Sebuah sirine ambulance terdengar,melewati jalan dengan
cepat di malam hari. Suasana jalan pun cukup lengang, Ambulance pun masuk ke
bagian [Trauma Center] Bayangan
seorang wanita terlihat membuka loker lalu menguncir rambutnya, lalu menganti
sepatunya menjadi sepatu kets.
“Jika takdir
mengatakan, "Ya", maka kau akan tetap bertemu dengannya. Dan seseorang yang ditakdirkan untuk bertemu
denganku ada di sini.”
Seorang pasien masuk ke dalam UGD, dokter melihat pasien
yang terluka parah jadi meminta untuk mempersiapkan
ruang operasi sekarang. Perawat lain pun terlihat
sibuk, salah satu dokter memeriksa pasien dengan luka dibagian kakinya. Dokter
lain mendorong alat menyapa temanya, tapi penganganya terlepas melihat orang
berjas masuk rumah sakit.
Kawanan Gangster masuk dengan membawa pasien yang terluka
parah dan berteriak menanyakan keberadan dokternya. Semua yang ada diruangan
langsung kabur karena ketakutan, Seorang Gangster berteriak marah karena semua
orang hanya diam saja.
“Di tempat ini,
"Kematian" bukanlah hal yang asing lagi. "Kematian" memang hal yang mengejutkan di luar sana tapi seseorang yang
ditakdirkan untukku sudah biasa dengan "Kematian".”
Si wanita yang sedang ada diloker mulai memakai jas
dokternya, terlihat dari name tag wajah samar Yoo Hye Jung. Sementara di depan
ruang UGD Gangster berteriak mencari dokter. Seorang dokter tambun berteriak
marah pada juniornya yang seceroboh ini. Si Gangster langsung megang pipinya si dokter
tambun, memarahinya karena “Boss” sedang
bicara tapi ia malah berteriak.
“Apa kau mau punggungmu itu terlipat dan patah seperti
akordeon?” ucap Si Gangster, Si dokter tambun
mengatakan tidak.
“Kau memarahinya karena kesal pada
kami, 'kan?” ucap Si Gangster, Si dokter mengatakan
bukan itu, Gangster pun menyuruh agar si Dokter untuk bersikap sopan dan ingin
memukuklnya.
Tanganya tiba-tiba ditahan oleh seorang wanita yang
bernama Yoo Hye Jung, Si pria gangster bertanya siapa wanita itu berpikir kalau
wanita itu adalah perawat. Hye Jung mengejek kalau orang itu buta dan memberitahu ia adalah
dokter, lalu memelintir tanganya dan mendorongnya. Beberapa
orang menjerit melihatnya.
“ini adalah ruangan khusus pasien, jadi yang bukan pasien
silahkan keluar” ucap Hye Jung. Seorang pria tak terima dengan ucapan Hye Jung
pada bos mereka yang sedang terluka.
“Aku lah yang akan mengobatinya Dan aku berkewajiban untuk menjaga ruangan ini tetap steril.” Kata Hye Jung,
“Aku tak mau diobati oleh wanita, jadi Panggilkan dokter pria.” Ucap Si Boss Gangster.
“Apa Kau pikir aku wanita biasa? Aku menganggapmu pasien, sama seperti yang lainnya. Jangan mengganggu pasien di sini.” Tegas Hye Jung menunjuk anak buah gangster agar segera
keluar.
“Wanita ini... dia keras kepala sekali. Kalian semua, hadapi dia.” Perintah si boss Gangster
Semua membungkuk mengerti, salah seorang anak buah
mendorong Hye Jung untuk pergi, Hye Jung tetap tak mau pergi. Anak buah lainya,
berjalan memeluk Hye Jung untuk menyuruhnya duduk saja dan beristirahat .Hye
Jung langsung menarik tangan dan mendorongnya sampai membuat kursi ruang tunggu
terbalik.
“Kami tak akan baik meskipun kau ini wanita.” Kata si anak buah gangster lainya.
“Karena kalian pasti akan malu jika dikalahkan oleh wanita,
'kan?” balas Hye Jung dengan mudah langsung memelintir dan
mendorongnya.
Beberapa dokter pria terlihat melonggo ketakutan,
perkelahian pun terjadi. Hye Jung mengunakan semua anggota tubuhnya untuk
melawan, membanting, melintir dan menendang. Beberapa Gangster berusaha
menahanya, tapi Hye Jung bisa melepaskannya dengan memutar balikan badannya dan
membanting lawanya. Dokter pria hanya
menatapnya saja tanpa membantu.
Akhirnya semua bisa dilumpuhkan, Hye Jung meminta maaf
dan berjanji akan tetap memgobati mereka semuanya. Si boss Gangster terlihat sudah tak
tahan lagi dan akhirnya jatuh tak sadarkan diri, semua anak buahnya menjerit
panik. Hye Jung menyuruh semua keluar kalau tidak mereka membuat boss-nya itu
mati.
“Baiklah, kami akan mengikuti
caramu. Tapi,
jika sesuatu terjadi padanya,
kau akan mati.” Ucap si wakil gangster memperingati,
Hye Jung pun memerintahkan mereka akan memulai operasi
[13 tahun yang lalu]
Di dalam ruang guru, Hye Jung duduk sendirian sambil
mendengarkan lagunya dari CD Player. Seorang wanita masuk menyuruh Hye Jung
untuk mematikan musiknya sekarang, Hye Jung hanya melirik sinis tak
mengubrisnya, si wanita mengumpat Hye Jung itu anak nakal langsung memukul
dengan mapnya, sampai akhirnya Hye Jung terjatuh dan Battery CD Playernya
terlepas.
“Apa Kau tuli? Bukannya aku memintamu untuk berlutut?” teriak Si wanita, Hye Jung bangun menatap sinis pada si
wanita.
“Kau lihat apa? Ini adalah hadiah terakhirku. Dulu, aku tak ingin mengeluarkanmu dari sekolah, karena aku kasihan melihat ayahmu yang bekerja banting tulang demi
kau, Tapi, aku
sudah menyerah. Kau Keluar saja sana!!”ucap
Si wanita sambil memukul Hye Jung, Akhirnya Hye Jung keluar dengan mengambil CD
playernya yang jatuh, dengan kaki menendang kursi melampiaska amarahnya.
“Berhenti. Apa kau tak hormat padaku sebelum keluar?” ucap Si Wanita menegur Hye Jung
“Sehat-sehatlah terus hingga bintang dilangit menjadi sampah.” Kata Hye Jung dengan nada sinis, Si wanita kembali
mengumpat ingin memukulnya, Hye Jung menahan tangan si wanita sebelum
memukulnya.
“Aku bukan muridmu lagi.” Ucap Hye Jung berani melawanya.
“Aku sangat yakin, kau akan masuk penjara nantinya.” Ucap gurunya dengan wajah geram dan menarik tanganya
dari tangan Hye Jung.
“Tapi, kau harus tetap berhati-hati saat malam hari, karena sesehat apapun kau, kecelakaan bisa membunuhmu.” Kata Hye Jung memperingatinya lalu keluar ruangan.
Gurunya mengumpat pelahan.
Hye Jung keluar dari ruang guru, melihat sosok pria yang
sudah menunggunya, tapi ia berlalu begitu saja melewati pria itu saat Si pria
membalikan badanya. Sesampai di lapangan, Ayahnya menyuruh anaknya naik mobil.
Hye Jung membalas ayahnya saja yang naik mobil, Ayahnya meminta anaknya naik
ke mobil. Hye Jung tetap menolaknya.
“Kapan kau bisa berubah? Kau pikir sampai kapan aku bisa terus menghidupimu?” ucap Tuan Yoo marah
“Orang lain selalu menganggap ayah adalah ayah yang baik. Ayah yang rela untuk mengemis di sekolah, ayah pikir, kau sudah bisa berakting menjadi ayah yang
hebat?” balas Hye Jung menyindir lalu berjalan pergi.
Akhirnya Hye Jung naik mobil dengan membuka jendelanya
lebar-lebar, Tuan Yoo menutupnya, tapi Hye Jung kembali membukanya. Tuan Yoo
kembali menutupnya. Hye Jung pun menyerah membiarkan jendelanya tertutup.
“Kau mau jadi apa nantinya?” kata Tuan Yoo, Hye Jung mengatakan kalau hidup itu
seperti air. Tuan Yoo mulai mengumpat dan menegaskan kalau ia serius bertanya. Hye Jung memilih untuk mendengarkan lagu dari CD
Playernya. Mobil Tuan Yoon pun berhenti di pinggir jalan, lalu Ia menarik
Earphone dari telinga anaknya.
“Kau lihat apa? Kenapa kau melihat ayahmu seperti itu?” teriak Tuan Yoo sambil memukul anaknya yang berani
melotot.
“Apa kau tahu seberapa
menderitanya orang-orang
karena ulahmu ini?” teriak Tuan Yoo terus
memukul anaknya, sampai akhirnya ia berhenti sendiri ketika anaknya menatapnya
dengan sinis.
“Kenapa tidak bunuh saja aku? Seperti kau membunuh ibu. Jika kau membunuhku, kau pasti akan merasa bebas.” teriak Hye Jung,
Tuan Yoo terdiam mendengarnya dan bertanya kenapa anaknya
tak menangis saat itu. Hye Jung menegaskan kalau hatinya sudah
mati dan kembali mendengarkan lagu dari CD Playernya.
Didepan sebuh restoran halmonie, Hye Jung terbangun dari
tidurnya lalu menyadari kalau ia ada didepan rumah neneknya. Tuan Yoon tak
berkomentar langsung turun dari mobilnya, Hye Jung panik membuka sabuk
pengamanya lalu turun. Tuan Yoon sudah menurunkan barang-barang anaknya dari
mobil.
“Memangnya ayah ingin aku berbuat apa di sini?” teriak Hye Jung marah
“Ini adalah akhir dari hubungan
kita.” Kata Tuan Yoo
“Hari di mana wanita itu datang adalah akhir dari hubungan kita.” Ucap Hye Jung
“Kenapa kau memanggil ibu tirimu dengan sebutan "wanita
itu"? Karena
sikapmu inilah, ibu
tirimu sangat takut padamu. Kau Tak
usah temui aku lagi.” Teriak Tuan Yoo lalu masuk
mobil dan melempar amplop berisi uang, Hye Jung mengejar mobil ayahnya sambil
berteriak
“Kau pikir kau bisa tenang hanya dengan memberiku uang? Tidak
akan!” teriak Hye Jung sambil menjerit histeris, mobil ayahnya
pun berjalan pergi meninggalkanya.
“Aku sudah berusaha bersabar. Aku selalu berpikir, kapan kau akan membuangku, dan sepertinya kau telah membuangku hari ini.” ucap Hye Jung sambil menangis memanggil ibunya.
Nenek Kang keluar dari rumah melihat cucunya yang menangis,
lalu bertanya kenapa hanya berdiri saja
bukan masuk ke dalam. Hye Jung buru-buru menghapus air matanya, mengatakan baru
saja akan masuk. Nenek Kang bertanya dimana ayah Hye Jung, Dengan wajah kesal
mengatakan ayahnya sudah pergi. Nenek Kang pun
mengambil amplop uang yang dibuang oleh cucunya.
Hye Jung mengambil barangnya, Nenek Kang pikir Tuan Yoo Pasti
menyenangkan membesarkan anak baru, padahal
datang jauh-jauh bahkan tidak menyapanya, dan mengumpat pada mantan suami
anaknya. Hye Jung akan membawa barang-barangnya, Nenek Kang dengan penuh
perhatian membantunya.
Hye Jung makan lahap bersama neneknya, Nenek Kang
membahas Hye Jung yang akan mulai bersekolah besok. Hye Jung meminta neneknya Tak
usah membahasnya. Nenek Kang merasa anak
seusia Hye Jung memang harus membahas sekolah, lalu memulai mengancam jika bersikap seperti saat
tinggal di Seoul maka....
“Apa Kau akan mengusirku? Aku sadar dengan sikapku ini.” ucap Hye jung
“Siapa yang mengajarimu berbicara begitu? Memangnya aku bilang apa?” keluh Nenek Kang, Hye Jung meminta izin untuk menambah
nasi.
“Tidak boleh! Kenapa kau malah meminta begitu? Langsung saja bilang.” Ucap Nenek Kang mengambilkan nasi dan sup untuk
cucunya.
“Aku tak akan mengusirmu dan tak akan pernah mengusirmu, jadi jangan pernah berniat untuk
pergi.” Kata Nenek Kang
“Jika aku masih anak-anak, maka aku bisa saja terharu
mendengarnya.” Ucap Hye Jung dingin
“Kenapa kau bersikap galak sekali? Kau tak boleh begitu pada orang
lain.” Kata Nenek Kang menegurnya, Hye Jung malah balik
bertanya kenapa tak boleh bersikap seperti itu.
Nenek Kang menjelaskan semua orang akan
menganggapnya preman
dan merendahkannya. Hye Jung pikir sudah
banyak yang merendahkannya, lagipula ia juga
menyukainya. Nenek Kang menegaskan Hye
Jung itu harus menyembunyikan apa yang harus disembunyikan. Hye Jung merasa tak perlu karena ia hanya perlu kuat agar
tak direndahkan. Nenek Kang akhirnya setuju
karena ia juga orang yang kuat dan tak tertindas.
Hye Jung tersenyum tak percaya baru kali ini kata-katanya
bisa diterima oleh orang dewasa, Nenek Kang bertanya-tanya selama ini cucunya
hidup dengan siapa karena seharusnya Hye Jung bertemu dengan orang yang
tepat dan berharap cucunya itu bertemu
dengan guru yang baik. Hye Jung tak percaya karena Selama
10 tahun, tak
pernah bertemu guru yang baik.
Seorang pria dengan sepedanya membunyikan belnya masuk ke
dalam sekolah, beberapa murid dengan kena hukuman, di kursi belakangnya
terlihat patung peraga organ tubuh manusia. Tiba-tiba ia membunyikan bel pada
sosok pelajar wanita didepanya, Pelajar wanita itu pun berusaha menghindar dengan
memalingkan wajahnya.
“Jin Seo Woo, ikuti aku Atau kau akan dapat minus 1 poin!” ucap Guru yang bernama Hong Ji Hong. Seo Woo pun tak
bisa menolak mengejar Ji Hong yang mempercepat laju sepedanya. Ji Hong
berteriak menyuruh Seo Woo untuk segera berlari.
Ji Hong pun memarkir sepedanya, lalu menyuruh Seo Woo
untuk cepat datang. Seo Woo dengan nafas terengah-engah menghampiri gurunya. Ji
Ho memberikan patung organ tubuh manusia pada Seo Woo dan menyuruhnya Bawa
ke ke laboratorium sains.
“Kenapa aku yang harus membawanya?” keluh Seo Woo, Ji Hong menjawab bersaman dengan Seo Woo
yang sudah tahu jawababnya “memang tak ada alasanya”. Ji Hong pun memuji
muridnya yang pandai, Seo Woo hanya bisa ngedumel karena Ji Hong selalu berkata
“memang tak ada alasanya” membuatnya sangat menyebalkan.
Teman Seo Woo, bernama Chun Soon Hee melihat tas yang
dibawa Seo Woo berat lalu berusaha membawakanya bahkan akan membawa juga patung
organ manusianya. Seo Woo menolak karena ingin membawanya sendiri.
“Aku sungguh tak mengerti, karena Aku tak seharusnya diperlakukan seperti ini. Dia selalu saja berkata, “memang tak ada alasanya”.” Keluh Seo Woo
“Mungkin dia tak tahu bahwa ayahmu itu Kepala Rumah Sakit.” Kata Soon Hee
“Dia pasti tahu, ibuku sering mengunjungi Kepala Sekolah.” Ucap Seo Woo, Soon Hee pikir benar juga karena
ayahnya juga
bilang begitu.
“Dia tak suka menemui orang tua siswa lain, tapi guru Hong suka menemui ibumu. Setiap datang Ibumu selalu membawa
hadiah, dan ayah
bilang, ibumu
sangat sopan.” Cerita Soon Hee
“Kau tak peka sekali, Apa kau
pikir sanjunganmu itu
bisa mengusir kekesalanku ini ?” ucap Seo Woo sinis, Soon Hee pun hanya bisa mengucapkan
kata maaf.
Seo Woo pun menyuruh Soon Hee pergi lebih dulu ke kelas,
Soon Hee mengatakan akan menemaninya.
Seo Woo menyuruh Soon Hee menunggu saja, karena tak tahu apa komentar Guru Hon
jika mengetahu Soon Hee yang membawakan tasnya. Soon Hee tak bisa berbuat
apa-apa padahal dirinya ingin sekali menemani temanya.
Didalam kelas terlihat sangat ricuh, seorang wanita
berada digendongan wanita gemuk ingin berebutan makanan, Ji Hong masuk kelas
menyuruh semua muridnya duduk dengan benar. Soon Hee yang sedang duduk dimeja
sambil membaca komik langsung duduk dengan benar. Ji Hong menegur salah seorang yang tak mengancing bajunya, karena mereka ada disekolah bukan di gym.
“Sudah kukatakan kan, penampilan dari luar itu sangatlah penting. "Tak peduli dengan apa yang orang lain pikirkan." Jika kalian berpikir seperti itu, kalian tak bisa hidup bersosial.” Kata Ji Hong memberikan nasehat, Seo Woo sebagai ketua
kelas ingin memberikan hormat. Ji Hong pikir tak perlu lalu berjalan ke bangku
belakang.
Ji Hong tahu pelajar wanita itu memakai make up, si
pelajar menyangkalnya. Ji Hong mengatakan kalau make upnya itu tak cocokn
untunya, karena seharus memakai foundation dengan warna yang
tepat. Si pelaya tetap menyangkal kalau tak mengunakan make up.
“Dia bilang, tak memakai make-up.” Kata Ji Hong lalu mencari tissue diatas meja dan
langsung mengelap pada wajah anak muridnya, terlihat ada warna bedak yang
menempel
“Yah~ kau bilang tidak make up apanya? Tak usah menyembunyikan sesuatu yang akan ketahuan.” Ucap Ji Hong lalu menyuruh anak muridnya untuk membuang
bekas tissuenya.
“Nah, ujian mid semester sudah semakin dekat.” Ucap Ji Hong kembali berjalan ke depan semua anak murid
mengeluh tapi Seo Woo tersenyum, seperti sudah mempersiapkanya.
“Nilai kalian akan tergantung dengan bakat kalian sendiri. Tak usah menggunakan target nilai yang tinggi dan menyiksa diri
kalian. Kalian
sudah kelas 11, jadi,
kalian harus mulai berpikir
tentang pekerjaan. Tak
usah sekolah kecuali jika kalian
akan menjadi orang berguna. Mengerti?” ucap Ji Hong seperti sebuah petuah, Semua anak muridnya
menjawab mengerti. Ji Hong pun mulai pelajaran dengan meminta membuka buku
pelajaran.
Beberapa foto tertempel di dinding, termasuk foto Nenek
Kang, Hye Jung terlihat masih tertidur dengan memeluk anak anjing yang juga
tertidur. Matanya sedikit terbuka melihat neneknya sudah bangun menyiram
tanaman didekat jendela, tapi ia memilih untuk kembali lagi tertidur dengan
memeluk anak anjingnya.
“Apa Kau tak mau ke sekolah hari ini?” ucap Nenek Kang masuk kamar
“Ini kan hari pertamaku, jadi aku bisa terlambat. Benarkan, Sang Choo?” ucap Hye Jung pada anak anjingnya.
“Sebentar lagi jam istirahat.” Kata Nenek Kang menarik selimut cucunya dan membuka
lemari.
Hye Jung pun bangun meminta uang pada neneknya, Nenek
Kang pun tak peduli. Hye Jung bertanya apakah neneknya akan keluar kenapa harus
berganti baju. Nenek Kang mengatakan harus menemani cucunya kesekolah, lalu
memperlihatkan salah satu bajunya dan bertanya apakah itu cocok. Hye Jung
mengatakan jelek dan mengaku bisa pergi sendirian.
Keduanya pun keluar rumah bersama-sama, Hye Jung mengeluh
pada neneknya karena bisa pergi sendirian saja. Nenek Kang khawatir cucunya itu
pergi ke sekolah tanpa mengunakan seragam. Hye Jung pikir taka akan mulai
sekolah hari ini jadi tak masalah dna ia sudah
terbiasa berpindah sekolah.
“Apa hal itu pantas kau membanggakannya?!!”
jerit Nenek Kang mengomel.
“Sudahlah... Tak usah mengomel. Siapa lagi yang akan baik padaku kecuali Nenek?” ucap Hye Jung, Nenek Kang membenarkan.
“Apa Nenek tak mau memberiku uang? Aku harus membeli seragam
nantinya.”kata Hye Jung, Nenek Kang pun memberikan
beberapa lembar uang memastikan cucunya harus membeli seragam.
“Belilah setelah kau selesai
mendaftar. Jangan
membeli sesuatu yang lain.” Perintah Nenek Kang,
Hye Jung pikir neneknya tak perlu mengkhawatirkan hal itu mengambil uang dari
tangan neneknya, Nenek Kang tersenyum melihat cucunya yang pergi ke sekolah.
Ji Hong pulang dengan sepedanya dan membunyikan belnya
agar memberikan jalan, semua murid menyapanya dengan ramah. Terdenga bunyi
klakson mobil didepan pintu. Seo Woo dan Soon Hee pun langsung berhenti
berjalan.
Seorang wanita cantik keluar dari mobil, memanggil
anaknya, Seo Woo. Soon Hee mencoba menyapanya, tapi ibu Seo Woo hanya melirik
sinis lalu masuk ke dalam mobilnya, Seo Woo pun menyuruh Soon Hee untuk pulang
saja.
“Apa aku bisa dating ke rumahmu nanti?” tanya Soon Hee
“Tidak bisa, aku harus les privat nanti.” Kata SeoWoo lalu pamit pergi pada temanya.
Setelah Seo Woo pergi, dua wanita berandal mendatangi
Soon Hee memuji rambutnya yang terlihat cantik dan lalu bertanya mereka akan
pergi kemana, semua pun mengajaknya untuk makan Toppoki bersama.
Didalam mobil
Seo Woo sibuk membaca catatan kecil miliknya. Ibunya
tersenyum melihatnya lalu berkomentar guru Hong yang selalu pertama pulang sekolah dan sudah pulang sebelum anaknya keluar kelas, jadi ia tak bisa
menyapanya. Seo Woo pikir untuk apa ibunya harus menyapa Guru Hong karena Menyapanya
juga tak akan membantunya sama sekali.
“Karena itulah aku tak akan menyapanya. Dia tinggal sendirian, 'kan? Jadi untuk
apa pulang cepat.” Kata Ibu Seo Woo heran
“Dia punya banyak pekerjaan. Dia suka musik, jadi dia sering ke toko untuk membeli CD.” Ucap Seo Woo, ibunya heran anaknya bisa tahu tentang
hal itu.
“Kau menyukainya, kan?”
ucap Ibunya mengoda. Seo Woo menyangkal karena tak alasan untuk mengetahuinya.
“Jadi, dia lebih tertarik hobinya daripada mengajar muridnya? Hanya kelasmu lah yang tak punya jadwal les bersama. Kenapa dia cuek begitu?” ucap Ibu Seo Woo kembali bertanya-tanya
“Ya, mungkin memang tak ada alasanya”Ucap Seo Woo seolah-olah tak peduli
“Berhenti mengatakan itu, kau terdengar seperti idiot. Aku berusaha agar kau bisa masuk di kelasnya karena kudengar dia lulusan jurusan kedokteran di Universitas Seoul
National. Apa itu
semua bohong, kan?” ucap Ibu Seo Woo tak percaya.
Seo Woo mengatakan Guru Hong itu tak berbohong, Ibunya tahu
kalau Ji Hong itu tak berbohong bahkan tahu angkatan ke berapa dan latar belakangnya menurutnya Hidup ini tak begitu adil, kenapa orang seperti Guru Hong memiliki
pendidikan tinggi.
“Jika ayahmu berpendidikan begitu, maka dia akan super sukses.” Keluh Ibunya.
“Jangan berkata begitu tentang
ayah.” Ucap Seo Woo membela
“Lagipula dia sudah sadar, Kau
harus membuat impian ayahmu
menjadi kenyataan. Kau
harus lulus di Universitas
Seoul National, mengerti?” kata Ibunya.
“Memangnya ibu pikir itu mudah?” keluh Seo Woo kesal, Ibunya heran melihat anaknya itu marah-marah
padanya. Seo Woo tiba-tiba berteriak, mobil mereka hampir saja menabrak mobil
depan karena lampu merah.
Ibu Seo Woo berhasil menginjak rem sebelum terjadi
tabrakan, Seo Woo meminta ibunya tak perlu menjemput kalau cara menyetirnya
seperti itu. Ibu Seo membela diri sambi mengomel, Mobil depanya yang salah karena berhenti tiba-tiba begitu.
Di sebuah toko CD
Hye Jung melihat CD yang ada didepanya, dibagian belakang
terlhat Ji Hong juga sedang mencari CD lalu memanggil salah satu karyawan,
bertanya Apa mereka
punya album, "There
She Goes" by The La's. Pegawai itu mengatakan
tak punya album itu tapi
mereka punya Sixpence None
Richer. Ji Hong merasa kecewa karena padahal
mau mendengarnya
“Maaf. Kami tak punya, Sulit
untuk menemukan album
itu sekarang dan Stoknya
sudah habis.” Ucap si pegawa, disisi lain diam-diam Hye
Jung mengambil salah satu CD dan menaruhnya dalam bajunya.
Ketika keluar akan keluar dari toko CD, Seorang pria
memanggl Hye Jung dengan panggilan “pelajar”, Hye Jung menegaskan kalau ia
bukan seorang pelajar. Pria itu ingin melihat tas yang dipakai Hye Jung untuk
memeriksanya. Hye Jung bertanya untuk apa memeriksanya. Si pria mengatakan
kalau Hye Jung akan tahu nantinya. Ji Hong pun melihat dari kejauhan.
Seluruh isi tas Hye Jung pun dikeluarkan, tapi tak
menemukan Cdnya. Hye Jung mengeluh kalau sangat menyebalkan dan membuat harinya
sial. Si pria menarik baju Hye Jung untuk memeriksanya, Hye Jung berteriak apa
yang ingin dilakukan pria itu padanya dengan menyentuhnya. Si pria memanggil
pegawai wanita untuk memeriksa Hye Jung.
Ji Hong melihat dari kejauhan, Si pria menyakin menangkap pencurinya hari ini, menurutnya ia bukan Jutawan jadi kenapa orang-orang itu
selau mencuri tokonya. Semua orang mulai melihat keributan, Ji Hong pun
berjalan mendekati keduanya,
“Mungkin agak tidak sopan jika aku ikut bicara, tapi, dia sudah bilang tak mencuri apa-apa.” Ucap Ji Hong mencoba membela
“Kau tahu apa? Kita ke kantor polisi saja. Awalnya
aku bisa sabar, Tapi sekarang
tidak lagi!! Orang yang menuduh orang lain sepertimu ini lah yang layak untuk dipenjara. Ayo ke kantor polisi!!! ” teriak Hye Jung menantang,
“Sudahlah, biarkan dia pergi. Menurutku Dia tak akan seberani ini jika dia memang mencuri.” Ucap Ji Hong pada pemilik toko, Hye Jung pun memasukan
kembali semua barang-barangnya ke dalam tas.
“Tapi, Tuan . Kau hanya tak tahu sifat anak muda jaman sekarang.” Ucap si pemilik kesal
“Aku selalu bersama dengan
muridku, jadi sangat
mengenal mereka.” Kata Ji Hong
Hye Jung menyela kalau ia bukan seorang pelajar, dengan
mengejek Ji Hong itu tuli. Ji Hong melirik sinis, Hye Jung pikir tak membutuhkan permintaan maafnya dan hanya ingin harinya tenang lalu keluar dari toko CD. Si pemilik berteriak marah, menyuruh
pegawai memeriksa karena Sebelum ada 7 CD di dalam rak. Hye Jung masuk ke dalam toilet dan memeriksa
tak ada orang, lalu membuka jaketnya dan mengeluarkan CD yang ada disembunyikan
dalam jaketnya dan memasukan ke dalam tas.
Di sebuah taman, Hye Jung berjalan tiba-tiba mendengar
seseorang bertanya “apakah kau senang?” lalu menengok dan melihat sekeliling, bertanya
balik apakah pria itu sedang berbicara denganya.
“Apa kau sudah merasa tujuanmu tercapai? Kau mencuri dan juga berbohong. Kau membuat orang yang percaya padamu itu malu.” Ucap Ji Hong, Hye Jung menyuruh tak usah bertele-tele
jadi langsung katakan saja.
“Tadi, aku membelamu karena kau ini adalah anak sekolahan.” Kata Ji Hong, Hye Jung menegaskan kalau ia bukan
pelajar.
“Kau hanya berpura-pura menjadi orang dewasa. Kebohonganmu sangat jelas. Semuanya terlihat jelas di wajahmu Karena itulah aku memberimu
kesempatan. Jadi tak
mungkin aku membantumu jika
Kau adalah orang dewasa.” Ucap Ji Hong, Hye Jung pikir lebih baik tak usah
pedulikan
“Kenapa kau malah membahasnya
lagi?” kata Hye Jung, Ji Hong mengatakan tak ada alasan dan
hanya mengingikan saja. Hye Jung binggung.
“Apa kau menyukaiku? Apa Kau terpesona olehku? Apa kau mengidap Lolita kompleks? Kata-kata "Hanya karena aku menginginkan" adalah kalimat yang dikatakan oleh pasangan kekasih saat tak bisa memberi penjelasan.” Kata Hye Jung.
Ji Hong pikir Hye Jung itu cukup
cerdas. Hye Jung pikir kalau memang pria itu merayu lebih baik
menyerah saja. Ji Hong memberikan mottonya "Jangan mengatakan hal yang serius pada seekor babi." Dan ketika ia mengatakan "Hanya karena aku menginginkan" ketika ia sedang tak ingin menyia-nyiakan pengetahuannya kepada seseorang yang tak
punya pengetahuan. Hye Jung bisa mengerti lalu
berjalan pergi.
“Aku sungguh tak suka pergi ke
tempat seperti
kantor polisi atau pengadilan. Tapi,
hari ini aku harus ke
sana karena kau.” Kata Ji Hong mengejarnya.
“Apa kau punya bukti bahwa aku ini mencuri?” ucap Hye Jung menantang, Ji Hong menarik tas milik Hye
Jung untuk memeriksanya.
Hye Jung berusaha menariknya tapi tak bisa akhirnya
mengambil jurus dengan menendang bahu Ji Hong, sampai membuatnya terjatuh. Ji
Hong terlihat ketakutan dan kaget karena wanita itu sangat kuat. Beberapa orang
mulai melihat, Hye Jung memasukan kembali barangnya ke dalam tasnya. Ji Hong
pun bangun mengeluh karena sangat memalukan dan merasa sakit.
“Ah.... Kau mengagumkan sekali... Ayo kita berkencan... Kau bukan anak pelajar, 'kan? Jadi, kita bisa pacaran karena kau ini orang dewasa.” Ucap J Hong
“Jangan mendekatiku.” Perintah Hye Jung ketakutan melihat Ji Hong mulai
mendekat
“Ah!!! Tak pernah ada wanita yang sekasar itu padaku
sebelumnya. Ini
sangat menarik. Jadi,
kita tak perlu membuang-buang
waktu lagi. Ayo pergi
minum teh.” Kata Ji Hong menari tangan Hye Jung.
Hye Jung panik berteriak Ji Hong itu sudah gila.
“Cinta itu memang bisa membuatku kita gila.” Ucap Ji Hong menarik tangan Hye Jung untuk pergi.
“Apa kau mau dipenjara? Aku ini anak pelajar tahu!” teriak Hye Jung
Ji Hong akhirnya bisa mengetahui kebenaran kalau Hye Jung
memang benar seorang pelajar dengan mengakuinya, lalu sebelumnya mengatakan tidak
mencuri, dan menunjukan buktinya sebuah CD yang tertinggal
diaspal. Hye Jung pun mengakuinya, Ji Hong semakin bersemangat karena Hye Jung
bisa langsung mengakuinya.
“Apa yang akan kau lakukan
sekarang? Apa Kau mau
ke kantor polisi? Atau
pergi meminta maaf?” ucap Ji Hong memberikan
pilihan, Hye Jung pun menunjuk arah untuk meminta maaf. Ji Hong berjalan ka
arah toko melewat Hye Jung.
“Ahjussi.... Makan saja ini dan pergi sana!” teriak Hye Jung menendangan Cdnya lalu berlari masuk ke
dalam Bus yang berhenti di halte. Ji Hong hanya bisa melonggo melihat tingkah
Hye Jung yang tak pernah di temukan selama ini.
Nenek Kang mempersiapkan beberapa lauk diatas meja sambil
berbicara sendiri kalau keturunan itu adalah hal yang lucu, merasa canggung ketika bertemu
setelah sekian lama bahkan dengan pria yang pernah lama bersama mereka.
“Sama halnya dengan cucu kita. Meskipun sudah 10 tahun tak bertemu, dia tetap anakku. Melihatnya sedih membuat hatiku ikut sedih.”ucap Nenek Kang lalu merasakan sesak didadanya.
“Aku harus ke dokter, tapi tak punya waktu.” Ucap Nenek Kang sambil menepuk-nepuk dadanya, lalu
melihat seharusnya guru Hong datang.
Ji Hong sedang mengayuh sepedanya, tiba-tiba seorang
wanita melewati dengan mobil jipsnya, ingin bertanya jalan. Ji Hong tersenyum
menurutnya wanita itu tak perlu bertanya, wanita itu pikir pasti
malu lalu mengejeknya Ji Hong itu tahu cara
melucu.
“Apa Kau sudah pulang kerja?” tanya Ji Hong pada si wanita
“Kau tak membawa ponselmu, 'kan?Aku
suka saat kau lupa
membawa ponselmu. Hal
ini membuatku bisa memberikanmu
kejutan seperti ini.” kata si wanita melepaskan
sabuk pengaman lalu berdiri dibelakang mobilnya.
Ji Hong binggung, apa yang akan dilakukan wanita itu. Si
wanita mengatakan kalau ia akan turun dari bangkunya, Ji Hong menanyakana alasanya, Si wanita
pikir kalau tak berdiri maka ia akan susah menatapnya. Ji Hong berteriak karena si wanita membuatnya
menjadi merinding saja.
“Kau sudah menjadi residen, tapi masih punya waktu, bikin iri
saja.” Kata Ji Hong
“Kau kabur saat magang, Aku bahkan lebih iri padamu.” Balas si wanita, J Hong menatapnya dengan berbeda. Si
wanita heran kenapa Ji Hong menatapnya seperti itu
“Aku masih belum memutuskannya, Apa aku akan serius atau tidak.” Tegas Ji Hong.
“Aku akan mengubah topik
pembicaraan. Presiden
menjalani operasi hari ini.” kata si wanita,
“Berhenti menipuku. Aku menelepon ayah pagi tadi, dan dia tak memberitahuku.” Kata Ji Hong tak percaya
Si wanita mengatakan kalau karena ayahnya tak ingin
anaknya datang ke
Rumah Sakit. Ji Hong mulai berbicara serius bertanya
kondisinya. Si wanita berkata “Vestibular schwannoma” dan herus menjalani operasi Radio jadi tak terlalu
sulit. Ji Hong meminta agar tak pernah
mengataka pada
keluarga pasien, lalu mengangkat sepeda ke
mobil. Si wanita binggung apa yang dilakukan Ji Hong.
Ji Hong mengatakan mereka harus
cepat pergi, Si wanita pikir mereka bisa makan dulu dan memberitahu
nenek kalau memang akan ke Seoul. Ji Hong pikir sudah tak punya waktu. Si Wanita mengatakan mereka punya banyak waktu, Ji Hong
menegaskan Nenek bisa salah paham, karena teman wanitanya itu terlalu
sering menemuinya, jadi berpikir mereka
berkencan. Si wanita mengodanya kalau memang seperti itu bahkan akan
menikah.
“Kita bisa menikah setelah pacaran nantinya.” Ucap Ji Hong
“Kita sudah seperti pasangan kekasih sekarang. Kuliah 6 tahun dan 8 bulan
magang. Sudah
berapa lama waktu yang
kita habiskan bersama? Tak
usah berlama-lama,Ayo
menikah saja.... Oke?” kata si wanita terus
mengodanya. Lalu menjawab sendiri kalau Ji Hong setuju.
“Kenapa kau menjawab pertanyaanmu sendiri?” keluh Ji Hong
“Itu karena kau tak akan setuju denganku.” Ucap Si wanita, Ji Hong tak bisa memasukan sepedanya
jadi lebih baik naik sepeda saja
Hye Jung jalan-jalan ke area shopping, melihat salah satu
baju tembus pandang dengan tertutup dibagian dada. Pesan masuk dari [SMS dari Wanita Jahat] tapi Hye Jung tak mengubrisnya memasukan kembali
ponselnya.
Tiga wanita berandal datang dengan bersemangat melihat
baju yang ada dipatung model baju Hyo Ri. Soon Hee mengikuti ketiganya yang mencobanya, lalu tak
sengaja menatap baju yang sama dengan yang dilihat Hye Jung.
Disebuah terminal bus, terlihat beberapa wanita dengan
gaya gaul membahas seseorang yang tak menjawab telp. Ketua Genk mengatakan Hye
Jung tak akan bisa kabur
karena sudah memberitahu mereka ada di Big Mall, dan Hye Jung tak membalas jadi apakah mereka masih
bertanya temanya itu akan datang. Anak buahnya menanyakan rencana mereka
sekarang. Ketua Gen pikir hanya sedikit tempat gaul dan mengajaknya untuk pergi saja.
Tiga wanita berandal mula berada di toilet dan berdandan
layaknya orang dewasa, dua orang lainya sibuk membongkar tas dengan
mengeluarkan semua barangnya. Si ketua Genk berteriak menyuruh mereka santai
saja. Soon Hee keluar dari toilet memperlihatkan baju kemeja dan rok mininya
dengan gaya seksi meminta pendapat teman-temanya.
Si Ketua Genk berkomenta dengan sinis kalau Soon Hee
hebat, Soon Hee tersadar semua barangnya sudah ada dilantai, lalu bertanya apa
yang sedang mereka lakukan. Si wanita bertanya diman Soon Hee menyembunyikanya,
menurutnya tak mungkin anak orang kaya tak membawa dompet. Soon Hee pikir mereka bisa akan pergi ke Club bersama-sama.
“Hei, kau pikir kami ini sudah gila? Kami tak mungkin clubbing bersama anak Kepala Sekolah. Cepat berikan kami uangmu.” Ucap si ketua Genk,
“Aku tak punya uang.” Kata Soon Hee, si ketua Genk langsung merobek baju Soon
Hee dan menemukan dompet dibalik bajunya. Soon Hee mengumpat kesal.
“Itu adalah dompet kesayangan
ibuku!” teriak Soon Hee, tapi genk anak nakal tak peduli
mengambil dompetnya bahkan mendoorng Soon Hee sampai masuk ke dalam toilet.
Hye Jung masuk ke dalam toilet dan sudah berganti pakain,
Ketua Genk menyuruhnya keluar tapi Hye Jung malah melotot dan tetap ada
didalam. Si wanita berambut pendek tak terima Hye Jung melotot dan ingin dipukul sampai mati. Hye Jung langsung melintir tangan si wanita yang ingin
menunjuk matanya lalu mendorongnya.
Si wanita bertumbuh tambun ingin melawan, Hye Jung bisa menendangnya.
Soon Hee melonggo melihatnya, Ketua Genk bertanya siapa Hye Jung dan berasal
dari sekolah mana. Hye Jung menyangkal kalau bukan pelajar, Ketua Genk
mengumpat Hye Jung merasa bangga kalau sudah dewasa dan ingin menendangnya, Hye
Jung bisa menghindarinya bahkan bisa menamparnya.
Soon Hee tersenyum melihatnya, si wanita tambun kembali
maju dan Hye Jung pun bisa menamparnya juga bahkan bolak balik. Si wanita
rambut pendek ingin menyerang tapi Hye Jung lebih dulu menendangnya, ketua Genk
ingin melawan tapi Hye Jung sudah lebih dulu memelintir tanganya dan mengambil
dompet milik Soon Hee dan menyuruh mereka pergi. Semua pergi, Ketua Genk
mengeluh dirinya itu sedang tak enak badan dan kalah darinya. Soon Hee terpana
melihat Hye Jung yang bisa mengalahka semuanya.
Soon Hee mengejar Hye Jung keluar dari toilet, dengan
memanggilnya Unnie lalu membungkuk
mengucapkan terimakasih dan bertanya Di mana dompetnya. Hye Jung mengatakan Soon Hee itu harusnya
membayar sebanyak 10% sebagai ucapan terima kasih.
“Karena aku sampai berkelahi tadi, jadi aku layak mendapat setengahnya.” Ucap Hye Jung mengambil uang dalam dompet dan
mengembalikanya.
“Kau bisa mengambilnya semua. Apa aku bisa menjadi temanmu?” kata Soon Hee lalu mengaku namanya Yoo Na dan bertanya
balik siapa namanya.
“Apa kau ini anak kutu buku? Dari muka sudah sangat jelas. Kau mencoba menyuapku dan ingin menggangguku. Tapi aku tak suka diganggu.” Ucap Hye Jung mengembalikan uanganya.
Soon Hee memohon agar Hye Jung mengambil semuanya saja, karena
telah menyelamatkan dan
menurutnya Dalam
film, seorang
pria akan menyelamatkan
wanitanya, maka mereka
akan jatuh cinta. Hye Jung menjerit ketakutan,
menurutnya Soon Hee benar-benar kutu buku dan pasti kekurangan kasih sayang lalu berjalan pergi. Soon Hee terus berteriak memanggilnya
sambil memungut uang yang berjatuhan.
bersambung ke part 2
INSTRAGRAM dyahdeedee09 FANPAGE Korean drama addicted
keren....
BalasHapusayo mb semangat part 2 ..penasaran banget
BalasHapusNext secepatnya ya kak
BalasHapusWahhh ... Daebakkkk Mba dhi, cepet bgt !!! Ditunggu lanjutannya 😘
BalasHapuskeren suka bgt
BalasHapuslanjutkan.semangat
Wahhhh aku telat nih
BalasHapusTapi bagus ceritanya
Nyimak ya mb di..😙
BalasHapusCritanya panjang banget capek gw baca
BalasHapuskereeeenn mba dhi, gumawo
BalasHapusWaaahhh... Belum sempat nonton dari eps pertama, untung ada yang nulis sinopsisnya. Gomawo... :-)
BalasHapus