Gun Wook berada didepan blue screen, seseorang meminta
agar Senyum lebih natural dan
lebih lebar lagi. Gun Wook tersenyum tapi
terlihat kaku, Pria itu meminta Gun Wook memperlihatkan wajah ceria seperti
melihat k arah langit "wah hari ini cerah sekali!" tapi terlihat Gun Wook masih tak bisa mengekpresikan
wajahnya.
Akhirnya beralih ke ekspresi
marah, terlihat kejam, Gun Wook mencoba memperlihatkan mimik
wjan marahnya, Pria itu menyuruh agar seperti ada laser yang keluar dari mata
Gun Wook. Sul Hee yang melihatnya hanya bisa menghela nafas karena tak seperti
yang dinginkan. Si pria meminta Gun Wook untuk menaikan alis matanya, agar
terlihat sinis. Tetap saja Gun Wook terlihat kesulitan.
Pria itu pindah lagi meminta Gun Wook untuk melakukan dialog
dulu saja. Sul Hee memintaa gara Gun Wook
tersenyum lebar, tapi Gun Wook menyilangkan tangannya karena tak bisa. Sul Hee
berpikir sekarang tak bisa, tiba-tiba menyuruh Bo Nui untuk berdiri, meminta
Gary melihat Bo Nui yang ada didepanya. Bo Nui kebinggungan dan ingin
menolaknya.
Sul Hee memberitahu Gun Wook yang tak pernah interview
sendiri jadi Satu-satunya orang yang
membuatnya rileks adalah Bo Nui, jadi meminta tolong
padanya. Soo Ho tiba-tiba datang didepan pintu melihatnya. Sul Hee pun
berteriak meminta agar melanjutkan saja.
Gun Wook mulai mengucapkan kalimat yang ada diskrip tapi
terlihat tak begitu mengerti, Bo Nui datang menjelaskan kalimat itu ungkapan
saat kencan jadi meminta agar mengucapkan
seromantis mungkin. Soo Ho cemberut melihatnya.
Bo Nui memperagakan dengan bersandar pada tripod, Gun Wook pun mengatakan “kau
cantik”, Soo Ho makin cemberut mendengarnya.
Bo Nui
berbisik meminta Gun Wook berbicara penuh perasaan bahagi, Gun Wook bisa
tersenyum sambil berkata “kau sangat cantik”. Pria tadi pun memuji Gun Wook,
lalu meminta agar dengan perasaan yang tulus. Soo
Ho dibelakang pintu terus saja cemberut.
Sul Hee membaca ramalan kalau ia harus
berhati-hati dengan
hubungannya. Gun Wook keluar dari tirai bertanya apa yang sedang
mereka bicarakan. Sul Hee memberitahu Bo Nui sedang meramalnya, mengatakan ia mungkin
bermasalah dalam percintaan. Gun Wook mengatakan
kalau itu benar.
“Tapi itu dulu, sekarang hubungan baik untuk yang cantik,
mempesona dan
wanita populer.” Kata Bo Nui, Sul Hee pikir
Bo Nui memang mengerti.
“Cowok ceroboh itu dan si sensitif
Je Soo Ho tak
menyadari betapa berharganya Han Sul
Hee.” Kata Sul Hee bangga, Bo Nui terdiam karena Sul Hee
menyebut nama Soo Ho
Sul Hee sadar kalau menyebut nama Soo Ho, lalu mencoba
menjelaskan. Bo Nui memotong sudah tahu mereka berdua
sudah saling terikat lama. Soo Ho pikir memang
kata yang tempat mereka ditadirkan, menurutnya ia dan Soo Ho pasti
ditakdirkan bertemu karena saling merindukan.
Gun Wook kembali melonggo dari balik bertanya apakah Sul
Hee sudah baikan karena yang ia tahu Soo Ho yangsa membencinya, selama
lebih dari 10 tahun. Sul Hee menyuruh untuk
menebaknya, Gun Wook melihat Sul Hee terus tersenyum berarti mereka sudah
baikan dan menang. Bo Nui
terlihat tersenyum walaupun wajahnya terlihat sedikit tertunduk sedih.
Ketiganya kembali masuk ruangan, Bo Nui dan Sul Hee
tersenyum melihat Soo Ho datang juga. Gun Wook dengan tatapan dingin bertanya
kenapa Soo Ho datang, Soo Ho mengatakan pengambilan gambar ini proyek
penting, jadi tentu saja seorang Presdir harus
datang. Sutradara pun akan mulai mengambilan gambar. Gun Wook membuat gerakan dalam
memukul bola dengan raketnya.
“Sepertinya kau kemari untuk
melihatku.” Kata Sul Hee percaya diri, Soo Ho
terlihat salah tingkah, Bo Nui mendengar pembicaran dibelakanganya, Sul Hee
mengatakan kalau hanya bercanda.
Lalu Sul Hee memperlihatkan plester yang masih menempel
ditanganya, Soo Ho bertanya apakah masih sakit. Bo Nui melirik keduanya yang
terlihat dekat. Sul Hee pikir masih sakit tapi tak dilepas dan akan membiarkan karena Soo Ho yang menempelkannya. Soo Ho melirik Bo Nui seperti takut berpikir yang
aneh-aneh. Sul Hee cemberut karena Soo Ho tak menanggapinya.
Sutradara pun akan pindah adegan kencan lalu meminta Bo Nui untuk berjalan dengan Gun Wook,
dengan wajah bahagia Gun Wook pun meminta agar Bo Nui berdiri disampingnya.
Sutradara tahu tadi ekspresi Gun Wook itu sangat bagus jadi meminta tolong
padanya.
“Bukannya kau sangat suka? Daripada Bo Nui, lebih baik aku!” ucap Sul Hee sengaja mengejek
“Aku dengan Amy? Memikirkannya saja aku malas” balas Gun Wook, Soo Ho tiba-tiba ikut naik ke
depan blue screen.
“Ini Tidak bisa dilakukan, Programmer harus melihat
screen komputernya tak
bisa dijadikan model.” Kata Soo Ho menghalangi
jalan Gun Wook untuk bergandengan dengan Bo Nui. Sul Hee bertanya lalu siapa
yang harus menjadi pasangan.
Tangan Soo Ho merangkul lengan Gun Wook dengan tatapan
dinginnya, dibalik layar komputer Bo Nui, Sul Hee dan kru lainnya mencoba
menahan tawa. Gun Wook mengeluh menurutnya Amy saja yang jadi pasanyanya. Sul
Hee mengeluh dengan membalas ucapan Gun Wook, kalau memikirkanya saja malas.
Sutradara pun meminta keduanya jalan
bersama yang
mesra. Keduanya berjalan mengelilingi blue screen. Sul hee
mengejek keduanya yang terlihat serasi sekali. Gun Wook mengeluh haruskan Soo Ho melakukan ini
semuanya. Soo Ho menegaska kalau ini bagian kerjaan, jadi harus dilakukan sebaik mungkin, lalu menaruh
kepalanya dibahu Gun Wook.
Adegan kedua, meminta untuk melakukan Back Hug, Soo Ho
langsung melebarkan kaki berdiri didepan Gun Wook siap untuk menerima pelukan
dari belakang. Sutradara meminta peluk yang erat. Bo Nui mengambil foto dengan kamera tapi tertuju pada
wajah Soo Ho saja dan membuatnya tak bisa berhenti tertawa dengan tingkah
atasanya.
Di Lobby
Semua kru langsung berpisah, Bo Nui mengeluh punggung Gun
Wook karena tahu pasti sangat lelah. Sul Hee mengajak mereka untuk makan malam
bersama, Gun Wook pikir mereka lebih baik berpisah saja dan mengajak Bo Nui
untuk makan toppoki bersama. Bo Nui langsung setuju dan akan pergi.
“Shim Bo Nui! Data yang kau dapat hari ini kumpulkan semuanya dan serahkan
padaku besok.” Perintah Soo Ho, Bo Nui kaget apakah
harus semuanya.
“Semuanya. Besok jam 9 pagi.”tegas Soo Ho lalu pergi meninggalkanya, Sul Hee
menanyakan makan malam, Soo Ho terus berjalan. Gun Wook ingin menghalanginya
tapi Soo Ho bisa menghindarinya dengan cepat. Sul Hee mencoba mengikuti Soo Ho
dan pamit pergi.
“Gun
Wook, kurasa makan ddeokbokkinya lain kali saja dan aku
akan lembur.” Ucap Bo Nui sedih pada teman masa
kecilnya.
Bo Nui mengerjakan tugas dirumahnya, sambil meminum kopi
mengeluh kalau banyak sekali perkerjaanya.
Soo Ho mengeringkan rambutnya setelah mandi, senyumanya
terlihat bahagia karena tak membiarkan Bo Nui untuk makan toppoki dengan Gun
Wook, lalu teringat kembali senyuman Bo Nui saat ada diblue screen. Akhirnya ia
menyadari dirinya yang aneh dan keluar dari kamar mandi.
Ia menulis keyword, tapi sudah banyak keyword yang keluar
“Saat pria jatuh
cinta pada wanita, saat pria tertarik pada wanita, saat pria suka
pada wanita, saat pria bercanda dengan lawan jenisnya...” akhirnya ia
memilih keyword "Saat pria suka pada wanita".So Ho mulai membaca artikelnya "Yang
dilakukan pria saat menyukai wanita. Mereka selalu penasaran
yang dilakukan wanita yang disukainya.nya"
“Tentu saja penasaran. Dia selalu
bikin masalah, kesana-kemari
bawa setoples garam!” komentar Soo Ho
Ia kembali membaca artikelnya. "Kau terus melihatnya seolah hanya dia saja yang kau lihat" Soo Hoo
pikir Tentu saja, karena
mejanya tepat di depan pintu ruangannya. Ia
kembali membaca "Suaramu bergetar" tap
menurutnya sama sekali tak bergetar. Soo Ho mulai membaca kembali "Kau ingin
kontak fisik dengannya seperti ingin mencium rambutnya"
“Wow,... Aku tak pernah t punya kenangan skinship.” Kata Soo Ho, membaca kembali gejalanya. "Kau bahkan
ingat hal kecil mengenainya"
“Namanya siapa? Shim Bo Nui, oh
sekarang aku ingat namanya.” Ucap Soo Ho merasa
hanya itu yang diketahuinya, dibarisan baan tertulis "Kau sengaja
pura-pura tidak tertarik"
“Bukannya pura-pura, tapi memang tak tertarik, sama
sekali!” tegas Soo Ho berusaha mengelak
Akhirnya ia menaruh laptopnya diatas meja dan menyadarkan
tubuhnya sambil menghela nafas panjang.
Bo Nui baru masuk kantor melihat pintu lift yang akan
tertutup berteriak meminta agar menunggunya. Soo Ho yang ada didalam berusaha
untuk menutupnya. Bo Nui bisa menahan dengan tanganya lalu masuk kedalam lift,
Bo Nui melihat Soo Ho yang ingin menutup pintu lift, Soo Ho mengelak lalu menekan
untuk membuka pintu.
“Laporanmu sudah selesai?”
tanya Soo Ho
“Sudah. Aku segaja bergadang semalaman dan tak jadi makan ddeokbokki.” Keluh Bo Nui kesal, tapi Soo Ho terlihat sangat senang
mendengarnya.
Ketika keluar lift, tiba-tiba Hyun Bin sudah mengendong
Seung Hyun, semua pun berlari. Bo Nui bertanya apa yang terjadi. Yoon Bal
menceritkaan Seung Hyun tiba-tiba muntah dan terus
mengeluh sakit perut menurutnya setelah minum air
aneh itu, Bo Nu bertanya apakah air yang ada di pantry.
Bo Nui berlari ke dekat pantry melihat kardus minuman
tinggal satu kotak lagi, lalu berusaha menelp Tuan Won bertanya sedang ada
dimana dan meminta segera datang ke Zeze. Soo Ho melihat kardus botol air,
mengerti kenapa Tuan Won meminta bayaran padanya. Bo Nui binggung tak percaya
Soo Ho bertemu dengan Tuan Won dan menagih uangnya.
Soo Ho hanya bisa menghela nafas, Bo Nui meminta maaf
karena Tuan Won yang bersikeras dan tadinya mau dikembalikan. Soo Ho mengomel karena Bo Nui terus saja meminta maaf,
menurutnya Bo Nui tak harus yang meminta maaf padanya lalu mengajak keruangan
rapat. Bo Nui binggung, Soo Ho memberitahu Semuanya
lagi di rumah sakit dan Skenarionya
Gary Choi harus dirapatkan. Bo Nui mengerti.
Bo Nui duduk ditengah-tengah dengan mempersiapkan alat
perekam, sementara Soo Ho berhadapan dengan Sul Hee dan juga Gun Wook, memulai interview
dari saat masa kecil Gun Wook
di Korea sebelum
ke Kanada, Umur 8
tahun. Lalu ingin memulai dari orang tuanya lebih dulu.
“Haruskah membicarakan orang
tuanya?” kata Sul Hee mematikan lebih dulu alat perekam.
“Apa maksudmu? IF adalah
life-experience game.” ucap Soo Ho
“Gary tak pernah mau terbuka mengenai keluarganya.” Kata Sul Hee mencoba untuk tenang.
“Aku tahu. Itu sebabnya orang
tertarik dengan
game kami.” Ucap Soo Ho. Bo Nui melirik karena
sudah mengetahui tentang Gun Wook.
“Kalau aku tidak mau, bagaimana?” Kata Gun Wook menantang
“Aku tahu saat ini kau punya Ibu
Korea dan Ayah
dari Kanada. Berarti
Ibumu bercerai atau Ayahmu sudah meninggal.” Kata Soo
Ho
Gun Wook berkomentar sinis Soo Ho sangat mudah berbicara,
Soo Ho meminta Gun Wook tak perlu khwatir karena akan mengurusnya dengan mudah,
Gun Wook berdiri meminta waktu untuk bicara dengan agensinya. Soo Ho pun
mempersilahkanya, Keduanya pun keluar dari ruangan.
Bo Nui mengeluh dengan yan dilakukan atasanya, Soo Ho
binggung ada apa denganya. Bo Nui mengatakan kalau Soo Ho itu tega
sekali lalu keluar dari ruangan. Soo Ho pun mengejarnya keluar
dari ruangan rapat.
“Apa, apanya yang tega sekali?” ucap Soo Ho, Bo Nui hanya menatap dengan tatapan mata
dinginy.
“Lagi, lagi! Mata itu lagi!” teriak Soo Ho kesal, akhirnya dari pada dilihat oleh
pegawai lain menyuruh Bo Nui untuk pergi ke atap gedung sekarang juga
“Kenapa atap gedung?” ucap Bo Nui heran mengikuti langkah Soo Ho.
Di ruangan Amy
Sul Hee melihat Tak ada alasan spesifik, jadir mereka bisa negosiasi. Gun Wook terlihat ingin bicara serius, Sul Hee mengaku tak
bisa menjamin yang lainnya, tapi
akan tepati janjinya, yaitu akan menceritakan
cerita Gun Wook yang berusia 15 tahun.
“Amy.... Ada sesuatu yang belum kukatakan
padamu. Aku ke
Korea untuk mencari Ayahku.” Akui Gun Wook, Sul Hee
kaget mendengarnya.
“Betapa menyedihkannya kehidupan
Ayahku dan betapa jahatnya aku sebagai
anak... Aku tak
ingin hal itu ditampilkan dalam game.” ungkap Gun
Wook
Sul Hee menelp Soo Ho meminta Meeting
hari ini untuk menyudahinya dan juga Untuk
saat ini, hentikan dulu pengembangan skenarionya
serta beberapa hari lagi akan dihubungi kembali. Gun Wook bisa sedikit tersenyum. Sul Hee
pun mengajak Gun Wook untuk mulai
bercerita tentang masa lalu saja.
Diatap gedung.
Soo Ho melihat Bo Nui yang datang memberitahu Skenarionya dipending
sementara waktu, menurutnya Bo Nu sudah tahu
game ini butuh versi betanya dalam
2 bulan, Bo Nui pikir Gun Wook punya alasan yang tak bisa
dikatakannya. Soo Ho menegaska kalau ia tak bisa mengerti, maka user-pun tak bisa mengerti.
“Menurutmu kenapa respon setelah
demo rilis game bagus sekali? Karena mereka akhirnya bisa
melihat dan merasakan pengalaman
hidup Gary Choi, yang selama ini tertutup tabir misteri.” Jelas Soo Ho
“Kalau kau melihat dari prespektif yang
berbeda, maka akan tahu ada alasan di balik
tabir itu.” Ucap Bo Nui, Soo Ho mengeluh karena Bo
Nui malah membuatnya tambah pusing.
Bo Nui menjelaskan bukan itu maksudnya, Soo Ho menyuruh
Bo Nui untuk mencoba membujuk Gun Wook, Bo Nui ingin memohon tapi Soo Ho mulai
mengertakan giginya, mengingatkan Bo Nui yang berjanji mulai
sekarang akan kerja sebaik-baiknya, jadi meminta untuk melakukan
kerjanya dengan baik.
“Presdir, kau
juga tak mau mengangkat telepon
dari Ibumu! Ibumu selalu
memikirkanmu , tapi saat menelpon, kau selalu memutuskan panggilannya.” Ucap Bo Nui mengeluarkan keluhanya, Soo Ho berkomentar
Bo Nui tak taahu apa-apa soal itu.
“Kenapa tidak tahu! Ibumu minta tolong padaku, jadi kuletakkan jimat di bu...” kata Bo Nui terhenti karena keceplosan
“Apa maksudmu? Jimat yang di buku
bukan milikmu tapi...” kata Soo Ho
“Ibumu melakukan
itu demi kebaikanmu! Bukan untuk membuatmu gagal!” kata Bo Nui, Soo Ho hanya bisa menghela nafas panjang.
“Mereka bilang kau terlalu dimanja. Aku memikirkan hal ini setiap
hari. "Kalau mereka masih hidup, alangkah senangnya. Mereka bisa mengomeliku dan
mungkin membenciku tapi
aku ingin mereka hidup". Tapi kau tanpa ragu menulis nama mereka dengan tinta merah. Ayahmu itu sedang terluka, apa kau tahu?” kata Bo Nui menceritakan semuanya.
Soo Ho binggung menurutnya tak mungkin ayahnya
terluka, dan bertanya darimana Bo Nui
mengetahuinya. Bo Nui mengaku Tak sengaja tahu lalu menyindir Orang lain tahu tapi
anaknya sendiri tak tahu, setelah itu memberitahu
kalau lukanya tak parah jadi Soo Ho tak
perlu khawatir. Soo Ho terlihat terdiam, Bo
Nui pin mohon untuk pertimbangkan kembali. kisah mengenai orang tuanya Gun Wook menurutnya skenario game-nya bisa
diselesaikan tanpa
menyertakan itu.
“Kau minta begini sebagai Nunanya apa planner?” kata Soo Ho mengomel tapi setelah itu merasa Bo Nui
tak usah menjawabnya karena tak suka dengan jawabanya lalu memilih untuk pergi.
Tuan Je menghitung kotak makanan, lalu kebinggungan
karena kurang satu padahal sudah memastikan membuat 10 kotak. Tuan Ahn bingung
tiba-tiba Nyonya Yang memberikan sekotak makanan, Nyonya Yang memberitahu itu Sup
ikan dnegan menceritakan Ikan yang
mereka budidayakan di tambak dengan Kualitas
nomor wahid.
“Dan ini ada lauk, yang ini jenisnya
kering dan rebus. Lauk
ini harus segera dimakan, kalau tidak akan cepat basi.” Ucap Nyonya Yang memperlihatkan semua kotak makanya.
“Tak usah repot begini! Sudah
bertahun-tahun lamanya aku
terbiasa masak sendiri.” Kata Tuan Ahn,
“Aku suka sedih, membiarkan bakat
hebatmu tak
dimanfaatkan...” komentar Nyonya Yang dengan
gaya imutnya, Tuan Ahn hanya bisa tersenyum.
Soo Ho mondar mandir di ruanganya dengan wajah gelisah,
lalu dengan wajah datar mencoba menalp ibunya. Nyonya Yang sedang ada
direstoran kaget melihat anaknya yang menelp. Soo Ho dengan nada canggung
memastikan kalau keadaan ibunya baik-baik saja, Ibunya mengatakan baik-baik
saja dengan melirik pada Tuan Ahn sedang mengambil minuman.
“Ya Tuhan, Aku tak menyangka kau
menelpon Ibu? Ini sudah
berapa tahun lama yah?”
ucap Nyonya Yang, Soo Ho bertanya keberadaan ibunya.
“Ini lagi dimana? ... di rumah.” Ucap Nyonya
Yang berbohong. Soo Ho pun meminta agar memberikan telpnya pada ayah.
“Ayahmu sedang keluar, beli
makanan ikan.” Kata Nyonya Yang berdalih, Soo Ho pun percaya
dan berpesan pada ibunya.
“Ibu... Tolong jangan suruh stafku melakukan hal aneh-aneh. Dia kerja untuk perusahaan, bukan sebagai pembantumu” kata Soo Ho. Nyonya Yang pura-pura
tak mengerti menurutnya hanya bertemu dengan wanita yang baik hati dan mereka berteman
baik.
Tuan Ahn datang dengan membawakan minuman, Nyonya Yang
langsung buru-buru memutuskan telp dari anaknya dengan alasan akan kembali
masak. Soo Ho melempar ponselnya dan menyandarkan tubuhnya yang terlihat tegang
saat menelp ibunya. Tuan Ahn menebak kalau yang menelp anaknya, Nyonya Yang
dengan bangga mengatakan anaknya selalu perhatian pada Ibunya, walaupun sudah berumur 30 tahun
lebih, belum pernah kencan karena yang dikenalnya
hanya ibunya, yang membuatnya khawatir.
“Wah, kau punya kehidupan yang
luar biasa. Aku ikut
senang!” kata Tuan Ahn, Nyonya Yang terlihat cemberut karena
anaknya sebenarnya tak seperti itu.
Bo Nui menaburkan garam pada meja kerjanya lalu mulai
berdoa, Soo Ho keluar dari ruangan melihat Bo Nui mulai bergumam “Benar. Wanita itu,
adalah bug.” Lalu berjalan mendekati Bo Nui, membahas Analisis
lagi motion capture-nya. Bo Nui bertanya bagaimana
yang salah, Soo Ho mengatakan Dari
awal hinggal akhir. Semuanya.
Hyun Bin dkk akhirnya kembali, Bo Nui bertanya apakah
Seung Hyun baik-baik saja. Yoon Bal pikir Bo Nui bisa melihatnya sendiri kalau
Hyun Bin sampai acak adul karena terus dijambak oleh Seung Hyun yang kesakitan,
Hyun Bin memberitahu kalau dokter menyuruh Seung Hyun diinfus
dan istirahat, setelah itu akan baikan. Bo Nui merasa semua karena dirinya dan
meminta maaf sambil membungkuk, Soo Ho melihat kembali Bo Nui yan merasa
bersalah dan meminta maaf.
Soo Ho berdiri dicafe, dengan merobek bungkus sedotanya,
dengan melamun kembali bergumam “Dia bug, jadi aku ingin
menangkapnya. Karena
dia bikin salah, aku harus memperbaikinya. Titik.”
Ryang Ha datang memberikan dua gelas minuman agar Soo Ho memilih, Si
pahit femme fatale atau
si segar penuh keberuntungan. Soo Ho hanya
menatapnya sambl memberikan sampah bungkus sedotan.
Ryang
Ha mengeluh temannya itu malah menyampah, Soo Ho tiba-tiba melihat Bo Nui yang
lewat didepanya sambil menelp Tuan Won meminta agar datang ke restoran
ayam di depan kantor dan mereka bertemu. Ryang Ha mengodanya kalau Bo Nui itu memang sangat
menyegarkan. Soo
Ho pun memilih minuman yang menyegarkan.
Soo Ho berlari mengejak Bo Nui meminta agar tak pergi, Bo
Nui binggung melihat Soo Ho yang mengejarnya. Soo Ho mengingatkan Bo Nui bahwa
Tuan Won yang sudah menerima uang muka
kontraknya dengan jumlah yang banyak, sekarang
malah menghabiskan begitu saja jadi meminta agar tak menemuinya.
“Aku akan cari tahu sendiri.”kata Bo Nui, Soo Ho menghalangi jalanya, Bo Nui meminta
agar Soo Ho minggir karena mau lewat.
“Tidak Boleh! Kau begitu pemaaf pada semua
orang kecuali aku, Kenapa bisa begitu? Kalau padaku... kau ngomel. "Yang baik pada orang
tua", "jangan kasar kalau bicara", kau mengatakan itu semua padaku, kenapa kau bisa baik sama orang
lain? Mana
bisa... kau mendiskriminasikan orang seperti ini?”
ucap Soo Ho dengan menatap Bo Nui
“Presdir Won bertingkah seolah kerasukan
sesuatu tapi
sebenarnya dia baik.
Saat aku cari kerja sambilan, dia
merekrutku. Maksudku,
ada kalanya orang jadi jahat dan
bangkrut, mana bisa aku mengabaikannya?” ucap Bo
Nui menceritakan sampai membuat Soo Ho terus menatapnya seolah-olah sangat
terpana.
Bo Nui sadar untuk apa menceritakan semuanya pada Soo Ho,
menurutnya tak perlu menuruti perintah Soo Ho dengan siapa akan bertemu dan
makan lalu pamit pergi. Soo Ho tetap diam dan menatapnya, lama kelamaan
senyumanya terlihat. Bo Nui pun memilih langsung pamit pergi saja. Soo Ho
terlihat kebinggunga melihat sekeliling.
Di sisi gedung, Soo Ho menepuk-nepuk dadanya binggung
karena merasa jantungnya berdegup kencang, lalu berpikir dirinya itu terkena stress karena apabila
stres maka tubuh
memproduksi hormon aneh. Lalu ia mencoba kembali
berjalan, tapi degupan jantungnya terus saja terasa kencang.
Tanganya akhirnya memegang dinding penyanggah, tiba-tiba
matanya melihat sosok wanita yang dikenal. Ibunya sedang berada di halte dengan
Tuan Ahn, ketika ibunya naik ke bus wajahnya terlihat sumringah sambil
melambaikan tanganya. Soo Ho memastikan pria yang sedang bersama ibunya.
Tuan Won sudah menunggu di meja, Bo Nui datang dengan
membawakan semangkuk popcorn. Tuan Won makan seperti pria yang sangat
kelaparan, Tuan Ahn pun datang, Bo Nui meminta maaf karena tuan Ahn tak ada
ditempat jadi melayani sendiri. Tuan Ahn tak masalah, lalu menawarkan untuk
mengoreng ayam. Bo Nui menolak karena
Setelah minum akan segera pergi.Tuan Woon bertanya apakah Bo Nui tak makan
siang.
Akhirnya Tuan Won makan ayam dengan sangat banyak,
terlihat tulang yang disisihkan. Bo Nui bertanya sudah berapa hari Tuan Won kelaparan, Tuan Won merasa bukan kelapan tapi memang menu
ayam di restoran Tuan Ahn enak
sekali. Lalu langsung mengumpat.
“Setelah kutransfer pembayarannya,penipu itu
langsung kabur!” kata Tuan Ahn kembali
makan, Bo Nui menyuruh untuk makan perlahan karena bisa tersedak nanti dengan memberikan minuman.
Dal Nim masuk cafe ingin memesan kopi, Ryang Ha
memberikan minuman berwarna Pink memberitahu Soo Ho
meninggalkannya setelah pesan jadi Sedotannya
ditancapkan sendiri. Wajah Dal Nim langsung
tersipu malu mendengarnya. Ryang Ha kembali mengoda wajah Dal Nim yang merona dan masih menyangkal, Dal Nim tetap saja menyangkalnya
kalau ingin mengancamnya, Ryang Ha tiba-tiba memanggil Soo Ho, Dal Nim pun
langsung menengok.
“Tuh kan! Dalam 0.5 detik saja kepalamu menoleh begitu cepat Aku saja bisa lihat, Apa masih menyangkal?” ucap Ryang Ha
“Memang tidak. Pokoknya tidak!” tegas Dal Nim
Ryang Ha kali ini benar-benar melihat Soo Ho yang
berjalan didepanya, Dal Nim menegaskan kalau tak
bakalan ketipu lagi, jadi tak perlu mengodanya
lagi. Ryang Ha bersumpah kalau sekarang memang benar jadi menyuruh untuk
membalikan badanya. Soo Ho terus saja berjalan, Ryang Ha melihat Soo Ho sepertinya
lagi kesal. Dal Nim menengok dengan wajah sumringah.
Ryang Ha kembali mengoda seperti sedang menuliskan pada Diary. "Apa
yang akan dipikirkan Sayangku?" Dal Nim terlihat kesal.
Soo Ho pergi ke restoran ayam tapi tutup dan tak orang di
dalam, di sebuah toko terlihat antrian panjang dari dalam terdengar kalau
mereka akan mulai pembeliannya sekarang dan memangil pria didepan sebagian pembeli
pertama telah memilih smart watch.
Ji Hoon yang ada mengantri mengumpat kesa melihat dari
kaca siapa yang mendapatkan pertama kali, matanya melotot kaget melihat Tuan Ahn
pemilik kedai ayam, lalu
tiba-tiba seorang pria menyapanya. Ia juga mengenal pria itu Presdir dari Coconut.
“Tunggu Sebentar... pendiri industri IT memberi salam pada Presdir kedai ayam? Ada apa ini!” jerit Ji Hoon kebinggungan, bahkan Tuan Ahn ditarik
seperti untuk dijamu lebih dulu.
Soo Ho terbangun dari tidurnya, mengambil botol air minum
dalam kulkas saat itu melihat Bo Nui yang berbaring dilantai. Soo Ho berjongok
langsung tersenyum melihat Bo Nui yang sedang tertidur. Saat itu Bo Nui membuka
matanya, Senyum Soo Ho terlihat sangat lebar. Bo Nui pun juga memberikan
senyuman.
Soo Ho terlihat tertidur sambil tersenyum sendiri
diruangan Tvnya, lalu terbangun, sangat ingat kalau tidur di ranjannya tapi
bangun malah ada diruang TV, berpikir ia itu tidur sambi berjalan dan buru-buru
ke kamar mandi karena ingin buang air kecil.
Bo Nui tersenyum bahagia menatap wajahnya dicermin dan
terlihat sangat rapih, dengan membawa sebuket bunga keluar dari rumah. Soo Ho
keluar dari mobil dan langsung memanggilnya, Bo Nui kaget melihat Soo Ho sudah
ada didepan rumahnya. Soo Ho bertanya mau kemana Bo Nui. Bo Nui binggung lalu
bertanya balik kenapa Soo Ho ada didepan rumahnya.
“Aku... aku kebetulan lewat. Aku ada keperluan di sana tadi... jadi hanya lewat.” Ucap Soo Ho
“Kalau begitu... silakan! Aku ada
janji!” ucap Bo Nui, Soo Ho pun mempersilahkan Bo Nui untuk
segera pergi. Tapi akhirnya memanggil Bo Nui kembali karena tujuanya bukan itu,
bertanya ada janji apa.
Bo Nui datang ke tempat abu ayah dan ibunya, Soo Ho
berdiri tak jauh melihat Bo Nui yang berbicara dengan ayah dan Ibunya, terlihat
foto Bo Nui saat masih kecil, foto orang tuanya dan juga foto keluarga dengan
Bo Ra saat mereka masih kecil.
“Ibu, Ayah. Bo Ra sudah sadar. Dia akan segera membuka matanya
dan bicara. Terima
kasih sudah menjaganya Bo Ra. Aku
rindu sekali pada kalian.” Ucap Bo Nui dengan senyuman
sumringahnya.
Bo Nui bersenandung di dalam mobil. Soo Ho mengingat lagu
itu yang disenandungkan Bo Nui saat berjongkok ditaman, Bo Nui memberitahu itu Lagu
kesukaan Ayah-Ibunya dengan judul "Takdir
pilu". Soo Ho pun meminta izin untuk bertanya
sesuatu. Bo Nui pun mempersilahkan.
“Kenapa di rumahmu tak ada foto
keluarga sama sekali? Aku
tak melihatnya... Kalau
kau sayang sama adikmu, harusnya
kau simpan fotonya supaya bisa kau lihat.” Ucap Soo Ho
“Kesialan takdir di keluargaku, adalah aku.” Kata Bo Nui, Soo Ho menatap Bo Nui terlihat binggung
“Peramal bilang ada pisau tajam di dalam diriku. Energi jahat di sekitarku terlalu
kuat, dan
melukai orang-orang di sekitarku. Itu
sebabnya sebisa mungkin aku menghindari mereka.” Cerita Bo Nui, Soo Ho mengingat saat berbicara dengan
Bo Nui setelah hujan.
Flash Back
“Kau Bilang Realita? Mau kukatakan apa
itu realita? Kalau aku
mencintai orang, maka mereka meninggalkanku.” Teriak Bo Nui
“Kenapa kau berpikiran begitu?” ucap Soo Ho
“Saat kubilang karenamu Presdir, Aku bohong. Setidaknya
dengan begitu, aku ingin
lari dari rasa bersalah dan
semua ini salahku.” Ucap Bo Nui
Soo Ho terdiam mengingat kata-kata Bo Nui
“Ya, aku tak apa meskipun tak bisa
melihatnya. Kalau Bo
Ra bisa sadar, meski
seumur hidup aku hanya melihat bayangannya tak mengapa.” Ucap Bo Nui, Soo Ho tetap saja diam sambil menyetir
mobilnya.
Mobil Soo Ho tiba-tiba berhenti didepan rumah sakit, Bo
Nui panik kenapa mereka ada dirumah sakit. Soo Ho menyuruh Bo Nui untuk segera
turun, Bo Nui melepaskan sabuk pengaman dengan wajah kebingungan. Soo Ho
akhirnya berjalan masuk ke lorong ruang rawat.
“Tidak! Bo Ra akhirnya sadar, bagaimana kalau aku memberinya
aura negatif! Tidak,
aku tak boleh egois.” Ucap Bo Nui, Soo Ho
menatapnya, lalu tanganya menyentuh pundak Bo Nui
“Kau bilang... aku adalah jimatmu. Lantas apa yang kau takutkan?” ucap Soo Ho
“Kau kan tidak percaya.” Ucap Bo Nui, Soo Ho tahu tapi Bo Nui percaya dengan hal
itu.
“Kau bilang akan ada efeknya bagi orang yang percaya.” Kata Soo Ho, Bo Nui hanya terdiam menatapnya.
Soo Ho memegang pundak Bo Nui dari belakang, lalu
mendorongnya agar bisa berjalan mendekati kamar Bo Ra. Saat pintu terbuka, Bo
Nui menutup matanya seperti masih ketakutan, Soo Ho memegang erat Bo Nui dan terus
menuntunya masuk ke dalam kamar. Tepat didepan Bo Ra, Soo Ho meminta Bo Nui
untuk membuka matanya.
Bo Nui membuka matanya melihat adiknya yang selama ini
tak pernah dilihatnya, air matanya langsung mengalir dan menangis. Soo Ho
dibelakanganya mencoba untuk tetap tenang. Ia memberitahu Bo Ra kalau kakaknya
datang, ketika akan memegang tangan adiknya, tangan Bo Ra bergerak.
Keduanya saling menatap tak percaya, Bo Nui sedikit
membungkuk. Soo Ho tak melepaskan tanganya dengan memegang bahu Bo Nui. Bo Nui
meminta adiknya untuk lekas buka matanya agar bisa melihat wajah kakaknya, karena sekarang
sudah melihatnya dan
meminta untuk tetap kuat
Soo Ho kembali menuntun Bo Nui sampai ke depan ruangan,
lalu memastikan kalau tak terjadi apa-apa. Bo Nui hanya diam saja, Soo Ho
memanggilnya. Bo Nui mengucapkan terimakasih pada Soo Ho.
“Sungguh... Terima kasih banyak.” Ucap Bo Nui akhirnya menangis haru, Soo Ho langsung
memeluknya.
“Kapanpun kau ingin membesuknya, katakan padaku. Aku akan datang bersamamu.” Bisik Soo Ho ditelinganya, Bo Nui pun menangis
dipelukan Soo Ho mengangguk mengerti.
[Saat Pria Menyukai Wanita]
Soo Ho menyadarkan kepalanya seolah tak peduli lagi
dengan laptopnya, tapi rasa penasaran datang kembali melihat artikel dan
melanjutkan membacanya.
“Kalau kau
memikirkannya saat membaca ini, berarti kau suka padanya. Tak masalah kalau kau menyangkal semua itu. Tapi kalau kau memikirkannya saat membaca ini, berarti kau suka padanya."
Wajah Soo Ho melotot tak percaya dan langsung menutup
mulutnya, karena selama itu memikirkan Bo Nui bahkan berusaha menyangkalnya.
bersambung ke episode 9
FACEBOOK : Dyah Deedee TWITTER @dyahdeedee09
INSTRAGRAM dyahdeedee09 FANPAGE Korean drama addicted
Ah akhirnya, di episode ini soho begitu Imyut
BalasHapusMakin ngefans sama Ryu Joon Yul gak begitu tampan tapi imut bgt mba bikin greget sama tingkahnya yang galak tapi perhatin bgt gumawo mba udah bikin sinopsisnya dengan cepet
BalasHapusfighting
Mbak dee gumawo sinopsisny, baca sinopsisny bikin ngakak terus, ditunggu next ep.nya mbk dee :)
BalasHapusWaa daebakk nggak sabar nunggu eps 9, gomawo eonni udah buata sinopsisnya, fighting
BalasHapusRyu Jun Yeol memang bukan flower boy tp aktingnya patut diperhitungkan krn bs natural berakting awkward sekaligus menggemaskan, patut disandingkan dg hwang jeung eum yg sudah lebih dahulu malang melintang didunia persilatan eh peraktingan
BalasHapusCant wait for the next episode, hwaitting airin always looking forward your sipnosis