami", Soo Ho akhirnya mengutarkan kalau tindakan ini sangat
mengecewakan karena Gun Wook ikut campur
dengan privasi tetangganya, dan mengejeknya seperti anak kecil yang
sangat ingin tahu, dengan begitu menjadi kerugian
sebagai karakter game mereka dan pamit pergi. Gun
Wook terdiam sementara Soo Ho pergi dengan senyuman jahil berhasil membuat
lawanya penasaran.
Restoran ayam goreng
Tuan Ahn menyiapkan makanan dengan memasak nasi di
microwavenya, Nyonya Yang masuk ke dalam resto. Tuan Ahn berteriak kalau
restoran baru buka jam 4 sore, tiba-tiba
ia terdiam melihat wanita yang ada didepanya.
Nyonya Yang langsung memanggil “Yeong Il
oppa” untuk memastikan pria yang dikenalnya. Tuan Ahn melotot
kaget, Nyonya Yang dengan berkaca-kaca memanggil “oppa” seperti sudah lama tak
bertemu.
Soo Ho berkeliling di ruanganya, Ryang Ha masuk bertanya
apa sedang sibuk. Soo Ho menjawab sedang berpikir. Ryang Ha berjalan di belakangnya bertanya apakah Soo Ho
ingin berbicara denganya. Soo Hoo hanya diam saja. Ryang Ha pikir lebih baik
pergi saja, sekarang.
“"Jaga kesehatan"” ucap Soo Ho, Ryang Ha pikir lebih baik Soo Ho
khawatirkan saja dirinya sendiri.
“Apa maksudnya itu? Seseorang mengatakan "Jaga
kesehatan"” ucap Soo Ho,
“Itu komentar yang positif, Artinya selamat tinggal. Apa Dia bilang begitu padamu? Kalau itu Artinya kau dicampakkan.... kau sudah dicampakkan” ucap Ryang Ha. Soo Ho pun menendang temanya dan
mendorongnya keluar.
“Hei. kau tidak boleh kejam pada pemegang
saham utama seperti ini... Tunggu....tunggu.... semua
orang melihat,jangan buat aku malu.” Ucap Ryang
Ha tak ingin didorong kelua dan menyuruh Soo Ho untuk mempersiapkan rapat.
Dal Nim langsung tertunduk melihat Ryang Ha yang keluar
ruangan, Ryang Ha dengan sengaja bersenandung “Bulan,,Bulan
yang bulat.. Dimana kau
terbit? Kau
terbit disini...” dan berjalan mendekati Dal
Nim, Dengan wajah panik Dal Nim menyuruh Ryang Ha pergi.
Dae Kwon menyapa Bo Nui yang baru datang. Bo Nui meminta maaf
karena datang terlambat, Soo Ho langsung mengintip dari balik tirai jendela,
Ryang Ha melihat wajah Boo Nui sangat pucat berpikir sedang sakit. Bo Nui mengatakan baik-baik saja lalu bertanya
keberadan Soo Ho. Ryang Ha dengan asal mengatakan Soo Ho sedang menangis lalu mengubah ucapanya kalau sedang berpikir.
Soo Ho melihat Bo Nui terlihat sehat, lalu ingin keluar
ruangan, tapi sebelumnya melihat penampilan dulu dilayar ponselnya dengan
merapihkan rambutnya. Dal Nim sedang datang di meja Bo Nui. Soo Ho keluar
ruangan memanggil Bo Nui untuk mengajaknya bicara. Dal Nim panik berpikir
temanya melakukan hal yang salah.
Keduanya berdiri didepan ruangan, tiba-tiba seseorang
memanggil Soo Ho. Sul Hee datang dengan pakaian modisnya dan menyapa Bo Nui,
bertanya apakah Kencannya kemarin
menyenangkan. Bo Nui binggung, Sul Hee memberitahu Gary
menunggunya semalaman. Bo Nui memberitahu mereka sudah bertemu
pagi tadi. Sul Hee seperti baru tahu.
Soo Ho sengaja menyela kalau Sul Hee datang karena ada
rapat, Sul Hee mengatakan kalau Soo Ho yang bilang
ingin bertemi hari ini, lalu mengajaknya untuk
pergi minum kopi karena ada yang harus dikatakan. Soo Ho binggung, Sul Hee
pikir Soo Ho sudah lupa karena berjanji setelah acara kemarin. Bo Nui memilih untuk masuk saja, tapi saat itu
berpapasan dengan Ryang Ha yang didorong keluar oleh Dal Nim.
“Wah....semuanya disini, Cinta pertama Soo Ho dan jimat
keberuntungannya” ucap Ryang Ha, Soo Ho
menjerit kesal
“Tuan Je, Kau terlalu kejam pada cinta
pertamamu.” Sindir Sul Hee.
“Akan kuperjelas, Dia bukan cinta pertamaku,dan
juga bukan jimat keberuntunganku.” Tegas Soo
Ho
“meskipun kau menyangkal, sudah pasti dia cinta pertamamu.” Kata Ryang Ha membuka kartu
Soo Ho memilih untuk pergi dan pamit pada Bo Nui, Ryang
Ha pun memuji Bo Nui sebagai jimat keberuntungan mereka. Soo Ho menariknya agar Ryang Ha ikut denganya
mengatakan Jangan buat cinta pertamanya itu menunggu. Ryang Ha mengatakan kalau itu milik Soo Ho, Pembawa
keberuntungan dan cinta pertamanya, lalu mengeluh
temanya yang terus mendorongnya. Bo Nui hanya bisa melihat dari kejauhan.
Tuan Ahn mengaku sangat Senang
sekali bertemu dengan Nyonya Yang lalu bertanya
apakah tinggal didekat restoran, Nyonya Yang mengatakan tidak tapi Anaknya bekerja di sekitar sini yaitu di Zeze Factory. Tuan Ahn sedikit terkejut karena mengenal
perusahaan itu dan sering
makan direstoranya. Nyonya Yang pura-pura baru tahu.
“Bos Zeze
,Je Soo Ho adalah anakku.” Kata
Nyonya Yang seperti merasa bangga menyebutnya.
“Ohh begitu.... Kau telah membesarkannya dengan
baik” komentar Tuan Ahn
“Oppa, bagaimana dengan anakmu? Mereka pasti sepintar dirimu.” Ucap Nyonya Yang
“Aku hidup sendirian, kami bercerai setelah bisnisku
bangkrut. Aku
senang saat itu kami belum punya anak. Tapi
sekarang Aku
menyesalinya.” Cerita Tuan Ahn. Nyonya Yang terlihat
gugup mengetahui ceritanya.
Soo Ho dan Sul Hee bertemu ditaman, tatapan Soo Ho
seperti dingin memilih untuk menatap lurus kedepan. Sul Hee terlihat gugup, dan
mengatakan harus bicara lebih dulu, Soo Ho menyindir kenapa baru mulai
berbicara, karena Orang akan berpikir mereka sedang bertengkar
atau apapun itu.
Flash Back
Soo Ho pergi ke perpustakaan, melihat Sul Hee yang
tertidur dengan buku-buku diatas meja seperti sedang kelelahan. Lalu diam-diam
mengejarkan tesis dengan mengetik teori yang ada dalam buku yang dibaca oleh
Sul Hee.
Dengan senyuman Soo Ho menaruh kembali laptopnya dan tak
lupa menaruh kemejanya untuk menyelimuti Sul Hee yang tertidur, setelah itu
meninggalkanya. Sul Hee terbangun tak percaya semua tesisnya dikerjakan Soo Ho
bahkan dengan gambar yang lengkap.
“Aku lari dari diriku sendiri , bukan darimu. Aku sangat takut dan mungkin akan terus memanfaatkanmu, Aku mendekatimu bukan karena
tesisku. Aku
bersumpah. Aku
hanya... orang
yang dipilih oleh ayah selain
oppaku. Jadi Aku ingin tahu.” Cerita Sul Hee. Soo Ho kaget Sul Hee memiliki seorang
kakak laki-laki.
“Dia tidak sepintar dirimu, tapi dia anak yang brilian. Terjadi sebuah kecelakaan. Ayahku kehilangan anak dan
muridnya dan Ibuku menderita depresi
dan gangguan saraf, sebagai
adiknya maka aku merasa bersalah. Jadi aku mengambil jurusan fisika
yg kubenci. Ini seperti cerita klise ,kan?” kata Sul Hee
“Kenapa tidak cerita padaku?” ucap Soo Ho
“Selama ini aku hanya ingin
menyimpannya. Dan Juga,tentang
tesisku.. aku
membatalkannya, karena
kau sudah kembali ke korea.” Jelas Sul Hee. Soo Ho
pun mulai menatap Sul Hee yang duduk disampingnya.
Sul Hee memanggil Soo Ho, menyadari adik kelasnya itu
pasti tidak akan memaafkannya
tapi berharap bisa mengerti. Ia sadar
dulu tahun 2004 dirinya hanya seorang
gadis egois dan tidak dewasa. Soo Ho mengatakan
kalau tahun 2005 bukan
2004 lalu pergi meninggalkanya.
Sul Hee duduk disofa dengan melempar sepatunya terlihat
sangat bahagia karena Masalahnya
sudah berakhiri dengan baik, jadi sekarang mulai lembaran baru. Tiba-tiba terdengar bunyi ketukan pintu, Sul Hee
langsung mengambil sepatu dan memperbaiki bajunya seperti berharap Soo Ho yang
datang.
Dal Nim masuk ruangan, Sul Hee bertanya alasan Dal Nim
datang ke kantornya. Dal Nim
menyampaikan pesan dari Soo Hoo untuk memberikan
sesuatu. Sul Hee
kaget melihat sebuah kartu free pass. Dal Ni menegaskan kalau itu hanya sementara
selama proyek berlangsung. Sul Hee ingin menariknya tapi ditangan oleh Dal Nim
dengan sedikit kekuatan bisa menariknya dan senyuman kemenangan mengucapkan
terimakasih, Dal Nim terlihat kesal karena Sul Hee bisa masuk semaunya, lalu
keluar dari ruangan. Sul Hee pun mengucapkan terimakasih pada Tuhan.
Soo Ho membuka laci mejanya, melihat sebuah pajangan
sepeda yang sebelumnya disimpan, lalu akhirnya menaruh kembali diatas meja
dengan senyuman. Tiba-tiba matanya melihat sesuatu, tanaman kaktus diatas meja.
Akhirnya ia keluar ruangan bertanya siapa yang menaruh tanaman itu mejanya.
“Sepertinya ulah Bo Nui. Kami juga dikasih, katanya untuk menangkal gelombang
elektromagnet. dia tadi
bilang kaktus bisa untuk penangkal
sial dan tolak bala.” Jelas Dae Kwon, Soo Ho melihat setiap meja diberikan
tanaman kaktus.
“Dimana dia sekarang?”
kata Soo Ho dengan wajah serius.
Bo Nui sedang berada diruang rapat dengan membahas kalau
sudah menyusun semua datanya, serta memintaa agar Hyun Bin menghitung dibeberapa
bagian dan aspek yang dirubah dari rencana semula. Soo
Ho masuk bertanya apa yang sedang mereka lakukan berdua.
“Bo Nui sedang menjelaskan tentang
rencana awal"IF". Aku
sedang mendengarkan.” Kata Hyun Bin
“Apa tugasmu kau alihkan padanya?” ucap Soo Ho pada Bo Nui, Hyun Bin menjawab bukan
seperti itu.
“Jawab aku,Nn.Shim.” ucap Soo Ho, Bo Nui hanya tetap diam saja. Soo Ho
akhirnya meminta agar Hyun Bin keluar agar mereka bisa bicara berdua. Hyun Bin
keluar ruangan membiarkan Soo Ho dan Bo Nui berbicara.
Soo Ho melihat berkas diatas meja, Bo Nui ingin bicara
tapi Soo Ho lebih dulu berkata, dengan nada berteriak kalau sudah tahu Bo Nui
akan berhenti berkerja
dan memberitahu kalau rumah sakit menelpon dan bilang keadaan Bo Ra semakin
membaik. Bo Nui mengatakan sudah tahu.
“Aku menelpon Rumah Sakit
setiap 10 menit untuk
mengecek kondisinya.” Kata Bo Nui
“Lalu
kenapa kau masih bicara tentang tolak
bala dan kesialan? kapan
kau tahu dia sudah membaik?” ucap Soo Ho dengan
nada tinggi, Bo Nui yakin kalau karena hal tersebut memang ada.
“Astaga.Apa Kau sudah lupa? Tukang ramal dan pembaca garis
tangan semuanya
penipu.” Kata Soo Ho
“Baik jimat atau kaktus, entah ada efeknya atau tidak. Tapi aku mempercayainya, apa itu
salah?” balas Bo Nui
Soo Ho menjawab kalau itu salah dengan helaan nafas, lalu
duduk diatas meja ingin memberitahu, Bo Nui tidak bisa
menerima kenyataan karena terlalu percaya hal-hal
berbau tahayul, menuruta Bo Nui bisa
sesat. Bo Nui pikir Jika berdasarkan standar Soo Ho,
kalau memang salah, seperti ia
percaya tahayul seperti takut
bersiul, memotong kuku malam hari, bahkan tidak berani menulis namanya dengan tinta merah.
Akhirnya Soo Ho ingin
menjelaskan tentang semua
kesalahannya itu hari
ini, karena menurutnya dalam
ilmu pasti selalu bisa dibuktikan jadi Akan
membuktikan kesalahannya, yaitu Hipotesis pertama, menulis dengan tinta merah bisa sial. Bo Nui meminta Soo Ho tak melakukanya, tapi Soo Ho
menuliskan namanya dengan tinta merah.
“Ini kau lihat.... aku tulis namaku dengan tinta merah. apakah terjadi sesuatu? Bangunannya tidak roboh, bahkan petir juga tidak ada. serangan jantung juga tidak.... jantungku masih sehat.” Ucap Soo Ho membuktikan dan akan menuliskan nama orang
tuanya. Bo Nui menarik bukunya tertulis nama ayah dan ibu yang belum lengkap.
“Kenapa kau lakukan ini? Ini dilarang.” Ucap Bo Nui, Soo Ho pikir kenapa harus dilarang karena
nama ayahnya ,Je Mul Po, badannya sehat, jantungnya sehat jadi mereka bisa tunggu
apa yang akan terjadi.
“Apa Kau tahu bagaimana rasanya... Kalau mereka mati karena dirimu? Kalau mereka mati karena dirimu, kau akan merasa menderita, jadi jangan pernah lakukan lagi” ucap Bo Nui yang membuat Soo Ho sempat terdiam karena
mengertahui orang tua Bo Nui meninggal karena dirinya. Bo Nui pun meninggalkan
ruangan.
“Aku cuma ingin membuktikan.... Aku hanya...” kata Soo Ho akhirnya kembali kebinggungan.
Tuan Je melihat tumpukan koran dirumahnya, sambil
mengeluh Siapa
yang membuang korannya, karena dengar
ada berita. Tiba-tiba kakinya tersandung kayu bakar
dan membuatnya terjungkal di dalam trolly pasir, seperti kepalanya langsung
terbentur ke tanah.
Bo Nui sedang berjalan keluar kantor, Nyonya Yang menelp
Bo Nui dan wajah Bo Nui tiba-tiba terlihat kaget. Keduanya sudah ada di dalam
taksi, Nyonya Yang mengeluh suaminya yang harus jatuh membuat tekanan
darahnya turun drastis karena sangat terkejut. Bo Nui menyakinkan kalau suami Nyonya Yang baik-baik
saja.
“Apa anda yakin tidak mau menghubungi Presdir Je?” ucap Bo Nui khawatir
“Jangan lakukan.... Aku sudah menghubunginya tadi. Aku minta maaf dan terima kasih
karena merepotkanmu, Aku akan
memujimu nanti di depan Soo Ho.” Kata Nyonya Yang,
Bo Nui pikir tak perlu karena tujuanya memang untuk
menolong lalu menatap keluar jendela mengingat Soo Ho yang menuliskan nama
ayahnya, berakibat buruk sekarang pada ayahnya sekarang.
Nyonya Yang berteriak memanggil suaminya dengan wajah
panik masuk ke dalam rumah. Tuan Je malah menyuruh istrinya untuk tak
berteriak. Nyonya Yang melihat keadaan suaminya yang dibalut dengan handuk
dibagian kepala. Tuan Je mengatakan baik-baik saja.
Bo Nui tiba-tiba langsung berjongkok dan menangis,
mengucap syukur karena tak terjadi sesuatu yang tak diharapkanya. Tuan Je dan
Nyonya Yang binggung melihat Bo Nui yan menangis sambil berjongkok.
Nyonya Yang mengajak Bo Nui untuk makan dulu, Bo Nui
menolak karena merasa tak lapar. Nyonya Yang menyuruh Bo Nui makan karena sudah
datang ke rumahnya. Tuan Je pun membawakan panci ke atas meja. Nyonya Yang
memuji Bo Nui yang sangat baik dan rendah hati tidak seperti kebanyakan wanita muda diluar sana dan tahu sejak kejadian jimat itu. Tuan Je pun menyuruh Bo Nui mulai makan setelah
menuangkan sup ke dalam mangku.
“Syukurlah anda baik-baik saja, Jadi Presdir tidak perlu khawatir.” Ucap Bo Nui
“Astaga... kau setia sekali! Ceritakan pada kami mumpung kau
disini, seperti
apa Soo Ho di kantor?”kata Nyonya Yang, Tuan Je
menyuruh istrinya tak perlu membahasnya.
“Aku penasaran! Dia selalu marah-marah,kan?” kata Nyonya Yang
“Dia sangat keren, dia jenius,dan dia bekerja dengan
baik. Meski
tidak terlihat,tapi dia menjaga pegawainya
dengan baik. Jika kami
membuat kesalahan, maka dia
akan memperbaikinya.” Cerita Bo Nui yang membuat
kedua orang tua Soo Ho tak percaya.
Bo Nui menceritakan Sebenarnya
akan mengundurkan diri, Itulah
sebabnya mengangkat telpon Nyonya Yang. Nyonya Yang
heran kenapa harus keluar, karena Soo
Ho membutuhkan Orang berbakat seperti Bo Nui,
tapi Bo Nui hanya diam dengan senyuman.
Soo Ho sedang mencoba games buatanya di laptop dirumahnya,
dengan menganti-ganti baju Gun Wook,
tiba-tiba ia merasakan sesuatu ketika menutup laptopnya melihat sosok Bo Nui
tertidur dilantai. Ia kaget tak berani melihat, tapi beberapa saat kemudian
menyadari kalau itu hanya halusinasinya saja dan berusaha kembali berkerja.
Bo Nui pulang kerumah duduk diruang Tvnya, tiba-tiba
lampu di kamarnya menyapa Bo Ra sedang duduk dimeja belajar mengeluh merasa
lapar dan menyarankan mereka makan ramyeon atau tteokbokki. Bo Nui hanya menatap adiknya.
Bo Ra berjongkok didepan kakaknya, melihat Bo Nui yang
terlihat kelelahan meminta
agar tetap tersenyum seperti dirinya. Bo Nui melihat adiknya yang tersenyum
lebar, tapi saat itu bayangan adiknya hilang dan kamarnya pun gelap.
“Aku harus terus menjaga Bo Ra... sampai saat-saat terakhirnya.” Kata Bo Nui menatap langit.
Soo Ho baru saja datang dan bertanya ada apa ini, Dae
Kwon dan Hyun Bin binggung maksud pertanyaan. Soo Ho menjelaskan da
apa dengan meja Bo Nui karena berbagai macam
patung sudah tak ada. Dae Kwon mengingat
Bo Nui datang pagi buta dan bersih-bersih, lalu minta maaf atas segalanya. Hyun Bin memberitahu Bo Nui juga berpesan
untuk menjaga kesehatan. Soo Ho bertanya dimana
keberadan Dal Nim sekarang. Dae Kwon mengatakan Dal Nim sedang membantu Bo Nui
membawa barang-barangnya.
Dal Nim binggung karena Bo Nui mengijinkannya masuk ke dalam rumah. Bo Nui beralasan hanya ingin
makan dengannya dan meminta untuk mencoba masakan
buatanya. Dal Nim pun mulai menyantap makan dengan gembira, lalu bertanya apakah
Bo Nui sungguh akan mengundurkan diri.
“Games ini Tinggal pengembangan saja, jadi Tidak perlu ada aku.” Ucap Bo Nui
“Lalu bagaimana Biaya pengobatan
Bo Ra?”kata Dal Nim, Bo Nui menjawab kalau itu tak masalah.
“Apa maksudmu? Kau pasti membutuhkan uang setiap
bulan jadi batalkan
saja. Apa Presdir membuatmu tidak nyaman?” kata Dal Nim
“Tidak, bukan begitu. Surat ini Tolong berikan pada Presdir. Aku
mohon, karena aku merasa bersalah padanya.” Ucap Bo Nui memberikan amplop warna Biru.
Dal Nim pun memberikan surat titipan dari Bo Nui, Soo Ho
ingn mengambilnya tapi malah langsung
menopang dagunya, lalu bertanya apakah Bo Nui tidak ada
pesan lain atau kelihatan
beda dari biasanya. Dal Nim menceritkan mereka hanya
makan bersama dan menyuruhnya untuk diet
saja.
“Apa dia... memintamu jaga kesehatan?” tanya Soo Ho
“Ya,bagaimana
Presdir tahu?” ucap Dal Nim binggung. Soo Ho seperti memikirkan sesuatu
Didepan kamar Bo Ra
Gun Wook memastikan kalau Bo Nui yakin
tidak masuk. Bo Nui mengatakan sudah senang
melihatnya dari jauh, Gun Wook menyakinkan semua
sudah berakhir kalau Bo Ra pasti akan sadar dan bertanya apakah Bo Nui sungguh
akan melakukannya. Bo Nui pikir memang seperti
itu akhirnya.
“Kita tidak pernah tahu, tapi kita
harus menghindari hal buruk terjadi.”kata Bo Nui
“Jadi... kau
tidak pernah melihat wajah Bo
Ra sejak kecelakaan itu?” ucap Gun Wook tak percaya,
Bo Nui tak membahasnya menyuruh Gun Wook
segera masuk karena ia akan menemui dokter.
Gun Wook pun datang menjenguk Bo Ra yang terlihat
tertidur, lalu mulai memanggi adik dari Bo Nui memperkenalakan dirinya sebagai Puku, teman kakaknya saat masih kecil, tapi sepertinya Gun
Wook tak tahan melihat Bo Ra tak ada respon saat diajak ngobrol.
“Astaga.... Ternyata lebih sulit dari yg kubayangkan.” Kata Gun Wook mencoba untuk tak sedih.
“Bo Ra.. Cepat buka matamu... Kau akan lihat sekarang aku
tampan. Kau harus
cepat bangun... supaya
si Bo Nui yang egois bisa hidup
normal lagi.” Ucap Gun Wook berharap.
Diatap
Dokter memastikan Bo Nui untuk yakin dengan keputusanya,
Bo Nui mengatakan yakin walaupun entah sampai kapan,tapi ia ingin bersamanya sampai akhir, lalu Terima kasih untuk segalanya. Dokter mengaku sangat mengejutkan karena berpikir Bo Ra tidak
akan membawanya pulang. Bo Nui merasa kalau sekarang
harus bersikap egois. Dokter pun mengerti lalu pamit pergi.
“Dokter bilang apa?Dia baik-baik
saja kan? Dokter
bilang dia segera bangun,kan?” kata Gun Wook datang
menemui Bo Nui di atap, Bo Nui mengangguk dengan senyuman.
“Anak kecil yang dulu selalu
mengikutimu, sekarang
sudah besar... Dia
cantik seperti noona” goda Gun Wook, Bo Nui tak
percaya
“Kulitnya bersih dan sehat, Sepertinya dia akan segera
bangun.” Kata Gun Wook menyakinkan. Bo Nui pun terlihat sangat
yakin
“Akhirnya noona bisa menyelamatkan
Bo Ra.” Ucap Gun Wook, Bo Nui pun bisa mengucapkan syukur.
Gun Wook berjanji saat Bo Ra
sadar akan menyuruhnya untuk selalu merawat Bo Nui. Bo Nui pun mengucapkan terimakasih lalu ingin
memberikan pelukan untuk Gun Wook. Dengan senyuman Ia mengucapkan senang
bertemu dengan Gun Wook lagi dan Gun Wook juga sangat
senang mereka bertemu seperti sekarang ini,
“Lakukan yg terbaik dan bekerja samalah dengan baik
dan demi "IF"..oke?” kata Bo Nui menatap
Gun Wook dengan memegangnya.
“Semuanya lancar selama noona ada disana. Aku akan
bersabar,meski disana ada orang yang kubenci. Aku
pemain profesional selama 6
tahun ini jadi mudah
beradaptasi karena ada noona.” Kata Gun Wook bangga,
Bo Nui meminta agar Gun Wook tak boleh sombong lalu mengajaknya untuk segera
pergi.
Soo Ho masih duduk dimeja kerjanya membaca surat yang
diberikan oleh Bo Nui.
“Presdir.....
aku tulis salam perpisahan yang lebih layak. Terima kasih dan maaf atas segalanya. Kau sudah sangat
bersabar terhadapku. Semua ini salahku. Akulah sumber kesialannya dan Aku membawa sial padamu. Tapi... kaulah orang pertama yang memayungiku, Aku jadi tidak basah hari itu. Kenangan saat itu,
akan kusimpan. Aku harap... kau selalu sehat.”
Bo Nui menulis surat dimeja belajar adiknya sambil
mengingat saat Soo Ho memayunginya ditengah hujan deras dan tak peduli kalau
badanya kebasahan.
Soo Ho menatap bunga kaktus yang ada diatas mejanya lalu
berjalan keluar kantor, Tuan Won sudah ada di lobby memanggil Soo Ho lalu
mengejarnya, Soo Ho menginggat Tuan Won dari dari
Daebak Soft. Tuan
Won yakin Bo Nui pasti ada diruangan, Soo Ho mengatakan Bo Nui sedang tak ada
dikantor dan kembali berjalan. Tuan Won kembali menahanya.
“Dia pasti masuk kerja, tapi Dia tak bisa dihubungi, lalu
siapa yang akan
membayarku?” ucap Tuan Won, Soo Ho bertanya bayar
tentang apa.
“Ah,kau bosnya kan,bayar 5 kardus
air, berikan aku 550 ribu won.” Kata Tuan Won, Soo Ho tak mengerti maksudnya.
“Semua sudah kukirim barangnya ke
kantormu.” Ucap Tuan Won, Soo Ho menyuruh Tuan Won
untuk bicara langsung dan langsung pergi.
“Aku tanya padamu karena aku tidak
tahu dimana dia!” teriak Tuan Won kesal
Bo Nui duduk di dalam bus membiarkan ponselnya terus bergetar
tanpa diangkatnya. Soo Ho terus mencoba terus menelp Bo Nui dan mengemudikan
mobilya dengan kecepatan tinggi, saat itu mobl Soo Hoo saling berpapasan saling
berseberangan dengan bus yang Bo Nui naiki.
Soo Ho berlari naik ke apartment mengedor pintu rumah Bo
Nui, Gun Wook kelua dari rumah memberitahu Bo Nuitidak
dirumah sedang pergi. Soo Ho bertanya kapan. Gun Wook menceritakan Tadi
mereka pergi bersama,lalu berpisah, karena Bo Nui bilang mau ke suatu
tempat.
“Jadi Kau biarkan dia pergi begitu
saja? Dia pergi kemana?
Apa Dia
tidak bilang mau kemana?” tanya Soo Ho panik
“kau ini Kenapa? Kau tidak ada hubungan apapun
dengannya, jadi
jangan berlebihan.” Kata Gun Wook sinis
“Itu tidak penting sekarang, Apa Kau tidak lihat wajahnya? Dia
sangat pucat. Kenapa
kau biarkan dia pergi?” ucap Soo Ho kesal
“Dia tertawa dan baik-baik saja
saat kami bersama tadi. Kami
tadi mengunjungi Bo Ra!” ucap Gun Wook santai
“Kau pikir orang yang mau bunuh diri akan bilang-bilang?” ucap Soo Ho,
Gun Wook kaget dan binggung kenapa Bo Nui mau
bunuh dirihanya harus menunggu Bo Ra sadar karena
sudah melakukan semuanya dengan Soo Ho kemarin. Soo Ho mengaku tidak
terjadi apa-apa pada hari ini, jadi Bo Nui menyimpulkan
sendiri kalau adiknya akan mati. Gun Wook
langsung berlari keluar dari rumahnya, Soo Ho pun ikut berlari.
Bo Ra sudah dibawa keluar dari ruangan rawat dan
dimasukan ke dalam ambulance dengan beberapa perawat yang menjaganya. Bo Nui
hanya melihat dari kejauhan, tanpa mau mendekat karena terjadi sesuatu dengan
adiknya karena dirinya itu sial. Petugas segera menutup pintu ambulance
memberitahu Pasien sudah siap dipindahkan. Bo Nui dari kejauhan langsung berdoa untuk adiknya dan
pergi meninggalkan rumah sakit.
Mobil Soo Ho datang , keduanya langsung berlari masuk
kedalam rumah sakit. Perawat masuk ke dalam ruang rawat Bo Ra dengan merapihkan
selimut dan bantal, Gun Wook mengikutinya bertanya Bo Ra pergi kemana, dan
kenapa tak bilang padanya. Perawat
memberitahu kalau Informasi pasien hanya diketahui keluarga.
“Bo Nui juga melarangku
mengatakannya pada siapapun.” Ucap perawat yang
sibuk beres-beres, Soo Ho sibuk mencoba berusaha menelp Bo Nui.
“Aku sudah seperti keluarganya, tadi anda juga melihatku!” kata Gun Wook, Soo Ho akhirnya bertanya keberadan Bo
Nui sekarang, Perawat melihat raut wajah Soo Ho yang terlihat sangat khawatir.
“Dia bilang pergi ke tempat yang
indah, mereka
akan menghabiskan saat-saat
bersama disana.” Kata Perawat
Soo Ho langsung berlari keluar dari ruangan rawat, Gun Wook
pun mengikutinya. Bo Nui sedang ada di tepi sungai, dengan tatapan kosong
berjalan ingin masuk sungai dengan menjatuhkan tasnya.
[Semalam dengan macan]
Soo Ho mendekat melihat Bo Nui yang tertidur, lalu dengan
mengunakan tanganya sebagai bantal berbaring disamping Bo Nui dan terus
menatapnya. Soo Ho akhirnya bergerak mendekati Bo Nu dengan tangan menutup
wajahnya, lama kelamaan mataya mengantuk, saat itu tanganya jatuh dan tak sadar
jari kelingkingnya menyentuh jari telunjuk Bo Nui.
Dirumah sakit, jari Bo Ra mulai memberikan pegerakan tapi
terlihat masih tertidur dengan tenang. So Ho dan Bo Nui tertidur sepanjang
malam dengan saling bersentuhan jarinya.
bersambung ke episode 8
INSTRAGRAM dyahdeedee09 FANPAGE Korean drama addicted
Kerennn mba deee,,, lanjut yaaa... fighting!!!
BalasHapusSuka bgt sama lucky romance😍😍😍
BalasHapusSuka bgt sama lucky romance😍😍😍
BalasHapus