Gong Shim pulang kerumah dengan membawa pot yang bunga,
menatap rumahnya yang ada dilantai dua. Ayah dan ibunya sedang sibuk membuat
makanan, Ibu Gong Shim pun meminta suaminya untuk mencoba masakan buatanya,
Tuan Gong sudah membuka mulutnya tapi saat itu Gong Shim masuk rumah, akhirnya
Ibu Gong Shim menyapa anaknya lebih dulu dengan wajah bahagia.
“Senang sekali bisa melihatmu
setelah satu bulan.” Kata Tuan Gong melihat
anaknya.
“Baunya seperti pesta... Selamat ulang tahun, ayah.” Kata Gong Shim memberikan pot bunga.
“Apa ini bunga dari pekerjaanmu di
Pulau Jeju Aromanya
sangat harum. Terima kasih.” Ucap Tuan Gong, Gong
Shim pun bertanya keberadaan kakaknya.
“Di kantor,
Dia bekerja keras di tempatnya bekerja.” Kata Tuan Gong, Gong Shim kaget mengetahui kakaknya
yang sudah mulai bekerja. Tuan Gong
bertanya pada istrinya kalau belum memberitahu. Ibu Gong Shim tertunduk diam.
“Dia bekerja di departemen hukum
Grup Star.” Ucap Ayah Gong Shim, Gong Shim menjerit
kaget mengetahuinya.
“Apa yang bisa kita lakukan? Aku tidak ingin dia pergi ke sana
karena mereka memecatmu, Tapi
dia ingin pergi. Bagaimana aku bisa menghentikannya?” kata Ibu Gong Shim, Gong Shim hanya bisa mengangguk
mengerti.
Ibunya memberitahu kakaknya akan
segera pulang, menyuruh Gong Shim berganti pakaian dan
segera makan. Gong Shim mengatakan akan pergi ke atap dan
memeriksa tanaman. Tuan Gong teringat tanaman
diatap, lalu bertanya apa yang terjadi dengan Dan Tae.
Ibunya juga heran Dan Tae yang tidak bisa
dihubungi selama satu bulan, lalu menanyakan pada
anaknya apakah mengetahui siapapun yang mengenalnya. Gong Shim hanya diam
saja lalu naik keatas melihat pintu
rumah Dan Tae yang penuh dengan stiker, belum dilepaskan. Lalu bertanya-tanya
apa sebenarnya yang terjadi.
Lilin bertuliskan angka 52 ditaruh diatas kue, semua keluarga
Gong termasuk Goo Nam menyanyikan lagu selamat ulang tahun. Tuan Gong mencoba
meniup semua lilin tapi setelah itu terbatuk-batuk karena nafasnya sudah tak
kuat. Ibu Gong Shim mengejek suaminya tidak bisa meniup lilin
lagi.
“Aku tidak memiliki kapasitas
paru-paru yang cukup dan sudah
mulai tua.” Kata Tuan Gong,
“Tidak apa-apa.... Wajahmu belum berubah sejak kau
berusia 20 tahun.” Komentar ibu Gong Shim
menyindir. Gong Mi meminta ibunya untuk tak bercanda seperti itu pada ayahnya
tapi harus bersikap baik kepadanya, karena hari ulang tahunnya.
“Ketika aku pertama kali melihatmu
saat aku masih muda, Kupikir
kau kakek Shim.” Ucap Goo Nam
“Goo Nam... Kenapa kau juga menjadi kejam?” jerit Gong Nim membela
“Aku hanya bersikap jujur. Saat
aku melihatnya bersama ibumu, kupikir
dia adalah ayahnya.” Kata Goo Nam, Tuan Gong
menyuruh Goo Nam segera pulang saja.
Goo Nam tersenyum memberikan tanda cinta dengan tanganya,
Gong Mi memberikan amplop menurutnya uang adalah tetap
yang terbaik sebagai hadiah. Tuan Gong pun
mengucapkan terimakasih. Gong Shim memberikan setoples madu yang
terbaik untuk nyeri lambung. Tuan Gong juga
mengucapkan terimakasih. Goo Nam juga memberikan hadiah pakaian
dalam.
“Berapa tahun telah berlalu sejak
kau memberiku pakaian tiap tahun” kata Tuan Gong
“Aku juga sudah memberikan hadiah
yang sama selama 10 tahun.” Ucap Ibu Gong Shim
memberikan kecupan di pipi sebagai hadiah ulang tahun pada suaminya.
Semua terlihat malu melihatnya, tapi Tuan Gong menjerit
bahagia jadi meminta terus beri hadiah yang sama selama
50 tahun lagi. Ibu Gong Shim merasa tak perlu
mengkhawatirknya dan mereka pun mulai bersulang bersama-sama untuk kesehatan
Tuan Gong.
Gong Shim melirik ponselnya yang bergetar nama “Pengacara
Mesum” yang terlihat dilayar. Ia pun pergi ke sudut ruangan
yang sepi untuk mengangkat telpnya, seorang perawat memegang telp Dan Tae,
memberitahu menelepon dari rumah sakit dan bertanya apakah Gong Shim mengenal
seorang pria bernama Ahn
Dan Tae, Gong Shim langsung berteriak kaget mendengarnya.
“Dia pingsan di jalan dan sudah dipindahkan ke rumah sakit
menggunakan ambulans.” Ucap perawat, Gong Shim
makin panik dan kaget.
“Bagaimana keadaannya sekarang?” tanya Gong Shim panik
“Dia masih belum sadar. Kami
membutuhkanmu untuk segera kesini.” Kata
Perawat, Gong Shim mengerti dan akan
segera ke sana.
Gong Shim berlari keluar rumah, di rumah sakit perawat
mengantungkan kantung infus dan Dan Tae masih tak sadarkan diri lalu dibawa
keluar dari ruang UGD. Gong Shim yang baru datang panik melihatnya Dan Tae
dibawa keluar dari ruang UGD.
“Apa yang terjadi? Ada apa
dengannya? Apa dia baik-baik saja?” tanya Gong
Shim panik
“Dia sedang diperiksa sekarang,
jadi tunggu di sini.” Kata Perawat
Dan Tae sudah di pindah ke rumah rawat, Gong Shim
mengelap keringat yang ada di wajah Dan Tae. Dokter pun datang, Gong Shim
langsung bertanya apa yang terjadi dan Kenapa Dan Tae bisa pingsan. Dokter berpikir Dan Tae itu pingsan
karena tertekan.
“Sepertiya dia sedang berada di
bawah banyak tekanan dan kelelahan. Jika
dia beristirahat dengan baik, dia akan baik-baik saja.” Kata Dokter, Gong Shim sempat kaget mendengar Dae Tae
tertekan tapi bisa sedikit lega karena
Dan Tae akan baik-baik saja.
“Kau harus mengisi beberapa
formulir. Ikuti aku.” Kata perawat, Gong Shim menatap
Dan Tae yang masih tertidur lalu keluar ruangan dengan perawat.
Dan Tae terlihat tertidur mengingat ayahnya yang
memberikan hadiah ulang tahun sebuah sepeda, Dan Tae hanya terdiam dan terlihat
kebinggungan. Tuan Ahn pun menyuruh Dan Tae untuk segera memakai sepeda
barunya.
“Astaga, ini adalah model yang
benar-benar mahal.... Ayah... Terima kasih banyak.... Aku sangat bahagia.” Ucap Dan Tae sambil mengayuh sepedanya.
“Aku juga berterima kasih
kepadamu.” Teriak Tuan Ahn nampak bahagia.
Dan Tae langsung terbangun dengan wajah kaget, lalu
melihat sekeliling yang sudah berada dirumah sakit. Ia duduk diatas tempat
tidur sambil bergumam “Ayah tidak membunuh Joon Pyo... Dia bukan pembunuh.” Lalu matanya melihat tas yang ada dikursi dan sangat
mengenal kalau itu tas milik Gong Shim.
Gong Shim selesai memberikan data pada bagian
administasi, ketika masuk kamar matanya melotot kaget melihat Dan Tae yang
sudah terbangun. Dan Tae melihat Gong Shim yang berlari dan terlihat panik
menanyakan keadaanya. Gong Shim bertanya apakah Dan Tae masih mengenalinya. Dan
Tae tersenyum melihatnya, Gong Shim pun berteriak memanggil Dokter.
“Gong Shim.... Dia baru saja mengunjungiku
beberapa menit yang lalu.” Kata Dan Tae.
“Aku mengerti. Apa yang dia katakan? Apa dia
mengatakan kau baik-baik saja?” tanya Gong Shim panik,
Dan Tae mengatakan kalau ia baik-baik saja. Gong Shim pun bisa mengucap syukur.
“Kenapa kau ada di sini, Gong Shim? Bukankah seharusnya kau berada di
Pulau Jeju?” tanya Dan Tae heran
“Bukan itu yang harus kita
bicarakan. Apa yang
terjadi? Aku tidak bisa menghubungimu selama satu bulan Dan tiba-tiba, kau tidak sadar lalu berada di rumah sakit.” Ucap Gong Shim
“Sesuatu yang sangat buruk terjadi
pada ayahku. Tapi
untungnya, itu semua sudah baik-baik saja sekarang.” Kata Dan Tae, Gong Shim kembali mengucap syukur.
“Gong Shim, bagaimana keadaan di Pulau
Jeju?” tanya Dan Tae, Gong Shim sediki memikirkan lebih dulu.
“Dan Tae, kau tahu sebuah lagu
yang berjudul "Andante, Andante"? Kedengarannya persis seperti
namamu. Apa kau tahu? Aku
bisa mendengar lagu itu di semua tempat, dan aku hampir gila.” Cerita Gong Shim bersemangat lalu menyanyikan lagu Andante,
Andante sambil menyanyi-nyanyi. Dan Tae tersenyum mendengarnya.
“Ngomong-ngomong, apa kau ingat
benih yang kau beri kepadaku pada
hari ulang tahunku? Apa
kau tahu kapan aku menyadari bahwa itu adalah biji bunga matahari? Segera setelah aku melihat
caranya tumbuh, aku tahu itu bunga matahari. Bunga mataharinya mekar
sepenuhnya. Apa kau
menerima pesan yang kukirimkan kepadamu?” cerita
Gong Shim, Dan Tae tersenyum mendengarnya.
“Ada sebuah sekolah Haenyeo di
Pulau Jeju. Aku
berpikir untuk menjadi Haenyeo, tapi aku menyerah. Itu karena jika aku sekretaris,
orang memanggilku Sekretaris Gong. Jadi
orang akan memanggilku Haenyeo Gong jika aku menjadi Haenyeo. Tapi Haenyeo Gong tidak terdengar
begitu bagus, kan?”ucap Gong Shim
Dan Tae berpura-pura terganggu kupingnya karena bicara Gong Shim keras sekali. Gong Shim pun meminta maaf karena terlalu keras
berbicaranya karena terlalu banyak bicara di depan pasien. Perawat memberitahu makanan untuk pasien datang, Gong
Shim pun keluar ruangan untuk mengambilnya.
“Gong Shim, aku merindukanmu.” Gumam Dan Tae melihat Gong Shim yang ceria.
Gong Shim membawa nampan berisi makanan dan menaruh meja
kecil diatas tempat tidur, lalu membuka penutup mangkuk yang terlihat sangat
lezat, bahkan kimchinya matang dengan sangat baik dan Ada jangjorim juga, lalu menyuruh Dan Tae untuk segera makan. Dan Tae
memberitahu Karena merasa tidak enak badan, jadi tidak ingin makan apapun.
“Apa maksudmu? Kau harus makan
agar pulih.” Kata Gong Shim mengomel
“Aku benar-benar sedang tidak
ingin makan sekarang. Apa
kau sudah makan, Gong Shim? Kalau belum, kenapa bukan kau
saja yang makan?” ucap Dan Tae tetap menolak
saat Gong Shim ingin membuka sendok.
“Aku bukan seorang pasien, jadi tidak boleh memakan makanan
pasien.” Ucap Gong Shim
“Tidak masalah. kau harus makan” kata Dan Tae, Gong Shim menegaskan dirinya datang ke
rumah sakit bukan untuk makan dan tidak
mengerti orang yang memakan makanan untuk pasien.
Dan Tae mengangguk mengerti, Gong Shim bertanya apakah ia
benar-benar tak ingin makan. Dan Tae mengangguk, tak ingin makan. Gong Shim pun
menutup kembali dan ingin mengembalikan makanan pada perawat. Dan Tae bertanya
apakah Gong Shim tak ingim memakanya, Gong Shim dengan kesal sudah mengatakan
tak akan makan makanan pasien.
Gong Shim baru selesai mengembalikan nampan, melihat Dan
Tae yang keluar dengan wajah panik bertanya kenapa Dan Tae keluar kamar. Dan Tae mangaku merasa
pengap berada di dalam ruangan sepanjang hari,jadi ingin berjalan-jalan di
luar. Gong Shim bertanya apakah Dan tae bisa berjalan, apakah membutuhkan
bantuannya dengan memberikan lenganya.
Tiba-tiba Dan Tae menatap wajah Gong Shim yang menempel
sisa nasi, Gong Shim bertanya kenapa menatapnya seperti itu. Dan Tae bertanya
apakah rasanya enak. Gong Shim menutup mulutnya berpura-pura tak mengerti yang
dibicarakan. Dan Tae mengodanya
kalau Gong Shim itu memakan makananya. Gong Shim tetap menyangkalnya, tapi
tiba-tiba mengeluarkan rasa kenyang dari mulutnya.
Dan Tae tersenyum lalu mengetahui Gong Shim sudah memakan
makananya, Gong Shim mencoba menghilangkan baunya lalu mengaku hanya
memakannya sedikit untuk mengetahui seperti apa rasanya. Dan Tae menyindir Gong Shim yang hanya makan sedikit
sambil mengambil sisa nasi yang menempel kalau Gong Shim tidak
hanya mencicipinya tapi jelas-jelas
menghabiskan semuanya dan menyentil bekas nasi
Gong Shim jauh-jauh.
Gong Shim panik melihatnya, Dan Tae pun meminta Gong Shim
mengaku saja kalau sudah memakan semuanya. Gong Shim pun mengakuinya dan meminta maaf. Dan Tae
tersenyum menurutnya itu bagus, lalu mengeluh kenapa Gong Shim tidak
makan saat menyuruh tadi di dalam ruangan.
Gong Shim mengatakan mana mungkin bisa memakannnya saat Dan Tae sedang sakit.
Dan Tae hanya tersenyum, Gong Shim pun mengajak Dan Tae untuk segera masuk ke
dalam ruangan supaya bisa beristirahat.
Joon Soo menjamu para kolega bulenya dengan makanan yang
sangat nikmat, lalu mengantarnya sampai ke depan restoran. Salah seorang
bule menatakan ini adalah
makanan terbaik yang pernah dirasakanya, lalu
berjabat tangan dengan Joon Soo kalau mereka menutup
kesepakatannya besok pagi di kantor. Joon Soo mengangguk setuju.
“Tuan Suk, kau kelas berat. Kau luar
biasa.... Sampai jumpa besok.” Ucap pria bule lainnya lalu pamit pergi pada Joon Soo
Setelah keduanya pergi Joon Soo memegang tiang di depan
restoran, Sekertarisnya melihatnya, menanyakan keadaanya berpikir terlalu
banyak minum. Joon Ho mengatakan baik-baik saja.
“Mereka menawarkan kepadamu begitu
banyak minuman untuk
membuat kesepakatan yang lebih baik.” Kata Sek
Kim, Joon Soo hanya tersenyum lalu menyuruh Sek Kim untuk pulang saja dan masuk
ke dalam mobilnya.
Gong Shim tertidur sambil mendengkur di kursi, Dan Tae
membuka matanya melihat Gong Shim yang tertidur pulas membuatnya kembali
tersenyum, perlahan-lahan turun dari tempat tidurnya dan ingin menaruh selimut
di badan Gong Shim. Tapi Gong Shim lebih dulu bangun, membuat Dan Tae
mengurungkan niatnya. Gong Shim pun merapihkan wignya karena tak sengaja
tertidur.
“Kenapa kau berdiri, Dan Tae? Apa kau butuh sesuatu? Kau bisa
memintanya kepadaku tanpa berdiri.” Kata Gong
Shim panik
“Gong Shim, kau terlihat sangat lelah.. Kau harus pulang, ini sudah larut” ucap Dan Tae
“Tidak, aku baik-baik saja, kau bisa Minta padaku jika membutuh sesuatu.” Kata Gong Shim menolak.
Dan Tae mengatakan kalau ia baik-baik saja, jadi meminta
agar Gong Shim segera pulang saja. Gong Shim mengatakan kalau ia baik-baik
saja. Dan Tae merasa
khawatir jadi meminta agar Gong Shim segera pulang saja. Gong Shim menyakinkan
kalau ia ingin tetap tinggal dengan menaruh tas yang dibawa Dan Tae. Joon Soo
datang mengetuk pintu, Dan Tae dan Gong Shim tersenyum melihat Joon Soo yang
datang.
“Dan Tae. Apa yang terjadi? Aku tidak bisa menghubungimu, dan
sekarang tiba-tiba kau ada
di rumah sakit” kata Joon Soo khawatir
“Aku menyesal semuanya menjadi
seperti ini.” ucap Dan Tae
“Terima kasih sudah menghubungiku,
Gong Shim. Aku tidak bisa datang lebih awal
karena harus makan bersama
pelangganku.” Kata Joon Soo terlihat mulai mabuk
Gong Shim yang melihatnya menyuruh untuk duduk saja, Joon
Soo membuka jasnya dan duduk di kursi yang di tarik oleh Gong Shim. Lalu Gong
Shim akan membawakan minuman, Dan Tae ikut memilihkan minuman yang ada didalam
kulkas. Tiba-tiba Joon Soo berteriak kalau membenci Joon Soo, Dan Tae dan Gong
Shim binggung.
“Apa kau baru saja mengatakan kau
membenciku?” ucap Dan Tae binggung
“Apa kau tahu betapa khawatirnya
aku kepadamu? Aku
menghubungimu berkali-kali, tapi
kau tidak menjawab panggilanku.” Kata Joon Soo. Keduanya
pun tersenyum.
“Aku tidak akan membiarkan kau
melakukan hal seperti ini lagi. Mengerti?” ucap Joon
Soo berdiri. Dan Tae menjawab mengerti, Gong Shim menahan tawa melihat tingkah
Joon Soo saat mabuk.
“Kenapa kau tertawa?” ucap Joon Soo kesal, lalu bertanya pada Dan Tae
mengerti atau tidak. Dan Tae mengatakan kalau mengerti beberapa kal.
“Aku benar-benar menyukaimu, Dan
Tae, Aku akan mengawasimu seperti ini. Senang
bisa melihatmu, Dan Tae.” Kata Joon Soo dengan dua
jari ke arah matanya dan mata Dan Tae.
Gong Shim dan Dan Tae menahan tawanya, Joon Soo lalu
mengucapka terimakasih pada Gong Shim. Tiba-tiba badan Joon Soo tak bisa lagi
menopang tubuhnya, Gong Shim pun memapah Joon Soo ke tempat tidur untuk
penunggu pasien. Dan Tae bisa bernafas lega. Gong Shim kebingungan karena
melihat Ada dua pasien di ruangan ini.
“Aku lebih membencimu.” teriak Joon Soo lalu tertidur, Gong Shim kaget tiba-tiba
Joon Soo meneriakinya.
“Kurasa Direktur benar-benar
mabuk.” Kata Gong Shim pada Dan Tae
“Kupikir juga begitu. Tapi aku berterima kasih karena sudah datang kemari.” Kata Dan Tae lalu menyuruh Gong Shim pulang saja
sekarang.
“Ada dua pasien di ruangan ini.
Bagaimana mungkin aku bisa pergi?” kata Gong
Shim
“Aku bisa merawatnya. Jadi kau
bisa pulang sekarang. Aku
bisa mengurus diriku sendiri, jadi sebaiknya kau pergi.” Kata Dan Tae menyakinkan, Gong Shim yang sudah menolak
akhirnya keluar dari ruang rawat dan meminta agar segera menghubunginya kalau
terjadi sesuatu.
Pagi hari di rumah sakit
Joon Soo terbangun karena terjatuh dari tempat tidurnya,
sambil merasakan kesakitan tersadar kalau ia berada dirumah sakit dan mengingat
kejadian saat mabuk.
“Aku akan mengawasimu seperti ini.” ucap Joon Soo dengan dua jari yang menunjuk ke arah Dan
Tae dan dirinya.
“Aku lebih membencimu.” Teriak Joon Soo pada Gong Shim
Joon Soo menyesal sendiri bisa melakukan itu. Dan Tae
masuk kamar melihat Joon Soo yang sudah bangun. Joon Soo pun langsung berdiri
menanyakan keadaanya dan apakah tidur dengan nyenyak semalam dan bertanya tempat tidurnya tidak
nyaman.
“Aku yang seharusnya bertanya.
Bukankah tempat tidurnya tidak nyaman?” ejek Dan
Tae
“Aku terlalu mabuk kemarin. Aku tidak melakukan kesalahan
apapun, kan?” kata Joon Soo pura-pura lupa
“Jadi kau tidak ingat apa-apa?” kata Dan Tae, Joon Soo mengatakan kalau ia tak
mengingatnya.
Dan Tae mengatakan Joon Soo tidak
membuat kesalahan. Joon Soo mengaku senangmengetahui
bahwa sekarang Dan Tae sudah
lebih baik, lalu pamit pergi karena harus kembali
pergi berkerja. Dan Tae menahanya sebentar karena mengetahui Joon Soo yang datang
bahkan dalam jadwal yang
sibuk, dengan mengangkat tangan mengatakan “Aku
membencimu.” Seperti yang dilakukan Joon Soo
Joon Soo meminta Dan Tae untuk melupakan, Dan Tae mengejeknya ternyata Joon Soo ingat
semuanya. Joon Soo buru-buru pamit dan berpesan
agar Dan Tae menjaga dirinya baik-baik, berjanji aka menemuinya nanti.
Joon Soo dikagetkan dengan Gong Shim yang sudah ada
didepanya, lalu berusaha untuk terlihat santai dengan bertanya apakah Gong Shim
baru datang dari rumah. Gong Shim membenarkan, Joon Soo memuji Gong Shim yang
baik sekali.
“Ah... Tidak apa-apa... Bagaimana dengan mabukmu?” tanya Gong Shim, Joon Soo mengaku sudah baikan.
“Aku terlalu mabuk tadi malam, Aku minta maaf.” Ucap Joon Soo, Gong Shim mengejeknya dengan dua jarinya
yang mengarakan pada mata Jooon Soo dan dirinya, Joon Soo terlihat malu. Gong Shim
lalu mempersilahkan untuk pergi karena harus kembali berkerja.
“Ah.. yah.. Apakah Dan Tae sudah
memberitahu kau tentang apa yang terjadi kepadanya akhir-akhir ini?” tanya Joon Soo penasaran.
“Ya, aku tidak tahu rinciannya, tapi sesuatu pasti telah terjadi
di rumah. Dia
mengatakan bahwa semuanya baik-baik saja sekarang dan kita tidak perlu khawatir.” Ucap Gong Shim, Joon Soo pun mengaku lega mendengarnya.
“Ya, Semoga harimu menyenangkan di
tempat kerja.” Ucap Gong Shim sopan, Joon Soo pun
menyuruh Gong Shim segera masuk saja.
Gong Shim membantu melipat baju rumah sakit Dan Tae, lalu
setelah melihat semuanya sudah rapih, merasa mereka bisa langsung pergi
sekarang. Dan Tae menatap Gong Shim lalu mengucapkan terimakasih dan berjanji
akan membalasnya nanti. Gong Shim pikir tak masalah, berpesan agar Dan tae makan
makanan sehat, dan istirahat dengan baik.
“Apa kau akan makan apapun seperti
yang kau lakukan kemarin?” ejek Dan Tae
“Astaga.. Kau
bersikap keras kepadaku hanya karena aku satu
kali memakan
makananmu.” Keluh Gong Shim
Dan Tae tersenyum menatap Gong Shim yang terlihat
malu-malu, Gong Shim pun mengajak Dan Tae untuk segera keluar dari rumah sakit.
Sesampai ditaman, Dan Tae menyuruh Gong Shim harus
pulang duluan. Gong Shim bertanya apakah Dan Taetidak
akan pulang ke rumah, karena seharusnya beristirahat walaupun sudah diperbolehkan pulang. Dan Tae memberitahu aka mampir ke kantornya dulu, dan
Gong Shim tak perlu mengkhawatirkanya jadi lebih baik pulang saja.
“Kau belum sepenuhnya pulih, jadi
jangan terlalu larut pulang kerumah. Aku akan mengawasimu. Mengerti?” ucap Gong Shim mengikuti gaya Joon Soo, Dan Tae
mengatakan kalau ia mengerti lalu menyuruh Gong Shim untuk segera pulang. Gong
Shim pun berjalan pulang, Dan Tae pun menatap kepergiaan Gong Shim dengan
tatapan sedih.
Dan Tae kembali ke kantor dengan tatapan dingin, Ji Won
sedang memeriksa berkas kaget melihat Dan Tae dan bertanya Apa
yang terjadi dan Kemana
saja selama sebulan, dengan melihat keadaan
tubuh Dan Tae dari atas ke bawah menanyakan keadaanya. Dan Tae mengatakan ia
baik –baik saja.
“Kau baru saja meninggalkan pesan
yang mengatakan aku
tidak perlu khawatir tentangmu. Kau
tidak menjawab teleponku atau membalas pesan teksku. Apa kau tahu bagaimana
khawatirnya aku padamu? Ahn Dan Tae. Kenapa kau melakukan
itu?” ucap Ji Won benar-benar khawatir
“Bibi Ji Won.... Aku tahu... bahwa aku bukan Ahn Dan Tae.” Ucap Dan Tae yang membuat Ji Won mundur dengan lemas,
tanganya bergetar.
“Ahn Dan Tae yang sebenarnya
tenggelam saat dia berusia lima tahun. Aku
sudah ke Bukseong-dong. Aku
pergi ke tempat ibu, ayah, kau
dan Dan Tae yang sudah mati pernah tinggal. Kau pernah tinggal di sebuah rumah di
samping studio foto Dan
Dan Tae dimakamkan... di
bawah pohon di Yangpyeong.” Ucap Dan Tae, mulut Ji
Won kaku dan hanya bisa menangis.
“Apa Ayah... menculikku?” ucap Dan Tae dengan tatapan curiga, Ji Won mengelengkan
kepala kalau Tuan Ahn menculiknya dan Bukan itu yang terjadi.
“Lalu apa? Kenapa aku hidup sebagai Dan Tae? Kenapa aku hidup sebagai Dan Tae
jika aku bukan dia?”teriak Dan Tae
Flash Back
Terlihat wanita yang tak waras hanya menatap ke arah
langit-langit rumahnya. Ji Won yang masih muda mencoba menyuapi kakaknya tapi
sang kakak hanya diam saja.
“Kakak perempuanku, Ibu dari Dan Tae, menjadi gila setelah melihat anaknya tenggelam.Dia tidak
bergerak, hanya duduk di sana menatap ke langit-langit.
Dia bahkan tidak makan apapun dan tidak berbicara.”
Tuan Ahn pulang dengan Joon Pyo yang terlihat linglung
tanpa mengingat apapun, seperti shock melihat ibunya yang tertabrak mobil
didepanya.
“Tiga hari... setelah kematian Dan Tae, kakakku mencoba
untuk bunuh diri dua kali. Dia benar-benar sudah gila. Tapi suatu hari, Soo Yong... membawa pulang anak laki-laki.”
Ibu Dan Tae yang melihat Joon Pyo pulang langsung
mengucap syukur kalau anaknya sduah kembali dan langsung memeluknya, Tuan Ahn
dan adik iparnya tak bisa berbuat apaa-apa.
“Kakakku...percaya bahwa
anak laki-laki yang datang bersama Soo Yong adalah Dan Tae. Dia sangat bahagia dan merawatmu dengan baik.”
Ibu Dan Tae menyuapi Joon Pyo dengan wajah bahagia, tak
terlihat seperti orang yang hilang ingatan. Tuan Ahn dan adik iparnya hanya
bisa menatap sedih.
Ji Won menceritakan kakaknya yang mulai
membesarkan Joon Pyo, setelah Satu
hari berlalu, satu
bulan berlalu, satu
tahun berlalu dan kemudian, 10 tahun berlalu. Joon
Pyo tak pernah berbicara dari pertama
kali datang, tapi setelah itu Joon Pyo mulai berbicara
dan tersenyum, serta bersikap
normal kembali.
“Bibi Ji Won.... Apa ayah yang menculikku?” tanya Dan Tae dengan mata berkaca-kaca.
“Tidak, Dan Tae.... Itu tidak mungkin. Seseorang muncul dan meminta Soo
Yong untuk
mengurusmu selama satu hari Itu
sebabnya dia membawamu pulang.” Jelas Ji Won sambil
menangis.
“Soo Yong mendengar bahwa orang itu mencoba untuk meninggalkan atau
membunuhmu Kami
pikir sesuatu yang buruk akan terjadi
padamu jika kau kembali kepadanya. Maka dari
itu kami harus meninggalkan rumah di tengah malam.” Cerita Ji Won mengingat saat itu seluruh keluarganya
keluar rumah.
“Siapa orang yang meminta ayah
menjagaku?” tanya Dan Tae
“Aku tidak tahu siapa dia. Soo Yong tidak pernah mengatakan
apapun tentang hal itu. Inilah yang sebenarnya, Dan Tae. Baru-baru ini, ayahmu... berencana untuk mengatakan yang
sebenarnya. Tapi aku
mengatakan kepadanya untuk tidak melakukannya. Aku takut, kami akan menjadi penjahat dan
kehilanganmu. Aku minta
maaf... Dan Tae.” Ucap Ji Won sudah terlanjur sayang pada keponakanya
lalu berlari keluar ruangan.
Dan Tae menghapus air matanya, setelah mengetahui tentang
cerita dirinya. Ji Won menangis di tangga depan kantor. Dan Tae berjalan
mendekati Ji Won duduk disampingnya, sambil memeluk pundaknya.
“Bibi Ji Won.... Kau akan selalu menjadi bibiku. Kau akan melakukannya untukku, kan? Terima kasih banyak sudah membesarkanku dengan baik.” Kata Dan Tae
“Bibi Ji Won... Bantu aku agar aku bisa bertemu
ayah... Aku ingin menemuinya.” Kata Dan Tae, Jin Woo mengangguk mengerti sambil
menghapus air mata keponakanya. Dan Tae mengajak bibinya untuk kembali ke
kantornya.
Gong Shim menerima dua buah kotak paket untuknya, salah
satunya mengeluarkan pot bunga matahari kesayanganya, mengatakan kalau potnya
itu kembali dengan selamat dari Pulau Jeju.
“Jangan sampai sakit Dan jangan membuatku khawatir
tentangmu. Kuharap
kau tumbuh dengan baik.” Ucap Gong Shim pada bunga
mataharinya.
Gong Shim lalu menaruh pot bunganya diatap rumah, lalu
mengomel Dan Tae belum datang padahal
sdah menyuruhnya untuk pulang lebih awal, sambil menghela nafas karena Dan Tae benar-benar
tidak mendengarkan apa yang dikatakan.
Akhirnya Gong Shim ke dapur, memotong jamur, labu lalu
membuat sup kedelai dan juga mengoreng ikan dengan senyuman bahagia. Setelah
itu sibuk di atas meja dengan pensil warnanya, mengambar dirinya yang sedang
memasak dan meja penuh dengan makanan, dan mengucapkan kalau sudah selesai.
Dan Tae berjalan di trotoar dan lalu tiba-tiba berhenti
berjalan, dengan orang yang lalu lalang disekitar tapi dirinya seperti
merasakan sangat hampa karena hidup hanya sendirian saja. Lalu ia pulang kerumah
melihat meja yang penuh makanan di tutup dengan tudung saji.
Ia duduk membuka tudung sajinya, melihat ada selembar
kertas didekatnya. Lembaran pertama terlihat gambar Gong Shim seperti marah
dengan gigi taring yang keluar “Aku mengatakan kepadamu untuk pulang lebih awal, kan?”
Lalu di lembaran kedua, Gong Shim yang memasak dengan
pengorengan untuk menyiapkan makanan “Aku meninggalkan makanan karena sudah larut.” Mata Dan Tae berkaca-kaca membacanya. Dilembaran
terakhir, Gong Shim membawakan beberapa jenis obat “Jangan lupa untuk minum obat.” Dan Tae langsung menangis ternyata masih ada orang yang
memberikan perhatian padanya.
bersambung ke episode 10
FACEBOOK : Dyah Deedee TWITTER @dyahdeedee09
INSTRAGRAM dyahdeedee09 FANPAGE Korean drama addicted
Kakak tolong donk, kakak yang buat episode 10 nya.
BalasHapusEpisode 10 nya ya mba!... udah g sabar nunggu. Makasih sebelumnya ;)
BalasHapusEpisode 10 nya ya mba!... udah g sabar nunggu. Makasih sebelumnya ;)
BalasHapusbolak balik nungguin, gak sabar kelanjutannya...
BalasHapus