Gong Shim naik ke atap, wajahnya tersenyum melihat bibit
yang diberka Dan Tae mulai tumbuh walaupun hanya 1 cm saja, lalu ia melihat Dan
Tae yang belum pulang dari lantai atas.
Tuan Ahn terlihat sedang mengali tanah dengan sekop, Dan
Tae berada dibelakanganya, nafasnya terasa sesak, matanya berkaca-kaca dan tak
bisa berbicara melihat ayahnya yang mengali tanah didekat pohon.
Gong Shim mondar mandir diatap, mengingat kata-kata Dan
Tae hari sebelumnya “Tolong jangan pergi ke Pulau Jeju. Jika kau pergi, aku tidak tahu bagaimana aku akan melewatinya. Jangan berpikir terlalu keras. Besok, beritahu aku bahwa
kau tidak akan pergi.”
Akhirnya Gong Shim kembali ke rumah, Ayah dan ibunya
sedang sibuk memasak. Ibunya bertanya apakah anaknya sudah selesai berkemas dan
Ayahya juga bertanya Jam berapa penerbangannya. Gong Shim hanya menatapnya dengan tatapan sedih.
“Aku merasa sedih harus
membiarkanmu pergi, jadi selalu lupa.” Kata Tuan
Gong
“Aku sudah mempersiapkan semuanya dan Penerbanganku pada jam 3 sore
besok.” Ucap Gong Shim
“Aku membuat beberapa lauk
favoritmu. Bawa ini
besok.” Kata Ibu Gong Shim
Gong Shim mengangguk mengerti dan pamit pergi karena akan tidur sekarang. Sesampai di kamar, Gong Shim hanya terduduk dengan wajah
bimbang, menatap kopernya seperti masih bertanya-tanya dalam hatinya haruskan
ia pergi atau tetap di Seoul demi Dan Tae.
Dan Tae berada di pinggir sungai Han sambil melamun,
mengingat kembali ayahnya yang sedang mengali tanah dengan sekop.
“Ayah, apa kau benar-benar membunuh Joon
Pyo?” gumam Dan Tae benar-benar tak percaya memikirkanya.
Pagi harinya
Gong Shim naik ke atap melihat Dan Tae yang sedang
berdiri dipinggir dinding atapnya, lalu dengan wajah khawatir memanggil
tetangganya. Dan Tae menengok melihat Gong Shim yang menemuinya. Gong Shim
bertanya Apa yang terjadi
kemarin. Dan Tae hanya menatapnya dengan tatapan sedih.
“Jangan hanya melihatku seperti
itu. Ceritakan apa yang terjadi. Beri
aku penjelasan atau alasan.” Kata Gong Shim
penasaran.
“Gong Shim.... Kau harus pergi ke Pulau Jeju.” Kata Dan Tae, Gong Shim kaget mendengarnya. Dan Tae
pikir dirinya itu terlalu egois.
“Kenapa kau selalu seperti ini? Kau mengatakan kepadaku untuk
tidak pergi, dan
sekarang kau berkata sebaliknya. Apa
aku terlihat mudah bagimu? Apa
kau pikir aku seseorang yang kau bisa permainkan? Kenapa kau melakukan ini
kepadaku? Kurasa
aku bodoh karena tidak
bisa tidur hanya karena mendengar apa yang kau katakan kemarin.” Teriak Gong Shim marah dengan mata berkaca-kaca
“Maafkan aku....” ucap Dan Tae yang terlihat lemah.
“Penerbanganku jam 3 sore hari ini. Biarkan aku bertanya sekali lagi. Haruskah aku pergi atau tidak?” kata Gong Shim untuk memastikan, Dan Tae menjawab Gong
Shim sebaiknya pergi. Gong Shim
menahan tangisnya sambil memukul Dan Tae dengan kesal lalu pergi
meninggalkanya.
Gong Shim naik eskalator sudah sampai bandara, Dan Tae
hanya duduk diam dalam kamarnya sambil tertunduk sedih. Ketika akan masuk pintu
masuk, Gong Shim kaget melihat Joon Soo yang ada dibandara dan bertanya kenapa
datang ke bandara.
“Aku mampir dalam perjalananku ke
suatu tempat.” Ucap Joon Soo , Gong Shim kaget dan binggung.
“Aku bercanda,Aku datang ke sini untuk melihatmu
pergi.” Kata Joon Soo mengakuinya.
“Ahh.. begitu.. Aku minta maaf karena
pergi begitu tiba-tiba saat itu.” Ucap Gong
Shim
“Aku yang seharusnya bisa lebih
mengerti. Maafkan
aku.” Kata Joon Soo
Gong Shim pikir tak perlu seperti itu, Joon Soo pikir akan
menyemangatinya sampai Gong Shim menjadi lebih berani. Gong Shim pun mengucapkan terimakasih. Joon Soo meminta bayarnya
adalah harus
membelikan makan setelah mendapatkan gaji
pertama.
Gong Shim berjanji akan melakukanya. Joon Soo mengodanya
akan meminta traktir makanan yang mahal jadi Gong Shim harus bersiap-siap. Gong
Shim membalas mengejek Joon Soo itu serakah. Joon Ho hanya tersenyum lalu
menyuruh Gong Shim segera masuk. Gong Shim pun pamit pergi.
[Perusahaan Jeju Hortikultura]
Gong Shim sampai depan tempat kerja barunya dengan patung
arsitektur yang unik, wajahnya penuh semangat dan sangat yakin masuk ke dalam
rumah kaca yang penuh dengan bunga berbagai macam, menyapa seorang manager dan
Sekertarisnya yang sedang mengecek bunga. Manager pun mengucapkan terimakasih
karena Gong Shim sudah datang jauh-jauh ke Pulau Jeju.
Dua pegawai ibu-ibu dan laki-laki menyapa Gong Shim
dengan senang hati. Manager pun minta izin harus pergi lebih dulu, jadi apabila
Gong Shim memiliki
pertanyaan, jangan ragu untuk bertanya kepada
staf yang ada di tempat mereka. Gong Shim menganguk mengerti.
“Di sini, bulan Juni dan Juli
adalah bulan tersibuk dalam satu tahun. Tugasmu adalah untuk memeriksa
pesanan setiap pagi. Kemudian
memeriksa kuantitas produk yang dipesan... dan mengkonfirmasi urutan
penempatan.” Jelas pegawai pria. Gong Shim mengerti.
“Kau mengatakan kalau mengambil
jurusan Hortikultura, kan?” kata pria lainya, Gong
Shim membenarkan.
“Jika kau memiliki pertanyaan,
jangan ragu untuk bertanya.” Ucap si sekertaris
lalu memberitahu wig yang dipakai Gong Shim miring, Gong Shim pun langsung
memperbaikinya dan mengucapkan terimakasih.
Nyonya Nam sedang memeriksa berkas diruangan,
Sekertarisnya mengertuk pintu, Nyonya Nam bertanya apakah Pengacara
Ahn Dan Tae sudah datang. Sekertarisnya masuk
ruangan, Nyonya Nam pikir Sudah
waktunya untuk Dan Tae
mengunjunginya dan bertanya Apa yang
terjadi.
“Ketua.... Tolong lihat ini... Ini dari Ahn Dan Tae.” Kata Sekertarisnya, Nyonya Nam kaget, sekertarisnya pun
keluar dari ruangan. Nyonya Nam langsung membuka surat dari Dan Tae.
“Kepada Ketua, Maafkan aku karena menulis surat dan tidak menemuimu secara
pribadi. Kurasa aku tidak bisa menemukan Seok Joon Pyo
lagi. Aku sangat menyesal. Dan kurasa aku juga tidak akan pernah bisa bertemu denganmu
lagi. Jagalah kesehatanmu. Aku minta maaf atas tindakanku. Aku minta maaf. -Dari Ahn Dan Tae.-“
“Berapa kali dia mengatakan maaf
dalam surat yang singkat ini?” ucap Nyonya Nam heran
dan membaca lagi kalimat “Aku sangat menyesal.”
Dan Tae mengumpulkan berkas-kas milik Joon Pyo dengan
foto-foto saat masih kecil dan selembaran anak hilang. Ji Won datang ke kantor,
bertanya apakah keponakanya itu menginap di kantor sepanjang
malam. Dan Tae membenarkan.
“Ngomong-ngomong, pohon di
Yangpyeong... sudah
berhasil dipindahkan ke arboretum. Kau
tidak perlu khawatir tentang hal itu lagi.” Kata Ji
Won, Dan tae mengangguk mengerti.
“Tunggu, Bibi Ji Won... Apa ayah pernah menghubungimu?” tanya Dan Tae berusaha mengetesnya.
Ji Won agak binggung lalu mengatakan tidak dan bertanya
kenapa Dan Tae menanyakanya. Dan Tae mengaku hanya penasaran, karena ayahnya tidak
pernah menghubunginya sejak
pergi ke Filipina. Ji Won pikir Memang
seperti itulah ayahnya. Dan Tae membenarkan.
Dan Tae bertemu seseorang di cafe yang sudah lama tak
bertemunya, Pria itu tahu Dan Tae selalu meneleponku saat
membutuhkan bantuan. Dan Tae meminta maaf karena
sangat penting untuknya. Si pria tahu Dan Tae itu seorang pengacara jadi tidak
seharusnya mengatakan
hal itu padanya. Dan
Tae kembali meminta maaf.
“Tidak ada catatan bahwa ayahmu,
Ahn Soo Yong, meninggalkan
negara ini baru-baru ini.” ucap si pria
“Jadi begitu? Itu berarti dia di Korea, kan?” kata Dan Tae memastikan, si pria itu membenarkan.
Dae Chul menelp temanya, membahas tentang Ahn Soo Yong ada di kelas
20, mengaku hanya merindukannya saja, jadi meminta agar mencarinya dan akan menunggu kabar darinya. Nona Yum terlihat tegang menunggunya.
“Ahn Soo Yong adalah pria yang kehilangan Joon Pyo saat
merawatnya, benarkan?” kata Nyonya Yum, Dae Chul membenarkan.
“Aku akan mengurus ini dengan
baik, jadi jangan khawatir.” Kata Dae Chul
“Jika ada sesuatu yang salah, kita
mati.” Ucap Nyonya Yum panik
“Aku katakan kepadamu. Itu tidak
akan terjadi.” Tegas Dae Chul yakin, Nyonya Yum pun
hanya bisa diam.
Dae Tae berjalan lemah menuruni tangga, tiba-tiba Nyonya
Nam keluar dari mobil dan memanggilnya. Dae Tae kaget melihat Nyonya Nam datang
ke kantornya. Nyonya Nam heran melihat Dan Tae yang terkejut. Dan Tae hanya
diam saja karena mengetahui tentang ayahnya yang membunuh Joon Pyo.
“Wajahmu juga terlihat sangat
kurus. Apa
semuanya baik-baik saja?” ucap Nyonya Nam khawatir
memegang tangan Dan Tae
“Ya, jangan khawatir... Aku sangat menyesal.” Ucap Dan Tae merasa bersalah.
“Kenapa kau terus mengatakan itu?
Jangan berkata seperti itu.” Kata Nyonya Nam
“Aku tidak tahu harus berkata apa.” Balas Dan Tae
Nyonya Nam pikir Dan Tae tak terlalu
khawatir karena tahu kalau akan sulit untuk
menemukan Joon Pyo, jadi menurutnya itu
bukan kesalahan Dan Tae. Sementara ia sengaja datang untuk
memberitahu secara
pribadi bahwa Dan Tae tidak
perlu terlalu khawatir. Dan Tae mengangguk mengerti.
“Bahkan saat kau sedang tidak
mencari Joon Pyo-ku, Kau
tetap diperbolehkan untuk mengunjungi atau menghubungiku. Mengerti?” pesan Nyonya Nam, Dan Tae mengerti.
“Aku senang mendengarnya dan akan pergi sekarang.” Kata Nyonya Nam lalu kembali masuk ke dalam mobilnya.
Tuan Suk baru datang ke kantornya, Gong Shim langsung
berdiri menyapanya. Tuan Suk kaget melihat Gong Shim duduk kembali di meja
sekertaris terlihat senyuman bahagia. Gong Shim mengatakan akan
membuatkan teh oolong untuknya. Tuan Suk tak percaya kalau Gong Shim kembali tapi
menurutnya sangat baik kalau memang kembali.
Seseorang
wanita menyapa didepanya, Tuan Suk sadar kalau itu sekertaris barunya, berpikir
sedang melihat penampakan Gong Shim didepan meja sekertarisnya. Akhirnya ia
meminta Sek Yoon untuk membuat teh heotgae
Gong Shim masuk ke taman bunga meminta bibi yang berkerja
untuk mempersiapkan 50 kotak untuk dikirimkan ke Seoul. Bibi itu mengangguk mengerti, salah satu bibi mengeluh Myung
Ok absen hari ini padahal mereka sudah
cukup sibuk. Gong Shim mengatakan bisa membantunya,
bibi itu pun mengucapka terimakasih.
“Aku mendengar makan siang hari
ini adalah Bibim Guksu. Aku
tidak sabar untuk memakannya. Apa
kau menyukai Bibim Guksu?” ucap Si Bibi
“Kau bilang Bibim Guksu?” kata Gong Shim, pikirannya melayang pada Dan Tae yang
makan Bibim Guksu buatanya dengan tangan kirinya dengan wajah belepotan, lalu
akhirnya ia menyuapi Dan Tae.
“Aku harus berhenti
memikirkan tentang dia.” gumam Gong
Shim menyadarkan diri untuk tak memikirkan Dan Tae dengan mengeleng-gelengkan
kepalanya.
“Apa kau tidak suka Bibim Guksu?” ucap bibi kembali bertanya. Gong Shim mengatakan menyukainya dengan
berpura-pura ada sesuatu di telinganya jadi mengelengkan kepalanya.
Gong Shim mendengarkan nyanyian “andante” wajahnya panik
kembali mendengar nama Ahn Dan Tae, bertanya apa sebenarnya yang
sedang terjadi. Si bibi menegur manager yang tak
menjawab ponselnya, Gong Shim melihat Manager yang datang dengan ringtone lagu
“andante”, Manager mengatakan tidak ingin menjawab telp yang
satu ini lalu memintanya tak perlu mengkhawtirknya dan kembali
bekerja. Gong Shim bernafas lega ternyata itu hanya nada dering
dari Manager.
Plastik untuk membungkus tanamanya jatuh mendengar
kembali lagu “andante” lalu menjerit “Itu dari Ahn Dan Tae lagi. Apa yang sedang
terjadi?” sambil
memegang kepalanya terlihat kebinggungan. Bibi yang membungkus bunga
memberitahu kalau sudah saatnya makan siang, lagu itu diputar tandanya saatnya
makan siang. Gong Shim heran bertanya kenapa lagu
itu. Si Bibi memberitahu kalau Manajer cabang menyukai lagu itu dan mengajaknya untuk segera makan Bibim
Guksu sambil menyanyikan lagu “Andante,
andante”
Gong Shim sedang membuat laporan di kantornya, tiba-tiba
seorang pria menjerit “Ahn Dan Tae” (Ini tidak manis) jari Gong Shim yang sedang mengetik berhenti lalu
menengok karena mendengar nama “Ahn Dan Tae” kembali.
“Aku sudah mengatakan kepadamu
untuk menambahkan dua
sendok gula dan krim dalam kopiku.” Ucap Si
pria protes, wanita yang berdiri bersamanya mengatakan sudah melakukanya.
“Oh, itu tentang kopi.” Kata Gong Shim bernafas lega, Si pria pun menyuruh
teman wanita itu merasakan kopinya,
Wanita itu mengatakan itu manis, tapi pria itu tetap
menyebut “ahn dan tae” (Ini tidak manis) Gong Shim merasakan nafasnya berhenti mendengar nama
“dan tae” si pria itu pun memanggil Gong Shim untuk mencoba kopinya. Gong Shim
pun mencobanya lalu mengelengkan kepalanya memberitahu “ahn dan tae” lalu
menjelaskan maksudnya itu tak manis rasanya. Kedua pria itu pun terus
menyebutkan kalau kopi itu “ahn dan tae” berulang-ulang.
Gong Shim masuk kamarnya, memindahkan pot bunga yang
ditaruh dekat jendela lalu menatap bibit yang mulai tumbuh sedikit demi
sedikit. Teringat kembali saat ulang tahunya, Dan Tae memberikan bibir padanya.
“Aku menanam sebuah benih di sini dan Ini akan tumbuh besok.” Kata Dan Tae, Gong Shim bertanya apa yang ditanamnya.
“Aku tidak akan memberitahumu.
Jika kau penasaran, rawatlah ini.” ucap Dan Tae.
“Kau bunga matahari, kan? Aku sudah bisa tahu hanya dengan
melihatmu. Tapi... kapan kau akan menunjukkan
wajahmu?” kata Gong Shim melihat tanaman yang sudah mulai
terlihat banyak daun.
Dan Tae berdiri di pinggir pantai yang terlihat sangat
tenang, tatapanya terus mengarah ke lautan lepas, seperti berusaha menenangakan
diri. Joon Ho datang ke rumah Dan Tae, terlihat banyak tempelan brosur makanan
yang tak dilepas lalu banyak surat yang tak diambil. Ia mencoba membuka pintu
tapi tak terbuka.
Gong Shim tersenyum melihat nama Joon Soo yang menelpnya. Joon Soo memulai dengan menanyakan kabarnya. Gong Shim pun mengatakan baik dan
bertanya balik. Joon Soo mengaku juga merasa baik lalu menceritakan sedang ada di tempat Dan Tae sekarang. Gong Shim hanya berkomentar “oh begitu” seolah tak
peduli.
“Aku belum mendengar kabar darinya
selama lebih dari seminggu. Jadi
aku datang ke rumahnya, Tapi dia
tidak ada di sini. Surat-suratnya
juga masih didepan rumah” cerita Joon Soo , Gong Shim
kembali berkomentar datar.
“Dari suaramu kurasa dia juga tidak
mengubungimu.” Kata Joon Ho, Gong Shim mengaku Joon Soo memang tak menghubunginya.
“Ahh.. Jadi begitu.... Aku sangat khawatir tentang dia. Apa kau benar-benar tidak tahu
apa yang terjadi dengannya?” tanya Joon Soo khawatir,
Gong Shim mengatakan memang tak tahu apapun.
“Mungkin kau akan menemukan dia
jika kau pergi ke kantornya.” Kata Gong Shim. Joon Soo menceritakan sudah mampir ke kantornya,tapi tidak
bisa menemukannya bahkan
stafnya juga khawatir.
“Apa kau yakin kalau kau baik-baik saja di sana?” ucap Joon Soo seperti merasakan kegelisahan Gong Shim,
Gong Shim menyakinkan kalau ia baik-baik saja. Joon Soo pun berharap mereka tetap
saling berhubungan. Gong Shim setuju lalu menutup telpnya, setelah itu
wajahnya terlihat sangat khawatir memikirkan Dan Tae yang tak ada kabar.
Gong Shim melihat kembali pot bunganya, kali ini makin
tinggi. Pikiran kembali melayang ketika masuk ke kamar Dan Tae karena mambuk
dan tidur bersebelahan denganya. Ia terus lalu memegang bagian ujung daunya,
kembali mengingat saat Dan Tae mengendongnya pulang, dengan penuh perhatian
Gong Shim menyemprotkan bunga mataharinya.
Hari berikutnya, Gong Shim melihat bagian kuncup bunga
mulai terlihat, wajah Gong Shim makin tersenyum mengingat saat Dan Tae
menyelamatknya dari kotoran burung.
Gong Shim bangun dipagi hari, matanya langsung melotot
dan tersenyum melihat bunga matahari yang sudah mekar, lalu mencium wangi dari
bunga matahari. Dengan menatapnya mengingatkan pada saat bersama Dan Tae
bermain air diatap.
Sebelum berangkat kerja Gong Shim mengambil foto bunga
matahari yang sudah mekar, dan mengirimkan pesan pada Dan Tae “Itu adalah biji
bunga matahari. Butuh satu bulan agar bisa sepenuhnya mekar. Hubungi aku jika kau menganggap... bunganya terlihat indah.”
Dan Tae sedang berada di pesisir pantai, dengan suasana
kamar yang remang tertidur pulas. Dalam mimpinya, ia kembali mendengar tangisan
anak kecil yang memanggil ibunya didepan foto studio, Dan Tae berjalan
mendekatinya, kali ini ia bisa menyentuh kepala anak itu.
Si anak kecil menengok ke arah Dan Tae yang terlihat
menangis dengan kencang. Dan Tae melihat wajah anak itu, di depan Studi
Foto Hyundae. Anak itu kembali menangis menatap
studio foto, Dan Tae melihat ada poster Bioskop
Bukseong dan papan nama di Studio
Foto Hyundae.
Dan Tae berbangun dari tidurnya, lalu mengeluarkan
sesuatu dari tasnya. Foto Joon Pyo saat masih kecil, ditatapanya dan mengingat
wajah yang sama dengan anak yang menangis di mimpinya.
“Jadi Anak laki-laki di dalam
mimpiku... adalah
Joon Pyo?” ucap Dan Tae binggung karena anak yang
tak dikenalnya masuk ke dalam mimpinya.
Gong Shim masuk ke tempat pengembiakan bunga, tapi
melihat semua pot dan alat-alatnya berantakan, lalu bertanya apa
yang sedang terjadi dan Kemana semua orang, karena mengira mereka
harus mengumpulkan semua bunga hari ini.
Tiba-tiba terdengar teriakan seorang masuk ke dalam rumah
kaca, dua bibi wanita mengikutinya dari belakang kalau merasa tak yakin, Paman
satunya berpikir mereka seharusnya menuntut dia atau
sesuatu, Si bibi merasa sudah tahu tahu ada
yang mencurigakan saat manajer cabang tidak muncul. Gong Shim melihat dari kejauhan bibi dan paman itu
sedang berbicara.
“Apa yang akan kita lakukan? Aku
belum dibayar selama dua bulan.” Ucap si bibi geram,
Gong Shim melotot mendengarnya.
“Kita tuntut manajer caban,karena Kita tidak bisa membiarkan dia menghancurkan kita semua.”
Ucap si paman. Gong Shim berlari
menghampirinya bertanya apa sebenarnya yang terjadi.
“Nona Gong, apa kau tidak mendengar apapun dari
kantor?” tanya si bibi
“Aku baru melakukan pengiriman dan
baru kembali dari bandara.” Kata Gong Shim
“Manajer cabang kita mengambil
semua uang penjualan dan kabur” ucap si paman geram
Gong Shim menjerit kaget, Si bibi panik memikirkan gaji
yang belum dibayar dan uang yang dipinjamkan. Semuanya terlihat sangat geram ,
Si bibi berkata harus akan mendapatkan uang serta harus menangkapnya. Mereka berteriak harus segera
menangkapnya. Gong Shim pun langsung berlari keluar.
Sesampai di kantor semua barang sudah diambil dan
berantakan, Gong Shim mencoba menahannya karena membawa komputer miliknya dan properti
perusahaan. Pria itu tak peduli membawa layar computer, Gong Shim menahanya dan menyakinkan kalau managernya
itu pasti akan kembali datang. Joon Soo akan masuk ruangan melihat Gong Shim
sedang berusah menahan si pria memilih untuk bersembunyi.
Keduanya akhirnya bertemu di tempat pengembiakan bunga.
Gong Shim yakin kali ini Joon Soo tidak hanya sekedar lewat, menurutnya tak mungkin ada yang melewati
Pulau Jeju. Joon Soo tersenyum memberitahu kalau ia dalam
perjalanan bisnis. Gong Shim mengerti.
“Bagaimana pekerjaan di sini? Apa kau senang?” tanya Joon Ho pura-pura tak mengetahui kejadianya. Gong
Shim binggung Joon Soo yang bertanya apakah senang.
“Ini mungkin sesuai dengan
jurusanmu, tapi
mungkin bukan sesuatu yang benar-benar ingin kau lakukan. Kau harus terpisah dari
keluargamu. Kurasa
itu bisa saja menjadi sulit. Jdai menurutku akan
lebih baik jika kau
tidak terburu-buru...dan berpikir tentang apa yang benar-benar ingin kau
lakukan.” Kata Joon Soo , Gong Shim menarik nafas panjang
mendengarnya.
Joon Soo berpesan agar Gong Shim tak terburu-buru. Gong Shim masih tak yakin kalau ada masalah. Joon Ho
menyakinkan kalau pasti akan baik-baik saja karena Gong Shim itu masih muda.
Gong Shim tersipu malu lalu mengucapkan terimakasih. Joon Soo bertanya apa yang
dilakukan Gong Shim esok dan mengajaknya pergi
memancing.
Gong Shim meminta maaf karena harus pergi ke Seoul esok,
Joon Ho terlihat sedih karena tak
mengetahuinya. Gong Shim memberitahu kalau besok adalah ulang tahun ayahnya. Joon Soo bisa mengerti karena memang harus pulang.
“Ngomong-ngomong, di mana menurutmu Dan Tae? Ini membuatku merasa semakin
tidak tenang. Dia sudah
hilang selama satu bulan.” Kata Joon Soo khawatir
“Iya.... Aku juga khawatir tentang dia.” Ucap Gong Shim memikirkanya. Joon Soo melihat wajah Gong
Shim sangat mengkhawatirkan Dan Tae.
Dan Tae berjalan di sebuah gang rumah yang tak terlalu
besar dalam hatinya bergumam “Kenapa Joon Pyo menangis di depan studio foto?” lalu mengingat dalam mimpinya sambil bergumam “Apa studio foto
dalam mimpiku...benar-benar ada di Bukseong-dong?” Dan Tae dengan sangat yakin wajah Joon Pyo yang
dilihatnya.
“Bukseong-dong adalah lingkungan
tempat ku tinggal saat aku masih
seusianya.” Gumam Dan Tae lalu kembali berjalan.
Ia sudah di tempat informasi daerah, pria tua itu melihat
foto Joon Pyo kecil mengaku tidak ingat, menurutnya Dan Tae tak mungkin bisa
menemukan seseorang menggunakan foto dari
26 tahun yang lalu. Dan Tae memastikan pria itu
tak mengenalnya, Pria itu pun mengelengkan kepalanya. Dan Tae kembali mengingat
nama studio Foto Hyundae.
“Apa mungkin, kau mengingat sebuah tempat
bernama Studio Foto Hyundae?” tanya Dan Tae
“Aku tidak perlu mengingatnya, karena tempat itu masih ada.” Kata Si pria
“Jadi tempat itu Masih
ada?” kata Dan Tae, Si pria membenarkan lalu melihat di peta.
Setelah itu menuliskan alamat dalam kertas, dan
memberikan pada Dan Tae alamat dari Studio Hyundae. Dan Tae melihat alamatnya “175,
Bukseong-dong.” Dalam hatinya bergumam “Kedengarannya
seperti alamat lamaku.”
Dan Tae berjalan mencari alamat dan menemukan sebuah
papan nama “Studio
Foto Hyundae” dan melihat alamat di depan “175,
Bukseong-dong” lalu mengintip ke dalam studio dari
kaca. Seorang pria yang naik sepeda, menghampiri Dan Tae bertanya apakah ingin melakukan
pemotretan. Dan Tae mengelengkan kepala hanya ingin
bertanya sesuatu.
“Apa kau pemiliknya?” tanya Dan Tae, Pria itu membenarkan.
“Lalu apa kau tahu...kontak untuk orang
yang memiliki tempat ini, 26 tahun
yang lalu?” kata Dan Tae, Pria itu memberitahu
kalau itu ayahnya. Dan Tae agak kaget kalau ternyata ayahnya.
“Iya. Dia sudah membuka studio ini
selama lebih dari 40 tahun.” Jelas si pria
“Jadi begitu.... Maaf, tapi apa mungkin untuk
bertemu dengannya? Aku
akan sangat menghargainya.” Kata Dan Tae, Pria itu
pun mengajak Dan Tae untuk masuk.
Dan Tae melihat ada rumah yang menempel
pada tempat ini, Pria itu membenarkan tapi
mereka tak tinggal di rumah itu hanya menyewakannya. Dan Tae menganguk mengerti, lalu pria itu masuk ke dalam
studio untuk memanggil ayahnya.
“Jika ini adalah tempatnya, apa itu berarti aku lahir dan
dibesarkan di sini?” gumam Dan Tae.
Pria itu pun datang dengan ayahnya memberitahu kalau Dan
Tae ingin menanyakan sesuatu. Dan Tae menyapanya lebih dulu, Si pria tua pun
bertanya apa yang ingin ditanyakan. Dan Tae mengeluarkan foto Joon Pyo bertanya
mengingat anak itu. Pria
itu melihatnya lalu mengatakan tak mengingatnya.
“Kalau begitu... Apa kau ingat aku?” tanya Dan Tae yang merasa yakin pernah tinggal dirumah
itu. Pria itu menatap Dan Tae mengatakan tak mengenalnya lalu bertanya apa
sebenarnya yang ingin ditanyakan.
“Itu sudah sangat lama, Kurasa aku terlalu muda untuk kau
ingat. Aku dulu
tinggal di rumah yang menempel di studio ini.”
cerita Dan Tae, kakek tua itu nampak binggung.
“Aku anak dari Ahn Soo Yong, Ahn
Dan Tae. Kau ingat
namaku, kan?” ucap Dan Tae, Pria itu makin terkejut
mendengarnya dan bertanya kembali siapa tadi namanya. Dan Tae pun menyebut namanya.
“Apa yang kau bicarakan? Siapa kau?!!” jerit si kakek, Dan Tae kaget dan binggung.
“Dan Tae meninggal. Kenapa kau
menyebut dirimu Dan Tae? Dan
Tae sudah meninggal. Dia meninggal saat dia berusia lima tahun. Jadi, siapa kau?” teriak si kakek, Dan Tae tetap memberitahu kalau ia
adalah Ahn Dan Tae. Si kakek
makin marah Dan Tae yang berani mengaku-ngaku.
“Dan Tae meninggal karena
tenggelam di sungai di sana. Aku
yang mengangkatnya keluar dari air. Apa yang kau bicarakan? Ayahnya dari pasukan khusus Termasuk bibi Dan Tae, empat
orang tinggal di sini. Bagaimana
aku bisa melupakan mereka? Setelah
Dan Tae meninggal, ibunya mulai gila. Hanya
empat hari setelah Dan Tae
meninggal, ibunya
melarikan diri di tengah malam. Apa
yang sedang kau coba lakukan? Siapa
kau?!!” teriak Si
kakek
Dan Tae terdiam terlihat shock mendengar ucapan si kakek,
lalu keluar dari studio. Dengan tatapan kosong, Dae Tae berjalan seperti sebuah
sedikit terhuyung-huyung sambil bergumam.
“Jadi Aku sudah mati? Ahn Dan Tae
meninggal? Lalu siapa aku?” kata Dan
Tae
Teringat kembali saat bertanya pada bibinya Tentang
pohon di Yangpyeong kalau pria itu menelepon
untuk mengatakan bahwa mereka harus menariknya keluar, Bibinya tiba-tiba menjatuhkan gelasnya.
Lalu ketika mencari Joon Pyo menduga seseorang
pria yang terbang dari Filipina ke
Korea antara tanggal 18 dan 26 April dan melihat
ayahnya yang sedang mengali tanah dengan sekop dan ayahnya tiba pada tanggal 23 April. Ucapan kakek itu pun terngiang kembali ditelinganya. “Ahn
Dan Tae sudah meninggal.
Kenapa kau menyebut dirimu Dan Tae? Dia
meninggal saat dia berusia lima tahun.”
“Apa itu berarti... Aku Joon Pyo?” gumam Joon
Pyo lalu terjatuh diaspal tak sadarkan diri.
bersambung ke part 2
FACEBOOK : Dyah Deedee TWITTER @dyahdeedee09
INSTRAGRAM dyahdeedee09 FANPAGE Korean drama addicted
semakin penasaran kelanjutannya..
BalasHapussemakin penasaran kelanjutannya..
BalasHapusDitunggu ya kakak kelanjutannya
BalasHapusEpisode 8 g bisa dibuka-buka sih....
BalasHapusaku benci menunggu,, kyaaaaaa penasaraaaaannnn
BalasHapusHwa akrimnya dan tae memiliki titik terang tetamg siapa dia itu sebenarnya
BalasHapusNgak sabar nungguin kelanjutannya