Foto keluarga Choi tertempel di dinding, Gun Wook masih
berjongko didepan pintu rumahnya sambil memegang tas milik ayahnya. Terdengar
dari luar Bo Nui yang menerima telp dari Soo Ho untuk menyuruhnya ke taman Sekarang. Gun Wook pun langsung berlari ketaman dan melihat Bo
Nui dan Soo Ho sedang berbicara lalu sengaja bersembunyi untuk mendengarkanya.
“Harus denganku, kan? Dulu kau bilang begitu, Apa Karena aku pria macan? Apa hobimu memanfaatkan orang? Kau sudah keterlaluan!! Ini bukan permainan dan lelucon, apa kau pikir aku orang baik? Apa alasannya kau melakukan hal
gila seperti
ini? Kenapa?” teriak Soo Ho benar-benar marah
Gun Wook tiba-tiba datang membela Bo Nui kalau Soo Ho
sudah keterlaluan. Bo Nui meminta Gun Wook tak melakukanya. Soo Ho tak
peduli menurutnya ini bukan urusan Gun Wook jadi menyuruh pergi saja.
“Lalu kenapa? kalian belum
bercinta, dan
kalian tidak pacaran. Kenapa
kau marah? Jangan
bilang... kau berpikir dia
itu mencintaimu?” ucap Gun Wook lalu menarik tangan Bo Nui untuk pergi.
Bo Nui pun mengikuti Gun Wook tapi tatapan mengarah pada
Soo Ho tapi hanya diam menatapnya.
Di sisi taman lainnya, Bo Nui menlepaskan tangan Gun Wook
menyuruhnya untuk pergi lebih dulu saja. Gun Wook tak percaya Bo Nui
menyuruhnya, Bo Nui merasa tidak bisa membiarkannya begini dan akan kembali untuk menjelaskannya Bahwa ini demi Bo Ra.
“Lalu? Orang itu akan melakukan
yang noona
mau? Coba Lihatlah sikapnya itu! Apapun yang noona katakan, dia tidak akan didengar. Dengan kau Kembali kesana hanya akan memperkeruh masalah.” Kata Soo Ho ingin menariknya.
“Aku kesana untuk mendengarkannya. Seperti apapun marahnya dan seberapapun marahnya. Asalkan dia bisa memaafkanku
setelah melampiaskannya
padaku. Tidak
apa-apa, jika dia mengumpat "Gila",
"Sinting", "Idiot", aku sudah sering mendengarnya.” Ucap Bo Nui menyuruh masuk saja karena pasti lelah dan
tidak memikirkanya lagi lalu berlari meninggalkan Gun Wook
Soo Ho hanya bisa tertunduk dengan ingin menyalakan
mobilnya, ketika itu tatapan terlihat kaget. Bo Nui datang kembali berlari
menemuinya. Soo Ho seperti tak percaya Bo Nui kembali menemuinya.
Bo Nui ingin mendekat tapi Soo Ho langsung menginjak gas
mobilnya lalu meninggalkan taman. Bo Nui tak bisa berbuat apa-apa melihat Soo
Ho yang pergi meninggalkanya, hanya bisa berusaha menarik nafas panjang dan
menenangkan dirinya.
Bo Nui duduk dirumahnya beberapa kali menghela nafas
melihat ponselnya, lalu mengambilnya dan menuliskan pesan untuk Soo Ho [Maafkan aku] tapi kembali menghapusnya. Bo Nui pun menuliskan kembali
pesannya [Aku tak bermaksud jahat Aku punya adik...] tapi kembali hapus lalu menaruh kembali ponselnya.
Soo Ho sudah ada dikamar tidurnya dengan piyama duduk di
sofanya, hanya nama nomor telp Shim Bo Nui lalu memilih untuk tidur saja. Terdengar bunyi suara
ponselnya, Soo Ho langsung bangun dan melihatnya, berharap pesan dari Bo Nui.
Wajahnya langsung berubah kesal melihatnya “Kabar
gembira, anda bisa mengajukan pinjaman 10 juta won tanpa bunga.” Soo Ho langsung membanting tubuhnya memukul bantal dan
berguling di tempat tidurnya dengan kesal.
Pagi hari, Zeze factory
Ji Hoon sedang mencoba tongsis, Seung Hyun yang baru
datang meminta agar melihat ke arah kameranya. Seung Hyun baru saja meminum youghurt
panik bertanya apa yang sedang dilakukanya,Ji Hoon bertanya apakah ia boleh
menguploudnya di SNS karena Pasti bisa dapat 1000 like. Seung Hyun tahu Komentar
follower Ji Hoon selalu negative jadi menyuruh hapus sekarang.
Dae Kwon baru datang panik bertanya apakah Presdir sudah
datang, Si pria tambun memberitahu Soo Ho belum datang, Dae Kwon pun bisa
bernafas lega dan mengucap syukur. Dal Nim pun menyapa Dae Kwon yang baru
datang. Dae Kwon menegur Dal Nim yang menaruh bekas youghurt, Dal Nim
mengatakan itu bukan bekas dirinya. Dae Kwon yakin itu bekas Dal Nim minum.
Seung Hyun heran Dae Kwon yang menuduh Dal Nim karena itu
bekas youghurtnya, Hyun Bin mengambil bekas botolnya, akan sekalian membuangkan
karena ingin pergi ke toilet. Dae Kwon meminta maaf pada Dal Nim, lalu menduga
Seung Hyun sedang terkena sembelit. Dal Nim merasa sedih dituduh, lalu tersadar
dengan temanya yang belum juga datang ke kantor.
Bo Nui sedang berbicara dengan seseorang, mengakui adiknya
yang sudah dua tahu sakit dan aka melakukan apapun untuk
menyelamatkannya. Ia benar-benar sangat
mempercayai dengan peramal.
“Dia bilang... kalau aku tidur dengan pria harimau... maka adikku akan bangun lagi. Aku tidak merendahkanmu dan juga tidak menjadikanmu tumbal. Aku bersumpah.” Ucap Bo Nui ternyata berbicara dengan dinding didepanya.
“Ah... Dia pasti takkan memaafkanku, tapi akan kukatakan padanya. Meski tak mengerti, dia pasti mendengarkan.” Kata Bo Nui yakin
Ponselnya berdering, Dal Nim menelp menanyakan
keberadaanya karena Hyun
Bin harus memeriksa coding-nya. Bo Nui memberitahu sudah ada didepan gedung dan akan
naik sekarang. Ia melihat ke depan menunggu Soo Ho yang biasa memarkir
sepedanya, tapi akhirnya memilih untuk pergi saja.
Gun Wook berlari mengelilingi taman seperti ingin
meluapkan rasa amarahnya, Sul Hee sudah duduk di depan apartement melihat Gun
Wook datang, memanggilnya “si keras kepala datang” lalu bertanya apakah Gun
Wook lari sendirian. Gun Wook
bertanya balik ada perlu apa datang kerumahnya.
“Telpon tak diangkat, SMS tak
dibalas. Kupikir
kau kembali ke Kanada tanpa
aku.” Ucap Sul Hee, Gun Wook hanya tersenyum tak menjawabnya,
Sul Hee juga hanya tersenyum bisa mengerti tingkah atletnya.
Sul Hee kembali membahas Soal jadi
model game yang diberitahu sebelumnya, lalu bertanya apaka Gun Wook sudah memikirkanya.
Gun Wook hanya memalingkan wajah dengan wajah malas. Sul Hee menyakinkan Gun
Wook kalau banyak kompetisi yang akan dilewatkan karena berada di Korea.
“Orang dibagian atas
pasti tahu kalau peringkatmu
bakal turun. Di saat
seperti ini, kau harus menunjukkan
sesuatu dan
menghasilkan uang. Jadi
mereka tidak komplain, bagaimana?” tanya Sul Hee, Gun Wook langsung menolak. Sul Hee
berteriak “kenapa” tapi setelah itu memelankan suaranya.
“Kenapa? Apa masalahnya?” tanya Sul Hee berusaha untuk tenang.
“Semuanya, aku tak punya waktu, aku tak suka nama perusahaannya dan juga tak suka bosnya.” Tegas Gun Wook
“Kau... apakah kau sudah ketemu Presdir Je? Apa dia menemuimu? Bagaimana dia tahu alamatmu? Dia mengajakmu kerja sama, kan? Apa jawabanmu? Apa Kau menolaknya? Hei, harusnya kau telponku.” Ucap Sul Hee panik dengan bertanya tanpa jeda.
“Kau ini kenapa, Amy? Kenapa tergesa-gesa? Seperti dikejar orang saja.”
Komentar Gun Wook heran. Bel rumah Gun Wook berbunyi.
Gun Wook membuka pintu ternyata ada Soo Ho yang berdiri
didepan rumahnya Soo Ho dengan tatapan dinginya mengatakan mereka harus bicara.
Gun Wook binggung kenapa Soo Ho harus bicara. Soo Ho ingin mengajuk pertanyaan
tentang semalam, Shim Bo Nui...
ucapanya terhenti karena mendengar seseorang yang bertanya siapa yang datang.
“Soo Ho!!! Maksudku... Presdir Je”
ucap Sul Hee kaget melihat Soo Ho yang datang kerumah Gun Wook.
“Aku sudah bilang, kan? Kau tak boleh langsung menghubungi Gary.” Kata Sul Hee berpikir Soo Ho datang untuk membahas
kontrak kerja.
“Baguslah, aku akan bicara
dengannya di depan
agennya.” Ucap Soo Ho, Gun Wook pikir mereka tak bisa dirumahnya
lalu mengajak untuk pergi keluar.
Dicafe
Soo Ho memperkenalkan dirinya bernama Je Soo Ho Dari Zeze Factory dengan memberikan kartu namanya. Sul Hee melihatnya
tatapan Soo Ho bergumam menduga sesuatu “ Apa mereka belum pernah bertemu?” Gun Sook mengatakan sudah
tahu. Sul Hee kembali bergumam “Apa Sudah pernah?”
“Kau Sudah baca proposal game-nya,
kan? Aku ingin
dengar jawabanmu.” Kata Soo Ho
“Ah... jadi Itu alasanmu kemari? Aku sudah menolaknya, dan agenku ini sudah tahu.” Jawab Gun Wook
“Aku masih membujuknya, Kita bicarakan sedikit lagi.” Kata Sul Hee menenangkan Soo Ho
“Apa Ada sesuatu yang kau inginkan?” tanya Soo Ho
“Soal itu... Aoa Kau yakin perusahaanmu bisa menuruti semua keinginkan?” kata Gun Wook sinis
“ "IF" adalah game yang
penuh arti. Kau
takkan menyesal bekerja bersama
kami. Aku
janji.” Kata Soo Ho menyakinkan
“Aku tak percaya. Dari pengamatanku selama ini... kau bukan orang bisa dipercaya. Aku ini, hanya bekerja dengan orang yang kusuka. Apa jawaban ini sudah cukup?” ucap Gun Wook lalu pamit pergi dengan menyalahkan Soo
Ho membuatnya tak sempat
mandi.
Sul Hee memanggil Gun Wook yang pergi meninggalkanya,
lalu bertanya apa pada Soo Ho ada apa sebenarnya dengan mereka berdua.
“Kenapa kau menemuinya dan membuat semua jadi rumit?” ucap Sul Hee panik
“Aku sedang membujuknya dan ingin jawabannya besok. Kami butuh jawaban segera untuk perancanaan kami.” Tegas Soo Ho dan beranjak pergi.
“Apa kau Mau kembali ke kantor? Ayo kita pergi bersama, aku ingin bicara denganmu.” Ucap Sul Hee menahan tangan Soo Ho, tapi Soo Ho
menjawab dengan tatapan dinginya harus mampir ke tempat lain.
Bo Nui memanggil Seung Hyun memberitahu bagian
memilih karakter
sudah dikirimkan, Seung Hyun merasa kagum melihatnya, dengan pakaian
dan celana yang bisa berubah dalam games.
“Tujuh hari sebelum batas waktu, Shim Bo Nui terus memaksimalkan kemampuannya. “ komentar Si pria tambun
dengan gaya komentator bola
“Kapan grafis bagianmu selesai?” tanya Seung Hyun menyindir
“Yoon Bal menerima serangan... dia butuh obat penawar.” Kata Yoon Bal membuka air minumnya,
Soo Ho masuk ke dalam kantor dan semua pun menyapanya, Bo
Nui melihat kedatangan Soo Ho yang terlihat terburu-buru. Soo Ho berhenti
sejenak memberitahu Jawaban Gary Choi akan keluar besok.
“Dal Nim, buat rencana lain... siapa tahu Gary Choi menolak.” Kata Soo Ho
“Agennya dari IM bilang Gary pasti mau.” Ucap Dal Nim yakin
“Buat grafis lain tanpa Gary Choi di dalamnya.” Perintah Soo Ho, Dal Nim pun tak bisa protes hanya
mengangguk mengerti.
Soo Ho masuk ke dalam ruangan mengambil minuman di dalam
kulkasnya, lalu melihat diatas meja kerjanya buku-buku tentang ramalan,
akhirnya ia membereskan buku-bukunya dan menaruhnya dibawah.
“Kenapa tiba-tiba jadi begini? Ini Menjengkelkan.” Jerit Seung Hyun kesal
“Tidak Seung Hyun... Semua pasti berhasil Tapi
buat jaga-jaga, kita hilangkan
wajahnya. Jadi Jangan
marah” kata Dal Nim menenangkan
Bo Nui terlihat sedih lalu mendengan ponselnya bergetar lalu keluar dari
ruangan,
Di sebuah ruangan Bo Nui menelp bertanya apakah Ini
Chacha Jala Merah, lalu memberitahu kalau ia tak
mau bertemu kalau tak
menunjukkan KTP.
“Aku sekarang di kantor, jadi
jangan kirim
foto aneh-aneh.” Tegas Bo Nui
Setelah menutup telpnya dan akan keluar ruangan, Bo Nui
menjerit kaget melihat Soo Ho sudah ada didepanya dan ponselnya pun jatuh. Soo
Ho mengambilnya dan tak sengaja melihat gambar senonoh yang ada dilayar ponsel
Bo Nui dengan bertuliskan pesan “Ayo bertemu, aku lahirtahun macan.” lalu mengembalikanya.
“Apa Kau melihatnya?” tanya Bo Nui panik Soo Ho bertanya maksudnya, Bo Nui
kembali bertaya apakah Soo Ho mendengarnya.
“Kalau iya kenapa?” kata Soo Ho, Bo Nui mengatakan akan menjelaskanya
“Tidak perlu. Tak ada hubungannya denganku. Aku sudah bukan salah satu kandidatmu, kan?” ucap Soo Ho
“Bukan, kau sudah kucoret, aku sungguh.” Kata Bo Nui
“Terserahlah. Siapa yang kau temui dan mau apa, itu semua urusan pribadimu. Aku tidak peduli Dan Kau tak perlu membujuk Gary Choi lagi.” Kata Soo Ho, Bo Nui binggung, Soo Ho mengatakan Gun
Wook orangnya sibuk lalu
berjalan pergi. Bo Nui pun hanya bisa menghela nafas kembali.
Soo Ho belajar berpidato dengan mengulang kalimat “Anda
hanya hidup sekali,tidak akan bisa kembali...”
“Ah! Kenapa dia menemui orang asing?” jerit Soo Ho kesal sendiri menatap Bo Nui dari
ruanganya.
Akhirnya Soo Ho memilih menutup tirai dan membanting
tubuhnya disofa, Bo Nui akan segera pulang dan melihat Soo Ho keluar dari
ruangan, keduanya saling menatap. Bo Nui pamit pulang pada semua pegawai karena
ada janji. Soo Ho pun menatap kepergian Bo Nui.
Bo Nui pergi keluar kantor dengan sibuk memegang
ponselnya, Soo Ho melihat dari kejauhan bertanya-tanya apa yang ada dipikiran
Bo Nui sekarang, lalu ia buru-buru bersembunyi ketika Bo Nui berhenti melangkah
dan mencari-cari sekeliling.
“Kenapa aku sembunyi? Padahal Aku tak salah apa-apa, jadi Aku tak perlu sembunyi. Percaya diri saja dan lihat dia mau kemana.” Kata Soo Ho keluar dari persembunyian, lalu akhirnya
menyadarkan diri kalau lebih baik pergi saja.
Tapi ia kembali melihat Bo Nui dengan wajah penasaran
lalu melihat ada penjual topi dekatnya.
Bo Nui sudah duduk disebuah cafe seperti menunggu
seseorang, Soo Ho ikut masuk dengan topi golf dan juga maskernya sengaja duduk
tak jauh agar bisa mengamati Bo Nui.
“10 menit, aku pergi setelah 10
menit.. Setelah melihat orangnya.” Gumam Soo Ho
Bo Nui melambaikan tangan pada orang yang baru datang,
Soo Ho melihat orang yang datang dengan mengunakan topi dan masker mendekati
Soo Ho berpikir itu pasti Chacha Jaring Merah. Pria itu duduk didepan Bo Nui lalu membuka maskernya,
Soo Ho melotot ternyata Gun Wook yang datang menemui Bo Nui.
“Kenapa tak dirumah saja?” tanya Gun Wook sambil melihat sekeliling cafe
“Kau pasti diam di rumah seharian. Aku ingin kau menghirup udara
segar dan makan
camilan manis selagi
aku membujukmu. Jadilah
model game kami, Gun Wook.” Kata Bo Nui
Soo Ho kaget Bo Nui mau membujuk Gun Wook untuk menjadi
model game mereka. Akhirnya ia keluar cafe dengan membuka maskernya dan
terlihat bisa bernafas lega.
Bo Nui berjanji akan membantu mencari ayahnya dan mengusahakan tak akan lama, Gun Wook menduga Soo
Ho yang menyuruh Bo Nui untuk membujuknya,
Bo Nui merasa ini adalah takdir. Gun Wook binggung.
“Aku membuat game ini saat memikirkan Bo Ra. Saat dia sadar nanti, Tempat yang ingin dia kunjungi, apa yang ingin dia lakukan seperti apa orang yang dia suka. Aku ingin Bo Ra merasakan semua
itu... saat dia
memainkan game ini, Karena
itu aku membuatnya.” Cerita Bo Nui
“Aku ingin orang sakit seperti Bo Ra dan orang sehat sepertiku mendapat kesempatan untuk merasakan hidup berbeda. Saat memainkan game ini, mereka bisa merasakan hidup yang terbaik.” Jelas Bo Nui, Gun Wook hanya tertunduk mendengarnya.
“Kembalimu ke Korea, bertemu denganku menjadi model game ini seperti sudah ditakdirkan. Mungkin jika... Bo Ra kembali padaku sepertimu. Aku akan bisa bahagia lagi.” Ungkap Bo Nui
Gun Wook bertanya apabila ia menolaknya makan Bo Nui akan
dipecat. Bo Nui mengatakan tidak tapi Hanya
saja ingin
meyakinkan untuk terakhir
kali.
Sul Hee berjalan mondar mandir diruanganya, berlatih
untuk bisa memohon pada Gary agar mau menyetujuinya. Ponselnya berdering terdengar
suara Soo Ho terkesan seperti bapak-bapak dengan suara berat. Sul Hee pikir Soo
Ho tak perlu terlalu sopan kalau bicara di telpon.
“Apa Bisa datang ke kantor?” tanya Soo Ho
“Aku sedang bersama Gary. Boleh aku kesana setelah selesai bicara dengannya?” kata Sul Hee berbohong sambil berpura-pura melihat
jamnya.
“Harus sekarang.” Tegas Soo Ho, Sul Hee mengerti, setelah menutup telpnya
panik memikirkan jawaban yang harus diberikan nanti.
“Aku tak bisa tanda tangan tanpa sepengetahuan Gary.” Kata Sul Hee, tapi akhirnya memilih untuk tak peduli
dengan menganti sepatunya saja.
Sul Hee masuk ruangan bertanya pada pegawai kalau Soo Ho
pasti ada diruangan, Soo Ho keluar dari ruangan dengan Gun Wook dibelakanganya.
Sul Hee kaget Gun Wook berada dengan Soo Ho, Gun Wook menyapa Sul Hee yang baru
datang.
Bo Nui datang memberitahu Presentasi
sudah siap di ruang rapat. Sul Hee menenggok kaget
melihat wanita tetangga sebelah. Bo Nui juga ikut kaget. Gun Wook pikir mereka sudah
pernah bertemu dan mengenalkan agensinya yang bernama Amy. Sul Hee bertanya
apakah Bo Nui berkerja di Zeze. Bo Nui membenarkan.
Seung Hyun tak percaya kalau Bo Nui itu kenal dengan Gary
Choi, Bo Nui memberitahu Gun Wook itu tetangganya saat masih kecil. Semua menjerit tak percaya, Soo Ho mengajak semuanya
segera masuk ruang rapat. Sul Hee berbisik pada Gun Wook, apa sebenarnya yang
terjadi sekarang.
“Kenapa tak cerita padaku?” bisik Dal Nim, Bo Nui hanya mengelengkan kepala
“Apa Noona tidak ikut?” tanya Gun Wook melihat Bo Nui hanya berdiri saja.
Bo Nui menyuruh Gun Wook untuk masuk ruangan saja, Soo Ho
kembali melonggo ke pintu memanggil Bo Nui untuk ikut juga. Gun Wook dengan
senyuman mengajak Bo Nui untuk ikut. Bo Nui binggung, teman kantornya menyuruh
Bo Nui segera ikut rapat. Semua langsung menjerit tak percaya ternyata Bo Nui
dan Gary Choi saling mengenal.
Sebuah games tenis diperlihatkan pada layar, Gun Wook,
Sul Hee, Soo Ho dan Bo Nui menontonya bersama-sama. Soo Ho menjelaskan akan
terlihat lebih hidup dengan
perangkat VR karena Berhubung
hanya demo, jadi ucma ada pertandingan tennis.
“Nanti kami tambahkan kehidupan dan aktivitas dari Gary Choi dalam game sesungguhnya.” Kata Soo Ho
“Ini Menarik, Apa ini buatan noona?” tanya Gun Wook, Bo Nui menjawab kalau ia hanya membantu.
“Gary, apa kau mau mengambil keputusan sekarang?” bisik Sul Hee.
“Aku mau...” ucap Gun Wook, Bo Nui tersenyum, Soo Ho kaget dan
akhirnya mengucapkan terimakasih.
“Asal kau tahu... kau sangat berhutang budi pada Shim Bo Nui.” Kata Gun Wook, Bo Nui memberikan kode agar Gun Wook tak
membahasnya, Soo Ho mengatakan sudah mengetahuinya. Bo Nui pun hanya
meliriknya.
Didepan ruangan
Bo Nui mengucapkan sangat sangat berterimakasih, Gun Wook
pikir sudah mengatakan sebelumnya akan melakukan apapun untuk Bo Nui, karena itu ia ingin Bo Nui untuk tidak terintimidasi oleh atasanya dan bicara semaunya saja. Bo Nui pun mengerti.
Sul
Hee mendatangi keduanya, Bo Nui membungkuk memberikan hormat dan memohon kerja
samanya. Sul
Hee pikir harusnya ia yang berterimakasih, lalu mengulurkan tanganya. Bo Nui
melihatnya, lalu mengeluarkan sesuatu sambil meminta maaf langsung menaburkan
garam pada Sul Hee untuk menolak bala, karena takut kesialannya menular. Sul
Hee menjerit untuk menghindarinya.
Sul Hee membersihkan garam yang menempel pada roknya, bertanya
apakah Bo Nui baik-baik saja, menurutnya otaknya itu agak tak waras. Gun Wook
pikir tak masalah karena tak mengenai badan dan hanya menyebar disekeliling Sul
Hee lalu membaringkan badanya disofa.
“Gary.... Jujur saja padaku. Apa ada sesuatu diantara kalian?” tanya Sul Hee curiga.
“Tentu saja, kenangan, kebahagiaan, persahabatan. Semuanya hebat.” Jawab Gun Wook dengan senyuman bahagia.
“Aku jadi tersinggung... Kita juga banyak menghabiskan waktu bersama Tapi kau menolak saat kubujuk.” Komentar Sul Hee sambil mengambil botol air minum.
“Amy, jujurlah padaku. Apa Kau ada sesuatu dengan Bos Je? Dia pria yang kau tinggalkan tanpa perpisahan, kan?” kata Gun Wook yang membuat Sul Hee terbatuk-batuk
karena tersedak
“Wah... Kau memang cerdas Pantas saja mainmu bagus.” Komentar Sul Hee mengejek. Gun Wook langsung duduk
bertanya apa sebenarnya yang terjadi
“Soo Ho itu, sering di bully dan dimanfaatkan oleh banyak orang. Karena itu dia benci sesuatu yang berhubungan dengan hubungan sosial dengan
orang lain. Tapi, dia
pikir aku juga memanfaatkannya... Tidak, dia benar. Aku memang
salah.” Cerita Sul Hee.
Gun Wook terdiam seperti merasa penilaian salah, Sul Hee
pun mengucapkan terimakasih Berkat dirinya jalanpada Soo Ho jadi terbuka.
Nyonya Yang terlihat kebinggungan, lalu mengetik keyword
”01 Ayam di Seongnam” dan
menemukan tempatnya dengan peta. Wajah Nyonya Yang melonggo tak percaya bisa
menemukan alamat dan juga nomor telpnya. Tuan Je keluar rumah dengan celana pendek
dan pakaian dalam, Nyonya Yang langsung menutup ponselnya.
“Apa kau sudah bertemu dengan dia?” tanya Tuan Je, Nyonya Yang panik dia siapa yang
dimaksud.
“Yang kau temui kemarin.” Kata Tuan Je, Nyonya Yang mengerti maksudnya itu Soo
Ho
“Apa Dia mengatakan sesuatu? Apa Dia mau mengirim sesuatu?” ucap Tuan Je sambil mengaruk-garuk pantatnya.
Nyonya Yang melihatnya mengumpat itu menjijikan dan
meminta menghentikanya. Tuan Je seolah tak peduli lalu menyuruh istrinya tak
pulang malam. Nyonya Yang berteriak memberitahu ada janji
dengan teman.
Sebuah restoran bertuliskan “01 Ayam” dibagian atas, Nyonya Yang mengintip dari jendela
seperti ingin melihat Young Il. Bo Nui akan masuk dan melihat Nyonya Yang ada
didepan jendela dan langsung membungkukan badanya, Nyonya Yang kaget lalu
menyapanya karena bertemu lagi.
“Sepertinya sudah takdir, kau mau kemana?” tanya Nyonya Yang,
“Aku mau ke restoran, Kami ada
acara makan, jadi saya pesan
tempat disini. Apa kau mencari Presdir ” ucap Bo Nui
“Aku kebetulan lewat.” Kata Nyonya Yang, Bo Nui memberitahu Soo Ho tak ikut
makan bersama dan menawarkan diri untuk menelpnya. Nyonya Yang menolak dan
mengatakan kalau Temannya
sudah menunggu.
Bo Nui pamit pergi lalu masuk ke dalam restoran dengan
memanggil Tuan Ahn, Nyonya Yang kaget melihat Bo Nui yang menyapa Tuan Ahn,
lalu buru-buru menyembunyikan wajahnya karena pegawai Zeze masuk restoran lalu
pergi.
Dae Kwon memperingatkan semuanya Jangan
minum banyak-banyak karena Mulai
besok mereka lembur, Acaranya hari rabu, jadi kurang empat hari dan mereka harus menghemat tenaga. Semua terlihat asik dengan makan ayam dan bir.
“Apa Keluar sebentar saja tidak bisa?” tanya Bo Nui, Dae Kwon menjawab tak bisa bahkan tidak
ada waktu.
“Kalau tiba-tiba ada bug, si super jenius itu bakal bilang
apa? "Tak
bisa dipercaya, tes lima menit saja
ada bug. Ini Zeze
Factory. Tolong
kerja yang benar."” Kata Yoon Bal mengikuti
gaya bicara Soo Ho.
Soo Ho tiba-tiba sudah didepan pintu mendengar, Dae Kwon
dkk tertawa memuji Yoon Bal yang sangat mirip.
“Apa Kalian ingin menghasilkan bug?” teriak Soo Ho, Semua panik melihat Soo Ho yang datang.
Dal Nim dkk binggung lalu mempersilahkan duduk di samping
Bo Nui karena kursinya kosong. Dae Kwon pun memesan satu bir lagi, Soo Ho pun langsung duduk disamping Bo Nui
tanpa mau memandangnya. Dae Kwon Tak menyangka
Soo Ho ikut bergabung, menurutnya Ini kejadian bersejarah dan mengajak untuk mereka bersulang. Semua bersiap
mengangkat gelasnya.
“Besok tak usah bekerja.” Kata Soo Ho, Semua kaget mendengarnya.
“Besok kan hari sabtu.” Ucap Soo Ho, semua tersenyum lalu mengelu-elukan nama
Je Soo Ho. Bo Nui tersenyum lalu mulai bersulang bersama-sama.
Bo Nui meminum birnya sementara Soo Ho memilih untuk
meminum segelas soda dan berpura-pura menikmatinya. Bo Nui tersenyum karena
melihat Soo Ho bisa makan bersama dengan para pegawai.
Semua pegawai terlihat mulai mabuk, Dal Nim masih setia
ingin mengantar Soo Ho tapi Soo Ho menyuruhnya untuk cepat pergi saja. Bo Nui
keluar restoran merasa tak enak hati meninggalkan begitu saja dan ingin
membereskan meja dengan bekas makan.
Tuan Ahn menolaknya menyuruh Bo Nui segera pulang saja,
Soo Ho melihatnya dengan ponsel ditanganya. Tuan Ahn melihat Soo Ho belum
pulang lalu mendorong Bo Nui agar bisa pulang bersama. Bo Nui terlihat gugup
dan keduanya sempat saling menatap, Bo Nui buru-buru memalingkan wajahnya.
Akhirnya keduanya berjalan dengan Bo Nui berjalan
dibelakang Soo Ho. Ketika sampai di jalan yang lebar, Soo Ho terlihat gugup
dengan memegang dagunya. Bo Nui memberanikan diri memanggil Soo Ho, karena Sejak pagi ingin mengatakan sesuatu. Soo Ho mengaku juga ingin mengatakan sesuatu dan ingin
lebih dulu bicara.
“Kau Besok sibuk apa?” tanya Soo Ho, Bo Nui ingat besok mereka libur
“Kau tetap harus datang.” Ucap Soo Ho, Bo Nui bingung.
“Kita masih ada kencan. Setelah kuhitung, masih sisa 21 jam 30 menit.” Jelas Soo Ho
“Ah, yang 30 jam itu? Lupakan saja, Kau sudah tahu semuanya jadi Tidak
ada gunanya.” Kata Bo Nui
“Tidak, tidak....Itu tetap kontrak resmi, jadi Wajib kupenuhi.” Ucap Soo Ho
Bo Nui pikir Soo Ho Tidak
usah merasa tertekan karena ia takkan
mengacaukan "IF". Soo Ho berjaln
mendekati Bo Nui menegaskan
kalau Bo Nui berhutang padanya, jadi ia
ingin Bo Nui mengikuti apa perkataan dan kali ini ia yang akan memilih tempat
dan waktunya, jadi Bo Nui tinggal mengikutinya saja.
Bo Nui mengusulkan untuk setelah mereka melakukan demo
games, karena waktunya tidak banyak dan Soo Ho langsung pamit pergi dan akan
bertemu besok.
Bo Nui kembali melihat keadanya dari teropong dan
waktunya tinggal 4 hari dan Waktunya tidak banyak. Pesan dari Soo Ho masuk dengan mengirimkan peta dan
meminta agar datang jam 2. Bo Nui melihat alamat “196, Jangwi-dong,
Seongbuk-gu, Seoul” dan yakin itu tempatnya tapi Soo Ho belum
juga datang.
Soo Ho akhirnya datang dengan pakaian kemeja dan rapih,
tanpa banyak berkata-kata memanggil Bo Nui dengan tepukan tangan dan
menyuruhnya untuk masuk, ternyata Soo Ho mengajaknya untuk pergi ke “Cheonsuam”
Di dalam ruangan dengan wanita berpakaian Hanbook,
melihat memberitahu kalau Soo Ho orang pintar. Soo Ho terkejut dan membenarkan
tebakan wanita itu. Wanita itu melihat kembali Tangan
dan kakinya sedingin es, tapi hatinya sepanas lava dan memberitau Bo Nui kalau Soo Ho itu takkan
patuh padanya.
“Dia keras kepala dan egois, Cuma peduli dirinya sendiri.” Ucap peramal, Bo Nui membenarkan, Soo Ho melirik sinis
karena Bo Nui membenarkan sifat buruknya. Wanita itu pun bertanya tujuan mereka
datang.
“Kami ada acara penting,Kali ini harus berhasil.” Kata Bo Nui, wanita itu kembali berkonsetrasi dengan
memejamkan matanya dan berteriak.
“Kau akan kehilangan uang pada bulan Juni. Kalau tidak hati-hati, kau dalam masalah besar.” Kata peramal, Bo Nui panik mendengarnya.
“Anda meramal...berdasarkan... tahun, bulan, dan hari kelahiran,
kan?” ucap Soo Ho, peramal merasa Soo Ho tahu banyak tentang
hal itu. Soo Ho pikir tentu saja sudah mengetahuinya.
“Baiklah, pria ini... peruntungannya tahun ini bagus kecuali Juni. Kenapa memilih bulan ini? Bagaimana? Apakah mau
kubuatkan jimat? Sangat
mujarab.” Kata Peramal meyakinkan, Bo Nui dan Soo Ho saling
menatap
“Tingkat kemungkinan ramalan anda adalah 518.400. Dibagi pria dan wanita, 136.800 bisa dikelompokkan. Maka pria yang senasib denganku, ada 51 satu orang, benar kan?” kata Soo Ho, Peramal dan Bo Nui terlihat kebingungan
“Tadi anda juga menyebut sesuatu. Keputusan anda berdasarkan pada zodiakku, Tingkat kemungkinannya 144. Jadi setiap orang punya salah satu dari 144 nasib itu. Kalau peduduk Korea 51 juta
orang, maka
354.000 orang punya nasib
yang sama. Bagaimana
itu?” Jelas Soo Ho yang selalu berpikir logic, peramal itu
seperti tak bisa berkata-kata lagi.
Ditempat lain
Peramal yang mengunakan bola dengan aliran listrik. Soo
Ho mengoceh Zodiak
diciptakan manusia purba, dan
dekat kaitannya dengan hantu,
dan bertanya apakah peramal itu sudah mengetahuinya.
Peramal itu ingin membela diri tapi Soo Ho lebih dulu berbicara.
“Anda bilang Juni ini aku
beruntung karena
bintangku terang. Bagaimana
jika ternyata gelap, tapi
kelihatan terang karena dekat bumi... Itu
artinya terang atau gelap? Itu
artinya beruntung atau tidak?” kata Soo Ho lalu
mematikan tombol yang menghidupkan lampu pada bola.
Di sebuah tenda ramal
Mata Soo Ho dilihat dengan mengunakan kaca pembesar
memberitahu matanya itu besar, lalu pindah ke bagian bibir kalau peramal
melihat bibir yang tipis bisa membawa keberuntungan. Pria tuan didepanya melihat Soo Ho dengan mengedipkan
matanya, agar lebih jelas.
Soo Ho pikir bapak didepanya itu rabun, lalu mencoba
mengetesnya dengan melambaikan tangan didepanya, seperti pria itu tak
melihatnya.
Bo Nui dan Soo Ho keluar dari tempat “Ratu Tarot” lalu
Soo Ho mengajak Bo Nui ke tempat Ramalam garis tangan karena ada satu dekat sini. Bo Nui mengatakan ingin pergi
saja. Soo Ho tak terima karena waktu mereka masih banyak dan mengajak Bo Nui
untuk pergi.
“Aku mengerti maksudmu, sudah cukup. Hal ini takkan menghentikanku mencari pria macan.” Kata Bo Nui
“Apa Kau tak belajar apa-apa hari ini? Tadi malah ada yang meramal padahal rabun. Banyak peramal yang penipu.” Ucap Soo Ho
“Aku tahu itu. Tapi, ada kalanya hidup merasa lebih
baik setelah
curhat masalah kita pada
orang.” Kata Bo Nui
“Pergi ke psikiater, kalau mau curhat. Paling tidak mereka tak menyuruhmu beli jimat mahal.” Tegas Soo Ho
Bo Nui mengatakn kalau Biaya konsultasi juga mahal. Soo Ho pikir tidak sama menurutnya Bo Nui itu terlalu percaya takhayul, jadi ia ingin Bo Nui tahu betapa tidak nyatanya hal ini. Bo Nui merasa Soo Ho itu berpikir dirinya tak tahu
mengenai hal ini. Soo Ho terdiam.
“Terimakasih.... Mengajakku
keliling peramal sudah menunjukkan
rasa kasihanmu. Tidak
usah khawatirkan aku. Aku
bisa mengurus diriku sendiri.” Ucap Bo Nui pergi, Soo
Ho berteriak mau kemana Bo Nui
“Aku
ada janji.” Kata
Bo Nu, Soo Ho terlihat kebinggunga melihat Bo Nui yang meninggalkan begitu
saja.
bersambung ke part 2
FACEBOOK : Dyah Deedee TWITTER @dyahdeedee09
INSTRAGRAM dyahdeedee09 FANPAGE Korean drama addicted
semangat... ditunggu part 2 nya ka dee.. ☺
BalasHapusMkin seru z...d tunggu part 2 nya ,,,😊
BalasHapus