Bo Nui terdiam melihat Soo Ho berdiri didepan kamar rawat
adiknya, Soo Ho berjalan mendekat tapi Bo Nui memilih berbalik meninggalkanya.
Perawat yang sedang berjaga kaget melihat Bo Nui yang datang malam-malam
kerumah sakit. Bo Nui bertanya tentanga Bo Ra. Soo Ho melihat dari kejauhan.
“Dia stabil dan Hari ini dia baik-baik saja. Memangnya Kenapa?” tanya perawat
“Tolong awasi dia dan Langsung hubungi aku kalau ada sesuatu.” Ucap Bo Nui
“Biasanya juga begitu. Apa kau sangat
khawatir?” ucap perawat, Bo Nui menyerahkan
semua kepercayaan pada perawat.
“Jika ada perubahan sedikit saja, kabari aku.” Pinta Bo Nui, perawat mengerti dan meminta Bo Nui tak
perlu khawatir.
Soo Ho mengikuti langkah Bo Nui yang meninggalkan meja
receptionist, Perawat binggung melihat Soo Ho yang mengikuti Bo Nui. Soo Ho
sempat memanggil Bo Nui tapi Bo Nui memilih tak menghiraukan dan pergi begitu
saja.
Bo Nui sudah ada didepan Rumah Sakit Univ.
Hanguk, hujan turun sangat deras, Soo Ho melihatnya dari pintu.
Bo Nui berjalan meninggalkan rumah sakit tak peduli basah kuyup, Soo Ho tak
bisa berbuat apa-apa hanya bisa diam melihat Bo Nui hujan-hujannan. Ditengah jalan Bo Nui mengangkat wajahnya ke langit
sambil berbicara.
“Aku harap semua ini
mimpi, Hanya sebuah mimpi buruk.” Gumam Bo
Nui dengan air mata yang bercampur dengan air hujan yang membasahi wajahnya.
Tiba-tiba wajahnya tak terkena air hujan, sebuah payung
biru menutupi kepalanya. Bo Nui menengok melihat Soo Ho membawa payung tapi
demi melindungi kepalanya rela basah kuyup. Keduanya sempat saling menata, Soo
Ho meminta Bo Nui menganggap dirinya seperti tiang listrik saja. Bo Nui pun
berjalan dan Soo Ho terus mengikutinya tanpa terkena payung dikepalanya.
Akhirnya Bo Nui berhenti melangkah menatap Soo Ho, Soo Ho
mengingatkan kalau sebelumnya Bo Nui menganggapnya sebagai tiang listrik yang bisa
bicara, jalan, dan bisa memayungimu. Bo Nui hanya menatapnya, Soo Ho
pikir Bo Nui sekarang bisa melihatnya, dengan bangga mengatakan kalau ia memang
jenius yang memiliki banyak fungsi. Bo Nui kembali berjalan dan Soo Ho terus mengikutinya
seperti pengawalnya. Sesampai di warung tenda, Bo Nui langsung masuk ke dalam,
Soo Ho bertanya-tanya apa yang menjadi masalah Bo Nui sekarang.
Gun Wook duduk di halte bus sambil menelp tapi ponsel Bo
Nui tak aktif, ia sempat berdiri ketika bus datang, tapi tak melihat Bo Nui
turun dari bus. Akhirnya ia mengingat kembali saat diatap bertanya ada urusan apa dengan pria yang lahir di tahun harimau
itu. Bo Nui menjawab harus tidur denganya. Lalu membayangkan Bo Nui dan Soo Ho
berada dalam kamar lalu Bo Nui lebih dulu mendekatinya lalu mereka tidur
bersama.
“Kau gila, Choi Gun Wook..... Tidak, tidak mungkin.” Ucap Gun Wook merasa kalau khayalannya itu tak mungkin
terjadi.
Bo Nui duduk sendirian meminum sojunya, dari kejauhan
ternyata Soo Ho duduk memperhatikan Bo Nui. Terlihat tiga orang pria keluar
dari warung tenda, tapi salah satunya tetap berada di dalam dengan mendekati Bo
Nui yang duduk sendirian dan mengajak untuk ikut mereka di ronde kedua.
“Apa Kau pikir sanggup mengatasiku? Aku... Shim Bo Nui ... wanita paling tidak beruntung di dunia. Kalau kau bersamaku, kau bisa mati.” Ucap Bo Nui setengah mabuk, Si pria terlihat binggung
dan Soo Ho mendengar ucapan Bo Nui dari kejauhan dengan tatapan sedih.
“Apa Kau lahir tahun macan? Kalau iya, aku akan tidur
denganmu.” Ucap Bo Nui
“Terang-terangan sekali, Apa kau mau pindah ke tempat indah? Ayo, bawa barangmu.” Ucap Si pria ingin mengajak Bo Nui pergi.
Soo Ho langsung bertindak, berdiri dari tempat duduknya
mengajak si pria untuk bicara diluar sebentar. Si pria marah bertanya siapa pria
yang berani menghalanginya Soo Ho menariknya keluar dari warung tenda. Si pria
itu bertanya siapa pria yang berani menghalanginya dan menyuruh melepaskan
tanganya.
“Aku adalah Je Soo Ho, Apa kau tidak
kenal? Si jenius” ucap Soo Ho, tapi si pria terlihat tak mengenalnya.
“Kalau memang kau mau bikin ulah, pikirkan lebih dulu. Tanda
pengenal, cincin, kau malas sekali
tuan yang sudah punya istri” kata Soo Ho, si pria panik
menutupinya.
Soo Ho pun mengeluarkan ponselnya unuk menelp Managernya,
Si pria makin panik akhirnya memilih untuk segera pergi
sekarang karena tak mau dilaporkan pada Managernya. Soo Ho hanya
bisa menghela nafas.
Soo Ho yang gemas ingin memukul Bo Nui dari balik tenda.
Bo Nui terlihat sudah tertunduk mengantuk setelah mabuk. Soo Ho pun segera
masuk ke dalam tenda, Bo Nui berbicara sendiri, kenapa pria tadi belum kembali,
lalu berpikir pria itu takut.
“Seekor Hariamu tapi takut sama kucing. Moeng! Meong! Kemana Harimau culun tadi?” ucap Bo Nui lalu menatap Soo Ho sudah ada didepanya
meminta Bo Nu berhenti.
“Bukan urusanmu.” Kata Bo Nui ingin menuangkan soju, Soo Ho mengambil
botol Soju meminta Bo Nui untuk berhenti, Bo Nui menyuruh Soo Ho untuk mengembalikan
botolnya.
“Dia tidak meninggal! Aku memeriksanya sendiri. Adikmu, baik-baik saja.” Tegas Soo Ho
“Lalu? Apa aku harus senang mendengarnya? Dia masih belum bangun.” Ucap Bo Nui, Soo Ho menegaskan bukan itu maksudnya. Bo
Nui menarik tanganya yang dipegang oleh Soo Ho agar tak minum lagi, lalu
memilih untuk pergi.
Soo Ho terlihat kebingungan akhirnya keluar dari tenda
dengan membawa payungnya. Ia berlari menghampiri Bo Nui agar tak kehujananya,
Bo Nui langsung menjatuhnya payung yang dibawa oleh Soo Ho.
“Jangan ikut campur dan tinggal aku sendiri! Kalau kau mau membantu, seharusnya kau menolongku saat
membutuhkanmu, apa
gunanya membantuku sekarang? Aku
sudah memohon padamu untuk membantuku sekali,
jika saja kau bersedia” kata Bo Nui
“Kalau memang aku bersedia, apa ada yang akan berubah? Apa kau masih tak mengerti? Semua takhyul ini sudah berakhir, dan sudah lewat jam 12 tak ada bulan
purnama. Tolong
berpikir secara logika...” teriak Soo Ho
“Hentikan, hentikan!!!” jerit Bo Nui histeris, Soo Ho sempat tertunduk dengan
hujan membasahi tubuh keduanya lalu mendekati Bo Nui.
“Jika bajingan tadi sampai
merekammu, apa yang kau lakukan setelah itu?” ucap Soo Hoo
“Bagaimana kau bisa tahu? Polisi tadi... apa kau yang menelpon?” ucap Bo Nui
Soo Ho pikir masih beruntung dan lebih baik ingin
memegang lengan Bo Nui, tapi Bo Nui dengan sangat marah merasa Soo Ho tak perlu
melakukan ini padanya dan tak punya hak. Menurutnya tak peduli apabila pria itu
merekam adegan mereka, karena dalam pikiranya searang Nyawa
seseorang dalam bahaya, yaitu Bo
Ra yang seharusnya
sudah selamat. Soo Ho menatap Bo Nui yang terus
menjerit histeris padanya.
Soo Ho akhirnya menarik tangan Bo Nui, Bo Nui menarik
tanganya tak ingin dipegangnya. Soo Ho meminta Bo Nui untuk mengikutinya karena
sebalum matahari belum terbit dan memenuhi keinginannya. Bo Nui menarik tanganya
dengan mata melotot.
“Aku ini pria Harimau, kau tahu itu kan?” ucap Soo Ho
menarik Bo Nui untuk terus ikut denganya. Bo Nui pun mengikuti tarikan tangan
Soo Ho yang mengajaknya pergi.
Hujan mulai berhenti, Gun Wook terlihat tertidur di depan
pintu rumahnya. Sul Hee datang langsung berlari panik menghampiri Gun Wook
membangunkanya. Gun Wook terbangun dan langsung memanggil nama Bo Nui, tapi
yang dilihatnya wajah Sul Hee yang membangunkanya.
Akhirnya keduanya masuk rumah, Gun Wook menyadarkan
tubuhnya di Sofa. Sul Hee mengambil handuk basah dari kamar mandi, bertanya Kenapa
tidak ganti baju dan Sejak kapan berada diluar, apakah 30 menit atau satu jam, lalu
mengajaknya untuk pergi sauna karena mengkhawatirkan kesehatan atletnya. Gun
Wook meminta Sul Hee santai saja, tak perlu berlebihan.
“Aku kemari karena suaramu
terdengar sedih,
ternyata kau ada ditertidur didepan rumah seperti
tadi.” Ucap Sul Hee ngedumel
“Apa kau mau minum bir?” tanya Gun Wook mencoba mengalihkan pembicaran pergi ke
dapur.
“Apa Kau menyukai Shim Bo Nui?” ucap Sul Hee bisa menebak, Gun Wook tertawa mendengar
ucapan Sul Hee yang mengatakan kalau menyukai Bo Nui.
“Apa Kau masih tak tahu type wanita yang aku sukai?” ucap Gun Wook menyangkal karena sudah larut dan hujan pula jadi hanya
khawatir saja.
“Dia tidak mengangkat telpnya dan tak
ikut makan malam, bahkan tidak pulang
kerumah. Gary,
ini.. Dia pasti sedang dengan pacar.” Kata Sul Hee yakin, Gun Wook sempat kaget tapi Sul Hee
benar-benar yakin pasti dugaanya itu benar.
Bo Nui masih ditarik berjalan oleh Soo Ho disebuah jalan,
Bo Nui meminta Soo Ho melepaskanya karena semua sudah
bukan urusannya lagi. Soo Ho menarik Bo Nui dan mendorongnya ke
dinding, lalu meminta Bo Nui mendengarkan ucapanya baik-baik.
“Pertama... kalau tak bersama pria harimau maua adikmu akan mati, Kedua, kau tak melakukan hal gila itu, Ketiga, ternyata adikmu baik-baik
saja. Hal ini
menunjukkan kalau semua itu
cuma takhayul. Shim
Bo Nui, berhenti berkhayal dan lihatlah...
pada kenyataan.” Tegas Soo Ho
“Kau bilang Kenyataan? Kau ingin tahu apa yang dari kenyataan dalam hidupku?” Orang
yang kucintai pasti pergi, orang
tuaku meninggal saat aku berumur 16. Di dunia ini hanya tinggal aku dan Bo Ra, tapi... Sekarang aku harus merelakan satu-satunya adikku. Jadi apa yang harus aku lakukan sekarang?”ucap Bo Nui
yang membuat Soo Ho sempat terdiam.
“Aku sangat takut dan ini sangat menyeramkan. Lebih baik aku meninggal lebih dulu dibanding adikku,
Setiap hari Bagaikan berjalan di lapisan es tipis, entah kapan
akan tenggelam, tiap detiknya bagai neraka! Inilah kenyataannya, apa kau paham?” ucap Bo Nui.
Soo Ho masih tetap diam, Bo Nui tahu adiknya bisa masih
hidup hari ini, tapi bisa aja besok, atau mungkin
lusa. Soo Ho heran dengan pikiran Bo Nui seperti itu. Bo Nui
mengaku kalau ia bohong, kalau semua ini karena Soo Ho tapi yang diinginkanya adalah untuk menghindari rasa bersalahnya. Soo Ho merasa itu bukan salah Bo Nui, menurutnya
semua tak masuk akal.
Bo Nui merasa Soo Ho Sampai
kapanpun k takkan mengerti jadi meminta pergi saja
dan tak perlu mengikutinya, lalu berjala pergi dengan membawa semua barangnya.
Soo Ho berteriak kesal Bo Nui yang terus kabur lagi, menurutnya
sudah cukup karena kesabaranya sudah habis dan bukan seorang Buddha. Ia
menjerit kalau sudah menyia-nyiakan waktunya jadi lebih baik pergi saja
sekarang.
Soo Ho baru saja berjalan beberapa langkah, wajahnya
terlihat kebingungan dan khawatir akhirnya berjalan ke arah Bo Nui berjalan
pergi. Ia tak melihat Bo Nui sekitar taman, lalu melihat kesana kemari dan
akhirnya mendengar suara Bo Nui sedang bersenandung. Ia perlahan naik ke tangga
lalu berjalan melihat Bo Nui berjongkok sambil bersenandung.
Akhirnya Soo Ho berjongkok di depan Bo Nui mendengarkan
suara bersenandung, lalu memanggil agar mengajaknya pulang. Bo Nui menolak tak
ingin pulang dan tak bisa pulang, serta tak
sanggup melihatnya.
“Tempat tidur Bo Ra, meja kerjanya, Barang-barang Bo Ra, aku tak sanggup. Aku tak punya hak melihatnya.” Cerita Bo Nui sambil tertunduk menangis. Soo Ho
memandanngi Bo Nui yang berjongkok sambil bersenandung. Akhirnya Soo Ho
mengendong Bo Nui untuk pulang bersama, menyusuri jalan yang sudah sepi.
Gun Wook baru selesai mandi, melihat boneka burung hantu
diatas raknya lalu berkata kalau boneka itu tak
berguna, karena tak bisa menemukan ayah dan juga Bo Nui,
menurutnya tak ada gunanya lalu membalikan bonekanya. Tapi akhirnya Gun Wook
kembali mengambil boneka burung hantu dari Bo Nui.
“Tapi, aku tetap memintamu untuk menolong
cari mereka, burung hantu” kata Gun Wook lalu
mengarahkan burung hantu pada jendela agar bisa mencari Bo Nui dan ayahnya.
Soo Ho dengan sekuat tenaga membawa Bo Nui menaiki tangga
sampai ke ruang Tvnya, lalu mencoba membaringkan disofa tapi Bo Nui malah
berguling dan jatuh dilantai. Ia kebinggungan, ingin mengangkat Bo Nui tapi tak
bisa karena merasa canggung untuk memegangnya. Akhirnya ia teringat akan
mengunakan selimut.
Ia pergi ke kamarnya mengambil selimut dari atas tempat
tidurnya, lalu teringat membutuhkan handuk dan mencari di lemari, teringat
handuknya itu digantung. Ia kembali ke tempat tidur karena membutuhkan bantal
juga, tapi akhirnya menaruhnya kembali karena merasa aneh kalau mengunakan
bantal tidur miliknya. Dan menganti selimut miliknya jadi selimut yang tipis.
Soo Ho kembali ke ruang Tv, melihat Bo Nui yang berbaring
tidur dilantai. Perlahan ia memberikan selimut pada Bo Nui agar tak kedinginan,
matanya melihat tangan Bo Nui yang mengepal seperti menahan sesuatu masalah
ditanganya. Ketika ingin memeganganya, ponselnya berdering dengan cepat Soo Ho
menjauh agar Bo Nui tak terbangun dengan bunyi ponselnya.
“Ah
Soo Ho! Dimana kau? Kau Di rumah, kan? Hei, semua anak buahmu, ingin menerobos masuk rumahmu!” ucap Ryang Ha setengah mabuk
“Jangan! Kau Tidak bisa ke rumahku!”
kata Soo Ho panik melihat Bo Nui yang tertidur dikamarnya.
“Aku paham, tak seorangpun boleh masuk kecuali aku!” ucap Ryang Ha. Yoon Bal mendekati Ryang Ha ingin tahu
rumah bosnya. Ryang Ha menyuruh diam dengan menembaknya, Yoon Bal pun
berpura-pura merasakan tertembak lalu menjauh.
“Oh! Mereka semua kecewa, karena kau tak datang di hari seperti ini.” kata Ryang Hae
“Kalau sampai aku melihat mereka, maka mereka akan membayarnya, entah
itu dengan berkerja lembur
atau potong gaji.” Ucap Soo Ho mengancam
Ryang Ha mengatakan kalau hanya bercanda jadi jangan
diambil hati,menurutnya sifat Soo Ho yang terlalu serius membuat
situasi jadi
canggung. Soo Ho menatap Bo Nui yang ada dirumahnya, lalu memohon
pada Ryang Ha dengan memanggilnya “Hyung”. Ryang Ha melotot kaget Soo Ho
memanggilnya “Hyung”. Soo Ho tak ingin memperpanjang lagi, langsung menutup
ponselnya.
Ia pun berjongkok didepan Bo Nui, ingin mengusap wajahnya
dengan handuk tapi terlihat ada rasa canggung, akhirnya perlahan ia mengelap
wajah Bo Nui yang berkeringat. Lalu mengambil bantal di sofa dan menaruh diatas
kepala Bo Nui agar tidur dengan nyaman.
Setelah itu bantalnya dibanting ke sofa, dengan helaan
nafas panjang. Matanya melirik ke arah Bo Nui yang sedang tertidur. Akhirnya ia
pindah dengan berlutut di depan Bo Nui memandang wajahnya yang benar-benar
tertidur.
“Sebenarnya Seperti apa hidup yang dijalani, wanita ini?” ucap Soo Ho bertanya-tanya menatap Bo Nui seperti ada
perasaan simpati.
Bulan purnama pun berganti dengan sinar matahari yang
masuk menyinari tubuh Bo Nui yang masih tertidur. Akhirnya Bo Nui terbangun dan
tersadar kalau bukan dirumahnya, lalu menengok melihat Soo Ho berbaring
disampingnya dengan mata setengah terbuka.
Keduanya akhirnya membuka matanya dan sempat saling
berpandangan, setelah itu buru-buru berdiri dengan wajah panik. Soo Ho langsung
membanting tubuhnya disofa. Bo Nui bertanya dimana ia sekarang. Soo Ho dengan
membentangkan tanganya, mengatakan kalau ini rumahnya. Bo Nui heran kenapa ia bisa ada dirumah Soo Ho
“Kau harus periksakan gejala
demensiamu. Karena Kau lupa
semuanya saat sedang mabuk.” Sindir Soo Ho lalu bangun dari tempat duduknya
mengungkapkan tidurnya sangat nyenyak.
Bo Nui masih terlihat binggung sambil mengingat kejadian
tadi malam, saat bertemu dengan Soo Ho dirumah sakit lalu membuang payung yang
dibawah Soo Ho, setelah itu Soo Ho menariknya sambil berkata akan mengambulkan permintaannya. Soo Ho berjongkok didepanya dan mengajaknya untuk
pulang, lalu mengendongnya.
Soo Ho menuangkan air ke dalam gelas, lalu pura-pura tak
melihat Bo Nui memberikan gelasnya. Bo Nui malah bertanya Bagaimana bisa tahu rumah sakit adiknya. Soo Ho menatap Bo Nui dan memilih untuk meminum
sendiri air dalam gelas.
“Aku harus bagaimana agar bisa
menghentikan pemikiran
bodohmu itu? Kau bilang padaku, Hari
ini bukan besok, atau Bukan
besok maupun lusa. Apa Kau pikir
ini hanya masalah waktu?” ucap Soo Ho mencoba kembali
menyadarkanya. Bo Nui menghela nafas dengan sejenak memalingkan wajahnya.
“Aku meminta maaf, Sepertinya
aku membuat masalah lagi, Entah
kenapa selalu saja merepotkanmu.” Ucap Bo
Nui, Soo Ho pikir tak masalah denganya.
“Tidak, Mana mungkin baik-baik
saja. Aku
selalu membuat masalah, dan membuatmu frustasi.” Ucap Bo Nui
“Saat bertindak sembrono, setidaknya perhatikan tingkahmu. Yah memang benar, kau selalu saja
membuat frustasi. Jadi
mulai sekarang.....” kata Soo Ho langsung
dipotong oleh Bo Nui
“Terima kasih, Untuk semuanya.... aku berjanji takkan pernah terjadi lagi, Jaga
kesehatan.” Ucap Bo Nui lalu membungkuk dan pergi.
Soo Ho sempat terdiam, lalu kembali terlihat
kebinggungan. Bo Nui keluar dari rumah Soo Ho berlari disepanjang jalan menuju
halte bus.
Soo Ho melipat selimut, sambil memikirkan kenapa Bo Nui
bersikap sopan sekali dan merasa ada sesuatu yang salah. Lalu ia membereskan
bantal yang ada dilantai, dan menduga pasti karena Takhayul
itu virus, tapi menurutnya itu tak masuk akal.
“Kalau dia berterima kasih, kenapa
bilang jaga
kesehatan segala? Semuanya tidak
nyambung, kan? Shim Bo
Nui itu... Dia aneh
sekali.” Ucap Soo Ho terus membereskan ruangan Tvnya.
Sampai akhirnya tersadar kalau ia mengeser semua barang-barangnya
ke pojok, bahkan karpetnya pun dilipat. Akhirnya ia mengembalikan semua kursi,
karpet dan meja ke tempat semula.
Di depan pintu tertulis “sedang pergi
sembahyang.” Bo Nui seperti tak membacanya, mencoba
membuka pintu dan mengetuknya sambil memanggil Tuan Goo, dengan wajah
kebinggungan mengetuk juga jendela rumah, tapi tetap saja tak ada sahutan. Bo
Nui berusaha menelp tapi tak aktif.
“Tuan Goo, aku harus bagaimana sekarang? Kau harus katakan padaku, apa
yang harus aku lakukan sekarang?” ucap Bo Nui dengan air mata mengalir
dipipinya.
Nyonya Yang melihat wajahnya dicermin merasa dirinya
sudah mulai terlihat tua, dan melihat ada beberapa keriput dibagian lehernya.
Lalu mengeluh kenapa banyak sekali keriput yang baru padahal tidak
pernah stres. Ia melihat dibagian wajahnya bagian V-Line juga sudah tak terlihat.
Terdengar bunyi suara dengkuran didekatnya, Tuan Je
terlihat tak peduli dengan tidur sangat menyenyak. Nyonya Yang melihat suaminya
juga sudah mulai menua karena banyak uban dirambutnya, ketika akan menyentuh
kepalanya dan bersikap romanti, Tuan Je membalikan tubuhnya dan mengeluarkan
bunyi ketut. Nyonya Yang menjerit suaminya yang tak tahu malu sambil menendang
bokongnya.
Gun Wook menatap pintu kamar Bo Nui, mencoba untuk acuh
dan pergi tapi akhirnya kembali ingin mengedor dengan keras, tapi memilih untuk
memelankan ketukan dengan memanggil Bo Nui, tapi tetap tak ada sahutan dari
dalam. Ia pun keluar dari apartement, melihat Bo Nui yang baru pulang, lalu
berlari menghampirinya dengan memanggilnya.
Bo Nui terlihat melamun tak sadar ada orang yang
memanggillnya, Gun Wook pun kembali memangil Bo Nui dengan suara lantang. Bo
Nui pun sadar kalau Gun Wook memanggilnya. Gun Wook bertanya apakah Bo Nui Baru
pulang dan tak melihatnya, Bo Nui tak menjawabnya, melihat Gun
Wook harus olahraga dan menyuruhnya cepat pergi.
Gun Wook menahanya bertanya tentang keadaan Bo Ra
sekarang, Bo Nui mengatakan adiknya baik-baik saja. Gun Wook bertanya apakah Bo
Nui dirumah sakit semalaman. Bo Nui mengatakan tidak. Gun Wook ingin tahu dimana,
tapi melihat wajah Bo Nui yang lelah menyuruhnya untuk segera masuk rumah saja.
Gun Wook mulai berlatih dengan menguatkan otot lenganya,
menarik badanya keatas sambil bertanya-tanya, dimana Bo Nui tidur dan Dengan siapa. Beberapa anak kecil melihat Gun Wook yang sedang
berlati denan tatapan aneh. Gun Wook mengingat ucapan Bo Nui “Aku
harus tidur dengan pria itu Agar
Bo Ra bangun kembali.” Lalu kembali menarik
tubuhnya menyakinkan kalau itu tak mungkin terjadi.
“Meski noona ceroboh dan Je Soo Ho tidak akan melakukan jika memiliki pikiran yang benar. Tapi noona sangat cantik, sementara Je Soo Ho, dia
tetaplah seorang pria.” Ucap Gun Wook terlihat
kebinggungan.
Ia pun mencoba melupakan semua pikiranya dengan terus
menarik tubuhnya, tanganya akhirnya tak kuat akhirnya terlepas. Beberapa anak
kecil langsung mengerubunginya yang jatuh dengan berbaring. Tiba-tiba Gun Wook bangun
sambi menjerit kesal, semua anak-anak langsung berlari menjerit ketakutan.
Ryang Ha memberikan delapan gelas kopi yang sudah siap da
memberikan spesial untuk Seung Hyun, Dengan mata setengah terbuka Seung Hyun
mengucapkan terimakasih lalu membawa kopinya. Ryang Ha tiba-tiba memanggil Dal
Nim yang akan pergi. Dal Nim bertanya ada apa memanggilnya.
“Lihatlah betapa bengkaknya
wajahmu. Apa Kau tidak kehilangan sesuatu?” tanya Ryang Ha, Dal Nim pikir tak kehilangan apapun.
“Oh, benarkah? Tunggu, sepertinya
kau menjatuhkan
hatimu...” ucap Ryang Ha membawa sebuah buku
bersampul warna Pink.
Flash Back
Ryang Ha setelah menelp Soo Ho menyuruh semuanya untuk
segera pulang, Dal Nim yang mabuk sibuk menuliskan diarynya walaupun dengan
coretan tanganya. Beberapa pegawai ingin mereka pergi rumahnya
Je Soo Ho. Ryang Ha berteriak kalau dirinya itu
pemegang saham, dengan memperlihatkan Kartu kreditnya mengajak untuk minum
lagi.
Dae Kwon menarik Dal Nim untuk pergi karena mereka akan
lanjut minum lagi. Ryang Ha sudah berjalan sepoyongan, tiba-tiba menginjak
sesuatu berpikir baru saja menginjak ranjau. Lalu berusaha mengambil sebuah buku yang jatuh dan
bertanya-tanya siapa yang memilikinya, didepan buku tertulis judul “J’s Story”
Dal Nim menjerit melihat buku diarynya yang ada ditangan
Ryang Ha, lalu berusaha mengambilnya. Ryang Ha mengodanyad dan ingin
membacanya. “Layaknya petir, yang
dikhianati temannya, Menjadi tangguh karena kesendiriannya.” Lalu memuji tulisan Dal Nim sangat menarik
“Ahh.... Karena inilah cerita di gamenya
Zeze sangat bagus.” Komentar Ryang Ha, Dal Nim menyangkal
kalau buku itu bukan miliknya.
“Kalau bukan punyamu, kenapa mencoba mengambilnya ?!! Dengarkan, dengarkan... ada yang
bagus lagi” ucap Ryang Ha kembali membaca tulisan
di diary Dal Nim
Ia membaca tulisan ”Siang berganti malam, kau tetap tak bergerak. Sayangku, si workaholic... Seandainya aku bisa memijat bahumu, betapa indahnya?” tubuhnya kembali merinding membacanya. Dal Nim mencoba
merebut diary miliknya. Ryang Ha memegang tangan Dal Nim agar bisa membaca
kembali kalimat yang ditulis “Aku tidak meminta apapun, aku sudah bahagia hanya dengan menyukainya”
Dal Nim meloncat dan akhirnya bisa mengambil bukunya,
Ryang Ha tak ingin melepaskanya, Dal Nim mengatakan akan mencarikan
pemiliknya.Keduanya saling tarik menarik sampai
akhirnya Dal Nim bisa mengambilnya dan langsung pergi.
“Wah.. semua orang pasti suka dengan Je Soo Ho, seluruh
wanita didunia ini pasti menyukainya. Tapi aku menyukai satu kalimat "sayangku,
si workaholic” waaaahhh..... ini gombal sekali” kata
Ryang Ha melihat Dal Nim terlihat malu-malu.
bersambung ke part 2
FACEBOOK : Dyah Deedee TWITTER @dyahdeedee09
INSTRAGRAM dyahdeedee09 FANPAGE Korean drama addicted
Tidak ada komentar:
Posting Komentar