[SMA Wanita: Namyang]
Seorang Kepala sekolah berjalan dengan Hye Jung dilorong
berkomentar anak muridnya barunya itu jagoan, mengaku sebagai guru Spesialis
siswa nakal lalu memperingatkan kalau berulah maka akan langsung dikeluarkan, Hye Jung berjalan
dibelakangnya hanya diam dengan wajah cemberut.
“Hidup serampangan
adalah bentuk dari penyiksaan diri. Hal itu akan menyakiti dirimu sendiri
lebih dari sakit apapun Tapi, ketika kalian sudah terbiasa, hal ini akan menyenangkan.”
Keduanya masuk ke dalam ruangan guru, Hye Jung melihat Ji
Hong yang sedang duduk dengan senyuman menerima sebuket bunga.
“Aku berharapa dia
tak akan menjadi wali kelasku, tapi sepertinya tidak. Hidupku tak pernah memberikan apa yang aku
inginkan.”
Ji Hong membaca profile Yoo Hye Jung, dengan foto memakai
seragam dengan IQ 156 lalu
membaca tulisan yang ada dikolom bawah. Lalu Hye Jung sudah siap membungkuk,
menerima pukulan Ji Hong.
“Meskipun hidupku
serampangan, aku sering bertanya, "Kapan aku bisa
berubah?"”
Ji Hong mengatkan akan menunjukan betapa
hebatnya ia dalam hal yang dibencinya itu, tangan membuat ancang-ancang dan siap memukul,
tapi tanganya terhenti tepat dibelakang punggung Hye Jung. Ia membuang tongkat
kayunya lalu menyuruh Hye Jung untuk berbalik.
“Kau lah yang menginginkan
kekerasan. Aku tak
akan melakukan hal yang kubenci
bahkan pada orang yang tak kusuka.” Ucap Ji
Hong, Hye Jung melirik sinis
“Kenapa? Apa kau shock
mendengarku berkata
bahwa aku tak menyukaimu?” kata Ji Hong
“Tidak,
Aku suka kejujuranmu daripada
memukul karena sok peduli.” Ucap Hye Jung, Ji Hong
melipat tangan tak percaya.
“Apa yang akan kau lakukan jika aku sungguh memukulmu tadi?” kata Ji Hong kesal
“Ada bagusnya kau memukulku saja sekarang, karena aku merasa berhutang
padamu sekarang. Dan
karena ini keputusanmu, aku tak harus
menulis surat itu, 'kan?” kata Hye Jung sinis
Ji Hong mengeluh menyindir seperti Pertukaran yang bagus dan mengetahui Hye Jung tadi ke pasar dengan Nenek. Hye
Jung mengomel karena Ji Hong hanya memanggilnya "Nenek" seperti bahasa Banmal. Ji Hong menegaskan bukan tak
sopan tapi memang nada dialeknya yang terdengar seperti tak sopan.
“Kau membuat nenekku terdengar sangat tua rentah sekarang! Nenekku masih tak setua itu, meskipun hanya dialek, kau tak
sopan!” kata Hye Jung mengomel
“Kau ini! Sebutan itu hanya kosa kata yang mudah dimengerti. Kau saja yang aneh menganggapku tak sopan.” balas Jung Gi
Tapi,
jika kosa kata itu menyinggung orang
lain, Apa kata itu tak bisa digunakan?” ucap Hye Jung sinis
“Kau lah orang baru di sini yang tak berhak melarang.” Teriak Ji Hong
“Dia adalah nenekku, Jadi aku punya hak!” kata Hye Jung membela neneknya.
“Kau bahkan jarang menemuinya dan sekarang belagak jadi "Cucu
perhatian".” Sindir Jung Gi
“Nah, inilah yang disebut
Keluarga. Apa Kau tak
tahu, ? Kau kan
punya keluarga.” Teriak Hye Jung, Jung Gi
bergumam mendengar kata “Keluarga...”
Flash Back
Ji Hong duduk dibelakang dengan ayah dan ibunya duduk
didepan, ketiganya terlihat bahagia menyanyi bersama dalam mobil. Terlihat kalung
astro boy dilehernya serta boneka Astro Boy, tiba-tiba dari arah samping sebuah
truk menabrak mobil sedangnya.
Mobil berguncang dan berputar-putar sampai akhirnya
terbalik ditengah jalan. Ayah dan ibu Ji Hong terlihat tak sadarkan diri dengan
penuh luka, Ji Hong dengan setengah sadar melihat dua paman yang beradu mulut
saling menyalahkan karena tak boleh lewat jalan itu. Ji Hong meminta tolong
agar menyelamatkannya.
“Manusia itu egois.
Kehidupan mereka lebih penting daripada kematian orang lain. Itulah yang kutahu saat aku kehilangan
keluargaku.” Gumam Ji
Hong
Hye Jung melihat Ji Hong hanya diam lalu bertanya apakah
ia bisa pergi sekarang. Ji Hong tak peduli menurutnya Keputusannya adalah tanggung jawabnya dan ia tak memberikan perlakuan khusus. Hye Jung mengambil tasnya keluar dari lab.
Soon Hee ikut melihat di Lab, Mi Ra dkk mendorongnya
untuk menjauh. Dengan sinis Mi Ra bertanya untuk apa Soon Hee datang ke lab,
Hye Jung keluar dari Lab, senyuman Soon Hee terlihat melihatnya. Mi Ra dkk pun
hanya bisa diam karena ketakutan. Hye Jung pun pergi, Soon Hee mengikutinya
dari belakang. Mi Ra ingin memukulnya, dua temannya menahan karena Mi Tak tak
boleh kena pukul lagi. Jadi menyuruhnya untuk sabar karena Level
mereka berbeda.
Soon Hee langsung merangkul tangan Hye Jung, mengaku
namanya Yoo Na,
lalu menduga teman barunya dari Gangnam dan menceritakan Sepupunya juga tinggal di sana, tapi hanya
pernah ke sana
satu kali. Hye Jung mengejek Nama Yoo Na, karena
di name tagnya itu terlihat jelas
tulisan "Chun
Soon Hee". Soon Hee malu menutup name tagnya.
“Ibuku sudah berumur 45 tahun, jadi dia sering jatuh sakit.” Ucap Soon Hee terus bercerita.
“Apa Kau tak punya harga diri ?”
kata Hye Jung heran
“Aku tak memiliki gen yang hebat. Orang tuaku bertemu saat mereka sudah tua, karena itu genku jelek.”cerit Soon Hee, Hye Jung hanya bisa menghela nafas
“Tapi, aku masih punya harga diri. Aku menyukaimu dan merasakan sesuatu saat kita pertama bertemu. Ini
takdir.” Kata Soon Hee berbinar-benar
Hye Jung berpikir Soon Hee itu lesbian, Soon Hee berteriak kaget dan mengatakan ia tak
suka hal-hal yang semacam itu. Hye Jung
menjelaskan Saat
wanita menyukai wanita itu
namanya Lesbian. Soon Hee menjerit, mengaku
memang menyukai wanita dengan polosnya berpikir dirinya memang lesbian. Hye
Jung hanya diam saja.
“Tapi, memangnya wanita tak menyukai wanita lain ?”
kata Soon Hee polos,
“Kau ini lucu juga.” Komentar Hye Jung melihat Soon Hee itu benar-benar
polos, lalu meninggalknya. Soon Hee tersenyum Hye Jung memujinya lucu lalu menjerit
bahagia karena temanya itu juga
menyukainya.
Dokter Jin memeriksa bagian belakang Nenek Kang, lalu
menyuruhnya untuk berbalik. Ia bertanya berapa lama Nenek Kang merasa
kesakitan. Nenek Kang pikir selama hidupnya. Dokter Jin
pun bertanya kenapa Nenek Kang terlambat dan bertanya ada sakit dibagian mana.
“Pencernaanku tak lancar dan aku
sering merasa
nyeri dan tak napsu makan.” Jelas Nenek Kang
“Baiklah, kita akan melakukan pemeriksaan.” Kata dokter Jin
“Apa anda bisa memberiku obat pereda rasa sakit saja?” ucap Nenek Kang
“Jika hanya obat yang anda mau, kenapa repot-repot check up?” kata Dokter Jin heran
“Obat di apotek sudah tak mempan jadi aku membutuhkan resep
dokter.” Jelas Nenek Kang
“Nenek, ada beberapa factor yang menyebabkan rasa sakit. Mungkin karena terjadinya infeksi di perut.” Jelas Dokter, Nenek Kang bertanya berapa semua Total
pemeriksaannya,
Ponsel Dokter berdering, Dokter Jin melihat itu telp dari
ayahnya dan langsung bertanya Apa yang Ketua
Hong katakan, lalu mengeluh ayahnya yang belum
memberitahunya dan akan segera kesana. Nenek Kang mulai memakai jaketya dan
terlihat tak enak hati.
Di gerbang sekolah
Hye Jung menghela nafas melihat Soo Chul sudah menunggu
dengan motornya, Seo Woo dan Soon Hee sedang berjalan bersama, bertanya-tanya
siapa pria yang datang. Soon Hee melihat Soo Chul merasa terpana karena
terlihat sangat tampan bahkan Motornya keren sekali!
Soo Chul menyuruh Hye Jung untuk naik dan memberikan
helmnya, Hye Jung memperingatkan Soo Chul tak perlu mendekatinya lalu berjalan
pergi. Soon Hee berpikir keduanya itu berkencan. Mi Ra yang mendengarnya
langsung menyela Soo Chul itu adalah pacarnya.
Ia berjalan mendekati Soo Chul meminta agar mengantarnya
pulang, Soo Chul langsung menarik tanganya menatap sinis pada Mi Ra,
memperingatkan untuk tak mendekatinya. Soon Hee pun pamit pulang lebih dulu
pada temanya, Seo Woo memberitahu punya waktu luang jadi Soon Hee bisa bermian
kerumahnya. Soon Hee pikir tak perlu lalu berjanji akan menelpnya nanti lalu
berlari pergi meninggalkanya.
Soon Hee berlari langsung menyapa Hye Jung yang akan
berjalan pulang. Hye Jung menghela nafas mengejek Soon Hee itu pasti tak punya
teman. Soon Hee pikir punya karena mereka sekarang berteman, lalu melihat Hye
Jung belum beli seragam. Hye Jung bertanya apakah Soon Hee tahu tempat membeli
seragam. Soon Hee mengatakan tak tahu, ia tahu tempat yang memberikan seragam gratis lalu menarik Hye Jung pergi akan mengantarnya.
Ji Hong menyalakan piringan hitam dengan sebuah foto
bersama, ditanganya memegang sebuah gantungan astro boy. Nenek Kang datang
mengetuk pintu kamarnya, samil bertanya kenapa Ji Hong tak meminta makan malam Ji Hong mengatakan mau pergi ke Seoul. Nenek Kang tah pasti Ji Hong ingin menemui
ayahnya. Ji Hong membenarkan.
“Matikan musiknya, terdengar bising diteligaku” kata Nenek, Ji Hong pun mematikan piringan
hitamnya.
“Apa ada yang ingin nenek katakan?” tanya Ji Hong dengan wajah serius
“Apa Kau bertemu Hye Jung tadi? Siapa wali kelasnya?” tanya Nenek Kang, Ji Hong mengaku kalau ia sebagai wali
kelasnya. Nenek Kang langsung berlutut yang membuat Ji Hong panik dan akhirnya
ikut berlutut.
“Aku tak pernah berlutut seumur hidupku, karena Harga diriku sangat tinggi.” Akui Nenek Kang, Ji Hong meminta Nenek Kang untuk
berdiri.
“Dua orang yang paling kuhormati adalah seorang guru dan dokter. Orang biasanya ingin tahu masa lalu seseorang Dan mereka akan langsung
menudingnya. Tapi,
guru tak bisa seperti itu. Hye Jung masih
memiliki hari yang
sangat panjang. Entah apa
saja yang kau tahu Tentang cucuku, tapi tolong lupakanlah. Aku mohon Tolong jaga cucuku.” Kata Nenek Kang sambil berlutut, Ji Hong tersenyum
mendengarnya.
“Hye Jung itu cerdas. Dia hanya perlu motivasi dan pujian. Jangan khawatir dia” kata Ji Hong meyakinkan.
“Saatnya ibunya masih hidup, semua orang tahu kepintarannya. Bahkan tanpa diajar, dia sudah bisa membaca semua tanda jalan.” cerita Nenek Kang
Ji Hong tersenyum melihat Nenek Kang kalau konsep kasih sayangnya
yang sangat sederhana, meminta agar tak perlu memberitahu semuanya pada Hye
Jung tentang pembicaranya sekarang. Nenek Kang pun mulai merasa kram dikakinya,
lalu melihat kalau cucunya sebentar lagi pasti datang.
Hye Jung mencoba baju seragam dan melihatnya di cermin,
Soon Hee ikut melihat dari belakang melihat seragam itu cocok dengan temanya.
Hye Jung heran Kenapa Soon Hee beli
seragam baru, padahal Seragam
lamanya kan masih bagus.
Soon Hee mengatakan kalau ingin menunjukan kasih sayang,
karena dirinya itu anak yang kurang kasih sayang. Lalu ia memutar tubuh Hye
Jung melihat temanya itu sangat cantik bahkan dadanya juga besar membuatnya
iri, Hye Jung pun ingin memberikan rahasianya lalu membisikan pada telinga
temanya, kalau ukuran dadanya itu berbeda. Soon Hee menjerit tak percaya karena
temanya itu pasti bercanda.
Lalu ia ingin melihat agar bisa membuktinya, Hye Jung
langsung memberikan perlintiran tangan karena kebiasanya, Soon Hee menjerit
kesakitan, Hye Jung pun meminta maaf. Soon Hee kembali ingin melihat dada
temanya, Hye Jung terus menutupi dadanya. Ketika pulang menaiki bus, Hye Jung
tersenyum karena bisa memiliki teman seperti Soon Hee yang polos dan lucu.
Sampai di halte dekat rumahnya, Hye Jung turun dari bus dan berjalan pulang tak sengaja bertemu
dengan Ji Hong yang melihatnya sudah mengunakan seragam, bertanya apakah ia sudah
membelinya. Hye Jung hanya diam memberikan hormat lalu pergi, Ji Hong menegur
Hye Yung bahkan tak mau menjawab pertanyaanya.
Tiba-tiba di depan Hye Jung, ibu Hamil pingsan dengan
anak yang masih kecil, sang anak panik bertanya apakah ibunya sakit. Hye Jung
pun langsung berlari meghampirinya, Si anak menangis meminta Hye Jung melakukan
sesuatu pada ibunya. Ji Hong ikut melihat keadaan ibu Hamil yang terlihat
sangat pucat. Hye Jung mencoba memanggil si ibu hamil, Ji Hong menyuruh Hye
Jung minggir untuk melihat keadaanya, dan memeriksa hembusan nafas dari hidung.
Ia lalu mengambil tas milk Hye Jung untuk dijadikan
bantal, beberapa orang langsung melihat mereka. Ji Hong mengeluarkan isi kotak
pensilnya dan mengeluarkan senter untuk memeriksa mata pasienya, dan meminta
Hye Jung untuk segera menelp ambulance. Ji Hong mencoba menekan bagian tangan
ibu Hamil, terlihat pasiennya melakukan gerakan seperti merasa sakit. Hye Jung
menelp ambulance memberitahu ada pasien ibu sedang
hamil pingsan dan mereka ada di
dekat stasiun Geum-Gok.
Ji Hong memeriksa dibagian lehernya, Hye Jung melihat air
yang mengalir dibagian kaki, lalu memberitahu gurunya. Beberapa orang melihat
itu air ketuban dan wanita itu akan segera melahirkan. Ji Hong memikirkan
dengan wajah serius.
Tuan Jin masuk ruangan menemui Tuan Hong yang sedang ada
dikamar rawat, berkomentar kalau temanya itu bersantai padahal masih saja Masih
ada operasi yang harus dilakukan. Tuan Hong
mengatakan ingin mundur dari posisinya sekarang dan pergi
ke Amerika. Tuan Jin bertanya untuk apa pergi
kesana. Tuan Hong mengatakan Untuk
belajar bisnis dan kesejahteraan.
“Kau adalah ahli bedah. Untuk apa kau mempelajari bisnis?” kata Tuan Jin heran
“Kau dan aku, harus berubah Sekarang.” Kata Tuan Hong, lalu melihat ada telp dari anaknya.
Ji Hong memberitahu ayahnya mendapatakan pasien gawat,
Tuan Hong langsung memerintahkan Tuan Jin untuk memanggil Dokter Kim Tae Heo
segera. Tuan Jin pun mengerti lalu keluar ruangan. Sementara Hye Jung berusaha
menenangkan anak si ibu hamil kalau keadaan ibunya akan baik-baik saja. Ji Hong
menyuruh keduanya untuk diam dan jangan berisik.
“Dia adalah wanita hamil berusia 30 tahun-an. Pupilnya tak beraksi, dan pupil kanannya membesar 5mm. Dia mengalami lumpuh pada bagian kirinya Kemungkinan terjadi pendarahan otak kanan atau infark.” Jelas Ji Hong, Tuan Hong pikir aneurisma
otaknya pecah.
“Bagaimana aku bisa memeriksanya?” tanya Ji Hong, Hye Jung menatap Ji Hong melonggo karena
bisa mengerti istilah kedokteran.
“Kau tak bisa langsung
memeriksanya. Apa Kau sudah
menelepon Ambulance?” ucap Tuan Hong
“Ya, sudah. Tapi, air ketubannya sudah pecah 3 menit yang lalu. Tak ada rumah sakit di sini yang memiliki ginekologi dan bedah
saraf. Apa Ayah bisa menyediakan ruangan?” kata Ji Hong, Tuan Hong mengerti.
Tiba-tiba ibu hamil itu muntah, Hye Jung berteriak
memanggil gurunya. Ji Hong langsung membuka mulut pasien seperti memeriksa
sesuatu, lalu memberikan nafas bantuan dari mulut. Semua yang melihatnya panik,
sampai akhirnya si ibu bisa bernafas kembali. Ji Hong pun terlihat bisa sedikit
lega, Hye Jung melihat Ji Hong nampak panik saat ibu hamil mulai muntah.
Suara terdengar dari ponsel, Tuan Hong memanggil anaknya
dan bertanya apa yang terjadi. Ji Hong dengan mata berkaca-kaca memberitahu
pasienya itu baru saja muntah dan Pernapasannya sangat
rendah. Menurutnya pasienya itu harus
diintubasi.
“Jika ambulans terlambat, maka aku akan membedah tenggorokannya.” Ucap Ji Hong
“Jangan… Kau tak bisa melakukannya tanpa peralatan operasi. Jika terjadi sesuatu, kau tak akan bisa menjadi dokter lagi. Satu kesalahan kecil, dia akan
mengalami pendarahan
jika mengenai arterinya atau
kau mungkin akan membahayakan
tiroidnya.” Jelas Tuan Hong
“Pegang tangan ibumu dan Berikan dia kekuatan.” Kata Ji Hong pada anak si ibu hamil, Hye Jung pikir
untuk apa itu dilakukan sekarang.
“Dan Kau juga harus melakukanya. Cinta
tidak kau rasakan dengan hati,
tapi kau rasakan dengan otakmu. Kasih
sayang dan kebencian... berasal
dari inti amygdaloid dalam
sistem limbik otak. Otak
memiliki emosi.” Jelas Ji Hong
Hye Jung dan anak itu langsung sama-sama memegang tangan
ibu hamil, tapi masih tak yakin kalau Ji Hong itu dokter
sungguhan. Ji Hong bertanya apakah Hye Jung
memiliki pisau, Hye Jung berpikir itu Untuk
membedah tenggorokannya. Ji Hong memuji kepekan anak muridnya. Hye Jung mengatakan akan segera mengambilnya.
“Bagaimana jika aku melakukan
kesalahan?” tanya Ji Hong menahan Hye Jung sebelum
pergi.
“Apa kondisinya akan berbahaya?” tanya Hye Jung, Ji Hong mengatakan “ya”. Hye Jung
menegaskan mereka harus tetap melakukannya dan berlari untuk mengambil pisau. Saat itu juga
ambulance datang. Ji Hong pun bisa sedikit bernafas lega, Hye Jung pun kembali
ke tempat kejadian. Petugas ambulance turun dari mobil.
Ji Hong memberitahu pasien harus
diintubasi jadi mereka harus menyiapkan
tabungnya. Petugas bertanya apakah Ji Hong seorang
dokter. Ji Hong membenarkan.
Pasien ibu hamil sudah berada didalam ambulance, beberapa
orang melihat dari orang, Hye Jung mengendong anak pasien dengan wajah tegang.
Ji Hong memulai dengan memberikan oksigen, lalu meminta petugas memberikan Laringoskop. Ji Hong membuka lebar mulut si ibu dan meminta agar
menahan sebentar.
Si ibu terlihat kesakitan karena ada alat yang masuk
tengorokan. Petugas pun membantu memegang tangan si pasien, Ji Hong meminta Tabung lalu menyuruh petugas untuk menarik benangnya. Hye Jung
terus melihat yang dilakukan Ji Hong dari luar. Ji Hong berhasil memasukan
tabung dan memeriksa bagian dadanya, setelah semuanya stabil menyuruh sopir
untuk menuju ke RS. Kookil.
Hye Jung dan anak pasien langsung naik ke ambulance, Ji
Hong menyuruh anak muridnya keluar tapi Hye Jung tak mau karena ingin menjaga
si anak yang masih kecil dan menyuruh si anak memegang tangan ibunya. Mobil
ambulance pun segera meninggalkan tempat kejadian.
Pasien langsung masuk ke dalam ruang operasi, Hye Jung
mengendong anak yang tertidur dengan wajah cemas. Pisau bedah pun terlihat
membuka perut si pasien, Ji Hong melihat dari luar dengan wajah tegang dengan
pakaian operasi, bayi pun bisa dikeluarkan dari perut si ibu dengan menangis
keras. Akhirnya bayi pun dikeluarkan dari ruang operasi.
Dokter Kim pun datang menyapa Ji Hong yang menungu di
depan ruang operasi. Dengan sedikit nada menyindir, Ji Hong itu pasti
sangat khawatir hingga datang
ke rumah sakit, sambil mencuci tangan bertanya bagimana bisa
masuk sampai tepat didepan ruang operasi. Ji Hong mengaku dengan
mengunakan "koneksiku".
“Bagaimana rasanya... melihat pasien yang sekarat dan tak bisa melakukan apa-apa?” tanya Dokter Kim ingin menyadarkan Ji Hong .
“Tapi, syukurlah dia hanya
mengalami hipertensi
perdarahan intraserebral.” Kata Ji Hong
“Sesuatu yang harus kau syukuri adalah kenyataan pasien itu bertemu dengan dokter sepertimu. Dan juga, syukurlah dia tak mengalami aneurisma otak. Jika itu terjadi, dia pasti sudah meninggal saat intubasi. Lalu jika itu terjadi, kau akan menyalahkan dirimu seumur
hidupmu.” Ucap Dokter Kim, Ji Hong hanya diam saja
“Aku mengatakan ini, karena kau adalah tipe orang yang merasa bertanggung jawab penuh pada semua pasienmu.” Kata Dokter Kim, Ji Hong hanya tersenyum mengeluh Dokter Kim itu jahat
sekali.
“Apa kau sakit hati? Akan kuperlihatkan apa yang bisa dilakukan oleh ahli bedah
saraf. Aku akan
menyelamatkan hidup
pasien itu. Kenapa? Itu karena aku, Kim Tae Ho.” Ucap Dokter Kim menyakinkan dirinya pada Dokter Kim,
Dokter Kim mulai membedah dan melakukan operasi. Ji Hong
melihat dari luar. Terlihat Dokter Kim yang benar-benar teliti membuka selaput
tipis, Tangan Ji Hong berkeringat seperti merasakan gejala kegelisahan.
Flash Back
Dalam ruang operasi, Dokter meminta untuk menyiapkan
defibrillator. Ji Hong melihat monitor. Dokter lain
mencoba menekan bagian organ dalam, Dokter lain melihat kalau tak
akan berhasil. Akhirnya garis lurus pun terlihat
dimonitor dan pasien pun tak bisa diselamatkan.
“Apa Kau sudah mengecek pasien demam atau tidak sebelum operasi?” ucap Dokter setelah keluar dari ruang operasi
“Kupikir dokter magang sudah
memeriksanya.” Ucap Dokter bedah, Dokter Kim
memarahinya karena bukan memastikan tapi hanya menduga, lalu menendang kakinya.
Ji Hong saat itu masih menjadi dokter magang pun hanya
bisa diam, ikut menerima tendangan di kaki. Dokter pun memperingatakan kalau
terjadi sesuatu maka mereka berdualah akan bertanggung jawab lalu berjalan pergi, si Dokter senior menjerit marah pada Ji Hong karena harus
kena omel juga.
“Kau tak berhak untuk tidur dan juga tak berhak untuk makan” kata Dokter Senior pada Ji Hong melakukan kesalahan dan
membuat seseorang meninggal.
Dokter Kim bertemu dengan suami dari pasien ibu hamil
memberitahu Operasinya
lancer, jadi tak perlu khawatir. Suaminya pun mengucapkan terimakasih pada dokter. Hye
Jung melihat dari kejauhan bisa tersenyum dengan perasaan lega.
Ji Hong sudah berganti pakaian lalu melihat keluarga yang
ditolongnya lalu mengajak Hye Jung untuk segera pergi sekarang. Didalam bus
menuju Namyangju, Hye Jung
dan Ji Hong duduk berjauhan. Hye Jung tersenyum-senyum sendirian, entah apa
yang ada dalam pikiranya. Ji Hong terdiam menatap tanganya, seperti masih
bimbang tak bisa mengunakan untuk operasi. Hye Jung melirik gurunya dengan
senyuman bahagia.
Sesampai dirumah, Hye Jung terlihat canggung, Ji Hong pun
menyuruh Hye Jung segera masuk, Hye Jung membungkuk memberikan hortmat lalu Ji
Hong pun masuk ke dalam rumah tanpa banyak bicara.
Hye Jung masuk kamar langsung berbaring dengan memeluk
neneknya, sambil mengingat ucapan Ji Hong “Cinta
tidak kau rasakan dengan hati,
tapi kau rasakan dengan otakmu.”
Flash Back
Didepan ruang operasi, Suami si ibu hamil mengucapkan
terimakasih. Hye Jung merendah menurutnya tak melakukan banyak hal karena Gurunya yang membantunya. Pria itu bertanya siapa namanya, Hye Jung binggung.
Ayah dari si bayi mengatakan ingin anak yang baru dilahirka memiliki nama yang sama dengannya, karena berharap anaknya nanti menjadi
seperti Hye Jung yang rela membantu
orang lain. Hye Jung tersenyum mendengarnya, anak
yang pertama juga terlihat bahagia karena selama ibunya sakit dijaga oleh Hye
Jung.
Hye Jung tersenyum mengingat ada orang yang benar-benar
menghargainya, dan memeluk erat neneknya. Nenek Kang merasakan cucunya yang
memeluknya ikut memegang tanganya.
Sementara dikamar, Ji Hong sibuk dengan buku-buku
kedokteran dan juga layar komputernya yang memperlihatkan video operasi untuk
mempelajari organ tubuh manusia yang sebenarya.
[Toko Musik Namyang]
Hye Jung masuk ke dalam, si pemilik terlihat sinis
melihat Hye Jung yang datang ke tokonya. Hye Jung mengucapkan permintaan maafnya, lalu memberikan uang 100 won untuk menganti CD yang diambilnya, karena ingin
memulai awal yang
baru, Tapi merasak tak
tenang jika belum mengganti CD yang diambilnya. Si pemilik mengatakantak
bisa menerimanya.
“Apa uang ini tak cukup?” kata Hye Jung binggung
“Berikan uang ini pada Guru Hong dari SMA Wanita Namyang. Dia pernah ke sini untuk beli CD dan juga membayar CD ini juga. Dia bilang, menemukannya di
jalan.” jelas si pemilik, Hye Jung kaget mendengarnya ternyata
Gurunya yang sudah membayarnya
Hye Jung berlari pulang kerumahnya, dengan senyuman
mengetuk pintu kamar tetangganya. Ji Hong belum juga keluar dari kamar, Hye Jung
mencoba mengetuk kembali tapi pintu Ji Hong sudah terbuka membuat hampir jatuh.
Ji Hong bertanya apa yang lagi. Hye Jung dengan senyuman mengatakan ada sesuatu
yang ingin dikatakan, Ji Hong pun menyuruh segera mengatakan.
“Apa aku bisa masuk?” tanya Hye Jung, Ji Hong pikir tak bisa karena kamarnya sedang berantakan
“Wah~ berantakan sekali.” Jerit Hye Jung melihat kamar Ji Hong benar-benar
berantakan, lalu masuk ke dalam mengambil buku. Ji Hong bertanya yang dilakukan
muridnya itu.
“Aku ingin membersihkannya.” Kata Hye Jung membungkuk, Ji Hong langsung berteriak melarangnya.
“Jangan menyentuh apa pun. Mungkin terlihat berantakan, tapi, aku sengaja melakukannya. Aku tak suka orang menyentuh barang-barangku.” Kata Ji Hong, Hye Jung pun langsung menaruh kembali
bukunya. Ji Hong pun memuji Hye Jung anak yang baik seperti memuji anak anjing.
Hye Jung pun duduk diantara buku-buku.
“Ada apa? Kenapa kau datang ke sini? Apa kau mau mendekatiku?” goda Ji Hong dengan bercanda.
“Ya. Menurutku, kau ini keren.” Komentar Hye Jung memujinya, Ji Hong mengejek anak
muridnya itu memang selalu blak-blakan.
“Dokter punya gaji yang tinggi dariada guru dan juga lebih dihormati. Tapi, kau berhenti dan menjadi seorang guru. Kenapa kau berhenti?” kata Hye Jung
“Kau bertanya "Kenapa kau
berhenti?" Menurutmu
kenapa?” ucap Ji Hong balik bertanya dengan nada bicara Hye Jung
yang lucu.
“Aku sungguh tak mengerti. Tapi Yang kulihat, semua ini adalah buku kedokteran. Sepertinya, kau masih punya keinginan untuk menjadi dokter. Ahh.... atau kau dipecat?” kata Hye Jung mencoba menebak sambil menopang dagunya.
“Aku berhenti karena kemauanku sendiri.” Kata Ji Hong, Hye Jung menanyakan alasaanya.
“Aku tak berhenti menjadi dokter. Aku hanya menganggap mengajar sebagai bagian dari seorang dokter.” Jelas Ji Hong, Hye Jung mengaku bisa mengerti maksudnya
seperti sebuah kebenaran.
“Kau bilang, otaklah yang memiliki emosi. Siapa yang memberitahumu?” tanya Hye Jung,
Ji Hong mengatakan itu adalah
anggapannya sendiri. Hye Jung kembali memuji gurunya itu keren, lalu membahas
Ji Hong yang bilang
sesuatu tentang
sistem limbik otak menurutnya itu terdengar
seperti orang yang pintar. Ji Hong kembali mengodanya kalau Hye Jung sudah terpesona dengannya dan terlihat
seperti akan menulis
biografinya saja. Hye Jung mengatakan ia baru 18 tahun dan tak bisa hidup seperti sekarang selamanya menurutnya membosankan.
“Dulu, aku tak bisa menemukan alasanku untuk hidup, meskipun aku ingin tetap hidup. Tapi, sekarang aku sudah punya alasannya.” Jelas Hye Jung, Ji Hong menanyaka apa alasanya.
“Aku ingin membuat hidup nenekku nyaman.” Kata Hye Jung.
“Kau bilang, Hidup dalam kenyamanan. Tapi, menurutku, pilihan katamu itu sangat norak untuk seusiamu.” Ejek Ji Hong. Hye Jung menegaskan dirinya itu serius
dengan keputusanya akan mengubah hidupnya.
“Tapi, kenapa kau memberitahuku hal ini?” tanya Ji Hong heran
“Aku ingin merubah hidupku, tapi, aku tak tahu apa yang harus kulakukan.” Jelas Hye Jung
Ji Hong meminta
maaf mungkin mengecewakanya karena dirinya itu tak bisa mengubah hidupnya, dan memberitahu tentang Pepatah
mengatakan “Kegagalan awal dari kesuksesan.” Menurutnya itu adalah kebohongan besar, karena Orang yang terus menerus gagal tak akan pernah berhasil dan Hanya mereka yang telah mengalami kesuksesan yang bisa berhasil, lalu Satu-satunya yang tersisa dari kegagalan rasa malu.
“Aku bisa berhasil jika mulai serius melakukannya.” Tegas Hye Jung yakin, Ji Hong menyuruh Hye Jung mencobanya
dan tunjukan padanya jika sudah
mencobanya.
“Tapi, apa yang bisa kulakukan sekarang?” tanya Hye Jung binggung
“Apa Kau tak tahu cara agar anak sekolah bisa sukses?” kata Ji Hong, Hye Jung pikir dengan cara belajar, tapi
bagaiman caranya belajar. Ji Hong menegaskan dirinya itu gurunya dan juga wali
kelasnya, jadi tak bisa memberitahu bagaimana caranya belajar lalu menyuruhnya pergi. Hye Jung pun akhirnya berdiri akan keluar ruangan.
“Terima kasih.... Aku pergi ke Toko Musik tadi.” Ucap Hye Jung lalu membungkuk dan pergi. Ji Hong
terdiam karena Hye Jung mengetahui ia yang menyelasaikan semua masalahnya.
Terdengar teriakan seorang wanita memanggil Ji Hong, Hye
Jung melihat sosok wanita masuk kamar gurunya, lalu buru-buru keluar dari
kamar. In Soo bertanya siapa wanita itu. Ji Hong memberitahu itu cucu dari
Nenek Kang.
Hye Jung kembali ke kamar melihat ponselnya bergetar,
lalu mengaku bahagia karena Soon Hee menelpnya lebih dulu. Soon Hee bingugung
bertanya Apa terjadi sesuatu. Hye
Jung bertanya Siapa murid yang paling pintar di kelas mereka.
Seo Woo masuk ke sebuah restoran cepat saji, Soon Hee
memanggilnya dengan Hye Jung sudah duduk disampingnya. Seo Woo duduk didepan
keduanya, Soon Hee memperkenalkan Hye Jung kalau memang belum mengenalnya. Seo
Woo mengatakan sudah mengetahuinya. Soon Hee memperkenalkan Seo Woo pada Hye
Jung,
“Kenapa kau meneleponku?” tanya Seo Woo, Soon Hee memberikan Makanan kesukaan temanya, burger ikan. Seo Woo menyuruh mereka Tak usah
berbelit-belit dan langsung
saja.
“Hye Jung ingin belajar. Tapi, dia tak tahu dasar-dasarnya dan tak memiliki tutor.” Jelas Soon Hee. Hye Jung hanya tertunduk dengan membuka
bungkus burgernya.
“Apa kau tak punya mulut? Kenapa kau menyuruh dia untuk meminta padaku?” kata Seo Woo dengan nada menyindir.
“Apa kau bisa mengajariku bagaimana caranya belajar?” kata Hye Jung akhirnya menunda makannya.
“Aku terlalu sibuk dengan pelajaranku sendiri. Kau bisa masuk di les privat.” Ucap Seo Woo sinis
Hye Jung ingat Minggu
depan sudah ujian mid semester, ia harus mendapat nilai yang
bagus dan
membuktikannya pada Guru Hong. Seo Woo bertanya alasan
Hye Jung harus membuktikannya. Hye
Jung kembali bertanya apakah Hye Jung mau mengajarinya karena tak ingin memberitahu alas an kepada orang yang tak mau mengajarinya. Seo Woo mengejek Hye Jung itu bersikap kaku sekali
padahal meminta bantuan padanya.
Soo Chul tiba-tiba datang dengan kawan-kawannya melihat
Hye Jung dan langsung mendekatinya, semua teman-temanya pun langsung ikut duduk
disamping Seo Woo. Soo Chul mengoda Hye Jung mereka bertemu
lagi, menurutnya mereka itu memang ditakdirkan
untuk bersama. Hye Jung tak banyak komentar hanya
melirik sinis.
Lalu Soo Chul melihat Seo Woo sebagai wajah baru dan
berkomentar suka getarannya. Teman Soo Ho mengenal wajah
Seo Woo sebagai Ratu di SMA Wanita Namyang yang pintar dan ayahnya juga adalah dokter, menurutnya levelnya jauh berbeda dengan mereka. Pria tambun
yang duduk disamping, Seo Woo melihat kalau mereka sama dengan memeluk dan
menyandarkan kepalanya.
Seo Woo meminta untuk tak menyentuhnya dengan melepaskan
tanganya, Teman Soo Chul yakin kalau mereka itu berbeda karena nada ucapan Seo
Woo saja berbeda. Semua tertawa mendengarnya, Hye Jung melihat tangan pria yang
masih ada di pundak Seo Woo, langsung berdiri dan memelintirnya karena lalu
mendorongnya, Si pria tambun menjerit kesakitan dan semua orang terlihat kaget.
“Dia sudah bilang, jangan sentuh aku. Apa Kau tak
tahu bahasa Korea?” ucap Hye Jung
Pria yang duduk disamping Hye Jung langsung membuang
makanan dari meka karena marah, Si pria tambun pun ingin memukul Hye Jung. Soo
Chul menahanya meminta agar menghentikanya
karena Hye Jung adalah miliknya
jadi jangan menyentuhnya.
Hye Jung mengejek kalau Soo Chul itu memalukan
sekali dan menegaskan kalau ia adalah pemilik
dirinya dan tak ada orang lain, lalu memberitahu kalau mereka adalah anggotanya jadi
jangan pernah menyentuhnya lalu mengajak semua pergi dengan menarik tangan Seo
Woo pergi. Teman Soo Chul bertanya apakah Soo Chul itu berhutang
sesuatu pada wanita itu dan hanya diam saja.
Ketiganya kelua dari restoran, Seo Woo dan Soon Hee
terlihat ketakutan. Hye Jung dengan santai bertanya apakah mereka semua
mengikuti mereka. SeoWoo panik karena pria berandal itu mengikutinya. Hye Jung
berteriak mereka harus berlari, kejar-kejaran terjadi di kawasan pertokoan.
Hye Jung menunjuk arah berbelok pada teman-temanya, Soo
Chul dkk terlihat kehilangan arah. Soo Chul baru datang menunjuk arah Hye Jung
dkk lurus, lalu melihat dari kejauhan kalau Hye Jung dkk terbebas dari kejaran
temanya. Soon Hee pun memastikan teman Soo Chul sudah mengejarnya, ketiganya
dengan nafas terengah-engah sambil bersandar pada dinding seng.
“Astaga.... Kenapa kau lari cepat
sekali? Dan Kau berlari sangat cepat, untuk ukuran kutu buku.” Kata Soon Hee pada dua temanya, Hye Jung terlihat hanya
bisa tertawa harus berlari dari kejaran Genk Soo Chul.
“Aku akan mengajarkanmu bagaimana caranya belajar.” Kata Seo Woo, Hye Jung tak percaya mendengarnya.
“Setelah aku memastikan sesuatu pada Guru Hong.” Ucap Seo Woo, Hye Jung pun berpelukan dengan Soon Hee
dengan senyuman bahagia.
bersambung ke part 2
INSTRAGRAM dyahdeedee09 FANPAGE Korean drama addicted
WOW...Dramanya kayaknya makin seru dan menjanjikan. Semangat ya mbak Dee. Gamsahamida!!
BalasHapusKerenn....Gomawo oenni
BalasHapus