Ji Hong menuntun sepedanya melalui danau sambil bergumam
“Perasaan yang
terkait dengan rasa suka dan tidak suka... Diproduksi oleh
inti amygdaloid di otak, Inti amygdaloid juga bertanggung jawab...Untuk
respon perilaku agresif. Jatuh cinta menyebabkan orang... Untuk menjadi lebih
agresif.”
Ibu Seo Woo sudah menunggu didalam cafe, Ji Hong meminta
maaf karena datang terlambat. Ibu Seo Woo menyindir kalau sudah memesan minum
lebih dulu. Ji Hon pun memesan air berkarbonasi.
“Kau tidak pernah bisa menilai
orang hanya dari tampak luar saja. Siapa yang sudah tahu bahwa kau akan menjadi terlibat... pada skandal buruk ?” ucap Ibu Seo Woo menyindir
“Hal pertama yang dibutuhkan dalam
percakapan adalah rasa hormat. Aku menghormatimu, Nyonya
Yoon. Skandal
yang kau bicarakan Adalah hasil dari kesalahpahaman
Seo Woo. Aku
benar-benar tidak ingin orang terluka karena insiden ini dan bisa menangani ini sendiri” jelas Ji Hong
“Apakah kau mengatakan bahwa akan melindungi
Hye Jung? Dia
kemungkinan besar akan bisa dikeluarkan dan kau juga
akan bertanggung jawab.” Kata Nyonya Yoon sinis
“Jika itu terjadi, maka aku akan menjalani proses hukum... Terhadap komite operasi sekolah
dan Seo Woo...Untuk pencemaran nama baik.” Ucap Ji
Hong santai, Nyonya Yoon tak percaya Ji Hong bisa bicara sepert itu.
“Jika Seo Woo terus menjadi
sorotan Itu tidak
akan baik untuknya juga.” Kata Ji Hong memperingati.
“Meskipun demikian, aku tidak bisa membiarkanmu dan gadis itu, Hye Jung... Untuk tetap di sekolah” tegas Nyonya Yoon. Ji Hoon pun hanya diam sambil minum
air karbonasinya
Ji Hong menyerahkan surat pengunduran diri pada kepala
Sekolah, Tuan Chun menghela nafas panjang mengaku benar-benar
menyukainya, karena Seorang mantan dokter yang
menjadi guru terdengar sangat hebat, tapi mengapa sekarang malah pergi.
“Setelah aku pergi, aku ingin... Guru bahasa Inggris pengganti
untuk mengambil alih kelasku” ucap Ji Hong, Tuan
Chun hanya bisa menghela nafas panjang, Ji Hong pun terlihat menarawang jauh.
Ledakan besar terjadi di gedung yang gelap, terlihat
pemadam kebakaran sibuk memadamkan api. Hye Jung dan Soon Hee keluar dengan
wajah menghitam karena asap. Seo Woo dibawa masuk ke ambulance karena tak
sadarkan diri. Hye Jung menatap sedih Seo Woo karena semua ini pasti akan
menyalahkan dirinya. Akhirnya keduanya dimasukan ke dalam mobil polisi untuk
memberikan keterangan.
Soon Hee ingin merangkul Hye Jun sambil menangis, tapi
Hye Jung menjerit kesakitan, Soon Hee pun panik lalu melihat ada luka bakar
dengan kulit yang melepuh, menurutnya mereka harus pergi ke
rumah sakit. Hye Jung mengatakan kalau baik-baik
saja sambil menutup kembali luka di tanganya.
“Jangan
katakan ke guru wali kelas kita bertemu.” tegas Hye Jung, Soon Hee yakin guru mereka pasti akan
tahu dengan sendirinya.
“Soon Hee....Temanku, Soon Hee. Aku
ingin sekali menjadi orang baik dan ingin
punya hidup yang baik. Aku tidak ingin wali kelas tahu
kau tersangkut dalam hal ini denganku.
Kau juga musti begitu, Kau harus menjauh dariku.” Kata Hye Jung memegang tangan temannya agar memohon
Nenek Kang tertidur pulas sampai tak mendengar suara telp
yang berdering, Polisi menduga itu bukan nomor telp neneknya karena tak di
angkat jadi meminta orang tuanya. Hye
Jung mengatakan kalau ia Tidak punya. Tuan Chun sudah ada dikantor polisi menberitahu Hye Jung
masuk sekolah sebagai biang masalah.
“Pembakaran adalah tindak
kriminal.” Kata polisi, Soon Hee bertanya apa yang
akan terjadi. Polisi menegaskan kalau sudah pasti harus masuk
penjara.
“Kau sudah diatas 14 tahun, jadi bisa dipenjara.” Tegas polisi
“Apa Meskipun itu kecelakaan ? Ada tangki bensin yang jatuh.” Ucap Soon Hee yakin
“Apa bisa jatuh sendiri ? Pasti ada yang menyulutnya dengan
api.” kata Polisi
Tuan Chun pun meminta izin untuk membawa anaknya pulang,
polisi pun mempersilahkan. Soon Hee panik menanyakan nasib temanya. Polisi
menegaskan karena Hye Jung tidak punya wali maka akan memberinya hukuman atas
pembakaran.
Soon Hee tak terima dan akan tetap berada di kantor
polisi, Tuan Chun meminta anaknya tak ribut dan mengajaknya pergi, Soon Hee merengek tak mau pergi.
Hye Jung menyuruh Soon Hee untuk Pulang dengan ayahnya, karena menurutnya yang memulai darinya jadi harus
mengakhirnya juga.
“Tidak, aku yang melakukannya, Bukan Hye jung pelakunya !” kata Soon Hee membela temanya.
“Anak-anak jaman sekarang, rela melakukan apapun demi teman. Dia masih belum mengerti. “ kata Tuan Chun lalu menarik tangan anaknya, Soon Hee
berteriak memanggil Hye Jung seolah-olah tak mau dipisahkan.
“Kau kira keren sudah bertanggung
jawab atas semuanya. Tapi ... kenyataan mirip dengan
lumpur.” Ejek polisi sinis, Hye Jung pun hanya bisa diam saja
Ji Hong keluar dari rumah, melihat mobil jip In Soo sudah
ada didepan rumah memberikan bunyi klaksonya. In Soo turun dari mobil langsung
berteriak “Welcome to my home!” Ji
Hong mengeluh karena berisik membuat Semua orang bisa bangun lalu meminta anjing-anjing berhenti
menyalak.
“Dokter residen tahun kedua ini sedang
kurang kerjaan jadi disini.” Ucap In Soo
membentangkan tangan ingin memeluknya, Ji Hong langsung menghindar, menolaknya.
“Kau keluar dari sekolah, kenapa
aku yang senang ? Apa Kau
keluar karena ingin pergi ke Amerika dengan Kepala Rumah Sakit ?” ucap In Soo bersemangat
“Apa sudah makan ?” tanya Ji Hong, In Soo mengelengkan kepala
Ji Hong mengeluarkan bahan makanan dari kulkas, In Soo
mengodanya apakah Ji Hong ingin memasak untuknya. Ji Hong menegakakan hanya
akan memberi makanan dari kulkas. In Soo pikir itu sama saja, lalu memeluknya dari
belakang. Ji Hong menjerit agar In Soo melepaskan tanganya lalu tersenyum.
“Jadilah milikku, Aku akan baik padamu.” Ucap In Soo, ponsel Ji Hong berdering
“Siapa itu ? akan kubunuh dia.” Ancam In Soo, Ji Hong hanya tersenyum mengangkat
telpnya.
Soon Hee sengaja menelp dari balik selimut, Ji Hong
bertanya kenapa menelpon jam begini. Soon Hee meminta maaf karena keadaan darurat, memberitahu Hye Jung sekarang ada di kantor
polisi. Dan seharusnya pergi ke rumah sakit Ji Hong melotot kaget bertanya apa yang terjadi.
Ji Hong dan In Soo masuk ke bagian IGD rumah sakit,
melihat banyak pasien lalu lalang didepan mereka. Lalu melihat salah satu
pasien yang sedang bersihkan luka bakarnya, Seo Woo sudah sadarkan diri,
disampingnya sambil ibu yang melirik sinis pada Ji Hong, serta ayahnya yang
ikut melihat anaknya yang sedang diobati.
Akhirnya Seo Woo di pindahkan ke ruang rawat, Ji Hong pun
bertanya Sebenarnya
apa yang terjadi. Seo Woo balik bertanya apa
yang dikatakan Hye Jung. Ji
Hong mengatakan kalau menemui Seo Woo lebih dulu.
“Dia mau membunuhku.” Ucap Seo Woo penuh dendam, Ji Hong berusaha untuk bicara tapi Seo Woo lebih dulu
bicara
“Aku suka Guru Hong, Aku hormat padamu. Karena
pak guru ada di sekolah, aku
jadi senang pergi sekolah. Tapi kenapa kau malah mengecewakan aku ?” ucap Seo Woo
“Apa yang kau suka dan apa yang
membuatmu kecewa ?” kata Ji Hong
“Kenapa tidak bisa aku ? Kenapa harus Hye Jung dan
bukan aku ? Kenapa Kau menyukainya dan membenci aku ?” ucap Seo Woo
Ji Hong tahu Seo Woo itu pandai
dan juga cantik, lalu menyuruhya Istirahat, cepat sembuh, karena itu baik
untuk tubuh dan pikirannya,
lalu keluar ruangan. Seo Woo hanya bisa menangis didalam ruang rawatnya.
Hye Jung duduk dalam sel melihat luka bakar yang melpuh, Polisi
membuka pintu menyuruh Hye Jung keluar. Hye Jung melihat
Ji Hong sudah ada di ruang tunggu. Ji Hong hanya terdiam lalu melihat baju Hye
Jung yang robek dan meminta agar memberikan tanganya. Hye Jung menolak dengan
menutupinya.
“Mulai lagi, membantahku, dasar kau ini, tidak pernah patuh. Tidak
mungkin cuma Seo Woo yang terluka, Kalian ada di tempat yang sama.”
Ucap Ji Hong menarik tangan Hye Jung, akhirnya Hye Jung menjerit kesakitan
setelah menahanya sedari tadi.
Ji Hong melihat luka bakar Hye Jung yang melepuh dibagian
tanganya, Hye Jung hanya terdiam membiarkan gurunya yang mengobati. Ji Hong
mengoleskan pelembab agar tak perih, Hye Jung sempat mengernyit lalu menatap
gurunya yang memberikan perhatian padanya, bukan mengomel.
“Orang dengan latar belakang
sepertimu, bisa diperlakukan tidak adil di kantor polisi.” Ucap Ji Hong mengerti.
Flash Back
Hye Jun mengenggam satu buku meminta Ji Hong memberikan
satu bukunya karena sudah juara 1 matematika. Ji Hong melihat buku yang dipilih Hye Jung berjudul “Orientasi
Anatomi Klinis” lalu bertanya kenapa harus buku itu.
Hye Jung mengataka kalau tak ada alasanya, hanya ingin saja. Ji Hong tersenyum
berkomentar kalau anak muridnya memang aneh. Hye Jung pun meminta agar di Tanda
tangan.
Ji Hong pun membuka laci mejanya, Hye Jung melihat ada
dua nama tag, Lee Ji Hong dan Hong
Ji Hong. Ji Hong menceritakan saat SMP yatim
piatu. Hye Jung terlihat kebinggungan, Ji Hong bertanya balik
apa yang dilihat anak muridnya, seperti mendadak terlihat
menyedihkan sambil memberikan tanda tanganya.
“Ah, jadi begitu rasanya kalau
orang melihatku, Saat aku
bilang tidak punya ibu ...” komentar Hye Jung
Ji Hong pun langsung memberikan buku yang sudah ditanda
tangani, Hye Jung tersenyum menerimanya lalu membuka buku tertulis pesan dari
gurunya “ Aku Akan Selalu
Mendukung Hye Jung - Hong Ji Hong”
Hye Jung menatap gurunya yang baru selesai memasang
perban pada luka bakarnya, Ji Hong menatapnya tapi Hye Jung memilih untuk
memalingkan wajahnya. Ji Hong mengatakan sengaja melihatmu karena
tidak ada tempat lain untuk dikunjungi.
“Seo Woo baik-baik saja, Barusan aku menjenguknya.” Ucap Ji Hong. Hye Jung meminta maaf
“Sejak postingan online itu, aku
selalu menghindarimu.” Kata Ji Hong, Hye Jung juga
melakukanya.
“Rasanya aneh sekali, guru Hong dan aku , bahkan tidak
pernah membayangkan itu. Aku
dengar anda mengundurkan diri, Karena
kau seorang guru ...” ucap Hye Jung langsung disela oleh Ji Hong
“Guru dan murid, seorang Perempuan
dan laki-laki. Di
lingkungan kita, siapa yang akan lebih menderita ?” kata Ji Hong
“Tapi, kenapa aku lebih khawatir
pada guru Hong ?”kata Hye Jung, Ji Hong hanya terdiam, akhirnya Hye Jung
berdiri dari tempat duduknya.
“Guru Hong... Terima kasih untuk
segalanya.” Ucap Hye Jung sambil membungkuk, Ji
Hong bertanya kenapa Hye Jung tiba-tiba berkata seperti itu.
“Aku punya perasaan, tidak akan bertemu pak guru lagi.
Jangan
datang kemari lagi. Lebih
baik kalau aku dan kau, tidak
bertemu.” Kata Hye Jung akan masuk.,
“Kau harus merawat lukanya. Tidak perlu
kain kasa, jadi Langsung
gunakan ini.” kata Ji Hong memberikan bungkus obatnya
pada tangan Hye Jung. Akhirnya Hye Jung membungkuk lalu pergi. Ji Hong menghela
nafas panjang memikirkan tentang keadaanya sekarang.
Ji Hong pun keluar bersama dengan In Joo, teman yang baik hati akan mengantarnya pulang. Ji Hong
pikir Sudah malam jadi lebih
baik In Joo Pulang
saja. In Joo tak mau tetap ingin mengantar.
In
Joo, bukankah pamanmu pengacara ?” kata Ji
Hong, In Joo menghela nafas panjang.
“Baiklah, aku akan siapkan
pengacara. Aku akan bereskan masalahnya, kau jangan ikut campur.” Tegas In Joo sinis. Ji Hong pikir tak perlu sampai
seperti itu.
“Kalau ada skandal, yang paling
menderita orang yang lemah.” Kata In Joo, Ji Hong
sudah tahu yang paling menderita
nantinya adalah Hye Jung.
“Segera tinggalkan rumah nenek, Tidak baik kalau kau terus
disana” ucap In Joo sinis
“Orang lain memang punya pikiran aneh. Jadi Aku tidak perlu dengar kritikan macam ini darimu.” Kata Ji Hong
“Ini bukan kritikan, tapi rasa cemburu.” Tegas In Joo blak-blakan.
Ji Hong berteriak tak suka mendengarnya, In Joo meminta Ji Hong menjauh
dari Hye Jung,
karena anak muridnya itu anak yang menawan. Ji Hong mengumpat temanya itu keterlaluan
sekali karena Hye Jung itu adalah muridnya. In Joo menyindir
kalau mengerti Hye Jung masih dibawah umur jadi harusnya
dilindungi, tapi menurutnya Ji Hong bersikap
selayaknya. Dengan wajah cemberut tak ingi
mengantarnya karena berubah
pikiran.
Pagi hari
Nenek Kang melihat kartu nama [PENGACARA KIM JI HOON] Ji Hong memberitahu Ji Hoon itu seorang pengacara dan paman
In Joo, dan ia sudah berbicara pada Pengacara Kim yang akan
membantunya. Nenek Kang pikir tak perlu, tapi kalau hanya diam saja masalah tak
akan selesai.
Akhirnya ia menelp Ayah Hye Jung, memintanya untuk datang.
Tuan Yoo menolak kalau memang berhubungan dengan Hye Jung. Nyonya Kang mengomel
karena Hye Jung anaknya jadi mau kemana lagi bicara, memberitahu Hye Jung kena
masalah, kemungkinan di penjara.
“Terserah saja, mau di penjara
atau imigrasi, aku bukan lagi ayahnya.” Kata Tuan
Yoo tak peduli
“Kalau begitu, cepat kemari aku
kena kanker.” Ucap Nenek Kang, Tuan Yoo meminta
ibunya tak membuat sandiwara lalu menutup ponselnya dan kembali berkerja.
Nenek Kang merasa menyesal karena terlalu berharap pada
anaknya, lalu menyakinkan dirinya harus melakukan sesuatu dan pasti akan kuat
menjalaninya.
Ibu Seo Woo melihat luka bakar di badan anaknya, sambil
mengeluhka kalau bekas lukanya tak akan hilang. Dokter merasa tak perlu
khawatir karena Tidak perlu cangkok kulit hanya luka ringan.
Nenek Kang masuk kamar rawat, lalu dikagetkan dengan
melihat dokter yang memeriksanya, lalu bertanya kenapa ada diruangan. Dokter
Jin pun balik bertanya balik dengan wajah kaget, memberitahu kalau Seo Woo
adalah anaknya. Nenek Kang melonggo mendengarnya.
“Aigoo, bagaimana ini ? Maafkan aku dokter. Cucuku, sudah bersalah besar pada
putrimu.” Ucap Nenek Kang lalu bertanya apakah Seo Woo terluka
parah. Seo Woo yang baik hati mengatakan baik-baik saja.
“Tak apa bagaimana ?! Lebih baik kau Pergi ! Apa orang bisa sembarangan masuk ke ruang VIP ?!” teriak Ibu Seo Woo murka. Dokter lain pun meminta Nenek
Kang untuk pergi.
“Maafkan aku, Aku tidak bisa berkata lain
selain ini.” ucap Nenek Kang lalu memberikan sekotak
minuman.
Ibu Seo Woo dengan ketus menyuruh untuk membawa saja,
Nenek Kang memberitahu itu jus murni 100% jadi bisa meminumnya, Dokter lain pun akhirnya membawa
kotak minuman dan membawa Nenek Kang untuk segera pergi. Nenek Kang pun kembali
meminta maaf sambil berjalan keluar.
Nenek Kang datang ke kantor PENGACARA
KIM JI HOON, sambil berjalan mengingat kata-kata
Pengacara Kim “Ini bukan masalah
kecil, Pembakaran adalah krimanal serius. Terlebih ada yang terluka, ini tidak akan selesai dengan mudah.”
Hye Jung datang ke ruang tunggu melihat neneknya datang
dengan membawakan kotak makan untuknya. Nenek Kang menyuruh Hye Jung segera
duduk dan makan. Hye Jung pikir orang seperti dirinya mana berhak untuk makan,
Nenek Kang malah bertanya balik Hak seperti apa yang dibutuhkan untuk makan, karena menurutnya Semua
yang benapas harus makan.
“Aku Tidak mau, Tidak napsu makan.” Ucap Hye Jung menolak
“Setidaknya minum supnya. Ini
kaldu sup tulang, bagus untuk stamina.” Kata Nenek
Kang menuangkan sup
“Jangan kemari. Semua ini hanya membuat nenek marah. Mulai
sekarang, nenek pikirkan diri sendiri. Aku
bisa hidup sendiri.”ucap Hye Jung
"Apa Kau kira bisa bicara seenaknya
karena punya mulut ? Mana
bisa aku mengurus diriku sendiri
dan kau hanya sendirian ? Apa Kau
membuang nenek karena malu padaku ?” ucap Nenek
Kang sambil menahan tangis
“Siapa yang bilang begitu ? Aku menyuruh nenek hidup tenang,
dan menjauh dariku. Aku ini biang masalah, jadi aku memberimu kesempatan
pergi. “ kata Hye Jung menahan tangisnya.
“Meski tidak kau beri kesempatan, maka aku bisa kabur kalau memang menginginkanya. Aku mungkin hidup ceroboh, tapi tidak pernah melarikan diri.” Ucap Nenek Kang
Akhirnya Nenek Kang memilih untuk makan saja kalau memang
cucunya tak mau memakanya. Dengan menahan tangisnya makan nasi sambil
berkomentar “Siapapun yang membuatnya, rasanya enak.” Hye Jung menangis
lalu mengambil nasinya karena itu untuknya bukan untuk neneknya dan langsung
makan dengan lahap. Nenek Kang sedikit tersenyum lalu bertanya apakah cucunya
terluka, Hye Jung berbohong mengatakan tak terluka sambil menahan tangis
memakan nasi bekal buatan neneknya.
Nenek Kang keluar dari kantor polisi, tak percaya cucunya
kalau tak terluka. Ketika akan berjalan, seorang polisi dan sepasang pria dan
wanita menabraknya menjatuhkan semua barang-barangnya, Polisi pun meminta maaf,
Nenek Kang mengatakan tak perlu membantunya lalu membereskan barang-barangnya
ke dalam tasnya.
Ia menangsi mengingat saat Hye Jung memberitahu sebagai juara
1 matematika. Nenek Kang tak percaya lalu memeluknya.
Hye Jung dengan tangis harusnya mengaku sangat bahagia, Nenek Kang mengatakan
seharusnya cucunya itu tertawa kalau memang bahagia bukan menangis. Hye Jung
melihat neneknya juga ikut menangis, Nenek Kang mengatakan itu karena bahagia
lalu berpelukan kembali.
Nenek Kang menangis berjongkok di depan kantor polisi,
seperti baru kemarin menangis bahagia tapi sekarang menangis karena cucunya
berada di kantor polisi.
Ji Hong menemui ayahnya dirumahnya, Tuan Hong memberitau In
Joo tadi menunggu, tapi karena ada
yang memanggil harus pergi. Ji Hong berkomentar temanya itu selalu ikut campur
urusanya. Tuan Hong merasa senang dengan In Joo karena pandai.
“Apa Kau sudah selesai di sekolah ?” tanya Tuan Hong
“Aku hanya perlu mengucapkan
perpisahan ke murid-murid. Lalu Bagaimana kesehatanmu ?” ucap Ji Hong
“Jangan perlakukan aku seperti
manula, Aku hanya melakukan satu operasi tidak membuatku
berubah Jangan lupa melamar ke John
Hopkins dan Mayo sebelum
berangkat ke Amerika. Siapkan semua dokumennya. Banyak
yang harus kau lakukan dan Pasti
sibuk.” Kata Tuan Hong
“Apa kau senang?” tanya Ji Hong karena bisa melakuan yang
ayahnya inginkan. Tuan Hong mengatakan Tentu saja senang lalu bertanya balik. Ji Hong tersenyum kalau ia juga
senang.
In Joo sudah duduk ditaman depan rumah sakit, Ji Hong
datang bertanya ada apa terlihat tertunduk dan tak seperti biasanya. In Joo
mengaku malu melihat wajah Ji
Hong, karena kemarin terlihat picik. Jin Hong merasa Perkataan In Joo itu membuatnya sadar.
“Apa kau bisa jaga Hye Jung ?” tanya Ji Hong, In Joo bertanya balik apakah Ji Hong
mempercayainya.
“Harus percaya karena Kau temanku.”ucap Ji Hong, In Joo mengejek temanya itu memang pandai
sekali.
“Kau mendapat yang kau mau, lalu membatasi hubungan
kita. Satu
batu kau bisa mendapatkan 2 burung.” Ejek In Joo, Ji Hong tersenyum sambil memukul bahagia.
In Joo pun akhirnya ikut tersenyum.
Nenek Kang mondar mandir diluar lalu melihat Ji Hong yang
akhirnya pulang kerumah. Ji Hong bertanya kenapa nenek Kang malah diluar dan apakah
sudah bicara dengan pengacara.
Nenek Kang mengatakan sudah, menceritakan Pengacara Kim baik
sekali, karena Ji Hong yang
minta tolong dan Semuanya
akan lancar.
“Aku tidak suka mengatakan ini ... tapi, aku akan pindah.” Ucap Ji Hong
“Kau sudah melalui banyak hal
karena cucuku. Terima kasih, Guru Hong. “ kata Nenek Kang
“Uang jaminannya nanti saja
dikirim, Aku yang sudah melanggar kontrak.
Berikan
kalau kontraknya selesai.” Ucap Ji Hong
“Jangan lupa menghubungi aku dan
beritahu dimana tempat tinggalmu.” Kata Nenek
Kang,
Ji Hong mengangguk mengerti lalu merengek karena merasa
lapar, Nenek Kang pun akan memberikan makana untuk Ji Hong yang sudah dianggap
seperti cucunya lalu masuk rumah. Ji Hong menatapnya dengan tatapan sedih.
Hye Jung makan dengan lahap, kotak bekal yang dibawa
neneknya. Nenek Kang dengan wajah serius memberitahua tidak
bisa datang beberapa hari ini. Hye Jung Sudah bilang sebelumnya tidak usah datang sama sekali. Nenek Kang meminta cucunya jangan berkata
seperti itu lagi.
“Apa kau hebat? Kalau sudah bersalah, cukup
bilang ..."Tolong lihat aku. Tolong perhatikan
aku" Apa Kau kira
aku tidak tahu ?” ucap Nenek Kang mengerti
“Nenek hebat sekali, makanya punya
rumah makan. Kenapa tidak jadi Presiden
sekalian ?” kata Hye Jung mengodanya.
“Sepertinya kau sudah sehat
setelah makan. Pokoknya, minggu depan aku tidak
bisa datang. Apa Kau tidak tanya kenapa aku
tidak datang ?” ucap Nenek Kang, Hye Jung pikir itu Permintaan
yang aneh dan kenapa tak bilang langsung saja
“Jadi Nenek Kenapa tidak datang ?” tanya Hye Jung mengatakan pada neneknya
“Aku akan di operasi, karena Aku punya kanker perut, jadi harus di operasi. Aku
tidak mau kau cemas, makanya menceritakanya. Aku beritahu kalau akan di
operasi. Tapi, kau pasti bosan di tahanan, lalu cemas kalau aku tidak datang, Makanya aku cerita. Tadinya
aku mau menunggu sampai kau keluar baru di
operasi. Tapi, aku ingin tunjukkan padamu.
Sebesar
ini rasa cinta nenek pada hidup yang rumit. Seberapa
besar nenek ingin hidup.” Jelas Nenek Kang
Hye Jung tertunduk menahan tangisnya, Nenek Kang
menceritakan kalau dokter bilang, kankernya belum menyebar,
jadi tidak masalah kalau di operasi. Menurutnya Organ
dalam tubuh dipotong, jadi mana mungkin akan
baik-baik saja, kemungkinan bisa saja mati. Hye Jung menjerit mendengarnya.
Nenek Kang meminta cucunya diam saja Jangan
berusaha keluar, jangan cemas, dan kalau Hye Jung masih dipenjara mungkin nenek sudah
tidak ada karena meninggal. Hye Jung menyakinkan
neneknya tak akan mati dan tak perlu khawatir. Nenek Kang mengerti jadi Makanya, Hye Jung
harus hidup, bahkan akan
lakukan apapun agar cucunya selamat.
Tapi Hye Jung juga harus berusaha.
“Bukan kau yang menyalakan api,
kan ? Jangan
terima semua kesalahan dan katakan.” Ucap Nenek
Kang, Hye Jung menghapus air matanya meminta aga neneknya pulang saja meminta
neneknya untuk menjalani Operasi agar sehat kembali dan buru-buru kembali ke sel tahanan.
Sesampai di sel tahanan, Hye Jung meluapkan rasa
tangisnya mengingat neneknya yang harus dioperasi sementara dirinya ada didalam
penjara.
Ji Hong sudah mengikat semua barang-barangnya dalam mobil
boks, tumpukan buku terlihat sangat banyak. Sebelum pergi melihat restoran
nenek yang selama ini di tinggalinya, dengan berat hati akhirnya pergi
meninggalkan rumah nenek.
Soon Hee terlihat berdiri di depan kantor polisi, lalu
memasuk dengan penuh keberanian. Didepan polisi mengaku sebagai pelaku dari
kebakaran, Polisi membaca Dari pernyataan Jin Seo Woo ...
"Chun
Soon Hee memanggilku kesana dan Yoo
Hye Jung
disana, lalu Yoo Hye Jung ingin
balas dendam karena postinganku di online. Yoo
Hye Jung
memaksa aku menghapus postinganku dan kami berkelahi" Dia tidak sadarkan diri dan api
menyala, jadi Pasti pelakunya Yoo Hye Jung.” Ucap polisi
“Seo Woo tidak tahu siapa yang
menyalakan api. Mereka sedang berkelahi saat itu.” Kata Soon Hee bisa mengingatnya.
“Kalau kau pelakunya, kau tahu ‘kan ada yang terluka. Kau bisa
ditahan pada tahanan remaja selama 5 tahun. Apa
kau tetap mau bilang kau pelakunya ?” tanya
polisi, Tuan Chun tiba-tiba datang akan membawa anaknya pulang.
“Sepertinya tidak bisa, karena Kami menulis ulang hasil laporan.” Kata polisi, Tuan Chun mengumpat anaknya sudah gila
sambil memukulnya.
“Meskipun kalian teman, Apa kau
mau jadi kriminal ? Kenapa
kau suka sekali padanya ? Kau
punya orangtua dan saudara. Kepala Kau lebih
menyukai dia ?!” teriak Ayahnya marah
“Aku memang menyukainya ! Sejak aku lahir sampai sekarang, hanya
Hye Jung
yang tulus padaku. Ibu dan ayah selalu berkata, Kalau kalian menderita karena
punya anak di usia tua dan
seharusnya aku tidak ada. Keluarga
kita jadi malu karena aku ! Bahkan Oppa
dan kakak ipar juga berpikir begitu.
Tapi Hye Jung suka
padaku. Dia tidak malu padaku. Jadi Aku
tidak akan meninggalkan dia.” Tegas Soon Hee. Tuan
Chun mengangguk mengerti, membiarkan anaknya sesuka hati.
“Aku tidak tahu bagaimana aku bisa
punya anak yang hanya bisa membuatku malu.” Ucap ayahnya
lalu keluar dari kantor polisi. Soon Hee hanya bisa menangis di depan polisi.
Hye Jung sedang duduk dalam sel tiba-tiba disuruh keluar
oleh polisi, dan menyuruh yang orang lain masuk. Hye Jung kaget melihat Soon
Hee yang datang dan masuk sel penjara, lalu bertanya kenapa Soon Hee yang masuk
penjara. Soon Hee dengan senyuman mengatakan kalau ia pelakunya.
“Jangan seperti ini, Kau tidak akan bisa
bertahan disini.” Ucap Hye Jung
“Kalau kau bisa, aku juga bisa.” Kata Soon Hee
“Tolong lepaskan dia, Dia tidak bisa disini. Aku
yang memanggil Seo Woo dan dia terseret karenanya.” Ucap Hye Jung membela temanya.
“Apa Kalian pacaran ? Kalian penuh kasih sayang sekali.
Sebaiknya, Kalian
saja yang bereskan percintaan kalian.”ejek polisi
meninggalkan keduanya.
“ Dasara Bodoh, bilang ke mereka bukan
kau. Ini tidak akan menyelesaikan
apapun. Dari awal aku memang sudah sial.” Kata Hye
Jung pada temanya
“Aku ... tidak meninggalkanmu dan
melarikan diri. Jadi Tolong
ingat itu.” Ucap Soon Hee dengan memegang tangan
temanya.
bersambung ke part 2
FACEBOOK : Dyah Deedee TWITTER @dyahdeedee09
INSTRAGRAM dyahdeedee09 FANPAGE Korean drama addicted
sedih bangeeet..
BalasHapusThank you unni :*
BalasHapusIni baru yang namanya persahabatan
BalasHapussedih :'(
BalasHapusRasa terharunya bikin air mata ngalir sendiri.
BalasHapusSemoga soon hee ngak beruba jadu antagonist sampai akhir.