Ji Hong sedang asik membaca buku di lab, Seo Woo masuk
melihat buku yang dibawa gurunya itu buku medis. Ji Hong mengatakan itu
Jurnal medis karena
merasa bosan lalu
bertanya kenapa Seo Woo menemuinya. Seo Woo
memberitahu akan mengajar Hye Jung walaupun tahu kalau temanya itu tak punya
harapan lagi. Tapi akan mencoba demi Guru Hong. Ji Hong heran kenapa demi dirinya.
“Pada kenyataanya bahwa kau melemparkan tugasmu padamu. Aku tahu, itu demi kebaikanku. Itu karena, yang aku tahu hanyalah belajar dan bernapas. Guru Hong akan bilang, "tak ada alasan hanya mengingikan saja" jika tak ingin menjelaskannya. Kau selalu mengarahkan mereka sesuai dengan lingkungan mereka.” Kata Seo Woo nyerocos seperti orang dewasa duduk diatas
meja.
“Hei, apa yang sedang kau lakukan sekarang?” kata Ji Hong heran,
“Aku menyukaimu.... Aku menyukai Guru Hong sebagai
pria.Aku tak mengajakmu berkencan sekarang, tunggu
aku selama 2 tahun. Jangan
menikah dengan In Joo-Unni. Aku
bisa kuliah kedokteran lalu menikah
setelah lulus nanti. Aku
tak akan membuat menjadimu bujangan tua.” Kata Seo Woo penuh semangat.
Seo Woo hanya tertawa merasa kalau anak muridnya sedang
bercanda, Ji Hong mengatakan sudah
mengaku perasaanya padanya, dan mengulang kalimat yang dikatakan gurunya "Kita
harus mengutarakan perasaan yang kita rasakan dan
tak boleh dipendam." Ji Hong
menjerit akan menarik kembali kata-kata karena tak enak
mendengar pengakuannya. Seo Woo mulai merengek
mendengarnya.
“Dan apa kau mau mengajar Hye Jung atau tidak, itu
pilihanmu. Apa
hubungannya dengan pengakuanmu?” kata Ji Hong
“Kau menyukai orang yang baik. Aku ingin kau tau tahu, kalau aku adalah tipemu.”ucap Seo Woo malu-mau.
“Jangan mencoba menjadi seseorang yang orang lain inginkan, tapi Jadilah seseorang yang kau
sukai. Dan Juga.... Kenapa kau mengutarakan perasaan tanpa coklat atau apapunitu? Ini tidak sah.” Kata Ji Hong sambil tersenyum kembali membaca kembali
jurnalnya. Seo Woo hanya melirik sinis sambil ngedumel.
Tuan Jin melihat hasil foto bagian dalam perut Nenek
Kang, lalu memberitahu seharusnya datang lebih cepat, dan kenapa harus membiarkan penyakitnya tambah parah. Nenek Kang bertanya apakah penyakitnya itu sangat
parah.
“Kabar baiknya adalah bahwa kau sudah tua.” Kata Tuan Jin, Nenek Kang binggung kenapa menjadi kabar
baik.
“Saat kita berusaia tua, makasel
kanker akan
tumbuh lambat juga. Sama
halnya dengan perkembangan
tubuh.” Jelas Tuan Jin, Nenek Kang hanya bisa mengernyit.
Nenek Kang menghitung tabungan dan mencatat semua
pengeluaranya, lalu berbicara sendiri kalau Hidupnya juga pasti akan berakhir jadi akan menganggap itu hanyalah nasib sial dan hidup tenang 10 tahun
lagi.
“Aku masih punya tabungan untuk menjalani operasi.” Kata Nenek Kang, terdengar bunyi pintu terbuka, Nenek
Kang langsung menyembunyikan buku tabungan dibawa bantal.
“Nenek, berhentilah bicara
sendirian. Kenapa
kau selalu bicara
sendiri?” kata Hye Jung akan keluar ruangan, Nenek Kang mengeluh
kaget karena cucunya itu membuat jantungnya berdegup kencang.
“Kau mau ke mana sekarang?”
tanya Neneknya
“Aku mau belajar dulu.” Kata Hye Jung akan memakai sepatunya.
Nenek Kang memarahi cucunya, menyuruh untuk tak
berbohong. Hye Jung mengatakan kalau ia serius. Nenek Kang tersenyum tak percaya dan mengungkapkan
sangat senang jika cucunya mau belajar. Hye Jung bertanya neneknya ingin
dirinya itu menjadi apa. Nenek Kang bertanya balik apakah Hye Jung akan
melakukan jika memintanya.
Hye Jung menyakinkan akan berusah melakukanya, Nenek Kang
meminta Hye Jung untuk jadi dokter membayangkan Cucunya aakan
mengenakan jas putih dan
dipanggil dokter, lalu Orang
akan menghormatinya dan gajinya juga pasti tinggi. Hye Jung tahu mimpi neneknya itu bagus tapi
menurutnya semua
orang tak bisa jadi dokter, jadi meminta untuk mengatakan sesuatu yang masuk akal.
“Sudah lupakan... Kau bahkan tak punya mimpi. Manusia itu pasti memiliki sesuatu yang ingin dia lakukan. Apa kau tak mau memperlihatkannya sebelum aku mati nanti?” kata Nenek Kang
“Belakangan ini, banyak yang memintaku untuk melakukan banyak hal. Nenek ingin aku menjadi apa? Kau ingin aku menjadi dokter, 'kan? Baiklah.” Ucap Hye Jung
“Sudahlah.... Tak masalah jika kau bisa mendapat kerja apapun di rumah
sakit.” Kata Nenek Kang, Hye Jung pun pamit pergi pada
neneknya. Nenek Kang bisa tersenyum melihat cucunya yang akan belajar.
Seo Woo mengajarkan Hye Jung, dengan melaukan Substitut
soal (X+2Y)(X+2Y) - 5(X+2Y). Hye Jung binggung maksudnya "Substitut" Pengganti, yang artinya adalah dasar untuk faktorisasi. Hye Jung bertanya Bagaimana
cara menggantinya. Seo Woo melonggo karena
bisa gila ternyata Hye Jung benar-benar tak mengerti.
“Apa Kau benar-benar tak tahu ini? Ini adalah yang paling mudah. Alu Sudah sejak kapan kau tak belajar?” ucap Seo Woo
“Aku pasti bisa jika kau mengajariku. Tolong bantu aku di awal.” Kata Hye Jung, Soon Hee terlihat asik membaca buku
cerita dibanding belajar bersama.
Ibu Seo Woo masuk ke dalam kamar memberikan makana dan
juga minuman untuk teman-teman anaknya. Soon Hee mengucapkan terimakasi, Ibu
Seo Woo pikir Makanlah yang banyak
karena mereka harus punya energi saat belajar, lalu terlihat shock melihat buku Soon Hee hanya penuh
dengan gambar.
Soon Hee mengungkapkan Seo Woo itu sangat beruntung
sekali karena ibunya mau membuatkan makan untuk mereka tapi
kalau ibunya selalu memesan makanan. Ibu Seo Woo melirik pada Hye Jung seperti
tak selevel dengan anaknya lalu mengajak anaknya untuk bicara diluar.
Tuan Jin ingin meminum jus mendengar istrinya terlihat
marah padahal baru saja memberikan snack untuk anaknya. Ibu Seo Woo langsung
mengambil jus dari tangan suaminya, menurutnya tak ada gunanya memberikan snack
pada teman-teman anaknya. Seo Woo meminta ibunya berbicara
nanti saja karena Teman-temannya masih ada dirumah.
“Untuk apa menunggu nanti?! Kenapa
membela mereka? Kau bahkan tak
perlu berteman dengan mereka. Dan Soon
Hee kenapa bisa begitu? Kenapa
anak Kepala
Sekolah seperti itu? Dia
hanya mencoret bukunya dan
bukannya belajar.”ucap Ibu Seo Woo
“Tapi, dia anak yang baik.” Kata Seo Woo membela
“Kau tak boleh terlalu terlena. Berntung jika dia tak mengkhinati atau
melukaimu nanti.” Ucap Tuan Jing sambil
memakan sandwichnya.
“Nasihatmu itu terlalu sederhana. Kau harus meminta dia berteman dengan teman yang berguna.” Keluh ibu Seo Wo pada suaminya.
“Kita sudah sukses, Menjaga agar keluarga kita tetap seperti sekarang sudah cukup. Dan Seo Woo, aku percayamu. Pastikan untuk menjaga kesehatanmu juga, mengerti?”
ucap Tuan Jin lalu masuk kamar
“Kau membuatku terlihat seperti orang jahat di depan Seo Woo.”teriak Ibu Seo Woo pada suaminya.
Ibu Seo lalu bertanya siapa lagi yang datang bersama Soon
Hee tadi. Seo Woo meminta ibunya menghentikan saja menurutnya tak sopan ketika
masih ada orang dirumah dan bisa membicarakannya setelah mereka pulang nanti. Ibu Hae Young menjerit kenapa ia tak bisa bicara di
rumahnya sendiri.
Di dalam kamar, Hye Jung dan Soon Hee makan snack sambil
mendengar suara teriakan Ibu Seo Woo sedang mengomel.
“Semua angkatanmu sekarang bersaing di Gangnam. Apa kau tahu, Siapa yang akan disalahkan
jika kau tak
lulus di Universitas unggulan? Aku!” teriak Ibu Seo Woo
“Ibu hanya memikirkan diri
sendiri.” Jerit Seo Woo
Hye Jung berkomentar rumah Seo Woo memang sangat mewah, tapi tidak kedap suara. Soon Hee menganguk setuju dengan memakan buah. Masih
terdengar jeritan ibu Seo Woo mengatakan kalau ia tak egois karena melakukan
semuanya demi anaknya. Soon Hee pikir mereka harus
pulang. Hye Jung setuju.
Seo Woo masuk kamar, Hye Jung meminta izin untuk pulang
saja dengan Soon Hee. Seo Woo memberikan beberapa buku diraknya menyuruh untuk
menghafalkan semuanya,
karena Matematika juga memerlukan hafalan. Setelah itu mengambil CD dari meja belajarnya kalau itu isinya
tentang pelajaran saat les. Hye Jung tak enak hati
kalau Seo Woo memberikan padanya. Seo Woo menegaskan tak
memberikannya tapi hanya sebagai salinanya saja. Hye
Jung pun mengucapkan terimakasih.
Hye Jung terus belajar sampai larut malam mengingat
rumus-rumus matematika, sambil makan pun mendengarkan CD yang diberikan Seo Woo
sambil membawa bukunya, tangan kirinya memegang sumpit dan tangan kanan
memegang pensil. Nenek Kang menyuruh cucunya makan lebih dulu dan belajar lagi.
Ji Hong juga ikuti kata-kata nenek Kang, Hye Jung pun tak
peduli lalu mengambil telur gulung di piring, Ji Hong kalah cepat karena telur
gulingnya tinggal satu. Nenek Kang dan Ji Hong hanya bisa tertawa melihat
tingkah Hye Jung. Ji Hong langsung mengambil sisa telur yang ditaruh pada
mangkuk anak muridnya, Hye Jung mengeluh, Ji Hong pura-pura tak berbuat salah
apapun.
Pagi hari
Ji Hong pergi ke sekolah dengan sepeda mininya, Hye Jung
berjalan masih asik belajar dengan buku matematikanya. Ketika pulang sekolah,
Hye Jung sambil melakukan Sit up membaca bukunya. Ji Hong baru pulang melihat
anak muridnya itu belajar tanpa henti. Hye Jung brtanya berapa Nilai
minimum yang harus didapatkannya.
“Setidaknya kau harus masuk 30 besar di kelasmuu. Apa kau Bisa?” ucap Ji Hong menantang
“Aku akan fokus pada satu subjek, Matematika.” Ucap Hye Jung, Ji Hong memberikan dua buah susu pisang.
Hye Jung mengucapkan terimakasih, Ji Hong akan kembali ke
kamarnya. Hye Jung bertanya apakah tak ada sedotanya lalu mengejek gurunya itu cukup
teledor karena tak memintanya. Ji Hong pun mengambil kembali susu
pisangnya, Hye Jung berteriak gurunya itu tak bisa
mengambilnya kembali.
Ujian tengah semester pun dimulai, semua terlihat serius
mengerjakanya. Seo Woo terlihat percaya diri mengerjakanya. Ji Hong berdiri
dibelakang Hye Jung melihat cara muridnya mengerjakan soal ujian. Soon Hee
sibuk mengerjakan dengan melakukan undian melempar pensilnya. Sampai akhirnya
Ji Hong melihatnya, Soon Hee pura-pura sibuk menghitung.
Hye Jung sedang asik mengejarkan ujian tersadar hidungnya
mimisan, akhirnya sampai ujian selesai ia
harus menyumpal hidungnya. Selesai ujian, Hye Jung, Soon Hee dan Seo Woo
pergi ke foto boks dengan melakukan gaya-gaya lucu, ketiganya terlihat seperti
sudah berteman cukup lama. Terakhir mereka pun pergi ke karaoke melampiskan
rasa tegang selama ujian.
Soon Hee merangkul tangan Hye Jung sambil mengeluh Hasil ujiannya keluar hari
ini menurutnya ia akan mati sekarang. Seo Woo baru datang
langsung mengagetkan keduanya dari belakang. Soon Hee menjerit kaget tapi Hye
Jung mengatakan tak kaget sama sekali.
“Seo Woo pasti tenang-tenang saja karena dia bisa menjawabnya
semua. Dia pasti
akan dapat nilai
tinggi lagi, 'kan?” kata Soon Hee pada temanya.
“Ujian matematikanya susah sekali. Benarkan? Kau tak boleh berhenti belajar bahkan jika nilaimu
jelek. Keuletan
adalah kuncinya
bukan otakmu.” Pesan Seo Woo, Hye Jung mengatakan akan
mengingat pada Seo Woo sebagai gurunya. Ketiganya pun langsung berlari masuk ke
dalam sekolah.
Ji Hong memegang kertas hasil ditanganya, mengaku Hasil ujiannya sangat membuatku shock,
lalu memanggil Hye Jung. Terlihat Hye Jung sedang bercanda dengan Soon Hee
menatap gurunya dengan binggung.
“Apa kau tahu kesalahanmu? Kau melakukan sesuatu yang sangat salah, pikirkan apa itu.” Kata Ji Hong pada anak muridnya, Hye Jung melonggo
binggung memikirkanya
“Kudengar, ujian matematika itu sulit. Tapi Salah satu dari kalian menjadi no.1 di sekolah.” Ucap Ji Hong, Soon Hee yakin itu pasti Seo Woo yang
mendapatkanya, Seo Woo tersenyum bangga
“Hye Jung... Apa Kau masih tak tahu apa kesalahanmu itu?” tanya Ji Hong pada anak muridnya, Hye Jung mengatakan
belum mengetahuinya.
“Hasil ujianmu itu terlalu hebat dan Kau mendapat peringkat satu.” Kata Ji Hong
Semua menjerit tak percaya, Seo Woo melotot karena Hye
Jung bisa mengalahkanya, padahal ia yang mengajarinya tapi bisa mendapatkan
nilai yang lebih rendah. Hye Jung masih terlihat shock karena semua tak
disangka, Ji Hong mengaku tak percaya saat mendengarnya tadi.
“Tak ada yang mengira kau bisa berhasil, tapi aku tak meragukannya karena melihat betapa kerasnya kau
belajar. Aku ucapkan Selamat.” Ucap Ji Hong pada Hye Jung yang sudah berhasil. Semua
murid memberikan tepuk tangan meriah kecuali Seo Woo.
Seo Woo duduk melamun di lapangan, salah satu temanya
berkomentar Belajar
merupakan bakat bawaan, lalu mendengar Hye Jung
yang mendapat
peringkat 1 dalam
pelajaran matematika, diajar oleh Seo Woo. Seo
Woo membenarkan.
“Dia telah mengalahkanmu, Kudengar IQ-nya adalah 156.” Ucap temanya menyindir.
“Lalu Bagaimana hasil ujian
Matematikamu? Kau
sering begadang dan minum
pil hanya untuk belajar.” Kata Seo Woo balas
menyindir lalu berjalan pergi, temanya pun hanya diam tak membalasnya.
Ji Hong sedang asik di ruang lab, Hye Jung masuk dengan
mengetuk pintu lebih dulu mengucapkan terima
kasih. Ji Hong bertanya untuk apa, karena Hye Jung yang sudah berusaha
sendiri. Lalu bertanya apakah Hye Jun datang untuk bertanya
bagaimana caranya
mengubah hidupnya setelah
berhasil dalam ujian. Hye Jung mengataan tidak
karena Hidupnya sudah berubah sekarang.
“Kau mengerti dua hal saat aku hanya mengajarkan satu hal saja.” Komentar Ji Hong, Hye Jung pun brtanya apa yang sedang
dilakukan gurunya.
“Aku sedang mempersiapkan sesuatu untuk kelas
11.” Kata Ji Hong, Hye Jung mengartikan untuk kelas mereka.
Ji Hong membenarkan.
“Apa golongan darahmu?” tanya Ji Hong, Hye Jung pikir mungkin O. Ji Hong heran
dengan kata mungkin, karena seharusnya Hye Jung tahu golongan
darahnya dan menyuruhnya duduk lalu membersihkan ujung jarinya.
“kita ambil setetes darahmu dan letakkan di dua tempat pada slide ini. Maka Kau akan tahu golongan darahmu.” Kata Ji Hong, Hye Jung terasa sakit saat mengeluarkan
sedikit darahnya, diatas kaca.
Ji Hong mulai meneteskan sebuah cairan di tetesan darah
Hye Jung, lalu memberitahu Golongan darahnya adalah A. Hye Jung binggung, Ji Hong menjelaskan Antibodi
anti-A membuat sel-sel
darah A mengental dan darah Hye Jin sebagai sampelnya menggumpal. Hye Jin tak percaya melihatnya, menurutnya terlihat
simple.
“Apa kau mau melihat bentuk sel-sel darahmu?” tanya Ji Hoon, Hye Jung bertanya bagimana caranya.
Ji Hong menaruh diatas microscope, Hye Jung bertanya
balik apa golongan dari gurunya. Ji Hong mengatakan Golongan
darahnya B,
lalu menyuruh anak murid melihat dari microscope. Hye Jung mendekat untuk
melihatnya, saat Ji Hong menengok wajah mereka sangat berdekatan dan terlihat
canggung.
Hye Jung langsung memundurkan badanya dan hampir
terjatuh. Ji Hong dengan cepat memegang pinggangnya sebelum terjatuh. Keduanya
sempat saling berpandangan, Hye Jung mencoba untuk tak terlihat tegang, Ji Hong
pun menyuruh Hye Jung melihatnya. Hye
Jung pun melihat dari kejauhan, Ji Hong
tertawa melihatnya menyuruh anak muridnya melihat lebih dekat. Hye Jung pun
mendekatkan matanya, dengan senyuman memberitahu bisa melihat dengan jelas.
Ji Hong pikir pasti Menyenangkan
dan Hye Jung pasti selalu
ingin belajar, Hye Jung menganguk dan
kembali melihat dengan microscope, didepan pintu terlihat Seo Woo menatap sinis
melihat kedekatan keduanya.
Hye Jung pulang kerumah langsung memeluk neneknya, nenek
Kang sedang menyiram tanaman bertanya ada apa. Hye Jung memberitahu neneknya Nilai
Matematika tertinggi di sekolah. Nenek Kang pikir
cucunya itu sedang bercanda, Hye Jung dengan menahan tangisnya memberitahu
kalau ia tak berbohong.
Nenek Kang langsung memeluk Hye Jung memujinya dan merasa
bangga, Hye Jung mengaku sangat bahagia tapi heran merasa ingin menangis. Nenek
Kang memberitahu seharusnya cucunya tertawa bahagia bukan menangis. Hye Jung
melihat neneknya juga menangis. Nenek Kang beralasan itu karena dirinya
terharu. Keduanya kembali berpelukan, nenek Kang berteriak bahagia karena
cucunya itu jadi juara pertama.
Seo Woo melihat ponselnya, Hye Jung menelpnya, dengan
wajah sinisnya mengangkat telp dari temanya. Hye Jung sudah menunggu didepan
rumah ketika Seo Woo keluar rumah, lalu mengucapkan terimakasih pada gurunya
dan memperlihatkan isi tasnya buku-buku dan CD yang di pinjamkan sebelumnya.
Seo Woo mengatakan sudah tak membutuhkanya.
“Aku tak membutuhkannya juga
sekarang, karena sudah menghafal semuanya. Aku ucapakan Terima kasih dan Aku tak akan melupakan
kebaikanmu. Aku pasti
akan membalasmu nanti.” Ucap Hye Jung dengan senyuman
“Apa kau menyukai Guru Hong?” tanya Seo Woo blak-blakan, Hye Jung hanya bisa
tersenyum.
“Kenapa tak kau menjawab? Aku akan mengubah pertanyaanku. Apakah Guru Hong menyukaimu?” kata Seo Woo
“Hubungan kami berdua tidak masuk jenis kategori seperti itu” ucap Hye Jung,
“Kau bilang Kategori? Apa Kau tahu kosa kata itu juga? Aku yakin Kau
bohong, bahwa kau tak bisa belajar.Bagaimana kau bisa mendapat peringkat 1?” kata Seo Woo dengan nada iri dan tak percaya
“Aku tak pernah berbohong. Sejak dulu, aku malas sekali belajar.” Kata Hye Jung
Seo Woo dengan nada amarah mengartikan kalau Hye Jung itu adalah
anak jenius. Hye Jung heran kenapa Seo Woo jadi marah
seperti itu. Seo Woo juga bingung kenapa ia harus semarah ini lalu masuk ke dalam rumahnya.
Ji Hong sedang memeriksa sepedanya dengan mencoba belnya,
Hye Jung keluar kamar dengan memakai sepatunya. Ji Hong bertanya apakah Hye Jun
bisa mengendarai sepeda. Hye Jung mengangguk, Ji Hong terlihat canggung tanpa
bicara hanya menunjuk saja, Hye Jung melihat sebuah sepeda baru.
Keduanya bersepeda bersama melewati taman, lalu jembatan
kayu yang panjang. Ji Hong pun mengajak mereka balapan, Hye Jung berusaha
mengayuh sepeda lebih cepat untuk mengalahkan gurunya. Ji Hong bertanya apakah
Hye Jung ingin menang, Hye Jung berteriak ingin menang. Ji Hong pun menyuruhnya
untuk maju. Hye Jung
pun berada didepan membentangkan tangan bahagia, Ji Hong melihat anak muridnya
dengan senyuman.
Tiba-tiba hujan turun dengan deras keduanya pun berteduh
disebuah rumah, Hye Jung sengaja membiarkan tanganya terkena tetesan air hujan,
merasa heran karena mataharinya terik tapi Hujan Ji Hong pikir suasananya seperti dalam
film, Hye Jung mengingat sesuatu lalu mengeluarkan dari dalam
tasnya dan memberikan sebuah CD pada gurunya. Ji Hong tak percaya Hye Jung bisa
menemukan CD yang selama ini dicarinya.
“Aku
dekat dengan pemilik
Toko Musik sekarang jadi Dia
yang mencarikannya untukku. Aku
membelinya dengan uang bonus
yang nenek berikan karena aku mendapatkan
peringat satu .” Jelas Hye Jung,
“Terima kasih... Wah.... Kau jadi dewasa sekarang.” Kata
JI Hong tak percaya.
“Aku sangat iri padamu pada hari itu.” Komentar Hye Jung mengakuinya. Ji Hong pun menatang
agar Hye Jung menjadi dirinya.
“Tapi, aku harus jadi yang terpintar untuk menjadi dokter. Bagaimana aku bisa melakukannya? Kemarin aku hanya beruntung.” Kata Hye Jung
“Yah... Benar juga.... Bukan hanya belajar keras yang menjamin kesuksesan, tapi keberuntungan.” Ucap Ji Hong, keduanya tertawa mendengarnya.
Hye Jung menceritakan saat ibunya sedang sekarat, ia ada di
sampingnya, menurutnya ibunya mungkin bisa selamat
kalau ia menjadi seorang dokter, sama seperti nasib ibu hamil kemarin atau Ji
Hong yang seharusnya berada di sampingnya saat itu. Ji Hong mengatakan orang itu bisa meninggal di hadapan
seorang dokter, karena dalam logiknya pasti orang
yang ke rumah
sakit akan selamat. Hye Jung pikir benar juga.
Hujan pun mulai berhenti, Ji Hong mengajak mereka segera pergi.
Hye Jung dan Ji Hong makan es krim lebih dulu di parkiran
sepeda. Seo Woo dan anak lainya melihat keduanya sekarang pergi bersama-sama
kesekolah, menurutnya ada chemistry di antara keduanya. Musuh Seo Woo pikir keduanya itu berkencan.
Seo Woo yakin tak mungkin, menurutnya mereka semua itu
masih remaja dan
polos, Musuh Seo Woo heran temanya itu menyangkal dengan apa
yang mereka lihat didepan matanya, menurutnya mereka itu memang masih remaja, tapi
Secara biologis, usia
remaja adalah masa puncaknya. Ia lalu mengambil foto kedekatan Hye Jung dan Ji Hong.
Seo Woo bertanya apa yang dilakukanya.
Musuhnya memberitahu akan mempostingnya
secara online. Seo Woo langsung mengambil ponselnya
mengatakan kan menyimpan fotonya lalu berjalan meninggalkan parkiran.
Tuan Jin kaget melihat ayahnya datang ke rumah sakit, Ketua
Jin mengatakan Hasilnya sudah keluar. Tuan Jin berpikir dirinya akan pindah tugas di rumah sakit pusat. Ketua Jin memberitahu anaknya akan pindah bulan depan. Tuan Jin tak percaya bisa secepat itu.
“Kau harus menemui anggota dewan dan sanjung mereka.Tugasku
sudah selasai Jadi Sekarang
giliranmu.” Kata Ketua Jin, Tuan Jin tak percaya memegang
tangan ayahnya. Ketua Jin meminta agar melepaskan takut dilihat yang lainya.
“Aku pasti berhasil, aku tak akan mengecewakanmu.” Kata Tuan Jin berjanji
“Ayo rayakan hadiah ini dengan makan malam enak. Bersama Seo Woo dan istrimu.” Kata Ketua Jin.
Ji Hong sedang asik dengan microscopenya, Seo Woo masuk
ruangan lab menemui labnya. Ji Hong menyuruh Seo Woo pulang karena tak
ada kelas tambahan. Seo Woo pun mulai berbicara
kalau mendengar rumor yang aneh jadi datang untuk memastikannya. Ji Hong masih melihat microscopeya bertanya apa
rumornya.
“Rumor itu tentang kau dan juga Hye Jung berkencan.” Ucap Seo Woo
“Bukan kau yang menyebarkannya, 'kan?” kata Ji Hong, Seo Woo binggung Ji Hong pikir tak ada
yang perlu dipastikan karena hanya
rumor.
“Bilang saja kalau kau cemburu, aku akan mengerti.” Ucap Ji Hong mengoda.
“Kenapa aku cemburu hanya karena wanita sepertinya? Aku memiliki semua yang tak dia miliki.” Kata Seo Woo membanggakan dirinya.
“Ya. Kau memiliki segalanya dan Hye Jung tak punya apa-apa. Dia hanya memiliki sehelai harapan, dan itu yang kau inginkan. Kau terlalu serakah.” Ucap Ji Hong
Seo Woo kesal bertanya siapa sebenarnya yang Ji Hong
bela, Jong menegaskan kalau Seo Woo yang
membuatnya terlihat seperti guru yang suka memihak, menyuruh muridnya pulang saja dan usah pedulikan rumor.
Lebih baik Masuklah ke Universitas unggulan dan banggakan orang tuanya.
“Apa kau pikir impianku adalah membuat mereka bangga? Aku bukan mesin! Aku memiliki emosi, dan hatiku terluka. Aku pusing dan merasa tersakiti.” Teriak Seo Woo
“Aku juga sakit dan Semua orang terluka.” Tegas Ji Hong menepuk dadanya dan kembali melihat microscopenya.
“Apa kau sadar? Kau
selalu dingin padaku. Tapi,
kau selalu tersenyum padanya.” Ucap Seo Woo dengan
mata menahan tangis lalu keluar ruangan, Ji Hong terdiam dengan menatap
microscopenya.
Seo Woo sibuk mengetik pada komputernya dengan judul [Kelas 2-4, Guru Hong Ji Hong
dan Yoo Hye Jung]
“Di dunia ini, ada
beberapa hal yang tak bisa kita percaya Dan hal yang tak dipercaya itu akhirnya terjadi”
Esok paginya disekolah, Hye Jung baru masuk sekolah
binggung melihat tatapan murid lain yang sinis, bahkan terkesan mengejeknya.
Sementara diruang guru, Ji Hong dan kepala sekolah membaca surat yang dituliskan
oleh Seo Woo.
“Di dunia ini, ada
beberapa hal yang tak bisa kita percaya Dan hal yang takdipercaya itu akhirnya terjadi, Seorang Guru dan muridnya. Aku tak percaya Guru Hong, yang paling aku
percaya, terlibat dalam rumor ini.”
Lalu memberikan foto saat Hye Jung dan Ji Hong ada di lab
serta diparkiran sepeda yang terlihat mesra. Semua guru berkumpul, Ji Hong
terlihat tak percaya kedekatan dengan muridnya malah membuat rumor.
Hye Jung masuk kelas dan langsung mendatangi meja Seo
Woo, dengan sinis temanya itu pasti senang sekarang. Seo Woo hanya diam
saja,Hye Jung pikir sekarang perkataan itu tak ada artinya untuk Seo Woo sekarang
lalu menutup buku yang sedang dibaca temanya.
“Apa kau sudah puas sekarang?” ucap Hye Jung, Seo Woo tak peduli dengan pikiran
temanya karena menurutnya sekarang Hye Jung dan Ji Hong sudah
tamat.
“Kenapa kau melakukan ini?” kata Hye Jung menarik tangan Seo Woo yang akan pergi.
“Singkirkan tangan kotormu.” Kata Seo Woo merasa jijik, Hye jung mengatakan mereka
harus bicara.
“Lepaskan aku, Aku mungkin akan marah juga.” Ucap Seo Woo, Hye Jung bertanya apa yang diinginkan Seo
Woo dan beritahu saja.
“Apa yang bisa aku lakukan? Aku tak peduli dampaknya padaku, karena aku sudah tak punya masa
depan. Tapi,
berbeda dengan Guru Hong. Kau
juga menyukainya.” Ucap Hye Jung
“Ini masih belum apa-apa. Dan kau memiliki seseorang yang harus dilindungi. Guru Hong Ji Hong.” Ucap Seo Woo penuh amarah lalu keluar ruangan. Hye Jung
terlihat mencoba menahan tangisnya.
Soon Hee berlari dengan nafas terenga-engah menemui Hye
Jung memberitahu Guru
Hong mungkin akan dipecat dan Rapat
akan dimulai besok Lalu Ibu
Seo Woo adalah ketua rapatnya. Hye Jung terdiam dengan
mengepalkan tanganya, Soo Hee panik apa yang harus mereka lakukan sekarang.
Disebuah gedung yang gelap
Soon Hee menarik Seo Woo untuk segera masuk, Seo Woo
terlihat khawatir. Soon Hee meyakinkan kalau baik-baik saja dan gedung itu
adalah tempat persembunyian mereka. Di sebuah lantai, Soon Hee bisa menemukan saklar
untuk menyalakan lampu.
“Kenapa kita harus bicara di sini? Tempat ini membuatku merinding dan menakutkan” ucap Seo Woo
“Tempat ini tak berbahaya. Aku pernah ke sini dengan Mi Ra.” Cerita Soon Hee.
“Apa pun yang berhubungan dengan Mi Ra itu berbahaya.” Keluh Seo Woo sinis
Hye Jung pun datang masuk ruangan, Seo Woo marah karena
temanya tak bilang Hye Jung akan datang. Soon Hee meminta temanya tenang dan jangan salah paham
menurutnya bicara mungkin akan menyelesaikan masalah.
“Apa lagi yang perlu kita bahas ditempat seperti ini? Apa kau mencoba untuk
mengancamku?” ucap Seo Woo sinis. Soon Hee meminta
Hye Jung untuk mengatakan dengan cepat lalu pergi karena ingin menyalakan api
unggun agar ruangan menjadi hangat. Saat mengangkat minyak tak sengaja
menjatuhkan botol lainnya.
“Aku akan melakukan apa yang kau inginkan. Jadi, tolong katakan bahwa postinganmu itu hanyalah salah
paham.” Kata Hye Jung
“Menurutmu, apa dampaknya bagiku? Aku tak bisa meralatnya lagi.” Kata Seo Woo dingin
“Seo Woo, kenapa kau jadi begini? Aku tak tahu, apa yang bisa aku lakukan jika kau menolak terus.” Kata Hye Jung sedikit mengancam
“Terima kasih telah memberiku inspirasi. Aku akan memposting lanjutanya, Tak
hanya jago merayu pria, tapi,
kau hanyalah sampah yang memanfaatkan
teman-temanmu.” Ucap Seo Woo penuh dendam
“Hei.. Kau lucu sekali... Kau lah orang yang tak memperlakukan temanmu dengan
baik. Apa
pernah kau menganggapku
ini temanmu?” ucap Soon Hee ikut berkomentar
“Kenapa kau bisa bicara begitu padaku? Aku tak mungkin datang ke sini
jika tak mempecayaimu sebagai teman.” Ucap Seo
Woo membela diri
“Kau hanya menganggapku sebagai aksesoris.” Ucap Soon He menyadari statusnya.
Seo Woo langsung menyalahkan Hye Jung menurutnya itu
semua salahnya, menurutnya Soon Hee tak
seperti ini sebelum Hye Jung muncul dan berjalan pergi. Hye Jung menahanya pergi tapi malah
di dorong sampai terjatuh, Soon Hee pun mendekati Hye Jung untuk melihat keadaanya.
“Hei.... Apa kau pikir aku ini baik karena tidak memukulmu?” ucap Hye Jung mulai berdiri mendorongnya.
“Apa lagi yang akan kau lakukan? Apa Kau
mau memukulku? Terserah
kau saja. Karena
kau memang seperti itu. Jadilah
dirimu sendiri. Apa Kau
dengar aku? Kembalilah seperti
dirimu yang dulu!” teriak Seo Woo dengan
mendorong bahu Hye Jung.
Hye Jung menahan tangan Seo Woo lalu mendorongnya, kepala
Seo Woo terbentur batu dan langsung tak sadarkan diri. Soon Hee menjerit
melihat keadaan temanya, saat itu api menyambar ceceran bensin dan sempat
terjadi ledakan. Soon Hee berusaha mematikan api dengan karung, Hye Jung terlihat kaku tak bisa melakukan
apapun. Soon Hee mengajak Hye Jung untuk segera pergi, keduanya
mengingat Seo Woo yang tak sadarkan diri. Soon Hee berusaha untuk membangunkan
Seo Woo dan Hye Jung hanya menatap dengan mata berkaca-kaca dan tangan
mengepal.
“Aku berjanji akan menjalani hidup yang berbeda. Dan kupikir, itu
akan mudah setelah mencapai 1 kesuksesan. Aku gagal menyadari bahwa hidupku masih saja
tak berubah.”
Bersambung ke episode 3
FACEBOOK : Dyah Deedee TWITTER @dyahdeedee09
INSTRAGRAM dyahdeedee09 FANPAGE Korean drama addicted
duh perasaan iri tuh memang menakutkan. Mbak Dee, tolong lantutin sinop drama keren ini smp ending ya. Btw bs download drama ini dimana ya?
BalasHapusKomentar ini telah dihapus oleh pengarang.
BalasHapusGumawo udah keluar recap nya.... Keep fighting utk sinopsis berikutnya
BalasHapusTgl 28 tayang lagi episode 3..
BalasHapusgak sabar nunggu sinopsis berikutnya. Gomawo mbak dyah...
BalasHapusbisa dapet video subind nya dmn ya?
tlong kasi bocoran ya... :)
gumawo^^
BalasHapusahhh unni shin hye keren banget,akin penasaran sama drakor ini
BalasHapusgamsahamnida
Mba mo download filmnya dmana ya caranya
BalasHapusMba mo download filmnya dmana ya caranya
BalasHapusKeren ..ditunggu kelanjutannya
BalasHapusFightiiiinggg cingu.....😘😘😘😘
BalasHapusdi nontondramamu.com okeh guys hehe
BalasHapus